PADA SISWA KELAS VIII A DI MTs N 1 BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh :
MUHAMMAD SYAKRONI
111-13-011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
MOTTO
Q.s AL BAQOROH AYAT 286
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibu dan Bapak saya, Ibu Siti Muslimah dan Bapak Nurhadi tercinta yang
senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang,
dan do’a yang tak pernah putus serta nasihat-nasihatnya.
2. Saudara-saudara ku, (Mas Arif Agung Nugroho dan Dek Khamid Muslim),
terimakasih atas dukungan yang telah kalian berikan kepadaku.
3. Rekan-rekan saat PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan
duka untuk menyelesaikan tugas.
4. Rekan-rekan seperjuangan di kampus IAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul:
“STRATEGI MENGEMBANGKAN RANAH AFEKTIF DALAM
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIIIA DI
MTS NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2016/2017” dapat
terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak bantuan yang
telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa mterial, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi S.Pd., M.Pd selaku ketua Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(IAIN) Salatiga.
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M. Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini
5. Untuk sahabat-sahabat saya yang bernama Nur arifin, Muhammad Mubin,
Muhammad Yanis, Shepta Adi Nugraha, rekan-rekan Rebonan Fc dan
teman-teman penulis yang lainnya, yang telah memberikan motivasi dan arahan
dalam mengerjakan skripsi ini. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu.
6. Para bapak-ibu guru dan para siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali,
yang telah memberikan semangat dan memberikan penulis kesempatan untuk
melakukan penelitian dengan baik.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan, kemampuan dan
pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk
diperbaiki dalam skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk perubahan skripsi ini.
Salatiga, 13 Juli 2017
ABSTRAK
Muhammad Syakroni. 2017. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Ranah Afektif, Pembelajaran Aqidah Akhlak.
Penelitian ini membahas tentang Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Fokus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah strategi pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?, (2) Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat strategi pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?
Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada. Lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...vii
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ...xi
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Fokus Penelitian ...5
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Penelitian ...5
E. Penegasan Istilah ...6
F. Metode Penelitian ...9
G. Sistematika Penulisan Skripsi ...16
BAB II. KAJIAN TEORI ...19
1. Hakikat Strategi Pembelajaran ...19
2. Pengertian Srtategi Pembelajaran ...20
3. Komponen Strategi Pembelajaran ...21
4. Model-model Strategi Pembelajaran Afektif ...23
5. Penerapan Strategi Pembelajaran ...26
B. Ranah Afektif dalam Pembelajaran ...28
1. Pengertian Ranah Afektif ...28
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ...31
3. Teori Bloom dalam Pembelajaran Afektif ...32
4. Tipe Karakteristik Afektif ...33
C. Pembelajaran Aqidah Akhlak ...37
1. Pengertian Aqidah Akhlak ...37
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak ...40
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ...41
BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...44
A. Paparan Data ...44
1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Boyolali ...44
2. Letak Geografis ...44
3. Identitas Madrasah ...45
4. Sarana Prasarana MTs Negeri 1 Boyolali ...46
5. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri 1 Boyolali ...47
B. Temuan Penelitian ...55
1. Strategi Pengembangan Ranah afektif dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ...55
2. Faktor Pendukung Pengembangan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ...60
3. Faktor Penghambat Pengembangan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ...64
BAB IV. PEMBAHASAN ...68
A. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siwa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...69
B. Faktor Pendukung Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...74
C. Faktor Penghambat Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...78
BAB V. PENUTUP ...83
A. Kesimpulan ...84
B. Saran-saran ...87
DAFTAR PUSTAKA ...88
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tabel Guru-guru MTs Negeri 1 Boyolali ...49
Tabel 2 : Tabel Staf Tata Usaha dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali....52
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsultasi ...122
2. Daftar Nilai SKK ...124
3. Lembar Permohonan Izin Penelitian ...128
4. Lembar Penunjukan Pembimbing ...129
5. Lampiran 1 : Transkrip Wawancara I ...98
6. Lampiran 2 : Transkrip Wawancara II ...101
7. Lampiran 3 : Transkrip Wawancara III ...104
8. Lampiran 4 : Transkrip Wawancara IV ...106
9. Lampiran 5 : Transkrip Wawancara V ...110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan
pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual), yang dilaksanakan
melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model pembelajaran
tertentu. Pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan
afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan
mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant effect) atau
menjadi hidden curriculum, yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran
yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotorik.
(Antonius Trg : Harian Global dalam www.yahoo.com : 2016)
Khusus pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) harus
memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek siswa, yaitu aspek
jasmani, akal dan rohani. Untuk pengembangan menyeluruh ini,
kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan
pembinaan setiap aspek (Ahmad, 2004: 65).
Di dunia pendidikan siswa sebagai obyek yang dikembangkan oleh
seorang pendidik, bermula dari siswa yang belum mengetahui apa-apa lalu
psikomotorik. Apabila siswa memiliki kecerdasan dalam ranah kognitif
saja tanpa ranah afektif maka siswa tersebut tidak memiliki keseimbangan
karakter yang baik. Dalam ranah afektif seharusnya juga di kembangkan
supaya siswa memiliki kecerdasan yang seimbang dalam segala hal.
Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali, dalam
pembelajarannya termasuk kategori yang sangat baik, akan tetapi
guru-guru masih ada kesulitan dalam hal mengembangkan ranah afektif pada
siswa. Hal ini di latar belakangi oleh kesadaran siswa yang kurang baik
dan belum dapat menyesuaikan pembelajaran yang diterapkan di sekolah
tersebut. Mudahnya siswa tergoda ataupun terbawa oleh arus
perkembangan pergaulan lingkungan, kurangnya motivasi, dan kurangnya
kasih sayang dari lingkungan keluarga yang membuat siswa di sekolah itu
ranah afektifnya kurang bagus, walaupun masih ada siswa yang ranah
afektifnya bagus.
Perlu dipahami bahwa pengembangan karakteristik afektif pada
anak didik memerlukan upaya secara sadar dan sistematis. Terjadinya
proses kegiatan belajaran dalam ranah afektif dapat diketahui dari tingkah
laku siswa yang menunjukkan adanya kesenangan belajar. Perasaan,
emosi, minat, sikap, dan apresiasi yang positif yang menimbulkan tingkah
Lemahnya pendidikan afektif di sekolah disebabkan oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor penyebab tersebut adalah guru-guru merasa
kurang mantap dalam merumuskan tujuan afektif. Sebab yang lain, tujuan
afektif lebih sulit diukur daripada tujuan kognitif.
Faktor yang lainnya yaitu kebebasan yang tidak terkendali antara
lain berupa pergaulan yang melanggar norma agama banyak terjadi dalam
masyarakat. Demikian juga berbagai tindak kriminal, perjudian,
penggunaan obat terlarang, minuman keras dan narkotika. Kenyataan ini
membuat dunia pendidikan, khususnya sekolah tidak mempunyai pilihan
lain, kecuali menekankan pendidikan afektif, khususnya pendidikan nilai
dan sikap (Darmiyati, 2009:21).
Dari prespektif humanistik, pendidik seharusnya memperhatikan
pendidikan lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang (affective)
siswa. Kebutuhan afektif ialah kebutuhan kasih sayang yang berhubungan
dengan emosi, perasaan, nilai sikap, predisposisi, dan moral (Sri,
2006:181). Apabila pendidik memenuhi kasih sayang terhadap siswanya
maka kebutuhan afektif akan terpenuhi dengan baik dan siswapun pada
saat menjalani proses pendidikan akan merasakan kenyamanan serta akan
mudah menerima pembelajaran dengan baik.
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan
membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan
ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa
beragama yang matang merupakan landasan bagi siswa untuk
menentukan arah kehidupan siswa kedepannya supaya lebih baik dan
siswa juga akan mempunyai keyakinan yang mantap untuk menentukan
jati dirinya.
Jadi, strategi pembelajaran yang di miliki oleh guru sangat
dibutuhkan untuk membentuk maupun mengembangkan ranah afektif pada
siswa. Dengan adanya strategi pembelajaran maka guru dengan mudah
untuk membentuk dan mengembangkan ranah afektif pada siswa dengan
baik, tentunya dapat membentuk generasi muda yang cerdas baik dalam
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas
penulis ingin meneliti tentang “STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH
AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA
KELAS VIII A DI MTS N 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
B. FOKUS PENELITIAN
a. Bagaimanakah strategi pengembangan ranah afektif dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1
Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?
b. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat strategi
pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada
siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?
C. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui strategi pengembangan ranah afektif dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1
Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat strategi
pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada
siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.
D. MANFAAT PENLITIAN
Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan penambahan wawasan mengenai strategi pengembangan ranah
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan
dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan
kepada siswa untuk mengembangkan ranah afektif sehingga siswa
tersebut dapat menjadi siswa yang berkualitas di dalam kehidupannya.
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Strategi Pembelajaran
Menurut pendapat Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya
dijelaskan bahwa strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan
urutan kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk pengalaman
belajar kepada peserta didik secara sistematis (Subur, 2015:16).
Menurut pendapat Hamalik, strategi pembelajaran adalah
keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan
siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut pendapat Borich, strategi pembelajaran adalah keseluruhan
prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah
strategi pembelajaran ini digunakan untuk menunjukkan siasat atau
suasana belajar mengajar yang kondusif bagai tercapainya tujuan
pendidikan, khususnya tujuan pembelajaran.
Apabila dicermati, pengertian strategi pembelajaran diatas
mengarah pada pengertian model-model pengajaran. Titik tekan
strategi pembelajaran adalah pada operasionalnya (action), sedangkan
model menekankan pada pola (pattern). (Jamil, 2016:149-152)
2. Afektif
Menurut bahasa, afektif berarti segala sesuatu yang berkaitan
dengan perasaan, perasaan mempengaruhi keadaan penyakit. (JS.
Badudu, 2010:10). Sedangkan menurut istilah psikologi, afektif berarti
perasaan, keadaan jiwa dan emosi sutu objek atau perseorangan
sebagai pengaruh yang kuat pada dirinya. (Monty&Fedelis, 2003:67)
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keanekaragaman perasaan yang meliputi : takut, marah, sedih,
gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah
laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh
karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku
belajar. (Muhibbin, 2011:121)
Pendidikan afektif ini memiliki dua tujuan utama, yaitu
mengembangkan ketrampilan intrapribadi dan antarpribadi (Budiarjo,
di miliki oleh seorang siswa itu sesuai dengan yang diharapkan, baik
dari ketrampilan intrapibadi maupun ketrampilan antarpribadi.
3. Aqidah Akhlak
Aqidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh. Sedangkan
pengertian aqidah menurut Hasan Al Bana adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan (Deden, 2013: 86).
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun”, jamak dari (kholaqa,
yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti,
tabiat, perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Sedangkan
menurut pendekatan terminologi yang diuraikan oleh Ibn Miskawaih,
akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran
lebih dahulu (Umiarso, 2010: 105-106).
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pengertian aqidah akhlak adalah suatu ikatan atau perjanjian yang
kokoh yang terdapat di dalam hati manusia yang mendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikirn
terlebih dahulu.
Jadi yang dimaksud judul penelitian ini adalah untuk mengetahui
aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun
pelajaran 2017.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian ini disebut juga dengan metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting). Obyek yang alamiah adalah obyek
yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
kehadirannya peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada
obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang
atau human instrument, yaitu peneliti sendiri. (Sugiyono, 2015:14-15)
Pendekatan diskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha
mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada
saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual, akurat, mengenai
faktor-faktor, sifa-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data,
dan sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan
dalam penelitian, maka peneliti hadir secara langsung dilokasi
peneliti.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Boyolali yang beralamatkan di Jl. Kemuning No 32, Kelurahan
Banaran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh penulis secara mentah dari
sumber data dan masih memerlukan analisis lebih lanjut. Jenis data
primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari
informan yaitu dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata
pelajaran aqidah akhlak dan siswa kelas VIIIA.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan
dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat
pribadi dan dokumen resmi instansi. Peneliti menggunakan data
sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi
pengamatan. Adapun sumber data yang peneliti dapatkan yaitu
identitas sekolah, sejarah, data guru, karyawan dan siswa, data
sarana prasarana.
5. Teknik Pengumpulan Data
Yaitu membicarakan tentang bagaimana cara peneliti
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :
a.Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. (Sugiyono,
2015:317).
Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk
mengetahui lebih jauh bagaimana pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali untuk mengembangkan ranah afektif.
Penelitian ini juga membahas tentang habituasi dalam pembelajaran
aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali dan
usaha-usaha yang dilakukan serta faktor pendukung dan penghambat
habituasi dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan penctatan
secara langsung maupun secara tidak langsung. Melalui observasi,
peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut
(Arikunto, 2006:146)
Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan
langsung untuk mengetahui habituasi pembelajaran guru dalam
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan ranah
afektif dalam pembelajaran aqidah aqidah akhlak pada siswa kelas
VIII A di MTs N 1 Boyolali.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2015:329). Metode ini
digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan
obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum tentang
obyek penelitian tentang strategi pembelajaran guru dalam
mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VII A di MTs N 1
Boyolali.
6. Metode Analisis Data
Adapun dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif yang berupa kata-kata atau paragraf yang
dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif mengenai
analisis data penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang strategi pembelajaran guru dalam mengembangkan ranah
afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di
MTs N 1 Boyolali.
Adapun langkah-langkah teknik analisis deskripstif kualitatif
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data kegiatan analisis data selama pengumpulan
data dimulai setelah peneliti memahami fenomena-fenomena
yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat
dianalisis.
b. Reduksi Data
Adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutmya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,
2015:338). Penulis mereduksi data-data yang didapatnya dari
tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang lebih
jelas. Data-data itu seperti data primer maupun data sekunder.
Rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis atau
menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberikan kemungkinan ketika dibaca akan mudah dipahami
tentang berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti
untuk membuat analisis atau tindakan lain berdasarkan
pemahamannya tersebut.
d. Verifikasi
Penarikan kesimpulan yaitu suatu upaya untuk berusaha
mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari data
penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta
menverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali
data yang telah diperoleh (Suprayoga, 2001:192-197). Penulis
melakukan penyimpulan dari permasalahan yang telah diteliti
di MTs Negeri 1 Boyolali dan kemudian memverifikasi data
dengan menelusuri kembali data yang telah diperoleh.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan
temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan
tersebut yaitu triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini antara lain :
Triangulasi dengan sumber berarti untuk mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Tria
ngulasi sumber data juga membandingkan data-data yang
diperoleh informan satu dengan informan yang lainnya dan
mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi
(Meleong, 2009 :330). Untuk mendapatkan informasi dari
informan yang terdiri dari kepala madrasah, waka kurikulum,
guru mata pelajaran aqidah akhlak dan siswa-siswi kelas
VIIIA guna mendapatkan data-data yang benar dan dapat
dipertanggung jawabkan.
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dan metode yang sama (Meleong,
2009:331). Penulis menggunakan triangulasi metode ini untuk
mengecek temuan hasil penelitian di MTs Negeri 1 Boyolali
dengan menyesuaikan beberapa sumber data, baik dari data
primer maupun sekunder yang telah didapatkannya.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap pra-lapangan
Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun
perizinan, memilih dan memanfaatkan informan, serta
menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Peneliti melakukan penelitian secara langsung di lokasi
penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal
yang berkaitan dengan penelitian.
c. Tahap analisis data
Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode, dan mengategorikan data yang
sudah diperoleh.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dihadirkan untuk mempermudah pemahaman
dalam mencerna masalah yang akan dibahas, maka memperoleh gambaran
komprehensif dalam penelitian. Secara garis besarnya, sistematika penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
Pada bagian pertama halaman sampul, halaman judul, halaman pengajuaan
skripsi, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, abstrak, halaman
daftar isi, halaman tabel.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, fokus
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis
data, pengecekan keabsahan, dan tahap-tahap penelitian), dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Membahas teori yang berkaitan dengan tema penelitian. Yaitu
pengertian strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran,
model strategi pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran,
pengertian pembelajaran ranah afektif, faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosional, tipe karakteristik afektif, pengertian
pembelajaran aqidah akhlak dan ruang lingkup pembelajaran
aqidah akhlak serta fungsi dan tujuan pembelajaran aqidah akhlak.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Meliputi paparan data sekolahan yaitu gambaran umum : sejarah
berdirinya MTs N 1 Boyolali, identitas sekolah, visi misi sekolah,
data guru, dan karyawan sekolah. Biodata informan : kepala
sekolah, guru mata pelajaran umum, dan guru mata pelajaran
aqidah akhlak. Temuan peneliti yaitu : strategi mengembangkan
ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa dan
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat strategi
mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang : strategi
mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak
pada siswa, faktor-faktor pendukung dan penghambat strategi
mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah pada
siswa.
BAB V PENUTUP
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi Mengembangkan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak.
1. Hakikat Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari
pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi, dan
lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran
umumnya bertolak dari :
a. Rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan.
c. Jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.
Ketiga elemen yang dimaksud, selanjutnya disesuaikan dengan
media pembelajaran atau sumber belajar yang tersedia dan mungkin
digunakan (Hamzah, 2015:4). Elemen-elemen tersebut sangat penting
dalam proses pembelajaran, karena akan menentukan hasil baik buruknya
pembelajaran yang sudah di lakukan oleh guru di sekolahan.
Berdasarkan hakikat tersebut maka strategi pembelajaran harus
bertumpu pada ketiga pilar diatas kemudian menyesuaikannya dengan
2. Pengertian Strategi Pembelajaran
Menurut pendapat Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya
dijelaskan bahwa strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk pengalaman belajar kepada
peserta didik secara sistematis (Subur, 2015:16).
Menurut pendapat Gulo, menyatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala
prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai
secara efektif (Jamil, 2016:148).
Menurut pendapat Dick dan Carey, menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan
prosedur atau tahapan kegiatan yang digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. (Hamzah,
2015:5)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah merupakan cara-cara yang
akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan
materi pembelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai
3. Komponen Strategi Pembelajaran
Menurut pendapat Walter Dick dan Carrey, menyebutkan bahwa
terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu :
a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari sutau sistem
pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada
bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas
materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang
disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik.
b. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi adalah salah satu komponen dari strategi
pembelajaran, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau
dapat memotivasi peserta didik dalam belajar, maka kegiatan
penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang
menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan
pendahuluan dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
guru pada saat menyampaikan informasi kepada peserta didik adalah
urutan penyampaian, ruang lingkup dan jenis materi.
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik
merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat
dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan
dari SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa
proses pembelajaran akan lebih berhasil apaila peserta didik secara
aktif melakukan latihan-latihan secara langsungdan relevan dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
d. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk
mengetahui apakah pengetahuan, sikap dan ketrampilan telah
benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes
dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui
berbagai proses pembelajaran, yaitu dari penjelasan tentang tujuan
awal kegiatan pembelajaran, penyampaian informasi berupa materi
pelajaran, pelaksanaan tes juga dilakukan setelah pesrta didik
melakukan latihan atau praktik.
e. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan lanjutan yang dikenal juga dengan follow up dari suatu
hasil kegiatan yang telah dilaksanakannya (Hamzah, 2015 : 21-26).
Berdasarkan uraian diatas maka dalam strategi pembelajaran harus
memuat 5 (lima) komponen tersebut, supaya tujuan pembelajaran
sesuai yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional khususnya
4. Model-model Strategi Pembelajaran Afektif
Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan
keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah
berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Ada
beberapa model strategi pembelajaran afektif yang populer dan banyak
digunakan, antara lain :
a. Model Konsiderasi
Penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa
didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain sehingga
mereka dapat bergaul, bekerja sama dan hidup secara harmonis
dengan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi :
1) Menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi.
2) Meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan
isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaaan dengan perasaan, kebutuhan
dan kepentinganorang lain.
3) Siswa menuliskan responnya masing-masing.
4) Siswa menganilisis respon siswa lain.
5) Mengajak siswa melihat konsekuensi dari tiap tindakannya.
Pengggunaan model ini sangat bagus untuk membentuk sikap
siswa supaya lebih baik, dengan menggunakan model konsiderasi ini
siswa dapat mempunyai sikap yang peduli akan sesama, lebih
menghargai orang lain dan tentunya dapat menjalin hubungan dengan
orang lain lebih baik serta dapat membentuk kerja sama dengan siswa
lainnya.
b. Model Pembentukan Rasional
Model pembentukan rasional (rational building model)
bertujuan untuk mengembangkan kematangan pemikiran tentang
nilai-nilai. Langkah-langkah pembelajaran rasional :
1) Mengidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atau
penyimpangan tindakan.
2) Menghimpun informasi tambahan.
3) Menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.
4) Mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya.
5) Mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau
ketentuan-ketentuan legal masyarakat.
Penggunaan model ini bertujuan untuk membentuk pola berfikir
anak dengan matang yang dilandasi dengan nilai-nilai. Supaya siswa
dapat mengambilan keputusan yang tepat dengan mengadalkan
pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang terlebih dahulu.
Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan
pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses
menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai
keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Model
ini bertujuan agar para siswa menyadari nilai-nilai yang mereka
miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa
memiliki keterampilan proses menilai.
Langkah-langkah pembelajaran klarifikasi nilai :
1) Pemilihan, siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas,
dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan
akibat-akibatnya.
2) Menghargai pemilihan, siswa menghargai pilihannya serta
memperkuat, mempertegas pilihannya.
3) Berbuat, siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan
pilihannya, mengulanginnya pada hal lain.
Model ini harus ditanamkan oleh pendidik kepada diri siswa,
karena model ini dapat membantu siswa untuk menyadari akan
nilai-nilai yang ada pada diri siswa tersebut. Dengan adanya kesadaran nilai-nilai
yang ada pada dirinya itu, siswa dapat mengetahui keterampilan yang
sesuai dengan bidangnya. Apabila siswa sudah dapat mengenalinya
maka siswa dapat lebih mempertegas keterampilannya guna
kehidupan kedepannya.
Penggunaan model ini bertujuan untuk membantu siswa
mengaktualisasikan dirinya. Langkah-langkah pembelajaran
nondirektif :
1) Menciptakan situasi yang permisif melalui ekspresi bebas.
2) Pengungkapan, siswa mengungkapkan perasaan, pemikiran dan
masalah-masalah yang dihadapinya, guru menerima dan
memberikan klarifikasi.
3) Pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan
masalah-masalah, guru memberikan dorongan.
4) Perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan
menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi.
5) Integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan
membanggakan kegiatan-kegiatan positif, guru membantu
mengembangkan (Nana, 2011:192-194). Model ini mengacu
kepada pengaktualisasian diri siswa supaya siswa dapat
mempunyai pemahaman yang lebih luas. Dengan model ini siswa
juga dapat memberikan perencanaan dan keputusan yang lebih
baik.
Model-model strategi pembelajaran diatas harus diterapkan kepada
setiap siswa, supaya siswa memiliki sikap afektif yang baik dan tentunya
memiliki jiwa kepribadian yang peduli serta dapat memahami nilai-nilai
yang ada didiri masing-masing siswa tersebut.
Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran sangat
tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang
ada, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, kendala sumber
belajar, dan karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi
pembelajaran tersebut dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan
strategi pembelajaran yang akan digunakan.
a. Tujuan Pembelajaran
Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : tujuan pembelajaran ranah
kognitif, tujuan pembelajaran ranah afektif, dan tujuan pembelajaran
ranah psikomotorik.
b. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat
pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemapuan awal, gaya
belajar, kepribadian, dan sebagainya.
Karakteristik siswa yang amat kompleks tersebut harus juga
dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang
akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik tersebut,
maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak dapat mencapai
hasil belajar secara maksimal.
c. Karakteristik/Struktur Bidang Studi
Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara
Guru harus mempunyai kemampuan yang baik guna mengetahui dan
dapat menganalisis suatu kondisi pembelajaran. Dengan kemampuan yang di
miliki oleh guru tersebut maka proses penerapan strategi pembelajaran dapat
berjalan dengan baik serta akan menghasilkan proses hasil belajar yang sesuai
harapkan.
B. Ranah Afektif dalam Pembelajaran 1. Pengertian Ranah Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keaneragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa,
senang, benci, was-was dan sebagainya. Tingkah laku sperti ini tidak
terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga
dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar. (Muhibbin, 2011:121)
Afektif menyangkut berbagai proses mental yang melibatkan
antara lain : emosi, perasaan (feeling), suasana hati (mood) dan
temperamen. Afektif terkait dengan hal-hal yang emosional sifatnya
namun tidak termasuk yang bersifat volisional (volition) atau
keinginan-keinginan tertentu. Aspek utama emosi adalah pengalaman subyektif
terkait dengan perubahan-perubahan fisiologis serta perilaku.
Emosi meliputi perasaan seperti sedih, gembira, dan takut
merupakan hasil pengelaman subyektif individu. Emosi tumbuh dan
berkembang sejak usia dini dan kelak akan merupakan salah satu landasan
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidup (Monty,
2003:67-68).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa afektif adalah suatu tingkah laku yang menyangkut mengenai
perasaan, emosi, suasana hati yang berupa rasa sedih, gembira, senang,
takut, cemas dan lain sebagainnya.
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu
tingkah laku yang tampak. Emosi yaitu warna afektif yang kuat dan
ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Perubahan-perubahan fisik
tersebut antara lain berupa :
a. Reaksi elektris pada kulit meningkat apabila terpesona.
b. Peredaran darah bertambah cepat bila marah.
c. Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.
d. Pernapasan bernapas panjang bila kecewa.
e. Pupil mata besar bila marah.
f. Liur mengering bila merasakan takut atau tegang.
g. Bulu roma berdiri bila takut.
h. Ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar
(tremor)
i. Komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
Semua orang mempunyai sifat emosi dan emosi tersebut dapat terjadi
kapan saja. Apabila seseorang emosi maka dapat dilihat akan terjadi
beberapa perubahan yang terdapat pada dirinya, perubahan tersebut sesuai
dengan pernyataan diatas.
Menurut pendapat James C. Coleman, mengemukakan beberapa cara
untuk memelihara emosi yang konstrukstif, antara lain :
a. Bangkitkan rasa humor, yang dimaksud rasa humor di sini adalah rasa
senang, rasa gembira, rasa optimisme.
b. Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkan emosi yang
negatif.
c. Berorientasi pada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak
dan sasaran yang akan dicapai.
d. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif
Memelihara amarah dan emosi sudah dijelaskan juga di dalam Q.s Ali Imron ayat
134 yang berbunyi:
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
Pernyataan diatas adalah cara untuk memelihara emosi supaya emosi
yang terjadi pada diri seseorang itu tidak bersifat yang negatif. Dengan
terpeliharanya emosi seseorang maka emosi itu akan bersifat positif dan
tidak akan mengganggu kepribadian orng tersebut serta tidak mengganggu
lingkungan sekitarnya.
Munculnya emosional dapat merubah kondisi fisik seseorang,
terkadang perubahan fisik yang dikarenakan oleh timbulnya emosi tersebut
terlihat kuang baik. Supaya emosi yang muncul itu terlihat baik pada
perubahan fisik maka seseorang harus pandai mememlihara emosinya
tersebut dengan membangkitkan rasa humor, selalu memelihara emosi
yang positif dan mengurangi emosi yang bersifat negatif.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi anak bergantung pada faktor kematangan dan
faktor belajar. Perkembangan intelektual menghasil kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu
rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan menimbulkan emosi
terarah pada satu objek. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan
emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain
adalah :
a. Belajar dengan coba-coba
b. Belajar dengan cara meniru
d. Belajar melalui pengkondisian
e. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan,
terbatas pada aspek reaksi (Sunarto, 2013:156-158).
Perkembangan emosi yang terdapat pada diri seorang anak itu
tergantung kematangan sikap belajar anak tersebut. Faktor kematangan
intelektual juga dapat berpengaruh pada emosi anak yang mengarah ke
segi positif. Seperti halnya seorang anak yang belum dapat memahami
makna sesuatu hal tetapi dengan kematangan intelektualnya itu, anak
tersebut dapat memahamin dengan baik sehingga emosi anak dapat terarah
pada suatu titik yang baik.
3. Teori Bloom Pada Pembelajaran Afektif
a. Penerimaan (Receiving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan memberikan terhadap
stimulus yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah
dalam domain afektif.
b. Responsive (Responding)
Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu
termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu
kejadian.
c. Nilai yang dianut (Value)
Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau tidak menghiraukan.tujuan-tujuan tersebut dapat diklarifikasi menjadi
sikap dan opresiasi .
d. Organisasi (Oraganization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan
membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang
tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi (Characterization)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat
berkembang teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
lebih mudah diperkirakan. (Purwa, 2016:249
4. Tipe Karakteristik Afektif
a. Nilai
Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam prespektif
Spranger, kepribadia manusia terbentuk dan berakar pada tatanan
nilai-nilai dan kesejarahan. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan
individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang
dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai.
b. Moral
Moral berasal dari kata latin mores yang artinya tata cara dalam
merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus
dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur
perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan
masyarakat. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang sdiperlukan
seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis,
adil dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya
kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan
(Ali, 2006 : 134)
Menurut pendapat Michel ada lima perubahan dasar dalam moral
yang harus dilakukan oleh remaja , antara lain :
1. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih
abstrak.
2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang
pada apa yang salah.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal (Sunarto,
2013:171).
Kelima dasar moral tersebut harus dipenuhi oleh remaja supaya
dalam perubahan moralnya dapat bersifat positif. Dalam perubahan
moral tersebut juga harus dilakukan dengan berhati-hati dan
diperlukan keyakinan serta pemahaman yang matang supaya remaja
Menurut pendapat John Dewey tahap perkembangan moral dibagi
menjadi tiga yaitu :
1. Tahap Pramoral
Ditandai bahwa anak belum menyadari keterikatannya pada aturan.
2. Tahap Konvensional
Ditandai dengan berkembangnya kesadaran akan ketaatan pada
kekuasaan.
3. Tahap Otonom
Ditandai dengan berkembangnya keterikatan pada aturan yang
didasarkan pada resiprositas.
c. Sikap
Menurut pendapat Fishbein, sikap adalah predisposisi emosional
yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.
Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan
mempengaruhi perilaku. Sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata
atau tindakan yang merupakan respon reaksi dari sikapnya terhadap objek,
baik berupa orang, peristiwa atau situasi (Ali, 2006 : 136-141).
Karakteristik afektif harus memuat tiga nilai tersebut, karena ketiga aspek
tersebut sangatlah penting untuk perkembangan afektif siswa. Ketiga
aspek itu sangat berkaitan dan saling berkesinambungan, apabila ketiga
aspek tersebut tidak terpenuhi maka perkembangan segi afektif kurang
baik atau jauh dari harapan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang guru di
Adapun upaya untuk mengembangkan nilai, moral dan sikap
remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan :
a. Menciptakan komunikasi.
Komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang
nilai-nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa
bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan
nilai-nilai moral, tetapi anak harus dirangsang supaya lebih aktif.
Remaja juga harus diberi kesempatan berpartisipasi untuk
mengembangkan aspek moralnya.
b. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi.
Lingkungan merupakan faktor yang cukup luas dan sangat
bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan
sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai
pendidik dan pembina yaitu orang tua dan guru.
Harus diperhatikan juga bahwa satu lingkungan yang lebih
banyak bersifat mengajak, mengundang, atau memberi kesempatan
akan lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan
larangan-larangan dan peraturan yang serba membatasi (Sunarto, 2013:178-180).
Untuk mengembangkan tiga aspek tersebut yang dilakukan oleh
seorang guru adalah menciptakan komunikasi yang baik kepada siswa,
oleh pemahaman siswa. Setelah siswa dapat memahamin materi yang
disampaikan oleh guru maka siswa tersebut akan mengolah pembelajaran
atau materi tersebut dengan baik dan akan terbentuknya kecerdesan
kognitif, afektif serta kecerdasan psikomotorik yang baik.
Selain itu guru harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang
kondusif saat proses pembelajaran berlangsung. Supaya situasi dan kondisi
di kelas dapat nyaman saat guru menyampaikan materi dan menerapkan
strategi pembelajarannya. Lingungan sosial terdekat bagi siswa juga harus
diperjatikan, karena itu adalah faktor terbesar dalam penunjang
pembentukan sikap siswa kedepannya. Lingkungan sosisal yang positif
pasti akan mempengeruhi kecerdasan afektif yang sangat bagus dan
pribadi siswa akan terbentuk dengan baik sesuai tujuan yang di harapkan
oleh orang tua maupun guru di sekolah.
C. Pembelajaran Aqidah Akhlak
1. Pengertian Aqidah Akhlak
Menurut bahasa aqidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh.
sedangkan pengertian aqidah menurut Hasan Al Bana adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenerannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan. (Deden, 2013:86)
Menurut Abu Bakar Al-Jazairi, aqidah adalah sejumlah kebenaran
diatas, dapat disimpulkan bahwa aqidah yang benar yaitu aqidah yang
dapat dipahami oleh akal sehat dan diterima oleh hati karena sesuai
dengan fitrah manusia.
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun”, jamak dari (kholaqa,
yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti,
tabiat, perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Sedangkan
menurut pendekatan terminologi yang diuraikan oleh Ibn Miskawaih,
akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran
lebih dahulu. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sikap
yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan
dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbangan (Umiarso, 2010: 105-106). Berdasarkan pendapat para
tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlak yang
dijabarkan oleh kedua tokoh itu saling melengkapi, yaitu sifat yang
tentram kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang
dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah
menjadi kebiasaan.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian aqidah akhlak
adalah suatu ikatan atau perjanjian yang kokoh di dalam hati manusia
yang dapat mendorong manusia untuk melakuka perbuatan-perbuatan
Pembelajaran aqidah akhlak merupakan uapaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar sesuai dengan
ajaran agama Islam agar mereka hidup layak, bahagia sejahtera dunia
dan akhirat. Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok melalui berbagai upaya
(effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Abdul, 2012: 109).
Pengajaran akhlak adalah salah satu bagian dari pengajaran agama.
Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian manusia, dalam
arti bagaimana sistem atau norma mengatur hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan manusia yang menjadi kepribadian
sesorang itu sendiri.
Pengajaran akhlak membentuk batin sesorang. Pembentukan ini
dapat dilakukan dengan memberikan pengertian buruk baik dan
kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran menilai buruk
dan baik itu, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan
memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. Pengajaran akhlak
membicaraan nilai sesuatu perbuatan menurut agama, membicarakan
sifat-sifat terpuji dan tercela menurut agama, membicarakan berbagai
hal yang langsung ikut memmpengaruhi pembentukan sifat-sifat itu
pada diri sesorang secara umum. Secara umum agama Islam telah
akhlak itu, terutama tingkah laku dan perbuatan rosul Allah pembawa
ajaran tentang tingkah laku (Zakiah, 2001 :71).
Islam banyak membimbing umat manusia dengan berbagai amalan,
dari amalan hati seperti aqidah, hingga amalan seperti ibadah. Namun
semua amalan itu sesungguhnya merupakan sarana pembentuk akhlak
atau tingkah laku manusia yang beriman. Dengan kata lain, seluruh
sasaran utama dari seluruh perintah Allah di dunia ini adalah dalam
rangka membentuk akhlak manusia beriman agar dapat bertutur kata,
berfikir, dan berperilaku yang Islami. Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam, menjelaskan kriteria baik dan buruknya
suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar menjelaskan tentang
kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.
Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :
menyebut Allah”(Departemen Agama RI, 2006:420).
Adapun ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak di madrasah
tsanawiyah meliputi :
a. Aspek akidah terdiri atas tujuan aqidah Islam, sifat-sifat Allah,
al-asma’ al-husna, iman kepada Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul
Allah, hari akhir dan qada’dan qadar.
b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhid, ikhlas, ta’at,
khauf, taubat, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaah, tawadhu’, khusnudzhon, tasamuh, dan ta’awun, berilmu, kreatif, produktif,
dan pergaulan remaja.
c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya’, nifaq, amaniah, putus asa, ghadlab, tamak, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan
namimah (Yanuhar, 2007 : 17-18)
Ruang lingkup aqidah akhlak diatas menunjukkan bahwa siswa
harus dapat menguasainya dengan baik, apabila semua aspek tersebut
dapat dikuasai dengan baik oleh siswa maka kepribadian siswa akan
terbentuk dengan baik sesuai dengan tuntunan ajaran aqidah akhlak
Islam.
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Adapun fungsi dari pembelajaran aqidah akhlak antara lain :
a. Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai aqidah Islam.
b. Mendorong siswa untuk benar-benar yakin dan taqwa kepada
c. Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah. Seperti yang
dijelaskan di dalam Qs. Ibrahim: 7.
Artinya: dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Departemen Agama RI,
2006: 370).
d. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan
beradat kebiasaan baik (Zakiyah, 2001:72)
Beberapa fungsi diatas diharapkan dapat berguna untuk
pembentukan kepribadian siswa agar menjadi pribadi yang sesuai
dengan ajaran aqidah Islam dan nantinya akan mendapat kebahagian
baik di dunia maupun di akhirat.
Tujuan dari pembelajaran aqidah akhlak dalam pembentukan
kepribadian siswa yaitu untuk :
a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan
b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri
berpegang pada akhlak mulia dan membenci yang rendah.
c. Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,
menguasai emosi, tahan menderita dan sabar.
d. Membimbing siswa kearah sikap yang sehat yang dapat membantu
mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk
orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah dan
menghargai orang lain.
e. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul
baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f. Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan
bermuamalah yang baik (Chabib, 2004:135).
Dapat disimpulkan bahwa dari tujuan pembelajaran aqidah akhlak
diatas yaitu untuk menciptakan siswa yang berakhlak mulia yang
mempunyai landasan aqidah yang kokoh di dalam hati tersebut. Dan
dikemudian hari siswa yang beranjak dewasa diharapkan dapat selalu
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Boyolali
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang
sudah cukup tua resmi berdiri pada tannggal 11 November 1979 yang
beralamat di Jalan Kemuning 32 Boyolali, Jawa Tengah kode pos 57313
dan nomer telepon (0276) 321643 dan pertama kali dikepalai oleh Bapak
Hsofjan. Pada waktu pertama kali di buka yaitu dalam penerimaan siswa
baru tahun pelajaran dengan jumlah hanya lokal 3 kelas dengan jumlah
siswa 30 siswa.
Kemudian setelah beberapa tahun dengan banyaknya dan letaknya
yang sangat strategis yaitu dekat dengan jalan raya yang mudah dijangkau
dengan kendaraan umum, sehingga setiap tahun dilakukan pembangunan
untuk menambah ruang kelas.
2. Letak Geografis
Letak geografis MTs Negeri 1 Boyolali sangat strategis karena
dekat dengan jalan raya tepatnya di Jalan Kemuning 32 Boyolali,
bangunan yang kokoh telah di renovasi dari tahun ke tahun membuat
tampilan gedung MTs Negeri 1 Boyolali menjadi semakin bagus dan
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang
melestarikan alam dan lingkungan, hal tersebut dibuktikan dengan
banyaknya tumbuh-tumbuhan dan pepohonan di sekitar lingkungan MTs
Negeri 1 Boyolali.
3. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah : MTs Negeri 1 Boyolali
b. Alamat Madrasah
Jalan : Kemuning 32
Kalurahan : Banaran
Kecamatan : Boyolali
Kabupaten : Boyolali
Kode Pos : 57313
c. Status Madrasah : Negeri
d. Didirikan : Tahun 1978
e. Ijin Operasional : Tahun 1980
f. Waktu Belajar : Pagi
g. Jumlah Jam Pelajaran/Minggu
Kelas VII : 46 Jam
Kelas VIII : 46 Jam
Kelas IX : 46 Jam
h. Kepala Madrasah
Nama : Drs. H. Mushonif, M.Pd
Alamat Rumah : Mranggen, Demak
i. Kepala Tata Usaha
Nama : Suwandi
NIP : 195712271983031003
Alamat Rumah : Jl. Garuda, Banaran, Boyolali
4. Sarana Prasarana Yang Dimiliki
a. Luas Tanah : 8.082 m2
b. Luas Bangunan : 6.601 m2
c. Jumlah RJB : 28 Lokal
d. Ruang Kepala Madrasah : 1 Unit
e. Ruang Kantor/TU : 1 Unit
f. Ruang Guru : 1 Unit
g. Masjid : 1 Unit
h. Lapangan Olahraga : 1 Unit
i. Ruang Perpustakaan : 1 Lokal
j. Ruang BP : 2 Lokal
k. Ruang UKS : 1 Lokal
l. Aula : Tidak Ada
m. Lab. IPA : 1 Unit
n. Lab. Bahasa : 1 Lokal
o. Ruang Kesenian : Tidak Ada
q. Lab. TIK : 2 Ruang
5. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali a. Visi MTs Negeri 1 Boyolali
Mencetak siswa terdidik, terampil, cerdas dan berbudaya atas dasar
iman dan taqwa.
b. Misi MTs Negeri 1 Boyolali
1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam dan
berbudaya bangsa sehungga menjadi sumber kearifan dalam berkreasi
dan bertindak.
2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien,
sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal.
3) Menumbuhkan semangat belajar kepada segenap warga madrasah.
4) Mendorong dan membantu kepada peserta didik untuk mengenal bakat
dan potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
5) Menerapkan managemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
Madrasah dan Komite Madrasah.
6) Mengusahakan dan mengembangkan sarana prasarana dan tenaga skill
sebagai pendukung dan penunjang pelajaran keterampilan.
c. Tujuan MTs Negeri 1 Boyolali
1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah
2) Meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan mengupayakan
pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan sikap perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.
4) Meningkatkan nilai akademis baik semester mamupun ujian akhir.
5) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan bahasa Inggris.
6. Daftar Nama-nama Guru dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali
NO NAMA GURU Tabel Ruang/Gol
Ijazah/Jurusan
1. Hapsoro Purnomo, S. Pd IV/b S1 PAI
2. Dra. Eni Sulistiyani IV/a S1 PKN
3. Dra. Tatik Haryanti IV/a S1 Ekonomi
4. Wafirotun, S. PdI IV/a S1 PAI
5. Supriyono, S. PdI IV/a S1 PAI
6. Dra. Dyah Purwati IV/a S1 PAI
7. Dahlan Muttaqin, S. Pd IV/a S1 B. Indonesia
8. Dra. Rusdiana IV/a S1 B.Inggris
9. Drs. Ahmadi IV/a S1 Matematika
10. Drs. Safarudin IV/a S1 Ilmu Sosial
11. Dra. Herta Nurhayati, M. Pd IV/a S2 B.Indonesia
12. Sri Suharni, S. Pd IV/a S1 B.Inggris
13. Heri Padmono, S. Pd IV/a S1 Matematika
14. Sri Wahyuni, S. PdI IV/a S1 PAI
15. Nur Aida, S. Ag IV/a S1 B.Inggris
16. Sarifah Erni Listiyani, S. Pd IV/a S1 IPA
17. Siti Zubaidah, S. Ag IV/a S1 B.Arab
18. Mustofa, SE IV/a S1 Ilmu Sosial
24. Ruminah, S. Pd IV/a S1 Matematika
31. Sayidatul Wadhiyah, S. Pd IV/a S1 Ilmu Sosial
32. Sutari, S. Pd IV/a S1 B.Indonesia
33. Dra. Darmi Sasanti III/d S1 Ilmu Sosial
34. Sri Suwanti, S. Pd III/d S1 B. Indonesia
35. Sri Martini, S. Pd III/d S1 Psikologi
36. Abdul Latif, S. Ag III/d S1 B.Arab
37. Sutami, S. Si III/d S1 Fisika
38. Endah Noviyana Dewi, S. Pd III/d S1 Ilmu Sosial
39. Eko Slamet Haryanto, M. Or IV/a S2 Pendidikan OR
40. Rosyid Eko Priyono, M. Pd IV/a S2 Matematika
41. Sri Wuryani, S. Pd III/d S1 Psikologi
42. Atik Baroroh, S. Ag III/c S1 PAI
43. Wachidah Indriyani, S. Ag III/c S1 PAI
44. Taufik Hidayat, S. Ag III/c S1 PAI
45. Idha Purwaningsih III/b S1 B. Indonesia
46. Suyamti, S. Pd III/b S1 Matematika
47. Dyah Inayati Munawaroh,
S.Si