BAB III
Analisa Penyebab Ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Konservasi Kota Cimahi
Evaluasi ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) dalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan pemenuhan indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Masing-masing indikator terdiri dari satu atau lebih tolok ukur yang digunakan untuk menilai secara langsung indikator. Setelah diketahui sebab-sebab ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) dalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang berdasarkan pendekatan proses, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota (DTK) tidak efektif didalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang. Pada akhir bagian ini akan dilaporkan pula temuan-temuan lainnya yang diperoleh di lapangan pada saat pelaksanaan survei.
III.1 Analisis Ketidakefektifan Institusi Pengendalian Dari Segi Proses Evaluasi ketidakefektifan dari segi proses pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan konservasi Kota Cimahi dilakukan dengan menilai tingkat pemenuhan masing-masing indikator melalui tolok ukur yang telah ditentukan sebelumnya. Dari sisi proses yang menjadi perhatian adalah bagaimana prosedur pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan di Kelurahan Cipageran oleh Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi. Analisis lengkapnya dapat dilihat pada pengujian masing-masing indikator dengan tolok ukur sebagai baerikut.
III.1.1 Pelaksanaan Perijinan Sesuai Dengan Mekanisme Perijinan Yang Telah Ditentukan
Penyelenggaraan perizinan pemanfaatan ruang yang merupakan tugas dari Dinas Tata Kota (DTK) dan merupakan salah satu indikator dalam mengefektifkan proses pengendalian pemanfaatan ruang. Pencapaian indikator ini diukur melalui beberapa tolok ukur yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis terhadap tolok ukur tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam beberapa bagian di bawah ini.
A. Pemberian Ijin Perencanaan yang Telah Ditentukan
Ijin perencanaan yang menjadi tugas dari Dinas Tata Kota (DTK) dalam hal ini yaitu persetujuan site plan. Ijin Perencanaan merupakan syarat untuk mendapatkan IPPT (Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah) yang ditujukan untuk para developer atau pengembang yang ingin membangun permukiman dalam skala besar. IPPT (Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah) sendiri dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal (Dispenmo) setelah mendapat persetujuan ijin perencanaan dan rekomendasi perencanaan dari Dinas Tata Kota. Ijin Perencanaan ini tertuang dalam peraturan daerah Kota Cimahi Nomor 35 Tahun 2003.
Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yayat Syamsudin (Kabid Bidang Tata Bangunan), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan tanggapannya terhadap pelaksanaan Ijin Perencanaan ;
“ Ya dengan mengeluarkan persetujuan site plan untuk para pengguna tanah dalam skala besar...” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
“ Dalam pelaksanaan Ijin Perencanaan kami mengeluarkan persetujuan site plan untuk para pengguna tanah dalam skala besar...” (Yayat Syamsudin, Lampiran A2)
Dari kuesioner didapat seluruh responden menjawab YA bahwa Dinas Tata Kota melaksanakan tugasnya yaitu dengan memberikan Ijin Perencanaan kepada setiap pengguna tanah dalam skala besar yang sesuai dengan ketentuan Dinas Tata Kota (DTK) yang telah ditetapkan.
Tabel III. 1 Tanggapan Responden Terhadap Ijin Perencanaan
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi melakukan proses
Ijin Perencanaan
Keterangan
Kabid Tata Ruang Ya “Dengan
mengeluarkan persetujuan site plan untuk para pengguna tanah dalam skala besar...”
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi melakukan proses
Ijin Perencanaan
Keterangan
Kabid Bidang Tata Bangunan Ya “Dalam pelaksanaan ijin perencanaa kami mengeluarkan persetujuan site plan untuk para pengguna tanah dalam skala besar...” Sumber : Hasil Analisis 2007
B. Memberikan Rekomendasi Perencanaan yang Telah Ditentukan
Setelah mendapatkan persetujuan site plan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan IPPT, para pemohon perlu mendapatkan rekomendasi perencanaan. Rekemondasi perencanaan ini dikeluarkan setelah pemohon mendapatkan persetujuan site plan atau ijin perencanaan. Bentuk atau keluaran rekomendasi perencanaan ini berupa gambar rekomendasi atau arahan perencanaan yang harus diikuti oleh pemohon.
Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yayat Syamsudin (Kabid Tata Bangunan) responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan kesannya terhadap pemberian Rekomendasi Perencanaan.
“ Ya dengan mengeluarkan gambar rekomendasi perencanaan sedangkan ijinnya ada di PPTSP....” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
“ Dalam pelaksanaan rekomendasi perencanaan kami mengeluarkan rekomendasi dalam bentuk gambar rekomendasi perencanaan untuk para pengguna tanah dalam skala besar...” (Yayat Syamsudin, Lampiran A2)
Dari kuesioner didapat seluruh responden menjawab YA bahwa Dinas Tata Kota melaksanakan tugasnya yaitu dengan memberikan rekomendasi perencanaan kepada setiap pengguna tanah dalam skala besar yang sesuai dengan ketentuan Dinas Tata Kota (DTK) yang telah ditetapkan.
Tabel III. 2 Tanggapan Responden Terhadap Rekomendasi Perencanaan
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi melakukan pemberian Rekomendasi Perencanaan
Keterangan
Kabid Tata Ruang Ya “ Dengan
mengeluarkan gambar rekomendasi perencanaan...” Kabid Bidang Tata
Bangunan Ya “ Dalam pelaksanaan rekomendasi perencanaa kami mengeluarkan gambar rekomendasi perencanaan untuk para pengguna tanah
dalam skala besar...”
