• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KAYULAPIS

Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

Penulis: : Prof. Ir. Tibertius Agus Prayitno, MFor., PhD.

Edisi Pertama

Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta  2012 pada penulis,

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta 55283

Telp. : 0274-889836; 0274-889398 Fax. : 0274-889057

E-mail : info@grahailmu.co.id

Prayito, Tibertius Agus, Prof. Ir., MFor., PhD.

KAYULAPIS; Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau/Prof. Ir. Tibertius Agus Prayitno, MFor., PhD.

- Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2012 viii + 128 hlm, 1 Jil.: 26 cm.

ISBN: 978-979-756-895-5

(5)

Kayulapis adalah produk penyumbang devisa Negara yang cukup besar setelah produk minyak pada era Order Baru. Jumlah Industri kayulapis pada era tersebut sampai mencapai 120 pabrik dengan kapasitas produksi sebesar 25 juta m3 per tahun. Dengan jumlah pabrik kayulapis seperti itu maka pasokan kayulapis dunia sebagian besar dipenuhi oleh Indonesia. Kondisi seperti ini diharapkan lestari sesuai dengan konsep pengelolaan hutan lestari dan pengelolaan industri kayu secara lestari dan pengelolaan industri kayu secara lestari pula. Berbagai usaha menuju kelestarian diundangkan dan diatur dengan peraturan menteri oleh Departemen Kehutanan pada saat itu seperti menebang hutan alam dengan AAC (Annual Allowable Cut) dan TPI (Tebang Pilih Industri), permudaan hutan dan pemuliaan dan peningkatan riap hutan dengan enrichment planning, dengan sistem TPII (Te-bang Pilih Tanam Indonesia) dan perkem(Te-bangan sistem kelestarian hutan yang dikem(Te-bangkan secara terus menerus. Tetapi apa yang terjadi pada waktu perpindahan pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi? Ternyata hal-hal yang dibayangkan dengan konsep lestari tidak pernah terwujud dan bukti-bukti menunjukkan bahwa aspek kelestarian tidak dipenuhi baik di tingkat hutan sebagai pemasok kayu dan pabrik yang mengolah kayu menjadi kayulapis. Dengan demikian industri kayu-lapis terpuruk dan menurun terus menerus sampai sekarang. Saat ini hanya beberapa gelintir industri kayukapis yang lestari pasokan kayunya dan produksi kayulapisnya.

Walaupun industri kayulapis sudah menuju ke titik yang paling bawah, semangat kelestarian hutan dan industri kehutanan harus tetap dipertahankan. Perlu ditinjau kembali teknologi industri kayula-pis yang benar-benar efisien dengan rendemen tinggi, tidak boros kayu, efektif dala memproduksi kayulapis, memenuhi persyaratan kelestarian produk, memperoleh pasokan kayu dari hutan tanaman yang kemudian lahan habis tebangnya ditanam kembali serta memenuhi persyaratan legalitas paso-kan kayu, menunjukpaso-kan keruntutan proses yang dapat dilacak kembali (wood tracking) dan akhirnya

(6)

vi Kayulapis; Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

diharapkan memenuhi persyaratan produk hujau (green products). Buku ini menyajikan kembali teknologi kayukapis awal dan perkembangannya sampai sekarang dan bagaimana memenuhi syarat sertifikasi kelestarian dan akhirnya dapat dikelompokkan ke dalam produk hijau sehingga ikut ber-peran dan berkontribusi dalam pelestarian lingkungan hidup.

Tidak ada karya yang sempurna. Penulis menyadari hal ini sepenuhnya sehingga saran dan kritik dari pembaca akan diterima dengan senang hati untuk memperbaiki isi buku ini. Semoga buku ini menggugah kalangan kehutanan untuk menuju produk hijau, sertifikasi kelestarian dan lacak balak. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Majelis Guru Besar (MGB) Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan dorongan moral dan finansial mulai dari persiapan sampai penulisan buku ini.

(7)

DAFTAR ISI

PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

BAB 2 PERMULAAN TENTANG KAYULAPIS 7

2.1. Definisi Kayulapis 7

2.2. Diversifikasi Produk Kayulapis 10

2.3. Keuntungan Kayulapis 15

2.4. Jenis Kayu untuk Kayulapis 26

2.5. Sifat Kayulapis Lain 27

2.6. Sejarah Industri Kayulapis Indonesia 30

BAB 3 PROSES PEMBUATAN KAYULAPIS 33

3.1. Persiapan Balok Kupas dan Balak Sayat 35

3.2. Pemanasan Balok Kupas dan Balak Sayat 39

(8)

viii Kayulapis; Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

3.4. Penggulungan Venir 62

3.5. Pemotongan Venir 63

3.6. Pemilahan dan Penumpukan Venir 66

3.7. Pengeringan Venir 67

3.8. Penyambungan dan Perbaikan Venir 77

3.9. Penentuan Kualitas Venir 79

3.10. Perakitan dan Persiapan Pelaburan Venir 80

3.11. Pelaburan Perekat 81

3.12. Pengempaan Dingin Rakitan Venir 83

3.13. Pengempaan Panas Rakitan Venir 84

3.14. Pemotongan Pinggir 85

3.15. Perbaikan Visual dengan Pendempulan 85

3.16. Pengampelasan 87

3.17. Pengujian Kayulapis 88

3.18. Cacad Kayulapis 89

3.19. Emisi Formaldehida dan Bahan Mudah Menguap Lain 94

3.20. Pengepakan 95

BAB 4 PENGENDALIAN KUALITAS KAYULAPIS 99

4.1. Standar Kualitas 101

4.2. Statistik Kualitas 103

4.3. Biaya Kualitas 109

BAB 5 SERTIFIKASI INDUSTRI KAYULAPIS 111 BAB 6 KAYU LAPIS SEBAGAI PRODUK HIJAU 115

(9)

1

Pendahuluan

I

ndustri pengolahan kayu atau sering disebut lebih singkat dengan industri perkayuan atau industri kehutanan adalah industri yang mengolah hasil hutan berupa kayu atau bahan berkayu (biasanya hasil hutan atau hasil perkebunan, limbah pertanian dan lainnya) menjadi berbagai bentuk produk baik yang masih menampakkan sifat fisik kayu maupun produk yang sudah tidak menampakkan sifat fisik kayu. Produk industri perkayuan yang masih menampakkan sifat fisik kayu adalah kayu gergajian, kayulapis, papan partikel kayu, papan untaian dan lain sebagainya. Produk industri perkayuan yang tidak menampakkan sifat fisik kayu adalah pulp, kertas, produk kimia dari kayu seperti etanol, asap cair, poliphenol dan produk lainnya. Industri kayu yang paling tua di dunia adalah penggergajian kayu yang menghasilkan kayu gergajian. Industri penggergajian kayu merupakan industri yang mengubah dimensi kayu bulat hasil tebangan pohon menjadi dimensi yang sesuai dengan penggunaannya seperti balok gergajian, papan gergajian atau dimensi tertentu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya dan perkayuan pada khususnya serta perubahan pandangan manusia terhadap lingkungan mengakibatkan adanya pergeseran industri penggergajian menjadi industri perkayuan lainnya. Walaupun begitu industri penggergajian biasanya selalu menempel atau merupakan kegiatan awal dari industri perkayuan lainnya. Saat ini dengan dasar efisiensi pengolahan kayu, industri perkayuan bergeser dari penggergajian ke industri perekatan kayu seperti kayulapis. Penggergajian kayu sangat dekat dengan kehidupan masyarakat di pedesaan atau masyarakat di sekitar hutan sehingga industri penggergajian kayu merupakan industri yang dikenal sejak manusia mengenal dan memanfaatkan kayu. Di lain pihak industri kayu yang mengubah kayu bulat menjadi kayulapis merupakan industri yang relatif maju dan lebih kompleks karena membutuhkan bantuan perekat untuk memproduksi kayulapis. Industri kayulapis ini lebih sulit untuk dipahami oleh masyarakat luas walaupun kayulapis dan produk perekatan lainnya sudah mulai dikenal sejak dipasarkan pada awal abad 20. Di Indonesia kegiatan penggergajian ini dapat dilihat dari perkembangan penggergajian

PENDAHULUAN

(10)

2 Kayulapis; Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

tradisional dan bersifat lokal sejak bangsa Indonesia menggunakan kayu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti rumah, pegangan alat pertanian dan bahkan alat perang. Industri ini sudah berjalan baik dengan mesin maupun dengan tenaga manusia dalam waktu yang lama dan mampu memberikan kepuasan kepada manusia pengguna kayu. Dengan penggergajian, sebuah batang kayu bulat dari penebangan pohon dapat dikonversi menjadi kayu persegi (sawn wood) yang sesuai dengan ukuran yang digunakan dalam pembuatan rumah, perabot atau furniture dan penggunaan lain. Di lain pihak industri kayulapis mencoba memberikan perubahan sifat fisika kayu, bentuk papan dan sifat lain yang benar-benar berbeda dengan sifat kayu aslinya.Suatu negara yang melihat kelebihan sifat produk kayulapis terhadap sifat produk penggergajian berusaha memberikan peluang berkembangnya industri kayulapis ini walaupun tetap harus mempertahankan industri penggergajian bagi penggunaan kayu tertentu seperti kayu untuk bangunan, konstruksi atau untuk perumahan. Pada era Orde Baru Indonesia telah mendorong industri perkayuan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) produk kehutanan. Pada saat itu industri kayulapis menjadi pilihan sehingga produksi kayulapis Indonesia menjadi sangat tinggi dan kemudian diekspor ke berbagai negara di dunia. Penjualan kayulapis keluar negeri mampu melampui ekspor produk industri penggergajian kayu seperti kayu gergajian (sawn wood) untuk konstruksi berat, sedang dan ringan serta kayu gergajian untuk mebel (Tambunan, 2006).

Di Indonesia, kayulapis adalah produk industri utama dalam bidang kehutanan pada era Orde Baru sampai awal Orde Reformasi. Pada saat ini, industri pulp dan kertas muncul sebagai industri pengolahan kayu yang utama. Pada pemerintahan presiden Soeharto (era Orde Baru), industri ka-yulapis merupakan induk industri perkayuan sebelum sebuah perusahaan pengolah kayu mengem-bangkannya ke industri papan partikel, papan serbuk dan papan serat serta papan tiruan lainnya. Penggunaan kayu sebagai bahan energi dalam bentuk kayu bakar maupun pembuatan briket arang menjadi pilihan kedua atau ketiga karena energi kayu sebagai tujuan akhir pemanfaatan kayu secara tradisional bukan merupakan barang baru. Produksi kayulapis meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan penambahan jumlah pabrik yang menghasilkan kayulapis itu sendiri. Produksi kayulapis juga meningkat karena perkembangan dan perluasan suatu industri kayulapis yang ada berupa peningkatan kapasitas produksi menuju ke kapasitas terpasangnya dan atau terjadinya penambahan jalur produksi baru (new production lane) dalam rangka peningkatan kapasitas terpasang pabrik. Pada tahun 1985 jumlah industri kayulapis di Indonesia yang memproduksi kayulapis standar dengan ketebalan 4mm dan ukuran lebar dan panjang 4’ x 8’ (4 kaki x 8 kaki) tercatat sebanyak 101 buah pabrik dengan kapasitas terpasang sebesar 6,228 juta m3 dan kapasitas produksi berjalan sebesar 4,983 juta m3 (APKINDO, 1984;1986). Pada tahun 1994 (kurang lebih sepuluh tahun kemudian), jumlah industri kayulapis sejenis bertambah menjadi 124 buah pabrik dan tersebar di seluruh Indonesia dimulai dari Indonesia bagian barat yaitu di pulau Sumatra, kemudian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan bahkan di kawasan paling timur Indonesia yaitu di Irian Jaya (Sutigno, 1980).

Peningkatan produksi dan penambahan jumlah pabrik industri kayulapis Indonesia menjadi kenyataan dikarenakan kebijakan pemerintah Orde Baru untuk menghentikan ekspor kayu bulat dan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjalankan program yang menggunakan dynamic library, kita perlu menambahkan direktori library yang akan digunakan, ke variabel environment LD_LIBRARY_PATH, sehingga pada

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengadakan penelitian terkait dengan keberadaan Obyek Wisata Banten Lama dan pengaruhnya terhadap perilaku sosial

Oleh karena itu, pada tulisan ini diberikan sifat yang dapat digunakan untuk mencari generator untuk suatu P yang tidak diketahui, yaitu melalui presentasi grup lain yang

Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah menggambarkan fakta apa adanya dengan cara yang sistematis dan akurat,

Suatu semi ring R merupakan sebuah himpunan tak kosong R yang dilengkapi dengan dua buah operasi biner yakni penjumlahan dan pergandaan yang memenuhi R adalah

Pertama, optimalisasi pengembangan diri untuk mendongkrak prestasi (vokasional) sekolah dapat dilakukan dengan memosisikan kegiatan ekstrakurikuler setara

“Setiap karyawan selalu melakukan penyerahterimaan tugas berikutnya dalam setiap jadwal pergantian jam kerja mereka masing-masing setiap hari selama 5 hari kerja dalam seminggu,

Skripsi ini memuat tentang konsep prinsipil dari prinsip pembangunan berkelanjutan secara umum dan penerapannya dalam suatu deklarasi bersama yakni Deklarasi Rio Branco yang