• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII A DI MTs N 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII A DI MTs N 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SISWA KELAS VIII A DI MTs N 1 BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh :

MUHAMMAD SYAKRONI

111-13-011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Q.s AL BAQOROH AYAT 286

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapak saya, Ibu Siti Muslimah dan Bapak Nurhadi tercinta yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang,

dan do’a yang tak pernah putus serta nasihat-nasihatnya.

2. Saudara-saudara ku, (Mas Arif Agung Nugroho dan Dek Khamid Muslim),

terimakasih atas dukungan yang telah kalian berikan kepadaku.

3. Rekan-rekan saat PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan

duka untuk menyelesaikan tugas.

4. Rekan-rekan seperjuangan di kampus IAIN Salatiga.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan

kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul:

STRATEGI MENGEMBANGKAN RANAH AFEKTIF DALAM

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIIIA DI

MTS NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2016/2017” dapat

terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak bantuan yang

telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa mterial, maupun spiritual.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi S.Pd., M.Pd selaku ketua Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(IAIN) Salatiga.

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M. Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang

senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini

(9)

5. Untuk sahabat-sahabat saya yang bernama Nur arifin, Muhammad Mubin,

Muhammad Yanis, Shepta Adi Nugraha, rekan-rekan Rebonan Fc dan

teman-teman penulis yang lainnya, yang telah memberikan motivasi dan arahan

dalam mengerjakan skripsi ini. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu.

6. Para bapak-ibu guru dan para siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali,

yang telah memberikan semangat dan memberikan penulis kesempatan untuk

melakukan penelitian dengan baik.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan, kemampuan dan

pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk

diperbaiki dalam skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan untuk perubahan skripsi ini.

Salatiga, 13 Juli 2017

(10)

ABSTRAK

Muhammad Syakroni. 2017. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Ranah Afektif, Pembelajaran Aqidah Akhlak.

Penelitian ini membahas tentang Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Fokus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah strategi pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?, (2) Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat strategi pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?

Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada. Lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vii

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ...xi

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Fokus Penelitian ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

E. Penegasan Istilah ...6

F. Metode Penelitian ...9

G. Sistematika Penulisan Skripsi ...16

BAB II. KAJIAN TEORI ...19

(12)

1. Hakikat Strategi Pembelajaran ...19

2. Pengertian Srtategi Pembelajaran ...20

3. Komponen Strategi Pembelajaran ...21

4. Model-model Strategi Pembelajaran Afektif ...23

5. Penerapan Strategi Pembelajaran ...26

B. Ranah Afektif dalam Pembelajaran ...28

1. Pengertian Ranah Afektif ...28

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ...31

3. Teori Bloom dalam Pembelajaran Afektif ...32

4. Tipe Karakteristik Afektif ...33

C. Pembelajaran Aqidah Akhlak ...37

1. Pengertian Aqidah Akhlak ...37

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak ...40

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ...41

BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...44

A. Paparan Data ...44

1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Boyolali ...44

2. Letak Geografis ...44

3. Identitas Madrasah ...45

4. Sarana Prasarana MTs Negeri 1 Boyolali ...46

5. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri 1 Boyolali ...47

(13)

B. Temuan Penelitian ...55

1. Strategi Pengembangan Ranah afektif dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ...55

2. Faktor Pendukung Pengembangan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ...60

3. Faktor Penghambat Pengembangan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ...64

BAB IV. PEMBAHASAN ...68

A. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siwa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...69

B. Faktor Pendukung Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...74

C. Faktor Penghambat Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...78

BAB V. PENUTUP ...83

A. Kesimpulan ...84

B. Saran-saran ...87

DAFTAR PUSTAKA ...88

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel Guru-guru MTs Negeri 1 Boyolali ...49

Tabel 2 : Tabel Staf Tata Usaha dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali....52

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Konsultasi ...122

2. Daftar Nilai SKK ...124

3. Lembar Permohonan Izin Penelitian ...128

4. Lembar Penunjukan Pembimbing ...129

5. Lampiran 1 : Transkrip Wawancara I ...98

6. Lampiran 2 : Transkrip Wawancara II ...101

7. Lampiran 3 : Transkrip Wawancara III ...104

8. Lampiran 4 : Transkrip Wawancara IV ...106

9. Lampiran 5 : Transkrip Wawancara V ...110

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan

pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual), yang dilaksanakan

melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model pembelajaran

tertentu. Pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan

afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan

mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant effect) atau

menjadi hidden curriculum, yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran

yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotorik.

(Antonius Trg : Harian Global dalam www.yahoo.com : 2016)

Khusus pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) harus

memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek siswa, yaitu aspek

jasmani, akal dan rohani. Untuk pengembangan menyeluruh ini,

kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan

pembinaan setiap aspek (Ahmad, 2004: 65).

Di dunia pendidikan siswa sebagai obyek yang dikembangkan oleh

seorang pendidik, bermula dari siswa yang belum mengetahui apa-apa lalu

(17)

psikomotorik. Apabila siswa memiliki kecerdasan dalam ranah kognitif

saja tanpa ranah afektif maka siswa tersebut tidak memiliki keseimbangan

karakter yang baik. Dalam ranah afektif seharusnya juga di kembangkan

supaya siswa memiliki kecerdasan yang seimbang dalam segala hal.

Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali, dalam

pembelajarannya termasuk kategori yang sangat baik, akan tetapi

guru-guru masih ada kesulitan dalam hal mengembangkan ranah afektif pada

siswa. Hal ini di latar belakangi oleh kesadaran siswa yang kurang baik

dan belum dapat menyesuaikan pembelajaran yang diterapkan di sekolah

tersebut. Mudahnya siswa tergoda ataupun terbawa oleh arus

perkembangan pergaulan lingkungan, kurangnya motivasi, dan kurangnya

kasih sayang dari lingkungan keluarga yang membuat siswa di sekolah itu

ranah afektifnya kurang bagus, walaupun masih ada siswa yang ranah

afektifnya bagus.

Perlu dipahami bahwa pengembangan karakteristik afektif pada

anak didik memerlukan upaya secara sadar dan sistematis. Terjadinya

proses kegiatan belajaran dalam ranah afektif dapat diketahui dari tingkah

laku siswa yang menunjukkan adanya kesenangan belajar. Perasaan,

emosi, minat, sikap, dan apresiasi yang positif yang menimbulkan tingkah

(18)

Lemahnya pendidikan afektif di sekolah disebabkan oleh berbagai

faktor. Salah satu faktor penyebab tersebut adalah guru-guru merasa

kurang mantap dalam merumuskan tujuan afektif. Sebab yang lain, tujuan

afektif lebih sulit diukur daripada tujuan kognitif.

Faktor yang lainnya yaitu kebebasan yang tidak terkendali antara

lain berupa pergaulan yang melanggar norma agama banyak terjadi dalam

masyarakat. Demikian juga berbagai tindak kriminal, perjudian,

penggunaan obat terlarang, minuman keras dan narkotika. Kenyataan ini

membuat dunia pendidikan, khususnya sekolah tidak mempunyai pilihan

lain, kecuali menekankan pendidikan afektif, khususnya pendidikan nilai

dan sikap (Darmiyati, 2009:21).

Dari prespektif humanistik, pendidik seharusnya memperhatikan

pendidikan lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang (affective)

siswa. Kebutuhan afektif ialah kebutuhan kasih sayang yang berhubungan

dengan emosi, perasaan, nilai sikap, predisposisi, dan moral (Sri,

2006:181). Apabila pendidik memenuhi kasih sayang terhadap siswanya

maka kebutuhan afektif akan terpenuhi dengan baik dan siswapun pada

saat menjalani proses pendidikan akan merasakan kenyamanan serta akan

mudah menerima pembelajaran dengan baik.

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan

membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan

ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa

(19)

beragama yang matang merupakan landasan bagi siswa untuk

menentukan arah kehidupan siswa kedepannya supaya lebih baik dan

siswa juga akan mempunyai keyakinan yang mantap untuk menentukan

jati dirinya.

Jadi, strategi pembelajaran yang di miliki oleh guru sangat

dibutuhkan untuk membentuk maupun mengembangkan ranah afektif pada

siswa. Dengan adanya strategi pembelajaran maka guru dengan mudah

untuk membentuk dan mengembangkan ranah afektif pada siswa dengan

baik, tentunya dapat membentuk generasi muda yang cerdas baik dalam

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas

penulis ingin meneliti tentang “STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH

AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA

KELAS VIII A DI MTS N 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

(20)

B. FOKUS PENELITIAN

a. Bagaimanakah strategi pengembangan ranah afektif dalam

pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1

Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?

b. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat strategi

pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada

siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Untuk mengetahui strategi pengembangan ranah afektif dalam

pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1

Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat strategi

pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada

siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.

D. MANFAAT PENLITIAN

Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dan penambahan wawasan mengenai strategi pengembangan ranah

(21)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan

dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan

kepada siswa untuk mengembangkan ranah afektif sehingga siswa

tersebut dapat menjadi siswa yang berkualitas di dalam kehidupannya.

E. PENEGASAN ISTILAH

1. Strategi Pembelajaran

Menurut pendapat Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya

dijelaskan bahwa strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan

urutan kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk pengalaman

belajar kepada peserta didik secara sistematis (Subur, 2015:16).

Menurut pendapat Hamalik, strategi pembelajaran adalah

keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan

siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut pendapat Borich, strategi pembelajaran adalah keseluruhan

prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah

strategi pembelajaran ini digunakan untuk menunjukkan siasat atau

(22)

suasana belajar mengajar yang kondusif bagai tercapainya tujuan

pendidikan, khususnya tujuan pembelajaran.

Apabila dicermati, pengertian strategi pembelajaran diatas

mengarah pada pengertian model-model pengajaran. Titik tekan

strategi pembelajaran adalah pada operasionalnya (action), sedangkan

model menekankan pada pola (pattern). (Jamil, 2016:149-152)

2. Afektif

Menurut bahasa, afektif berarti segala sesuatu yang berkaitan

dengan perasaan, perasaan mempengaruhi keadaan penyakit. (JS.

Badudu, 2010:10). Sedangkan menurut istilah psikologi, afektif berarti

perasaan, keadaan jiwa dan emosi sutu objek atau perseorangan

sebagai pengaruh yang kuat pada dirinya. (Monty&Fedelis, 2003:67)

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut

keanekaragaman perasaan yang meliputi : takut, marah, sedih,

gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah

laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh

karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku

belajar. (Muhibbin, 2011:121)

Pendidikan afektif ini memiliki dua tujuan utama, yaitu

mengembangkan ketrampilan intrapribadi dan antarpribadi (Budiarjo,

(23)

di miliki oleh seorang siswa itu sesuai dengan yang diharapkan, baik

dari ketrampilan intrapibadi maupun ketrampilan antarpribadi.

3. Aqidah Akhlak

Aqidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh. Sedangkan

pengertian aqidah menurut Hasan Al Bana adalah beberapa perkara

yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan

ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun

dengan keragu-raguan (Deden, 2013: 86).

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun”, jamak dari (kholaqa,

yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti,

tabiat, perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Sedangkan

menurut pendekatan terminologi yang diuraikan oleh Ibn Miskawaih,

akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

lebih dahulu (Umiarso, 2010: 105-106).

Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pengertian aqidah akhlak adalah suatu ikatan atau perjanjian yang

kokoh yang terdapat di dalam hati manusia yang mendorong untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikirn

terlebih dahulu.

Jadi yang dimaksud judul penelitian ini adalah untuk mengetahui

(24)

aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun

pelajaran 2017.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian ini disebut juga dengan metode

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi

yang alamiah (natural setting). Obyek yang alamiah adalah obyek

yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan

kehadirannya peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada

obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang

atau human instrument, yaitu peneliti sendiri. (Sugiyono, 2015:14-15)

Pendekatan diskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha

mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada

saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual, akurat, mengenai

faktor-faktor, sifa-sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data,

dan sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan

(25)

dalam penelitian, maka peneliti hadir secara langsung dilokasi

peneliti.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Boyolali yang beralamatkan di Jl. Kemuning No 32, Kelurahan

Banaran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa

Tengah.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data dibedakan menjadi dua macam,

yaitu :

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh penulis secara mentah dari

sumber data dan masih memerlukan analisis lebih lanjut. Jenis data

primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari

informan yaitu dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata

pelajaran aqidah akhlak dan siswa kelas VIIIA.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan

dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat

pribadi dan dokumen resmi instansi. Peneliti menggunakan data

sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi

(26)

pengamatan. Adapun sumber data yang peneliti dapatkan yaitu

identitas sekolah, sejarah, data guru, karyawan dan siswa, data

sarana prasarana.

5. Teknik Pengumpulan Data

Yaitu membicarakan tentang bagaimana cara peneliti

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :

a.Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. (Sugiyono,

2015:317).

Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk

mengetahui lebih jauh bagaimana pembelajaran di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali untuk mengembangkan ranah afektif.

Penelitian ini juga membahas tentang habituasi dalam pembelajaran

aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali dan

usaha-usaha yang dilakukan serta faktor pendukung dan penghambat

habituasi dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa.

b. Observasi

Yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan penctatan

(27)

secara langsung maupun secara tidak langsung. Melalui observasi,

peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut

(Arikunto, 2006:146)

Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan

langsung untuk mengetahui habituasi pembelajaran guru dalam

melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan ranah

afektif dalam pembelajaran aqidah aqidah akhlak pada siswa kelas

VIII A di MTs N 1 Boyolali.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2015:329). Metode ini

digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan

obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum tentang

obyek penelitian tentang strategi pembelajaran guru dalam

mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VII A di MTs N 1

Boyolali.

6. Metode Analisis Data

Adapun dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan

adalah analisis deskriptif yang berupa kata-kata atau paragraf yang

dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif mengenai

(28)

analisis data penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh

tentang strategi pembelajaran guru dalam mengembangkan ranah

afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di

MTs N 1 Boyolali.

Adapun langkah-langkah teknik analisis deskripstif kualitatif

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data kegiatan analisis data selama pengumpulan

data dimulai setelah peneliti memahami fenomena-fenomena

yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat

dianalisis.

b. Reduksi Data

Adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutmya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,

2015:338). Penulis mereduksi data-data yang didapatnya dari

tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang lebih

jelas. Data-data itu seperti data primer maupun data sekunder.

(29)

Rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis atau

menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberikan kemungkinan ketika dibaca akan mudah dipahami

tentang berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti

untuk membuat analisis atau tindakan lain berdasarkan

pemahamannya tersebut.

d. Verifikasi

Penarikan kesimpulan yaitu suatu upaya untuk berusaha

mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari data

penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta

menverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali

data yang telah diperoleh (Suprayoga, 2001:192-197). Penulis

melakukan penyimpulan dari permasalahan yang telah diteliti

di MTs Negeri 1 Boyolali dan kemudian memverifikasi data

dengan menelusuri kembali data yang telah diperoleh.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan

temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan

tersebut yaitu triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini antara lain :

(30)

Triangulasi dengan sumber berarti untuk mendapatkan data

dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Tria

ngulasi sumber data juga membandingkan data-data yang

diperoleh informan satu dengan informan yang lainnya dan

mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi

(Meleong, 2009 :330). Untuk mendapatkan informasi dari

informan yang terdiri dari kepala madrasah, waka kurikulum,

guru mata pelajaran aqidah akhlak dan siswa-siswi kelas

VIIIA guna mendapatkan data-data yang benar dan dapat

dipertanggung jawabkan.

b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek

derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan

beberapa sumber data dan metode yang sama (Meleong,

2009:331). Penulis menggunakan triangulasi metode ini untuk

mengecek temuan hasil penelitian di MTs Negeri 1 Boyolali

dengan menyesuaikan beberapa sumber data, baik dari data

primer maupun sekunder yang telah didapatkannya.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap pra-lapangan

Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun

(31)

perizinan, memilih dan memanfaatkan informan, serta

menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Peneliti melakukan penelitian secara langsung di lokasi

penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal

yang berkaitan dengan penelitian.

c. Tahap analisis data

Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode, dan mengategorikan data yang

sudah diperoleh.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dihadirkan untuk mempermudah pemahaman

dalam mencerna masalah yang akan dibahas, maka memperoleh gambaran

komprehensif dalam penelitian. Secara garis besarnya, sistematika penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

Pada bagian pertama halaman sampul, halaman judul, halaman pengajuaan

skripsi, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, abstrak, halaman

daftar isi, halaman tabel.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, fokus

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

(32)

lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis

data, pengecekan keabsahan, dan tahap-tahap penelitian), dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Membahas teori yang berkaitan dengan tema penelitian. Yaitu

pengertian strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran,

model strategi pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran,

pengertian pembelajaran ranah afektif, faktor yang mempengaruhi

perkembangan emosional, tipe karakteristik afektif, pengertian

pembelajaran aqidah akhlak dan ruang lingkup pembelajaran

aqidah akhlak serta fungsi dan tujuan pembelajaran aqidah akhlak.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Meliputi paparan data sekolahan yaitu gambaran umum : sejarah

berdirinya MTs N 1 Boyolali, identitas sekolah, visi misi sekolah,

data guru, dan karyawan sekolah. Biodata informan : kepala

sekolah, guru mata pelajaran umum, dan guru mata pelajaran

aqidah akhlak. Temuan peneliti yaitu : strategi mengembangkan

ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa dan

faktor-faktor yang mendukung dan menghambat strategi

mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak

(33)

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang : strategi

mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak

pada siswa, faktor-faktor pendukung dan penghambat strategi

mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah pada

siswa.

BAB V PENUTUP

(34)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Strategi Mengembangkan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak.

1. Hakikat Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari

pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi, dan

lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran

umumnya bertolak dari :

a. Rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan.

c. Jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.

Ketiga elemen yang dimaksud, selanjutnya disesuaikan dengan

media pembelajaran atau sumber belajar yang tersedia dan mungkin

digunakan (Hamzah, 2015:4). Elemen-elemen tersebut sangat penting

dalam proses pembelajaran, karena akan menentukan hasil baik buruknya

pembelajaran yang sudah di lakukan oleh guru di sekolahan.

Berdasarkan hakikat tersebut maka strategi pembelajaran harus

bertumpu pada ketiga pilar diatas kemudian menyesuaikannya dengan

(35)

2. Pengertian Strategi Pembelajaran

Menurut pendapat Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya

dijelaskan bahwa strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan

kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk pengalaman belajar kepada

peserta didik secara sistematis (Subur, 2015:16).

Menurut pendapat Gulo, menyatakan bahwa strategi pembelajaran

merupakan rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala

prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai

secara efektif (Jamil, 2016:148).

Menurut pendapat Dick dan Carey, menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan

prosedur atau tahapan kegiatan yang digunakan oleh guru dalam rangka

membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. (Hamzah,

2015:5)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah merupakan cara-cara yang

akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan

materi pembelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai

(36)

3. Komponen Strategi Pembelajaran

Menurut pendapat Walter Dick dan Carrey, menyebutkan bahwa

terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu :

a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari sutau sistem

pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada

bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas

materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang

disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi

belajar peserta didik.

b. Penyampaian Informasi

Penyampaian informasi adalah salah satu komponen dari strategi

pembelajaran, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau

dapat memotivasi peserta didik dalam belajar, maka kegiatan

penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang

menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan

pendahuluan dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan

pembelajaran selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

guru pada saat menyampaikan informasi kepada peserta didik adalah

urutan penyampaian, ruang lingkup dan jenis materi.

(37)

Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik

merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat

dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan

dari SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa

proses pembelajaran akan lebih berhasil apaila peserta didik secara

aktif melakukan latihan-latihan secara langsungdan relevan dengan

tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.

d. Tes

Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk

mengetahui apakah pengetahuan, sikap dan ketrampilan telah

benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes

dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui

berbagai proses pembelajaran, yaitu dari penjelasan tentang tujuan

awal kegiatan pembelajaran, penyampaian informasi berupa materi

pelajaran, pelaksanaan tes juga dilakukan setelah pesrta didik

melakukan latihan atau praktik.

e. Kegiatan Lanjutan

Kegiatan lanjutan yang dikenal juga dengan follow up dari suatu

hasil kegiatan yang telah dilaksanakannya (Hamzah, 2015 : 21-26).

Berdasarkan uraian diatas maka dalam strategi pembelajaran harus

memuat 5 (lima) komponen tersebut, supaya tujuan pembelajaran

sesuai yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional khususnya

(38)

4. Model-model Strategi Pembelajaran Afektif

Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan

keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah

berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Ada

beberapa model strategi pembelajaran afektif yang populer dan banyak

digunakan, antara lain :

a. Model Konsiderasi

Penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa

didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain sehingga

mereka dapat bergaul, bekerja sama dan hidup secara harmonis

dengan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi :

1) Menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi.

2) Meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan

isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaaan dengan perasaan, kebutuhan

dan kepentinganorang lain.

3) Siswa menuliskan responnya masing-masing.

4) Siswa menganilisis respon siswa lain.

5) Mengajak siswa melihat konsekuensi dari tiap tindakannya.

(39)

Pengggunaan model ini sangat bagus untuk membentuk sikap

siswa supaya lebih baik, dengan menggunakan model konsiderasi ini

siswa dapat mempunyai sikap yang peduli akan sesama, lebih

menghargai orang lain dan tentunya dapat menjalin hubungan dengan

orang lain lebih baik serta dapat membentuk kerja sama dengan siswa

lainnya.

b. Model Pembentukan Rasional

Model pembentukan rasional (rational building model)

bertujuan untuk mengembangkan kematangan pemikiran tentang

nilai-nilai. Langkah-langkah pembelajaran rasional :

1) Mengidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atau

penyimpangan tindakan.

2) Menghimpun informasi tambahan.

3) Menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atau

ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.

4) Mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya.

5) Mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau

ketentuan-ketentuan legal masyarakat.

Penggunaan model ini bertujuan untuk membentuk pola berfikir

anak dengan matang yang dilandasi dengan nilai-nilai. Supaya siswa

dapat mengambilan keputusan yang tepat dengan mengadalkan

pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang terlebih dahulu.

(40)

Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan

pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses

menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai

keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Model

ini bertujuan agar para siswa menyadari nilai-nilai yang mereka

miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa

memiliki keterampilan proses menilai.

Langkah-langkah pembelajaran klarifikasi nilai :

1) Pemilihan, siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas,

dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan

akibat-akibatnya.

2) Menghargai pemilihan, siswa menghargai pilihannya serta

memperkuat, mempertegas pilihannya.

3) Berbuat, siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan

pilihannya, mengulanginnya pada hal lain.

Model ini harus ditanamkan oleh pendidik kepada diri siswa,

karena model ini dapat membantu siswa untuk menyadari akan

nilai-nilai yang ada pada diri siswa tersebut. Dengan adanya kesadaran nilai-nilai

yang ada pada dirinya itu, siswa dapat mengetahui keterampilan yang

sesuai dengan bidangnya. Apabila siswa sudah dapat mengenalinya

maka siswa dapat lebih mempertegas keterampilannya guna

kehidupan kedepannya.

(41)

Penggunaan model ini bertujuan untuk membantu siswa

mengaktualisasikan dirinya. Langkah-langkah pembelajaran

nondirektif :

1) Menciptakan situasi yang permisif melalui ekspresi bebas.

2) Pengungkapan, siswa mengungkapkan perasaan, pemikiran dan

masalah-masalah yang dihadapinya, guru menerima dan

memberikan klarifikasi.

3) Pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan

masalah-masalah, guru memberikan dorongan.

4) Perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan

menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi.

5) Integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan

membanggakan kegiatan-kegiatan positif, guru membantu

mengembangkan (Nana, 2011:192-194). Model ini mengacu

kepada pengaktualisasian diri siswa supaya siswa dapat

mempunyai pemahaman yang lebih luas. Dengan model ini siswa

juga dapat memberikan perencanaan dan keputusan yang lebih

baik.

Model-model strategi pembelajaran diatas harus diterapkan kepada

setiap siswa, supaya siswa memiliki sikap afektif yang baik dan tentunya

memiliki jiwa kepribadian yang peduli serta dapat memahami nilai-nilai

yang ada didiri masing-masing siswa tersebut.

(42)

Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran sangat

tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang

ada, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, kendala sumber

belajar, dan karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi

pembelajaran tersebut dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan

strategi pembelajaran yang akan digunakan.

a. Tujuan Pembelajaran

Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : tujuan pembelajaran ranah

kognitif, tujuan pembelajaran ranah afektif, dan tujuan pembelajaran

ranah psikomotorik.

b. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat

pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemapuan awal, gaya

belajar, kepribadian, dan sebagainya.

Karakteristik siswa yang amat kompleks tersebut harus juga

dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang

akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik tersebut,

maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak dapat mencapai

hasil belajar secara maksimal.

c. Karakteristik/Struktur Bidang Studi

Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara

(43)

Guru harus mempunyai kemampuan yang baik guna mengetahui dan

dapat menganalisis suatu kondisi pembelajaran. Dengan kemampuan yang di

miliki oleh guru tersebut maka proses penerapan strategi pembelajaran dapat

berjalan dengan baik serta akan menghasilkan proses hasil belajar yang sesuai

harapkan.

B. Ranah Afektif dalam Pembelajaran 1. Pengertian Ranah Afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut

keaneragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa,

senang, benci, was-was dan sebagainya. Tingkah laku sperti ini tidak

terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga

dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar. (Muhibbin, 2011:121)

Afektif menyangkut berbagai proses mental yang melibatkan

antara lain : emosi, perasaan (feeling), suasana hati (mood) dan

temperamen. Afektif terkait dengan hal-hal yang emosional sifatnya

namun tidak termasuk yang bersifat volisional (volition) atau

keinginan-keinginan tertentu. Aspek utama emosi adalah pengalaman subyektif

terkait dengan perubahan-perubahan fisiologis serta perilaku.

Emosi meliputi perasaan seperti sedih, gembira, dan takut

merupakan hasil pengelaman subyektif individu. Emosi tumbuh dan

berkembang sejak usia dini dan kelak akan merupakan salah satu landasan

(44)

mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidup (Monty,

2003:67-68).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa afektif adalah suatu tingkah laku yang menyangkut mengenai

perasaan, emosi, suasana hati yang berupa rasa sedih, gembira, senang,

takut, cemas dan lain sebagainnya.

Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari

dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu

tingkah laku yang tampak. Emosi yaitu warna afektif yang kuat dan

ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Perubahan-perubahan fisik

tersebut antara lain berupa :

a. Reaksi elektris pada kulit meningkat apabila terpesona.

b. Peredaran darah bertambah cepat bila marah.

c. Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.

d. Pernapasan bernapas panjang bila kecewa.

e. Pupil mata besar bila marah.

f. Liur mengering bila merasakan takut atau tegang.

g. Bulu roma berdiri bila takut.

h. Ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar

(tremor)

i. Komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang

(45)

Semua orang mempunyai sifat emosi dan emosi tersebut dapat terjadi

kapan saja. Apabila seseorang emosi maka dapat dilihat akan terjadi

beberapa perubahan yang terdapat pada dirinya, perubahan tersebut sesuai

dengan pernyataan diatas.

Menurut pendapat James C. Coleman, mengemukakan beberapa cara

untuk memelihara emosi yang konstrukstif, antara lain :

a. Bangkitkan rasa humor, yang dimaksud rasa humor di sini adalah rasa

senang, rasa gembira, rasa optimisme.

b. Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkan emosi yang

negatif.

c. Berorientasi pada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak

dan sasaran yang akan dicapai.

d. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif

Memelihara amarah dan emosi sudah dijelaskan juga di dalam Q.s Ali Imron ayat

134 yang berbunyi:

memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang

(46)

Pernyataan diatas adalah cara untuk memelihara emosi supaya emosi

yang terjadi pada diri seseorang itu tidak bersifat yang negatif. Dengan

terpeliharanya emosi seseorang maka emosi itu akan bersifat positif dan

tidak akan mengganggu kepribadian orng tersebut serta tidak mengganggu

lingkungan sekitarnya.

Munculnya emosional dapat merubah kondisi fisik seseorang,

terkadang perubahan fisik yang dikarenakan oleh timbulnya emosi tersebut

terlihat kuang baik. Supaya emosi yang muncul itu terlihat baik pada

perubahan fisik maka seseorang harus pandai mememlihara emosinya

tersebut dengan membangkitkan rasa humor, selalu memelihara emosi

yang positif dan mengurangi emosi yang bersifat negatif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi anak bergantung pada faktor kematangan dan

faktor belajar. Perkembangan intelektual menghasil kemampuan untuk

memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu

rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan menimbulkan emosi

terarah pada satu objek. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan

emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain

adalah :

a. Belajar dengan coba-coba

b. Belajar dengan cara meniru

(47)

d. Belajar melalui pengkondisian

e. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan,

terbatas pada aspek reaksi (Sunarto, 2013:156-158).

Perkembangan emosi yang terdapat pada diri seorang anak itu

tergantung kematangan sikap belajar anak tersebut. Faktor kematangan

intelektual juga dapat berpengaruh pada emosi anak yang mengarah ke

segi positif. Seperti halnya seorang anak yang belum dapat memahami

makna sesuatu hal tetapi dengan kematangan intelektualnya itu, anak

tersebut dapat memahamin dengan baik sehingga emosi anak dapat terarah

pada suatu titik yang baik.

3. Teori Bloom Pada Pembelajaran Afektif

a. Penerimaan (Receiving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan memberikan terhadap

stimulus yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah

dalam domain afektif.

b. Responsive (Responding)

Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu

termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu

kejadian.

c. Nilai yang dianut (Value)

Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek

(48)

atau tidak menghiraukan.tujuan-tujuan tersebut dapat diklarifikasi menjadi

sikap dan opresiasi .

d. Organisasi (Oraganization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang

membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan

membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang

tercermin dalam suatu filsafat hidup.

e. Karakterisasi (Characterization)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat

berkembang teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan

lebih mudah diperkirakan. (Purwa, 2016:249

4. Tipe Karakteristik Afektif

a. Nilai

Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang

dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih

alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam prespektif

Spranger, kepribadia manusia terbentuk dan berakar pada tatanan

nilai-nilai dan kesejarahan. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan

individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang

dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai.

b. Moral

Moral berasal dari kata latin mores yang artinya tata cara dalam

(49)

merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus

dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur

perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan

masyarakat. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang sdiperlukan

seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis,

adil dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya

kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan

(Ali, 2006 : 134)

Menurut pendapat Michel ada lima perubahan dasar dalam moral

yang harus dilakukan oleh remaja , antara lain :

1. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih

abstrak.

2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang

pada apa yang salah.

3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif.

4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.

5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal (Sunarto,

2013:171).

Kelima dasar moral tersebut harus dipenuhi oleh remaja supaya

dalam perubahan moralnya dapat bersifat positif. Dalam perubahan

moral tersebut juga harus dilakukan dengan berhati-hati dan

diperlukan keyakinan serta pemahaman yang matang supaya remaja

(50)

Menurut pendapat John Dewey tahap perkembangan moral dibagi

menjadi tiga yaitu :

1. Tahap Pramoral

Ditandai bahwa anak belum menyadari keterikatannya pada aturan.

2. Tahap Konvensional

Ditandai dengan berkembangnya kesadaran akan ketaatan pada

kekuasaan.

3. Tahap Otonom

Ditandai dengan berkembangnya keterikatan pada aturan yang

didasarkan pada resiprositas.

c. Sikap

Menurut pendapat Fishbein, sikap adalah predisposisi emosional

yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.

Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan

mempengaruhi perilaku. Sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata

atau tindakan yang merupakan respon reaksi dari sikapnya terhadap objek,

baik berupa orang, peristiwa atau situasi (Ali, 2006 : 136-141).

Karakteristik afektif harus memuat tiga nilai tersebut, karena ketiga aspek

tersebut sangatlah penting untuk perkembangan afektif siswa. Ketiga

aspek itu sangat berkaitan dan saling berkesinambungan, apabila ketiga

aspek tersebut tidak terpenuhi maka perkembangan segi afektif kurang

baik atau jauh dari harapan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang guru di

(51)

Adapun upaya untuk mengembangkan nilai, moral dan sikap

remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan :

a. Menciptakan komunikasi.

Komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang

nilai-nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa

bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan

nilai-nilai moral, tetapi anak harus dirangsang supaya lebih aktif.

Remaja juga harus diberi kesempatan berpartisipasi untuk

mengembangkan aspek moralnya.

b. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi.

Lingkungan merupakan faktor yang cukup luas dan sangat

bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan

sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai

pendidik dan pembina yaitu orang tua dan guru.

Harus diperhatikan juga bahwa satu lingkungan yang lebih

banyak bersifat mengajak, mengundang, atau memberi kesempatan

akan lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan

larangan-larangan dan peraturan yang serba membatasi (Sunarto, 2013:178-180).

Untuk mengembangkan tiga aspek tersebut yang dilakukan oleh

seorang guru adalah menciptakan komunikasi yang baik kepada siswa,

(52)

oleh pemahaman siswa. Setelah siswa dapat memahamin materi yang

disampaikan oleh guru maka siswa tersebut akan mengolah pembelajaran

atau materi tersebut dengan baik dan akan terbentuknya kecerdesan

kognitif, afektif serta kecerdasan psikomotorik yang baik.

Selain itu guru harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang

kondusif saat proses pembelajaran berlangsung. Supaya situasi dan kondisi

di kelas dapat nyaman saat guru menyampaikan materi dan menerapkan

strategi pembelajarannya. Lingungan sosial terdekat bagi siswa juga harus

diperjatikan, karena itu adalah faktor terbesar dalam penunjang

pembentukan sikap siswa kedepannya. Lingkungan sosisal yang positif

pasti akan mempengeruhi kecerdasan afektif yang sangat bagus dan

pribadi siswa akan terbentuk dengan baik sesuai tujuan yang di harapkan

oleh orang tua maupun guru di sekolah.

C. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Aqidah Akhlak

Menurut bahasa aqidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh.

sedangkan pengertian aqidah menurut Hasan Al Bana adalah beberapa

perkara yang wajib diyakini kebenerannya oleh hati, mendatangkan

ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun

dengan keragu-raguan. (Deden, 2013:86)

Menurut Abu Bakar Al-Jazairi, aqidah adalah sejumlah kebenaran

(53)

diatas, dapat disimpulkan bahwa aqidah yang benar yaitu aqidah yang

dapat dipahami oleh akal sehat dan diterima oleh hati karena sesuai

dengan fitrah manusia.

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun”, jamak dari (kholaqa,

yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti,

tabiat, perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Sedangkan

menurut pendekatan terminologi yang diuraikan oleh Ibn Miskawaih,

akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

lebih dahulu. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sikap

yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan

dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan

pertimbangan (Umiarso, 2010: 105-106). Berdasarkan pendapat para

tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlak yang

dijabarkan oleh kedua tokoh itu saling melengkapi, yaitu sifat yang

tentram kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang

dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah

menjadi kebiasaan.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian aqidah akhlak

adalah suatu ikatan atau perjanjian yang kokoh di dalam hati manusia

yang dapat mendorong manusia untuk melakuka perbuatan-perbuatan

(54)

Pembelajaran aqidah akhlak merupakan uapaya pendidik untuk

membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar sesuai dengan

ajaran agama Islam agar mereka hidup layak, bahagia sejahtera dunia

dan akhirat. Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk

membelajarkan seseorang atau kelompok melalui berbagai upaya

(effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah

pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Abdul, 2012: 109).

Pengajaran akhlak adalah salah satu bagian dari pengajaran agama.

Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian manusia, dalam

arti bagaimana sistem atau norma mengatur hubungan manusia dengan

Allah, hubungan manusia dengan manusia yang menjadi kepribadian

sesorang itu sendiri.

Pengajaran akhlak membentuk batin sesorang. Pembentukan ini

dapat dilakukan dengan memberikan pengertian buruk baik dan

kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran menilai buruk

dan baik itu, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan

memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. Pengajaran akhlak

membicaraan nilai sesuatu perbuatan menurut agama, membicarakan

sifat-sifat terpuji dan tercela menurut agama, membicarakan berbagai

hal yang langsung ikut memmpengaruhi pembentukan sifat-sifat itu

pada diri sesorang secara umum. Secara umum agama Islam telah

(55)

akhlak itu, terutama tingkah laku dan perbuatan rosul Allah pembawa

ajaran tentang tingkah laku (Zakiah, 2001 :71).

Islam banyak membimbing umat manusia dengan berbagai amalan,

dari amalan hati seperti aqidah, hingga amalan seperti ibadah. Namun

semua amalan itu sesungguhnya merupakan sarana pembentuk akhlak

atau tingkah laku manusia yang beriman. Dengan kata lain, seluruh

sasaran utama dari seluruh perintah Allah di dunia ini adalah dalam

rangka membentuk akhlak manusia beriman agar dapat bertutur kata,

berfikir, dan berperilaku yang Islami. Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam, menjelaskan kriteria baik dan buruknya

suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar menjelaskan tentang

kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.

Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :

menyebut Allah”(Departemen Agama RI, 2006:420).

(56)

Adapun ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak di madrasah

tsanawiyah meliputi :

a. Aspek akidah terdiri atas tujuan aqidah Islam, sifat-sifat Allah,

al-asma’ al-husna, iman kepada Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul

Allah, hari akhir dan qada’dan qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhid, ikhlas, ta’at,

khauf, taubat, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaah, tawadhu’, khusnudzhon, tasamuh, dan ta’awun, berilmu, kreatif, produktif,

dan pergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya’, nifaq, amaniah, putus asa, ghadlab, tamak, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan

namimah (Yanuhar, 2007 : 17-18)

Ruang lingkup aqidah akhlak diatas menunjukkan bahwa siswa

harus dapat menguasainya dengan baik, apabila semua aspek tersebut

dapat dikuasai dengan baik oleh siswa maka kepribadian siswa akan

terbentuk dengan baik sesuai dengan tuntunan ajaran aqidah akhlak

Islam.

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Adapun fungsi dari pembelajaran aqidah akhlak antara lain :

a. Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai aqidah Islam.

b. Mendorong siswa untuk benar-benar yakin dan taqwa kepada

(57)

c. Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah. Seperti yang

dijelaskan di dalam Qs. Ibrahim: 7.

Artinya: dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah

(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka

Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Departemen Agama RI,

2006: 370).

d. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan

beradat kebiasaan baik (Zakiyah, 2001:72)

Beberapa fungsi diatas diharapkan dapat berguna untuk

pembentukan kepribadian siswa agar menjadi pribadi yang sesuai

dengan ajaran aqidah Islam dan nantinya akan mendapat kebahagian

baik di dunia maupun di akhirat.

Tujuan dari pembelajaran aqidah akhlak dalam pembentukan

kepribadian siswa yaitu untuk :

a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan

(58)

b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri

berpegang pada akhlak mulia dan membenci yang rendah.

c. Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,

menguasai emosi, tahan menderita dan sabar.

d. Membimbing siswa kearah sikap yang sehat yang dapat membantu

mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk

orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah dan

menghargai orang lain.

e. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul

baik di sekolah maupun di luar sekolah.

f. Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan

bermuamalah yang baik (Chabib, 2004:135).

Dapat disimpulkan bahwa dari tujuan pembelajaran aqidah akhlak

diatas yaitu untuk menciptakan siswa yang berakhlak mulia yang

mempunyai landasan aqidah yang kokoh di dalam hati tersebut. Dan

dikemudian hari siswa yang beranjak dewasa diharapkan dapat selalu

(59)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Boyolali

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang

sudah cukup tua resmi berdiri pada tannggal 11 November 1979 yang

beralamat di Jalan Kemuning 32 Boyolali, Jawa Tengah kode pos 57313

dan nomer telepon (0276) 321643 dan pertama kali dikepalai oleh Bapak

Hsofjan. Pada waktu pertama kali di buka yaitu dalam penerimaan siswa

baru tahun pelajaran dengan jumlah hanya lokal 3 kelas dengan jumlah

siswa 30 siswa.

Kemudian setelah beberapa tahun dengan banyaknya dan letaknya

yang sangat strategis yaitu dekat dengan jalan raya yang mudah dijangkau

dengan kendaraan umum, sehingga setiap tahun dilakukan pembangunan

untuk menambah ruang kelas.

2. Letak Geografis

Letak geografis MTs Negeri 1 Boyolali sangat strategis karena

dekat dengan jalan raya tepatnya di Jalan Kemuning 32 Boyolali,

bangunan yang kokoh telah di renovasi dari tahun ke tahun membuat

tampilan gedung MTs Negeri 1 Boyolali menjadi semakin bagus dan

(60)

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang

melestarikan alam dan lingkungan, hal tersebut dibuktikan dengan

banyaknya tumbuh-tumbuhan dan pepohonan di sekitar lingkungan MTs

Negeri 1 Boyolali.

3. Identitas Madrasah

a. Nama Madrasah : MTs Negeri 1 Boyolali

b. Alamat Madrasah

Jalan : Kemuning 32

Kalurahan : Banaran

Kecamatan : Boyolali

Kabupaten : Boyolali

Kode Pos : 57313

c. Status Madrasah : Negeri

d. Didirikan : Tahun 1978

e. Ijin Operasional : Tahun 1980

f. Waktu Belajar : Pagi

g. Jumlah Jam Pelajaran/Minggu

Kelas VII : 46 Jam

Kelas VIII : 46 Jam

Kelas IX : 46 Jam

h. Kepala Madrasah

Nama : Drs. H. Mushonif, M.Pd

(61)

Alamat Rumah : Mranggen, Demak

i. Kepala Tata Usaha

Nama : Suwandi

NIP : 195712271983031003

Alamat Rumah : Jl. Garuda, Banaran, Boyolali

4. Sarana Prasarana Yang Dimiliki

a. Luas Tanah : 8.082 m2

b. Luas Bangunan : 6.601 m2

c. Jumlah RJB : 28 Lokal

d. Ruang Kepala Madrasah : 1 Unit

e. Ruang Kantor/TU : 1 Unit

f. Ruang Guru : 1 Unit

g. Masjid : 1 Unit

h. Lapangan Olahraga : 1 Unit

i. Ruang Perpustakaan : 1 Lokal

j. Ruang BP : 2 Lokal

k. Ruang UKS : 1 Lokal

l. Aula : Tidak Ada

m. Lab. IPA : 1 Unit

n. Lab. Bahasa : 1 Lokal

o. Ruang Kesenian : Tidak Ada

(62)

q. Lab. TIK : 2 Ruang

5. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali a. Visi MTs Negeri 1 Boyolali

Mencetak siswa terdidik, terampil, cerdas dan berbudaya atas dasar

iman dan taqwa.

b. Misi MTs Negeri 1 Boyolali

1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam dan

berbudaya bangsa sehungga menjadi sumber kearifan dalam berkreasi

dan bertindak.

2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien,

sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal.

3) Menumbuhkan semangat belajar kepada segenap warga madrasah.

4) Mendorong dan membantu kepada peserta didik untuk mengenal bakat

dan potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

5) Menerapkan managemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga

Madrasah dan Komite Madrasah.

6) Mengusahakan dan mengembangkan sarana prasarana dan tenaga skill

sebagai pendukung dan penunjang pelajaran keterampilan.

c. Tujuan MTs Negeri 1 Boyolali

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah

(63)

2) Meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan mengupayakan

pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan sikap perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.

4) Meningkatkan nilai akademis baik semester mamupun ujian akhir.

5) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan bahasa Inggris.

6. Daftar Nama-nama Guru dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali

(64)

NO NAMA GURU Tabel Ruang/Gol

Ijazah/Jurusan

1. Hapsoro Purnomo, S. Pd IV/b S1 PAI

2. Dra. Eni Sulistiyani IV/a S1 PKN

3. Dra. Tatik Haryanti IV/a S1 Ekonomi

4. Wafirotun, S. PdI IV/a S1 PAI

5. Supriyono, S. PdI IV/a S1 PAI

6. Dra. Dyah Purwati IV/a S1 PAI

7. Dahlan Muttaqin, S. Pd IV/a S1 B. Indonesia

8. Dra. Rusdiana IV/a S1 B.Inggris

9. Drs. Ahmadi IV/a S1 Matematika

10. Drs. Safarudin IV/a S1 Ilmu Sosial

11. Dra. Herta Nurhayati, M. Pd IV/a S2 B.Indonesia

12. Sri Suharni, S. Pd IV/a S1 B.Inggris

13. Heri Padmono, S. Pd IV/a S1 Matematika

14. Sri Wahyuni, S. PdI IV/a S1 PAI

15. Nur Aida, S. Ag IV/a S1 B.Inggris

16. Sarifah Erni Listiyani, S. Pd IV/a S1 IPA

17. Siti Zubaidah, S. Ag IV/a S1 B.Arab

18. Mustofa, SE IV/a S1 Ilmu Sosial

(65)

24. Ruminah, S. Pd IV/a S1 Matematika

31. Sayidatul Wadhiyah, S. Pd IV/a S1 Ilmu Sosial

32. Sutari, S. Pd IV/a S1 B.Indonesia

33. Dra. Darmi Sasanti III/d S1 Ilmu Sosial

34. Sri Suwanti, S. Pd III/d S1 B. Indonesia

35. Sri Martini, S. Pd III/d S1 Psikologi

36. Abdul Latif, S. Ag III/d S1 B.Arab

37. Sutami, S. Si III/d S1 Fisika

38. Endah Noviyana Dewi, S. Pd III/d S1 Ilmu Sosial

39. Eko Slamet Haryanto, M. Or IV/a S2 Pendidikan OR

40. Rosyid Eko Priyono, M. Pd IV/a S2 Matematika

41. Sri Wuryani, S. Pd III/d S1 Psikologi

42. Atik Baroroh, S. Ag III/c S1 PAI

43. Wachidah Indriyani, S. Ag III/c S1 PAI

44. Taufik Hidayat, S. Ag III/c S1 PAI

45. Idha Purwaningsih III/b S1 B. Indonesia

46. Suyamti, S. Pd III/b S1 Matematika

47. Dyah Inayati Munawaroh,

S.Si

Gambar

Tabel Ijazah/Jurusan

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, hasil deskripsi data variabel penelitian menunjukkan bahwa skor adiksi pada remaja yang terlibat adiksi pada instagram berada pada kategori sedang

8) Siswa menentukan letak astronomois dan geografis wilayah Indonesia bersama kelompoknya 9) Guru menerangkan menggunkan LCD letak wilayah Indonesia. 10) Guru memberikan soal lisan

[r]

S martphone merupakan teknologi yang berkembang pesat saat ini, dengan berbagai fungsi yang mendukung produktivitas. Fungsi utama dari smartphone yaitu komunikasi.

4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden di Sekolah Dasar Islam Terpadu Atikah Musaddad Garut 2017……… 34 4.2 Distribusi Kebiasaan Makan Responden di Sekolah Dasar Islam

dikeluarkan seperti saat kita mengendarai sepeda motor,mengurangi kecelakaan di jalan raya dengan bersepeda angka kecelakaan di jalan raya akan berkurang apalagi anak sekolah

JUMLAH KEGIATAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KEMASYARAKATAN KELURAHAN) DI KECAMATAN TAHUN 2016.. NO KECAMATAN JUMLAH KEGIATAN

produk, yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima. oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut