• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada. anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada. anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi sampai masa remaja. Perkembangan sendiri diartikan sebagai pertambahan struktur serta fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Depkes, 2005).

Keterlambatan perkembangan merupakan masalah yang sering dijumpai, dimana sekitar tujuh puluh persen diantaranya dapat dicegah dengan skrining yang baik (Ariana, 2012). Pada tahun 2008-2009 didapatkan data prevalensi keterlambatan perkembangan secara global pada anak berusia tiga tahun yang dinilai dengan Ages and Stages Questionnaire (ASQ) sebesar 19,8%. Anak menunjukkan keterlambatan perkembangan pada aspek personal-sosial (42,5%), motorik kasar (38,11%), dan keterampilan memecahkan masalah (34,9%) (Ali et al. 2011).

Keterlambatan perkembangan yang diketahui terlambat akan membuat prognosis yang lebih buruk, hal

(2)

ini dikarenakan keterlambatan perkembangan pada saat anak yang tidak ditangani secara cepat akan menimbulkan keterlambatan perkembangan saat dewasa. (Soetjicingsih, 1995).

Tes skrining yang digunakan untuk memantau perkembangan anak baiknya dilakukan teratur pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 30 bulan. Pada usia sembilan bulan perkembangan keterampilan motorik anak dapat teridentifikasi. Selain hal tersebut, skrining pada usia sembilan bulan juga memberikan informasi mengenai kemampuan visual, pendengaran, dan keterampilan komunikasi awal (vokalisasi dan gestur). Apabila pada usia sembilan bulan anak belum menjalani skrining perkembangan, maka skrining dilakukan pada usia dua belas bulan. Pada usia anak delapan belas bulan, keterlambatan perkembangan bahasa dan komunikasi dapat teridentifikasi. Keterlambatan motorik ringan yang tidak terdeteksi pada usia sembilan bulan, kemungkinan dapat terlihat lebih jelas pada usia delapan belas bulan. Pada usia tiga puluh bulan, sebagian besar keterlambatan perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik dapat teridentifikasi oleh instrumen skrining, yang mendorong dilakukannya evaluasi dan intervensi

(3)

bagi anak yang mengalami kerterlambatan perkembangan (American Academy of Pediatrics, 2006).

Perkembangan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah status gizi anak (Depkes, 2005). Penilaian status gizi sendiri dapat dilakukan menggunakan beberapa cara, salah satunya dengan membandingkan berat badan dan panjang/tinggi badan (WHO.int, diakses 2015). Pada masa balita anak cenderung mulai beraktifitas yang menyebabkan kelelahan dan nafsu makan yang berkurang. Hal inlah yang membuat masa balita merupakan masa rawan. Pada akhirnya pertumbuhan dan perkembangan balita tersebut juga menjadi terhambat. (Muljati, 2002)

Prevalensi status gizi sangat kurus anak usia di bawah lima tahun di Indonesia sendiri pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 yaitu 5,3%. Sedangkan untuk kategori kurus di Indonesia sebanyak 6,8%, sehingga total prevalensi kurus dan sangat kurus di Indonesia masih sebesar 12,1% (Riskesdas, 2013). Masalah status gizi pada masyarakat sendiri dianggap serius apabila prevalensi kurus dan sangat kurus 10,0% sampai 14,0% dan dianggap krisis apabila ≥ 15,0% (WHO, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah gizi di

(4)

Indonesia masih tergolong masalah yang cukup serius, dan perlu diteliti lebih lanjut.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana proporsi status gizi pada anak usia sembilan sampai delapan belas bulan di Kota Yogyakarta?

2. Bagaiamana gambaran perkembangan anak usia sembilan sampai delapan belas bulan di Kota Yogyakarta?

3. Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia sembilan sampai delapan belas bulan di Yogyakarta?

I.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum :

Mengetahui hubungan status gizi terhadap perkembangan.

(5)

2. Tujuan khusus:

a.Mengetahui proporsi status gizi pada anak usia sembilan sampai delapan belas bulan. b.Mengetahui perbandingan perkembangan anak

pada anak usia sembilan sampai delapan belas bulan.

(6)

I.4. KEASLIAN PENELITIAN

No. Judul Peneliti / Tahun Metode Penelitian Hasil Perbedaan 1. Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Anak Balita di Desa Karang Tengah Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Femi Serly Tuhumena 2004 Studi cross-sectional dengan dengan sampel 72 balita di desa Karang Tengah, Imogiri, Bantul. Terdapat hubungan signifikan antara status gizi dengan perkembangan anak (p=0,003) Subjek dan tempat penelitian. 2. Hubungan Berat Badan Lahir, Pemberian ASI Eksklusif, Status Gizi, dan Stimulasi Kognitif dengan Kecerdasan Anak Usia 5-6 Tahun Rini Andarwati, Prawirohartono, Gamayanti 2006 Studi Cross-sectional dengan sampel 50 anak usia 5-6 tahun yang merupakan murid taman kanak-kanak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Analisis multivariate menunjukkan kurangnya stimulasi kognitif merupakan faktor risiko rendahnya skor kecerdasan anak (OR : 15,6; CI 95% : 1,725-141,272), tidak ada hubungan antara berat badan lahir (OR : 1,1 ; CI 95% 0,126-Subjek dan tempat penelitian, variabel terikat yang digunakan berupa kecerdasan.

(7)

9,751), ASI eksklusif (OR : 4,9 ; CI 95% : 0,494-49,054)dan status gizi dengan kecerdasan. 3. Pola Perkembangan Balita di Kotamadia Yogyakarta Menurut Orang Tua Nurhayati 2006 Studi Cross-Sectional dengan sampel 2178 anak usia 0 – 60 bulan. Prevalensi keterlambatan perkembangan pada sampel sebesar 14,9%. Pada kelompok umur 16-18 bulan ditemukan keterlambatan pada 22 anak (26,2%) dan kelompok umur 22-24 bulan sebesar 47 anak (55,3%). Faktor keluarga (pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anak dalam

keluarga, dan nomor urut anak), faktor

kelahiran
 (berat

lahir dan umur

Subjek, tempat penelitian.

(8)

kehamilan), penyakit, dan status gizi tidak berpengaruh pada perkembangan anak. Pekerjaan ayah merupakan faktor protektif dengan OR 0,21 95%CI (0,05 – 0,98) dan jumlah anak dua meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan 1,4 kali dibanding dengan jumlah anak satu dengan 95%CI (1,02 – 1,85) 4. Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Mental dan Psikomotor Anak Usia 12 Sampai 24 Bulan di Daerah Endemis GAKI Sri Desfita, Sudargo, Adiyanti 2007 Studi Cross-Sectional dengan sampel 75 anak usia 12 – 24 bulan. Prevalensi Gizi buruk sebesar 13,33%. Anak dengan status gizi baik memiliki nilai mental development index 2,94 poin lebih tinggi dibanding anak Subjek, tempat penelitian, dan variabel terikat penelitian.

(9)

dengan status gizi buruk. Selain itu, anak dengan gizi baik juga memiliki nilai psychomotor development index 5,37 poin lebih tinggi dibanding anak dengan status gizi buruk. Akan tetapi tidak terdapat hubungan signifikan diantara status gizi terhadap perkembangan mental dan psikomotor anak. 5. Penapisan Perkembangan Anak Usia 6 bulan sampai 3 Tahun dengan Uji Tapis Perkembangan Denver II Robert Sinto, Oktaria, Astuti, Mirdhatillah, Sekartini, Wawolumaya 2008 Studi cross-sectional dengan sampel 120 anak usia 6 bulan sampai 3 tahun Hasil penelitian 65,8% perkembangan anak normal, 25% terjadi keterlambatan perkembangan, dan 9,2% tidak dapat diuji. Terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas dan Subjek dan sampel penelitian

(10)

kuantitas stimulasi dengan hasil

perkembangan Denver II (p=0,033)

6. Hubungan Berat Badan Lahir dan Lama Pemberian ASI eksklusif terhadap Perkembangan Balita Usia 12-24 Bulan (Nopitasari, 2010) Nopitasari 2010 Studi cross-sectional dengan sampel 126 balita di Kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Status gizi yang menunjukkan

hubungan signifikan adalah Berat badan per Usia di mana nilai p=0,037 (OR: 3,457; 95% CI: 1,022-11,696). Subjek dan tempat penelitian, serta variabel bebas. 7. Status Stunted dan Hubungannya dengan Perkembangan Anak Balita di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon Alina Hizni 2010 Studi cross-sectional dengan sampel 166 balita. Pada analisis multivariat menunjukkan bahwa status stunted memiliki risiko lebih besar terhadap perkembangan bahasa anak dibanding indikator perkembangan lainnya. Selain itu, faktor lain yang paling mempengaruhi adalah Subjek dan tempat penelitian, analisis data.

(11)

pekerjaan ibu dan pendidikan ibu. 8. Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas Fetria Laras Nurfika 2010 Studi cross-sectional dengan jumlah sampel 72 anak dengan usia 0 – 12 bulan di Banyumas.

Terdapat hubungan yang signifikan antar status gizi dengan perkembangan anak (p = 0,04) Subjek dan tempat penelitian 9. Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Eka Puspitawati Siti Hanifah 2011 Studi cross-sectional dengan sampel 172 anak siswa taman kanak kanak di

Kotamadya Yogyakarta

Tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi anak dengan perkembangan anak (p=0,31; OR=0,67 95%CI 0,31-1,47) Subjek dan tempat penelitian

(12)

I.5. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini dapat mengetahui frekuensi perkembangan gizi, gambaran perkembangan anak, dan hubungan status gizi terhadap perkembangan anak. Harapannya hasil tersebut dapat ditindaklanjuti oleh tenaga keseharan maupun instansi kesehatan lainnya untuk dapat memberikan penanganan yang sesuai agar dapat mengurangi dan mencegah keterlambatan perkembangan anak khususnya yang disebabkan oleh status gizi yang buruk pada populasi yang diteliti maupun pada populasi lainnya. Selain itu hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk pengembangan penelitian di bidang yang sama di kemudian hari.

Referensi

Dokumen terkait

Trust yang dibangun oleh etnis tionghoa sangat kuat di Kepri dimana dengan budaya Konghucu yang kental serta banyaknya organisasi tionghoa di Kota Tanjungpinang dari

0,006 < 0,05 maka ter- dapat perbedaan rata-rata ( centroid ) yang jelas dari fungsi diskriminan kedua (variabel harga dan kualitas bahan baku pada skala sedang de- ngan

Hasil pengujian minyak kayu putih berdasarkan SNI 06-3954-2001 (Tabel 2) menunjukkan Kualitas minyak kayu putih di Seram Bagian Barat tidak dijumpai adanya

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Prarencana

Sedangkan Hakim menurut Pasal 1 butir (5) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan

Anggota DPR RI yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239 ayat (1) dan Pasal 240 ayat (1) UU Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana yang telah diuraikan

Apabila dokter telah memberikan obat-obat generik dengan harga yang murah dengan syarat memang tepat indikasi untuk penyakit pasien, dan rumah sakit selalu

Perjanjian Kerjasama antara Depkes RI dengan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Askes Nomor 213/MENKES/PKS/III/2008 (Nomor 41/KTR/0308) tentang Manajemen Kepesertaan