• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Dikutip dari Notoatmodjo, 2003).

Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon.

Menurut Green (2005), perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor) dimana terdiri dari tiga faktor, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia, yakni : penglihatan, pendengaran, penciuman,

(2)

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan (Meutia, 2009).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain cognitive mempunyai 6 (enam) tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode,

(3)

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagain dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justification atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut ber-KB, tidak mau memeriksakan kehamilan dan sebagainya.

(4)

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Sebagai contohnya yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan atau senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Azwar, 2003).

2.3.2 Indikator Sikap Terhadap Kesehatan

Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, antara lain : (Notoatmodjo, 2007)

1. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang tehadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan sebagainya. 2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, istirahat cukup dan sebagainya. 3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dapat melalui wawancara atau angket.

(5)

2.4 Tindakan

Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Kebiasaan setiap anak dalam berperilaku mencuci tangan dengan sabun agar terhindar dari berbagai macam penyakit sehingga dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan.

2. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

4. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan dilakukan dengan baik (Notoatmodjo, 2007).

2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.5.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2008).

(6)

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (Kemenkes RI, 2010).

2.5.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Pendidikan

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah kebiasaan/perilaku positif yang dilakukan oleh setiap komponen lingkungan sekolah yaitu oleh setiap siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain yang dengan kesadarannya untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta aktif dalam menjaga lingkungan sehat di sekolah. PHBS perlu dilakukan sekolah dengan tujuan agar siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin sekolah, orang tua siswa dan lain-lain terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit, sekolah menjadi bersih dan sehat sehingga meningkatkan semangat proses belajar-mengajar dan akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.

Beberapa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah :

1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.

Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun itu penting karena air bersih yang mengalir membersihkan kotoran dan kuman-kuman, sabun

(7)

dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Air kotor juga banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit antara lain, mencret/diare, cacingan, typhus, flu burung, dan lain-lain.

2. Jajan di kantin sekolah yang sehat.

Jajanan sehat adalah jajanan yang bersih, aman, sehat dan mengandung zat gizi seperti karbohidrat, protein dan vitamin. Contoh jajanan sehat: gado-gado, pisang goreng, lemper, tahu isi, singkong, bakwan, buah-buahan, dan lain-lain. Ketika kita jajan sembarangan, kita tidak dapat memastikan apakah jajanan tersebut bersih, bergizi, sehat dan aman. Jajanan tidak bersih dapat tercemar kuman. Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan makanan tambahan yang digunakan seperti zat pewarna, zat pengawet, bumbu penyedap apakah aman bagi kesehatan kita.

3. Membuang sampah pada tempatnya.

Sampah adalah sarang kuman dan bakteri penyakit. Membuang sampah pada tempatnya menghindari tubuh supaya tidak tertular penyakit, juga menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

4. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah.

Tujuan olahraga secara rutin adalah agar tubuh selalu bugar, untuk memelihara kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit, untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal. Sedangkan manfaat dari olahraga teratur adalah berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih

(8)

kuat, bentuk tubuh ideal dan proporsional, daya tahan tubuh terhadap penyakit lebih baik.

5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara teratur paling tidak 6 bulan sekali, berarti siswa dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi: kurang, baik atau lebih. Dengan mengamati pertumbuhan berat badan dan tinggi badan dari waktu ke waktu, dapat diketahui perkembangan kesehatannya.

6. Bebaskan diri dari asap rokok

Rokok berbahaya karena pada 1 batang rokok mengandung 4000 bahan kimia dan 43 senyawa tersebut terbukti menyebabkan kanker. Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan karbonmonoksida. Bahaya merokok ialah dapat menderita kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, batuk-batuk yang menahun (kronik), kelainan kehamilan, kerusakan gigi, dan kehilangan pendengaran. Cara untuk terhindari dari merokok ialah jang pernah mencoba untuk merokok, jangan mau terbujuk oleh rayuan merokok, berani katakan tidak kalau ada yang menawari merokok, pilih dan bergaulah dengan teman yang tidak merokok.

7. Memberantas jentik nyamuk di sekolah.

Perlunya dilakukan pemberantasan jentik di sekolah adalah agar siswa terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti demam berdarah, malaria, dan kaki gajah, dan juga membuat lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat. Cara memberantas jentik nyamuk yaitu dengan melakukan cara 3M,

(9)

yaitu menguras tempat penampungan air seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air, menguburkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik, dan lain-lain. Pemeriksaan jentik berkala dan 3M dilakukan secara teratur setiap minggu di sekolah.

8. Buang air kecil dan air besar di jamban sekolah

Pentingnya untuk membuang air besar dan kecil di jamban adalah untuk menjaga lingkungan agar selalu bersih, sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya, dan tidak menimbulkan datangnya lalat yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, tipus, cacingan, dan lain-lain. Cara menggunakan jamban dengan benar adalah menggunakan jamban duduk jangan berjongkok karena kaki/alas kaki akan mengotori jamban, kemudian menyiram bersih setelah buang air kecil dan besar, tidak membuang sampah pada lubang jamban agar tidak tersumbat dan mengingatkan warga sekolah untuk menjaga kebersihannya.

2.5.3 Sasaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Sekolah 1. Sasaran Primer

Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya murid atau guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

2. Sasaran Sekunder

Adalah sasaran yang dapat memengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah, misalnya kepala sekolah, guru, orang tua, murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan lintas sektor terkait.

(10)

3. Sasaran Tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan, misalnya kepala desa, lurah, camat, Kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan, guru, tokoh masyarakat dan orang tua murid.

2.5.4 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik.

3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat) untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.

4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan. 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain

2.6 Siswa Sekolah Dasar

2.6.1 Pengertian Anak Siswa Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar adalah periode perkembangan anak usia antara 6-12 tahun dikenal sebagai periode laten. Tidak seperti bayi dan usia pra-sekolah, anak

(11)

usia sekolah sudah dapat menentukan kehendak/keinginan sesuai dengan kemampuan mereka untuk memilih yang lebih baik (Diktat Anak, 2009).

Menurut Piaget (Friedman dan Clark, 1987), perkembangan anak pada masa ini berada pada tahap konkret operasional. Konkret karena anak hanya mampu memahami hal-hal berbentuk (tangible) dan operasional karena mampu berfikir dengan cara sistematis dan logis.

2.6.2 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah

Orangtua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah. Label-label tersebut yaitu : (Lusi, 2008).

1. Label yang digunakan oleh orang tua a. Usia yang menyulitkan

Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.

b. Usia tidak rapi

Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapian dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali bila orang tua mengharuskan melakukannya dan mengancam dengan hukuman.

(12)

2. Label yang digunakan oleh para pendidik a. Usia sekolah dasar

Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai ketrampilan penting tertentu, baik ketrampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

b. Periode kritis

Suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa. Dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.

3. Label yang digunakan ahli psikologi a. Usia berkelompok

Suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.

b. Usia penyesuaian diri

Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan dari teman-teman sebaya dan keanggotaan dalam kelompok.

(13)

c. Usia kreatif

Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan apakah anak-anak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru dan orisinil. Meskipun dasar-dasar untuk ungkapan kreatif diletakkan pada awal masa kanak-kanak, namun kemampuan untuk menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan orisinal pada umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak belum mencapai tahun-tahun akhir masa kanak-kanak. d. Usia bermain

Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada periode-periode lain, namun terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain. Jadi dapat disimpulkan bahwa masa ini adalah masa atau usia dini yang paling tepat bagi anak memperoleh pendidikan kesehatan mencuci tangan. Masa dimana anak senang mempelajari apa yang ada di sekitarnya dengan suka bermain dan berkelompok dengan teman–temannya baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan di sekitarnya. Anak akan mudah diberikan masukan mengenai pendidikan kesehatan mencuci tangan sehingga dapat merubah perilaku yang sebelumnya tidak rajin mencuci tangan. Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, anak menjadi tahu pentingnya mencuci tangan dan merubah perilaku mencuci tangannya (Nicholas, 2011).

(14)

2.7 Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu kegiatan pendidikan yang bersifat non-formal yang ditujukan untuk mengubah perilaku baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan manusia (Arsury, 2009).

Penggunaan kombinasi dari berbagai penyuluhan akan banyak membantu mempercepat proses perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak penyuluhan yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu. Kombinasi metode penggunaan penyuluhan juga dilakukan pada “kelompencapir”. Dalam operasional di lapangan, kelompencapir menggunakan berbagai cara/metode komunikasi yaitu metode komunikasi banyak tahap (multi step of communication) yaitu arus komunikasi mengalir dari media masyarakat kepada pemuka masyarakat, dari pemuka masyarakat secara “tatap muka” disalurkan kepada anggota kelompencapir melalui diskusi-diskusi kelompok tentang topik yang dibahas oleh media massa, dan selanjutnya disebarkan kepada khalayak secara bersilang dan menyeluruh.

Menurut Mounder dalam Suriatna (1987), menggolongkan metode penyuluhan menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai:

1. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara pororangan. Yang termasuk ke dalam metode ini adalah:

a. Surat-menyurat b. Kontak informal

(15)

c. Undangan

d. Hubungan telepon e. Magang

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan denga sekelompok orang yang menyampaikan pesannya. Beberapa metode pendekatan kelompok antara lain:

a. Ceramah dan diskusi b. Rapat c. Demonstrasi d. Temu karya e. Temu lapang f. Perlombaan g. Pemutaran slide

h. Penyuluhan kelompok lainnya

3. Metode berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas (massa). Beberapa metode yang termasuk dalam golongan itu, antara lain:

a. Rapat umum

b. Siaran melalui media massa c. Pertunjukan kesenian rakyat d. Penerbitan visual

(16)

Sedangkan para ahli yang lain menggolongkan metode berdasarkan teknik komunikasi dan berdasarkan indra penerimaan sasaran. Berdasarkan teknik komunikasi, penyuluhan dibai menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Penyuluhan langsung. Artinya para petugas penyuluhan, langsung bertatap muka dengan sasaran. Misalnya anjangsana, kontak personal, demonstrasi, dan lain-lain.

2. Penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini pesan yang disampaikan tidak secara langsung dilakaukan oleh penyuluh teteapi melalui perantara atau media. Misalnya pertunjukan film atau slide, siaran melalau radio atau televisi dan penyebaran bahan tercetak.

Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

1. Metode yang dilaksanakan dengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.

2. Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya siaran pertanian melalui radio dan hubungan telephone serata alat-alat audiotif lainnya.

3. Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya :

a. Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba) b. Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba) c. Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat) 4.

(17)

2.8 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

2.8.1 Pengertian Perilaku Mencuci Tangan dengan Sabun

Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Potter, 2005).

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan 16 yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari (WHO, 2009).

Perilaku mencuci tangan adalah suatu aktivitas, tindakan mencucin tangan yang dikerjakan oleh individu yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Mencuci tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia seta membuat tangan menjadi harum baunya.

(18)

2.8.2 Pentingnya Mencuci Tangan dengan Sabun

Kebiasaan mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk melindungi seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci tangan tidak di bawah air mengalir. Mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif dalam membunuh kuman yang menempel ditangan.

Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif (Carl, 2008). 2.8.3 Bahaya Jika tidak Mencuci Tangan dengan Sabun

Jika tidak mencuci tangan menggunakan sabun, kita dapat menginfeksi diri sendiri terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut. Dan kita juga dapat menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh permukaan yang mereka sentuh juga seperti handel pintu.

Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk demam biasa, flu dan beberapa kelainan sistem pencernaan seperti diare. Kebersihan tangan yang kurang juga dapat menyebabkan penyakit terkait makanan seperti infeksi Salmonella dan E. Coli. Beberapa mengalami gejala yang mengganggu seperti mual, muntah, dan diare (Lestari, 2008).

2.8.4 Teknik Mencuci Tangan yang Baik dan Benar serta Penggunaan Sabun Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk bersih atau menggunakan tisu (Kemenkes, 2010).

(19)

Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah-langkah sebagai berikut: (Kemenkes, 2010)

1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan, akan lebih baik jika sabun yang mengandung antiseptik.

3. Gosokkan pada kedua telapak tangan. 4. Gosokkan sampai ke ujung jari.

5. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut. Hal ini dilakukan pada kedua tangan.

6. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci. 7. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan gerakan

saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.

8. Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang, berputar. Hal ini dilakukan pada kedua tangan.

9. Pegang pergelangan kanan kanan dengan pergelangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula pada tangan kiri.

10. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.

11. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue atau handuk, jika menggunakan kran, tutup kran dengan tisu.

(20)

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan ini.

Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko (Ray, 2011).

2.9 Kerangka Konsep

Dari kerangka teori menjadi kerangka konsep menggunakan Teori Precede-Proceed dari Lawrence Green yang dimodifikasi dengan teori segitiga epidemiologi yaitu perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, dan sikap yang mendukung terjadinya perilaku tersebut, dalam hal ini perilaku cuci tangan pakai sabun.

(21)

Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

PHBS

Cuci tanga pakai sabun 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pengetahuan 5. Sikap 6. Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Proses model yang dibahas pada tugas akhir kali ini adalah mengenai reservasi kendaraan kantor pada PT.Pertamina EP, permasalahan yang dialami oleh perusahaan

Mengajukan pertanyaan terkait tayangan atau simulasi atau hal-hal yang berhubungan dengan alat-alat tangan garage jack (dongkrak), safety

43 Perkataan menyuruh mengobati, tidak sama artinya dengan menyuruh lakukan (doonplegen) dalam Pasal 55 ayat (1) butir 1, karena menyuruh lakukan pada Pasal 55

Hasil penelitian menggunakan uji Regresi Linier Berganda diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial Return On Assets mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Selain itu pentingnya wawasan serta keuletan dari Frontliner untuk mengarahkan dan mengembangkan kebutuhan perbankan nasabah adalah modal penting dalam berjalannya

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Tujuan dari pembuatan aplikasi ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam perhitungan dengan menggunakan aplikasi Graphic User Interface pada program Matrix

harus menjawab dengan jawaban yang benar untuk mendapatkan skor, kuis ini diberu waktu 15 detik dalam 1 pertanyaan untuk dikerjakan. Scene 5 :Menu berisikan beberapa ayat dan