• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal. Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal. Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kerupuk

Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Kerupuk sangat beragam dalam bentuk, ukuran, warna, bau, rasa, kerenyahan, ketebalan ataupun nilai gizinya (Purba dan Rusmarilin, 2006).

Kerupuk atau krupuk adalah tepung lain. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawa

Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci hanya dibuat dari adonan sagu dicampur kemasan yang belum digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng (Warintek, 2011).

Kerupuk terbuat dari adonan yang bahan utamanya adalah pati. Berbagai bahan berpati dapat diolah menjadi kerupuk, diantaranya adalah ubi kayu, ubi jalar, beras, sagu, terigu, tapioka dan talas. Pada umumnya pembuatan kerupuk adalah sebagai berikut : bahan berpati dilumatkan bersama atau tanpa bumbu, kemudian dimasak (direbus atau dikukus) dan dicetak berupa lempengan tipis lalu

(2)

dijemur yang disebut kerupuk kering. Sebelum dikonsumsi, kerupuk kering digoreng atau dipanggang terlebih dahulu (Warintek, 2011).

Semakin banyak penambahan bahan baku bukan pati semakin kecil pengembangan kerupuk pada saat penggorengan dan pengembangan menentukan kerenyahannya. Granula pati yang tidak terglatinisasi secara sempurna akan menghasilkan daya pengembang yang rendah selama penggorengan produk akhirnya. Granulu-granula pati yang terglatinisasi sempurna akan akan mengakibatkan pemecahan sel-sel pati lebih baik selama penggorengan (Siaw et al., 1985).

Tape

Tape atau uli (bahasa betawi) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan. Tape biasa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya dinamakan tape singkong. Bila dibuat dari ketan hitam atau ketan putih, hasilnya dinamakan tape pulut atau “tape ketan”. Tape hasil fermentasi umumnya berbentuk semi cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket. Umumnya tape diproduksi oleh industri kecil dan menengah sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut (Wikipedia, 2011).

Tape sebagai produk makanan cepat rusak karena adanya fermentasi lanjut setelah kondisi optimum fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi. Namun demikian jika disimpan dalam tempat yang dingin maka akan dapat bertahan 2 minggu. Hasil dari fermentasi lanjut adalah produk yang asam beralkohol, yang tidak enak lagi untuk dikonsumsi (Hidayat, dkk., 2007).

(3)

Tabel 1. Komposisi kimia tape singkong (ubi kayu per 100 gr bahan) Komposisi Jumlah Kalori (kkal) 173 Protein (gram) 0,5 Lemak (gram) 0,1 Karbohidrat (gram) 42,5 Kalsium (mg) 30 Fosfor (mg) 30 Besi (mg) 0 Vitamin A (SI) 0 Vitamin B1 (mg) 0,07 Air (gram) 12

Sumber : Departemen Kesehatan R.I., 1996

Rasa manis dari tape dipengaruhi oleh kadar gula dari tapenya sendiri. Dalam proses fermentasi itu pati akan diubah menjadi gula oleh kapang dan gula diubah menjadi alkohol. Rasa asam pada tape dapat timbul karena perlakuan-perlakuan yang kurang teliti, seperti penambahan ragi yang berlebihan dan penutupnya yang kurang rapat pada saat fermentasi. Selain itu rasa asam

pada tape dapat terjadi bila fermentasi berlangsung lebih lanjut (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan IPB, 1990).

Fermentasi gula oleh ragi, misalnya Saccharomyces cereviseae dapat menghasilkan etil alkohol dan CO2 melalui reaksi sebagai berikut :

Ragi

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2

(enzim)

Reaksi ini merupakan dasar dari pembuatan tape (Winarno, et al., 1980)

Pada prinsipnya pembuatan tape adalah perombakan karbohidrat kompleks menjadi senyawa sederhana berupa dekstrin dan glukosa dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh kapang. Senyawa yang lebih sederhana kemudian diubah menjadi alkohol oleh khamir (Harris dan Karmas, 1989).

(4)

Makanan-makanan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi daripada bahan asalnya. Hal ini tidak hanya disebabkan karena mikroba bersifat katabolik atau memecah komponen-komponen yang kompleks menjadi yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna (Desrosier, 1988).

Tepung Terigu

Tepung terigu berasal dari biji gandum, maka disebut tepung gandum. Bahan baku tepung terigu masih diimpor dari mancanegara. Makanan pokok dari tepung terigu berupa roti putih atau roti coklat. Tepung ini memiliki tekstur yang

agak kasar. Tepung terigu ini diolah dengan kebutuhan konsumen (Tarwotjo, 1998).

Mutu roti ternyata ditentukan oleh umur tepung. Lebih lama tepung terigu itu disimpan akan lebih baik mutu roti yang dihasilkan. Oleh karena itu sering digunakan bahan peningkat mutu tepung terigu seperti asam askorbat atau potassium bromate (Moehyi, 1992).

Tabel 2. Komposisi kimia tepung terigu (per 100 gr bahan)

Komposisi Jumlah Kalori (kkal) 365 Protein (gram) 8,9 Lemak (gram) 1,3 Karbohidrat (gram) 77,3 Kalsium (mg) 16 Fosfor (mg) 30 Besi (mg) 1,2 P (mg) 106 Vitamin B1 (mg) 0,07 Air (gram) 12

(5)

Protein dalam gandum yang berupa gliadin dan glutenin membantu proses pengikatan air dalam adonan kerupuk. Dengan demikian penambahan tepung gandum dalam pembuatan kerupuk akan meningkatkan kadar air adonan, sehingga akan mempengaruhi proses gelatinisasi (Praptiningsih, et al., 2003).

Gluten adalah campuran amorf (bentuk tak beraturan) dari protein yang terkandung bersama pati dalam endosperm (dan juga tepung yang dibuat darinya) beberapa serealia, terutama gandum, gandum hitam, dan jelai. Dari ketiganya, gandumlah yang paling tinggi kandungan glutennya. Kandungan gluten dapat mencapai 80% dari total protein dalam tepung, dan terdiri dari protein gliadin dan glutenin. Gluten membuat adonan kenyal dan dapat mengembang karena bersifat

kedap udara (Wikipedia, 2011).

Tepung Tapioka

Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi kayu melalui proses pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan pati, dan pengeringan. Dalam pembuatan tapioka ditambahkan natrium bisulfit untuk memperbaiki warna sehingga warna tapioka menjadi putih bersih (Radiyati dan Agusto, 2003).

Tepung tapioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun campuran pada berbagai macam produk antara lain kerupuk, dan kue kering lainnya. Selain itu tepung tapioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengental (thickener), bahan pengisi, bahan pengikat pada industri makanan olahan (Astawan, 2003).

Tepung tapioka yang digunakan untuk pembuatan kerupuk sebaiknya tepung yang bermutu baik yaitu memiliki warna putih, bersih, kering, tidak berbau apek, tidak asam, murni, dan tidak mengandung benda-benda asing (Astawan dan Astawan, 1991).

(6)

Tabel 3. Komposisi kimia tepung tapioka (per 100 gr bahan) Komposisi Jumlah Kalori (kkal) 362 Protein (gr) 0,5 Lemak (gr) 0,3 Karbohidrat (gr) 86,9 Kalsium (mg) 0,5 Fosfor (mg) 0,3 Serat (%) 0,2 Vitamin A (SI) 0 Vitamin B1 (mg) 0,07 Air (gram) 12

Sumber : Departemen Kesehatan R.I., 1996

Tepung tapioka banyak digunakan dalam berbagai industri makanan karena kandungan patinya yang tinggi dan sifat patinya yang mudah membengkak dalam air panas dengan membentuk kekentalan yang dikehendaki (Somaatmadja, 1984).

Pengeringan

Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang. Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim menurun sebagai akibat dari air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup (Estiasih dan Ahmadi, 1998).

