3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena
turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka
kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya
berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.
A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen
perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan
secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025.
Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya,
yaitu:
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan
penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti
industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui
pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan
terpadu dengan sektor sumberdaya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air,
serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management)
dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air
minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air
minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan
sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
BAB
3
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada
perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran
swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama
untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan
RPJMN, yaitu:
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui
percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkankerjasama
antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh
masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dana kuntabel. Kondisi
itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa
permukiman kumuh.
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019
Visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: TERWUJUDNYA
INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN
GOTONG-ROYONG. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi
Pembangunan yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjagam kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,
dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan
agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Dengan tercapainya pendapatan perkapita Indonesia USD 3.500 pada tahun 2013 yang
menempatkan Indonesia pada lapis bawah negara-negara berpenghasilan menengah,
maka RPJMN Tahun 2015 – 2019 menetapkan tujuan pembangunan nasional adalah
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat setara dengan negara maju (high
income). Maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 mengenai
infrastruktur adalah Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan.Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas
nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan
infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air,
pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem
transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan
Agar Indonesia mampu menjadi negara berpendapatan tinggi, tentu memerlukan
pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan global. Namun ketimpangan
pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menggambarkan masih besarnya
kemiskinan dan kerentanan. Hal ini dicerminkan oleh angka kemiskinan yang turun
melambat dan angka penyerapan tenaga kerja yang belum dapat mengurangi pekerja
rentan secara berarti. Selain itu, ketimpangan atau kesenjangan pembangunan
antar-wilayah di Indonesia masih merupakan tantangan yang harus diselesai dalam
pembangunan ke depan. Selama 30 tahun (1982-2012) kontribusi PDRB Kawasan Barat
Indonesia (KBI), yang mencakup wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali sangat dominan, yaitu
sekitar 80% dari PDB, sedangkan peran Kawasan Timur Indonesia (KTI) baru sekitar 20
%. Sebagai negara kepulauan dengan luas wilayah laut yang sangat besar, potensi
kemaritiman Indonesia belum benar-benar dimanfaatkan dengan baik, percepatan
pembangunan kelautan harus segera dilakukan untuk mencapai pemerataan
pembangunan di kawasan timur Indonesia.
Guna mewujudkan mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan
infrastruktur dasar maka salah satu strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019
adalah Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan
kota aman, nyaman, dan layak huni, yaitu dengan cara:
1.
Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan sesuai dengan tipologi, fungsidan peran kotanya;
2.
Menyediakan dan meningkatkan sarana ekonomi, khususnya sektor perdagangan danjasa termasuk perbaikan pasar rakyat, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM);
3.
Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya;4.
Menyediakan sarana permukiman beserta sarana parasananya yang layak danterjangkau;
5.
Mengembangkan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan multimoda sesuaidengan tipologi kota dan kondisi;
6.
Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan,penyediaan fasilitas dan sistempenanganan kriminalitas dan konflik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
A. Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kolaka Utara Berdasarkan Rencana Tata Ruang Nasional
Sesuai dengan Pasal 20 ayat I salah satu muatan RTRWN adalah tujuan nasional
pemanfaatan ruang. Memperhatikan tata ruang yang ada dan tata ruang akhir PJP II yang
diinginkan, tujuan nasional pemanfaatan ruang untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan ditetapkan sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup melalui :
a. peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, keaneka-ragaman hayati,
tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa;
b. pemeliharaan keanekaragaman hayati ekosistem dan keunikan alam serta
kearifan tradisional;
c. penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan berfungsi lindung serta
kebijakan pengelolaannya.
2. Mencapai pemanfaatan sumber daya yang optimal melalui :
a. pemanfaatan sumber daya alam yang seoptimal mungkin dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan;
b. pengaturan lokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan sinergi keterkaitan
sektor dalam wilayah nasional dan menghindari konflik pemanfaatan ruangdan
sumber daya.
c. penetapan pokok - pokok kriteria penentuan kawasan budi daya serta
kebijakan pengelolaannya.
3. Meningkatkan keseimbangan perkembangan antar kawasan melalui
pemanfaatanruang kawasan secara serasi selaras dan seimbang serta berkelanjutan
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal dan meningkatkan daya dukung lingkungan.
4. Meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara yang
dinamisdan memperkuat integrasi nasional.Untuk mewujudkan tujuan pemanfaatan
tersebut ditempuh strategi pengembangan danpemanfaatan kawasan berfungsi
lindung dan budi daya beserta keterkaitannya denganpengembangan permukiman,
prasarana pendukung dan dengan pertahanan keamanan strategi pengembangan
kawasan tertentu.
Dalam tatanan ruang nasional, Kabupaten Kolaka Utara diarahkan sebagai PKL
B. Arahan Spasial Untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara.
1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dirumuskan
berdasarkan visi dan misi, rencana pembangunan daerah serta karakteristik dan isu
strategis tata ruang wilayah provinsi.
Atas dasar tersebut, maka rumusan tujuan penataan ruang wilayah Provinsi
Sulawesi Tenggara adalah untuk mewujudkan tatanan ruang wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara yang berbasis pada sektor pertanian dalam arti luas, pertambangan serta
kelautan dan perikanan terkait pariwisata guna mendukung peningkatan taraf hidup
masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh
wilayah provinsi serta menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan hidup dalam
rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Kebijakan yang ditempuh untuk mewujudkan penataan ruang wilayah provinsi adalah :
a. Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui
berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di
sektor unggulan pertanian, pertambangan serta kelautan dan perikanan;
b. Meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor
terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan
struktur ruang secara terpadu;
c. Menetapkan pola ruang secara proporsional untuk mendukung pemanfaatan
sumberdaya alam secara optimal, seimbang dan berkesinambungan;
d. Menetapkan kawasan strategis dalam rangka pengembangan sektor unggulan dan
pengembangan sosial ekonomi secara terintegrasi dengan wilayah sekitar; dan
e. Pengembangan sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor unggulan
secara profesional dan berkelanjutan.
3. Strategi Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertanian dalam arti luas terdiri atas :
a. Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan untuk pengembangan pertanian
tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan
b. Mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung aksesibilitas dan
pusat-pusat pertumbuhan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta
pengembangan lahan peternakan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah
dan lokal;
c. Mengintegrasikan kawasan unggulan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan
hortikultura serta pengembangan lahan peternakan dengan wilayah sekitar dan
kawasan unggulan lain; dan
d. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor pertanian
tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta peternakan secara profesional
dan berkelanjutan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertambangan terdiri atas :
a. Menata dan menetapkan kawasan pertambangan;
b. Mengembangkan pusat industri pertambangan nasional sebagai suatu kawasan
pertambangan dan pengolahan bahan tambang secara terpadu;
c. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang aksesibilitas
pusat kawasan industri pertambangan dengan usaha ekonomi pada wilayah sekitar;
d. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang aksesibilitas
perdagangan antar pulau dan ekspor;
e. Mengintegrasikan usaha-usaha untuk mendukung pengembangan pusat industri
pertambangan nasional dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat sekitar;
f. Mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan secara preventif maupun kuratif
sebelum dan sesudah eksplorasi bahan tambang dan limbah pabrik pengolahan; dan
g. Pengembangan sumberdaya manusia secara komprehensif untuk mengelola industri
pertambangan nasional secara menyeluruh dengan melaksanakan pelatihan teknis
dan membangun sekolah kejuruan dan pendidikan keahlian (sarjana dan pasca
sarjana).
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor kelautan dan perikanan terdiri atas :
a. Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai
pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor kelautan
dan perikanan;
b. Meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor kelautan
dan perikanan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui
c. Menetapkan pusat kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan berupa
kawasan pengembangan budidaya perairan dan kawasan perikanan tangkap secara
terintegrasi dengan usaha-usaha ekonomi wilayah sekitar;
d. Melindungi dan mengelola sumber daya kelautan untuk kebutuhan perlindungan
plasma nutfah, terumbu karang, dan sumber daya hayati untuk kelangsungan produksi
dan pengembangan ekowisata; dan
e. Mengembangkan fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan secara profesional dan
berkelanjutan.
4. Rencana Struktur Ruang Provinsi
Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan arahan perwujudan sistem
perkotaan dan jaringan prasarana wilayah provinsi yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah provinsi dan melayani kegiatan skala provinsi, yang meliputi
sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi dan
sistem jaringan sumberdaya air.
Dalam rencana tata ruang wilayah provinsi digambarkan sistem perkotaan dalam
wilayah provinsi dan peletakan jaringan prasarana wilayah yang menurut peraturan
perundang-undangan, pengembangan dan pengelolaannya merupakan kewenangan
pemerintah daerah provinsi dengan sepenuhnya memperhatikan struktur ruang yang telah
Gambar 3.1: Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
5. Rencana Pola Ruang Provinsi
A. Kawasan Lindung Bawahan
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di
Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas :
a. Kawasan Hutan Lindung
Tujuan pemantapan kawasan hutan lindung adalah mencegah terjadinya erosi,
bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidro-orologi tanah untuk menjamin
ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. Kawasan hutan lindung
b. Kawasan Gambut
Keberadaan kawasan gambut hanyalah sebagian kecil yang terdapat pada Rawa
Tinondo di Mowewe Kabupaten Kolaka dan Rawa Aopa Watumohai di Kabupaten
Bombana, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan.
c. Kawasan Resapan Air
Umumnya semua kawasan lindung di Provinsi Sulawesi Tenggara berfungsi juga
sebagai kawasan resapan air. Namun secara khusus kawasan resapan air ditetapkan
pada kawasan hutan konservasi seluas 282.924 ha yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota kecuali Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Konawe Utara dan
Kabupaten Wakatobi.
B. Kawasan Perlindungan Setempat
Rencana kawasan perlindungan setempat di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas :
1. Sempadan pantai
Pemantapan sempadan pantai bertujuan untuk melindungi pantai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kelestarian fungsi pantai.
Sempadan pantai direncanakan terletak di kawasan pantai sepanjang 4.199,18
kilometer yang ditetapkan dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi
fisik pantai antara 100 meter sampai dengan 200 meter dari titik pasang air laut
tertinggi ke arah darat.
2. Sempadan sungai
Pemantapan sempadan sungai bertujuan untuk melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik dan
dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Sempadan sungai direncanakan
menyebar pada seluruh kabupaten dan kota dengan ketentuan :
a. Sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman yang sudah ada
hendaknya berjarak minimal 15 meter dari tepi sungai;
b. Sempa dan sungai yang melewati kawasan permukiman terencana
hendaknya berjarak antara 15 meter sampai dengan 25 meter dari tepi
sungai; dan
c. sempadan sungai di luar kawasan permukiman dan kawasan rawan banjir
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki 669 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang perlu
dilindungi melalui penetapan sempadan sungai yang sesuai dengan kondisi
fisiknya masing-masing. DAS tersebut tersebar pada 9 Satuan Wilayah
Pengelolaan DAS (SWP DAS) sebagai berikut:
a. SWP DAS Buton terletak di Pulau Buton yang meliputi wilayah administrasi
Kota Baubau, Kabupaten Buton, Buton Utara dan Muna;
b. SWP DAS Kabaena terletak di Pulau Kabaena yang meliputi wilayah
administrasi Kabupaten Bombana dan Buton;
c. SWP DAS Konaweha Lasolo meliputi wilayah administrasi Kabupaten
Kolaka, Kolaka Utara, Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara,
Kab.kolaka utara dan Prov. Sulawesi Tengah (1,65% dari luas wilayah
Sulawesi Tenggara);
d. SWP DAS Muna terletak di Pulau Muna yang meliputi wilayah administrasi
Kabupaten Buton dan Muna;
e. SWP DAS Pakue Tambuka tersebar di Kabupaten Kolaka dan Kolaka
Utara;
f. SWP DAS Poleang Roraya tersebar di Kabupaten Bombana, Kolaka,
Konawe, Konawe Selatan dan Kab.kolaka utara;
g. SWP DAS Toari tersebar di Kabupaten Bombana, Kolaka dan Kolaka Utara;
h. SWP DAS Wakatobi di Kabupaten Wakatobi; dan
i. SWP DAS Wawonii terletak di Pulau Wawonii Kabupaten Konawe.
3. Ruang Terbuka Hijau Kota
Ruang terbuka hijau kota merupakan lahan yang didominasi komunitas
tumbuhan yang berada pada kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai
paru-paru kota dan daerah resapan. Ruang terbuka hijau kota ditetapkan minimal 30%
dari luas kawasan perkotaan yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik minimal
20% dan ruang terbuka hijau privat minimal 10% berupa hutan kota, taman kota,
zona penyangga (buffer zone), dan jalur hijau yang ditanam sepanjang jaringan
jalan. Ruang terbuka hijau kota direncanakan di Kab.kolaka utara dan Kota
Baubau serta tersebar pada tiap ibukota kabupaten dan kecamatan di Provinsi
C. Rencana Kawasan Budidaya
Rencana pengembangan kawasan budidaya di Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi :
Kawasan budidaya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional yang terkait dengan
wilayah provinsi
Kawasan budidaya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional yang terkait dengan
wilayah provinsi adalah kawasan andalan dikarenakan kawasan budidaya tersebut
memiliki nilai strategis nasional. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan
untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta
mendorong pemerataan perkembangan wilayah.
Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan darat dan kawasan andalan laut.
Kawasan andalan darat terdiri atas kawasan andalan berkembang dan kawasan
andalan prospektif berkembang.
Rencana pengembangan kawasan budidaya provinsi merupakan kawasan budidaya
yang memiliki nilai strategis provinsi. Kawasan budidaya tersebut terdiri atas kawasan
peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan
peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman dan
kawasan peruntukan lainnya. Lebih jelasnya mengenai rencana kawasan budidaya di
Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 3.1
Rencana Kawasan Budidaya Di Provinsi Sulawesi Tenggara
No. Kawasan Budidaya Luas (Ha)
1 Kawasan Budidaya Kehutanan 466,854
Hutan Produksi Terbatas 401,581
Hutan Produksi 93,571
Hutan Produksi yang dapat dikonversi
2 Kawasan Budidaya Non Kehutanan
Areal Penggunaan Lain (APL)
3 Perairan (Danau/Sungai)
Jumlah
D. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Rencana kawasan peruntukan permukiman di Provinsi
Sulawesi Tenggara terdiri atas :
1. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan
Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman kota adalah mengembangkan
kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk beserta
pengembangan sarana-prasarana penunjangnya. Rencana kawasan peruntukan
permukiman perkotaan meliputi pengembangan permukiman di kawasan perkotaan
yang tersebar pada seluruh ibukota kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tenggara
dan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang terletak di :
a. Kab.kolaka utara meliputi Rusunawa Kab.kolaka utara dan Rusunawa di
Universitas Haluoleo;
b. Kota Baubau meliputi Rusunawa Wameo dan Rusunawa Sulaa; dan
c. Kabupaten Kolaka yaitu Rusunawa Kolaka.
2. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan
Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman pedesaan adalah
mengembangkan kawasan permukiman perdesaan yang terkait dengan kegiatan
budidaya pertanian beserta pengembangan sarana-prasarana penunjangnya. Rencana
kawasan peruntukan permukiman perdesaan berada diluar kawasan perkotaan yang
Gambar 3.2: Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
E. Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan Strategi Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi,
sosial, budaya dan/atau lingkungan. Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, wewenang pemerintah provinsi dalam penataan ruang kawasan strategis
provinsi adalah melaksanakan:
a. penetapan kawasan strategis provinsi;
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi;
c. pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi;
d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi;
e. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan pemanfaan ruang kawasan
strategis provinsi dan kabupaten/kota; dan
Kewenangan pemerintah daerah provinsi dalam pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi mencakup aspek yang terkait
dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Pemerintah daerah
kabupaten/kota tetap memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan aspek yang tidak
terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Selain itu,
pemerintah daerah provinsi juga memiliki kewenangan dalam penyusunan Rencana Detail
terhadap Kawasan Strategis Provinsi.
Penetapan kawasan strategis ditetapkan berdasarkan :
a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi
b. nilai strategis dari aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisien
c. kesepakatan pemangku kepentingan
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan
e. ketentuan peraturan terkait
Penetapan kawasan strategis dirumuskan dengan kriteria :
a. memperhatikan faktor dalam tatanan penataan ruang yang memiliki kekhususan
b. memperhatikan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
c. dapat berhimpitan dengan KSN, namun harus memiliki kepentingan berbeda
d. dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis :
ekonomi;
untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal;
pendayagunaan alam dan teknologi tinggi;
lingkungan hidup;
lainnya sesuai kepentingan pembangunan.
e. mengikuti ketentuan pemetaan : delineasi kawasan strategis dipetakan pada 1 (satu
lembar) kertas, pada peta digambarkan delineasi KSN, legenda menjelaskan bidang
yang menjadi pusat perhatian, dan mengikuti peraturan terkait.
Rencana kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu
Kawasan Ekonomi Khusus Pertambangan Nasional yang memiliki Pusat Kawasan Industri
Pertambangan (PKIP) terdiri atas :
a. PKIP Asera-Wiwirano-Langgikima (AWILA) dengan pusat kawasan Konawe Utara
yang meliputi Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Konawe bagian selatan;
b. PKIP Kapontori-Lasalimu (KAPOLIMU) dengan pusat kawasan Lasalimu Kabupaten
c. PKIP Kabaena-Torobulu-Wawonii (KARONI) dengan pusat kawasan Torobulu
Kabupaten Konawe Selatan yang meliputi Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten
Bombana dan Pulau Wawonii;
d. PKIP Pomalaa dengan pusat kawasan Kolaka yang meliputi Kabupaten Kolaka dan
Kabupaten Kolaka Utara bagian selatan; dan
e. PKIP Laiwoi dengan pusat kawasan Kolaka Utara yang meliputi Kabupaten Kolaka Utara dan Kabupaten Konawe bagian utara.
Untuk operasionalisasi RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara disusun Rencana Rinci
Tata Ruang berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi.
Gambar : Peta Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi Tenggara
C. Arahan Spasial Untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Kabupaten Kolaka Utara
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kolaka Utara ”Mewujudkan Pemanfaatan
Ruang yang Efisien, Serasi dan Seimbang yang Berbasis pada Sektor Agroindustri dan
Pertambangan guna Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat yang Merata dengan Mempertimbangkan Kemampuan pembangunan dan daya dukung wilayah”.
1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Utara
Pengembangan pusat-pusat perkotaan sesuai potensi wilayah, yang mampu
mendorong pertumbuhan secara merata di seluruh wilayah kabupaten sesuai
dengan hierarki dan skala pelayanannya.
Menetapkan kawasan lindung sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Mendorong pemanfaatan sumberdaya alam pada kawasan budidaya agar tetap
lestari, untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan prasarana wilayah untuk mendukung kegiatan masyarakat dan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan sarana wilayah untuk mendukung kegiatan masyarakat dan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
2. Rencana Struktur Ruang
a) Rencana Sistem Perkotaan
Jika membahas mengenai sistem pusat pelayanan atau pusat kegiatan, maka tidak
lepas dari bahasan mengenai sistem perkotaan. Rencana sistem perkotaan di wilayah
Kabupaten Kolaka Utara adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat
kegiatan di dalam wilayah Kabupaten Kolaka Utara yang menunjukkan keterkaitan saat ini
maupun rencana yang membentuk hierarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi
fungsi tertentu dalam wilayah Kabupaten Kolaka Utara.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Utara (2011 – 2031), maka
pengembangan kecamatan-kecamatan atau pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Kolaka
Utara akan tetap mengacu pada hierarki fungsional, dengan mengingat
perkembangannya serta skala pelayanannya. Di Kabupaten Kolaka Utara ini pada
Untuk memantapkan sistem perkotaan di Kabupaten Kolaka Utara sesuai dengan
masing-masing hierarki pusat pelayanan dan skala pelayanan yang direncanakan dalam kurun
waktu 20 tahun yang akan datang, maka perlu arahan fungsi untuk masing-masing kota
yang berada di Kabupaten Kolaka Utara sampai dengan akhir tahun perencanaan (tahun
2031). Sejalan dengan hierarki kawasan (perkotaan) sebagai pusat kegiatan, maka
rencana sistem (perkotaan) Kabupaten Kolaka Utara tahun 2031 adalah sebagai berikut :
1. Kawasan perkotaan yang merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten
Kolaka Utara adalah Lasusua dan sejalan dengan fungsinya yang semakin meningkat,
maka untuk masa mendatang diusulkan menjadi PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Fungsi tersebut terutama sebagai pusat kegiatan perdagangan komoditas coklat, yang
hasilnya diekspor keluar negeri, selama ini hasil tersebut dipasarkan melalui Kota
Kolaka. Juga sebagai pintu keluar hasil pertambangan di kabupaten tersebut dan
kabupaten di sekitarnya. Meskipun perkiraan jumlah penduduk Kota Lasusua sampai
tahun 2031 belum mencapai kriteria kota sedang, namun mengingat fungsinya yang
melayani kegiatan beberapa kabupaten/kota, skala provinsi, bahkan nasional, maka
usulan sebagai PKWp sangat sesuai.
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah :
Wawo, Ranteangin, Lambai, Katoi, Tiwu, Mala-Mala, Lapai, Watunohu, Olo-Oloho,
Latali, Pakue, Batu Putih, Porehu, dan Tolala.
Sejalan dengan potensi dan fungsi yang dimilikinya, maka kota-kota Wawo,
Ranteangin, Katoi, Lapai, Olo-Oloho, Batu Putih,Tolala untuk masa mendatang
diusulkan menjadi PKL, yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Usul bagi peningkatan fungsi pusat-pusat pelayanan yang telah disebutkan pada uraian
terdahulu dilakukan berdasarkan potensi dan fungsi yang dimiliki beserta faktor-faktor
pengaruh pengembangan struktur ruang, antara lain : arah kebijakan, potensi
pengembangan wilayah, seperti yang telah diuraikan pada bahasan analisis.
Kecenderungan pengembangan fungsi/ hierarki beserta faktor pengaruhnya dapat dilihat
Tabel 3.2
Rencana Pengembangan Hierarki Pusat Kegiatan Di Kabupaten Kolaka Utara
No. Pusat
Hierarki Faktor Pengaruh
2011-2021
2022-2031
1. Lasusua PKL PKWp PKW
Kebijakan : ibukota kabupaten Pusat pelayanan utama (eksisting) Pusat Wilayah Pengembangan Potensi pusat pelayanan pariwisata Kelautan-perikanan.
Perkebunan
Pertambangan (nikel, crysoprass)
2. Wawo PPK PKLp PKL
Jalan lintas melalui Kolaka Utara Tanaman perkebunan (coklat,
cengkeh, nilam), pertanian tanaman pangan, pertambangan (batu kapur, pasir besi).
3. Ranteangin PPK PKLp PKL
Pusat Wilayah Pengembangan Perkebunan (coklat,cengkeh) Kehutanan
Pariwisata
Perikanan darat, kelautan-
4. Lambai PPK PPK PPK
Potensi hortikultura
Tanaman perkebunan (coklat) Pertanian,
Pariwisata
5.
Katoi
PPK PKLp PKL
Gerbang Lintas Batas (Pelabuhan Tobaku)
Potensi hortikultura Perkebunan (nilam) Pertanian
Potensi perkebunan hortikultura Kelautan-perikanan
Perkebunan( kelapa, nilam) Pertambangan.
8. Lapai PPK PKLp PKL
Gerbang lintas batas (Pelabuhan Utama Tersier)
Pusat Wilayah Pengembangan Potensi pusat perikanan
No. Pusat
Hierarki Faktor Pengaruh
2011-2021
2022-2031
Pertambangan (batu bara, silica, Ngapa).
9. Watunohu PPK PPK PPK Pengembangan perikanan laut
10. Olo-Oloho PPK PKLp PKL
Pusat Wilayah Pengembangan Perkebunan (coklat, nilam) Potensi Pelabuhan Perikanan darat
11. Latali PPK PPK PPK
Potensi hortikultura Perkebunan (coklat, nilam). Potensi perikanan darat
12. Pakue PPK PPK PPK
Tanaman perkebunan (cengkeh) Potensi pertanian
Pertambangan (batu bara, besi) Perikanan darat,
kelautan-perikanan. Potensi hortikultura
13. Batu Putih PPK PKLp PKL
Pusat Pengembangan Wilayah Tanaman perkebunan, kehutanan Pertambangan (marmer, nikel,
chromit, crysoprass, lempung hitam) Pariwisata (wisata alam bahari).
14. Porehu PPK PPK PPK
Pengembangan jalan baru (regional)
Potensi hortikultura Pengembangan tanaman
perkebunan, pertanian
Pertambangan (marmer), kelautan-perikanan.
15. Tolala PPK PKLp PKL
Pengembangan perkebunan, pertanian
Pertambangan
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011.
Gambar 3.4
3. Rencana Pola Ruang
Kawasan lindung yang ada dan direncanakan di wilayah Kabupaten Kolaka Utara antara
lain adalah: hutan lindung, kawasan resapan air, sempadan sungai, sempadan pantai,
kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar danau/situ, kawasan cagar budaya, kawasan
rawan bencana dan kawasan lindung geologi. Kawasan lindung tersebut di atas
direncanakan untuk dikelola secara bijaksana di wilayah Kabupaten Kolaka Utara.
A. Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya 1. Kawasan Hutan Lindung
Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggaramenurut SK
Menhut no. 465/Menhut-II/2011 telah ditetapkan kawasan Hutan Lindung (HL)
seluas 159.133Ha yang tersebar di seluruhwilayah kecamatan.
Kecamatan Porehu memiliki kawasan hutan lindung yang paling besar,
sedangkan Kecamatan Watunohu yang paling kecil. Sebaran kawasan hutan
lindung di setiap wilayah kecamatan disajikan pada Tabel 3. 3
Tabel 3. 3
Sebaran Kawasan Hutan Lindung Dirinci Per Kecamatan Di Kabupaten Kolaka Utara
No KECAMATAN Hutan Lindung
(Ha) Persentase (%)
1 Ranteangin 4.646,74 1,37
2 Wawo 22.765,10 6,71
3 Lambai 6.469,39 1,91
4 Lasusua 15.692,96 4,63
5 Katoi 11.489,94 3,39
6 Kodeoha 6.881,88 2,03
7 Tiwu 6.875,54 2,03
8 Ngapa 9.111,68 2,69
9 Watunohu 190,65 0,06
10 Pakue 9.593,12 2,83
11 Pakue Tengah 12.966,87 3,82
12 Pakue Utara 10.510,85 3,10
13 Batu Putih 8.872,34 2,62
14 Porehu 23.289,43 6,87
15 Tolala 9.776,51 2,88
Total 159.133,00 46,92
Sumber: -SK Menhut no.465/Menhut-II/2011
2. Kawasan Resapan Air
Berdasarkan arahan RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara, kawasan resapan air
yang ditetapkan di wilayah Kabupaten Kawasan resapan air di Kabupaten
Kolaka Utara terdapat pada kawasan hutan di Kecamatan- kecamatan Tolala,
Batu Putih, Porehu, Pakue Utara, Pakue Tengah, Pakue, Ngapa, Tiwu,
Kodeoha, Katoi, Lasusua, Lambai, Ranteangin dan Wawo.
B. Kawasan Perlindungan Setempat
Di wilayah Kabupaten Kolaka Utara, kawasan perlindungan setempat diarahkan untuk
sempadan sungai-sungai besar beserta anak sungainya serta sempadan pantai di
sepanjang pantai Kolaka Utara.
1. Kawasan Sempadan Pantai
Sesuai dengan karakteristiknya kawasan ini terbentang di wilayah pesisir di
Kabupaten Kolaka Utara yang terbentang di bagian utara (Kecamatan Tolala)
sampai di bagian selatan (Kecamatan Wawo).
Pada saat ini, kawasan pesisir Kabupaten Kolaka Utara telah dimanfaatkan untuk
kegiatan budidaya, antara lain untuk perikanan tambak (Kecamatan Batu Putih,
Pakue Utara, Pakue Tengah, Pakue, Watunohu dan Tiwu ) dan kepelabuhanan
(Kecamatan Katoi dan Watunohu) serta kegiatan pariwisata (Kecamatan Tolala,
Katoi, Wawo Pakue Utara dan Lasusua). Oleh karena itu, untuk mencegah
kerusakan lingkungan dan ekosistem kawasan pesisir perlu adanya perlindungan
terhadap sempadan pantai.
Kriteria penentuan kawasan sempadan pantai di Kabupaten Kolaka Utara adalah
daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik pantai dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang < 2 m lebar sempadan
30 – 75 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
(2) Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar sempadan
50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
(3) Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang < 2 m lebar sempadan
100 – 200 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
(4) Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar sempadan
150 – 250 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Berdasarkan hasil analisis, Kabupaten Kolaka Utara mempunyai kawasan
2. Kawasan Sempadan Sungai
Berdasarkan pemanfaatan ruang sempadan sungai yang ada di
KabupatenKolaka Utara maka pengaturan sempadan sungai dilakukan sebagai
berikut :
a. sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman yang sudah
ada,berjarak minimal 15 meter dari tepi sungai;
b. sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman terencana berjarak
15-25 meter dari tepi sungai; dan
c. sempadan sungai di luar kawasan permukiman dan kawasan rawan banjir
hendaknya berjarak 50 meter dari tepi sungai.
Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Kolaka Utara terdapat di sepanjang
Sungai Lasusua,Sungai Ranteangin, Sungai Indewem Sungai Mala-Mala, Sungai
Awo, Sungai Puurawu, Sungai Watunohu, Sungai Pakue, Sungai Latali, Sungai
Pasampang, Sungai Kosali, Sungai Mekowasi, Sungai Batu Putih dan Sungai
Larowu,yang menyebar pada kawasan perkotaan dan perdesaan di seluruh
wilayah Kabupaten Kolaka Utara.
3. Kawasan Sekitar Danau
Kawasan lindung sekitar danau di Kabupaten Kolaka Utara, terdapat pada
Danau Biru di Kecamatan Ranteangin.
C. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya 1. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Alokasi lahan untuk kawasan suaka alam di Kabupaten Kolaka Utara adalah
berupa hutan bakau (mangrove) yang keberadaannya menyebar secara sporadis
di beberapa wilayah kecamatan. Kawasan pantai yang berhutan mangrove sudah
selayaknya dikelola dan dipertahankan keberadaannya. Untuk kawasan hutan
mangrove yang telah berubah fungsi menjadi kawasan budidaya perikanan, perlu
kegiatan rehabilitasi dan dikembangkan pola sylvofishery.Alokasi lahan untuk
kawasan hutan bakau ini diarahkan seluas 544,80 Ha. Penyebaran Mangrove
Tabel 3. 4
Sebaran Kawasan Hutan Bakau di Tiap-Tiap Kecamatan
di Kabupaten Kolaka Utara
No. Kecamatan Hutan Bakau (Ha) Persentase (%)
1 Batu Putih 78,74 0,02
2 Tolala 104,37 0,04
3 Pakue Tengah 3,42 0,001
4 Pakue 44,04 0,01
5 Watunoho 278,23 0,09
Total 544,80 0,17
Sumber: Hasil Analisis GIS Pola Ruang
2. Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Kolaka Utara sekaligus merupakan kawasan
dengan fungsi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kawasan pelestarian alam jenis
cagar budaya terdapat di :
a. Situs Goa Lawalatu di Desa Koreiha Kecamatan Ngapa; dan
b. Situs Goa Lametusa di Desa Parutellang Kecamatan Ngapa.
D. Kawasan Rawan Bencana Alam
1. Kawasanrawan Tanah Longsor
Daerah rawan tanah longsor di Kabupaten Kolaka Utara terdapat di :
a. Kecamatan Lasusua meliputi Desa Totallang, Puncak Monapa, Batu Ganda,
Babussalam;
b. Kecamatan Kodeoha yaitu di Desa Mattiro Bulu;
c. Kecamatan Lambai yaitu di Desa Latawaro dan Lapasi-Pasi;
d. Kecamatan Ngapa yaitu di Desa Parutellang;
e. Kecamatan Ranteangin yaitu di Desa Pohu;
f. Kecamatan Pakue yaitu di Desa Mikuasi; dan
g. Kecamatan Wawo yaitu di Desa Tinokari dan Salu Rengko.
2. Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Daerah rawan gelombang pasang di Kabupaten Kolaka Utara tersebar di:
a. Kecamatan Katoi yaitu di Desa Katoi Desa Tobaku, dan Desa Simbula;
b. Kecamatan Tolala yaitu di Desa Tolala dan Desa Bahari;
c. Kecamatan Pakue yaitu di Desa Kosali dan Desa Sipakainge;
e. Kecamatan Lasusua yaitu di Desa Pitulua, dan Desa sulaho;
f. Kecamatan Lambai yaitu di Desa Lambai;
g. Kecamatan Wawo yaitu di Desa Wawo dan Walasiho; dan
h. Kecamatan Ranteangin yaitu di Desa Landolia.
3. Kawasan Rawan Banjir
Daerah rawan banjir di Kabupaten Kolaka Utara terdapat dii :
a. Kecamatan Lasusua yaitu di Desa Batuganda, Desa Rantelimbong, Desa
Tojabi, Kelurahan Lasusua, Desa Pitulua dan Desa Patowonua;
b. Kecamatan Wawo yaitu di Desa Tinokari;
c. Kecamatan Pakue Utara yaitu di Desa Mateliono;
d. Kecamata Ranteangin yaitu di Kelurahan Ranteangin, Desa Landolia, Desa
Rantebaru, Desa Maroko dan Desa Pohu;
e. Kecamatan Lambai yaitu di Desa Lambai, Desa Lapasi-Pasi;
f. Kecamatan Tiwu yaitu di Desa Lawadia dan Tahibua;
g. Kecamatan Pakue yaitu di Desa Sipakainge;
h. Kecamatan Watunohu yaitu di Desa Watunohu;
i. Kecamatan Batu Putuh yaitu di Desa Latowu;
j. Kecamatan Tolala yaitu di Desa Leleulu; dan
k. .Kecamatan PakueTengah yaitu di Desa Lanipa.
E. Kawasan Lindung Geologi
1. Kawasan Cagar Alam Geologi
Daerah cagar alam geologi yang terdapat di Kabupaten Kolaka Utara, adalahi
kawasan Karst seluas 9.527,91 Ha yang terdapat di :
a. Kecamatan Batu Putih yaitu pada Desa Saludongka, Bukit Tinggi, Bukit Baru;
b. Kecamatan Katoi yaitu pada Desa Lambono;
c. Kecamatan Kodeoha yaitu pada Desa Jabal Nur, Sawangaoha dan Awo;
d. Kecamatan Ngapa yaitu pada Desa Watumotaha, Puurau dan Tadaumera;
e. Kecamatan Pakue yaitu pada Desa Pasampang, Kondara, Mikuasi, Lalombundi,
Kasumeeto dan Kondara;
f. Kecamatan Pakue Tengah yaitu pada Desa Terengga, Majapahit, Pasampang,
salu Lotong dan Latali;
g. Kecamatan Pakue Utara yaitu pada Desa Salu Dongka dan Mataleuno;
h. Kecamatan Wawo yaitu pada Desa Walasiho; dan
2. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
Adapun identifikasi kawasan rawan bencana alam geologi yang ada di Kabupaten
Kolaka Utara adalah sebagai berikut:
a. Kawasan Rawan Gempa Bumi
Berdasarkan peta zona seismik untuk konstruksi bangunan dan gempa bumi
dangkal di Indonesia, daerah Kabupaten Kolaka Utara termasuk jalur gempa
menengah (zona 3) dengan percepatan getaran 0,20 – 0,25 kg. Pusat gempa
dangkal yang terdekat yang pernah terjadi adalah di sekitar Teluk Bone dengan
magnitude 6 – 6,9 dan 7 – 7,9 dengan kedalaman pusat gempa antara 0 – 65
km.
Mengingat litologi sepanjang pantai di daerah penyelidikan merupakan jalur
patahan (sesar) yaitu pada wilayah yang dilalui sesar naik dan turun yang
terdapat di Kecamatan Ranteangin, Lasusua, Ngapa, Pakue, Pakue Tengah,
Batuputih dan Porehu merupakan pasir dan pasir lempungan yang bersifat lepas
hingga agak padat dengan muka air tanah yang relatif dangkal antara 0,5 – 2,7
meter, kondisi ini menunjang terjadinya likuifasi (pembuburan tanah) bila terjadi
gempa bumi terutama pada litologi pasir halus hingga sedang yang berada di
bawah muka iar tanah bebas yang diakibatkan adanya getaran gempa.
Pembuburan tanah ini dapat menyebabkan keruntuhan bangunan.
b. Kawasan Rawan Abrasi
Abrasi laut terjadi setempat-setempat khususnya di wilayah pesisir selatan
F. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
1. Kawasan Hutan Produksi
Kabupaten Kolaka Utara memiliki kawasan hutan produksi terbatas (HPT) sekitar 71.733
Ha. Secara rinci alokasi ruang kawasan hutan produksi terbatas disajikan dalam Tabel
3.5
Tabel 3. 5.
Luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Tiap-Tiap Kecamatan di Kabupaten Kolaka Utara
No. Kecamatan HPT (Ha) Persentase
(%)
1 Purehu 24.735,77 7,29
2 Batu Putih 18.164,86 5,36
3 Tolala 6.373,05 1,88
4 Ngapa 1.596,56 0,47
5 Watunoho
6 Pakue Utara 18.880,94 5,57
7 Pakue Tengah
8 Pakue
9 Tiwu 308,34 0,09
10 Kadeoha
11 Katoi
12 Lasusua 1.673,48 0,49
13 Lambai
14 Rante Angin
15 Wawo
Total 71.733,00 21,15
Sumber: Hasil Analisis GIS Pola Ruang
2. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan & Peternakan a. Pertanian Lahan Basah
Hasil analisis yang telah dilakukan, alokasi lahan untuk kawasan pertanian lahan
basah dalam RTRW Kabupaten Kolaka Utara ini adalah meliputi area yang luasnya
sekitar 7.696,90 Ha. Lahan pertanian lahan basah ini terdapat di Kecamatan Batu
Putih, Porehu, Pakue Utara, Pakue Tengah, Pakue, Kodeoha, Katoi, Lasusua,
Tabel 3. 6
Luas Kawasan Pertanian Lahan Basah di Tiap-tiap Kecamatan
No. Kecamatan Pertanian Lahan
Basah (Ha)
Sumber: Hasil Analisis GIS Pola Ruang
b. Pertanian Lahan Kering
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengalokasikan peruntukan lahan
untuk pertanian lahan kering dalam RTRW Kabupaten Kolaka Utara ini sebesar
kurang lebih 1.769,79 Ha. Lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.7 dibawah ini.
Tabel 3.7
Peruntukan Pertanian Lahan Kering
No. Kecamatan Pertanian
Lahan Kering
c. Pertanian Holtikultura
Kawasan peruntukan pertanian Hortikultura dengan luas kurang lebih 26.892,1
Haterdiri atas tanaman sayuran dan dan tanaman buah-buahan.
Potensi pengembangan pertanian hortikultura cukup besar di Kabupaten Kolaka
Utara, yang tersebar dibeberapa kecamatan diantaranya :
a. kawasan tanaman sayuran tersebar di Kecamatan Tolala, Ngapa, Lasusua,
Batu Putih, Wawo, Ranteangin dan Kodeoha; dan
b. kawasan tanaman buah-buahan terdiri atas:
1. kawasan tanaman durian terdapat di Kecamatan Batu Putih, Pakue,
Pakue Utara, Ngapa, Tiwu, Kodeoha, Lasusua, Ranteangin dan Lambai;
2. kawasan tanaman mangga terdapat di Kecamatan Ranteangin, Lambai,
Tiwu, Ngapa, Porehu, Pakue dan n Wawo;
3. kawasan tanaman langsat terdapat di Kecamatan Lasusua, Ngapa,
Pakue, Porehu, Tolala, Tiwu, Wawo dan Lambai; dan
4. kawasan tanaman buah naga terdapat di Kecamatan Ngapa dan
Watunohu.
d. Perkebunan
Tanaman perkebunan rakyat yang telah dikembangkan di Kolaka Utara meliputi
kelapa, kopi, cengkeh, kakao, vanili, jambu mente, lada, kemiri, enau dan sagu.
Dari beberapa jenis komoditi yang ada, komoditi yang paling banyak diusahakan
adalah komoditi kakao yang saat ini sedang direvitalisasi melalui peremajaan,
rehabilitasi dan intesifikasi. Selain itu, tanaman cengkeh juga menjadi primadona,
baik coklat maupun cengkeh keduanya telah menjadi lambang kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Kolaka Utara. Adapun lokasi pengembangan dilihat pada
Tabel 3.8.
Kawasan Pengembangan KawasanPerkebunan
No. Kecamatan Perkebunan (Ha) Prosentase (%)
1 Purehu 11.146,90 3,29
2 Batu Putih 7.845,05 2,31
3 Tolala 2.720,50 0,80
4 Ngapa 18.442,55 5,44
5 Watunoho 1.961,00 0,58
6 Pakue Utara 8.297,50 2,45
7 Pakue Tengah 5.760,56 1,70
8 Pakue 7.351,12 2,17
9 Tiwu 2.606,64 0,77
10 Kadeoha 6.153,72 1,81
11 Katoi 6.004,46 1,77
12 Lasusua 11.022,30 3,25
13 Lambai 3.516,85 1,04
14 Rante Angin 2.808,95 0,83
15 Wawo 3.422,70 1,01
Total 99.120,30 29,23
Sumber: Dinas Perkebunan dan Hortikultura Kabupaten Kolaka Utara, 2011
e. Peternakan
Kawasan peternakan di Kabupaten Kolaka Utara dikembangkan berdasarkan
potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang
dimiliki. Pengembangan kawasan peternakan diarahkan untuk meningkatkan
peran, efisiensi, produktivitas yang berkelanjutan, dan meningkatkan nilai tambah
melalui pengembangan agrobisnis peternakan.
Luas alokasi pemanfatan lahan untuk peternakan ini adalah seluas kurang lebih
300 Ha. Adapun rencana pengembangannya terdiri dari:
a. Pengembangan ternak besar meliputi sapi dan Kambing tersebar di
Kecamatan Tolala, Porehu dan Pakue Utara
b. Pengembangan ternak unggas meliputi itik dan ayam tersebar di seluruh
wilayah kecamatan Batu Puith dan Wawo
C. Kawasan Peruntukan Perikanan 1. Peruntukan Perikanan Tangkap
Kawasan peruntukan penangkapan ikan di Kabupaten Kolaka Utara seluas kira-kira
209,95 Ha, pengembangannya direncanakan di Kecamatan Lasusua, Kecamatan
Watunohu, Kecamatan Pakue Tengah, Kecamatan Pakue Utara, Kecamatan Batu
Putih, dan Kecamatan Tolala dengan kewenangan pengelolaan wilayah laut
2. Peruntukan Budi Daya Perikanan
Lokasi budidaya perikanan tambak di wilayah Kolaka Utara ada sekitar 3.018,68 Ha.
Alokasi rinci luas kawasan budidaya perikanan tambak disajikan dalam Tabel 3.9
Tabel 3.9
Luas Budidaya Perikanan Tambak di Tiap-tiap Kecamatan
No. Kecamatan Budidaya Perikanan
(Ha)
Prosentase (%)
1 Purehu - -
2 Batu Putih 555,70 0,17
3 Tolala - -
4 Ngapa - -
5 Watunoho 619,78 0,19
6 Pakue Utara 416,20 0,13
7 Pakue Tengah 310,88 0,10
8 Pakue 1.113,25 0,34
9 Tiwu 2,86 0,001
10 Kadeoha - -
11 Katoi - -
12 Lasusua - -
13 Lambai - -
14 Rante Angin - -
15 Wawo - -
Total 3.018,68 0,93
Sumber: Hasil Analisis GIS Pola Ruang
3. Peruntukan Minapolitan
Pengembangan Kawasan peruntukan Minapolitan dalam rangka untuk mendukung
kegiatan pengembangan pada sektor perikanan di kabupaten kolaka utara
dialokasikan di Kecamatan Pakue, Tiwu, Ngapa dan Watunohu.
4. Peruntukan Prasarana Perikanan
Pengembangan Kawasan prasarana perikanan adalah pembangunan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) di Kabupaten Kolaka Utara yang alokasikan di Pelabuhan
Olo-oloho, Watunohu, Lasusua/Pitulua, Ranteangin dan Tolala. Rencana
pengembangan PPI ini berdasarkan kelas 5 tahun, 10 tahun dan 20
tahun.Sedangkan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang sekarang ini terdapat di
Desa Pitulua Kecamatan Lasusua, Desa Sipakainge Kecamatan Pakue, dan
D. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Kolaka Utara tersebar di beberapa
kecamatan seperti dapat dilihat pada Tabel 3.10 dibawah ini.
Tabel 3.10
Luas Lokasi Pertambangan di Kabupaten Kolaka Utara
NO KOMODITAS LUAS WILAYAH
(HA) LOKASI
1 Nikel 84.112,00 Kec. Tolala, Porehu, Batuputih, Lasusua,
Pakue
2 Emas 23.000,00 Kec. Porehu, Ranteangin
3 Marmer 100,00 Kec. Batuputih
4 Batubara 1.945,00 Kec. Ngapa
5 Batu Kapur 500,00 Kec. Wawo
6 Besi 2.500,00 Kec. Lasusua, Pakue, Batuputih, Tolala
7 Kromit 2.083,00 Kec. Lasusua, Tolala. Batuputih
8 Mangan 200,00 Kec. Batuputih
JUMLAH
114.440,00
Sumber: Dinas Pertambangan Kab. Kolaka Utara, 2011
E. Kawasan Peruntukan Periwisata
Berdasarkan lokasinya, kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Kolaka Utara
terdiri atas :
1. Kawasan wisata alam di Kabupaten Kolaka Utara, meliputi:
a. Danau Biru/Matandahi di Desa Walasiho Kecamatan Wawo;
b. Danau diatas bukit di Desa Rantebaru;
c. Air terjun Ponggi di Desa Ponggi Kecamatan Porehu;
d. Air terjun Batu Tedong di Kecamatan Batu Putih;
e. Pegunungan Mekongga di Kecamatan Ranteangin;
f. Gua Lelewao di Desa Lelewawo Kecamatan Tolala;
g. Gua Arupe di Kecamatan Porehu;
h. Gua Tinende di Kecamatan Ngapa;
i. Gua Wolatu di Desa Ngapa Kecamatan Ngapa;
j. Gua Ngapa di Desa Ngapa Kecamatan Ngapa;
k. Gua Watune di Desa Ngapa Kecamatan Ngapa;
l. Gua Watuliu di Kecamatan Lasusua;
m. Gua Pasonggi di Desa Rantebaru Kecamatan Ranteangin;
o. Gua Mala-Mala di Desa Jabal Nur Kecamatan Kodeoha;
p. Gua Katoi di Kecamatan Katoi;
q. Gua Lapasi-pasi di Kecamatan Lambai;
r. Gua Batu Putih Kelurahan Batu Putih Kecamatan Batu Putih; dan
s. Gua Sarambu Desa Lelewawo.
2. Kawasan wisata alam pantai di Kabupaten Kolaka Utara meliputi:
a. Pantai Tanjung Sapiri di Kecamatan Tolala;
b. Pantai Tanjung Tobaku di Kecamatan Katoi;
c. Pantai pasir putih Batutoru di Kecamatan Wawo;
d. Pantai pasir putih di Desa Lelewawo
e. Pantai pasir putih Pakue di Kecamatan Pakue Utara; dan
f. Pantai pasir putih Tolitoli di Kecamatan Lasusua.
3. Kawasan wisata sejarah dan budaya yang terdapat di Kabupaten Kolaka Utara
yaitu pada obyek-obyek sebagai berikut :
a. Situs Goa Lawalatu di Desa Koreiha Kecamatan Ngapa;
b. Situs Goa Lametusa di Desa Parutellang Kecamatan Ngapa;
c. Perkampungan tradisonal Suku Bajo Di Desa Sulaho Kecamatan Lasusua;
d. Atraksi tarian Muara, tarian Mondotambe, tarian Patampanua, tarian petik
cengkeh dan tarian kipas;
e. Upacara adat; dan
f. Atraksi musik tradisional yaitu musik Bambu.
4. kawasan wisata buatan yang tredapat di lokasi-lokasi :
a. Permandian di Desa Porau Kecamatan Ngapa;
b. Alun-alun kota di Kecamatan Lasusua; dan
c. Rencana reklamasi Pantai Lacaria di Kecamatan Lasusua.
F. Kawasan Peruntukan Permukiman
1. Kawasan Perkotaan
Rencana pengembangan Kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kabupaten
Kolaka Utara terdiri atas :
a. Kawasan permukiman perkotaan yang tersebar pada seluruh ibukota kecamatan;
dan
2. Kawasan Perdesaan
Kawasan peruntukan pengembangan permukiman perdesaan di Kabupaten Kolaka
Utara terdiri atas :
a. kawasan permukiman di tiap desa (lihat tabel 4.11); dan
b. kawasan permukiman transmigrasi terdiri atas :
1. Kawasan permukiman eks transmigrasi di Desa Lawata Kecamatan Pakue
Utara; dan
2. Rencana transmigrasi di Desa Arupe Kecamatan Porehu.
Tabel 3. 11
Luas Kawasan Permukiman Perdesaan di Tiap-tiap Kecamatan
No. Kecamatan Permukiman (Ha) Prosentase (%)
1 Purehu 158,38 0,05
2 Batu Putih 99,36 0,03
3 Tolala 189,16 0,06
4 Ngapa 100,41 0,03
5 Watunoho 119,50 0,04
6 Pakue Utara 157,98 0,05
7 Pakue Tengah 182,73 0,06
8 Pakue 171,63 0,05
9 Tiwu 45,74 0,01
10 Kadeoha 177,06 0,05
11 Katoi 68,44 0,02
12 Lasusua 132,63 0,04
13 Lambai 58,95 0,02
14 Rante Angin 92,99 0,03
15 Wawo 87,26 0,03
Total 1.844,23 0,57
Gambar 3.5
4. Kawasan Strategis Kabupaten Kolaka Utara
Kawasan strategis di daerah terdiri atas :
1. Kawasan Strategis Nasional
yaitu rencana KSN Sorowako dsk di Kecamatan Batu Putih, Porehu dan Tolala yang
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
2. Kawasan Strategis Provinsi
yaitu Pusat Kawasan Industri Pertambangan (PKIP) Laiwoi di Kecamatan Tolala yang
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
3. Kawasan Strategis Kabupaten
a. Kawasan strategis perkotaan berpusat di Kecamatan Lasusua;
b. Kawasan strategis industri perkebunan berpusat di Kecamatan Ngapa;
c. Kawasan strategis agropolitan berpusat di Kecamatan Pakue Tengah dan
Kecamatan Rante angin;
d. Kawasan strategis minapolitan berpusat di Kecamatan Watunohu
Gambar 3.6
3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis A. Esensi WPS
Pembangunan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang
memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”, mempertimbangkan
daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memfokuskan pengembangan
infrastruktur pada suatu wilayah strategis dalam rangka mendukung percepatan
pertumbuhan kawasan strategis dan mengurangi disparitas antar kawasan di dalam WPS.
Untuk itu diperlukan Keterpaduan Perencanaan antara Infrastruktur dengan
pengembangan kawasan strategis dalam WPS, seperti perkotaan, industri, dan maritim/
pelabuhan industri dan Sinkronisasi Program antar infrastruktur yang mendukung
pertumbuhan kawasan-kawasan di dalam WPS (Fungsi, Lokasi, Waktu, Besaran, dan
Dana).Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis PUPR dilakukan Pendekatan
Wilayah yang dituangkan dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis.
Gambar 3. 7
Faktor yang Mempengaruhi Wilayah
Kementerian PUPR melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) telah
Gambar 3. 8
WPS Pertumbuhan Baru
3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah
A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Tenggara
1) Visi Pembangunan Daerah
Visi merupakan suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan karakteristik
yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Visi dapat pula diartikan sebagai cara
pandang jauh kedepan kemana instansi pemerintah harus dibawah agar eksis, antisipatif
dan inovatif.Visi dari pemerintah Sulawesi Tenggara periode 2013-2018 yaitu
‘’Mewujudkan Sulawesi Tenggara Sejahtera, Mandiri dan Berdaya Saing Tahun 2013-2018. Makna dan implikasi dari visi tersebut yaitu:
Sulawesi Tengggara adalah merupakan salah satu Provinsi yang terdiri atas
jazirah dan kepulauan dengan potensi sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable
resources) di sektor kelautan, kehutanan, pertanian dalam arti luas serta sumberdaya
yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources), seperti pertambangan.
Sumberdaya yang tersedia, seharusnya memiliki nilai tambah sehingga dapat
memberikan kesejahteraan dan mendukung daya saing masyarakat Sulawesi Tenggara,
Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya konkrit, sistematis dan lebih terfous
untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia melalui peningkatan nilai tambah, dalam
upaya meningkatkan dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Lima tahun kedepan (Periode 2013-2018) akan tereus dilakukan upaya-upaya konkrit
berupa peningkatan nilai tambah sumberdaya alam agar terwujudnya kesejahteraan,
kemandirian dan daya saing masyarakat dan daerah ini.
Kesejahteraan mengandung makna keamanan dan keselamatan, kesenangan
hidup dan kemakmuran. Sedang sejahtera yang merupakan kata dasar dari
kesejahteraan mengandung makna aman, sentosa dan makmur, selamat, terlepas dari
segala kesukaran serta selamat tak kurang satu apapun.
Mandiri mengandung makna tidak adanya ketergantungan pada orang lain. Mandiri juga mengandung makna sebagai bentuk pembelajaran untuk menuju proses
pendewasaan dalam berpikir. Belajar untuk tidak tergantungdalam hal apapun meski saat
lain dalam kondisi yang tidak memungkinkan masih bias dibantu pada saat mendapat
kesulitan.
Sulawesi Tenggara adalah daerah yang kaya akan sumberdaya alam memiliki
sumberdaya manusia yang berkualitas. Dalam kenteks visi pembangunan Sulawesi
Tenggara, kemandirian yang dimaksud adalah terciptanya kemampuan putra-putri dan
msyarakat Sulawesi Tenggara untuk memproduksi, mengolah dan menghasilkan produk
dengan teknologi tinggi dalam rangka meningkatkan nilai tambah dengan berorientasi
pada pasar regional, nasional dan internasional.
Daya saing mengandung makna memiliki kemampuan, dan atau kekuatan, adalah satu kemampuan berdasarkan potensi yang ada untuk bersaing, memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif. Dalam konteks pembangunan Sulawesi Tenggara
maka produk yang dihasilkan harus dapat unggul secara kualitas, efisien proses produksi
dan dapat bersaing di tingkat regional, nasional dan internasional.
2) Misi Pembangunan Daerah
Misi merupakan pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam
usahanya mewujudkan visi. Misi pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu:
1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
2. Pembangunan ekonomi,
3. Revitalisasi pemerintah daerah,
4. Memantapkan pembangunan kebudayaan daerah serta
5. Percepatan dan pemeratan pembangunan infrastruktur kawasan strategis dan
Maksud pelaksanaan Misi/Agenda utama pembangunan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan Kuaitas Sumber Daya Manusia; dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan serta iman dan taqwa.
b) Pembangunan Ekonomi; dimaksudkan untuk membangun perekonomian masyarakat secara nyata melalui usaha-usaha pragmatis dengan mendorong
pembangunan sektor rill, dan menigkatkan nilai tambah berdasarkan potensi yang
berada di seitarnya.
c) Revitalisasi Pemerintah Daerah; dimaksudkan untuk menciptakan pemerintah yang berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat, pemerintah yang transparan
dan akuntabel, serta aparat pemerintah yang lebih bersifat mengayomi masyarakat
serta bersih dari praktek-praktek kolusi, korupsi dan nepotisme.
d) Pembangunan Kebudayaan; dimaksudkan untuk memperkokoh identitas dan jati diri, mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan, sumber inspirasi pembangunan
serta mendorong sector pariwisata yang berorientasi pada pengembangan
sumberdaya, potensi budaya setempat.
e) Percepatan dan Pemerataan Pembangunan Infrastruktur dasar, kewilayahan serta infrastruktur pada Kawasan Strategis; dimaksudkan nuntuk mengembangkan infrastruktur wilayah secara terpadu, mengembangkan infrastruktur
perekonomian yang mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan dan
simpul-simpul perekonomian serta pembangunan infrastruktur kawasan strategis untuk
mendukung peningkatan nilai tambah sumberdaya alam.
Startegi dalam mewujudkan visi dan misi pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu:
1. Pembangunan yang bertumpu pda manusia (People contered development)
2. Pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan (Growth center development)
3. Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Sustainable
development)
4. Pembangunan yang bertumpu pada pengarustamaan gender (Gender
mainstreaming).
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD ) Kab.
Kolaka Utara
5.2.1. Visi dan Misi Pembangunan
Visi pembangunan Kabupaten Kolaka Utara berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMD) tahun 2012 s/d 2018 adalah “Semuanya untuk rakyat”.
Sedangkan Misi Pembangunan Kabupaten/ Kolaka Utara berdasarkan Rencana