• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Bab Metode Penelitian ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Bab Metode Penelitian ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

61

Bab Metode Penelitian ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok bahasan kesatu membicarakan rancangan penelitian; kedua, membicarakan tentang lokasi penelitian; ketiga membicarakan jenis dan sumber data; dan keempat membicarakan tentang teknik penentuan informan. Selanjutnya pada subbab kelima adalah membicarakan tentang instrumen penelitian; keenam menjelaskan teknik pengumpulan data; ketujuh tentang penjelasan teknik analisis data; dan pokok bahasan terakhir adalah subbab kedelapan yang menjelaskan teknik penyajian hasil analisis data.

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian kualitatif lebih menitikberatkan diri pada pendekatan emik, akan tetapi walaupun sudah jelas batas-batas dan caranya, masih saja terdapat pekerjaan yang berada di antara emik dan etik (Moleong,1991:59). Pendekatan emik oleh Moleong (1991:54) adalah struktural yang berarti peneliti berasumsi bahwa perilaku manusia terpola dalam sistem pola itu sendiri. Satuan-satuan dari sistem terpola tersebut bersama-sama dengan satuan-satuan kelompok struktural itu membentuk masyarakat tertentu melalui aksi dan reaksi para anggotanya. Dengan demikian, tujuan pendekatan emik adalah mengungkapkan dan menguraikan sistem perilaku bersama-sama satuan strukturnya dan kelompok struktur satuan-satuan itu.

(2)

Sebelum penelitian dilakukan menurut Moleong (1991:236) sudah disiapkan rancangan penelitian dengan cakupan komponen-komponen yang diperlukan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan perspektif kajian budaya. Pada umumnya penelitian dengan analisis kualitatif dikatagorikan sebagai penelitian deskriptif.

Menurut Moleong (1994:5), dalam penelitian kualitatif digunakan metoda kualitatif dengan pertimbangan, (1) menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, (2) metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, dan (3) metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Sedangkan penelitian dengan perspektif kajian budaya menurut Barker (2008:5) selalu merupakan bidang penelitian multi atau pascadisipliner yang mengaburkan batas-batas antara dirinya dengan ‘subjek’ lain. Senada dengan Barker, dalam penelitian kajian budaya dipergunakan teori kritis interdisipliner yang meliputi berbagai sumber teoritis dan disiplin (Agger, 2008:248).

Sugiyono (2008:222) mengatakan bahwa metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Penelitian Arsitektur Tradisional Bali (ATB) pada Masjid Al Hikmah di Kertalangu, Denpasar: Perspektif Kajian Budaya dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif berlandaskan deskriptif yang diperoleh dari kumpulan data.

(3)

Hal-hal yang tidak terpecahkan secara teori masih dapat ditelusuri melalui pendekatan interpretasi atau tafsir, mengingat kebudayaan tidak hanya menyangkut hal-hal fisik atau nyata, tetapi juga menyimpan nilai-nilai dan makna yang abstrak, seperti yang dinyatakan oleh Geertz (1996:5), bahwa analisis kebudayaan bukan merupakan sebuah ilmu eksperimental untuk mencari hukum melainkan sebuah ilmu yang bersifat interpretatif untuk mencari makna. Makna tersebut ditenunnya sendiri dalam jaringan-jaringan makna dan kebudayaan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lingkungan kawasan Mesjid Al Hikmah yang berlokasi di Jalan Soka, Banjar Kertalangu, Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Lokasi penelitian merupakan kawasan perkembangan baru yang terletak di kisaran sekitar 4 Km dari pusat Kota Denpasar. Dibangunnya Balitex dan Patal Tohpati diduga menjadi pemicu awal berkembangnya kawasan Kertalangu Kesiman. Bahkan kuat dugaan lokasi bangunan Masjid Al Hikmah merupakan suatu lingkungan permukiman multikultur yang terbangun atau terbentuk pada era Orde Baru mengingat Masjid tersebut dibangun untuk pertama kalinya pada tahun 1978 yang lalu, kemudian direnovasi pada tahun 1991.

Luas wilayah Desa Kesiman Kertalangu adalah 4,05 Km2 dengan kepadatan 4.206 jiwa / Km2 (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2009:1). Selanjutnya, dalam sumber yang sama disebutkan jumlah penduduk dirinci menurut agama adalah sebagai berikut: Islam 2.779 jiwa, Katolik 416 jiwa, Kristen 470 jiwa,

(4)

Budha 249 jiwa, dan Hindu 13.121 jiwa; keseluruhannya berjumlah 17.035 jiwa. Jumlah ini terbanyak di antara 15 desa/kelurahan di Denpasar Timur. Fasilitas ibadah di lingkungan Desa Kertalangu Kesiman atas data dari sumber yang sama (2009:62) tertulis bahwa masjid 1 buah dan pura sejumlah 21 buah.

Banjar Kertalangu merupakan bagian dari wilayah Desa Kesiman Kertalangu. Banjar Kertalangu secara resmi berdiri pada 14 September 1979. Jumlah penduduknya pada tahun 2010 adalah 3.256 jiwa, dimana 2.200 jiwa dari jumlah tersebut memeluk Agama Hindu, sisanya adalah mayoritas memeluk Agama Islam dan sebagaian kecil dari mereka memeluk Agama Kristen dan Budha (Wawancara, Rimbya Temaja, 2010).

Wilayah Banjar Kertalangu berkembang menjadi permukiman baru yang diminati oleh para pendatang sejak dipilih menjadi lokasi perumahan karyawan Patal Tohpati. Populasi penduduk di Banjar Kertalangu cukup besar mengingat hampir 19 % dari penduduk Desa Kesiman Kertalangu adalah penduduk Banjar Kertalangu. Posisi lokasi Masjid Al Hikmah sebagai objek penelitian di wilayah Banjar Kertalngu adalah di sebelah Barat Jalan Soka atau di Jalan Soka nomor 18. Denpasar selain sebagai ibu kota Kotamadya juga menjadi lokasi dari ibu kota propinsi menjadikannya sebuah kota yang heterogen, plural, multietnik, dengan aneka fungsi yang diembannya seperti kota pendidikan, kesehatan, perdagangan, pariwisata, dan lain-lainnya. Secara geografis Kota Denpasar terletak antara 08 35’ 31” – 08 44’ 49” Lintang Selatan dan 115 10’ 23” – 115 16’ 27” Bujur Timur (Denpasar dalam Angka,2005:1).

(5)

Morfologi spasial Kota Denpasar atas dasar ruang dan waktunya menjadikannya sebagai kota multikultural yang sejak lalu telah mencatat hubungan sejarah dengan berbagai etnis dan agama, khususnya dengan kaum Muslim ketika era kerajaan berlangsung hingga kini. Beberapa lokasi permukiman Muslim di Kota Denpasar yang menggambarkan keruangan, arsitektur, dan komunitas Islam antara lain Desa Serangan, Kepaon, Kampung Jawa (kini disebut dengan Kampung Wanasari).

Lokasi tersebut di atas digunakan untuk menjelaskan, menghubungkan, sekaligus mengkaji objek penelitian yang berlokasi di Jalan Soka, Kertalangu, Denpasar yaitu Masjid Al Hikmah, sebagai pendekatan ketradisian “historis” Islam di Kota Denpasar. Letak geografis dari Masjid Al Hikmah di Jalan Soka, Kertalangu, Denpasar sebagai pusat lokasi penelitian dipandang memiliki potensi, nilai, dan makna khusus yang membedakannya dengan yang lainnya.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Oleh karena itu jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Jika yang diperlukan data kuantitatif dibutuhkan maka proses selanjutnya adalah mengualitatifkan data tersebut. Sumber data yang dipergunakan ada dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer yaitu terdiri atas objek bangunan Masjid Al Hikmah beserta para informan dari pemilik atau masyarakat Muslim di sekitarnya, serta

(6)

arsitek yang terlibat dalam perancangan mesjid tersebut, baik yang berada di dalam maupun di luar lingkungan Masjid Al Hikmah di Kertalangu, Denpasar.

Adapun sumber data sekunder adalah literatur antara lain dapat berupa: jurnal, hasil-hasil penelitian terdahulu, dokumen, manuskrip, gambar arsitektur, peraturan daerah seperti Perda Nomor 4 Tahun 1974 tentang Bangun-Bangunan, perundang-undangan, dan referensi lainnya yang mendukung maksud penelitian Masjid Al Hikmah di lingkungan Jalan Soka di Kertalangu, Denpasar. Sumber data sekunder ini sebagian besar diperoleh dari sejumlah perpustakaan dan sebagian kecil lainnya dari koleksi para sahabat dan pribadi.

3.4 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, peran informan sangat penting dan perlu. Untuk menentukan informan dalam konteks objek penelitian diklasifikasikan berdasarkan kompetensi tiap-tiap informan. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposif. Usia dan peran informan menjadi salah satu kunci untuk memperoleh informasi yang memadai. Jumlah informan menjadi pengecualian ketika informasi yang diperoleh sudah dipandang memadai sehingga pencaharian informasi “data” dapat dihentikan.

Di samping jumlah informan perlu juga ditetapkan kriteria tentang pemahaman informan dalam hal ATB, Arsitektur Masjid, Peraturan Daerah khususnya Arsitektur Bangunan Gedung, Tokoh Agama Islam, dan mereka yang terlibat proses perencanaan dan pelaksananan Masjid Al Hikmah tersebut. Selain

(7)

itu, diperlukan pula informan publik, yaitu informan terpilih yang berasal dari masyarakat sekitar objek penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Kebutuhan akan instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah adanya instrumen berupa : peneliti, pedoman wawancara, alat perekam film, alat perekam foto, alat perekam suara, scanner, dan alat-alat tulis.

Dari berbagai instrumen penelitian tersebut di atas, instrumen yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (Moleong,1994:4; Sugiyono, 2008:8). Selanjutnya Moleong, menegaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan informan atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Guna mendukung maksud penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik dibawah ini.

3.6.1 Observasi

Melalui observasi yang dilakukan berkali-kali dan tidak terjadwal sejak penyusunan proposal diharapkan dapat melihat keadaan objektif di lokasi penelitian guna membuka dan memperkaya wawasan sehingga data yang diperoleh dapat dikaji. Diperluas dan dicari jawabannya pada saat wawancara

(8)

mendalam. Pengamatan ini dilakukan dengan mencatat, membuat sketsa atau gambar dan foto.

Sketsa, gambar, dan foto diperoleh dengan melakukan rekaman di lapangan atau melalui dokumentasi dari pihak institusi/lembaga yang terkait dengan perijinan seperti Dinas Tata Kota dan Perijinan di wilayah penelitian. Gambar-gambar dimaksud bukan hanya Gambar-gambar arsitektur belaka, tetapi dapat pula dilengkapi dengan sketsa atau foto yang didokumentasi ketika melakukan penelitian dan dokumen yang diperoleh di beberapa arsip/dokumentasi dari masyarakat atau institusi.

Dalam kegiatan observasi dapat juga dilakukan perbandingan suatu keadaan fisik dan non fisik antara lokasi penelitian di Jalan Soka–Denpasar dengan lokasi lainnya untuk mengetahui persamaan atau perbedaan yang ditemukan serta penyebab-penyebab yang menjadikannya, dengan cara mendatangi lokasi yang dipandang memiliki persamaan dengan kasus penelitian.

3.6.2 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan para informan kunci yang mengetahui masalah-masalah pokok yang berkaitan dengan masalah penelitian. Melalui wawancara diharapkan diperoleh suatu gambaran umum yang berkaitan dengan penelitian sekaligus sebagai bahan untuk perbandingan hasil pengamatan dan pedoman selanjutnya dalam wawancara mendalam.

Wawancara mendalam merupakan wawancara yang dilaksanakan dengan cara mengajak para informan untuk berbicara bebas dan mendalam. Informan

(9)

yang dimaksudkan antara lain tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, pemuka adat, dan lain-lainnya yang dipandang memiliki kemampuan untuk menjelaskan tentang pokok permasalahan yang dicari, sekaligus dipergunakan sebagai media untuk memperoleh data yang sulit didapat pada saat wawancara bebas atau juga sebagai cara untuk kontrol silang terhadap kebenaran data yang diperoleh selama penelitian. Hasil catatan, rekaman suara, dan gambar yang mendukung atau bermanfaat bagi penelitian dijadikan acuan utama, sedangkan yang lainnya disimpan dalam dokumen atau arsip.

Manfaat penggunaan teknik ini adalah untuk menggali data yang lebih mendalam sekaligus mengonstruksi makna dipergunakannya ATB pada Masjid Al Hikmah di Kertalangu, Denpasar. Hasil wawancara mendalam ini selanjutnya diposisikan sebagai data primer penelitian.

3.6.3 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah cara yang dilakukan sejak penyusunan proposal, sampai dengan hasil penelitian. Perolehan dari metode ini, baik berupa konsep maupun teori-teori dari para penulis yang berhubungan dengan permasalahan dipergunakan sebagai bahan pembanding. Studi ini dilaksanakan dengan mengumpulkan dan mencatat hal-hal yang penting yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa literatur, jurnal, dokumen (salinan lontar), dan lain-lainnya. Metode interpretasi dokumen dan kebudayaan material oleh Hodder dalam buku Qualitative Research karya Denzyn dan Yvonna (2009:544-556) menjadi sangat penting guna mendukung interpretasi teks-teks tertulis, gambar, atau foto,

(10)

dan Masjid Al Hikmah sebagai wujud fisik arsitektural. Selanjutnya, dalam sumber yang sama juga dinyatakan bahwa wujud fisik arsitektural lebih memberikan pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan dokumen dan salinan sejarah.

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sehingga teknis analisis data yang dipergunakan adalah analisis diskriptif kualitatif dan interpretatif yang dilakukan sejak pengumpulan data dimulai. Data merupakan konstruksi makna yang diperoleh dari sumber data. Menganalisis data sama dengan mengonstruksi dari konstruksi makna yang diperoleh Kuntjara (2006:99).

Kumpulan data yang cukup banyak, tersebar berupa catatan hasil pengamatan, wawancara, gambar, foto, dokumen, artikel dan sebagainya, Selanjutnya data yang terkumpul tersebut diatur, diurut, dikelompokkan, diberi kode, dan dikatagorikan. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moleong, 1991:103).

Dalam analisis data kualitatif yang penting adalah bahwa analisis data hendaknya bersifat induktif, generatif, konstruktif dan subjektif sehingga mengandung interpretasi realitas subjek itu sendiri (Kuntjara, 2006:100). Berikutnya dijelaskan bahwa analisis data kualitatif dinyatakan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, bukan hanya suatu saat setelah

(11)

penelitian selesai. Dengan demikian, pengumpukan data dan analisis data dikerjakan secara bersama-sama sepanjang penelitian.

Moleong (1991:103) mengatakan bahwa prinsip penelitian kualitatif adalah menemukan teori dan data . Peranan teori baru atau verifikasi teori baru akan tampak sewaktu analisis data ini mulai dilakukan. Tahapan analisis data merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dengan tahapan-tahapan lainnya. Data primer dan sekunder dianalisis secara kualitatif, melalui verstehen atau interpretasi atau juga disebut dengan tafsir.

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data menggunakan teknik gabungan antara informal dan formal. Teknik penyajian informal adalah penyajian hasil analisis dengan cara naratif, sedangkan teknik penyajian formal adalah penyajian hasil analisis dalam bentuk foto, gambar, bagan, peta, dan tabel. Pemuatan foto, gambar, bagan, peta, dan tabel sebagai teknik penyajian formal diperlukan untuk memperkuat deskripsi atau narasi dari sajian informal atau sebaliknya. Dominasi dari penyajian hasil analisis data penelitian ini adalah melalui teknik informal.

Referensi

Dokumen terkait

Dan dalam melakukan penelitian hanya memperbandingkan antara pemberian tunjangan-tunjangan dan pemberian natura, pemberian tunjangan pajak penghasilan pasal 21, pajak

Titik berat dari evaluasi capaian rencana strategis adalah (1) kinerja penyelenggaraan pendidikan, (2) kinerja penyelenggaraan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, (3)

dilakukan pendeposisian atom-atom nitrogen pada baja perlakuan panas yang mengakibatkan peregangan atom-atom material dan mengalami kekosongan hingga diisi oleh atom

Menurut Muhammad bin Ahmad al-Syatri dalam kitabnya Adwar al-Tarikh al-Hadrami, bangsa Arab terbagi menjadi tiga golongan : al-Ba’idah yaitu bangsa Arab terdahulu

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kedua subjek mengalami gejala post power syndrome yaitu gejala emosi, pada kedua subjek mengalami perubahan emosi setelah

sumber : https://www.alinea.id/infografis/ (diakses pada 2 Oktober 2020) Berkaitan dengan maraknya isu tersebut, terbitlah ekspresi baru yang memanfaatkan media

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan untuk pemilihan obat pada anestesi spinal untuk operasi urologi dengan prosedur transuretra dengan bupivacain

Dalam penelitian ini penulis akan membuat perangkat lunak simulasi perhitungan kebutuhan penerangan ruangan dalam menentukan jumlah titik lampu dan luas penampang kabel untuk