Pengeringan adalah suatu proses pemindahan panas dan uap air yang memerlukan uap panas untuk menguapkan kandungan air dalam bahan yang dikeringkan. Kemampuan bahan untuk melepaskan air dari permukaannya akan semakin besar dengan meningkatnya suhu udara pengering yang digunakan (Estiasih dan Ahmadi, 1998).

Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengepakan

(7)

dan pengangkutan, dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi lebih murah (Winarno, 1993).

Penggorengan

Dalam penggorengan minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai gizi dan kalori bahan pangan (Ketaren, 2005).

Penggorengan merupakan proses dehidrasi dari produk pangan, baik dari bagian luar maupun keseluruhan produk. Proses penggorengan menggunakan minyak atau lemak sebagai media pindah panas (Estiasih dan Ahmadi, 1998). Kerupuk mentah yang dikonsumsi harus digoreng di dalam minyak goreng panas (suhu 170°C) sambil dibalik-balik selama 1 menit. Kerupuk yang akan digoreng harus cukup kering. Sebaiknya kerupuk mentah dijemur terlebih dahulu sebelum digoreng (Warintek, 2011).

Bahan Tambahan Pembuatan Kerupuk Tape Singkong Gula

Gula pasir atau gula putih telah menjadi bahan makanan pokok dalam berbagai makanan seperti kue, permen, biskuit atau beberapa minuman. Gula

putih ini berasal dari tebu dan juga tanaman bit atau umbi-umbian

Gula digunakan pada berbagai produk makanan. Selain pemberi rasa manis gula dalam konsentrasi tinggi berperan sebagai pengawet. Konsentrasi gula yang tinggi (70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak makanan (Estiasih dan Ahmadi, 1998).

(8)

Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting karena hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi gula sebagai bahan penambah rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai bahan untuk memperbaiki susunan dalam jaringan (Subagjo, 2007).

Penambahan gula bukan saja untuk menghasilkan rasa manis meskipun sifat ini sangatlah penting. Gula bersifat untuk menyempurnakan rasa asam, cita rasa dan juga kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula memiliki kemampuan mengurangi kelembaban relatif, dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan (Buckle, et al, 1987).

Garam

Garam khususnya garam dapur (NaCl) akan dapat menghasilkan berbagai pengaruh terhadap bahan pangan, terutama dapat menghambat mikrobia-mikrobia pembusuk yang mengkontaminasi bahan juga dapat mempengaruhi Aw dari bahan makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia yang tidak dikehendaki (Winarno dan Laksmi, 1982).

Fungsi penambahan garam adalah untuk memperbaiki rasa yaitu untuk menetralkan rasa pahit dan rasa asam, membangkitkan rasa selera dan mempertajam rasa manis, selain itu garam mempunyai tekanan osmotik yang tinggi, higroskopik atau terurai menjadi Na+ dan Cl- yang meracuni sel mikrobia dan mengurangi kelarutan O2 (Purba dan Rusmarilin, 1985).

Bahan pengembang (baking powder)

Pengembang merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengembangkan adonan. Prinsipnya, pengembang merupakan senyawa yang

(9)

dapat melepas gas di dalam adonan pada suhu dan kadar air yang sesuai. Pada proses penggorengan, gas dari bahan pengembang dilepaskan. Gas yang dilepas bersama-sama udara dan uap air yang mengembang karena panas, terperangkap di dalam struktur adonan menghasilkan produk akhir yang bersifat berongga.

Contoh bahan pengembang adalah soda kue dan baking powder (Estiasih dan Ahmadi, 1998).

Bahan pengembang adonan yang sekarang dipakai menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat menghasilkan gas CO2. Gas ini diperoleh dari karbonat

atau bikarbonat (NaHCO3). Kadang-kadang garam ammonium karbonat atau

ammonium bikarbonat juga digunakan, tetapi garam-garam ini terurai pada suhu tinggi (Winarno, 1992).

Baking powder adalah bahan pengembang kue yang bertekstur lembut seperti tepung. Baking powder memiliki dua jenis, yaitu single-acting baking powder dan double-acting baking powder. Single-acting baking powder akan bersifat aktif jika dicampur dengan air dan bereaksi hanya dalam satu tahap saja. Sedangkan double-acting baking powder bereaksi dalam dua tahap, sehingga sebelum memanggang adonan kue, adonan dapat dibiarkan beberapa lama agar terjadi pengembangan sempurna (Sukamasak, 2011).

Apabila terlalu banyak baking powder maka kue akan mekar sekali, dan bau yang dihasilkan sedikit menyengat, dan rasanya (baking powder) kebanyakan akan terasa sedikit pahit (Kuebasah, 2011).

Baking powder merupakan campuran dari bahan pengembang dengan pengembang yang terdiri dari natrim bikarbonat, pengembang asam, serta bahan

(10)

pengisi pati dengan standar formula paling sedikit menghasilkan 12% CO2 (b/b)

dan NaHCO3 20- 30% (b/b) (Estiasih dan Ahmadi, 1998).

Tabel 4. Komposisi kimia baking powder (%)

Komposisi Jumlah (%) Natrium karbonat 30 Natrium bikarbonat 20 Amonium karbonat 7 Amonium bikarbonat 5 Kalium bikarbonat 13 Pengembang asam 8

Bahan pengisi pati 12

Bahan lainnya 5 Sumber : Estiasih dan Ahmadi, 1998

Baking powder merupakan bahan pengembang (leavening agent), yang terdiri dari campuran sodium bikarbonat, sodium alumunium fosfat, dan monokalsium fosfat. Sifat zat ini jika bertemu dengan cairan atau air dan terkena panas akan membentuk karbondioksida. Karbondioksida inilah yang membuat adonan jadi mengembang (ResepmasakanIndonesia, 2011).

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia tape singkong (ubi kayu per 100 gr bahan)  Komposisi  Jumlah  Kalori (kkal)  173  Protein (gram)         0,5  Lemak (gram)         0,1  Karbohidrat (gram)       42,5  Kalsium (mg)    30  Fosfor (mg)    30  Besi (mg)      0  Vitamin A (SI)      0  Vitamin B 1  (mg)           0,07  Air (gram)    12
Tabel 2. Komposisi kimia tepung terigu (per 100 gr bahan)
Tabel 3. Komposisi kimia tepung tapioka (per 100 gr bahan)  Komposisi  Jumlah  Kalori (kkal)  362  Protein (gr)         0,5  Lemak (gr)         0,3  Karbohidrat (gr)       86,9  Kalsium (mg)         0,5  Fosfor (mg)         0,3  Serat (%)         0,2  Vitamin A (SI)      0  Vitamin B 1  (mg)           0,07  Air (gram)    12

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan interaksi antara asam sitrat dan gula berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar antosianin, total gula, total padatan terlarut, perlakuan konsentrasi

sampai dengan tanggal laporan keuangan perseroan belum mengumumkan pembayaran dividen final untuk kinerja tahun 2007 yang mengakibatkan tidak ada hutang dividen

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai apakah penerapan aturan etika, profesionalisme dan independensi

Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata mata atas besarnya modal yang diberikan, yang dimaksud

Berdasarkan distribusi responden terhadap asupan zat besi menunjukan bahwa responden dengan asupan zat besi kurang memiliki distribusi tertinggi pada penelitian ini yaitu

589 Selanjutnya di wilayah kelurahan Pekajangan kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah – tetangga/ sebelah kelurahan Bligo, juga ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi Pembiayaan Mudharabah pada BPRS Bangun Drajat Warga dan BPRS Madina Mandiri Sejahtera yang meliputi: (1) Perlakuan

This paper tries to investigate how male and the female genders are portrayed in Pakistani-Urdu wedding songs and to check if that portrayal underlines the