i
PENERAPAN METODE
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
GUNA
MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
(Penelitian dilaksanakan pada Siswa Kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
THERECIA WAHYU INDRIANI
NIM: 081334022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN :
Karya Kecil ini Kupersembahkan Teruntuk :
Tri Tunggal Maha Kudus dan Bunda Maria yang
selalu memberikan anugrah dan membimbing langkah
hidup ku setiap waktu
Bapak dan ibu ku tercinta, Paulus Sunardi dan
Chrispina Mursiyem serta Kakak dan adikku tercinta
Valentina Nugrita Jayanti dan Oky Tri Handoko
yang tak pernah lelah mendoakan dan mencintaiku.
Seluruh keluarga besar ku.
Almamater ku tercinta Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
Bagaikan Kuncup Mawar Mekar Pada Waktunya
Percayalah, Tuhan Jadikan Semua Indah Pada Waktunya
Tuhan Takkan Terlambat Juga Takkan Lebih Cepat
Semuanya Dia Jadikan Indah Tepat Pada Waktunya
(1 Korintus 10:13)
Berusaha, Berdoa, dan Bersyukur adalah Kunci untuk
viii
ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) GUNA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
AKUNTANSI
Penelitian Dilaksankan pada Siswa Kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
Therecia Wahyu Indriani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum dan buku besar pada perusahaan jasa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XD, SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 23. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah penyajian kelas, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dan meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan analisis komparatif.
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHODS TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) TYPE TO INCREASE THE
INTEREST AND LEARNING ACHIEVEMENTS OF STUDENTS IN ACCOUNTING
A Research was done in the tenth- class students of BOPKRI 2 Senior High Schools Yogyakarta
Therecia Wahyu Indriani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
The purpose of research is to know the improvement of the interest and learning achievements of students in learning accounting with the main topic: general journal and the ledger of the service company by implementating the cooperative learning methods Teams Games Tournament type.
The research was done on 23 students of the tenth class students of BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta in 2011/2012. The main components of TGT type cooperative learning are making class presentation, deviding group, and creating games, tournaments, and awards. The implementation of this class research was done in 2 cycles including 4 steps: planning, acting, observating, and reflecting. The collection of the data was done by testing methods, observating, interviewing, and archiving. The analysis data of this research is descriptive and comparative analysis.
The result of the research shows that the implementation of cooperative method Team Games Tournament (TGT) can improve the interests and learning achievements of students in accounting subject. There are 2 improvements after researching: 40% in the first cycle and 80% in the second cycle. These improvements have exceeded the target decided in the first research that is 40% improvements. These improvements also happen to the learning interests of students. The improvements of students learning interest can be known by the improvements in each category of students’ interest. In this case, there are two improvements happening in the research: percentage of students having very good interests 25% in the first cycle and 95 % in the second cycle. Improvements also happen to the percentage of students having good interest. Before cooperative learning methods TGT type is implemented, percentage of students having good interest is 15%, but after the method is implemented, percentage of the first cycle is 55% and the second cycle is getting down to 5%. This decrease of students’ interest in the second cycle happened because the students having good interest in the first cycle become the students having great interest in the second cycle. According to T-test method, got sig. (2-tailed) in the first cycle and = 0,000 < α = 0.05 in the second cycle.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Bapa Putera dan Roh Kudus atas segala berkat dan binbingan-Nya sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Guna Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mampu menguatkan dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi. Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, serta pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.
xi
6. Ibu Dra. Arina Rahayu, M.M dan seluruh keluarga besar SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah meluangakan waktu dan tenaga dalam membantu melaksanakan penelitian guna menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Paulus Sunardi dan Ibu Chrispina Mursiyem yang telah memberikan doa, cinta, dan dukungan baik moril maupun materil kepada ku dalam segala hal. Terimakasih untuk segalanya yang telah kalian berikan karena kekuatan dan cinta kalian telah mengajarkan ku banyak hal. Semoga kasih Tuhan senantiasa melimpah kepada Bapak dan Ibu.
8. Kakak ku tercinta Valentina Nugrita Jayanti dan Adikku Oky Trihandoko yang juga telah memberikan doa, cinta, dan dukungan. Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk hidup kalian dan semua akan indah pada waktunya.
9. Keluarga ku di Klaten, Om Paidi Maryono, Bulik Veronika Saryuni, Bude Hartini, Pakde Saiman, Bude Suminten, Mbak ika, Mas Tri, Si kecil Abel, dan seluruh keluarga besar ku. Terimakasih untuk semua yang telah diberikan kepada ku selama menyelesaikan studi ini.
10.Buat saudara sepupu ku tercinta, Niken dan Nana. Trimakasih untuk semua yang sudah kalian berikan kepada ku mulai dari awal sampai saat ini.
xii
12.Angga Putra Wicaksana, terimakasih atas cinta, doa, kesabaran dan pengorbanannya.
13.Teman-teman Pendidikan akuntansi angkatan 2008 terima kasih atas semangat dan dorongan kalian serta segala informasi, waktu, kebersamaan kalian, perhatian teman-teman yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
14.Teman-teman kost Pringgodani 10a, Asri, Vany, Consitha, Elsa, Yeny, Santi, Rini, Novel. Terimaksih atas canda, tawa, pengalaman yang kalian berikan yang mampu mengajarkan arti persaudaraan yang sesungguhnya.
15.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukkan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 2 Juli 2012 Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 12
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ... 17
D. Belajar ... 20
E. Prestasi Belajar ... 21
F. Minat Belajar ... 25
xiv
H. Kajian Penelitian yang Relevan………. 30
I. Kerangka Teoritik ... 31
BAB III METODE PENELITIAN... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34
D. Prosedur Penelitian... 35
E. Instrumen Penelitian... 53
F. Teknik Pengumpulan Data ... 56
G. Pengukuran Variabel Minat Belajar ... 57
H. Teknik Analisis Data ... 59
I. Analisis Instrumen Penelitian ... 61
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 65
A. Identitas Sekolah ... 65
B. Tujuan satuan pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 65
C. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 67
D. Kurikulum satuan pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta .. 67
E. Organisasi Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 67
F. Sumber daya Manusia SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 70
G. Peserta didik SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 71
H. Sarana dan Prasarana... 72
I. Usaha-usaha peningkatan kualitas dan penempatan lulusan .... 73
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 75
A. Deskripsi Penelitian ... 75
1.Observasi Pra penelitian ... 75
a. Observasi Guru... 76
b. Observasi Siswa ... 80
c. Observasi Kelas ... 84
xv
a. Siklus pertama ... 90
1) Perencanaan ... 90
2) Tindakan... 95
3) Observasi ... 98
4) Refleksi ... 106
b. Siklus kedua ... 110
1) Perencanaan ... 111
2) Tindakan... 116
3) Observasi ... 119
4) Refleksi ... 127
B. Analisis Komparasi Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 131
1.Deskripsi Data ... 131
2.Pengujian Komparatif ... 135
C.Analisis Komparasi Minat Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 137
1.Deskripsi Data ... 137
2.Pengujian Komparatif ... 141
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 145
A. Kesimpulan ... 145
B. Keterbatasan Penelitian ... 147
C. Saran ... 147
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi- kisi Instrument penelitian Minat Belajar ... 58
Tabel 3.2 Skor Variabel Minat ... 44
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Pendidik ... 70
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kependidikan ... 71
Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik ... 71
Tabel 4.4 Profil Tamatan ... 72
Tabel 4.5 Keberhasilan Proses Empat Tahun Terakhir ... 72
Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana ... 72
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru sebelum implementasi TGT ... 78
Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa ... 82
Tabel 5.3 Hasil Observasi Minat Siswa Sebelum Penerapan Metode TGT ... 83
Tabel 5.4 Hasil Observasi Kondisi Kelas ... 85
Tabel 5.5 Aktivitas Guru Pada Siklus I ... 98
Tabel 5.6 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Siklus I ... 102
Tabel 5.7 Hasil Observasi Minat Siklus I ... 103
Tabel 5.8 Instrumen Pengamatan Kelas Siklus I ... 104
Tabel 5.9 Rangkuman Refleksi Guru Terhadap Metode Kooperatif tipe TGT ... 106
Tabel 5.10 Rangkuman Refleksi Siswa Terhadap Metode Kooperatif tipe TGT ... 108
Tabel 5.11 Aktivitas Guru Pada Siklus II ... 120
Tabel 5.12 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Siklus II ... 123
Tabel 5.13 Hasil Observasi Minat Siklus II ... 125
Tabel 5.14 Instrumen Pengamatan Kelas Siklus II ... 126
xvii
Tabel 5.16 Rangkuman Refleksi Siswa Terhadap Metode Kooperatif
tipe TGT ... 129
Tabel 5.17 Tabel Prestasi Belajar Siswa ... 132
Tabel 5.18 Tabel Komparasi Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 134
Tabel 5.19 Pengujian Normalitas Prestasi Siswa ... 135
Tabel 5.20 Pengujian rata-rata Prestasi Siwa Berdasarkan Paired Sample Test pada Siklus I ... 136
Tabel 5.21 Pengujian rata-rata Prestasi Siwa Berdasarkan Paired Sample Test pada Siklus II ... 137
Tabel 5.22 Skor Minat Belajar Siswa ... 138
Tabel 5.23 Analisis Komparasi Minat Belajar Siswa ... 139
Tabel 5.24 Pengujian Normalitas Minat Siswa ... 141
Tabel 5.25 Pengujian rata-rata Minat Siwa Berdasarkan Paired Sample Test pada Siklus I ... 143
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 151
Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 152
Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 153
Lampiran 4 Lembar Observasi Pra Penelitian Aktivitas Guru di Kelas secara umum ... 154
Lampiran 5 Instrumen Observasi Pra Penelitian Aktivitas Siswa di Kelas ... 157
Lampiran 6 Instrumen Observasi Pra Penelitian Kondisi Kelas ... 158
Lampiran 7 Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 159
Lampiran 8 Instrumen Pengamatan Kelas ... 161
Lampiran 9 Lembar Observasi kegiatan Siswa dalam Kelompok ... 163
Lampiran 10 Lembar Refleksi Guru Mitra ... 164
Lampiran 11 Lembar Refleksi Siswa ... 165
Lampiran 12 Kuesioner Sebelum Tindakan ... 166
Lampiran 13 Kuesioner Setelah Tindakan ... 169
PRA PENELITIAN Lampiran 1a Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 171
Lampiran 2a Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 173
Lampiran 3a Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 175
Lampiran 4a Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 177
Lampiran 5a Hasil Observasi Kegiatan Siswa Di Kelas ... 180
Lampiran 6a Hasil Observasi Keadaan Kelas ... 182
Lampiran 7 Analisis Butir Kuesioner Pra Penelitian ... 184
xx PERANGKAT PEMBELAJARAN SIKLUS I
Lampiran 1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 186
Lampiran 2 Kisi – Kisi Soal ... 193
Lampiran 3 Soal Pretest ... 197
Lampiran 4 Soal Posttest ... 207
Lampiran 5 Lembar Jawaban ... 217
Lampiran 6 Nama Kelompok ... 218
Lampiran 7 Format Skor Kelompok ... 219
Lampiran 8 Media Pembelajaran ... 220
Lampiran 9 Soal Games ... 222
Lampiran 10 Soal Turnamen ... 226
Lampiran 11 Jawaban Games ... 230
Lampiran 12 Jawaban Turnamen ... 232
PERANGKAT PEMBELAJARAN SIKLUS II Lampiran 1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 233
Lampiran 2 Kisi – Kisi Soal ... 240
Lampiran 3 Soal Pretest ... 246
Lampiran 4 Soal Posttest ... 251
Lampiran 5 Lembar Jawaban ... 257
Lampiran 6 Soal Games ... 258
Lampiran 7 Jawaban Games ... 261
Lampiran 8 Media Games ... 262
Lampiran 9 Soal Turnamen ... 263
Lampiran 10 Media Turnamen ... 268
Lampiran11 Jawaban Turnamen ... 274
SIKLUS I Lampiran 1b Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 279
xxi
Lampiran 3b Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 283
Lampiran 7a Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 284
Lampiran 8a Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 286
Lampiran 9a Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 288
Lampiran 10a Refleksi Guru Mitra ... 289
Lampiran 11a Refleksi Siswa ... 290
Lampiran 12 Analisis Butir Kuesioner Siklus I ... 292
Lampiran 13 Perhitungan Skor Minat Belajar dengan PAP II ... 293
SIKLUS II Lampiran 1c Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 294
Lampiran 2c Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 296
Lampiran 3c Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 298
Lampiran 7b Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 299
Lampiran 8b Hasil Observasi Kegiatan Kelas ... 301
Lampiran 9b Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 303
Lampiran 10b Refleksi Guru Mitra ... 304
Lampiran 11b Refleksi Siswa ... 305
Lampiran 12 Analisis Butir Kuesioner Siklus II ... 306
Lampiran 13 Perhitungan Skor Minat Belajar dengan PAP II ... 307
PENGUJIAN INSTRUMENT PENELITIAN Lampiran 1 Uji Normalitas ... 308
Lampiran 2 Uji T-test ... 310
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 314
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat
mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar
mengajar antara guru dan siswa. Dalam konteks ini, guru merencanakan
kegiatan pengajaran pada seperangkat aturan dan rencana tentang
pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara
berkelanjutan terus diperbaharui, guna meningkatkan mutu pendidikan
yang belum mampu memberikan kontribusi secara maksimal untuk
mencapai tujuan pendidikan. Salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah lemahnnya
proses pembelajaran (Sofran Amri dan Lif Khoiru, 2010 :88).
Berdasarkan pengalaman saat pelaksanaan program pengalaman
lapangan (PPL) di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, terlihat bahwa lemahnya
proses pembelajaran di sekolah terjadi karena kurangnya kekreatifan guru
dalam memodifikasi metode pembelajaran yang ada dan kurangnya
keterlibatan siswa dalam setiap proses pembelajaran. Hal tersebut juga
terjadi pada proses pembelajaran Akuntansi. Masih banyak guru yang
mengunakan metode konvensional dalam kegiatan pembelajaran
yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya
guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk,
mendengarkan apa yang disampaikan dan mencatat apa yang diberikan
oleh guru, sehingga kelas terlihat pasif dan tidak sedikit siswa yang asyik
dengan kepentingannya sendiri di luar proses pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang kurang inovatif dan kurangnya keterlibatan siswa
untuk memecahkan persoalan pada mata pelajaran Akuntansi, menjadi
salah satu penyebab rendahnya minat siswa dalam belajar akuntansi dan
pada akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Pertama, diperlukan guru
yang kreatif dalam membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan
disukai oleh peserta didik. Kedua, penyajian kelas perlu dirancang
sedemikian rupa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat,
agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran dan mampu berinteraksi satu
sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang
optimal. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan (Slavin, 2008: 273)
bahwa pelaksanaan pembelajaran yang efektif adalah inti keahlian guru
dan pembelajaran yang efektif menggunakan banyak metode di dalamnya.
Banyak hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk memperbaiki
lemahnya proses pembelajaran, salah satu alternatifnya adalah guru
menerapkan pembelajaran yang lebih kreatif dan mampu melibatkan siswa
pendekatan yang bisa dilakukan adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang mengembangkan
hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah
dalam bidang akademik, serta menumbuhkan kesadaran siswa untuk
belajar berfikir dan menyelesaikan masalah (Slavin, 2008:5).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini
siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan
komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran
dengan mudah.
Begitu banyak tipe pembelajaran kooperatif yang ditawarkan
kepada guru tetapi dalam penelitian ini hanya difokuskan pada metode
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). TGT
merupakan sebuah tipe pembelajaran kooperatif yang mengkombinasikan
permainan-permainan (games) untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi yang sedang dipelajari dan mampu melibatkan siswa
secara penuh dalam proses pembelajaran di dalam kelas, Karena TGT
termasuk ke dalam pembelajaran kooperatif maka seluruh proses
pembelajaran menekankan pada interaksi individu dalam kelompok,
sehingga siswa terlatih untuk bekerja sama dan menghargai pendapat
orang lain. Selain permainan-permainan (games), dalam TGT juga
mengenal istilah Turnament. Turnament merupakan ajang kompetisi
kelompoknya yang terbaik. Persaingan yang setara ini memungkinkan
masing-masing siswa menyumbangkan skor untuk kelompoknya.
Berdasarkan penjelasan di atas, diperlukan suatu metode
pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan minat belajar siswa pada
mata pelajaran Akuntansi, sehingga berkontribusi meningkatkan prestasi
siswa. Metode pembelajaran yang inovatif tersebut adalah dengan
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT).
Dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) diharapkan pembelajaran menjadi lebih
menarik dan menyenangkan, sehingga mampu mengembangkan
kemampuan siswa secara optimal dan mampu meningkatkan minat dan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Dengan demikian,
peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) guna
Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
B. Batasan Masalah
Ada banyak ragam pendekatan kooperatif yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran Akuntansi. Dalam penelitian ini hanya difokuskan
untuk menyelidiki apakah penerapan metode kooperatif tipe TGT
berdampak pada peningkatan minat dan prestasi siswa pada mata pelajaran
Akuntansi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dirumuskan
permasalahan dalam penelitian, sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games
tournament (TGT) dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Akuntansi ?
2. Apakah ada perbedaan minat dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Akuntansi sebelum dan sesudah diterapkannya metode
pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar dan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi melalui penerapan
E. Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini, diharapkan akan memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Siswa
Penelitian ini di harapkan dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan mengurangi kebosanan siswa dalam belajar
Akuntansi, sehingga mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran akuntansi
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi guru
mata pelajaran Akuntansi dalam memilih metode pembelajaran
sehingga dalam penyelenggaraan pembelajaran tidak monoton dan
siswa memiliki minat untuk mengikuti pembelajaran Akuntansi dan
dengan demikian prestasi belajar siswa dapat meningkat.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru-guru lain di
sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran melelui PTK.
Dengan demikian diharapkan mutu pendidikan sekolah dari waktu ke
waktu menjadi semakin baik.
4. Bagi Peneliti
Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam proses belajar
berpusat pada siswa sehingga siswa dapat menemukan sendiri ilmu
yang ada di lingkungan
5. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini merupakan bentuk nyata dari tugas perguruan
tinggi. Diharapkan tugas perguruan tinggi dibidang penelitian bisa
semakin nyata, dan masyarakat dapat mengambil manfaat dari
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas menurut Hopkins (1993) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas memperdalam terhadap kondisi dalam praktik pengajaran (Masnur, 2009:8).
Arikunto (2008:2) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data ke informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan pnegertian dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu penelitian yang diterapakan oleh guru di dalam kelas guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
b. Prinsip Dasar PTK
PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Wijaya Kusumah, 2009:17):
1) Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar. 2) Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang
berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
3) Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.
4) Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
5) Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.
6) Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
c. Tahapan pelaksanaan PTK
Untuk melaksanakan PTK dibutuhkan tahapan sebagai berikut: (Suharsimi dan Arikunto, 2010:17-20):
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pelaksanaan adalah kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, kelancaran proses tindakan yang dilakukan oleh siswa, situasi proses tindakan, semangat siswa saat pelaksanaan, hasil keseluruhan dari tindakan yang sudah direncanakan.
3) Pengamatan
Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaaan.
4) Refleksi
Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah dilakukan oleh guru atau siswa. Refleksi dilakukan oleh guru dan siswa.
Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat pada siklus berikut ini (Arikunto, 2008:16):
d. Manfaat PTK
Manfaat PTK menurut Wina Sanjaya adalah sebagai berikut ( 2009: 34-35) :
1) Manfaat PTK untuk guru :
a) PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya
b) PTK mampu meningkatkan kemampuan dan kualitas kinerja
c) Keberhasilan PTK mampu mempengaruhi teman sejawat untuk mencoba ide-ide baru dalam pembelajaran
d) PTK mampu mendorong guru untuk memiliki sikap profesionalitas
e) PTK mampu mendorong guru untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2) Manfaat untuk siswa :
a) PTK mampu mengurangi kebosanan dalam mengikuti proses pembelajaran
b) PTK mampu berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa secara optimal
3) Manfaat PTK untuk sekolah
PTK akan menciptakan guru-guru yang kreatif dan inovatif dengan selalu berupaya meningkatkan hasil belajar siswanya. Dengan makin banyaknya guru yang kreatif di suatu sekolah maka akan membuka kesempatan kepada sekolah tersebut untuk maju dan berkembang.
e. Kelebihan dan Kelemahan PTK
PTK sebagaimana jenis penelitian lainnya memiliki kelebihan dan kelemahan. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan tersebut, diharapkan mengurangi atau mengantisipasi kekurangan dan mampu mengoptimalkan kelebihan tersebut. Wina Sanjaya (2009:37-38) menyatakan kelebihan PTK sebagai berikut : 1) PTK dilaksanakan secara kolaboratif, sehingga menciptakan
2) Dengan diadakannya kerjasama yang menjadi ciri khas dalam PTK, memungkinkan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih kreatif dan inovatif
3) Hasil atau simpulan dalam PTK adalah hasil dari keputsuan semua pihak sehingga akan meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian.
4) Hasil yang diperoleh dari PTK mampu secara langsung diterapkan oleh guru.
Sementara itu kelemahan dari PTK adalah sebagai berikut :
1) PTK adalah penelitian yang berangkat dari masalah praktis yang dihadapi oleh guru, dengan demikian kesimpulan yang dihasilkan bersifat universal yang berlaku secara umum
2) PTK adalah penelitian yang bersifat longgar situasional dan kondisional, sehingga terkadang tidak menerapkan prinsip-prinsip metode ilmiah secara ajek, dengan demikian banyak orang yang meragukan PTK sebagai suatu kerja penelitian ilmiah.
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning
a. Pengertian model pembelajaran tipe cooperative learning
Pengertian model pembelajaran. Menurut joyce (1994:4). Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan ajar.
Menurut Aninta Lie (1998:27) dalam bukuknya “Cooperative Learning” bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan hanya sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson (dalam Nana: 1997: 22) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
1) Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling ketergantungan sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugas sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2) Tanggung jawab perseorangan
merasa bergantung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative Learning membuat persiapan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3) Tatap muka
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interkasi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4) Komunkasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwal waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.
b. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, dalam Suryadi dkk.2008)
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidakanya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim. (dalam Suyitno.2009: 9), yaitu:
1) Hasil belajar akademik
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting kegiatan pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi. Ketrampilan-ketrampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam pengembangan sosial.
c. Metode-metode Pembelajaran Tipe Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, tetapi terdapat variasi dari model pembelajaran kooperatif. Metode-metode tersebut diantaranya:
1) JIGSAW
2) STAD
Dalam metode pembelajaran ini kelas dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang siswa secara heterogen. Setelah itu guru memberikan topik untuk didiskusikan dalam kelompok dan mengharuskan tiap anggota kelompok dapat mengerti dan dapat menjelaskan tentang materi yang telah didiskusikan. Selanjutnya guru memberikan evaluasi untuk mengukur sejauh mana keberhasilan penggunaan metode tersebut
3) Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Dalam metode pembelajaran ini kelas dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen. Setelah itu kelompok dipersilahkan memilih topik yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Selanjutnya kelompok melakukan penyelidikan atas topik yang dipilihnya. Lalu kelompok menyiapkan laporan tentang apa yang diteliti dan mempresentasikannya di depan kelas.
4) Think Pair Share (TPS)
pasangan dan mendiskusikan jawaban yang telah mereka peroleh. Selajutnya guru meminta tiap pasangan untuk berbagi di depan kelas tentang apa yang sudah mereka diskusikan. 5) Teams Games Tournament (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran, sementara TGT menggunakan game-game akademik. Dalam TGT siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok-kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan setara. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor-skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
individual pada tiap akhir pelajaran, sementara TGT menggunakan game-game akademik. Dalam TGT siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang.
TGT dapat digunakan dalam berbagai macam pelajaran dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun dari jenjang dasar, menengah, atas, hingga perguruan tinggi. TGT sangat cocok untuk mengajar karena tujuan pembelajaran dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian, TGT juga dapat diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau kinerja (Nur & Wikadari, 2000: 27).
Lima komponen utama dalam komponen dalam TGT yaitu (Slavin, 1995:84-88):
a. Presentasi kelas
Sebelum melakukan games, dalam pembelajaran akan diawali penjelaskan materi oleh guru. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar-benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
b. Kelompok (teams)
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat games atau tournament.
c. Permainan (Games)
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament mingguan. d. Turnamen (Tournament)
Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa melakukan belajar dalam kelompok. Turnamen ini berfungsi untuk mengetahui kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Turnamen merupakan suatu pertandingan antar anggota-anggota yang berbeda. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya. Sebelum memulai setiap sesi turnamen salah satu anggota kelompok diminta untuk menaruh uang sebagai modal yang dikumpulkan oleh masing-masing kelompok pada saat games berlangsung, jika kelompok menjawab soal dengan benar maka skor kelompok akan bertambah sesuai uang yang dipertaruhkan, tetapi jika kelompok menjawab salah maka skor akan berkurang sebesar modal yang dipertaruhkan. Kelompok yang memiliki jumlah uang terbanyaklah yang akan menjadi pemenang.
e. Penghargaan Kelompok
4. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut W.S.Winkel belajar dirumuskan sebagai berikut: suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.
b. Hakikat Universal dari Belajar
Dalam dunia pembelajaran, untuk menghadapi dan beradaptasi dengan berbagai tantangan UNESCO memberikan resep berupa empat pilar belajar, yaitu : (Hariyanto, 2011: 29-33) 1) Belajar untuk mengetahui (learning to know)
Belajar untuk mengetahui akan berimplikasi tehadap pengembangan seluruh potensi konsentrasi belajar, ketrampilan mengingat, dan kecakapan untuk berfikir.
2) Belajar untuk berbuat (learning to do)
Belajar atau berlatih untuk menguasai ketrampilan dan kompetensi kerja. Hal ini berimplikasi pada pendidikan vokasional di sekolah.
3) Belajar untuk hidup bersama (learning to live together)
Proses pembelajaran harus berlangsung sedemikian rupa sehingga mengembangkan nilai-nilai kehidupan melalui tatanan hidup bersama atas dasar toleransi yang ditandai oleh nilai-nilai universal yang bersumber dari ajaran agama.
4) Belajar untuk menjadi manusia utuh (Learning To Be)
Belajar untuk menjadi manusia utuh adalah belajar untuk menjadi manusia yang utuh dan paripurna.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi, termasuk fisik maupun mental atau psikofisiknya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seorang dalam belajar. 2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat pelajaran yang tidak memadahi, dan lingkungan sosial maupun lingkungan alaminya.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan minat belajar adalah kemauan atau ketertarikan peserta didik untuk belajar khususnya dalam pelajaran akuntansi. Keberhasilan belajar dapat diukur dari adanya perubahan minat peserta didik dari tidak berminat menjadi berminat, dari belum tahu menjadi tahu, dari yang nilainya kurang baik meningkat menjadi lebih baik.
5. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut kamus besar bahasa Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Muhibin Syah (2003:213) Prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar dari segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan menilai setiap ranah psikologis siswa sebagai hasil dari proses belajar siswa.
Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu (Dimyati dan Mujiono, 1999:236-254):
1) Faktor internal
a) Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar.
b) Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi ini dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.
c) Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.
d) Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika. e) Menyimpan perolehan hasil belajar
tetap dimiliki siswa). Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.
f) Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. g) Kemampuan berprestasi
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
h) Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
i) Intelegensi dan keberhasilan belajar
Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
j) Kebiasaan belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
k) Cita-cita siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan yang harus dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi siswa.
2) Faktor eksternal
a) Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru pengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi: pembangunan hubungan baik dengan siswa, menggairahkan minat, perhatian dan memperkuat motivasi belajar untuk berprestasi, mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, melaporkan hasil belajar kepada orang tua/wali siswa.
b) Prasarana dan sarana pembelajaran
Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti lengkapnya sarana dan prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.
c) Kebijakan penilaian
Penilaian adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
d) Lingkungan sosial siswa di sekolah
19.00-21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa akan menjadi malas untuk belajar.
e) Kurikulum sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan dan disusun berdasarkan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum dapat mempengaruhi tujuan yang akan dicapai, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru, siswa maupun elemen-elemen dalam sekolah dan juga orang tua siswa.
6. Minat Belajar
a. Pengertian minat
Minat dapat didefiniskan sebagai suatu sikap atau perasaan yang positif terhadap suatu aktivitas, orang, pengalaman, atau benda (Carl Safran, B.Sc., M.Ed, 1985) dalam Dewa Ketut (1988:61)
Menurut pengertian yang bersifat umum, yang dimaksud dengan minat (interest) adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers).
aktivitas lainnya. Minat adalah penting dalam pengambilan pilihan terhadap suatu jabatan tertentu. (Dewa Ketut Sukardi, 1986).
Dengan demikian, minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan, dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. b. Macam-macam minat
Ada tiga cara yang digunakan untuk menentukan minat, (Carl safran, B.Sc., M.Ed,1985) dalam dewa ketut (1988:64)
1) Minat yang diekspresikan (Expressed interest)
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata tertentu. Misalnya, seseorang mungkin mengatakan bahwa ia/dia tertarik dalam menciptakan suatu model pesawat udara, dalam mengumpulkan perangko, dalam mengumpulkan mata uang logam.
2) Minat yang diwujudkan (Manifest interest)
Sesorang dapat mengekspresikan minat bukan melalui kata-kata tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktivitas tertentu. Misalnya; ikut serta anggota klub musik, drama, sain, dan matematika.
3) Minat yang diinventarisasikan (Inventoried interest)
Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu. Rangkaian pertanyaan semacam ini seringkali disebut inventori minat.
c. Unsur-unsur minat 1) Perhatian
Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian siswa sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkan.
2) Perasaaan
Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan. Menurut Sumadi Suryabrata (1989: 16) perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf.
Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkut dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu.
3) Motif
Kata motif diartikan sebagai daya dan upaya yang mendorong orang melakukan sesuatu. Menurut Sumadi Suryabrata (1989: 32), motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Seseorang melakukan aktifitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologis yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar dalam rentang waktu tertentu.
Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
7. Hakekat Akuntansi
pengambilan keputusan-keputuasn ekonomi, dalam penentuan pilihan-pilihan logis antara tindakan-tindakan dan alternatif.
Menurut Herry (2008: 2-5) dalam akuntasi, perusahaan dibagi menjadi empat kategori beradasarkan dari jenis usahnya, yaitu:
a. Perusahaan Manufaktur b. Perusahaan Dagang c. Perusahaan Jasa
Pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) materi akuntansi yang diberikan hanya sampai pada mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Dalam mempelajari siklus akuntasi perusahaan jasa siswa dituntut untuk memiliki kompetensi dasar sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan akuntasi sebagai sistem informasi b. Menafsirkan persamaan dasar akuntasi
c. Mencatat transaksi/dokumen ke dalam jurnal umum d. Melakukan posting dari jurnal ke buku besar
dan di kredit. Dalam akuntansi jurnal merupakan tempat pertama kali sebuah transaksi dicatat.
Buku besar menurut (Sukiawati dkk, 2007: 158) adalah kumpulan akun yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan lengkap.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian Maria Stephanie Irene tentang Upaya Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajat Siswa Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Teams Games Turnamen (TGT) menemukan bahwa respon siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran sangat baik, hal ini ditunjukan dengan peningkatan nilai rata-rata pada saat sebelum penerapan TGT berdasarkan hasil pretest, prestasi belajar siswa hanya menunjukkan rata-rata 6,03 sedangkan rata-rata setelah penerapan model TGT berdasarkan hasil posttest rata-ratanya adalah 8,09. Rata-rata peningkatan prestasi belajar siswa adalah 1,58. Peningkatan juga terjadi pada variabel minat belajar siswa, hal ini dapat diketahui pada saat kuesioner awal rata-rata minat siswa hanya 125,8 sedangkan pada kuesioner akhir rata-rata-rata-rata minat siswa adalah 133,15. Rata-rata peningkatan minat siswa sebesar 7,33.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa sehingga menunjukkan bahwa adanya hasrat, keinginan dan minat siswa dalam pelajaran akuntansi.
C. Kerangka Teoritik
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah lemahnnya proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari proses pembelajaran di sekolah yang hanya terpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa dalam setiap proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran akuntansi. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam kegiatan pembelajaran akuntasi. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mendengarkan apa yang disampaikan dan mencatat apa yang diberikan oleh guru, sehingga kelas terlihat pasif dan tidak sedikit siswa yang asyik dengan kepentingannya sendiri diluar proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif, karena hanya guru yang aktif dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas.
Metode kooperatif tipe TGT adalah metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permaianan yang menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik.
Dengan demikian penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan pembelajaran menjadi menarik dan lebih menyenangkan, sehingga mampu mengembangkan kemampuan siswa secara optimal, serta mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diperoleh rumusan hipotesis penelitian, yaitu:
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu merupakan suatu upaya mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa.
B. Tempat danWaktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian yang akan digunakan adalah SMA BOPKRI 2 Jl. Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari- April 2012.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa terhadap materi jurnal umum dan buku besar perusahaan jasa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams games Tournament (TGT).
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan Pra Penelitian
2. Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah, sebagai berikut:
a. Siklus pertama
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau tatap muka di kelas meliputi:
1) Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yang meliputi sebagai berikut:
Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuan dan tingkat pemahaman kemudian membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Untuk membagi siswa agar menjadi kelompok yang heterogen yaitu dengan cara melihat nilai ujian sebelum diadakannya penelitian. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi presentasi, soal-soal latihan, lembar jawab siswa dan lembar observasi.
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum melakukan games, dalam pembelajaran akan diawali dengan penjelasan materi oleh guru. Materi pada siklus pertama ini adalah jurnal umum pada perusahaan jasa. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar-benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
(1) Pembagian Kelompok ( Teams)
diperhatikan siswa agar kerjasama dalam kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi dan jenis kelamin. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat games atau turnamen.
monopoli tersebut. Permainan monopoli akan berlangsung selama 20 menit.
(3) Pelaksanaan Turnamen
memperoleh skor tertinggi maka kelompok tersebut yang akan menjadi pemenang. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.
Guru juga melakukan pretest sebelum diterapkannya metode TGT dan melakukan posttest setelah diterapkannya metode TGT di dalam pembelajaran, untuk mengetahui adanya tingkat perubahan atau kenaikan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode TGT dalam pembelajaran akuntansi di dalam kelas. (4) Penghargaan kelompok
3) Observasi
Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di dalam tahap ini diadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung, keterlibatan dan interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan bagaimana kondisi kelas. Untuk dapat mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa setelah TGT selesai diterapkan. Pengamatan juga direkam dengan menggunakan video camcorder.
4) Kegiatan Penutup a) Refleksi
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap prestasi belajar dan minat belajar siswa. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:
(penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu disempurnakan).
(2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan ketrampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.
b) Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap semua semua kegiatan yang dilakukan dalam kelas termasuk memeriksa hasil pretest dan posttest yang telah dikerjakan oleh siswa.
3. Siklus kedua
diterapkan permainan monopoli sedangkan pada siklus kedua digunakan permainan make a match (menjodohkan). Kegiatan dalam siklus kedua dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau tatap muka di kelas meliputi:
a. Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yang meliputi sebagai berikut:
Pada tahap ini, diggali data awal tentang karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuan dan tingkat pemahaman kemudian membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Untuk membagi siswa agar menjadi kelompok yang heterogen yaitu dengan cara melihat nilai ujian sebelum diadakannya penelitian. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi presentasi, soal-soal latihan, lembar jawab siswa dan lembar observasi.
b. Tindakan
rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali penjelasan materi oleh guru. Materi pada siklus kedua ini adalah buku besar (posting). Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar-benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
2) Kegiatan Inti Pembelajaran
a) Pembagian Kelompok ( Teams)
b) Pelaksanaan Permainan (Games)
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan diskusi dalam kelompok. Pada pelaksanaan siklus kedua ini permainan yang digunakan adalah make a
match (menjodohkan). Kegiatan ini
berlangsung sebagai berikut:
menit. Apabila pengerjaan soal sudah selesai sebelum peluit berbunyi tanda selesainya waktu pengerjaan, siswa tidak diperkenankan untuk kembali ke tempat duduknya.
c) Pelaksanaan Turnamen