• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cengkeh (Syzygium aromaticum) - POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROT - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cengkeh (Syzygium aromaticum) - POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROT - repository perpustakaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cengkeh (Syzygium aromaticum) 1. Nama Lokal

Cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), Clove (Inggris), Bungeu lawang (Gayo), Gomode (Halmahera, Tidore), Cangkih (Lampung), Wunga Lawang (Bali), Cengke (Bugis), Sinke (Flores), Canke (Ujung Pandang), Sake (Nias) (Haditomo, 2010).

2. Sinonim

Syzygium aromaticum L., Eugenia caryophyllata, Eugenia aromatica, Caryophyllus aromaticus, Jambos carryhophyllus, Jambosa

caryophyllus N. D. Z. (Haditomo, 2010).

3. Klasifikasi

Klasifikasi menurut Suwarto et al (2014) adalah sebagai berikut : a. Divisio : Spermatophyta

b. Sub-Divisio : Angiospermae c. Kelas : Dicotyledoneae d. Ordo : Myrtales e. Famili : Myrtaceae f. Genus : Syzygium

g. Spesies : Syzygium aromaticum L Merr & Perry 4. Deskripsi tanaman

(2)

cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas karena mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007). Daun cengkeh berwarna hijau dan berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5-12,5 cm (Suwarto et al., 2014). Daun cengkeh tidak termasuk daun yang lengkap karena tidak memiliki upih/pelepah daun (vagina), namun hanya memiliki tangkai daun (petioles), helaian daun (lamina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Daun cengkeh termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun (Nuryanti, 2015). Menurut Kardinan (2003) tanaman cengkeh memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna hijau muda atau cokelat muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua (Gambar 2.1).

(3)

Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau biasa disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600 - 1.100 meter di atas permukaan laut (dpl) di tanah yang berdrainase baik (Kardinan, 2003). 5. Kandungan kimia daun cengkeh

Di dalam minyak atsiri daun cengkeh mengandung eugenol, trans-karyofilen, alfa-humulen eugenil asetat, karyofilen oksida dan trimetoksiasetofenon (Prianto et al, 2013). Kandungan daun cengkeh sebagian besar didominasi oleh eugenol yaitu berkisar 80-88% (Nuryoto et al., 2011). Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang

mendapat tambahan rantai alkil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol. Eugenol dapat dikelompokkan dalam keluarga alkilbenzena dari senyawa-senyawa fenol. Eugenol memberikan bau dan aroma yang khas pada minyak cengkeh, berbau keras, dan mempunyai rasa pedas. Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila dibiarkan di udara terbuka. Eugenol dapat mempengaruhi susunan saraf yang khas dipunyai serangga dan tidak terdapat pada hewan berdarah panas. Eugenol mempunyai sifat neurotoksik yang bekerja dalam proses penekanan terhadap sistem saraf serangga, paralisis, selanjutnya terjadi kematian, ditandai dengan tubuh yang apabila disentuh terasa lunak dan lemas (Sanjaya dan Safaria, 2006). Struktur kimia eugenol adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2. Struktur kimia eugenol

(4)

6. Manfaat Tanaman Cengkeh

Senyawa eugenol mempunyai aktivitas farmakologi sebagai analgesik, antiinflamasi, antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik, antispamosdik, antiemetik, stimulan, anastetik lokal sehingga senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi. Begitupun dengan salah satu turunan senyawa eugenol, yaitu isoeugenol yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku obat antiseptik dan analgesik.

Dalam bidang kedokteran gigi, senyawa eugenol dalam bentuk campurannya dengan zinc oxide terutama berlaku sebagai cementing agent. Semen zinc oxide eugenol memiliki kekuatan antibakteri yang lebih kuat dibandingkan dengan bahan penyemen gigi lainnya seperti polikarboksilat, zinc fosfat, silikofosfat, kalsium hidroksida dan resin komposit.

Aktivitas eugenol sebagai antimikroba dan antiseptik banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat kumur (mouthwash), pasta gigi, toilet water, cairan antiseptik, tisue antiseptik dan spray antiseptik.

Selain itu, masih banyak manfaat tanaman cengkeh pada bidang lain misal di industri makanan, minuman, rokok, industri pestisida nabati, industri kemasan aktif, serta industri kimia lainnya.

B. Demam Berdarah

1. Virus Demam Berdarah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang biasa disebut Dengue Haemorrahagic Fever (DHF) merupakan satu dari beberapa penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang. Penyakit itu disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan oleh serangga (arthropod borne virus = arbovirus). Virus tersebut mempunyai 4 serotype yaitu DEN-1, DEN-2,

(5)

lainnya, bahkan menjadi sensitif terhadap serangan demam berdarah Dengue. Serangga yang diketahui menjadi vektor utama adalah nyamuk Aedes aegypti (Supartha, 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit DBD. Beberapa di antaranya adalah faktor inang (host), lingkungan (environment) dan faktor penular serta patogen (virus). Faktor inang menyangkut kerentanan dan imunitasnya terhadap penyakit, sedangkan faktor lingkungan menyangkut kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim), kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk), jenis dan kepadatan nyamuk sebagai vektor penular penyakit tersebut (Kesumawati, 2011). Nyamuk dapat mengandung virus DBD bila menghisap darah penderita. Virus tersebut akan masuk ke dalam intestinum nyamuk. Replikasi virus terjadi dalam hemocoelum dan akhirnya akan menuju ke dalam kelenjar air liur serta

siap ditularkan. Fase ini disebut sebagai extrinsic incubation periode yang memerlukan waktu selama tujuh sampai empat belas hari (Palgunadi dan Rahayu, 2011).

2. Patogenesis dan Patofisiologi

Patogenesis DBD tidak atau belum sepenuhnya dipahami, namun ada yang penting diketahui, terdapat dua perubahan patofisiologi yang mencolok yaitu :

a. Meningkatnya permeabilitas kapiler/pembuluh darah yang mengakibatkan bocornya plasma ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).

b. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati trombositopenia dan koagupati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.

3. Gejala klinis DBD

(6)

yang terinfeksi saat mengisap darah orang tersebut. Setelah masuk ke dalam tubuh, lewat kapiler darah virus melakukan perjalanan ke berbagai organ tubuh dan berkembang biak. Masa inkubasi virus ini berkisar antara 8-10 hari sejak seseorang terserang virus dengue, sampai timbul gejala-gejala demam berdarah seperti: Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40°C). Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya bintik-bintik perdarahan, adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran (feses) berupa lendir bercampur darah (melena), dan lain-lainnya, adanya pembesaran hati (hepatomegali), tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi), timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala, mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi, demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian, munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah (Kesumawati, 2011).

4. Derajat Penyakit DBD

Menurut Misnadiarly (2009) derajat penyakit DBD adalah sebagai berikut :

a. Derajat I

Pada tingkat ini terjadi demam yang disertai gejala klinis tidak khas. Satu-satunya gejala perdarahan adalah hasil uji tourniquet yang positif.

b. Derajat II

(7)

c. Derajat III

Terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah.

d. Derajat IV

Terjadi syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah.

C. Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk aedes merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di kawasan tropis. Namanya diperoleh dari perkataan Yunani aedes, yang berarti "tidak menyenangkan", karena nyamuk ini menyebarkan beberapa penyakit berbahaya seperti demam berdarah dan demam kuning (Adifian, et al., 2013).

a. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Subphylum : Unimaria Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub-ordo : Nematocera Superfamili : Culicoidea Famili : Culicidae Sub-famili : Culicinae Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti (Wibawa, 2012). b. Morfologi

(8)

Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong, dan panjangnya sekitar 0,6 mm yang menempel pada dinding tempat penampungan air. Telur berwarna hitam dan setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat menghasilkan telur sebanyak seratus butir telur. Setelah 2 hari telur terendam dalam air, telur akan menetas menjadi jentik (Silalahi, 2004).

2) Larva

Larva Aedes aegypti melalui 4 stadium larva yaitu dari instar I, instar II, instar III, dan instar IV. Larva instar I sangat kecil tubuhnya, warnanya transparan, panjang sekitar 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, corong pernapasan (siphon) belum menghitam. Larva instar II bentuknya lebih besar dari larva instar I dengan ukuran sekitar 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar III berukuran 4-5 mm, duri dada mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman. Larva instar IV sudah lengkap anatominya yaitu sudah terdapat kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Larva instar IV punya tanda yang khas yaitu pelana yang terbuka pada segmen anal, sepasang bulu siphon dan gigi sisir yang berduri lateral pada segmen abdomen ke-7 (Haditomo, 2010). Setelah 6-8 hari larva akan menjadi pupa (Rosmayanti, 2014).

3) Pupa (kepompong)

Berbentuk seperti koma, bentuknya lebih besar dan lebih ramping. Kepala dan dadanya bersatu dilengkapi sepasang terompet pernafasan. Pupa akan menjadi nyamuk dewasa dalam kurun waktu sekitar 2 hari (Wibawa, 2012).

4) Nyamuk dewasa

(9)

telur menjadi nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 sampai 3 bulan. Sayap berukuran 2,5-3mm, bersisik hitam, mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti vena. (Gandahusada, 1998). Umumnya, suhu untuk tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti berkisar antara suhu 25–27°C (Depkes RI, 2001). Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air, pH normal untuk perkembangan nyamuk dari bertelur sampai menjadi pupa berkisar antara 4 – 9 (Adifian et al., 2013). Virus dengue disebarkan dari penderita ke orang lain melalui nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini yang menghisap darah orang yang sudah

terinfeksi virus Dengue dan dapat berkembang biak dalam air liur nyamuk dengan masa pengeraman 8 – 10 hari. Nyamuk yang sudah terinfeksi masih dapat hidup berkisar 15 – 65 hari dan dapat menularkan ke orang lain (Waluyo et al., 2011). c. Daur hidup

Daur hidup nyamuk Aedes aegypti melalui metamorfosis sempurna yaitu dimulai dari : telur, larva (jentik), pupa (kepompong), dan nyamuk dewasa. Nyamuk betina meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukkannya. Setelah kira-kira 2 hari, telur menetas menjadi larva lalu terjadi pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, kemudian tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Wibawa, 2012).

d. Tempat Perkembangbiakan

(10)

1) Tempat perindukan buatan manusia, misalnya: tempayan, gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jambangan atau pot bunga, kaleng botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan.

2) Tempat perindukan alamiah seperti: kelopak daun tanaman, tempurung kelapa, tonggak bambu, dan lubang yang berisi air hujan (Gandahusada, 2000).

D. Pengendalian Nyamuk Aedes aegypti

1. Pengendalian Mekanis

Pengendalian nyamuk bisa dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara menghilangkan sarang nyamuk dengan cara menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air seminggu sekali, membersihkan kontainer, tambak, dan lain-lain (Komariah et al., 2010). Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air hujan, misal kaleng, ban-ban bekas, tempurung kelapa yang tergenang air hujan, dan lainnya. Membersihkan atau mengangkat tanaman air atau lumut di tempat perindukkan nyamuk penular. Cara lain adalah dengan memasangkan kawat kasa (kawat nyamuk) pada semua lubang yang ada di rumah, misalnya lubang angin, lubang jendela, pintu, dan lainnya (Wibawa, 2012).

2. Pengendalian Biologis

(11)

bentuk krital-kristalnya dan apabila diabsorpsi ke dalam darah menyebabkan kenaikan pH darah (Wibawa, 2012).

3. Pengendalian Cara Terpadu

Pengendalian cara terpadu terhadap vektor nyamuk dalam hal ini melibatkan masyarakat dan pemerintah dengan melakukan berbagai kegiatan rutin seperti pembersihan lingkungan di lingkungan sekolah, kantor pemerintahan dan rumah sakit (Komariah et al., 2010).

E. Metode Destilasi 1. Definisi

Destilasi merupakan metode pemisahan dan pemurnian dari cairan yang mudah menguap yang penting. Prosesnya meliputi penguapan cairan tersebut dengan cara memanaskan, dilanjutkan dengan kondensasi uapnya menjadi cairan, disebut dengan destilat. Terdapat berbagai macam cara destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksi, destilasi tekanan rendah, destilasi uap air, dan microscale destilasi (Walangare et al, 2013).

a. Jenis destilasi menurut Walangare et al (2013) : 1) Destilasi Sederhana

Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing.

2) Destilasi Fraksionasi (Bertingkat)

(12)

dilakukan dengan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah suatu proses destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak kondensat.

3) Destilasi Azeotrop

Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi.

4) Destilasi uap

Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung.

5) Destilasi Vakum

Memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat tinggi, metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendestilasinya tidak perlu terlalu tinggi. 2. Minyak Atsiri

a. Pengertian Minyak Atsiri

(13)

tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Arniputri et al., 2007). Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat (Buchbauer, 1991). Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak di bawah kesetimbangan korteks serebral. Senyawa-senyawa berbau harum atau fragrance dari minyak atsiri suatu bahan tumbuhan telah terbukti pula dapat mempengaruhi aktivitas lokomotor (Buchbauer, 1991).

b. Destilasi Minyak Atsiri

Menurut Nuryoto et al (2011), secara umum destilasi minyak atsiri dilakukan beberapa cara yaitu:

1) Destilasi Air

Pada cara ini, bahan tanaman yang akan didestilasi mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Ciri khas cara ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut destilasi langsung. Destilasi dengan cara ini cocok untuk bunga mawar sebab seluruh bagian bahan harus tercelup dan dapat bergerak bebas dalam air mendidih. Meskipun dari proses pengerjaannya sangat mudah, tetapi destilasi dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang.

2) Destilasi Uap

(14)

yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer. Di dalam proses destilasi dengan uap ini, uap dialirkan melalui pipa uap yang berlingkar yang berpori dan berada dibawah bahan tanaman yang akan didestilasi. Kemudian uap akan bergerak menuju ke bagian atas melalui bahan yang disimpan di atas saringan. Salah satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel uap dapat melayani beberapa buah ketel destilasi yang dipasang seri sehingga proses produksi akan berlangsung lebih cepat. Namun sayangnya proses destilasi dengan model ini memerlukan konstruksi ketel yang lebih kuat, alat-alat pengaman yang lebih baik.

3) Destilasi Air dan Uap

Pada destilasi ini, bahan tanaman yang akan didestilasi diletakkan di atas rak - rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan di isi dengan air sampai permukaannya tidak jauh bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Sebenarnya terdapat perbedaan yang mendasar pada prinsip ketiga model destilasi tersebut. Namun dalam praktek hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang perbedaanya sangat berarti karena masing–masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan.

F. Pestisida

1. Pengertian Pestisida

Pestisida menurut Kementrian Pertanian (2011) adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

(15)

b. Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau

bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.

e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak.

f. Memberantas atau mencegah hama-hama air.

g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan. h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

2. Pestisida Nabati

Gambar

Gambar 2.1.Tanaman Cengkeh

Referensi

Dokumen terkait

notification ) untuk memperbaiki kualitas SNI dengan menambahkan national differences , fortifikasi, atau unsur K3L, d) Korelasi SNI terhadap kode HS memberikan

Kemudian pada tahun 2013 terjadi peningkatan skor menjadi 62,5% disebabkan adanya penambahan pengungkapan menjadi 50 item yang mana pada tahun tersebut Bank Panin

8 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), h. 13 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, h.. sesuai dengan agamanya masing-masing maka diperlukan adanya

Pada dasarnya e-commerce akan melakukan sourcing dan delivery, dimana tujuan dari sourcing adalah mendapatkan barang-barang dari merchant atau supplier untuk diperdagangkan secara

Sehingga pada penelitian ini plasenta dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu plasenta dataran rendah yang merupakan plasenta dari daerah dengan ketinggian tempat 0 m

Hasil penelitian menunjukkan deskripsi kebiasaan belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta sebagai berikut: (1) 5 siswa memiliki kebiasaan belajar sangat baik, (2) 31

5.1.3 Terapi Antibiotik yang Digunakan Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, jenis terapi antibiotik yang digunakan untuk terapi

Pada masyarakat Jawa, transformasi nilai–nilai moral sebagai wujud pendidikan budi pekerti umumnya telah dilakukan melalui tembang (Setyadi, 2012). Dalam paradigma lama,