• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA SKRIPSI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK(Mugil dusemmerie)DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

T.ZULKHAIDIR 09C104320109

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(2)

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK(Mugil dusemmerie)DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

T.ZULKHAIDIR 09C104320109

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Pertumbuhan Benih Ikan Belanak (Mugil dussumierie) di

Tinjau dari Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda

Nama : T. Zulkhaidir

Nim : 09C10432109

Program Studi : Perikanan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Yuli Erina, S.Si., M.Si NIDN : 9901006379

Anggota

Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si NIDN : 1024088303

Diketahui,

Dekan

Dr. Edwarsyah, SP., MP NIP : 19690211 199603 1 002

Ketua Program Studi

Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si NIDN : 0102098301

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK(Mugil dussumierie)DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

Yang disusun oleh :

Nama : T. Zulkhaidir

Nim : 09C10432109

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Program Studi : Perikanan

Telah diuji didepan dewan penguji pada tanggal 10 Oktober 2014 dan dinyatakan

memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI 1. Yuli Erina, S,Si., M.Si

(Dosen Penguji I) (……….)

2. Afizal Hendri, S.Pi., M.Si

(Dosen Penguji II) (………..)

3. Husni Yulham, S.Pi., M.IL

(Dosen Penguji III) (……….)

4. Erlita, S.Pi

(Dosen Penguji IV) (……….)

Dekan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan skripsi“Pertumbuhan Benih Ikan Belanak(Mugil dusemmerie) Di Tinjau Dari Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda” adalah

karya saya sendiri dengan arahan semua pembimbing dan belum pernah di ajukan

dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

ilmiah yang diterbitkan maupun tidak. Diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumka dalam daftar pustaka di bagian akhir sripsi.

Meulaboh, Januari 2015

(6)

1)

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar 2)

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK(Mugil dusemmerie)DI

TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

Oleh

T. Zulkhaidir1)Yuli Erina2)Afrizal Hendri2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, dan bisa dijadikan pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membuka usaha budidaya ikan belanak(Mugil dussumierie).Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari, pada bulan Maret sampai dengan April 2014 di tambak Gampong Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak lengkap yang digunakan terdiri atas 4 taraf perlakuan dengan masing–masing 3 kali ulangan, dan kontrol. Sehingga jumlah satuan percobaan adalah 12 unit percobaan. Dari hasil tabel diketahui bahwa kondisi kualitas air pada saat pemeliharaan benih ikan belanak (Mugil dussumierie) yaitu salinitas 20 ppt, suhu 29 oC, pH 6 dan oksigen terlarut (DO) 4,7 mg/L. Penggunaan jenis pakan segar yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan benih ikan belanak(Mugil dussumierie). (Fhitung<Ftabel).

(7)

1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer at the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University

THE GROWTH OF THE SEED MULLET FISH(Mugil dusemmerie) REVIEW OF GIVING IN A DIFFERENT KIND OF FEED

by

T. Zulkhaidir1)Yuli Erina2)Afrizal Hendri2)

ABSTRACT

This study aims to complement the insight / knowledge in the field of aquaculture, especially different types of fresh feed on mullet seed, and can be used as guidelines for consideration by the reader to open the cultivation of mullet (Mugil dussumierie). This study was conducted over six teen days, in March to April 2014 in the Village pond Samatiga Kuala Bubon West Aceh district. The experimental design to be used is completely randomized design (CRD). Used a complete randomized block design consisting of four levels with each treatment - three foreign replicates, and controls. So the number of units is eleven twolev units of experimental trials. From the results table is known that water quality conditions at the time of seed maintenance mullet (Mugil dussumierie) is 20 ppt salinity, temperature 29 ° C, pH 6 and dissolved oxygen (DO) 4.7 mg / L. The use of different types of fresh feed does not give significant effect on seed growth mullet(Mugil dussumierie).(Farithmetic<Ftable).

(8)

RINGKASAN

T. ZULKHAIDIR, 09C10432109. PETUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA. Di bawah bimbingan Yuli Erina, S.Si., M.Si dan Afrizal Hendri, M.Si.

Diantara ikan-ikan laut dan payau, ikan-ikan dari famili Mugilidae mempunyai

prospek yang baik untuk dibudidayakan. karena mampu beradaptasi dengan baik di

lingkungan tambak, benih mudah diperoleh sepanjang tahun dalam jumlah yang tinggi di

sekitar daerah pertambakan, daging dan telurnya cukup disenangi masyarakat, lkan Belanak

dikonsumsi baik sebagai ikan segar atau sebagai ikan yang telah diawetkan.Penelitian ini

bertujuan untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya

jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, dan bisa dijadikan

pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membuka usaha budidaya ikan

belanak(Mugil dussumierie).

Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari, pada bulan Maret sampai dengan April

2014 di tambak Gampong Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 3 taraf

perlakuan dengan masing –masing 3 kali ulangan, dan kontrol. Wadah pemeliharaan yang

di gunakan adalah keramba jaring tancap, 40 cm x 40 cm. Ikan uji yang digunakan adalah

benih ikan belanak. Benih ikan yang digunakan total sebanyak 300 ekor dengan ukuran

benih 3-5 cm. Pakan yang diberikan pada benih ikan belanak adalah pakan segar yaitu Lada

laut (Caulerpa sp), hidrylla (Hidrila verticillata), kelapa (Cocos nucifera). Sebanayak 5%

dari bobot. Berat dan panjang benih ikan belanak (Mugil dussumierie) di timbang dan di

ukur setiap 15 hari sekali dari awal penelitian hingga akhir penelitian.

Hasil penelitian terlihat bahwa pertumbuhan spesifik benih ikan belanak yang

tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (0.32 %) dan yang terendah pada perlakuan P1 (0,30

%) dan P2 (0,30 %). Serta kontrol juga tidak jauh berbeda (0.32 %). Pengukuran panjang

mutlak benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 sebesar (0,66 cm) dan

yang terendah diperoleh pada perlakuan P1 (0.6 cm) dan P3 (0,63cm). Namun jika

dibandingkan dengan kontrol jauh berbeda ( 0.73 cm). Persentase tingkat kelangsungan

hidup benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (63,3 %) sedangkan

terendah diperoleh pada perlakuan P2 (60 %) dan P3 (60 %). Namun jika dibandingkan

dengan kontrol diperoleh nilai yang jauh berbeda (80 %). Penggunaan jenis pakan segar yang

berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan) benih ikan belanak

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, pada

tanggal 03 Juni 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga

orang bersaudara. Buah hati dari pasangan T.M. Basir dan

Marwanah, S.Pdi. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan

pendidikan dasar di SD Negeri Langung, kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di sekolah MTsS Meureubo dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun

2009 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di MAN 1

Meulaboh Aceh Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas penulis

mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Teuku Umar

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta lulus sebagai mahasiswa Universitas

Teuku Umar Angkatan 2009.

Penulis pada tahun 2010-2011 menjabat sebagai anggota Badan Eksekutif

Mahasiswa Perikanan di bidang Divisi Pendidikan. Penulis pada tahun 2012-2013

menjabat sebagai Ketua divisi Pendidikan (BEM). Penulis pada tahun 2011-2013

menjadi peseta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh

dikti di tingkat provinsi. Penulis pada tahun 2012 Teknologi Tepat Guna (TTG)

tingkat Provinsi. Penulis pada tahun 2013 menjadi peserta Mou Universitas Teuku

Umar (UTU) dengan Universitas Teringganu Malaysia (UTM) di Malaysia.

Penulis juga pernah terlibat sebagai panitia dalam berbagai kegiatan Seminar

Nasional Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar. Salah

satunya seminar Nasional yang bertema “Membangun Acehdengan Industrialisasi

(10)

Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis mengikuti Praktek

Kerja Lapang pada tahun 2012 di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian mutu kelas

I aceh dengan judul “identifikasi parasit pada lobster (panulirus sp.) yang

dilalulintaskan di stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Kelas I Aceh”.Pada

tahun 2013 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Program

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pulo Tengoh Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya. Untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan di Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar penulis menulis tugas

(11)

xi KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

penulisan proposal penelitian yang berjudul : Petumbuhan Benih Ikan Belanak (Mugil dussumierie) di Tinjau dari Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda. Selanjutnya salawat beserta salam kita sanjungkan kehadirat Nabi Muhammad

SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan kealam berilmu

pengetahuan.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

pengarahan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kami kepada :

1. Ibu Dr. Edwarsyah, SP., MP selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Teuku Umar yang telah memberikan bantuan

administrasif dalam penyusunan skripsi penulis.

2. Ibu Yuli Erina S.Si., M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis.

3. Bapak Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si selaku Pembimbing II yang juga telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan kepada

penulis.

4. Bapak Husni Yulham, S.Pi., M.IL dan Ibu Erlita S.Pi selaku Penguji I dan

II yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

5. Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi pada yang

telah memberikan bantuan dalam pengurusan administratif.

6. Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta yang telah bekerja keras dan tak

henti-henti berdoa demi kesuksesan anaknya dan segenap keluarga besar

yang juga telah memberikan dukungan dan doa serta perhatian kepada

penulis.

7. Teman-teman angkatan 2009 serta rekan-rekan yang telah banyak

(12)

xii 8. Serta seluruh Civitas Akademik Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan yang telah memberikan dukungan serta motivasi sehingga

penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata tiada gading yang tak retak begitu juga dengan Skripsi ini yang

masih jauh dari kesempurnaan. Semoga rahmat dan hidayah serta lindungan-Nya

selalu dilimpahkan kepada kita semua selaku orang-orang yang selalu ingin

mencari kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Amin…

Meulaboh, Januari 2015

(13)

xiii

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Hipotesis... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Klasifikasi dan Identikasi Ikan Belanak... 4

2.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Belanak ... 5

2.3 Pertumbuhan Ikan ... 6

2.3.1 Kesehatan Benih Ikan ... 6

2.3.2 Keseragaman Ukuran Benih Ikan ... 7

2.3.3 Faktor Air... 7

2.3.4 Serangan Hama dan Penyakit ... 8

2.3.5 Kondisi Pakan Ikan... 8

2.4 Kebiasaan Makan dan Jenis Makanan ... 8

2.5 Luas Relung dan Tumpang Tindih Makan... 11

2.6 Klasifikasi dan Morfologi(Hidrilla verticillata)... 12

2.6.1 Habitat dan Manfaat ... 14

2.7 Klasifikasi dan Morfologi Lada Laut(Caulerpa sp)... 16

2.7.1 Habitat dan Manfaat... 17

2.8 Klasifikasi Kelapa(Coco nucifera)... 18

2.8.1 Habitat dan Manfaat ... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN... 22

3.1 Waktu dan Tempat ... 22

3.2 Alat dan Bahan ... 22

3.3 Metode Penelitian... 22

3.4 Prosedur Kerja... 23

3.4.1 Persiapan Wadah ... 23

3.4.2 Persiapan Ikan Uji ... 23

3.4.3 Pemeliharaan Benih Ikan Belanak... 24

3.4.4 Pemberian Pakan ... 24

3.5 Pengamatan Pertumbuhan Benih ... 24

3.6 Parameter Uji ... 25

(14)

xiv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 28

4.1 Hasil ... 28

4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) ... 28

4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm) ... 28

4.1.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)... 29

4.1.4 Parameter Kualitas Air... 29

4.2 Pembahasan... 30

4.2.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) ... 30

4.2.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)... 31

4.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)... 32

4.2.4 Parameter Kualitas Air... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 34

5.1 Waktu dan Tempat ... 34

5.2 Saran... 34

(15)

xv DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi Kandungan Kimia Tumbuhan Hydrilla verticillata ... 15

2. Komposisi Kandungan Kimia Tumbuhan Lada Laut (Caulerpa sp) ... 17

3. Komposisi Kandungan Kimia Kelapa(Coco nucifera)... 20

4. Bahan Penelitian Ikan Belanak(Mugil dussumierie).... 22

5. Alat Penelitian Ikan Belanak(Mugil dussumierie)... 22

6. Tabulasi Data... 23

7. Data Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR), Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm), dan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Selama Penelitian. ... 28

8. Nilai Parameter Kualitas Air Selama Penelitian ... 29

9. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)... 30

10. Data Rata - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM) ... 31

(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan Belanak(Mugil dussumierie) ... 4

2. Hydrilla verticillata... 13

3. Lada Laut(Caulerpa sp)... 16

4. Kelapa(Coco nucifera)... 19

5. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) ... 30

6. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm) ... 31

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diantara ikan-ikan laut dan payau, ikan-ikan dari famili Mugilidae

mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan ini umumnya banyak

ditemukan di daerah pantai, muara sungai, dan perairan tawar. Di Indonesia

banyak tertangkap di daerah pantai dan kolam-kolam air payau. Ikan ini memiliki

potensi yang baik untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi dengan baik di

lingkungan tambak, benih mudah diperoleh sepanjang tahun dalam jumlah yang

tinggi di sekitar daerah pertambakan, daging dan telurnya cukup disenangi

masyarakat, lkan Belanak dikonsumsi baik sebagai ikan segar atau sebagai ikan

yang telah diawetkan.

Kabupaten Aceh Barat, terutama Gampong Kuala Bubon memiliki potensi

perikanan baik perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun pengolahan hasil

perikanan. Menurut petani ikan/nelayan perairan Gampong Kuala Bubon sendiri

mempunyai keanekaragaman jenis ikan yang cukup tinggi dan salah satu

diantaranya yaitu ikan Belanak(Mugil dussumierie).

Ikan belanak banyak terdapat di daerah kuala bubon, baik dalam segi

budidaya maupun alam liar. Ikan belanak tersebut banyak diminati oleh

masyarakat baik untuk produksi, maupun komsumsi.

Makanan merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan

ikan. Studi mengenai pemberian jenis pakan segar yang berbeda terhadap ikan

belanak (Mugil dussumierie) merupakan salah satu hal penting bagi usaha

(18)

2

pakan yang terbaik dari jenis-jenis pakan yang diberikan terhadap ikan belanak,

dan nutrien pakan. Penelitian ini sangat penting dalam budidaya sehingga teknik

pakan dan pemberian pakan dapat dirancang untuk mendorong atau pembesaran

untuk produksi, konsumsi, kelangsungan hidup serta pertumbuhannya.

Dalam penelitian ini pakan yang digunakan adalah Lada laut (Caulerpa

sp), Hydrilla (Hidrila verticillata), Ampas kelapa (Cocos nucifera) dan pakan

komersil sebagai kontrol, pakan yang digunakan dalam penelitian ini sangat

mudah didapatkan dengan harga ekonomis.

1.2. Perumusan Masalah

• Cukup banyaknya tambak yang membudiayakan ikan belanak (Mugil

dussumierie),namun belum tersedianya solusi pakan pengganti dimana petani

tambak masih bergantung kepada pakan komersil ?

• Benih ikan belanak (Mugil dussumierie) yang dibudidayakan sangat

melimpah namun tingkat pertumbuhannya lamban.

• Melihat perbedaan pertumbuhan benih ikan belanak (Mugil dussumierie)

dengan pemberian pakan Lada laut (Caulerpa sp), Hydrilla (Hidrila

verticillata),Ampas kelapa(Cocos nucifera)?

1.3. Tujuan Penelitian

• Untuk mengetahui pakan yang terbaik dari jenis pakan segar seperti Lada laut

(Caulerpa sp), Hydrilla (Hidrila verticillata), Ampas kelapa (Cocos

(19)

3

• Untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan

khususnya jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, dan

bisa dijadikan pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk

membuka usaha budidaya ikan belanak(Mugil dussumierie).

1.4. Manfaat Penelitian

• Mengetahui jenis pakan segar yang terbaik Lada laut(Caulerpa sp), Hydrilla

(Hidrila verticillata),Ampas kelapa (Cocos nucifera).

• Mengetahui pertumbuhan yang maksimal dengan pemberian jenis pakan

segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak(Mugil dussumierie).

1.5. Hipotesis Penelitian

H0 : Pemberian jenis pakan segar yang berbeda dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan belanak(Mugil

dussumierie).

H1 : Pemberian jenis pakan segar yang berbeda tidak mempengaruhi

pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan belanak(Mugil

(20)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Identifikasi

Ikan Belanak (Mugil dussumierie) berdasakan sistematikanya dapat di

klasifikasikan sebagai berikut (Patricia S.R.2002) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo :Percesoces

Famili : Mugilidae

Genus :Mugil

Spesies :M. dussumieri Nama umum (Inggris) : Mullet Nama lokal : Belanak (Gresik)

Bentuk Ikan Belanak dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :

Gambar 1. Ikan Belanak(Mugil dussumierie).

Ikan Belanak mempunyai badan memanjang, bagian depan subsilindris,

sedangkan bagian belakang agak kompres, kepala mendatar pada bagian atas

dan bila dipotong melintang berbentuk seperti segitiga. Celah insang lebar,

mulut di ujung dan mendatar. Selaput agar-agar pada mata berkembang dengan

(21)

5

lebar ruang antar mata sedangkan lebar ruang antar mata lebih kurang dua kali

diameter mata, dan diameter mata itu sendiri lebih kurang sama dengan panjang

moncong. Di depan mata terdapat sisik-sisik. Moncong depres tulang rahang atas

nampak ketika mulut mengatup. Sirip punggung dengan jari-jari yang kuat, pada

yang jantan tinggi jari- jari keras sirip punggung kadang-kadang lebih pendek

daripada panjang kepala tanpa moncong, dasar permukaan sirip punggung

pertama agak lebih dekat ke dasar sirip ekor daripada ke ujung mulut.

Permulaan dasar sirip punggung pertama terletak pada sisik yang kesembilan

atau ke-10 pada linea lateralis pertarna. Di depan sirip punggung pertama

terdapat 18-19 sisik yang dihitung mulai dari moncong. Permulaan dasar sirip

punggung yang kedua bertepatan dengan baris sisik yang ke-18, 19, atau 20.

Setengah dari sirip dubur sebelum sirip punggung yang kedua. Sirip punggung

dan sirip dubur bersisik, berlekuk, sama tinggi, lebih rendah atau lebih tinggi dari

sirip pungguug yang berjari-jari keras. Sirip dada agak pendek. Pada ikan

belanak yang besar umumnya lebih pendek daripada panjang kepala.Ujung sirip

dada mencapai baris sisik yang ketujuh atau delapan. Tanpa sisik-sisik tambahan

atau dengan sisik-sisik tambahan tetapi kecil. Panjang batang ekor kira-kira sama

dengan tingginya atau 2 / 3 dari panjang kepala. Warna kehijauan pada bagian

atas dan keperakaupada bagian bawah, seringkali terdapat garis hitam yang

membujur yang sesuai dengan susunan sisik pada sisi tubuh (Patricia S.R.2002)

2.2. Habitat dan Penyebaran

Ikan Belanak hidup di laut dangkal yang beriklim hangat dan bervegetasi,

Namun ada juga yang hidup di muara sungai di kawasan tropis, subtropis, dan

(22)

6

ppt dan mempunyai toleransi terhadap suhu cukup luas. Famili Mugilidae

mempunyai penyebaran yang luas. Di Indonesia, Mugil dussumierii banyak

ditemukan di Sumatera (Bagan Siapi-api, Langkat, Pantai Deli, Bengkulu,

Trusan, Padang, Bintang, Bangka), Kalimantan (Singkawang, Stragen, Balik

papan, Kota Bam), Jawa (L. Jawa, Banten, Jakarta, Perdana, Semarang,

Pasuruan), Sulawesi (Makasar, Danau Sinderaug, Sungai Minlarang), Bali,

Lombok, Flores, Timor, Buton. Mugil dussumierii juga banyak ditemukan di

Singapura, India, Andamau, Ceylon, New Guinea, Philipina dan Australia

(Effendie M.1.2002)

2.3. Pertumbuhan Ikan

Menurut Effendie (2002), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran

panjang atau berat dalam suatu waktu. Selain itu juga bisa didefinisikan sebagai

perubahan ukuran atau jumlah material tubuh baik perubahan positif maupun

negatif, temporal maupun dalam jangka waktu yang lama. Pertumbuhan ikan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam

umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit

dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi petumbuhan ikan yaitu suhu

dan makanan (Effendie, 2002).

2.3.1. Kesehatan Benih Ikan

Kesehatan benih ikan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Karena

jika ikan sakit maka tahap pertama energi yang dipengaruhi oleh ikan tersebut

akan digunakan sebagai penganti sel-sel yang rusak, serta anti toksin atau

kekebalan tubuhnya akan melawan penyakit yang ada. Dari persoalan ini jelas

(23)

7

dipergunakan untuk penyembuhan, atau melawan penyakit sehingga otomatis

pertumbuhannya terganggu. Jika penyakit tersebut ternyata kondisinya lebih kuat

maka ikan tersebut tidak sembuh hingga mati (Gufran dan Kordi, 2010).

2.3.2. Keseragaman Ukuran Benih Ikan

Keseragaman ukuran benih ikan secara keseluruhan akan mempengaruhi

produksi total. Jika benih satu sama lain tidak sama ukurannya, maka benih yang

kecil pertumbuhannya akan lebih lambat untuk periode tertentu atau tidak

meningkat pertumbuhannya hingga panen. Banyak terjadi benih yang ukurannya

lebih kecil pada periode starter tetap lebih kecil ukurannya tetapi setelah melewati

periode grower pertumbuhannya menjadi seimbang. Hal ini disebabkan bahwa

laju pertumbuhan ikan dari waktu ke waktu atau periode ke periode berbeda

(Basahudin, 2009).

2.3.3. Kualitas Air

Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan biologi.

Yang termasuk faktor fisika adalah suhu, kecerahan dan kekeruhan. Faktor kimia

meliputi kelarutan oksigen, CO2, NH3 – N dan pH. Sedangkan faktor biologi

adalah kandungan plankton dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor

kimia air akan berubah dan apabila suhu naik maka segala proses dipercepat

termasuk metabolisme tubuh hingga pada batas tertentu. Sudah menjadi gejala

alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas cahaya matahari tinggi, suhu air

meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga pertumbuhan ikan pun menjadi

(24)

8

akibatnya nafsu makan ikan menurun atau kondisi air kekurangan oksigen

sehingga pertumbuhan ikan terhambat (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

2.3.4. Serangan Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media hidup ikan kurang

baik. Akibat dari kondisi lingkungan media yang tidak sesuai maka lama

kelamaan stamina ikan akan menurun sehingga rentan dan mudah terserang

penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan

energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan

demikian sudah jelas energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Jika serangan

hama dan penyakit lebih kuat dari stamina ikan, maka ikan akan mati. Untuk

menghindari kematian ikan perlu diusahakan kualitas air tetap baik. (Afrianto dan

Liviawaty,1992).

2.3.5. Kondisi Pakan Ikan

Pada perairan umum secara liar atau dipelihara secara tradisional tidak

begitu masalah pemberian pakannya. Tetapi pada pemeliharaan sistem instensif

pemberian pakan mesti instensif yaitu jumlah dan pemberian pakannya harus

teratur. Apabila jumlah pakan yang diberikan kurang maka energi yang

dibutuhkan tidak terpenuhi sehingga perutumbuhannya terhambat. Begitu juga

kandungan proteinnya apabila kurang dari 20 % maka pertumbuhannya pun akan

terhambat. Kondisi protein ini bisa diakibatkan karena rusak oleh jamur sehingga

kandungan protein menurun (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

2.4. Kebiasaan Makanan dan Jenis Makanan

(25)

9

jumlah ikan di suatu perairan, karena merupakan faktor yang menentukan bagi

populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan (Effendie,2002).

