Tujuan Hukuman dalam
Hukum Pidana Islam
Tujuan utama dari penetapan dan
penerapan hukuman dalam syariat
islam adalah sebagai berikut:
Pencegahan
Pencegahan
Pengertian pencegahan adalah menahan orang
yang berbuat jarimah agar ia tidak mengulangi
perbuatan jarimahnya. Atau agar ia tidak terus
menerus melakukan jarimah tersebut.
Disamping mencegah pelaku , pencegahan juga
mengandung arti mencegah orang lain selain
contoh
Pelaksanaan
Hukuman yang
Perbaikan dan pendidikan
Tujuan yang kedua dari penjatuhan
hukuman ini adalah mendidik pelaku
jarimah agar ia menjadi orang yang baik
dan menyadari kesalahannya.
Disini terlihat bagaimana perhatian islam
terhadap diri pelaku. Dengan adanya
1. Hukuman harus ada dasarnya dari syara’
Asas
Legalitas
Hukum dianggap punya dasar (Syari’iyah) apabila
ia didasarkan kepada sumber-sumber syara
seperti Algur’an, As-Sunah, Ijma, atau
undang-undang yang diterapkan oleh lembaga yang
Hudud (Zina, (qadzaf / penuduhan
zina),minum-minuman keras, pencurian,
harobah atau perampokan,riddah atau
murtad dan pemberontakan.
Qishash (hukuman yang seimbang)
contohnya pembunuhan sengaja dan
penganiayaan.
2.Hukuman harus Bersifat Pribadi.
Asas
Personalitas
Dalam hal ini berarti hukuman harus bersifat
perorangan. Ini mengandung arti bahwa hukuman
harus dijatuhkan kepada orang yang telah
melakukan tindak pidana dan tidak mengenai
orang lain yang tidak bersalah. Syarat ini
merupakan
salah satu dasar prinsip
yang
ditegakkan oleh syariat islam dan ini telah
dibicarakan berkaitan dengan masalah
3. Hukuman harus Berlaku Umum.
Asas
(Aquality Before The Law)
Ini berarti hukuman harus berlaku untuk
semua orang tanpa adanya diskriminasi,
apapun pangkat dan jabatannya dan
Hukuman dalam hukum pidana
islam dapat dibagi kepada
beberapa bagian dengan
meninjaunya dari beberapa segi.
Dalam hal ini ada lima
Hukuman Pokok (Uqubah Ashliyah) Yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk jarimah yang bersangkutan sebagai hukuman yang asli,
Contohnya: hukuman qishosh untuk jarimah pembunuhan, Hukuman Dera 100 x untuk jarimah Zina, atau hukuman potong tangan untuk jarimiah pencurian.
Hukuman pengganti (Uqubah Badaliyah), Yaitu hukuman
yang menggantikan hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat dilaksanakan karena alasanyang sah.
Contohnya. Hukuman Diat sebagai hukuman pengganti hukuman Qishosh. Sesungguhnya had itu juga merupakan hukuman pokok yaitu untuk pembunuhan menyerupai
Hukuman Tambahan (Uqubah Taba’iyah), yaitu hukuman
yang mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan hakim secara tersendiri.
Contohnya. Larangan menerima warisan bagi orang yang membunuh orang yang akan diwarisinya (orang tua
membunuh anaknya sendiri), sebagai tambahan untuk hukuman Qishosh atau diat.
Contoh Selain itu hukuman pencabutan hak untuk menjadi saksi bagi orang yang telah melakukan jarimah Qadzab
(menuduh zina), disamping hukuman pokokya yaitu jilid (dera) 80 kali.
Hukuman Pelengkap (Uqubah Takmiliyah) Yaitu hukuman
yang mengikuti hukuman pokok dengan syarat harus
mendapat keputuan tersendiri dari hakim. Dan syarat inilah yang membedakan dengan hukuman tambahan.
Hukuman yang mempunyai satu batas, artinya tidak ada
batas tertinggi dan batas terendah,
Contohnya. Hukuman Jilid (dera) sebagai hukuman had (delapan puluh kali atau seratus kali) dalam hal ini hakim tidak berwenang untuk menambah atau mengurangi karena hukuman itu hanya hanya satu macam saja.
Hukuman yang mempunyai dua batas, yaitu batas tertnggi
dan batas terendah. Dalam hal ini hakim diberi kewenangan dan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara kedua batas tersebut,
Hukuman yang telah ditentukan (Uqubah
Muqaddarah), yaitu hukuman yang jenis dan kadarnya telah ditentukan oleh syara’ dan hakim
berkewajiban untuk memutuskan tanpa mengurangi, menambah, atau menggantinya dengan hukuman yang lain. Ulil amri tidak berhak untuk
menggugurkannya.
Hukuman yang belum ditentukan (Uqubah Ghair
Muqaddarah), yaitu hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilih jenisnya dari sekumpulan
Hukuman badan
(Uqubah badanyah),
yaitu
hukuman yang dikenakan atas badan manusia,
seperti hukuman mati, jilid (dera) dan penjara.
Hukuman Jiwa
(Uqubah Nafsiyah)
yaitu
Hukuman Hudud, yaitu hukuman yang
ditetapkan atas jarimah-jarimah hudud.
Hukuman Qishash dan diat, yaitu hukuman
yang ditetapkan atas jarimah qishash dan diat.
Hukuman Kifarat, yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk sebagaian jarimah qishash dan diat dan beberapa jarimah ta’jir.
Hukuman ta’zir, yaitu hukuman yang
Zina
Qadzaf (menuduh zina)
Minum-minuman keras
Pencurian
Hirabah (Perampokan)
Riddah (murtad) dan
Hukuman Dera
seratus kali
dan pengasingan
ditetapkan untuk pelaku zina yang keduanya ghoir
muhshan (Belum menikah)
Hukuman rajam bagi pelaku zina yang keduanya
Muhshan (menikah)
Kalau pelakunya yang satu ghoir muhshan dan satunya
QS. An-Nuur: ayat 2 yang Artinya:
“
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina
maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
kali dera, dan janganlah beas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”
dan HR. Jam’ah kecuali Al Bukhari dan An-Nasa’i.
“
Jejeka dan gadis hukumannya jilid seratus kali dan
pengasinganselama satu tahun”
Dalam Hadist lain. Diriwayatkan sama dengan diatas:
Hukuman untuk jarimah qadzaf dalam
syariat islam ada dua yaitu:
Hukuman pokok, yaitu jilid
Hukuman Tambahan; yaitu pencabutan
Jarimah qadzaf ini biasanya dilakukan
oleh seseorang yang iri serta tidak
senang dengan orang lain sehingga dia
elakukan sesuatu yang dapat
menjatuhkan harga diri orang lain, oleh
karena ini adalah tindakan yang tidak
jujur maka syariat islam mencabut hak
kejujurannya untuk menjadi saksi atau
tidak diakui kejujurannya.
Jilid untuk pelaku Qadzaf berbeda
dengan zina yang jumlahnya hanya
Dasarnya.
QS. An-Nuur ayat 4.
“
dan orang-orang yang menuduh
wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali,
dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik”
Hal ini yang belum dapat saya temukan
Hukuman untuk minum minuman keras
adalah jilid atau dera sebanyak delapan
puluh kali dera.
Menurut Imam Syafii, berpendapan bahwa
80 kali jilid tersebut 40 kali jilid termasuk
had sedangkan 40 kali adalah ta’zir yang
Larangan untuk minum-minuman keras ada dalam
QS. Al-Maidah ayat 90.
“
hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(minuman) khamr, judi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan yang keji termasuk perbuatan syaiton.
Maka jauhilah perbuatan-itu agar kamu mendapat
keberuntungan”
Sedangkan untuk hukumannya tercantum dalam
hadist Nabi SAW HR.Ahmad.
“
dari Abdullah Ibn’amr ia berkata: telah
bersabda Rasullulah Saw” barang siapa yang
meminum khamr maka jilidlah ia, apabila ia
mengulanginya, maka jilidlah ia, apabila
Jarimah pencurian diancam dengan
hukuman potong tangan.
Para fuqaha telah sepakat, bahwa dalam
pengertian tangan termasuk juga kaki.
Apabila seseorang melakukan pencurian
untuk yang pertama kalinya maka tangan
kanannya yang dipotong, dan jika mencuri
kembali untuk kedua kalinya maka kaki
Dasarnya QS Al-Maidah ayat 38 yang
artinya:
“laki-laki yang mencuri dan perempuan
yang mencuri, potonglah tangan
keduannya (sebagai) pembalasan bagi
apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah, dan Allah maha
Syariat Islam menetapkan empat
macam hukuman untuk tindak
pidana perampokan (Hirabah) yaitu:
Hukuman mati;
Hukuman mati dan salib;
Hukuman potong tangan dan kaki serta;
Dasarnya QS. Al-Maidah ayat 33 yang
artinya:
“
Sesungguhnya pembalasan terhadap
orang-orang yang memerangi Allah dan Rasulnya
dan membuat kerusakan di muka bumi,
hanyalah mereka itu dibunuh atau di salib,
dipotong tangan dan kaki mereka dengan
bertimbal balik, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamaanya) yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
di dunia, dan di akherat mereka peroleh
siksaan yang besar”.
Hukuman mati, dijatuhkan kepada
Hukuman mati disalib dijatuhkan kepada
perampok yang membunuh serta merampas
harta bendanya, dijatuhkan atas pembunuhan
dan percurian harta.
Hukuman potong tangan dan kaki dijatuhkan
kepada perampok yang hanya mengambil
hartanya saja tanpa melakukan pembunuhan.
Hukuman pengasingan dilakukan kepada
perampok (pengganggu keamanan) yang
tidak mengambil harta dan tidak membunuh
tetapi hanya menakut-nakuti saja.
Jarimah riddah diancam dengan
dua jenis hukuman:
hukuman Pokok, yaitu
Hukuman mati:
Hukuman tambahan yaitu
Hukuman mati bagi orang yang murtad
didasarkan pada hadist nabi Saw. HR
Bukhari. Yang artinya:
“
dari Ibn Abbas ra, ia berkata: Telah
bersabda RasullAllah Saw: “barang siapa
mengganti agamannya maka bunuhlah ia”
Dalam hal penyitaa harta ini banyak sekali
perbedaan pendapat namun ada pendapat
yang kuat yaitu mengatakan bahwa harta
yang disita hanya sebatas harta yang
Hukuman untuk jarimah pemberontakan adalah hukuman mati. Hal ini didasarkan pada Firman Allah dalam Surah Al Hujuraat ayat 9 yang artinya: “dan jika ada dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduannya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah
pembunuhan sengaja,
Pembunuhan menyerupai sengaja,
Pembunuhan karena kesalahan,
(tidak sengaja)
Penganiayaan sengaja,
penganiayaan karena kesalahan
Qishash
Diat
Kifarat (membebaskan seorang
hamba yang mukmin)
Pengertian qishash
sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad abu
zahrah adalah sebagai berikut: Qishash adalah
memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan
persis seperti apa yang dilakukan terhadap
Diat adalah hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan menyerupai sengaja dan tidak sengaja. Ketentuan ini
didasarkan kepada Firman Allah Swt dalam surah An-Nisaa’ ayat 92 yang artinya:
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain) kecuali kerena tersalah (tidak sengaja): dan barang siapa membunuh orang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (orang yang terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah”
Hukuman kifarat dijatuhkan atas pembunuhan
karena kekeliruan (tidak sengaja) dan
menyerupai sengaja.
Adapun hukumannya adalah membebaskan
seorang hamba yang mukmin. Apabila tidak
mampu maka hukumannya diganti dengan
puasa dua bulan berturut-turut. Hal ini
didasarkan kepada firman Allah Swt dalam
surah An-Nisaa’ ayat 92: yang artinya:”…
Pencabutan hak waris dan
hak wasiat merupakan
hukuman tambahan,
disamping hukuman pokok
untuk tindak pidana
Hukuman ta’zir, seperti yang dikemukakan oleh Imam
Al-Mawardi adalah sebagai berikut:
Ta’zir adalah
hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan
dosa (maksiat) yang hukumannyabelum ditetapkan
oleh syara.