• Tidak ada hasil yang ditemukan

QANUN KOTA SABANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA SABANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "QANUN KOTA SABANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA SABANG"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KOTA SABANG TAHUN 2008

Nomor 5 QANUN KOTA SABANG

NOMOR 5 TAHUN 2008

TENTANG

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA SABANG

BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, dipandang perlu menata kembali Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah sesuai dengan karakteristik, potensi, kebutuhan, dan kemampuan Daerah;

a. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Qanun Kota Sabang tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Sabang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja Sabang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2758);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

(2)

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594);

114 emb

10.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan L aran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

11.Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA SABANG

dan

WALIKOTA SABANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : QANUN KOTA SABANG TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN

TATAKERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA SABANG BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kota Sabang.

2. Pemerintahan Kota adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Kota sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.

3. Pemerintah Kota Sabang yang selanjutnya disebut Pemerintah Kota adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota yang terdiri atas Walikota dan Perangkat Daerah Kota Sabang.

4. Walikota adalah Walikota Sabang.

5. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Sabang.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Kota selanjutnya disebut DPRK adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kota Sabang.

(3)

7. Sekretariat Daerah yang selanjutnya disebut Setda adalah Sekretariat Daerah Kota Sabang.

8. Perangkat Daerah Kota adalah unsur pembantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan Kota yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat, Dinas dan Lembaga Teknis Daerah Kota Sabang.

9. Lembaga Teknis Daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang meliputi Badan, Inspektorat, Kantor, Rumah Sakit Umum Daerah, dan Satuan Polisi Pamong Praja, dan Wilayatul Hisbah di lingkungan Pemerintah Kota Sabang.

10.Unit Pelaksana Teknis Badan yang selanjutnya disebut UPTB adalah Unit Pelaksana Teknis pada Badan di lingkungan Pemerintah Kota Sabang.

11.Kepala Lembaga Teknis Daerah adalah Kepala Badan, Inspektur, Kepala Kantor, Direktur dan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah.

12.Sekretaris adalah Sekretaris pada Badan dan Inspektorat di lingkungan Pemerintah Kota Sabang. 13.Kepala Bidang adalah Kepala Bidang pada Badan dan Rumah Sakit di lingkungan Pemerintah

Kota Sabang.

14.Inspektur Pembantu adalah Inspektur Pembantu pada Inspektorat di lingkungan Pemerintah Kota Sabang.

15.Kepala Bagian adalah Kepala Bagian pada Rumah Sakit Umum Daerah.

16.Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan dilingkungan Pemerintah Kota Sabang.

17.Kepala Subbagian adalah Kepala Subbagian pada Lembaga Teknis Daerah dan Unit Pelaksana Teknis Badan di lingkungan Pemerintah Kota Sabang.

18.Kepala Subbidang adalah Kepala Subbidang pada Badan di lingkungan Pemerintah Kota Sabang. 19.Kepala Seksi adalah Kepala Seksi pada Rumah Sakit, Kantor dan Satuan Polisi Pamong Praja dan

Wilayatul Hisbah di lingkungan Pemerintah Kota Sabang.

20.Kelompok Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok, fungsi, keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II PEMBENTUKAN

Pasal 2

Dengan qanun ini dibentuk susunan organisasi dan tatakerja Lembaga Teknis Daerah Kota Sabang adalah sebagai berikut :

a. Inspektorat;

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; c. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan;

d. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan dan Pertamanan;

e. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan; f. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;

g. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu; h. Kantor Arsip, Dokumentasi dan Perpustakaan;

i. Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah; dan j. Rumah Sakit Umum Daerah.

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI

Pasal 3

(1) Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas Walikota.

(2) Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4)

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lembaga teknis daerah menyelenggarakan fungsi :

a. pelaksanaan urusan ketata-usahaan lembaga teknis daerah;

b. penyusunan rencana kerja tahunan, jangka menengah dan panjang pada Lembaga Teknis Daerah;

c. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan kota sesuai dengan lingkup tugasnya;

e. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

f. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Lembaga teknis daerah berbentuk inspektorat dipimpin oleh inspektur, yang berbentuk badan dipimpin oleh Kepala Badan, yang berbentuk kantor dipimpin oleh Kepala Kantor, yang berbentuk satuan dipimpin oleh kepala satuan, dan yang berbentuk rumah sakit dipimpin oleh direktur.

(5) Inspektur, kepala dan direktur sebagaimana dimaksud ayat (4) berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

Bagian Kesatu Inspektorat

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 4

(1) Susunan organisasi Inspektorat terdiri dari : a. Inspektur;

b. Sekretariat;

c. Inspektur Pembantu Bidang Perencanaan dan Program Pengawasan;

d. Inspektur Pembantu Bidang Perumusan Kebijakan dan Fasilitasi Pengawasan;

e. Inspektur Pembantu Bidang Pemeriksaan, Pengusutan, Pengujian, dan Penilaian Tugas Pengawasan;

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Sekretariat, terdiri dari:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian; b. Subbagian Keuangan;

c. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan.

Pasal 5

(1) Inspektorat adalah unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(2) Inspektorat dipimpin oleh Inspektur yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekda.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan

Pasal 6

Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kota, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan gampong dan pelaksanaan urusan pemerintahan gampong.

(5)

Pasal 7

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Inspektorat menyelenggarakan fungsi:

a. perencanaan program pengawasan;

b. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan;

c. pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan;

d. pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 8

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Inspektorat mempunyai kewenangan :

a. merumuskan kebijakan teknis pengawasan fungsional;

b. melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan Kota;

c. mengoordinasikan penyusunan rencana pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan Kota; d. melakukan pemeriksaan atas laporan/pengaduan masyarakat mengenai dugaan penyimpangan dan

penyalahgunaan wewenang yang dilakukan aparat pemerintah di lingkungan Pemerintahan Kota; e. melakukan pengusutan atas dugaan adanya korupsi, kolusi dan nepotisme;

f. melakukan review atas laporan keuangan dan kinerja pemerintahan Kota;

g. melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan tugas Walikota yang berakhir masa jabatannya;

h. melakukan evaluasi atas laporan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintahan Kota;

i. melakukan penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program dan kegiatan pemerintahan Kota; dan

j. memberikan pelayanan administrasi untuk kelancaran pelaksanaan pengawasan

Bagian Kedua

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 9

(1) Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri dari: a. Kepala Badan;

b. Sekretariat; c. Bidang Fisik;

d. Bidang Sosial Budaya; e. Bidang Ekonomi;

f. Bidang Penelitian, Pengendalian dan Evaluasi; g. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Sekretariat, terdiri dari:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian; b. Subbagian Keuangan;

c. Subbagian Program.

(3) Bidang Fisik, terdiri dari:

a. Subbidang Prasarana Wilayah dan Perhubungan;

b. Subbidang Sumber Daya Alam, Tata Ruang, dan Lingkungan Hidup.

(4) Bidang Sosial Budaya, terdiri dari:

a. Subbidang Pendidikan, Agama, Sosial, dan Pariwisata;

b. Subbidang Kesehatan, Kesejahteraan Rakyat, dan Kependudukan.

(5) Bidang Ekonomi, terdiri dari:

(6)

b. Subbidang Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan.

(6) Bidang Penelitian, Pengendalian dan Evaluasi, terdiri dari: a. Subbidang Penelitian dan Data Pengembangan Perencanaan; b. Subbidang Pengendalian, Evaluasi, dan Pelaporan.

Pasal 10

(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi, dan Kewenangan

Pasal 11

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Pasal 12

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis perencanaan;

b. pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah;

d. pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 13

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai kewenangan:

a. menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah; b. menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah;

c. melakukan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD);

d. melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda);

e. melakukan koordinasi Penyusunan Program dan Kegiatan dalam bentuk Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD), berdasarkan rumusan hasil Musrenbang Kota;

f. mengoordinasikan perencanaan program/kegiatan daerah tahunan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) melalui Tim Anggaran;

g. menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui Tim Anggaran;

h. meneliti dan mengevaluasi Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) untuk bahan penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui Tim Anggaran;

i. menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing satuan perangkat daerah; dan

(7)

Bagian Ketiga

Badan Kepegawaian, Pendidikan, Dan Pelatihan

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 14

(1) Susunan organisasi Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan terdiri dari: a. Kepala Badan;

b. Sekretariat;

a. Bidang Pembinaan Kepegawaian; b. Bidang Kepangkatan dan Penggajian;

c. Bidang Perencanaan dan Informasi Kepegawaian; d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan;

e. Unit Pelaksana Teknis;

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Sekretariat, terdiri dari:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian; b. Subbagian Program dan Pelaporan; c. Subbagian Keuangan.

(3) Bidang Pembinaan Kepegawaian, terdiri dari:

a. Subbidang Pembinaan Jabatan dan Penegakan Disiplin; b. Subbidang Pengadaan Pegawai.

(4) Bidang Kepangkatan dan Penggajian, terdiri dari: a. Subbidang Kepangkatan dan Mutasi;

b. Subbidang Penggajian, Pensiun, dan Kelengkapan Administrasi Kepegawaian.

(5) Bidang Perencanaan dan Informasi Kepegawaian, terdiri dari: a. Subbidang Perencanaan dan Standarisasi Jabatan;

b. Subbidang Sistem Informasi Kepegawaian.

(6) Bidang Pendidikan dan Pelatihan, terdiri dari: a. Subbidang Diklat Teknis Kader;

b. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Penjenjangan.

Pasal 15

(1) Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan merupakan perangkat daerah sebagai unsur pendukung pemerintah kota di bidang kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan tenaga kepegawaian.

(2) Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan

Pasal 16

Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan mempunyai tugas membantu Walikota dalam menyelenggarakan pemerintahan kota di bidang kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan tenaga kepegawaian.

(8)

Pasal 17

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis di bidang kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan pegawai; b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kepegawaian serta

pendidikan dan pelatihan tenaga kepegawaian;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan;

d. pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 18

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan mempunyai kewenangan:

a. menyusun dan mengembangkan program kerja pelaksanaan pembinaan Kepegawaian Daerah, pendidikan dan pelatihan;

b. merumuskan kebijakan teknis pembinaan Kepegawaian Daerah, pendidikan dan pelatihan; c. melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil;

d. membina dan meningkatkan kualitas tenaga pengajar;

e. pengumpulan dan pengolahan data serta menyiapkan penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan dan pengembangan karir Pegawai Negeri Sipil;

f. pelaksanaan dan pengelolaan mutasi dan tata usaha kepegawaian;

g. pengumpulan bahan pelaksanaan ujian dinas dan pemberian penghargaan dan tanda jasa; h. membina dan membantu teknis penyelenggaraan diklat;

i. melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan dan pelatihan;

j. menyusun rekomendasi hasil pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan karir Pegawai Negeri Sipil; dan

k. mengadakan konsultasi dan pembinaan teknis penyelenggaraan diklat.

Bagian Keempat

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan, dan Pertamanan

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 19

(1) Susunan organisasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan, dan Pertamanan terdiri dari:

a. Kepala Badan; b. Sekretariat;

c. Bidang Analisis Dampak Lingkungan; d. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam;

e. Bidang Penataan Standarisasi Lingkungan dan Sumber Daya Manusia; f. Bidang Kebersihan dan Pertamanan;

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Sekretariat, terdiri dari:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian; b. Subbagian Program dan Pelaporan; c. Subbagian Keuangan.

(3) Bidang Analisis Dampak Lingkungan, terdiri dari: a. Subbidang Teknis Amdal dan Evaluasi;

b. Subbidang Pencemaran dan Pengelolaan Limbah B3.

(9)

a. Subbidang Pengelolaan Keragaman Hayati;

b. Subbidang Pengelolaan Ekosistem Kawasan Pesisir dan Laut.

(5) Bidang Penataan Standarisasi Lingkungan dan Sumber Daya Manusia, terdiri dari: a. Subbidang Tata Ruang Peruntukan Kawasan dan Sumber Daya Manusia; b. Subbidang Hukum dan Standarisasi Lingkungan.

(6) Bidang Kebersihan dan Pertamanan, terdiri dari: a. Subbidang Kebersihan;

b. Subbidang Pertamanan.

Pasal 20

(1) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan, dan Pertamanan merupakan perangkat daerah sebagai unsur pendukung pemerintah kota di bidang lingkungan, kebersihan, dan pertamanan.

(2) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan, dan Pertamanan dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi, dan Kewenangan

Pasal 21

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan, dan Pertamanan mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan kota di bidang lingkungan, kebersihan, dan pertamanan.

Pasal 22

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan, dan Pertamanan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. perumusan kebijakan teknis dalam lingkup pengendalian dampak lingkungan, kebersihan dan pertamanan;

d. pelayanan penunjang penyelenggaraan pengendalian lingkungan, kebersihan dan pertamanan; e. penyelenggaraan pengendalian dampak lingkungan, termasuk penelitian, pengujian, standardisasi,

perizinan, peningkatan sumber daya manusia dan pengembangan kapasitas kelembagaan; f. peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, kebersihan dan pertamanan; g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengendalian dampak lingkungan, kebersihan, dan

pertamanan;

h. pembinaan UPTB; dan

i. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 23

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 22, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan, dan Pertamanan mempunyai kewenangan:

a. merumuskan kebijakan operasional pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan, pemulihan kualitas lingkungan, kebersihan dan pertamanan;

b. melaksanakan koordinasi, penelitian dan pengembangan program pengelolaan lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan;

c. melaksanakan kerjasama dengan institusi dan lembaga terkait lainnya dalam rangka pengelolaan lingkungan, kebersihan dan pertamanan;

d. melaksanakan koordinasi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan hidup;

(10)

e. mengembangkan program kelembagaan dan peningkatan kualitas dan kapasitas pengendalian dampak lingkungan, kebersihan dan pertamanan;

f. melaksanakan pembinaan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan;

g. melaksanakan pembinaan dan pengendalian pengkajian teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ;

h. melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan penaatan hukum lingkungan terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan; dan

i. mengoordinasikan dan melakukan pengendalian terhadap kegiatan lintas sektor yang menimbulkan dampak dan kerusakan lingkungan.

Bagian Kelima

Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 24

(1) Susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan terdiri dari:

a. Kepala Badan; b. Sekretariat;

c. Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; d. Bidang Ketahanan Masyarakat dan Sosial Budaya; e. Bidang Keluarga Berencana;

f. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; g. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Sekretariat, terdiri dari:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian; b. Subbagian Program dan Pelaporan; c. Subbagian Keuangan.

(3) Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, terdiri dari: a. Subbidang Penanggulangan Kemiskinan;

b. Subbidang Pengembangan Teknologi Tepat Guna dan Usaha Ekonomi Masyarakat.

(4) Bidang Ketahanan Masyarakat dan Sosial Budaya, terdiri dari: a. Subbidang Kelembagaan Masyarakat Mukim dan Gampong; b. Subbidang Swadaya Gotong Royong.

(5) Bidang Keluarga Berencana, terdiri dari:

a. Subbidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; b. Subbidang Data dan Informasi.

(6) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, terdiri dari: a. Subbidang Pemberdayaan Perempuan;

b. Subbidang Perlindungan Anak.

Pasal 25

(1) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan merupakan perangkat daerah sebagai unsur pendukung pemerintah kota di bidang pemberdayaan masyarakat, keluarga berencana, dan pemberdayaan perempuan.

(2) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

(11)

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan

Pasal 26

Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan kota di bidang pemberdayaan masyarakat, keluarga berencana, dan pemberdayaan perempuan.

Pasal 27

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. penyusunan dan perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan masyarakat, keluarga berencana, keluarga sejahtera, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

d. pengumpulan data dan analisa dalam rangka penyusunan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat, keluarga berencana, keluarga sejahtera, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

e. penyusunan dan pelaksanaan program rintisan pemberdayaan dalam rangka mengangkat harkat dan martabat serta HAM bagi perempuan dan perlindungan anak, organisasinya dan aktifitas lanjut;

f. peningkatan kualitas hidup perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan, terutama di bidang hukum, ekonomi, politik, pendidikan dan sosial budaya serta lingkungan;

g. peningkatan partisipasi masyarakat termasuk upaya kemampuan kelembagaan untuk kemajuan masyarakat, perempuan dan perlindungan anak;

h. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan;

i. pelaksanaan pembinaan, pengevaluasian, pengawasan, pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat, keluarga berencana, keluarga sejahtera, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

j. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang pemberdayaan masyarakat, keluarga berencana, keluarga sejahtera, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

k. pembinaan UPTB; dan

l. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 28

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 27, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan mempunyai kewenangan:

a. merumuskan dan menyiapkan kebijakan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, keluarga berencana, keluarga sejahtera, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

b. melakukan pengumpulan dan pengolahan data, analisis dalam rangka penyusunan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat, keluarga berencana, keluarga sejahtera, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

c. menyusun dan melaksanakan program rintisan pemberdayaan dalam rangka mengangkat harkat dan martabat serta HAM bagi perempuan dan perlindungan anak, organisasinya dan aktifitas lanjut;

d. meningkatkan kualitas hidup perempuan terutama di bidang hukum, ekonomi, politik, pendidikan dan sosial budaya serta lingkungan;

e. meningkatkan partisipasi masyarakat termasuk upaya pemampuan kelembagaan pengelolaan kemajuan perempuan dan perlindungan anak; dan

(12)

Bagian Keenam

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 29

(1) Susunan organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat terdiri dari: a. Kepala Badan;

b. Sekretariat;

c. Bidang Kesatuan Bangsa dan Demokrasi; d. Bidang Perlindungan Masyarakat;

e. Bidang Penanggulangan Bencana; f. Bidang Politik;

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Sekretariat, terdiri dari:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian; b. Subbagian Program dan Pelaporan; c. Subbagian Keuangan.

(3) Bidang Kesatuan Bangsa dan Demokrasi, terdiri dari:

a. Subbidang Kesatuan Bangsa, Demokrasi dan Fasilitasi Pemilu;

b. Subbidang Penanggulangan Masalah Politik, Sosial, Budaya dan Masyarakat.

(4) Bidang Perlindungan Masyarakat, terdiri dari:

a. Subbidang Pemberdayaan Satuan Perlindungan Masyarakat;

b. Subbidang Peningkatan Sumber Daya Masyarakat dan Satuan Perlindungan Masyarakat.

(5) Bidang Penanggulangan Bencana, terdiri dari: a. Subbidang Mitigasi Bencana;

b. Subbidang Penanggulangan Bencana.

(6) Bidang Politik, terdiri dari:

a. Subbidang Pendidikan Politik; b. Subbidang Kelembagaan Politik.

Pasal 30

(1) Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat merupakan unsur pendukung Pemerintah Kota di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat.

(2) Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi, dan Kewenangan

Pasal 31

Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan kota di bidang kesatuan bangsa, politik, dan perlindungan masyarakat.

Pasal 32

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

(13)

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang Badan;

c. penyusunan kebijakan teknis dan strategis di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;

d. pelayanan administrasi bagi seluruh unit kerja di lingkungan Badan;

e. pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan sistem politik demokratis serta kajian strategis di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;

f. pelaksanaan fasilitasi parpol, legislatif, pemilu, pilkada, ormas, LSM/NGO dan pengawasan orang asing;

g. perumusan kebijakan dan pelaksanaan kesiapan terhadap ancaman atau bencana; h. perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyelamatan dari bencana;

i. perumusan kebijakan dan pelaksanaan rehabilitasi bencana; j. pemantauan, evaluasi dan pelaporan;

k. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat; dan

l. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 33

Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat mempunyai kewenangan :

a. memfasilitasi pembauran dalam rangka perwujudan kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;

b. melakukan koordinasi dan kerja sama antar lembaga;

c. melakukan kajian strategis di bidang ideologi negara dan identitas kebangsaan; d. melakukan pembinaan dalam rangka pengembangan wawasan kebangsaan; e. memberikan rekomendasi perizinan penelitian;

f. melaksanakan pendaftaran parpol, legislatif, pemilu, pemilihan kepala daerah, pemilihan geuchik, organisasi masyarakat, LSM/NGO dan pengawasan orang asing.

Bagian Keenam

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 34

Susunan organisasi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu terdiri dari : a. Kepala Kantor;

b. Subbagian Tata Usaha; c. Seksi Pelayanan Perizinan; d. Seksi Pelayanan Non Perizinan;

e. Seksi Informasi, Pengaduan dan Pelaporan ; f. Tim Teknis; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 35

(1) Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu adalah Perangkat Daerah sebagai unsur pendukung Pemerintah Kota di bidang pelayanan perizinan terpadu.

(2) Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dipimpin oleh Kepala Kantor yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

Pasal 36

(1) Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor.

(14)

(2) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Masing-masing Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor melalui Kepala Seksi yang berkesesuaian.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi, dan Kewenangan

Pasal 37

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu mempunyai tugas melaksanakan dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.

Pasal 38

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana di maksud dalam Pasal 37, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan penyusunan program kerja kantor; b. penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan; c. pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perizinan; d. pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan;

e. pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perizinan;

f. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang pelayanan perizinan; dan

g. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 39

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu mempunyai kewenangan:

a. menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan pelayanan perizinan dan non perizinan;

b. melakukan penelitian dan pengembangan, pengendalian dan pengawasan di bidang pelayanan perizinan;

c. melakukan penyelenggaraan pelayanan perizinan;

d. menyelenggarakan pelayanan informasi, pengaduan dan Pelaporan;

e. menerima retribusi perizinan dan non perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; f. menerbitkan dan menandatangani dokumen perizinan non perizinan atas nama Walikota

berdasarkan pendelegasian kewenangan; dan

g. menyiapkan bahan pembinaan, evaluasi dan pelaporan pelayanan perizinan.

Bagian Ketujuh

Kantor Arsip, Dokumentasi, dan Perpustakaan

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 40

Susunan organisasi Kantor Arsip, Dokumentasi, dan Perpustakaan terdiri dari: a. Kepala Kantor;

b. Subbagian Tata Usaha;

c. Seksi Pelayanan dan Referensi; d. Seksi Akuisisi dan Pengelolaan; e. Seksi Pembinaan; dan

(15)

Pasal 41

(1) Kantor Arsip, Dokumentasi, dan Perpustakaan merupakan unsur pendukung Pemerintah Kota di bidang kearsipan, dokumentasi, dan kepustakaan.

(2) Kantor Arsip, Dokumentasi dan Perpustakaan dipimpin oleh Kepala Kantor yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan

Pasal 42

Kantor Arsip, Dokumentasi, dan Perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan urusan umum Pemerintahan dan Pembangunan di bidang arsip, dokumentasi dan perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 43

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Kantor Arsip, Dokumentasi, dan Perpustakaan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan kantor;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang kantor; c. perumusan kebijakan teknis, program kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan;

d. penyelenggaraan pembinaan, pengembangan kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan; e. pengelolaan, pengolahan bahan arsip, dokumen dan pustaka;

f. pelayanan teknologi kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan;

g. penyelenggaraan deposit, citra daerah, budaya baca dan khasanah arsip;

h. penyelenggaraan administrasi umum, perlengkapan, kepegawaian dan keuangan;

i. pengembangan kelompok fungsional di bidang kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan;

j. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan; dan

k. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 44

Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, Kantor Arsip, Dokumentasi, dan Perpustakaan mempunyai kewenangan:

a. merumuskan kebijakan teknis dan program kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan;

b. menyelenggarakan pembinaan, pengembangan di bidang kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan;

c. menyediakan layanan jasa di bidang kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan;

d. menyelenggarakan pengelolaan, pengolahan, pelestarian bahan kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan;

e. menyelenggarakan penilaian jabatan fungsional tenaga fungsional pustakawan dan arsiparis; f. menyelenggarakan pengembangan teknologi kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan;

g. menetapkan, memberi persetujuan Jadwal Retensi Arsip (JRA), pemusnahan arsip dan dokumen; dan

(16)

Bagian Kesembilan

Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 45

Susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah, terdiri dari : a. Kepala Satuan;

b. Subbagian Tata Usaha;

c. Seksi Penegakan Kebijakan Daerah; d. Seksi Ketentraman dan Ketertiban; e. Seksi Hubungan Antar Lembaga; f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 46

(1) Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah adalah Perangkat Pemerintah Kota di bidang penegakan kebijakan daerah dan syariat islam, ketentraman, ketertiban umum dan pembinaan operasional, penyidikan dan penindakan.

(2) Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah dipimpin oleh Kepala Satuan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan

Pasal 47

Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah mempunyai tugas melaksanakan urusan umum pemerintahan, memelihara, dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 48

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan ketatausahaan Satpol PP dan WH;

b. perumusan, pengoordinasian, dan pelaksanaan kebijakan di bidang ketenteraman dan ketertiban umum serta penegakan kebijakan daerah (Qanun, Peraturan dan Keputusan Walikota);

c. penyusunan pedoman dan petunjuk operasional penertiban penegakan Kebijakan daerah;

d. pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum daerah;

e. penyusunan program kegiatan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat; f. pelaksanaan kebijakan daerah;

g. pembinaan dalam rangka pengembangan kapasitas yang meliputi pembinaan personil ketatalaksanaan, sarana, dan prasarana kerja Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah; h. pelaksanaan koordinasi pembinaan, pemeliharaan, dan penyelenggaraan ketenteraman dan

ketertiban umum serta penegakan kebijakan daerah dengan aparat kepolisian negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dan atau aparatur lainnya;

i. pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi kebijakan daerah;

j. pembinaan dan pengolahan administrasi umum yang meliputi pelaksanaan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, organisasi, dan ketatalaksanaan;

k. pengevaluasian pelaksanaan tugas dan pelaporan;

l. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(17)

Pasal 49

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah mempunyai kewenangan :

a. menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang menganggu ketentraman dan ketertiban umum;

b. melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas kebijakan daerah;

c. melakukan tindakan represif non yustisial terhadap warga masyarakat atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas kebijakan daerah;

d. melakukan tindakan pertama pada saat kejadian dan di tempat kejadian;

e. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

f. menyuruh untuk tidak meninggalkan tempat setiap orang yang berada di tempat kejadian perkara; g. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

h. menyamar sebagai pelanggan, pemakai atau pembeli dalam hal ada dugaan pelanggaran larangan khalwat, khamar dan maisir, setelah mendapat surat perintah untuk itu;

i. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; j. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

k. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

l. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; m. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau

peristiwa tersebut bukan merupakan pelanggaran syari’at dan memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, penyidik polisi, tersangka sendiri atau keluarganya; dan

n. melakukan tindakan lain sesuai dengan ketentuan hukum serta bertanggung jawab.

Bagian Kesepuluh Rumah Sakit Umum Daerah

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 50

(1) Susunan organisasi Rumah Sakit Umum Daerah, terdiri dari: a. Direktur;

b. Bagian Tata Usaha; c. Bidang Pelayanan Medis; d. Bidang Keperawatan; e. Bidang Penunjang Medis; f. Kelompok Jabatan Fungsional; g. Instalasi-instalasi.

(2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

b. Subbagian Perencanaan dan Penyusunan Program; c. Subbagian Keuangan.

(3) Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari :

a. Seksi Pelayanan Medis Rawat Jalan dan Rawat Inap;

b. Seksi Pelayanan Medis Rawat Darurat, Intensif dan Bedah Sentral.

(4) Bidang Keperawatan, terdiri dari : a. Seksi Asuhan Keperawatan;

b. Seksi Etika Profesi dan Logistik Keperawatan.

(5) Bidang Penunjang Medis, terdiri dari :

a. Seksi Penunjang Medis, Penelitian dan Pengembangan; b. Seksi Informasi Pemasaran Sosial dan Upaya Rujukan.

(18)

Pasal 51

(1) Rumah Sakit Umum Daerah bertujuan untuk menyediakan pelayanan kesehatan dan tempat pendidikan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas, serta penerapan praktek bisnis yang sehat.

(2) Rumah Sakit Umum Daerah beroperasi sebagai unit kerja Pemerintah Kota untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangannya.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungís, dan Kewenangan

Pasal 52

Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai tugas melaksanakan pelayanan pengobatan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat (emergency) dan tindakan medik.

Pasal 53

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Rumah Sakit Umum Daerah, menyelenggarakan fungsi:

a. pelayanan medis;

b. pelayanan penunjang medis dan nonmedis; c. pelayanan dan asuhan keperawatan;

d. rehabilitasi medis, pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan; e. pelayanan rujukan;

f. administrasi umum yang meliputi pelaksanaan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, organisasi, dan ketatalaksanaan;

g. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 54

Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53, Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai kewenangan sebagai berikut :

a. menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. mengelola administrasi kepegawaian, keuangan dan perlengkapan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. melakukan kerja sama dengan institusi yang memanfaatkan RSUD sebagai lahan praktek;

d. menyelenggarakan kerja sama dengan pihak ketiga dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. memanfaatkan peluang pasar sesuai kemampuan dengan tetap melaksanakan fungsi sosial;

f. melakukan hubungan koordinatif, fasilitator dengan Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan teknis kesehatan.

(19)

BAB IV

UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan

Pasal 55

(1) Susunan Organisasi UPTB, terdiri dari : a. Kepala UPTB;

b. Subbagian Tata Usaha; dan c. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Penetapan nomenklatur dan jumlah UPTB ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Pasal 56

(1) UPTB adalah unsur pelaksana tugas teknis pada Badan.

(2) UPTB dipimpin oleh seorang Kepala UPTB yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Paragraf 2

Tugas Pokok dan Fungsi

Pasal 57

UPTB mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.

Pasal 58

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, UPTB mempunyai fungsi: a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan rumah tangga UPTB;

b. pelaksanaan tugas-tugas teknis operasional atau teknis penunjang sesuai dengan bidangnya; dan c. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan.

BAB V

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 59

Kelompok Jabatan fungsional pada Lembaga Teknis Daerah dan UPTB mempunyai tugas melaksanakan sebahagian tugas Lembaga Teknis Daerah sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Pasal 60

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan.

(2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Walikota dan bertanggung jawab kepada Kepala Lembaga Teknis Daerah dan Kepala UPTB.

(3) Jumlah Tenaga Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(20)

(4) Jenis dan jenjang jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.

(5) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB VI KEPEGAWAIAN

Pasal 61

(1) Kepala Lembaga Teknis Daerah diangkat dan diberhentian oleh Walikota.

(2) Sekretaris, Inspektur Pembantu, Kepala Bagian dan Kepala Bidang diangkat dan diberhentikan oleh Walikota.

(3) Kepala Subbagian, Kepala Subbidang, Kepala Seksi dan Kepala UPTB, dapat diangkat dan diberhentikan oleh Sekda atas pelimpahan kewenangan dari Walikota.

(4) Unsur-unsur lain di lingkungan Lembaga Teknis Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Sekda atas pelimpahan kewenangan dari Walikota.

Pasal 62

Jenjang kepangkatan dan formasi kepegawaian ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB VII ESELONERING

Pasal 63

(1) Inspektur dan Kepala Badan adalah jabatan struktural Eselon II.b.

(2) Kepala Kantor, Kepala Satuan dan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah adalah jabatan struktural Eselon III.a.

(3) Sekretaris dan Inspektur Pembantu adalah jabatan struktural Eselon III.a.

(4) Kepala Bidang pada Badan, Kepala Bagian dan Kepala Bidang pada Rumah Sakit Umum Daerah adalah jabatan struktural Eselon III.b.

(5) Kepala Subbagian, Kepala Subbidang, Kepala Seksi dan Kepala UPTB adalah jabatan struktural Eselon IV.a.

(6) Kepala Subbagian Tata Usaha pada UPTB adalah jabatan struktural Eselon IV.b.

BAB VIII TATA KERJA

Pasal 64

(1) UPTB dipimpin oleh seorang Kepala UPTB yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Subbagian Tata Usaha pada UPTB dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian Tata Usaha yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala UPTB.

(21)

(3) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Lembaga Teknis, Sekretaris, Inspektur Pembantu, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi, Kepala UPTB wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi baik interen maupun antar unit organisasi lainnya, sesuai dengan tugas pokok masing-masing.

(4) Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Lembaga Teknis Daerah wajib melaksanakan pengawasan melekat.

Pasal 65

Dalam hal Kepala Lembaga Teknis Daerah tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan, maka Kepala Lembaga Teknis Daerah dapat menunjuk salah seorang Pejabat yang memenuhi syarat untuk mewakilinya.

Pasal 66

Atas dasar pertimbangan daya guna dan hasil guna masing-masing pejabat dalam lingkungan Lembaga Teknis Daerah dapat mendelegasikan kewenangan-kewenangan tertentu kepada pejabat setingkat di bawahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB IX PEMBIAYAAN

Pasal 67

Segala biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pada Lembaga Teknis Daerah dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota (APBK) serta sumber-sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 68

(1) Bagan Struktur Lembaga Teknis Daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran-lampiran Qanun ini.

(2) Rincian tugas dan fungsi pemangku Jabatan Struktural pada masing-masing Lembaga Teknis Daerah diatur dengan Peraturan Walikota.

(3) Uraian Jabatan masing-masing Lembaga Teknis Daerah diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69

(1) Selama belum dilaksanakan penataan secara menyeluruh maka kegiatan-kegiatan Pemerintah Kota dilaksanakan dengan kebijakan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pejabat struktural eselon III.a pada semua satuan kerja perangkat daerah sebelum Qanun ini diundangkan, apabila dimutasikan menjadi Kepala Bidang pada Dinas, Badan, Rumah Sakit Daerah dan Sekretaris Camat tetap diberikan hak kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan eselon III.a.

(22)

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 70

Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini, akan diatur kemudian dengan Peraturan Walikota sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya dengan memperhatikan ketentuan dan pedoman yang berlaku.

Pasal 71

Dengan berlakunya Qanun ini maka segala ketentuan yang bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

152 Pasal 72

Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Sabang.

Ditetapkan di Sabang

pada tanggal 10 Oktober 2008

WALIKOTA SABANG, dto

MUNAWAR LIZA ZAINAL

Diundangkan di Sabang pada tanggal 10 Oktober 2008

SEKRETARIS DAERAH KOTA SABANG, dto

SOFYAN DAUD

(23)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI INSPEKTORAT Lampiran I - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 INSPEKTUR SEKRETARIAT SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN EVALUASI DAN PELAPORAN INSPEKTUR PEMBANTU BIDANG PERENCANAAN DAN PROGRAM PENGAWASAN INSPEKTUR PEMBANTU BIDANG PERUMUSAN KEBIJAKAN DAN FASILITASI PENGAWASAN INSPEKTUR PEMBANTU BIDANG PEMERIKSAAN, PENGUJIAN, DAN PENILAIAN TUGAS PENGAWASAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR WALIKOTA SABANG, dto

(24)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lampiran II - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 KEPALA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN PROGRAM BIDANG FISIK BIDANG SOSIAL BUDAYA BIDANG EKONOMI BIDANG PENELITIAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI SUBBIDANG PRASARANA WILAYAH DAN PERHUBUNGAN SUBBIDANG PENDIDIKAN, AGAMA, SOSIAL, DAN PARIWISATA SUBBIDANG INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PERTAMBANGAN SUBBIDANG PENELITIAN DAN DATA PENGEMBANGAN PERENCANAAN SUBBIDANG SDA, TATA RUANG, DAN LINGKUNGAN HIDUP SUBBIDANG KESEHATAN, KESRA, DAN KEPENDUDUKAN SUBBIDANG KELAUTAN, PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SUBBIDANG PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN WALIKOTA SABANG, dto

(25)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN

Lampiran III - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 KEPALA BADAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN SUBBAGIAN KEUANGAN BIDANG PEMBINAAN KEPEGAWAIAN BIDANG KEPANGKATAN DAN PENGGAJIAN BIDANG PERENCANAAN DAN INFORMASI KEPEGAWAIAN BIDANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUBBIDANG PEMBINAAN JABATAN DAN PENEGAKAN DISIPLIN SUBBIDANG KEPANGKATAN DAN MUTASI SUBBIDANG PERENCANAAN DAN STANDARISASI JABATAN SUBBIDANG DIKLAT TEKNIS KADER SUBBIDANG PENGADAAN PEGAWAI SUBBIDANG PENGGAJIAN, PENSIUN DAN KELENGKAPAN ADM KEPEGAWAIAN SUBBIDANG SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN SUBBIDANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN UPT WALIKOTA SABANG, dto

(26)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, KEBERSIHAN, DAN PERTAMANAN

Lampiran IV - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 KEPALA BADAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN SUBBAGIAN KEUANGAN BIDANG ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BIDANG PENATAAN STANDARISASI LINGKUNGAN DAN SDM BIDANG KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN SUBBIDANG TEKNIS AMDAL DAN EVALUASI SUBBIDANG PENGELOLAAN KERAGAMAN HAYATI SUBBIDANG TATA RUANG PERUNTUKAN KAWASAN DAN SDM SUBBIDANG KEBERSIHAN SUBBIDANG PENCEMARAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 SUBBIDANG PENGELOLAAN EKOSISTEM KAWASAN PESISIR LAUT SUBBIDANG HUKUM DAN STANDARISASI LINGKUNGAN SUBBIDANG PERTAMANAN UPT WALIKOTA SABANG, dto

(27)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA, DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lampiran V - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 KEPALA BADAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN SUBBAGIAN KEUANGAN BIDANG PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BIDANG KETAHANAN MASYARAKAT DAN SOSIAL BUDAYA BIDANG KELUARGA BERENCANA BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK SUBBIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN SUBBIDANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT MUKIM DAN GAMPONG SUBBIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUBBIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN SUBBIDANG PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN USAHA

EKONOMI MASYARAKAT SUBBIDANG SWADAYA GOTONG ROYONG SUBBIDANG DATA DAN INFORMASI SUBBIDANG PERLINDUNGAN ANAK UPT WALIKOTA SABANG, dto

(28)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Lampiran VI - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 KEPALA BADAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN SUBBAGIAN KEUANGAN BIDANG KESATUAN BANGSA DAN DEMOKRASI BIDANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA BIDANG POLITIK SUBBIDANG KESATUAN BANGSA, DEMOKRASI DAN FASILITASI PEMILU SUBBIDANG PEMBERDAYAAN SATUAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT SUBBIDANG MITIGASI BENCANA SUBBIDANG PENDIDIKAN POLITIK SUBBIDANG PENANGGULANGAN MASALAH POLITIK, SOSIAL, BUDAYA DAN MASYARAKAT SUBBIDANG PENINGKATAN SUMBER DAYA MASYARAKAT DAN SATUAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT SUBBIDANG PENANGGULANG AN BENCANA SUBBIDANG KELEMBAGAAN POLITIK UPT WALIKOTA SABANG, dto

(29)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PERIZINAN SATU PINTU

Lampiran VII - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 KEPALA KANTOR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAGIAN TATA USAHA SEKSI PELAYANAN PERIZINAN SEKSI PELAYANAN NON PERIZINAN SEKSI INFORMASI, PENGADUAN DAN PELAPORAN

TIM TEKNIS TIM TEKNIS TIM TEKNIS

WALIKOTA SABANG, dto

(30)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

KANTOR ARSIP, DOKUMENTASI, DAN PERPUSTAKAAN

Lampiran VIII - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 KEPALA KANTOR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAGIAN TATA USAHA SEKSI PELAYANAN DAN REFERENSI SEKSI AKUISISI DAN PENGELOLAAN SEKSI PEMBINAAN WALIKOTA SABANG, dto

(31)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN WILAYATUL HISBAH

Lampiran IX - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 SATUAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAGIAN TATA USAHA SEKSI PENEGAKAN KEBIJAKAN DAERAH SEKSI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN SEKSI HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA WALIKOTA SABANG, dto

(32)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lampiran X - Qanun Kota Sabang Nomor 5 Tahun 2008 Tanggal 10 Oktober 2008 DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BAGIAN TATA USAHA SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM SUBBAGIAN KEUANGAN BIDANG PELAYANAN MEDIS BIDANG KEPERAWATAN BIDANG PENUNJANG MEDIS SEKSI PELAYANAN MEDIS RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP SEKSI ASUHAN KEPERAWATAN SEKSI PENUNJANG MEDIS, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SEKSI PELAYANAN MEDIS RAWAT DARURAT, INTENSIF DAN BEDAH SENTRAL SEKSI ETIKA PROFESI DAN LOGISTIK KEPERAWATAN SEKSI INFORMASI PEMASARAN SOSIAL DAN UPAYA RUJUKAN INSTALASI KOMITE MEDIS KOMITE KEPERAWATAN WALIKOTA SABANG, dto

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 5 ayat (4), Pasal 19 ayat (3), Pasal 22 ayat (5), Pasal 24 ayat (2), Pasal 30 ayat (2), Pasal 53 ayat (2)

sedimen dasar, perairan muara Sungai Rokan dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu daerah yang memanjang menuju Barat Laut sejajar garis pantai Kubu Babussalam hingga

- Selama periode Oktober 2016 – September 2017, CV Graha Papan Lestari melakukan pembelian bahan baku kayu gergajian yang seluruhnya berasal dari hutan rakyat dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelasan pelaksanaan pembeian kredit berbasis tehnologi informasi oleh fintech kepada pelaku UKM, untuk menjelaskan fungsi

Pada aspek penyampaian informasi mendapat 86,67% (sangat baik) berarti informasi yang diberikan baik. Aplikasi ini mendapat 86,67% (sangat baik) sebagai tampilan yang

Menggunakan secara efektif teknologi pendidikan dan pelatihan untuk mendukung pengajaran, pengembangan dan proses belajar dalam program pendidikan atau pelatihan

Iodine tergolong unsur halogen# terdapat dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut# senda"a hili# tanah kaya nitrat (dikenal sebagai

Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya, serta relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara