• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Aren. sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Aren. sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Aren

Tanaman aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang. Sewaktu tanaman masih muda batang aren belum kelihatan karena tertutup oleh pangkal pelepah daun, ketika daun paling bawah sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar tangkai daun (Ramadani et al, 2008).

Aren memiliki akar yang dapat tumbuh dalam sampai 10 m dengan akar serabut berwarna putih kekuningan dan mengandung saponin, flavonoida dan polifenol. Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 % (Khairiyah, 2013).

Daun tanaman aren memiliki panjang hingga 8 m, memiliki anak daun dengan panjang 1 m atau lebih dan memiliki jumlah 100 atau lebih pada masing-masing sisi. Tanaman aren mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun. Daun aren muda selalu berdiri tegak di pucuk batang, daun muda yang masih tergulung lunak seperti kertas. Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan menyempit ke arah pucuk. Susunan anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip ikan, sehingga daun aren disebut bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak berpasangan lagi maka daun aren disebut bersirip ganjil. Pada bagian pangkal pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang berwarna hitam kelam dan dibagian

(2)

atasnya berkumpul suatu massa yang mirip kapas yang berwarna cokelat, sangat halus dan mudah terbakar (Ramadani et al, 2008).

Bunga aren jantan dan betina adalah terpisah, tangkai perbungaan muncul dari batang dengan panjang 1-1,5 m (Ramadani et al, 2008). Bunga aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga mula-mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung batang, sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah. Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Jadi pada satu tanaman aren terdapat bunga jantan dan bunga betina, hanya saja berada pada tandan yang berbeda. Bunga jantan berwarna keunguan atau kecoklatan, berbentuk bulat telur memanjang, berdaun bunga tiga, serta berkelopak tiga helai. Sedangkan bunga betina berwarna hijau, memiliki mahkota bunga segi tiga yang beruas-ruas, bakal bijinya bersel tiga, dan berputik tiga.

Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina. Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi oleh serangga. Apabila proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat. Buah aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan panjang sekitar 90 cm. Untuk tanaman aren yang pertumbuhannya baik, tandan bunga betina dapat tumbuh 4 - 5 tandan buah (Ramadani et al, 2008).

(3)

Buah aren termasuk kedalam buah buni, berbentuk peluru dengan ujung pesok ke dalam, ukuran garis tengah buah sekitar 4 cm, beruang 3, berbiji 3. Buah tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan buah mempunyai 10 tangkai atau lebih dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah. Waktu muda buah berwarna hijau setelah tua menjadi warna kuning kecoklatan. Daging buah warna kuning keputih putihan, lunak dan dapat menyebabkan gatal pada kulit karena mengandung kristal kalsium oksalat yang dapat menghambat proses perkecambahan (Tambunan et al, 2009).

Syarat Tumbuh

Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur dan berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (pH tanah terlalu asam). Di Indonesia dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500 – 800 mdpl. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 meter dan lebih dari 800 meter, tanaman aren tetap dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang memuaskan. Disamping itu, banyaknya curah hujan sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Atau, jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai dengan iklim agak basah (Iswanto, 2009).

(4)

Faktor lingkungan tumbuhnya juga berpengaruh. Daerah-daerah perbukitan yang lembab, dimana disekelilingnya banyak tumbuh tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto, 1993).

Eksplorasi dan Identifikasi

Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan (Kusumo et al, 2002). Plasma nutfah yang ditemukan diamati sifat fisik asalnya. Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman. Kegiatan tersebut diawali dengan inventarisasi dan identifikasi tanaman.

Metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam studi adalah dengan melakukan pengamatan langsung berbagai informasi dilapangan mengenai berbagai jenis tanaman, yang memiliki keunggulan spesifik yang diusahakan oleh masyarakat. Keunggulan spesifik yang dimaksud adalah keunggulan dalam menampilkan karakter genotipe dan fenotipe yang menjadi identitas di dalam populasi sesuai dengan keanekaragaman yang dimiliki , misalnya tahan hama dan penyakit, produksi tinggi, rasanya enak dan memiliki peranan penting dibidang sosial dan ekonomi masyarakat lokal (Purwanto, 2000).

Salah satu pendeteksian keragaman genetik adalah pencirian varietas. Pada umumnya pencirian kultivar berdasarkan atas asal daerah, warna kulit buah, warna daging buah, aroma, rasa dan banyak karakter lain yang dapat dijadikan sebagai dasar pencirian. Pengunaan karakter morfologi merupakan metode yang

(5)

mudah dan cepat, namun kendala yang timbul adalah adanya faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil karakterisai secara visual. Varietas baru dapat muncul karena faktor lingkungan dan variasi genetis, misalnya akibat penyerbukan silang. Perbedaan dan persamaan kemunculan morfologi luar spesies suatu tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan (Suskendriyati, et al. 2000).

Karakter Fenotip Tanaman

Fenotip adalah suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotip dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotip mencakup berbagai tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotip adalah sesuatu yang dapat dilihat, diamati dan diukur sesuasi sifat atau karakter yang dimiliki. Fenotip sebagian ditentukan oleh genotip individu, sebagian lagi dari lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan pada sejumlah sifat sesuai dengan interaksi antara genotip dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (Wikipedia, 2010).

Ide ini biasa ditulis sebagai P = G + E + GE, dengan P berarti fenotip, G berarti genotip, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotip dan lingkungan. Pengamatan fenotip dapat sederhana (misalnya warna bunga) atau sangat rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun demikian, karena ekspresi genetik suatu genotip bertahap dari tingkat molekular hingga

(6)

tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotip dalam berbagai tingkatan yang berbeda-beda (Wikipedia, 2010).

Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Selatan

Secara garis besar, kabupaten ini dilintasi oleh bukit barisan, sehingga diseluruh penampakannya pasti terlihat bukit dimana-mana. Kabupaten ini masih memiliki daerah reservasi air di kawasan hutan Batang Toru yang masih kaya akan flora dan fauna yang sudah langka seperti kancil, rusa, kelinci, harimau, kucing hutan, tapir, anggrek hutan dan lain-lain. Dan sekarang sudah diusulkan menjadi kawasan Hutan Lindung. Karena sudah sangat rawan dengan perambahan hutan yang mengancam kehidupan yang ada di sekitar kawasan tersebut. Terdapat beberapa bukit dan gunung masih belum terpublikasi, antara lain Gunung Lubuk raya, Gunung Sibual-buali (masih aktif dan memiliki geyser serta sumber air panas yang terlihat dengan adanya mata air dan kolam pemandian air panas umum di daerah sipirok (Wikipedia. 2015).

Luas Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 4.498,81 km², sedangkan ketinggian tempat berkisar 0 – 1.925,3 m dpl. Curah hujan di Kabupaten Tapanuli Selatan cendrung tidak teratur disepanjang tahunnya. Pada bulan maret terjadi curah hujan tertinggi (1.508 mm). Sedangkan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Nopember yaitu 22 hari. Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 0058’35” - 2007’33” Lintang Utara dan 98042’50” - 990

1. Sebelah Utara : Kab. Tapanuli Tengah dan Kab. Tapanuli Utara

34’16” Bujur Timur . Adapun batas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan antara lain (Lampiran 1) :

(7)

3. Sebelah Selatan : Kab. Mandailing Natal

4. Sebelah Barat : Kab. Mandailing Natal dan Samudera Hindia

Dari luasan wilayah tersebut di atas, tersebar pada penggunaan lahan tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Adapun komoditas unggulan yang dimiliki antara lain, 1). Sektor holtikultura adalah buah salak; 2). Sektor perkebunan adalah karet dan sawit; 3). Sektor peternakan adalah ternak unggas; 4). Sektor perikanan adalah budidaya air tawar di danau dan 5). Sektor kehutanan adalah hasil hutan bukan kayu. Mayoritas masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan adalah bekerja di sektor pertanian yaitu 78,28 % dan diikuti sektor perdagangan besar, eceran, makanan dan penginapan yaitu 8,76 % dan sektor jasa kemasyarakatan yaitu 5,27 % (BPS Tapsel, 2016).

(8)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah4 Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu, Kecamatan Angkola Selatan, Angkola Barat, Marancar, dan Sipirok. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai Agustus 2016.

Bahan dan Alat

Bahanyang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman aren yang tumbuh pada lahan perkebunan masyarakatpada duadesa disetiap Kecamatan yang telah ditentukan.

Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalahgelas ukur, meteran, Hypsometer Forestry Pro(alat pengukur tinggi pohon),papan merk, spanduk penelitian, alat tulis, matrik identifikasi dan karakterisasi tanaman,refractometer(alat pengukur kadar gula)dan kamera digital.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang merupakan penelitian eksplorasi dengan cara menjelajah dan mengumpulkan berbagai aksesi tanaman aren yang ada di sentra-sentra produksi gula aren di dua desa di empat kecamatan pada Kabupaten Tapanuli Selatan (Lampiran 4).Metode survei yang diterapkan

(9)

adalah observasi langsung pada lokasi sentra-sentra tanaman aren untuk mengetahui nama lokal, ciri, karakter dan teknik budidaya yang telah dilakukan.

Tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap (Lampiran 2).Tahap pertama adalaheksplorasi dengan metode survei yang pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk dijadikan sampel berdasarkan kriteria yang ada setelah mengetahui karakteristik populasinya di sentra-sentra produksi gula aren yang bertujuan untuk mengetahui daerah-daerah sasaran penelitian yang memiliki populasi tanaman aren.

Tahap kedua adalah identifikasi dan karakterisasi dilakukan berdasarkan karakter fenotip tanaman menurut IPGRI (International Plant Genetic Resources Institute, 1995) dengan mengamati objek individu tanaman.IPGRI belum mengeluarkan descriptor list tanaman aren karena tanaman aren belum familiar untuk dibudidayakan, namun ini bukan merupakan masalah atau hambatan untuk dapat mengidentifikasi karakter fenotiptanaman aren karena IPGRI telah mengeluarkan descriptor list tanaman kelapa yang merupakan satu famili dengan tanaman aren, maka descriptor list tanaman kelapa tersebut yang dijadikan sebagai panduandan acuan serta dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan untuk dapat mengidentifikasi dan mengkarakterisasi tanaman aren.

Tahap ketiga adalah analisis data.Data yang didapatkan dari lapangan digambarkan secara deskriptif. Selanjutnya,dilakukan analisis data dengan analisa statistik untuk melihat kesesuaian data jika difaktorkan yaitu dengan menggunakan

(10)

analisis faktor dan analisis cluster. Keragaman 80tanaman sampel dianalisis dengan menggunakan analisis faktor dengan bantuan software SPSS 20 sesuai dengan metode yang digunakan oleh Amilda (2014) pada penelitian Ekplorasi Pisang Barangan.

Pada tahap awal dilakukan dua jenis analisa statistik untuk melihat kesesuaian data jika difaktorkan yaitu Uji Keutuhan Barlett dan Ukuran Kesesuaian Contoh Kaiser-Meyer-Olkin (KMO).Hasil Uji Keutuhan Barlett nyata pada nilai p<0.05 memadai untuk dilakukan analisis faktor.Analisis faktor dilaksanakan dengan metode komponen utama dan dilakukan rotasi dengan metode varimax dan dilanjutkan dengan analisis multivariate untuk mengetahui kesamaan morfologiyang menghasilkan dendrogram hubungan kekerabatan berdasarkan morfologi yang diamati.

Berdasarkan kemiripan tersebut dibuat pengelompokan nomor-nomor tersebut menggunakan metode Unweighted Pair Group Method with Arithmetic (UPGMA).Untuk menyimpulkan kekerabatan antara koleksi, semua data dianalisis dengan menghitung jarak Euclid yang dipertautkan berdasarkan kekerabatan terdekat dengan bantuan alat pengolah data. Analisis cluster akan menghasilkan dendogram yang digunakan untuk menilai pola kemiripan dan keragaman.

Pelaksanaan Penelitian

(11)

Pelaksanaan survei dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keberadaanserta populasi tanaman aren yang berproduksi pada kecamatan yang telah ditentukan.Pada saat survei dilakukan, sekaligus ditentukan sampel tanaman aren dari masing-masing lokasi yang dianggap mewakili untuk dilakukan identifikasi.

B. Identifikasi dan Karakterisasi

Identifikasi dan karakteristik dilakukan berdasarkan descriptor list dari IPGRI(International Plant Genetic Resources Institute).

a. Menentukan Tanaman Identifikasi

Tanaman sampel yang akan di identifikasi adalah tanaman aren yang sedang produktif atau tanaman aren sedang menghasilkan nira. Selanjutnya ditetapkan jumlah tanaman sampel yang akan diamati dengan perhitungan ;10 (sepuluh) tanaman aren yang produktifpada masing-masing2 (dua) desa dari 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Sehingga jumlah tanaman sampel adalah 80 tanaman sampel.

b. Melakukan Identifikasi

Setelah ditentukan tanaman aren yang akan diidentifikasi pada tiap lokasi maka dapat dilakukan pengamatan karakter fenotip tanaman aren dengan indentifikasi tanaman yang meliputi karakter kuantitatif dan karakter kualitatif sesuai dengan descriptor listdari IPGRI (Lampiran 3).Pengamatan dilakukan terhadap 53 (lima puluh tiga) karakter fenotip yaitu, 25 (dua puluh lima) karakter kualitatif yang diidentifikasiadalah :

(12)

1. Bentuk batang

Bentuk batang diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

2. Kulit Batang

Kulit batang diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

3. Warna Kulit Batang

Warna kulit batang diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

4. Komposisi Daun

Komposisi daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

5. Tipe Daun

Tipe daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman. 6. Tata Letak Daun

Tata letak daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

7. Bentuk Tangkai Daun

Bentuk tangkai daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

8. Warna Rachis

Warna rachisdiamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

(13)

9. Warna Petiole

Warna petiole diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

10. Bentuk Helaian Anak Daun

Bentuk helaian anak daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

11. Pangkal Anak Daun

Pangkal anak daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

12. Tepi atau Pinggir Anak Daun

Tepi atau pinggir anak daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

13. Ujung Anak Daun

Ujung anak daun diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

14. Permukaan Anak Daun bagian Atas

Permukaan anak daun bagian atas diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

15. Permukaan Anak Daun bagian Bawah

Permukaan anak daun bagian bawah diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

16. Warna Anak Daun bagian Atas

Warna anak daun bagian atas diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

(14)

17. Warna Anak Daun bagian Bawah

Warna anak daun bagian bawah diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

18. Bentuk Mayang Betina

Bentuk mayang betina diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

19. Warna Mayang Betina

Warna mayang betina diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

20. Bentuk Mayang Jantan

Bentuk mayang jantan diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

21. Warna Tangkai Mayang Jantan

Warna tangkai mayang jantan diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

22. Warna Rangkaian Mayang Jantan

Warna rangkaian mayang jantan diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

23. Bentuk Buah

Bentuk buah diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

24. Warna Buah

Warna buah diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

(15)

25. Warna Nira

Warna nira diamati secara visual sesuai dengan karakteristik pedoman.

Selanjutnya, 28 (dua puluh delapan) karakter kuantitatif yang diidentifikasi adalah 1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dengan HypsometerForestry Pro (alat pengukur tinggi pohon).

2. Lingkar Batang (cm)

Lingkar batang diukur dengan meteran dengan melilitkan meteran pada batang tanaman aren dengan tinggi pengukuran yaitu 120 m dari permukaan tanah.

3. Jumlah Anak Daun Berpasangan (helai)

Jumlah anak daun berpasangan dihitung secara berurutan mulai dari pangkal sampai ujung rachis.

4. Panjang Petiole (cm)

Panjang petiole diukur dengan menggunakan meteran.Petiole adalah tangkai daun yang tidak ditumbuhi anak daun.

5. Lingkar Petiole (cm)

Lingkar petiole diukur dengan menggunakan meteran.Posisi pengukuranadalah tepat di tengah petiole.

6. Panjang Rachis (cm)

Panjang rachis diukur dengan menggunakan meteran.Rachis adalah tangkai daun yang ditumbuhi anak daun berpasangan.

(16)

7. Panjang Anak Daun (cm)

Panjang anak daun diukur dengan menggunakan meteran.Anak daun yang diukur adalah anak daun yang tepat berada ditengah rachis. 8. Lebar Anak Daun (cm)

Lebar anak daun diukur dengan menggunakan meteran.Posisi pengukuran lebar anak daun adalah tepat di tengah anak daun.

9. Jumlah Daun Tidak Produktif (buah)

Jumlah daun tidak produktif dihitung secara langsung, mulai dari permukaan tanah sampai terakhir bertemu daun produktif.

10. Jumlah Daun Produktif (buah)

Jumlah daun produktif dihitung secara langsung, mulai dari daun produktif yang masih muda berada pada pucuk tanaman sampai pada daun produktif tertua.

11. Jumlah Mayang Betina (buah)

Jumlah mayang betina dihitung secara langsung.Mayang betina yang masih lengkap memiliki buah.

12. Panjang Tangkai MayangBetina (cm)

Panjang tangkai mayang betina diukur dengan menggunakan meteran, mulai dari pangkal tangkai yang menempel di batang sampai bertemu dengan rangkaian buah pertama.

13. Lingkar Tangkai Mayang Betina (cm)

Lingkar tangkai mayang betina diukur dengan menggunakan meteran.Posisi pengukuran adalah tepat di tengah tangkai.

(17)

14. Panjang Rangkaian Mayang Betina (cm)

Panjang rangkaian mayang betina diukur dengan menggunakan meteran, diukur mulai pangkai rangkaian sampai ujung rangkaian mayang betina.

15. Jumlah Rangkaian Mayang Betina (buah)

Jumlah rangkaian mayang betina dihitung secara langsung. 16. Jumlah Mayang Jantan (buah)

Jumlah mayang jantan dihitung secara langsung. 17. Panjang Tangkai Mayang Jantan (cm)

Panjang tangkai mayang jantan diukur dengan menggunakan meteran, mulai dari pangkal tangkai yang menempel di batang sampai bertemu dengan rangkaian bunga pertama.

18. Lingkar Tangkai Mayang Jantan (cm)

Lingkar tangkai mayang jantan diukur dengan menggunakan meteran.Posisi pengukuran adalah tepat di tengah tangkai.

19. Jumlah Rangkaian Mayang Jantan (buah)

Jumlah rangkaian mayang jantan dihitung secara langsung. 20. Panjang Rangkaian Mayang Jantan (cm)

Panjang rangkaian mayang jantan diukur dengan menggunakan meteran, diukur mulai pangkai rangkaian sampai ujung rangkaian mayang jantan.

21. Jumlah Buah per Rangkaian (buah)

(18)

22. Jumlah Buah per Mayang Betina (buah)

Jumlah buah per mayang betina dihitung secara langsung 23. Panjang Buah (cm)

Panjang buah diukur dengan menggunakan meteran, dengan arah vertikal sesuai dengan bentuk buah.

24. Lingkar Buah (cm)

Lingkar buah diukur dengan menggunakan meteran, dengan melilitkan meteran pada arah horizontal buah sesuai dengan bentuk buah.

25. Berat Buah per Biji (gram)

Berat buah ditimbang menggunakan timbangan digital. 26. Berat Buah per Mayang (gram)

Berat buah per Mayang dirata-ratakan lalu dikonversikan. 27. HasilNira per Hari(liter)

Hasil nira diukur dengan menggunakan gelas ukur. 28. Kadar Gula (%)

Kadar gula diukur menggunakan alat pengukur kadar gula yaitu refractometer. Nira diteteskan pada lensa refractometer lalu dilihat persentase kadar gula muncul pada layar ukuran.

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan untuk memutuskan suatu kebijakan atau program bagaimana dapat dicapai. Perencanaan pengelolaan parkir adalah

Dalam hal ini seperti hak memelihara anak dan kedudukan anak menurut adat Bali setelah putusnya perkawinan karena perceraian, penulis kemukakan suatu contoh kasus

lebih baik atas masalah penyesuaian yang dihadapi oleh mahasiswa internasional ketika mereka. menempuh studi

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TELUR TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM RAS (GALLUS L) DI INSTALASI GIZI RSUP DR..

PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN BERUPA : Alat pengolahan KELAPA ditargetkan 7 unit telah melampaui target sampai dengan tahun 2014 yang mencapai 8 unit, Pengolahan KAKAO di targetkan 5

Selain itu, analisis struktur anatomi sel epidermis dan stomata dapat digunakan dalam klasifikasi dan memberikan informasi tentang karakter taksonomi (Sari, 2016). Serta

Pada uji coba ini parameter –parameter yang digunakan tercantum pada Tabel 5. Sementara untuk hasil Cluster pada sknerio Tabel 3 dan Tabel 4 ditunjukkan oleh Tabel

Penentuan jenis reagen asam terbaik didasarkan pada penentuan jumlah zat cair yang teruapkan dari masing-masing variasi reagen asam dilakukan untuk mengetahui