Sumber : Hasil Analisis 2007
C. Mengesahkan Gambar Bangunan yang Sesuai dengan KDB yang Telah Ditentukan
Salah satu tugas Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi dalam proses pemberian Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yaitu mengesahkan gambar bangunan yang diajukan oleh pemohon. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sendiri dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal (Dispenmo) setelah mendapat rekomendasi ijin mendirikan bangunan. Teknis gambar bangunan ini diatur dalam perda No. 38 tahun 2003 mengenai Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menanggapi pengesahan gambar bangunan.
“ Gambar bangunan yang sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan, kami sahkan dengan memberikan pengesahan gambar bangunan....” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
Hal senada juga disampaikan oleh Yayat Syamsudin (Kabid Tata Bangunan) menanggapi pengesahan gambar bangunan yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota.
“ Ya kita melakukan pengesahan gambar bangunan sebagai salah satu syarat setiap pemohon untuk mendapatkan IMB....” (Yayat Syamsudin, Lampiran A2)
Dari kuesioner didapat seluruh responden menjawab YA bahwa Dinas Tata Kota melaksanakan tugasnya yaitu dengan mengesahkan gambar bangunan setiap pemohon yang ingin mendapatkan IMB sesuai dengan ketentuan Dinas Tata Kota (DTK) yang telah ditetapkan.
Tabel III. 3 Tanggapan Responden Terhadap Rekomendasi Perencanaan Perencanaan
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi melakukan proses Pengesahan Gambar Bangunan
Keterangan
Kabid Tata Ruang Ya “Dengan
mengesahkan gambar bangunan...” Kabid Bidang Tata
Bangunan Ya “Kami mengesahkan gambar bangunan yang diajukan oleh setiap pemohon yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan...”
Sumber : Hasil Analisis 2007
D. Memberikan Rekomendasi Perijinan Bagi Bangunan yang Sesuai dengan KDB yang Telah Ditentukan
Salah satu tugas Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi setelah memberikan pengesahan gambar bangunan ialah memberikan rekomendasi perijinan kepada pemohon yang telah mendapatkan pengesahan gambar bangunan. Pemberian rekomendasi perijinan ini sebagai acuan Dinas Penanaman Modal (Dispenmo) untuk memberikan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada pemohon.
Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yayat Syamsudin (Kabid Tata Bangunan) responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menanggapi pemberian rekomendasi perijinan.
“ Pemberian rekomendasi perijinan kami berikan setelah pemohon mendapat pengesahan gambar....” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
“ Ya kita melakukan pemberian rekomendasi perijinan sebagai salah satu syarat setiap pemohon untuk mendapatkan IMB....” (Yayat Syamsudin, Lampiran A2)
Dari kuesioner didapat seluruh responden menjawab YA bahwa Dinas Tata Kota melaksanakan tugasnya yaitu dengan memberikan rekomendasi perijinan kepada setiap pemohon yang ingin mendapatkan IMB sesuai dengan ketentuan Dinas Tata Kota (DTK) yang telah ditetapkan.
Tabel III. 4 Persepsi Responden Terhadap Proses Pemberian Rekomendasi Perijinan
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi Memberikan Rekomendasi Perijinan Keterangan Kabid Tata Ruang Ya “ Rekomendasi perijinan
dapat diberikan kepada masyarakat jika memenuhi persyaratan yang diajukan setelah mendapatkan pengesahan gambar bangunan...” Kabid Bidang Tata Bangunan
Ya “Ya kita memberikan
rekomendasi perijinan kepada setiap pemohon setelah mendapatkan pengesahan gambar bangunan...”
E. Penilaian Indikator Terlaksananya Pelaksanaan Perijinan Sesuai dengan Mekanisme yang Telah Ditentukan
Dari hasil analisis indikator berdasarkan kuesioner yang mengacu pada tugas Dinas Tata Kota (DTK), didapat bahwa Dinas Tata Kota (DTK) sudah melaksanakan kegiatan perizinan sesuai dengan prosedur, ini bisa dilihat dari terpenuhinya tolok ukur memberikan ijin perencanaan, memberikan rekomendasi perencanaan, mengesahkan gambar bangunan dan memberikan rekomendasi perijinan.
Dengan terpenuhinya tolok ukur memberikan ijin perencanaan, memberikan rekomendasi perencanaa, mengesahkan gambar bangunan dan memberikan rekomendasi perijinan dan terpenuhinya tugas dari Dinas Tata Kota (DTK), maka dapat disimpulkan bahwa indikator penyelenggaraan perizinan pemanfaatan ruang sesuai prosedur yang ada, terpenuhi.
III.1.2 Memberikan Informasi Secara Obyektif Mengenai Pemanfaatan Ruang Baik Yang Sesuai Maupun yang Tidak Sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Salah satu indikator untuk mengefektifkan prosedur proses pengendalian pemanfaatan ruang yaitu memberikan informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Untuk menilai indikator ini dilakukan analisis terhadap beberapa tolok ukur berikut.
A. Menyampaikan Laporan Kepada Walikota Tentang KDB Perumahan Yang Tidak Sesuai Peraturan Daerah Setiap Bulan
Salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yaitu melakukan koordinasi dengan Walikota. Koordinasi dilakukan dengan melakukan laporan setiap bulannya kepada bupati/walikota.
Terhadap laporan bulanan kepada bupati/walikota, Achyar (Kabid Bina Marga) menyatakan :
“ Ya kami melakukan laporan bulanan kepada walikota dan pelaporan ini sebagai bahan evaluasi dari kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang yang kami lakukan...” (Achyar, Lampiran A3)
Hal senada dikatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) yang juga mengatakan bahwa Dinas Tata Kota (DTK) melakukan laporan kepada bupati/walikota :
“ Ya, kami membuat laporan perkembangan pembangunan yang terjadi di lapangan dan menyerahkannya atau melaporkan ke walikota sebagai evaluasi pendapatan pemerintah Kota Cimahi yang kemudian diajukan didepan Komisi Pembangunan DPRD Kota Cimahi...”(Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
Dari kuesioner didapat seluruh responden menjawab YA bahwa Dinas Tata Kota melaksanakan tugasnya yaitu dengan memberikan laporan kepada walikota sesuai dengan ketentuan Dinas Tata Kota (DTK) yang telah ditetapkan.
Tabel III. 5 Tanggapan Responden Mengenai Penyampaian Laporan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai dengan Peraturan Daerah
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi Melakukan Penyampaian Laporan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai
dengan Peraturan Daerah Kepada Bupati/Walikota setiap bulannya
Keterangan
Kabid Bina Marga
Ya “ Ya kami melakukan
laporan bulanan kepada walikota dan pelaporan ini sebagai bahan evaluasi dari kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang yang kami lakukan...” Kabid
Bidang Tata Ruang
Ya “Ya, kami membuat
laporan perkembangan pembangunan yang terjadi di lapangan dan menyerahkannya atau melaporkan ke walikota sebagai evaluasi pendapatan pemerintah Kota
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi Melakukan Penyampaian Laporan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai
dengan Peraturan Daerah Kepada Bupati/Walikota setiap bulannya
Keterangan
Cimahi yang kemudian diajukan didepan Komisi Pembangunan DPRD Kota Cimahi...”
Sumber : Hasil Analisis 2007
B. Menyampaikan Laporan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai Peraturan Kepada Instansi Terkait Setiap Bulan
Salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yaitu menyampaikan laporan tentang KDB perumahan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku kepada instansi terkait. Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang), Yayat S (Kabid Tata Bangunan) dan Yani N (Kasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang) penyampaian laporan kepada instansi terkait;
“ Untuk rumah yang baru yang pembangunannya tidak sesuai dengan peraturan maka berkoordinasi dengan SATPOL PP untuk tindak turun tangan penertiban ...” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
“ Kita melakukan pelaporan kepada instansi terkait yaitu dengan Satuan Polisi Pamong Praja jika ada pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang yang perlu ditertibkan...” (Yayat S, Lampiran A2)
“ Berbeda dengan pendapat dari Kepala Seksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang menyatakan bahwa Dinas Tata Kota (DTK) tidak melakukan pelaporan terhadap dinas terkait... (Yani N, Lampiran A5)
Hal sebalikya dikatakan oleh Agus Joko (Kasi Perencanaan) yang tidak mengatakan bahwa Dinas Tata Kota (DTK) melakukan laporan kepada bupati/walikota tentang KDB perumahan yang tidak sesuai dengan peraturan daerah:
“ Sebenarya ini sangat rahasia, mungkin anda sudah tahu. Sebenarya terhadap rumah-rumah yang sudah dibangun dan rumah yang dibangun tersebut dibangun dengan tidak sesuai dengan peraturan tapi sudah mempunyai ijin dan akan mengurus IPPT yang sekarang sudah diwajibkan kepada setiap masyarakat yang memiliki rumah mereka akan mendapat IPPT. Seharusnya mereka tidak mendapat diijin sebelum mereka memperbaiki bangunan perumahan mereka agar sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Saya pusing dengan tata ruang di cimahi...” (Kasi Perencanaan)
Hal senada dikatakan oleh Parbowo (Kasi Wasdalbang) yang juga mengatakan bahwa Dinas Tata Kota (DTK) tidak melakukan laporan kepada bupati/walikota :
“ Ketika masyarkat ingin mengurus IMB. Salah satu syaratnya adalah pengesahan gambar bangunan. Setelah kami cek ternyata bangunan mereka tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Contohnya KDB perumahan mereka yang seharusnya 40% ternyata 60%. Seharusnya di bagian tata ruang dicek sebelum mendapatkan IPPT.
Dari seluruh responden yang berhasil disurvey, tidak seluruh responden menyatakan YA. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dapat disimpulkan bahwa proses penyerahan pelaporan hasil pemantuan kepada instansi terkait belum terpenuhi.
Tabel III. 6 Tanggapan Responden Mengenai Penyampaian Laporan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai Dengan KDB Kepada Instansi
Terkait
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Penyampaian Laporan Tentang
KDB Perumahan yang tidak Sesuai dengan KDB Kepada
Instansi Terkait Keterangan Kabid Bidang Tata Ruang Ya “ Kami melakukan penyampaian laporan dalam bentuk koordinasi dengan SATPOL PP...” Kepala Bidang Tata Bangunan Ya “ Satuan Polisi
Pamong Praja jika ada pelanggaran terhadap pemanfaatan
ruang…” Kepala Seksi
Pengendalian
Tidak “ Tidak melakukan
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Penyampaian Laporan Tentang
KDB Perumahan yang tidak Sesuai dengan KDB Kepada
Instansi Terkait Keterangan Pemanfaatan Ruang pelaporan terhadap dinas terkait…” Kepala Seksi Perencanaan
Tidak ” Seharusnya mereka
tidak mendapat diijin sebelum mereka memperbaiki
bangunan perumahan mereka agar sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan...”
Kepala Seksi Wasdalbang
Tidak ” Setelah kami cek
ternyata bangunan mereka tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan...”
Sumber : Hasil Analisis
C. Penilaian Indikator Memberikan Informasi Secara Obyektif Mengenai Pemanfaatan Ruang Baik yang Sesuai Maupun yang tidak Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang
Dari hasil analisis indikator berdasarkan kuesioner yang mengacu pada tugas Dinas Tata Kota (DTK), didapat bahwa Dinas Tata Kota (DTK) belum melaksanakan kegiatan pemberian informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang yang sesuai maupun tidak sesuai dengan rencana tata ruang, ini bisa dilihat dari belum terpenuhinya tolok ukur penyampaian laporan kepada instansi terkait.
Dengan belum terpenuhinya tolok ukur penyampaian laporan kepada instansi terkait, maka dapat disimpulkan bahwa indikator pemberian informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang yang sesuai maupun tidak sesuai dengan rencana tata ruang, tidak terpenuhi.
III.1.3 Menyiapkan Dan Menerima Laporan Secara Obyektif Mengenai Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
Salah satu indikator untuk mengefektifkan prosedur proses pengendalian pemanfaatan ruang yaitu menyiapkan dan menerima laporan secara objektif mengenai pelaksanaan pemanfaatan ruang. Untuk menilai indikator ini dilakukan analisis terhadap beberapa tolok ukur berikut.
A. Menerima Laporan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai Peraturan Daerah dari Kepala Desa/Lurah
Tugas berikutnya Dinas Tata Kota (DTK) dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah menerima laporan tentang KDB perumahan yang tidak sesuai peraturan daerah dari kepala desa/kelurahan.
Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yani N (Kasi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan mengenai penerimaan laporan KDB perumahan yang tidak sesuai peraturan daerah laporan dari kepala desa/lurah :
“ Kita tidak menerima laporan dari kepala desa/lurah, tapi kita hanya melakukan koordinasi sama kepala Desa/Lurah jika ada permasalahan dalam pemanfaatan ruang...” (Yani N, Lampiran A5)
“ Kami hanya melakukan koordinasi sama kepala Desa/Lurah...” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
Dari hasil survey responden yang dilakukan semua responden menjawab TIDAK menerima laporan tentang KDB perumahan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dari Kepala Desa/Lurah dapat disimpulkan bahwa proses laporan dimulai dari kepala desa/lurah tidak terpenuhi.
Tabel III. 7 Tanggapan Responden Terhadap Penerimaan Laporan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai Peraturan Daerah dari Kepala
Desa/Lurah dari Kepala Desa Setiap Bulannya
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menerima Laporan Tentang
KDB Perumahan yang tidak Sesuai Peraturan Daerah dari Kepala
Desa/Lurah Keterangan Kasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Tidak “Kita tidak menerima
laporan dari kepala desa/lurah, tapi kita hanya melakukan koordinasi sama kepala Desa/Lurah jika ada permasalahan dalam pemanfaatan ruang...” Kabid
Bidang Tata Ruang
Tidak “Kami hanya
melakukan koordinasi
sama kepala Desa/Lurah...”
Sumber : Hasil Analisis2007
B. Menerima Laporan Bulanan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai Peraturan Daerah dari Camat
Tugas berikutnya Dinas Tata Kota (DTK) dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah menerima laporan perkembangan dari Camat. Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yani N (Kasi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan mengenai penerimaan laporan bulanan dari Camat ;
“ Sama saja seperti pada kelurahan/desa dari kecamatan kita tidak menerima laporan dari Camat, tapi kita hanya melakukan koordinasi sama kepala Camat jika ada permasalahan dalam pemanfaatan ruang...” (Yani N Lampiran A5)
“ Kami hanya melakukan koordinasi sama Camat dan koordinasi dilakukan hanya setahun sekali....” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
Dari hasil survey responden yang dilakukan semua responden menjawab TIDAK menerima laporan perkembangan pembangunan dari Camat dapat disimpulkan bahwa proses laporan dari Camat tidak terpenuhi.
Tabel III. 8 Tanggapan Responden Mengenai Penerimaan Laporan Tentang KDB yang tidak Sesuai dengan Peraturan Daerah Dari Camat
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi Menerima Laporan
Dari Camat Keterangan Kasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Tidak “ Kita tidak menerima
laporan dari Camat, tapi kita hanya melakukan koordinasi...”
Kabid Bidang Tata Ruang
Tidak “ Kami hanya
melakukan koordinasi sama Camat dan koordinasi dilakukan hanya setahun sekali...” Sumber : Hasil Analisis
C. Menyiapkan Laporan Bulanan Tentang KDB Perumahan yang tidak Sesuai Peraturan Daerah Kepada Bupati/Walikota
Salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yaitu melakukan koordinasi dengan Walikota. Koordinasi dilakukan dengan menyiapkan laporan setiap bulannya kepada bupati/walikota.
Terhadap penyiapan laporan bulanan kepada bupati/walikota, Achyar (Kabid Bina Marga) menyatakan :
“ Ya kami menyiapkan laporan bulanan kepada walikota setelah itu baru kami serahkan laporannya sebagai bahan evaluasi dari kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang yang kami lakukan...” (Achyar, Lampiran A3)
Hal senada dikatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) yang juga mengatakan bahwa Dinas Tata Kota (DTK) menyiapkan laporan kepada bupati/walikota :
“ Ya, Kami menyiapkan laporan perkembangan pembangunan yang terjadi di lapangan dan menyerahkannya atau melaporkan ke walikota dalam bentuk laporan tahunan pengendalian pemanfaatan ruang dengan lampiran-lampiran teguran dan foto...”(Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
Dari kuesioner didapat seluruh responden menjawab YA bahwa Dinas Tata Kota melaksanakan tugasnya yaitu dengan menyiapkan laporan tentang KDB yang tidak sesuai dengan peraturan kepada walikota.
Tabel III. 9 Tanggapan Responden Mengenai Penyiapan Pelaporan KDB yang tidak Sesuai dengan Peraturan yang Berlaku Kepada Bupati/Walikota
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi Penyiapan Laporan
KDB yang tidak Sesuai dengan Peraturan kepada Bupati/Walikota
setiap bulannya Keterangan Kabid Bina Marga Ya “ Ya kami meyiapkan laporan bulanan kepada walikota dan pelaporan ini sebagai bahan evaluasi dari kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang yang kami lakukan…” Kabid Bidang Tata Ruang Ya “ Ya, kami menyiapakn laporan perkembangan pembangunan yang terjadi di lapangan dan menyerahkannya dan melaporkan ke walikota…”
Sumber : Hasil Analisis 2007
D. Penilaian Indikator Menyiapkan Dan Menerima Laporan Secara Obyektif Mengenai Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
Dari hasil analisis indikator berdasarkan kuesioner yang mengacu pada tugas Dinas Tata Kota (DTK), didapat bahwa Dinas Tata Kota (DTK) dalam melaksanakan penyiapan dan penerimaan laporan secara objektif mengenai KDB yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan masih memiliki kekurangan, seperti penyiapan laporan untuk kelurahan, kecamatan, gubernur dan mentri yang belum ada. Dengan belum terlaksananya kegiatan menyiapkan laporan secara objektif mengenai mengenai KDB yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan terutama dalam hal pelaporan dari kelurahan dan
kecamatan kecamatan sesuai dengan pedoman penataan ruang di daerah, maka proses pelaksanaan tugas Dinas Tata Kota (DTK) masih belum efektif.
III.1.4 Mengamati Dan Memeriksa Perubahan Kualitas Tata Ruang Dan Lingkungan Yang Tidak Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang
Salah bentuk tugas dari Dinas Tata Kota (DTK) yaitu melakukan pengamatan dan pemerikasaan lapangan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang ada. Indikator berikut akan melihat apakah Dinas Tata Kota (DTK) melakukan pengamatan dan pemeriksaan kesesuaian antara data eksisting dengan rencana yang telah ditetapkan.
A. Melakukan Pemetaan Terhadap KDB Perumahan yang tidak Sesuai dengan Ketentuan KDB yang telah Ditetapkan.
Salah satu tugas Dinas Tata Kota (DTK) yaitu melakukan pemetaan terhadap pemanfaatan ruang yang ada dilapangan. Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) mengenai tugas Dinas Tata Kota (DTK) dalam pemetaan terhadap KDB perumahan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan ;
“ Kami melakukan pemetaan yang kami lakukan dalam bentuk rencana intensitas bangunan tetapi tidak termasuk bagi perkampungan...” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
Hal senada dikatan oleh Yayat S (Kabid Tata Bangunan) mengenai pemantauan pengawasan pemanfaatan ruang;
“ Ya kami melakukan pemetaan dalam bentuk rencana intensitas bangunan...” (Yayat S, Lampiran A2)
Dari seluruh responden yang berhasil disurvey, seluruh responden menyatakan bahwa Dinas Tata Kota (DTK) melakukan pemetaan terhadap KDB perumahan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dapat disimpulkan bahwa proses pemantauan dalam rangka pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah terpenuhi.
Tabel III. 10 Tanggapan Responden Mengenai Pemantauan Dalam Rangka Pengawasan Pemanfaatan Ruang
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Melakukan Pemantauan dalam
Rangka Pengawasan Pemanfaatan Ruang Keterangan Kabid Bidang Tata Ruang Ya “ Kami melakukan pemantauan dan pemantauan yang kami
lakukan dalam bentuk laporan perkembangan tahunan....” Kepala Bidang Tata Banguna Ya “ Ya kami melakukan pemantauan terhadap pemanfaatan ruang, pemantauan ini dilakukan oleh seksi pengawas pengendalian bangunan...”
Sumber : Hasil Analisis2007
B. Melakukan Peninjauan Lapangan Secara Langsung Terhadap Perumahan Yang KDB Tidak Sesuai dengan Aturan KDB yang telah Ditetapkan.
Salah satu tugas Dinas Tata Kota (DTK) yaitu melakukan pemeriksaan lapangan. Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) mengenai tugas Dinas Tata Kota (DTK) dalam pemeriksaan lapangan;
“ Pemeriksaan lapangan yang telah dilakukan seperti pemeriksaan ijin terhadap industri, perdagangan, tower dan rumah pinggir jalan. Pemeriksaan ini tidak memeriksa sampai ke perkampungan penduduk...” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
Hal senada dikatan oleh Yayat S (Kabid Tata Bangunan) mengenai pemeriksaan lapangan;
“ Ya kami melakukan pemeriksaan lapangan, pemeriksaan lapangan ini dilakukan oleh seksi pengawas pengendalian bangunan...” (Yayat S, Lampiran A2)
Berdasarkan hasil survei dan wawancara dapat disimpulkan bahwa proses pemeriksaan lapangan terhadap pemanfaatan ruang wilayah terpenuhi. Dari seluruh responden yang berhasil disurvey, seluruh responden menyatakan YA, bahwa Dinas Tata Kota (DTK) melakukan pemeriksaan lapangan.
Tabel III. 11 Tanggapan Responden Mengenai Pemeriksaan Lapangan
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Melakukan Pemeriksaan Lapangan Keterangan Kabid Bidang Tata Ruang Ya “Pemeriksaan lapangan
yang telah dilakukan seperti pemeriksaan ijin terhadap industri, perdagangan, tower dan rumah pinggir jalan...” Kepala
Bidang Tata Banguna
Ya “Ya kami melakukan
pemeriksaan lapangan, pemeriksaan lapangan ini dilakukan oleh seksi pengawas pengendalian bangunan....”
Sumber : Hasil Analisis 2007
C. Penilaian Indikator Mengamati dan Memeriksa Perubahan Kualitas Tata Ruang dan Lingkungan yang tidak Sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Dari hasil analisis indikator berdasarkan kuesioner yang mengacu pada tugas Dinas Tata Kota (DTK), didapat bahwa Dinas Tata Kota (DTK) sudah melaksanakan kegiatan pengamatan dan pemeriksaan perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, ini bisa dilihat dari terpenuhinya semua tolok ukur.
Dengan terpenuhinya seluruh tolok ukur, maka dapat disimpulkan bahwa indikator kegiatan pengamatan dan pemeriksaan perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tiak sesuai dengan rencana tata ruang, terpenuhi.
III.1.5 Menilai Perkembangan Kegiatan Pemanfaatan Ruang di Kaitkan dengan Kondisi Rencana Tata Ruang yang Ada
Evaluasi kinerja instansi pemberi izin dilakukan dengan melakukan penilaian kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang yang telah berjalan. Pencapaian indikator ini diukur melalui beberapa tolok ukur yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis dan penilaian terhadap tolok ukur tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam beberapa bagian di bawah ini.
A. Melakukan Pembahasan Atau Rapat Pengambil Keputusan Untuk Penertiban.
Salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yaitu melakukan pembahasan atau rapat pengambilan keputusan untuk penertiban. Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yayat S (Kabid Tata Bangunan), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi mengenai pembahasan atau rapat pengambilan keputusan untuk penertiban di Kelurahan Cipageran;
“ Kami belum pernah melakukan rapat pengambilan keputusan untuk penertiban di Kelurahan Cipageran, kita menunggu hasil revisi RDTR saja ....” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
“ Setahu saya belum pernah melakukan rapat pengambilan keputusan untuk penertiban di Kelurahan Cipageran...” (Yayat S, Lampiran A2)
Dari seluruh responden yang berhasil disurvey, seluruh responden menyatakan Tidak, bahwa Dinas Tata Kota (DTK) tidak melakukan pembahasan atau rapat pengambilan keputusan untuk penertiban. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dapat disimpulkan bahwa proses pembahasan atau rapat pengambilan keputusan untuk penertiban tidak terpenuhi.
Tabel III. 12 Tanggapan Responden Mengenai Pembahasan Atau Rapat Pengambilan Keputusan Untuk Penertiban
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Melakukan Pembahasan Atau Rapat Pengambilan Keputusan
Untuk Penertiban
Keterangan
Kabid Bidang Tata Ruang
Tidak “Kami belum pernah
melakukan rapat pengambilan keputusan untuk penertiban di Kelurahan Cipageran....” Kepala Bidang Tata Bangunan
Tidak “Setahu saya belum
pernah melakukan rapat pengambilan keputusan untuk penertiban di Kelurahan Cipageran...” Sumber : Hasil Analisis 2007
B. Penilaian Indikator Evaluasi Perkembangan Kegiatan Pemanfaatan Ruang di kaitkan dengan Kondisi Rencana Tata Ruang yang Ada
Dari hasil analisis indikator berdasarkan kuesioner yang mengacu pada tugas Dinas Tata Kota (DTK), didapat bahwa Dinas Tata Kota (DTK) belum melaksanakan kegiatan evaluasi perkembangan kegiatan pemanfaatan ruang, ini bisa dilihat dari tidak terpenuhinya tolok ukur. Dengan tidak terpenuhinya tolok ukur dari Dinas Tata Kota (DTK) dalam penilaian perkembangan kegiatan penilaian indikator evaluasi perkembangan kegiatan pemanfaatan ruang, maka dapat disimpulkan bahwa indikator kegiatan penilaian perkembangan kegiatan pemanfaatan ruang, tidak terpenuhi.
III.1.6 Pengenaan Sanksi Dilakukan Berdasarkan Ketentuan-Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku
Salah tugas dari Dinas Tata Kota (DTK) melakukan upaya penertiban di Kelurahan Cipageran apabila terdapat pelanggaran pemanfaatan ruang. Indikator berikut akan melihat apakah Dinas Tata Kota (DTK) melakukan upaya penertiban terhadap pelanggar tata ruang yang ada di Kelurahan Cipageran.
A. Memberikan Surat Teguran Ke-1
Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yani N (Kasi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan mengenai surat teguran ke-1 terhadap pelanggar tata ruang di Kelurahan Cipageran ;
“ Belum pernah memberikan surat teguran ke-1 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran...” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
“ Ya, kami belum pernah memberikan surat teguran ke-1 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran....” (Yani N, Lampiran A5)
Hal senada juga dinyatakan Agus Joko (Kasi Perencanaan), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan mengenai surat teguran ke-1 kali terhadap pelanggar tata ruang ;
“ Ya, belum pernah memberikan surat teguran ke-1 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran...” (Agus Joko, Lampiran A6)
Dari seluruh responden yang berhasil disurvey, seluruh responden menyatakan belum pernah memberikan surat teguran ke-1 kepada masyarakat yang melanggar tata ruang di Kelurahan Cipageran. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dapat disimpulkan bahwa proses pemberian surat teguran ke-1 tidak terpenuhi.
Tabel III. 13 Tanggapan Responden Pemberian Surat Teguran Ke-1
Responden Apakah Dinas Tata Kota (DTK)
Surat Teguran 1 (satu) Keterangan Kabid Bidang
Tata Ruang
Tidak “Belum pernah
memberikan surat teguran ke-1 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran....”
Kepala
Bidang Tata Bangunan
Tidak “Ya, kami belum pernah
memberikan surat teguran ke-1 terhadap
Responden Apakah Dinas Tata Kota (DTK)
Surat Teguran 1 (satu) Keterangan
masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran...”
Kasi
Perencanaan
Tidak “Ya, belum pernah
memberikan surat teguran ke-1 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran...”
Sumber : Hasil Analisis2007
B. Memberikan Surat Teguran Ke-2
Dari isi surat teguran pertama dan kedua sama saja yang isinya hanya memberikan peringatan kepada masyarakat bahwa dia melanggar peraturan dan masyarakat yang melanggar agar segera mentindaklanjuti surat tersebut dengan memperbaiki pelanggaran tersebut.
Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yani N (Kasi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan mengenai surat teguran ke-2 terhadap pelanggar tata ruang ;
“ Kami belum pernah memberikan surat teguran ke-2 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran..” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1)
“ Ya, kami belum pernah memberikan surat teguran ke-2 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran....” (Yani N, Lampiran A5)
Hal senada juga dinyatakan Agus Joko (Kasi Perencanaan), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan mengenai surat teguran ke-2 kali terhadap pelanggar tata ruang ;
“ Ya, Kami belum pernah memberikan surat teguran ke-2 di Kelurahan Cipageran...” (Agus Joko, Lampiran A6)
Dari seluruh responden yang berhasil disurvey, seluruh responden menyatakan belum pernah memberikan surat teguran kedua. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dapat disimpulkan bahwa proses pemberian surat teguran ke-2 tidak terpenuhi.
Tabel III. 14 Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Surat Teguran Ke-2
Responden Apakah Dinas Tata Kota (DTK)
Surat Teguran Kedua Keterangan Kabid Bidang
Tata Ruang
Tidak “Kami belum pernah
memberikan surat teguran ke-2 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran....”
Kasi
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Tidak “Ya, kami belum pernah
memberikan surat teguran ke-2terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran...”
Kasi
Perencanaan
Tidak “Ya, kami belum pernah
memberikan surat teguran ke-2 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang di Kelurahan Cipageran...”
Sumber : Hasil Analisis2007
C. Memberikan Rekomendasi Surat Teguran Ke-3
Pemberian surat teguran ketiga yaitu setelah melakukan pemberian surat teguran ke-1 dan ke-2, kemudian masyarakat yang melanggar tersebut masih tidak merespon maka diberikan surat teguran ke-3. Dinyatakan oleh Didi A. Djamhir (Kabid Tata Ruang) dan Yani N (Kasi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata
Ruang), responden dari Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi menyampaikan mengenai pemberian surat teguran ke-3.
“ Kami melakukan memberikan surat teguran ketiga, dan surat itu juga kami berikan ke SATPOL PP untuk melakukan tindakan terhadap pelanggar tata ruang sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika batas waktu surat teguran ketiga sudah lewat. Untuk di Kelurahan Cipageran kami belum pernah memberikan surat teguran ketiga terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang...” (Didi A. Djamhir, Lampiran A1).
“ Ya, Belum pernah memberikan surat teguran ketiga, kalau di lokasi lain di daerah Gandawijaya kami pernah memberikan surat teguran yang ke-3 ....” (Yani N, Lampiran A5)
Dari seluruh responden yang berhasil disurvey, seluruh responden menyatakan belum pernah memberikan surat teguran ketiga. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dapat disimpulkan bahwa proses pemberian surat teguran ketiga tidak terpenuhi.
Tabel III. 15 Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Surat Teguran Ke-3
Responden
Apakah Dinas Tata Kota (DTK) Memberikan Surat Teguran
Ketiga
Keterangan
Kabid Bidang Tata Ruang
Tidak “Untuk di Kelurahan
Cipageran kami belum pernah memberikan surat teguran ke-3 terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran tata ruang...” Kasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Tidak “Ya, Belum pernah
memberikan surat teguran ke-3, kalau di lokasi lain di daerah Gandawijaya kami pernah memberikan surat teguran yang ke-3...” Sumber : Hasil Analisis2007
D. Penilaian Indikator Pengenaan Sanksi Dilakukan Berdasarkan Ketentuan-Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku
Dari hasil analisis indikator berdasarkan kuesioner yang mengacu pada tugas Dinas Tata Kota (DTK), didapat bahwa Dinas Tata Kota (DTK) sudah melaksanakan kegiatan upaya pengenaan sanksi dengan memberikan peringatan atau teguran terhadap pelanggar tata ruang, yang baru dilakukan oleh Dinas Tata Kota (DTK) hanya baru memberi surat peringatan kepada masyarakat yang baru akan mendirikan atau membangun rumah. Sedangkan yang sudah mempunyai ijin tapi melanggar belum diberikan surat peringatan atau tindakan pengenaan sanksi. Dengan terpenuhinya seluruh tolok ukur dari pengenaan sanksi, maka dapat disimpulkan bahwa indikator kegiatan pengenaan sanksi, terpenuhi.
III.2 Temuan Studi
Setelah melakukan penilaian terhadap pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Konservasi berdasarkan indikator dan tolok ukur yang telah ditentukan, bagian berikutnya menetapkan mengenai temuan tambahan yang diperoleh di lapangan, yang diharapkan bisa memberikan penjelasan terhadap hasil evaluasi pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan konservasi Kelurahan Cipageran. Temuan tambahan berikut diperoleh dari pengamatan penulis, opini yang diungkapkan responden serta bentuk-bentuk temuan lainnya yang ditemui selama menjalankan penelitian.
Berdasarkan indikator dan tolok ukur yang telah ditentukan, dari beberapa tolok ukur yang telah ditentukan terdapat indikator yang terpenuhi, yaitu :
• Pelaksanaan perijinan sesuai dengan mekanisme perijinan yang telah ditentukan,
• Mengamati dan memeriksa perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
Beberapa indikator yang tidak terpenuhi diantaranya yaitu :
• Memberikan informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
• Menyiapkan dan menerima laporan secara obyektif mengenai pelaksanaan pemanfaatan ruang.
• Menilai perkembangan kegiatan pemanfaatan ruang di kaitkan dengan kondisi rencana tata ruang yang ada
• Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun rekapitulasi temuan akhir dari evaluasi terhadap proses pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi dapat dilihat pada Tabel III.16.
Tabel III. 16Rekapitulasi Temuan Studi
Indikator Sub Indikator Tolok Ukur Dipenuhi/Tidak
Dipenuhi Kesimpulan “Memberikan Ijin Perencanaan” yang
telah ditentukan. Dipenuhi
Melaksanakan proses pemberian IPPT (Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah) sesuai aturan.
Memberikan Rekomendasi
Perencanaan yang telah ditentukan. Dipenuhi
Mengesahkan gambar bangunan yang sesuai dengan KDB yang telah ditentukan.
Dipenuhi Pelaksanaan perijinan
sesuai dengan mekanisme perijinan yang telah ditentukan.
Melaksanakan proses IMB
(Ijin Mendirikan Bangunan) sesuai aturan
Memberikan rekomendasi Ijin Mendirikan Bangunan bagi bangunan yang sesuai dengan KDB yang telah ditentukan.
Dipenuhi
Indikator Terpenuhi
Menyampaikan laporan kepada Walikota tentang KDB perumahan yang tidak sesuai peraturan daerah setiap bulan.
Dipenuhi Memberikan informasi
secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
Memberikan informasi mengenai KDB yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Menyampaikan laporan tentang KDB perumahan yang tidak sesuai peraturan kepada instansi terkait setiap bulan.
Tidak Dipenuhi
Indikator Tidak Terpenuhi
Menerima laporan tentang KDB perumahan yang tidak sesuai peraturan daerah dari Kepala Desa/Lurah.
Tidak Dipenuhi Menerima laporan secara
obyektif mengenai pelaksanaan pemanfaatan
ruang. Menerima laporan bulanan tentang
KDB perumahan yang tidak sesuai peraturan daerah dari Camat.
Tidak Dipenuhi Menyiapkan dan menerima
laporan secara obyektif mengenai pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Menyiapkan laporan secara
obyektif mengenai pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Menyiapkan laporan tentang KDB perumahan yang tidak sesuai peraturan daerah kepada Walikota setiap 1 (satu) bulan sekali.
Dipenuhi
Indikator Tidak Terpenuhi
Indikator Sub Indikator Tolok Ukur Dipenuhi/Tidak
Dipenuhi Kesimpulan Mengamati perubahan
kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Melakukan pemetaan terhadap KDB perumahan yang tidak sesuai dengan
ketentuan KDB yang telah ditetapkan. Dipenuhi
Mengamati dan Memeriksa perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang Tidak sesuai dengan rencana tata ruang
Memeriksa perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Melakukan peninjauan lapangan secara langsung terhadap perumahan yang KDB tidak sesuai dengan aturan KDB yang telah ditetapkan.
Dipenuhi
Indikator Terpenuhi
Menilai perkembangan kegiatan pemanfaatan ruang di kaitkan dengan kondisi rencana tata ruang yang ada
Menilai temuan penyimpangan dalam pemanfaatan ruang.
Melakukan pembahasan atau rapat pengambil keputusan untuk penertiban
Tidak Dipenuhi Indikator Tidak
Terpenuhi
Memberikan surat teguran 1 (satu) Tidak Dipenuhi
Memberikan surat teguran 2 (dua) Tidak Dipenuhi
Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengenaan sanksi administrasi terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Memberikan surat teguran 3 (tiga)
Tidak Dipenuhi
Indikator Tidak Terpenuhi
Dari hasil tabel temuan studi diatas dapat diketahui penyebab ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi didalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang yaitu didalam memberikan informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang juga didalam menerima laporan secara obyektif mengenai pelaksanaan pemanfaatan ruang dan melakukan upaya langkah-langkah penertiban terhadap pelanggar-pelangar tata ruang. Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang akan berfungsi secara efektif dan efesien bilamana didasarkan pada sistem pengendalian yang menyediakan informasi yang akurat tentang penyimpangan pemanfaatan ruang yang terjadi di lapangan dan ketegasan untuk memberi reaksi yang tepat bagi penyelesaian simpangan-simpangan yang terjadi di lapangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dari beberapa mekanisme pelaporan kegiatan pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dalam tolok ukur, maka ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) untuk melakukan pengendalian pemanfaatan ruang di Kelurahan Cipageran disebabkan Dinas Tata Kota tidak menerima laporan dari Kelurahan, Kecamatan dan juga Dinas Tata Kota (DTK) tidak melaporkan KDB permasalahan pelanggaran tata ruang ke instansi terkait. Mekanisme pelaporan yang semestinya berlaku sebagai pedoman dalam pengendalian pemanfaatan ruang tidak dijalankan sebagaimana mestinya.
Didalam melakukan pembahasan atau rapat pengambil keputusan untuk penertiban Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi belum pernah melakukan pengambilan keputusan atau upaya-upaya untuk penertiban di Kelurahan Cipageran. Pembahasan atau rapat pengambil keputusan untuk penertiban baru dilakukan untuk daerah Gandawijaya.