• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY F MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS, DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA NY F MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS, DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “ F ” MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS, DAN KELUARGA BERENCANA

DI UPT PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO ANGGUN PUTRI WIJAYANTI

1415401004

Subjek : Asuhan, Kebidanan, Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Lahir, KB, Ibu.

DESKRIPSI

Hasil survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di indonesia mencapai 359 meninggal dunia per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu upaya yang dapat dilakukan asuhan kebidanan komperhensif, sehingga bidan dapat memantau serta mendeteksi secara dini adanya komplikasi yang terjadi.

Asuhan kebidanan secara komperhensif ini dilakukan di UPT Puskesmas Puri pada Ny. “F” G1P0000 mulai tanggal 01 Maret 2017 sampai 22 April 2017. Di dalam pelaksanaannya dilakukan sesuai standar asuhan menggunakan alur pikir Varney Pada pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP .

Hasil Asuhan kebidanan komperhensif pada Ny”F” yaitu keluhan yang dirasakan masih dalam hal fisiologis dan telah dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan keluhan dan sesuai dengan hasilnya fisiologis. Adanya komplikasi pada saat persalinan yaitu distosia bahu yang disebabkan karena bayi besar dan telah dilakukan tindakan sesuai asuhan kebidanan. Manfaat dari asuhan kebidanan komperhensif ini diharapkan bidan mampu menganalisa, dan memberikan asuhan serta bisa mendeteksi dini komplikasi yang tejadi sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB.

ABSTRACT

Demographic and health survey results ( IDHS ) in 2012, Showed Maternal Mortality Rate ( MMR) in Indonesia reached 359 died per 100,000 live births. One of the effort that can be done is comprehensive midwifery care, so that midwives can monitor and detect early complication occurred.

Comprehensive midwifery care was done at UPT Puskesmas Puri on Mrs. "F" G1P0000 from 01 March 2017 until 22 April 2017. The implementation was conducted according to the standart of care using Varney's mindset which In the midwifery management approach with SOAP documentation.

Comprehensive midwifery care results in Mrs "F" was the complaint that felt was still in physiological terms and implementation has been done in accordance with the complaints and physiological results. The existence of complication at the time of parturition called shoulder dystocia caused by a large baby and has been performed acts of midwifery care properly .The benefits of comprehensive midwifery care is expected that midwives are able to analyze, and provide miswifery care and able to do early detection ofcomplications that occurs to reduce MMR and IMR

Keywords : Midwifery Care, Pregnancy, Parturition, Postpartum, Neonatal, and Family Planning

(2)

Contributor

1. Pembimbing 1 : Dian Irawati, M.Kes 2. Pembimbing 2 :Ferilia Adiesti, S.ST., MM Date : Senin, 16 Mei 2017

Type Material : Laporan Penelitian Permanen Link : -

Right (CCL, MIT, Open document, dll)

SUMMARY :

LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu dan Bayi sudah mulai mendapatkan perhatian masyarakat. Angka kematian ibu adalah indikator terpenting untuk menentukan status kesehatan maternal (Djaja, 2011). Selain itu AKB juga merupakan salah satu patokan untuk menentukan sampai sejauh mana pencapaian pelaksanaan pembangunan kesehatan. (Pramono, Wulansari, & Sutikno, 2011)

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih menduduki tempat teratas di negara ASEAN, salah satu faktor penyebab adalah kurangnya ibu hamil yang sadar tentang pentingnya manfaat Antenatal Care (ANC), sehingga kehamilan dengan risiko tinggi sulit dideteksi pada pelayanan kesehatan. Selain itu gangguan persalinan langsung, juga menjadi faktor penyebab kematian ibu, misalnya pendarahan sebanyak 28%, infeksi sebanyak 11%, eklampsia sebanyak 24%, dan partus lama sebanyak 5%. Kematian bisa terjadi karena kesiapan petugas, ketersediaan barang dan alat. Di perjalanan disebabkan sarana transportasi dan tingkat kesulitan waktu tempuh. Selain itu juga disebabkan karena keputusan keluarga (pengetahuan, ketersediaan dana, kesibukan keluarga, dan sosial budaya). (Erlina, Larasati, & Kurniawan, 2013).

Angka Kematian Ibu merupakan salah satu masalah Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), disamping Angka Kematian Bayi (AKB). Karena AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah dan juga digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari tahun 2011-2014 Angka Kematian Ibu cenderung turun. Hal ini perlu diingat bahwa program dan dukungan dari provinsi ke kabupaten/kota berupa fasilitas yang baik dari segi managemen program KIA maupun sistem pencatatan dan pelaporan, selain itu juga peningkatan keterampilan petugas di lapangan dan melibatkan multi pihak dalam pelaksanakan program KIA. Sebelum MDG’s berakhir dua tahun lalu ditanamkan program pengganti MDG’s yaitu SDG’s (Sustamable Development Goals), yang berlaku pada Januari 2016 hingga Desember 2030 yang memiliki 17 tujuan dan salah satunya yaitu kesehatan dan kesejahteraan. Ditargetkan untuk AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu tahun 2013-2014, mengalami peningkatan pada faktor pendarahan dan infeksi, sedangkan faktor PE/E mengalami penurunan. Dari penilaian tahun 2014, faktor PE/E masih menjadi faktor menyeluruh (31,04%) . (Dinas Kesehatan Provinnsi Jawa Timur, 2014)

Meskipun pelayanan kesehatan ibu hamil sudah terpenuhi, tetapi komplikasi yang tidak terduga saat hamil maupun bersalin masih ada kemungkinan terjadi. Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi misalnya pre-eklamsi, pendarahan antepartum (solutio

(3)

placenta,placenta previa), pendarahan post partum. Ada kemungkinan terjadi kematian jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat (Djaja, 2011).

Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada diatas 26,66 per 1.000 kelahiran hidup sebagian besar masih terjadi dikabupaten/kota wilayah timur dan utara, semua ini disebabkan sosial budaya serta ekonomi, bukan karena ratio petugas kesehatan dengan penduduk yang padat, bukan juga karena sarana dan prasarana yang kurang berkualitas. Ada sebanyak 20 kabupaten/kota (52,63 %) yang memiliki AKB diatas angka Provinsi. AKB tertinggi terjadi di Kabupaten Probolinggo sebesar 61,48 per 1.000 kelahiran hidup, terendah terjadi di Kota Blitar sebesar 17,99 per 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan tahun sekarang 2014 komposisi kedua Kabupaten/Kota tertinggi dan terendah tersebut masih sama dengan tahun 2013. (Dinas Kesehatan Provinnsi Jawa Timur, 2014)

Upaya untuk mengatasi faktor penyebab terjadinya kematian ibu dan bayi, harus terjadi perubahan dari penekanan terhadap intervensi medis yang berteknologi tinggi saat ini menuju fokus dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan pencegahan (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013). Pelayanan yang dilakukan untuk pencegahan secara lengkap dan berkesinambungan yaitu Continuity of Care. Pelayanan kebidanan yang komprehensif (Continuity of Care) dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, sampai KB serta neonatus.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah asuhan kebidanan secara continuity of care, variabel dalam penelitian ini adalah asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB seesuai dengan manajemen kebidanan yang

didokumentasikan dalam bentuk SOAP. Sampel dalam penelitian ini adalah 1 orang responden yang diikuti mulai dari masa hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB dengan melakukan kunjungan sesuai jadwal di wilayah kerja UPT Puskesmas Puri dimulai tanggal 01 Maret 2017 sampai 22 April 2017.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pada Ny.”F” umur 24 tahun GIP0000 yang dimulai dari masa kehamilan trimester 3 sampai dengan pasien melakukan KB dengan menggunakan metode Asuhan Kebidanan Manajeman menggunakan SOAP yang terdiri dari data subjektif, data objektif, analisa data, dan penatalaksanaan.

Pada pengkajian data subjektif pemeriksaan kehamilan pertama pada Ny. “F” usia 24 tahun. Ibu mengeluh sering nyeri dibagian pinggang. Sakit pinggang dapat disebabkan oleh relaksasi sendi sakroiliaka yang teregang diperburuk dengan perubahan postur. Otot abdomen menjadi semakin teregang selama hamil sehingga otot rektus abdominalis terpisah pada trimester ketiga. Hal ini dapat memperburuk sakit punggung. (Kamariyah, 2014)

Pada pengkajian kehamilan Ny “F” keluhan nyeri pinggang menurut teori (Kamariyah, 2014) bisa terjadi karena Otot abdomen menjadi semakin teregang selama hamil sehingga otot rektus abdominalis terpisah pada trimester III terutama yang muncul di punggung belakang, pinggang dan panggul. Meningkatnya produksi hormon saat hamil terutama hormon estrogen, yang akan mempengeruhi pinggang terlebih saat memasuki usia 28 minggu bagian jaringan otot dan persendihan. Keluhan nyeri pinggang yang dirasakan ibu adalah keluhan yang fisiologis, tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta.

Pada kunjungan kedua ibu mengatakan sering buang air kencing. Keadaan ini merupakan keadaan yang fisiologis pada wanita hamil. Karena janin yang semakin besar akan menekan kandung kemih ibu hamil, sehingga kapasitas kandung kemih ibu terbatas dan

(4)

akan sering mengalami buang air kecil (BAK) (Hutahean, 2013). Adanya ketidaknyamanan yaitu sering kencing terutama di malam hari. Penyebab lain sering kencing atau buang air kecil saat trimester III disebabkan kandung kemih tertekan oleh rahim dan kepala bayi yang mulai turun. Hal ini sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan fakta. Menganjurkan ibu untuk mengurangi asupan cairan pada malam hari menjelang tidur. Sehingga pola istirahat tidur ibu saat malam hari tidak terganggu.

Hasil pemeriksaan penambahan berat badan Ny.”F” pada kunjungan ketiga ini adalah 92 kg , sedangkan berat badan sebelum hamil adalah 77 kg, hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan berat badan dari sebelum hamil sampai pada akhir trimester sebesar 15 kg. Teori (Sulistyawati, 2009) perkiraan peningkatan berat badan yang normal 4 kg pada trimester I, 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II sampai III, totalnya sekitar 15-16 kg. Data pemeriksaan yang didapat menunjukkan bahwa kenaikan berat badan Ny.”F” sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan fakta. Penambahan berat badan ibu yang sesuai dikarenakan ibu rutin mengkonsumsi makanan bergizi ketika hamil dan ibu tidak tarak makan. Peningkatan berat badan pada Ny.”F” sangat penting untuk dirinya karena berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan janin. Berat badan ibu yang bertambah secara normal dapat terjadi karena ibu hamil cukup gizi, sehingga tidak menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu seperti anemia dan KEK.

Pada pemeriksaan kehamilan tidak dilakukan pemeriksaan genetalia dan anus. Ibu tidak mau diperiksa dibagian tertentu saat kunjungan hamil karena ibu malu dan ibu belum paham penjelasan tentang pentingnya pemeriksaan genetalia dan anus. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009). Pemeriksaan genetalia yang bertujuan untuk menilai kebersihan, pengeluaran pervagina, ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi vagina, dan kelainan atau masalah lain. Hal ini tidak sesuai dengan teori, karena melakukan pemeriksaan fisik pada genetalia ini juga penting pada ibu hamil untuk mengetahui adanya indikasi atau infeksi lain pada genetalia.

Pada kunjungan awal persalinan ibu mengeluarkan cairan ketuban, ibu mengalami tanda – tanda persalinan, hal ini sesuai dengan teori. Menurut (Lailiyana, 2011) tanda – tanda persalinan meliputi His, pengeluaran lendir dan darah, pengeluaran cairan ketuban UK Ny.”F” 39 minggu. Hal ini sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta, ibu mengeluarkan cairan sebagai tanda akan terjadi persalinan.

Menurut teori (Sondakh, 2014) Kala 1 dimulai dari saat persalinan mulai ( pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm) proses ini terbagi 2 fase yaitu: fase laten berlangsung selama 8 jam servik membuka dari 1 cm sampai 3 cm, fase aktif berlangsung selama 7 jam servik membuka dari 4 cm sampai 10 cm kontraksi lebih kuat dan sering dibagi 3 fase yaitu: Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, Fase diselerasi pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap. Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangkau waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kali 1 berlangsung kurang lebih 12 jam, sedangkan pada multigravida kurang lebih 8 jam.

Proses persalinan ini pada kala II berlangsung memanjang, yang disebabkan adanya indikasi bayi besar. Hal ini sesuai dengan teori (Prawiroharjo, 2009) salah satu penyebab kala II memanjang adalah janin besar. Rata-rata kala II, sebelum pengeluaran janin spontan, memanjang 25 menit oleh anestesia regional. Tahap panggul atau penurunan janin pada persalinan umumnya berlangsung setelah pembukaan lengkap. Selain itu, kala II melibatkan banyak gerakan pokok yang penting agar janin dapat melewati jalan lahir. Selama ini terdapat aturan-aturan yang membatasi durasi kala II. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesi regional. Selain itu juga terdapat adanya komplikasi distosia bahu saat persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan

(5)

diperlukannya tambahan manuver obstetri karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa penyebab kala II memanjang adalah bayi besar seperti yang dijelaskan dalam teori tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta.

Manuver McRobert (Prawiroharjo, 2009). Langkah pertama memposisikan ibu terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin dengan dada.Langkah kedua masih dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik atau transversa. Langkah ketiga melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan mengidentifikasi terlebih dahulu posisi punggung bayi. Langkah ini membuat bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu anterior masuk kebawah simfisis. Dengan bantuan tekanan suprasimfisis kearah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior. Hal ini sesuai dengan teori, karena ibu mengalami kala II memanjang yang disebabkan bayi besar, kemudian adanya indikasi macet bahu yang kemudian dilakukan langkah McRobert sesuai dengan teori yang dijelaskan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta.

Dalam pertama kali kunjungan nifas, kunjungan pertama ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan dan perut bagian bawah, nyeri pada luka jahitan merupakan hal yang normal dirasakan ibu nifas. Nyeri pada perut bagian bawah disebabkan adanya kontraksi rahim yang baik mencegah perdarahan jadi ibu merasakan sakit pada perut bagian bawah. Ibu juga mengeluh puting susu kanan dan kiri kurang menonjol. Ibu sempat stres dan khawatir karena bayinya diberi susu formula oleh ibu mertua. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui secara rutin dan memberikan konseling kepada keluarga tentang ASI eksklusif.

Pada kunjungan kedua dan ketiga ibu mengeluh ASI pada payudara kanan dan kiri keluar hanya sedikit, hal ini disebabkan karena puting yang kurang menonjol dan psikologis ibu karena bayi yang diberi susu formula oleh mertua. Hal ini sesuai dengan teori (Roesli & Yohmi, 2013) bahwa rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung dapat mengurangi produksi hormon oksitosin.

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon ini dihasilkan apabila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot disekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar. Hal ini sesuai dengan teori, ibu merasa gelisah dan stres karena bayinya diberi susu formula oleh mertua sehingga akan berpengaruh pada hormon yang memproduksi ASI dan mengakibatkan ASI ibu tidak lancar. tidak ada kesenjanagan antara fakta dan teori.

Hasil pemeriksaan pada data subyektif tinjauan kasus didapatkan bahwa bayi Ny. “F” usia 0 hari, bayi tampak mengkilat dan licin, bayi menangis kuat, kulit bayi normal. Pada kunjungan kedua hasil pemeriksaan bayi sering menangis karena ASI yang keluar hanya sedikit. Hal ini disebabkan karena puting susu ibu yang kurang menonjol sehingga bayi Ny.“F” diberi tambahan susu formula. Hal ini tidak sesuai dengan teori, sehingga perlu konseling khusus untuk melaksanankan ASI ekslusif yang sesuai dengan teori. Berat badan bayi pada saat kunjungan kedua mengalami penurunan. Hal ini termasuk fisiologis dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu baru kemudian naik kembali pada usia 2

(6)

minggu umumnya telah mencapai berat lahirnya. Penurunan berat badan bayi baru lahir cukup bulan maksimal 10 %, dan untuk bayi kurang bulan maksimal 15 %.

Pada hasil pemeriksaan diatas keadaan bayi sehat dan tidak ada masalah pada bayi karena semua sesuai dengan batas normal yaitu mulai kunjungan pertama – ketiga berkaisar antara pernafasan 40x/mnt, nadi 120x/mnt, suhu 36,6 -36,8 ºC dan semua reflek dalam batas normal.

Pada saat kunjungan pasien sudah menentukan ingin menggunakan KB implan, Menurut (Sulistyawati, 2011) Kontrasepsi implan berfungsi menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, menjadikan selaput rahim tipis, dan mengurangi transportasi sperma. Implan dapat digunakan ibu dalam usia reproduksi, dan bekerja selama 5 tahun untuk Norplan dan 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau implan. Tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori, tidak ditemukan adanya kontraindikasi pada pemeriksaan fisik yang dilakukan, ibu cocok menggunakan kontrasepsi yang dipilih, yaitu kontrasepsi Implant untuk mengatur jarak kehamilan.

SIMPULAN

Pada Asuhan kebidanan pada Ny.“F” GIP0000 dengan Asuhan Kebidanan

Komprehensif, pendokumentasian dilakukan dengan metode Asuhan Kebidanan Manajeman menggunakan SOAP. Maka penulis mengambil keputusan bahwa Masa kehamilan, Persalinan, Nifas, BBL dan KB pada Ny.”F” sesuai dengan harapan dan fisiologis, hal ini tidak terlepas dari usaha berupa Asuhan Kebidanan Komprehensif dengan manajeman kebidanan sesuai dengan kebutuhan pasien.

(7)

REKOMENDASI

1. Bagi institusi pendidikan kesehatan

Institusi poltekkes majapahit diharapkan menyediakan sumber-sumber pustaka yang up to date sehinngga mahasiswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terutaman dalam bidang kesehatan

2. Bagi Tenaga Kesehatan Bidan

Lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dalam melakukan Asuhan kebidanan secara komprehensif dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Lebih menyempurnakan LTA ini dengan melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif sesuai dengan protap menggunakan manajemen SOAP.

(8)

ALAMAT CORESPONDEN

Email : Anggun Putri Wijayanti

Alamat : Dsn. Kaweden RT : 28 RW : 04, Ds. Mulyorejo, Kec. Ngantang, Kab. Malang

Referensi

Dokumen terkait

Tahap ketiga, pejabat penilai melakukan penilaian pada formulir prestasi kerja sesuai dengan hasil kinerja pegawai dan hasil monitoring yang dilakukan..

Penelitian ini bermanfaat bagi PT.SIP karena dalam penelitian ini PT.SIP dapat mengetahui tentang bagaimana penyusunan Marketing Plan yang sesuai untuk memasarkan Produk Panel

Setelah selesai, Windows Server 2003 Setup akan me-restart komputer dan.

Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Guru Bimbingan dan Konseling

Umumnya digunakan oleh manajemen non-akuntansi yang lebih tinggi untuk

Diagram Alir Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah dengan Alat – Alat yang Digunakan, Jumlah Unit, dan Kapasitas Masing - Masing Alat………... Diagram Alir Proses Beserta Neraca

Apakah sebelum memasak Anda mencuci peralatan yang akan Ya / Tidaka. digunakan

Therefore, in this study, the distribution of DNA polymorphisms in the putative MADS-box gene located near the quantitative trait loci (QTL) for flowering time and maturity was