Kelimpahan suatu orgauisme makanan ikan yang ada di suatu perairan

selalu berfluktuasi yang disebabkan oleh dan hidup, iklim, dan kondisi

lingkungan. Kelimpahan suatu organisme makanan yang potensial sering

mendominasi walaupun makanan tersebut akan dimakan oleh ikan ataupun tidak.

(Effendie,2002).

M e n u r u t Sulistiono, Arwani, dan Aziz. (2001) kekuraugan makanan

adalah kemungkinan yang paling umum ditemukan di perairan, serta merupakan

faktor pembatas yang serius terhadap populasi ikan di perairan umum. Faktor

yang mempengaruhi produksi makanan di suatu perairan adalah kondisi perairan

itu sendiri. Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas

makanan yang dimakan ikan. Kebiasaan memakan(feeding habits) adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan caranya makanan itu

didapatkan oleh ikan. Setiap jenis ikan beradaptasi untuk mendapatkan makanan

tertentu, dalam hal ini alat sensor diadaptasikan untuk mencari makanan, rongga

mulut diadaptasikan terhadap ukuran makanan, dan usus diadaptasikan terhadap

proses pencernaan makanan (Patricia, 2002).

Makanan utama ikan belanak adalah Bacillariophyceae, makanan

pelengkapnya adalah detritus, lumpur campur partikel pasir, desmidiceae,

sedangkan makanan tambahannya adalah Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan

Nematoda. Hasil penelitian di Muara Sungai Cimanuk memperlihatkan bahwa

(26)

10

adalah detritus, Chlorophyceae, lumpur campur pasir, sedangkan makanan

tambahannya adalah Cyanophyceae dan organisme tidak teridntifikasi. Ikan

belanak mempunyai cara-cara tertentu dalam mengambil makanannya. antara lain

sebagai berikut (Sulistiono, Arwani, dan Aziz. 2001).

a. Dengan cara menghisap lapisan atas permukaan air melalui mulut untuk

memakan mikroalgae.

b. Dengan menjulurkan premaxilla uutuk memakan algae yang terdapat pada

benda dalam air. Kemudian premaxilla dinaikkan lagi seperti mencium benda

tersebut. Material yang masuk ke dalam mulut akan disaring dalam farink.

Material yang cocok akan tentu masuk sedangkan yang tidak cocok akan

dikeluarkan.

c. Dengan cara menghisap bagian atas permukaan lumpur dasar perairan. Cara

ini banyak dilakukan, karena dengan demikian mikroalgae dan detritus tanaman

yang membusuk akan terambil untuk dimakan.

d. Untuk memakan butir pasir, ikan belanak menukikkan kepala dan tubuhnya

membentuk sudut 15-200 ke permukaan sedimen sambil menonjolkan

premaxilla dan mencaplok sedimen tersebut. Kadangkala mulut digeserkan

untuk kemudian menghisap sedimen bagian atas. Material yang berukuran

besar akan dimuntahkan lagi, hal ini terlihat dari atas permukaan air dimana

dasar perairan akan keruh seperti gumpalan awan.

e. Dalam kondisi normal ikan belanak mengambil makanannya secara terus

menerus, tetapi intensitasnya tergantung pada isi lambung. Bila mengambil

makanan secara intensif maka perutnya akan selalu penuh, tetapi bila

(27)

11

~ ~

sebagian.

f. Beberapa faktor yang dapat menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan

suatu organisme makanan atau makanan adalah ukuran makanan. Ketersediaan

makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan

yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada macam makanan.

Kebiasaan makanan, suhu air, dan kondisi umum dari jenis ikan itu sendiri

(Sesakumar , dan Cruz, 1992). Ukuran ikan juga berpengaruh terhadap jumlah

konsumsi makanan perhari.

Pertumbuhan ikan selain ditentukan oleh sifat genetik juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan seperti fisika, kimia air, musim, iklim, tekanan, populasi

makanan dan zat hara perairan. Persaingan dalam memperoleh makanan akan

mempengaruhi pertumbuhan dan hanya ikan-ikan yang kuat dalarn persaingan saja

yang akan tumbuh dengan baik (Sesakumar , danCruz. 1992).

Patricia S. R. (2002) mengemukakan bahwa urutan kebiasaan makanan

ikan terdiri dari makanan utama, makanan pelengkap dan rnakanan tamban hal

.

1

valkana 11 utama yaitu makauan yang dimakan dalam jumlah yang paling besar.

Makanan pelengkap yaitu makanan yang ditemukan dalarn saluran pencemaran

makanan dalam jumlah yang lebih sedikit. Makanan tambahan adalah makanan

yang terdapat dalam jumlah yang paling sedikit dalam saluran pencemaran.

2.5. Luas Relung dan Tumpang Tindih Makanan

Luas relung makanan mencerminkan adanya selektivitas kelompok ukuran

ikan baik antar spesies maupun antar individu dalam suatu spesies yang sama

(28)

12

bersifat general atau spesifik dalam memilih makanannya. Ikan yang tidak selektif

dalam memilih makanannya memiliki luas relung makanan yang besar sedangkan

ikan yang selektif memiliki luas relung yang kecil.

Menurut Hartadi, Reksohadiprodjo, dan Tillman ( 1997) semakin besar

ukuran (tumbuh) ikan merubah dietnya dan secara bersama sama mengisi dua

macam relung makanan atau lebih, luas relung (niche breadth) makanan suatu

kelompok ikan dapat menunjukkan kebiasaan makanan ikan dalam memanfaatkan

makanannya. Tumpang tindih relung adalah pengunggulaan bersama atas sebuah

atau lebih sumberdaya oleh dua atau lebih spesies. Adanya pemanfaatan jenis

makanan yang sama menggambarkan adanya pengunggulaan bersama terhadap

sumberdaya makanan yang ada oleh dua atau lebih kelompok ikan (Hartadi,

Reksohadiprodjo dan Tillman. 1997).

Apabila nilai tumpang tindih relung tinggi (nilai berkisar 1) maka kedua

kelompok yang dibandingkan memiliki jenis makanan yang sarna dan sebaliknya

bila nilai = 0, berarti tidak didapatkan makanan yang sama antar kelompok yang

dibandingkan (Effendie, 2002). Tumpang tindih dalam meugkonsumsi

sumberdaya antar kelornpok ukuran dalam satu spesies terjadi jika salah satu

kelornpok ukuran ingin mengkonsumsi sumberdaya yang terbatas dan akhirnya

akan mengurangi surnberdaya yang tersedia untuk kelompok ukuran lainnya.

(Pianka (1974)dalamYunanto (2000).

2.6. Klasifikasi dan Morfologi Hydrilla(Hidrila verticillata)

Menurut Sinaga, (2007) Hydrilla (rumput air) adalah jenis tanaman air yang hanya terdiri dari satu spesies. Meskipun beberapa ahli botani membaginya

(29)

13

Ovalifolica. Hydrilla Verticillata memiliki rimpang putih kekuningan yang

tumbuh di sedimen bawah air sampai dengan kedalaman 2 m. Panjang batang

yang tumbuh sekitar 1-2 m.

Klasifikasi Hydrilla(Hidrila verticillata)sbb :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom :Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh ) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Alismatidae

Ordo : Hydrocharitales

Famili : Hydrocharitaceae

Genus : Hydrilla

Spesies :Hydrilla verticillata

Gambar 2 .Hydrilla sp

Hydrilla adalah tanaman produktif dalam air yang dapat tumbuh dengan

cepat dan dapat berkembang dalam air dari beberapa sentimeter sampai 20 meter.

Daun kecil (1 / 2 - 3 / 4 inci) berbentuk segitiga-lancip yang berada di ulir dari 4-8

daun di sepanjang batang dengan lebar masing-masing daun 5-20 mm dan

panjang lebar 0,7-2 mm. Tidak seperti tanaman air asli, daun Hydrilla memiliki

tepi bergerigi atau duri kecil menonjol dan seperti gundukan di sepanjang pelepah

(30)

14

matahari menjadi kuning atau coklat. Batang bercabang banyak dekat permukaan

dan tumbuh secara horisontal, membentuk tikar padat vegetasi. Umbi kecil ada di

dasar akar tanaman. Pelepah daun Hydrillasering kemerahan jika segar. Tanaman

air ini termasuk monoecious, yaitu bunga jantan dan betina diproduksi secara

terpisah di sebuah tanaman tunggal. Bunga-bunga kecil dengan tiga sepal dan tiga

kelopak, panjang kelopak 3-5 mm, transparan dengan garis-garis merah. Tetapi

ada pula yang termasuk dioecious, yaitu tumbuhan yang terdiri dari hanya

tumbuhan androecious (bunga hanya mempunyai stamen atau benang sari saja,

dan disebut bunga jantan) dan Ginoecious (bunga hanya mempunyai karpel atau

putik saja dan disebut bunga betina). (Murtidjo, B.A. 2001).

Ikan yang tergolong dalm hebivora biasanya menkomsumsi jenis

tumbuhan Hydrilla salah satu ikan belanak dan memiliki habitat yang sama atau

air payau.

2.6.1. Habitat dan Manfaat a. Habitat

Hydrilla memiliki beberapa metode reproduksi. didalam air, cabang atau

akar fragmen dari tanaman yang rusak dapat hanyut ke daerah baru. Selain itu,

dapat menyebar ke daerah lain melalui cabang/akar fragmen yang melekat pada

perahu dan trailer. Tunas kecil, kompak tunas yang terbentuk di axils daun

sepanjang batang dapat melayang ke daerah-daerah baru. Studi di University of

Minnesota telah menunjukkan bahwa tunas bentuk monoecious cenderung

bertahan di iklim utara. Bentuk dioecious tampaknya kurang toleran dingin.

(31)

15

mengalir air, dangkal dan mendalam. Hydrilla verticillata merupakan ancaman

serius bagi danau dan sungai karena adaptasi nya (Nurjana D. J. 2010).

b. Manfaat

Hydrilla verticillata sebagai sumber hara pada sistem budidaya kacang

tanah. Sebagai tumbuhan air Hydrilla verticillata mengandung beberapa unsur

hara yang penting sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik yang

berguna untuk kegiatan pertanian. Menurut Tungka dan Rondo (1991) persentase

kandungan gizi dariHydrilla verticillataadalah :

Tabel 1 : KomposisiHydrilla Verticillata

Komposisi Persentase %

Sumber : Tungka dan Rondo (1991)

Tanaman Hydrilla verticillata dapat menurunkan kadar logam Cr dalam

limbah penyamakan kulit hingga 95,85 % dengan waktu penyerapan 8 hari.

Penyerapan Cu dengan tanaman air jenis Hydrilla verticillata cenderung

meningkat sampai hari ke-15. Pada penelitian yang telah dilakukan juga terlihat

bahwa tanaman air jenis Hydrilla verticillataini masih tetap berwarna hijau segar

hingga pengamatan pada hari ke-15, berbeda dengan daun tanaman air lainnya

yang sudah mulai menguning dan agak layu. Jadi Hydrilla verticillata juga

berfungsi sangat baik untuk penyerapan Cu pada suatu perairan yang tercemar

(32)

16

2.7. Klasifikasi dan Morfologi Lada Laut(Caulerpa sp)

Ganggang Hijau (Caulerpasp.) merupakan salah satu jenis ganggang hijau

yang hidup di laut. Termasuk dalam kelas Chlorophyceae karena talusnya

berwarna hijau yang mengandung klorofil a dan klorofil b serta karotenoid. Hasil

asimilasi berupa tepung dan lemak.Talus bagian atas menyerupai daun dan

besarnya mencapai beberapa desimeter, berguna untuuk asimilasi disebut dengan

assimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbu yang merayap, tidak berwarna

yang mengandung leukoamiloplas dan rhizoid

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Thallophyta

Sub Divisi : Algae

Classis : Chlorophyceae

Ordo : Siphonales

Familia : Caulerpaceae

Genus : Caulerpa

Species :Caulerpa sp.

Gambar 3. Lada laut(Caulerpa sp)

Caulerpasp. (ganggang hijau) berbentuk seperti anggur Termasuk dalam

(33)

17

melintang, sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang

mengandung banyak inti dan kloroplas. (Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004)

2.7.1. Habitat dan Manfaat a. Habitat

Makroalga ini hidup diberbagai macam tempat diantaranya ialah,

Tanaman lembut ini biasanya ditemukan pada daerah tropis, perairan yang tenang

di kolam pasang surut atau berpasir, terumbu karang. menempel pada pasir dan

patahan-patahan karang. Alga hijau ini adalah tanaman asli Hawaii, dan sangat

umum di seluruh dunia. Spesies ini terdapat di Hawaii dengan morfologi yang

kecil, halus dan tumbuh di tempat kecil yang tenang, perairan hangat dan di

terumbu karang. (Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004)

Tabel 2 : Komposisi Pada Lada Laut(Caulerpa sp)

Komposisi Persentase %

pinggir pantai rataan terumbu sampai ke sisi luar terumbu. Jenis ini adalah umum

di dapat dan memiliki sebaran tumbuh yang luas di perairan Indonesia. Makroalga

ini juga biasanya tumbuh di daerah berpasir dangkal, sering antara terumbu

(34)

18

b. Manfaat

Romimohtarto (2001) dalam penelitiannya mengenai aktivitas antioksidan

pada beberapa rumput laut di Indonesia, menunjukkan Caulerpa sertularioides

bersifat sebagai antioksidan dan ekstrak metanol dari Caulerpa sp mengandung

tiga macam catechin (flavanol) yaitu gallocatechin, epicatechin dan catechin

gallat. Catechin merupakan hasil metabolit tanaman yang termasuk dalam famili

flavonoid dan berfungsi sebagai antioksidan (Atmaja, 1996). Flavonoid

umumnya terdapat dalam tumbuhan dan berada dalam bentuk aglikon (tanpa gula

terikat) maupun terikat pada gula sebagai glikosida. Adanya gula yang terikat

pada flavonoid menyebabkan flavonoid mudah larut dalam pelarut polar seperti

etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida dan air.

Flavonoid dalam tumbuhan berfungsi sebagai pengaturan tumbuh, pengaturan

fotosintesis, memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan antivirus (Romimohtarto,

2001).

2.8. Kelapa(Cocos nucifera)

Ampas Ampas kelapa (Cocos nucifera) termasuk jenis tanaman palma

yang mempunyai buah berukuran cukup besar. Batang pohon kelapa umumnya

berdiri tegak dan tidak bercabang, dan dapat mencapai 10 – 14 meter lebih.

Daunnya berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3 - 4 meter lebih dengan

sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian. Buahnya terbungkus dengan serabut dan

batok yang cukup kuat sehingga untuk memperoleh ampas kelapa harus dikuliti

terlebih dahulu. Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 – 10

(35)

19

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Class : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Subclass : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)

Genus : Cocos

Spesies :Cocos nuciferaL.

Gambar 4. Ampas Ampas kelapa(Cocos nucifera)

Buah ampas kelapa berbentuk bulat yang terdiri dari 35 % sabut

(eksokarp dan mesokarp), 12 % tempurung (endokarp), 28 % daging buah (

endosperm), dan 25 % air. Tebal sabut ampas kelapa kurang lebih 5 cm dan

daging buah 1 cm atau lebih. Buah ampas kelapa yang sudah tua mengandung

kalori yang tinggi, sebesar 359 kal per 100 gram; daging ampas kelapa setengah

tua mengandung kalori 180 kal per 100 gram dan daging ampas kelapa muda

(36)

20

2.8.1. Habitat dan Manfaat a. Habitat

Tanaman ampas kelapa banyak terdapat di daerah beriklim tropis.

Ampas kelapa diperkirakan dapat ditemukan di lebih dari 80 negara. Indonesia

merupakan negara agraris yang menempati posisi ketiga setelah Filipina dan

India, sebagai penghasil ampas kelapa terbesar di dunia. Ampas kelapa adalah

satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini di

manfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai

tumbuhan serba guna. Ampas kelapa (Cocos Nucifera L) secara alami tumbuh di

pantai dan mencapai ketinggian 30 m.

Tabel 3. Komposisi kimia daging buah ampas kelapa segar pada 3 tingkatan umur.

No Komposisi bahan

per 100 gram Satuan

Umur buah

Muda Setengah tua Tua

1 Kalori Kal 68,0 180,0 359,0

2 Protein G 1,0 4,0 3,4

3 Lemak G 0,9 15,0 34,7

4 Karbohidrat G 14,0 10,0 14,0

5 Kalsium Mg 7,0 8,0 21,0

6 Fosfor Mg 30,0 55,0 98,0

7 Besi Mg 1,0 1,3 2,0

Beberapa peneliti membuktikan bahwa protein ampas kelapa mempunyai

mutu yang cukup baik, jika dibandingkan dengan mutu protein dari sumber nabati

yang lain. Hasil-hasil penelitian membuktikan, bahwa protein ampas kelapa

mempunyai susunan asam amino yang relatif baik dan bernilai gizi tinggi. Protein

(37)

21

protein nabati lainnya terutama pada kacang kacangan sertamempunyai nilai

Indeks Glisemik yang rendah baik digunakan untuk serat diet yang tinggi.

(Hasbulah, 2001).

b. Manfaat

Buah ampas kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian

mesokarp berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi

jokkursi, anyaman tali dan lain-lain. Tempurung atau batok bagian endocarp

digunakan sebagai bahan bakar, wadah minuman bahan ba ku kerajinan dan arang

aktif. Endosperma buah ampas kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang

melekat di dinding dalam batok (daging buah ampas kelapa) adalah sumber

penyegar yang mengandung beraneka enzim dan memiliki khasiat penetral racun

dan memberikan efek penyegar. Air ampas kelapa mengandung air 91,5 %,

protein 0,14%, lemak 1,5 %, karbohidrat 4,6%, serta abu 1,06 %. Selain itu air

ampas kelapa mengandung berbagai nutrisi seperti sukrosa, destrosa, fruktosa

serta vitamin B kompleks yang terdiri dari asam nikotinat, asam pantotenat,

(38)

22

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari, pada bulan Maret sampai

dengan April 2014 di tambak Gampong Kuala Bubon Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

3.2. Bahan dan Alat

Tabel 4. Bahan Penelitian Ikan Belanak (Mugil dussumierie).

Bahan Fungsi

Air laut/payau Sebagai media pemeliharaan larva dan benih Pakan segar (Lada Laut, Ampas

kelapa, Hydrilla).

Sebagai pakan uji

Pakan Komersil Sebagai pakan kontrol Benih Ikan Belanak Mugil

dussumierii.

Sebagai objeck penelitian

Tabel 5. Alat Penelitian Ikan Belanak

Alat Fungsi

Keramba Sebagai tempat pemeliharaan larva

Serok Sebagai penambah oksigen

Timbangan Digital Sebagai penimbai berat bobot benih belanak kertas lamus Sebagai pengukur kadar asam perairan Refractometer Sebagai pengukur salinitas

Thermometer Sebagai pengukur suhu perairan

Do meter Sebagai pengukur oksigen terlarut perairan Pengukur digital Sebagai pengukur panjang benih belanak

Mikroskop Sebagai alat identifikasi ikan

Kamera Digital Dokumentasi

3.3. Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Rancangan Acak lengkap yang digunakan terdiri atas 4 taraf perlakuan

dengan masing – asing 3 kali ulangan, dan kontrol. Sehingga jumlah satuan

(39)

23

(RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij =μ + Pi + ∑ij

Dimana :

Yij : Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ : Rataan Umum

Pi : Pengaruh perlakuan ke-i

∑ij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan 4 taraf perlakuan dengan

masing–masing 3 kali ulangan, maka dapat ditabulasikan data sebagai berikut :

Tabel 6. Tabulasi Data

Rata-Rata P1/n P2/n P3/n P.../(t.n)

Kontrol : Pakan komersil, P1 : Lada laut (Caulerpa sp), P2 : Hidrylla (Hidrila verticillata), P3 : Ampas kelapa(Cocos nucifera)

3.4. Prosedur Kerja 3.4.1. Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang di gunakan adalah keramba jaring apung yang

sudah di sekat-sekat dengan 12 petak, 40 cm x 40 cm. Sebelum digunakan,

keramba jaring apung di cuci dengan bersih dan di periksa agar tidak ada yang

bolong. Setelah itu karamba dipasang di dalam kolam dengan kedalaman 1 meter.

3.4.2. Persiapan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan belanak. Benih ikan yang

(40)

24

digunakan berasal dari alam yang di tangkap dengan menggunakan serokan.

Benih yang di dapatkan yaitu dalam keadaan segar, tidak luka, dan sehat.

3.4.3. Pemeliharaan Benih Ikan Belanak

Sebelum benih di pelihara terlebih dahulu benih di adaptasi selama 3 hari

dan diberikan pakan uji dalam keramba jaring apung agar benih terbiasa dengan

pakan uji. Benih ikan belanak(Mugil dussumierie) di pelihara di dalam wadah 40

x 40 cm dengan kepadatan 25 ekor/petak keramba jaring apung, selama 60 hari.

3.4.4. Pemberian Pakan

• Pakan yang diberikan pada benih ikan belanak yaitu Lada laut(Caulerpa sp),

hidrylla(Hidrila verticillata),ampas kelapa(Cocos nucifera).

• Pakan Lada laut di dipatkan dari BBAT Ujung Bate, pakan hidrylla di

dapatkan di sungai meurebo dan sekitarnya selanjutnya pakan hidrylla di

adaptasi di tambak selama 2 hari selanjutnya di timbang dan diberikan kepada

ikan belanak, sedangkan pakan ampas kelapa di dapatkan dari sekitaran

pantai lamnaga selanjutnya diparut dan ditimbang untuk diberikan kepada

ikan belanak.

• Pakan di berikan 5% dari bobot biomassa benih ikan.

3.5. Pengamatan Pertumbuhan Benih Ikan a. Pengukuran Berat Tubuh

Berat tubuh benih ikan belanak(Mugil dussumierie) di timbang setiap 15

hari sekali dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Untuk mengetahui bobot

benih ikan, maka ikan ditimbang pada setiap perlakuan. Ditimbang mengunakan

(41)

25

dilakukan penimbangan ikan, terlebih dahulu wadah yang akan digunakan

ditimbang. kemudian berat wadah dinetralkan. Setelah itu baru dimasukan ikan

kedalam wadah tersebut. Hasil penimbangan dicatat dan dikalkulasikan dalam

tabel.

b. Pengukuran Panjang Tubuh Ikan

Pengukuran panjang total dilakukan 15 hari sekali dari awal sampai akhir

penelitian. Cara pengukuran panjang tubuh dilakukan dengan pengukuran setiap

ikan uji. Panjang total tubuh ikan dari mulut sampai ujung ekor dengan

mengunakan pengaris/pengukur digital.

c. Parameter Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan selama 3 hari sekali pada waktu pagi

hari pengukuran dilakukan pada setiap wadah. Parameter yang diukur meliputi,

salinitas, suhu, pH dan oksigen terlarut (DO).

3.6. Parameter Uji

Parameter uji pertama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan.

Pertumbuhan yang diukur meliputi pertumbuhan berat tubuh dan pertumbuhan

panjang tubuh. Perhitungan pertumbuhan diukur dengan mengunakan rumus

sebagaimana yang dikemukakan oleh hariati (1989) adalah sebagai berikut :

a. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan harian adalah besarnya persentase pertumbuhan ikan

perhari. Laju pertumbuhan harian ikan dapat dihitung dengan mengunakan rumus:

SGR = (Ln Wt- Ln Wo) x100 T

(42)

26

SGR = Presentase laju pertumbuhan harian (% BT/Hari)

Ln Wt = Berat rata-rata pada waktu ke t (gram)

Ln Wo = Berat rata-rata pada waktu (tₒ) awal (gram)

T = Waktu (Hari) Sumber : Hariati (1998)

b. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih pertumbuhan dua waktu

tertentu yaitu panjang pada awal pemeliharaan dan panjang akhir pemeliharaan.

Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan mengunakan rumus :

Lm = T L1˗ ˗ T Lₒ

dimana :

Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

T L1 = Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)

T Lₒ = Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)

Sumber : Hariati (1989)

c. Kelulushidupan

Kelulusan hidup merupakan tingkat kelangsungan hidup ikan (Survival

Rate) selama pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup ikan di hitung dari

presentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan di banding dengan

jumlah ikan pada saat tebar awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat di

hitung dengan menggunakan rumus :

SR = Jumlah ikan yang hidup pada akhir x 100% Jumlah ikan yang hidup pada awal

(43)

27

3.7. Analisis Data

Penelitian ini mengunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Data yang diperoleh adalah data laju pertumbuhan ikan, tingkat kelangsungan

hidup ikan dan pengukuran kualitas air. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis

ragam dengan menggunakan Analysis Of Varience (Anova). Data-data tersebut

disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Jika dari analisis ragam diketahui bahwa

perlakuan menunjukan pengaruh yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata

maka untuk membandingankan perlakuan terbaik dilanjutkan dengan Uji Beda

Nyata Terkecil (BNT). (Rochiman, 1989).

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

BNT = ¹(0,05.dbG)√2

(44)

28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data laju

pertumbuhan harian (SGR), pertumbuhan panjang mutlak (Lm), dan tingkat

kelangsungan hidup (SR) sebagaimana yang terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 7. Data Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR), Pertumbuhan Panjang Mutlak

(Lm), dan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Selama Penelitian.

Parameter Uji Kontrol P1 P2 P3

SGR (%) 0.327ns 0.30ns 0.307ns 0.327ns

Lm (cm) 0.733ns 0.6ns 0.667ns 0.633ns

SR (%) 80ns 63.33333ns 60ns 60ns

Ket : ns = tidak berbeda nyata (non signifikant).

4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)

Dari Tabel 7 terlihat bahwa pertumbuhan spesifik benih ikan belanak yang

tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (0.32 %) dan yang terendah diperoleh pada

perlakuan P1 (0,30 %) dan P2 (0,30 %). Namun jika dibandingkan dengan

kontrol juga tidak jauh berbeda (0.32 %).

4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)

Berdasarkan Tabel 7 diatas terlihat bahwa pertumbuhan panjang mutlak

benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 sebesar (0,66 cm)

dan yang terendah diperoleh pada perlakuan P1 (0.6 cm) dan P3 (0,63cm). Namun

(45)

29

4.1.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase tingkat kelangsungan

hidup benih ikan belanak selama penelitian yang tertinggi diperoleh pada

perlakuan P1 (63,3 %) sedangkan presentase yang terendah diperoleh pada

perlakuan P2 (60 %) dan P3 (60 %). Namun jika dibandingkan dengan kontrol

diperoleh nilai yang jauh berbeda (80 %).

4.1.4 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi salinitas,

suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran kualitas air selama

penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8. Nilai Parameter Kualitas Air Selama Penelitian

Perlakuan Kisaran Parameter

Salinitas (ppt) Suhu (oC) pH DO (mg/l)

Kontrol 20 29 6 4,7

P1 20 29 6 4,7

P2 20 29 6 4,7

P3 20 29 6 4,7

P4 20 29 6 4,7

Dari Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa kualitas air pada semua

perlakuan selama penelitian berkisar rata-rata antara salinitas 20 ppt, suhu 29 ºC,

pH air berkisar antara 6 dan konsentrasi oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,7

(46)

4.2 Pembahasan 4.2.1 Laju Pertumbu

Pertumbuhan

dibandingkan dengan

spesifik pada perlaku

karena pengaruh pem

bobot biomasa beni

menunjukkan nilai yan

Ikan belanak l

cenderung herbivora.

pakan kontrol, P1, dan P

Tabel 9. Laju Pertumbuh

kuan P3 (0.32 %) dibandingkan dengan P1

emberian jenis pakan yang berbeda dengan j

benih ikan. Dan jika dibandingkan dengan

yang sama baik (Junianto, 2003).

k lebih menyukai pakan P3, karena secara foodhabi

vora. Secara ekonomis penggunaan pakan P3

1, dan P2.

(47)

4.2.2 Pertumbuhan P Hasil yang di

pertumbuhan panjang

laju pertumbuhan pa

dengan P1 dan P3 didug

ikan belanak dengan

dibandingkan dengan

et al, 2011).

Tabel 10. Data Rata

-Ulangan

diperoleh selama penelitian tabel 7 dapat

ng mutlak tertinggi diperoleh pada perlakuan

panjang mutlak pada perlakuan P2 (0,66 cm

diduga karena pakan hidrylla lebih baik pertum

an jumlah 5% dari bobot biomasa benih ika

gan kontrol juga menunjukkan nilai yang jauh b

a - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM)

Perlakuan

r 6. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (

31

pat dilihat bahwa

(48)

32

4.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Hasil yang diperoleh selama penelitian tabel 7 dapat dilihat bahwa tingkat

kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan P1. Tingginya tingkat

kelangsungan hidup pada perlakuan P1 (63,3 %) dibandingkan dengan P2 dan P3

diduga karena pakan lada laut baik bagi selangsungan hidup ikan belanak di

bandingkan pakan hidrylla dan pakan ampas kelapa, dan jumlah pakan 5% dari

bobot biomasa benih ikan dan jika dibandingkan dengan kontrol juga

menunjukkan nilai yang tergolong lebih baik.

Kematian benih ikan belanak selama penelitian diduga karena faktor

organisme patogen dalam media air. Hal ini dilihat pada ikan mati banyak

terdapat bercak putih pada bagian tubuh ikan. Selain itu, kematian pada ikan juga

diduga terjadinya stress pada ikan serta mudah terkejut kemudian

melompat-lompat karena pengaruh respon dari luar seperti pada saat pemberian pakan,

penyiponan feses dan penanganan pada saat pengukuran ikan.

Kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,

keadaan lingkungan yang tidak cocok serta fisik yang disebabkan oleh

penanganan manusia. Selain itu yang menyebabkan ikan stres, perbedaan jenis

pakan penelitian dengan pakan ikan di habitat aslinya membuat ikan butuh proses

adaptasi lamaagr bisa dikonsumsi oleh ikan. (Ewutanure, 2011).

Tabel 11. Data Rata - Rata Kelulushidupan Benih Ikan Belanak (SR)

Ulangan Perlakuan Total

P1 P2 P3

1 50 70 60 180

2 60 70 50 180

3 80 40 70 190

Total 190 180 180 550

(49)

Gamba

4.2.4 Parameter Kual Air sebagai m

sangat penting diper

terkontrol. Hal ini be

dalam melakukan sega

kualitas air pada saat

salinitas 20 ppt, suhu

Berdasarkan hasil nil

kualitas air selama pe

hidup benih ikan bela

berkisar antara salinit

(DO) > 4 - 9 mg/L.

yang drastis, di karena

siknifikan meskipun out

bar 7. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup (SR

ualitas Air

i media hidup organisme perairan merupaka

perhatikan dalam usaha budidaya termasuk

bertujuan untuk memberikan daya dukung pa

segala aktifitas hidupnya. Dari tabel 8 diketahui

at pemeliharaan benih ikan belanak(Mugil dus

suhu 29 oC, pH 6 dan oksigen terlarut (D

nilai parameter kualitas air tersebut dapat disim

penelitian dapat mendukung pertumbuhan da

belanak. Kualitas air yang baik untuk pertumbuha

nitas 20- 39 ppt, suhu 26-32oC, pH 6 - 8 dan

L. Kondisi suhu pada penelitian tidak menga

enakan waktu penelitian tidak terjadinya pergant

(50)

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang didapatkan selama penelitian, maka hasil penelitian

dapat disimpulkan laju pertumbuhan harian (SGR) yang terbaiak adalah :

1. Perlakuan P3 dan kontrol dengan jumlah 0,32%, pertumbuhan panjang

mutlak (Lm) yang terbaik adalah perlakuan P2 dengan jumlah 0,66 cm

2. Kelangsungan hidup (SR) yang terbaik adalah perlakuan P1 dengan

jumlah 63,3%.

3. Penggunaan jenis pakan segar yang berbeda tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap pertumbuhan) benih ikan belanak (Mugil

dussumierie).(Fhitung<Ftabel).

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pemberian jenis pakan yang

(51)

35

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E dan Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 149 hal 1.

Afrianto E. dan Liviawaty E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 88 hal.

Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseonologi-LIPI

Basahudin M S. 2009. Panen ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 77 hal.

Effendie M.1. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nllsatama. Yogyakarta. 163 hal.lmsland, A.K. S. Gunarsson, A. Foss and S.O Stefansson. 2003. GillNa+, K+ ATPase Activity,Plasma Chloride ana OsmolalityinJuvenil Turbot, Scophthalmus Reared in Different Temperature and Salinitys, Aquaculture;218: 671-683

Fatrisha Della Rosa Sinaga. 2007. Perbedaan Daya Serap Pistia stratiotes, Hydrilla verticillata dan Limnophilla sessiliflora Sebagai Fitoremediator Cudi Bak-bak Percobaan.

Gufran H dan Kordi K. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar Di Kolam Terpal. ANDI. Yogyakarta. 263 hal.

Hartadi, Reksohadiprodjo dan a.d. Tillman. 1997. Tabel komposisi pakan untuk indonesia. Gadjah mada university press, yogyakarta.

Hasbullah. 2001. Pengolahan Santan Ampas kelapa. Publikasi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BPPT.

Jannah, M. R 2001. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan Belanak Mugil dussumieri di perairan Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Junianto. 2003.Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004. Pakan Ikan : Formulasi, Pembuatan, dan Pemberian. PT Perc. Jakarta.

Murtidjo, B.A. 2001.Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

(52)

36

Palungkun, R., 2004.Aneka Produk Olahan Ampas kelapa. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Patricia S. R. 2002. Stomach content analysis of Mugi/ cephalus and Mugi/ cumma (Mugiliformes: Mugilidae) with emphasis on diatoms in the Tamiahua lagoon.

Rakhmiati. 2008. Kajian Pembuatan Susu Asam dari Bahan Ampas kelapa secara Fermentasi.Tesis. Unila.

Romimohtarto, K. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI

Sesakumar A,V.C.Chong.M.U. Leh.andR.D. Cruz. 1992.Mangroveashabitat for fishand prawns.

Sulistiono, M. Arwani, K.A. Aziz. 2001. Pertumbuhan ikan belanak Mugil dussumieri diperairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Ikhtiologi Indonesia, 1(2): 3947.

Syakirin M.B. 1999. Pengaruh Tekanan Osmotik Media Terhadap Pertumbuhan

dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromus sp).

Tesis.Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Turangan FA. 2000. Pertumbuhan Variasi Intraspesifik, Biomassa Total dan Kandungan Nutrisi Alga Hijau Caulerpa racemosa (Forsskal). J. Agardh di Perairan Tongkaine Manado Sulaweai Utara. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi, Manado.

(53)

37

Lampiran 1. Analisa Perhitungan Perkembangan Laju Pertumbuhan (SGR), Panjang Mutlak (LM), Kelulushidupan (SR) Benih Ikan Belanak.

Tabel 1. Data Rata - Rata Berat Benih Ikan Belanak. (SGR %)

Ulangan Perlakuan Total

P1 P2 P3

1 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551

2 0.267238 0.267238 0.32785 0.862326

3 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551

Total 0.922939 0.922939 0.983551 2.829429

Rata-Rata 0.307646 0.307646 0.32785 0.943143

FK = (GT)2 = (2.829429)2 = 8.005668 = 0.889519

= (0.851815) + (0.851815) + (0.9673726) - 0.889519 3

= 2.6710026 - 0.889519 3

= 0.8903342 - 0.889519

= 0.0008152

JK Galat = JK Total - JK Perlakuan

= 0.005714 - 0.0008152

(54)

38

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam

Sumber

Keragaman DB JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 2 0.0008152 0.0004076

Galat 6 0.0048988 0.0008165 0.4992039 5.143253 10.92477

(55)

39

Lampiran 1. Analisa Perhitungan Perkembangan Laju Pertumbuhan (SGR), Panjang Mutlak (LM), Kelulushidupan (SR) Benih Ikan Belanak.

Tabel 3. Data Rata - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM)

Ulangan Perlakuan Total

Rata-Rata 0.6 0.666667 0.633333 1.9

FK = ( GT )2 = (5.7)2 = 32.49 = 3.61

JK Galat = JK Total - JK Perlakuan

= 0.04 - 0.0066667

(56)

40

Tabel 4. Analisis Sidik Ragam

Sumber

Keragaman DB JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 2 0.0066667 0.0033334

Galat 6 0.0333333 0.0055556 0.6000072 5.143253 10.92477

(57)

41

Lampiran 1. Analisa Perhitungan Perkembangan Laju Pertumbuhan (SGR), Panjang Mutlak (LM), Kelulushidupan (SR) Benih Ikan Belanak.

Tabel 5. Data Rata - Rata Kelulushidupan Benih Ikan Belanak (SR)

Ulangan Perlakuan Total

P1 P2 P3

1 50 70 60 180

2 60 70 50 180

3 80 40 70 190

Total 190 180 180 550

Rata-Rata 63.33333 60 60 183.3333

FK = (GT)2 = (550)2 = 302500 = 33611.11

JK Galat = JK Total - JK Perlakuan

= 1288.889 - 22.22222

(58)

42

Tabel 6. Analisis Sidik Ragam

Sumber

Keragaman DB JK KT

F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 2 22.22222 11.11111

Galat 6 1266.667 211.1111 0.052632 5.143253 10.92477

(59)

43

Lampiran 2.Dokumentasi Penelitian

Persiapan wadah Wadah penelitian (Keramba jaring)

(60)

44

Proses seleksi benih ikan belanak Penimbangan berat bobot benih ikan belanak

Pengukuran panjang benih ikan belanak Pengecekkan salinitas air

Pengecekkan suhu air Pengecekkan pH air

Gambar

Gambar 1. Ikan Belanak (Mugil dussumierie).
Gambar 2 . Hydrilla sp
Gambar 3. Lada laut (Caulerpa sp)
Tabel 2 : Komposisi Pada Lada Laut (Caulerpa sp)
+7

Referensi

Dokumen terkait

perlakuan lainnya. Menunjukkan bahwa jenis pakan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan. Frekuensi pemberian pakan diketahui tidak mempengaruhi pertumbuhan. Keywords :

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA), menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap pertumbuhan bobot benih ikan

Berdasarkan jumlah pakan (gram) yang diberikan pada benih ikan Betok dan pertambahan berat (gram) selama penelitian, diperoleh nilai konversi pakan seperti yang

Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Viterna Dengan Dosis Berbeda Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh pemberian pakan buatan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila

PENGARUH PEMBERIAN VITERNA PLUS DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan dan konversi pakan namun

445 Konversi Pakan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 60 hari dengan pemberian dua jenis pakan buatan yang berbeda dan dosis pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan