• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PAKAN BASAL KAMBING KACANG FASE PERTUMBUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PAKAN BASAL KAMBING KACANG FASE PERTUMBUHAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI

PAKAN BASAL KAMBING KACANG FASE PERTUMBUHAN

(Utilization of Oil Palm Fronds as Basal Feed for Kacang Goats

on Growing Phase)

KISTON SIMANIHURUK,JUNJUNGAN danANDI TARIGAN Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1, Sungei Putih, Galang 20585

ABSTRACT

Oil palm fronds is one of oil palm by-products on farm which is potential to be used as goat basal feed. Twenty five male kacang goats (average initial body weight 12.65±1.78 kg) were used in an experiment to study the effect of utilization of oil palm fronds as basal feed as substitution of grass on their growth. The experiment was arranged in completely randomized design consisting of 5 diets and 5 replications. Animal were randomly allocated into 5 diets (ratio of grass and oil palm fronds are 40%:0%, 30%:10%, 20%:20%, 10%:30% and 0%:40% as feed treatments of R0, R1, R2, R3 and R4, respectively). Each diet contains 14% crude protein and metabolism energy 2460 Kcal/kg. The feeding level was set at 3.8% of body weight based on dry matter. The results of the experiment showed that all variables observed were not affected by feed treatments (P > 0.05). The highest dry matter intake (470.14 g/h/d) and average daily gain (58.44 g/h/d) were found in R1 treatment. The highest feed efficiency (0.128) and income over feed cost (Rp 67,254/h) were found in R0 treatment. It was concluded that oil palm fronds can be used till 40% as basal feed for kacang goats. Oil palm fronds is one of alternative basal feed to substitute grass.

Key Words: Palm Frond, Basal Diet, Kacang Goat

ABSTRAK

Pelepah kelapa sawit merupakan limbah padat yang berasal dari perkebunan kelapa sawit memiliki potensi untuk digunakan sebagai pakan basal ternak kambing. 25 ekor kambing kacang jantan sedang tumbuh (rataan bobot hidup awal 12,65 ± 1,78) digunakan dalam suatu penelitian untuk mempelajari pengaruh pemanfaatan pelepah kelapa sawit sebagai pakan basal pengganti rumput terhadap pertumbuhannya. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri atas 5 perlakuan pakan dan 5 ulangan. Ternak secara acak dialokasikan kedalam perlakuan pakan yaitu perbandingan komposisi rumput lapang dan pelepah kelapa sawit adalah: 40 : 0%, 30 : 10%, 20 : 20%, 10 : 30% dan 0 : 40% berturut-turut sebagai perlakuan pakan R0, R1, R2, R3 dan R4. Semua perlakuan pakan memiliki kandungan protein kasar 14% dan ME 2460 Kkal/kg. Pemberian pakan sebanyak 3,8% dari bobot hidup berdasarkan bahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering, pertambahan bobot hidup, efisiensi penggunaan pakan dan income over feed cost tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan (P > 0,05). Konsumsi bahan kering

pakan dan pertambahan bobot hidup harian tertinggi diperoleh pada perlakuan R1 yaitu 470,14 g/ekor/hari dan 58,44 g/ekor/hari. Efisiensi penggunaan pakan dan income over feed cost tertinggi diperoleh pada

perlakuan R0 yaitu 0,128 dan Rp. 67.254/ekor. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pelepah kelapa sawit dapat digunakan sampai 40% sebagai pakan basal ternak kambing, dan merupakan pakan basal alternatif untuk menggantikan rumput.

Kata Kunci: Pelepah Kelapa Sawit, Pakan Basal, Kambing Kacang

PENDAHULUAN

Sistem produksi ternak kambing di Indonesia pada umumnya secara tradisional, dimana pemberian pakan bergantung kepada hijauan makanan ternak yang tersedia, dengan

sedikit atau tanpa pakan tambahan (TOMASZEWSKAet al., 1993). Secara fisiologis

ternak kambing harus mengkonsumsi hijauan sebagai sumber serat untuk kepentingan fermentasi di dalam rumen.

(2)

Di sisi lain, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir usaha ternak ruminansia menghadapi tantangan akibat penyusutan lahan. Lahan pertanian dan peternakan sebagai sumber pakan basal/dasar sering terpaksa menyerah kalah terhadap ekspansi kota, jalan raya pemukiman (perumahan), industri dan sarana olah raga. Seiring dengan susutnya lahan maka produksi hijauan akan berkurang. Sementara itu usaha ternak ruminansia dituntut untuk memacu produksi guna memperkecil kesenjangan antara permintaan dan penawaran. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pemanfaatan sumber bahan pakan basal baru yang lebih murah, cukup tersedia berkesinambungan dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.

Perkebunan kelapa sawit sampai saat ini terus berkembang hampir di semua propinsi di Indonesia sehingga luasannya terus meningkat. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia 3.300.000 ha (BPS, 2004). Propinsi Sumatera Utara memiliki perkebunan kelapa sawit yang paling luas dibanding dengan propinsi lain yang ada di Indonesia. Sebanyak 775.000 ha (23,5%) dari total perkebunan kelapa sawit Indonesia terdapat di propinsi Sumatera Utara. Salah satu produk limbah padat perkebunan kelapa sawit yang belum banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah pelepah kelapa sawit. Produksi kelapa sawit ini terkonsentrasi pada satu kawasan dalam jumlah yang berlimpah dan tersedia sepanjang tahun (SUTARDI, 1996) sehingga memiliki peluang yang besar sebagai pemasok bahan baku pakan. Pada saat panen tandan buah segar, 1 – 2 helai pelepah kelapa sawit dipotong dengan tujuan memperlancar penyerbukan dan mempermudah panen berikutnya. Produksi pelepah kelapa sawit yang telah berproduksi dapat mencapai 40 – 50 pelepah/pohon/tahun dengan bobot pelepah sebesar 4,5 kg berat kering per pelepah. Dalam satu hektar kelapa sawit diperkirakan dapat menghasilkan 6400 – 7500 pelepah per tahun, sehingga di Sumatera Utara dengan luasan perkebunan kelapa sawit 775.000 ha akan dapat menghasilkan 22.320.000 – 26.156.250 ton berat kering pelepah kelapa sawit per tahun.

Kandungan nutrien yang terdapat pada pelepah kelapa sawit seperti; bahan organik, serat deterjen netral sebesar 62 – 73% dan serat deterjen asam sebesar 31 – 42% relatif

sebanding dengan zat nutrisi rumput. Meskipun kandungan protein kasar pelepah kelapa sawit (4,7%) lebih rendah dibandingkan dengan protein kasar rumput (10,07 – 13,87%) (ALIMON dan HAIR-BEJO, 1996; SIRAIT et al.,

2005). Nilai kecernaan bahan kering pelepah kelapa sawit adalah 51%, relatif sama dengan rumput alam yang mencapai 50 – 54% (ISHIDA

dan HASAN, 1992; PURBA et al., 1997).

Berdasarkan kandungan nutrien dan nilai kecernaan pelepah kelapa sawit tersebut, maka energi pelepah kelapa sawit diperkirakan hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga untuk pertumbuhan, bunting dan laktasi diperlukan pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi. Kandungan energi yang relatif sebanding antara rumput alam dengan pelepah kelapa sawit ini, menunjukkan bahwa pelepah kelapa sawit berpeluang untuk digunakan sebagai substitusi rumput dalam ransum pakan ruminansia.

PURBA et al., (1997) melaporkan bahwa

pemberian pelepah kelapa sawit sebanyak 40% dalam komponen pakan memberikan pertambahan bobot hidup domba sebesar 54 g/ekor/hari. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian pemanfaatan pelepah kelapa sawit sebagai pakan basal ternak kambing. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh substitusi rumput dengan pelepah sawit sebagai pakan basal kambing kacang jantan fase pertumbuhan.

MATERI DAN METODE Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan dan laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih.

Ternak kambing

Dua puluh lima ekor kambing kacang jantan sedang tumbuh (umur 6 – 7 bulan) dengan bobot hidup 12,65 ± 1,89 kg, ditempatkan dalam kandang individu, dilengkapi dengan palka yang terbuat dari papan. Air minum disediakan secara bebas dalam ember plastik hitam berkapasitas 5 liter.

(3)

Ternak secara acak dialokasikan ke dalam 5 perlakuan pakan (5 ekor per perlakuan).

Perlakuan pakan

Pelepah kelapa sawit diperoleh dari sekitar kecamatan Galang, dengan kisaran umur tanaman 6 – 10 tahun. Pelepah kelapa sawit yang digunakan hasil dari pemangkasan pelepah saat pemanenan tandan buah. Dilakukan pengolahan secara fisik terhadap pelepah kelapa sawit, dicacah dengan menggunakan mesin pencacah sehingga dihasilkan pelepah kelapa sawit dalam bentuk yang lebih ringkas dan halus. Disusun 5 jenis formula pakan yang iso energi (ME 2.460 Kkal/kg) dan iso protein (14%) dengan perbandingan komposisi rumput lapang dan pelepah kelapa sawit adalah: 40 : 0%, 30 : 10%, 20 : 20%, 10 : 30% dan 0 : 40% (berdasarkan bahan kering) berturut-turut sebagai perlakuan pakan R0, R1, R2, R3 dan R4 (Tabel 1). Komposisi konsentrat untuk semua perlakuan adalah 60% (berdasarkan bahan kering). Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan bahan kering pakan untuk setiap ekor kambing dan diasumsikan bahwa kebutuhan adalah sebesar 3,8% dari bobot

hidup berdasarkan bahan kering (NRC, 1981). Konsentrat dan pelepah kelapa sawit diberikan kepada ternak pada pagi hari (jam 09.00 WIB), rumput diberikan pada sore hari (jam 16.00 WIB). Ternak dibiarkan beradaptasi dengan perlakuan pakan selama 1 bulan sebelum pengumpulan data dilakukan.

PEUBAH YANG DIAMATI

Peubah yang diamati adalah konsumsi bahan kering pakan, pertambahan bobot hidup harian (PBHH), efisiensi penggunaan pakan dan nilai income over feed cost (IOFC).

Pengamatan jumlah konsumsi dilakukan setiap hari dengan cara menimbang jumlah pakan yang diberikan dan sisa pada keesokan harinya. Pertambahan bobot hidup harian dihitung berdasarkan data bobot hidup yang diperoleh dari penimbangan ternak setiap minggu selama 3 bulan masa pengamatan. Efisiensi penggunaan pakan dihitung berdasarkan data pertambahan bobot hidup per unit bahan kering pakan yang dikonsumsi. Nilai income over feed cost diperoleh berdasarkan perhitungan dari

harga penjualan ternak setelah dikurangi biaya pakan.

Tabel 1. Susunan pakan penelitian dengan komposisi rumput dan pelepah sawit yang berbeda (berdasarkan bahan kering)

Perlakuan pakan Harga/kg*

Bahan pakan R0 R1 R2 R3 R4 --- % --- Dedak halus 17 10 5 3 5 1300 Jagung 6 5 4 2 0 1800 Bungkil kelapa 27 33,5 39 39 35 1200 Tepung ikan 1 1 1 1 1 6000 Molases 5 6,5 7 10,75 14,4 750 Urea 1 1 1 1,25 1,6 2500 Ultra mineral 1 1 1 1 1 4000 Garam 1 1 1 1 1 2000 Tepung tulang 1 1 1 1 1 2500 Rumput lapangan 40 30 20 10 0 200

Pelepah kelapa sawit 0 10 20 30 40 200

Jumlah 100 100 100 100 100

Harga pakan/kg 940,50 920,75 907,50 879,88 858,00 * Harga yang berlaku pada tahun 2006

(4)

Analisis kimia sampel pelepah kelapa sawit, rumput dan konsentrat dilakukan sesuai dengan metode analisis proksimat. Analisis protein kasar dilakukan dengan cara mengukur kandungan total nitrogen contoh dengan menggunakan macro-KJEDAHL (AOAC, 1990).

Analisis kandungan serat (serat detergen netral/NDF dan serat detergen asam/ADF) ditentukan menurut metode GOERING dan VAN

SOEST (1970), kandungan energi ditentukan

dengan menggunakan alat bomb kalorimeter, sedangkan kandungan abu dilakukan dengan membakar contoh dalam tanur dengan suhu pembakaran 600°C selama 6 jam.

Data yang diperoleh diolah dengan analisis keragaman (ANOVA), mengikuti pola

rancangan acak lengkap menurut petunjuk SAS (1987). Bila hasil analisis keragaman menunjukkan terdapat pengaruh nyata (P < 0,05) dari perlakuan terhadap peubah yang diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji polinomial kontras orthogonal (STEEL dan

TORRIE, 1993). Model linear analisis

keragaman adalah:

Yij = µ + αij + εij.

dimana:

Yij = respon peubah yang diamati

µ = rataan umum

αij = pengaruh pakan ke-i pada ulangan ke-j εij = pengaruh komponen galat

i = 1, 2, 3, 4,5 dan j = 1, 2, 3, 4, 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimiawi pakan penelitian

Kompisisi kimiawi pelepah kelapa sawit, rumput dan kelima konsentrat penelitian

disajikan pada Tabel 2. Kandungan protein kasar, NDF dan ADF pelepah kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini adalah berturut-turut 3,44, 71,90 dan 43,36%, hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan yang didapatkan ALIMON dan HAIR-BEJO (1996)

yaitu berturut-turut 4,7, 78,7 dan 55,6%. Kandungan protein kasar rumput yang digunakan pada penelitian ini adalah 11,24%, hasil ini relatif sama dengan yang dilaporkan SIRAIT et al. (2005) yaitu 10,07 – 13,78%.

Kandungan protein kasar konsentrat kelima perlakuan pakan tidak sama yaitu berkisar antara 16,39 – 22,48%, keadaan ini berlaku sesuai dengan komposisi bahan konsentrat yang telah ditentukan sebelumnya (Tabel 1). Hal ini dilakukan untuk mensubstitusi rendahnya kandungan protein kasar pelepah kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini. Kandungan bahan kering, abu, lemak kasar dan serat kasar konsentrat kelima perlakuan pakan relatif sama. Bahan kering berkisar antara 90,21 – 90,93%, abu berkisar antara 12,88 – 14,85%, lemak kasar berkisar antara 11,99 – 12,18% dan serat kasar berkisar antara 9,39 – 11,31%.

KONSUMSI BAHAN KERING PAKAN Rataan konsumsi bahan kering pakan selama penelitian adalah 424,66; 470,14; 463,13; 452,74 dan 431,73 g/ek/hr berturut-turut untuk perlakuan R0, R1, R2, R3 dan R4 seperti disajikan dalam Tabel 3. Konsumsi bahan kering tertinggi diperoleh pada perlakuan R1 yaitu 470,14 g/ekor/hari, sedangkan yang terendah pada perlakuan R0 yaitu 424,66 g/ekor/hari. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa konsumsi Tabel 2. Komposisi kimiawi pelepah kelapa sawit, rumput dan kelima konsentrat penelitian

Uraian GE Kkal/ kg (%) BK Abu (%) (%) PK (%) LK NDF (%) ADF (%) (%) SK

PKS 2.834 27,32 9,73 3,44 3,23 71,90 43,36 - Rumput 3.215 11,12 10,91 11,24 6,32 67,18 31,00 - Konsentrat R0 - 90,56 12,88 16,39 11,99 - - 9,39 Konsentrat R1 - 90,79 14,85 18,08 11,64 - - 10,22 Konsentrat R2 - 90,93 13,67 19,36 11,96 - - 11,11 Konsentrat R3 - 90,21 13,77 21,01 12,18 - - 11,15 Konsentrat R4 - 90,46 14,36 22,48 11,87 - - 11,31

(5)

Tabel 3. Konsumsi bahan kering pakan

Perlakuan (g/ekor/hari) Konsentrat (g/ekor/hari) PKS (g/ekor/hari) Rumput (g/ekor/hari) Total R0 (konsentrat 60% + rumput 40% + PKS 0%) 262.14 - 162,53 424,66 R1 (konsentrat 60% + rumput 30% + PKS 10%) 260,58 102,06 107,50 470,14 R2 (konsentrat 60% + rumput 20% + PKS 20%) 261,37 124,25 78,51 464,13 R3 (konsentrat 60% + rumput 10% + PKS 30%) 258,27 155,52 38,95 452,74 R4 (konsentrat 60% + rumput 0% + PKS 40%) 259,04 172,69 - 431,73

PKS = Pelepah kelapa sawit

bahan kering pakan tidak dipengaruhi oleh substitusi rumput dengan pelepah kelapa sawit (P > 0,05). Tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap konsumsi bahan kering pakan diduga terkait dengan kandungan protein konsentrat pada perlakuan pakan R1, R2, R3 dan R4 dapat mensubstitusi protein pelepah kelapa sawit yang cukup rendah sehingga kandungan protein kelima pakan perlakuan relatif sebanding. LU dan POTCHOIBA, 1990

melaporkan kandungan protein pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pada ternak kambing. Keadaan ini menunjukkan bahwa pelepah kelapa kelapa sawit memiliki palatabilitas yang cukup baik untuk digunakan sebagai pakan dasar ternak kambing.

Total konsumsi pakan pada perlakuan R2, R3 dan R4 lebih rendah dibandingkan dengan R1. Keadaan ini berlaku terkait dengan kandungan NDF yang tinggi pada pelepah kelapa sawit. MC DONALD et al. (2002)

menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah kandungan NDF bahan pakan yang digunakan.

PURBA et al. (1997) melaporkan bahwa

pemberian pelepah kelapa sawit sebanyak 40% dalam komponen pakan domba, konsumsi bahan keringnya sebesar 459 g/ek/hr, angka ini relatif sama dengan perlakuan pakan R3 (konsentrat 60% + Rumput 10% + pelepah kelapa sawit 30%) pada penelitian ini yaitu 452,74 g/ekor/hari.

Pertambahan bobot hidup

Rataan pertambahan bobot hidup harian selama penelitian adalah 57,33, 58,44, 55,33, 48,67 dan 50,22 g/ekor/hari berturut-turut untuk perlakuan R0, R1, R2, R3 dan R4 seperti dcantumkan dalam Tabel 4. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup harian tidak pengaruhi oleh substitusi rumput dengan pelepah kelapa sawit (P > 0,05). Tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap pertambahan bobot hidup harian terkait dengan konsumsi bahan kering yang juga tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan, selain itu juga karena jumlah pemberian konsentrat ke lima perlakuan pakan adalah sama (60% dari total pemberian pakan). Disamping itu juga karena diduga komposisi kimiawi pakan pada semua perlakuan penelitian relatif sama, sehingga ketersediaan zat-zat makanan untuk kebutuhan tubuh juga relatif sebanding. Berdasarkan hasil analisis kimia kandungan protein kasar keempat perlakuan pakan berkisar antara 16,39 – 22,48%. Keadaan ini menunjukkan bahwa meskipun protein kasar pelepah kelapa sawit (3,44%) lebih rendah dibandingkan dengan protein kasar rumput (11,12%), tetapi dapat disubstitusi oleh bahan konsentrat yang digunakan.

PURBA et al., (1997) melaporkan bahwa

pemberian pelepah kelapa sawit sebanyak 30% dalam komponen pakan domba, pertambahan

(6)

Tabel 4. Rataan pertambahan bobot hidup kambing kacang

Perlakuan pakan Bobot awal (kg) Bobot akhir (kg) PBHH (g/ekor/hari) R0 (konsentrat 60% + Rumput 40% + PKS 0%) 12,62 17,78 57,33 R1 (konsentrat 60% + Rumput 30% + PKS 10%) 12,64 17,90 58,44 R2 (konsentrat 60% + Rumput 20% + PKS 20%) 12,66 17,64 55,33 R3 (konsentrat 60% + Rumput 10% + PKS 30%) 12,66 17,04 48,67 R4 (konsentrat 60% + Rumput 0% + PKS 40%) 12,66 17,18 50,22

PBHH = Pertambahan bobot hidup harian PKS = Pelepah kelapa sawit

bobot hidup hariannya sebesar 50 g/ekor/hari, angka ini relatif sama dengan perlakuan pakan R4 (konsentrat 60% + Rumput 0% + pelepah kelapa sawit 40%) pada penelitian ini yaitu 50,22 g/ekor/hari.

EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN Efisiensi penggunaan pakan erat kaitannya dengan konsumsi pakan dan pertambahan bobot hidup yang dihasilkan ternak, karena efisiensi penggunaan pakan adalah rasio antara pertambahan bobot hidup dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Khususnya pada ternak ruminansia, efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh kualitas dan nilai biologis pakan, besarnya pertambahan bobot hidup dan nilai kecernaan pakan tersebut.

Rataan efisiensi penggunaan pakan selama penelitian adalah 0,128; 0,125; 0,120; 0,112 dan 0,116 berturut-turut untuk perlakuan R0, R1, R2, R3 dan R4 seperti disajikan dalam Tabel 5. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan pakan tidak dipengaruhi oleh substitusi rumput

dengan pelepah kelapa sawit (P>0,05). Tidak terdapatnya perbedaan yang nyata terhadap efisiensi penggunaan pakan terkait dengan konsumsi bahan kering pakan dan pertambahan bobot hidup yang tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan. Konsumsi bahan kering terendah diperoleh pada perlakuan R0, meskipun demikian pertambahan bobot hidup harian tertinggi diperoleh pada perlakuan ini, hal ini menyebabkan efisiensi penggunaan pakan tertinggi juga diperoleh pada perlakuan R0.

Income over feed cost (IOFC)

Nilai ekonomi pemanfaatan pelepah kelapa sawit pengganti rumput sebagai pakan basal kambing kacang pada penelitian ini dapat diketahui dengan menghitung income over feed cost (pendapatan yang diperoleh dari nilai jual

ternak setelah dikurangi biaya pakan). Pengaruh substitusi rumput dengan pelepah kelapa sawit terhadap nilai IOFC dicantumkan dalam Tabel 6.

Tabel 5. Rataan efisiensi penggunaan pakan

Perlakuan pakan Uraian R0 R1 R2 R3 R4 Efisiensi penggunaan pakan 0,128 0,125 0,120 0,112 0,116

(7)

Rataan nilai IOFC selama penelitian adalah Rp. 67.254; 66.241; 61.692; 51.748 dan 57.062/ekor berturut-turut untuk perlakuan R0, R1, R2, R3 dan R4. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa nilai IOFC tidak dipengaruhi oleh substitusi rumput dengan pelepah kelapa sawit (P > 0,05). Tidak

terdapatnya perbedaan yang nyata terhadap nilai IOFC terkait dengan konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot hidup yang juga tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan selain itu juga karena semakin besar substitusi rumput dengan pelepah kelapa sawit harga pakan penelitian lebih murah.

Tabel 6. Analisis ekonomi (IOFC) pemanfaatan pelepah kelapa sawit sebagai pakan basal kambing kacang Perlakuan pakan

Uraian

R0 R1 R2 R3 R4 Rataan konsumsi pakan (kg/ekor) 38,22 42,31 41,77 40,75 38,86

Harga pakan (Rp/kg) 940,50 920,75 907,50 879,90 859,00

Biaya pakan (Rp/ekor) 35.946 38.959 37.908 35.852 33.338

Rataan PBH (kg/ekor) 5,16 5,26 4,98 4,38 4,52

Nilai jual (Rp/ekor) 103.200 105.200 99.600 87.600 90.400

IOFC (Rp/ekor) 67.254 66.241 61.692 51.748 57.062

PBH : Pertambahan bobot hidup IOFC : Income over feed cost

Harga kambing Rp. 20.000/kg bobot hidup (akhir tahun 2006)

Harga pelepah kelapa sawit per kg adalah Rp. 200 (setelah memperhitungkan biaya transportasi dan pencacahannya). Meskipun harga pelepah kelapa sawit dan rumput sama (Rp. 200/kg) tetapi semakin tinggi substitusi rumput dengan pelepah kelapa sawit, harga pakan juga lebih murah, hal ini terjadi karena komponen bahan pakan jagung dan dedak halus digantikan dengan bungkil kelapa dan molases yang memiliki harga lebih murah. Harga pakan pada R2, R3 dan R4 lebih rendah dibandingkan dengan R0, walaupun demikian nilai IOFC R0 lebih tinggi dibandingkan dengan R2, R3 dan R4. Hal ini terjadi terkait dengan pertambahan bobot hidup harian pada R0 lebih tinggi dibandingkan dengan R2, R3 dan R4. Selain itu juga karena konsumsi bahan kering pada R0 lebih rendah dibandingkan dengan R2, R3 dan R4. Harga pakan R1 lebih murah dibandingkan dengan R0 dan pertambahan bobot hidup harian R1 lebih tinggi dibandingkan dengan R0, meskipun demikian nilai IOFC R0 lebih tinggi dibandingkan dengan R1 keadaan ini berlaku terkait dengan konsumsi bahan kering pakan pada R0 yang lebih rendah dibandingkan dengan R1.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil rataan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot hidup, efisiensi penggunaan pakan dan nilai income over feed cost yang disajikan sebagai hasil dari penelitian ini maka disimpulkan bahwa pelepah kelapa sawit dapat digunakan sampai 40% sebagai pakan basal ternak kambing, dan merupakan pakan basal alternatif untuk menggantikan rumput.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kandungan nutrien pelepah kelapa sawit (protein dan energi) dan menurunkan kandungan seratnya, sehingga jumlah penggunaannya sebagai pakan basal dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

ALIMON, A.R. and M. HAIR-BEJO. 1996. Feeding

system based on oil palm by-product in Malaysia. Proc. of the First International Symposium on the Integration of Livestock to Oil Palm Production. Kuala Lumpur, Malaysia 25 – 27 May 1995.

(8)

AOAC. 1990. Official Methods of Analysis. 15th Ed.

K. HELRICH (Ed.). Association of Official Analytical Chemist, Inc. Arlington, Virginia, USA.

BADAN PUSAT STATISTIK. 2004. Statistik Indonesia.

BPS Jakarta – Indonesia 2004.

GOERING,H.K. and P.J.VAN SOEST. 1970. Forage Fiber Analyses (Apparatus, Reagents, Procedures and Some Application). Agric. Handbook 379. Washington DC: ARS. USDA. ISHIDA,M. and O.B.HASSAN. 1992. Utilization of

Oil Palm Fround as Cattle Feed. JARQ. 31(1): 41 – 47.

LU,C.D. and M.J.POTCHOIBA. 1990. Feed intake and weight gain of growing goats fed diets of various energy and protein levels. J. Anim. Sci. 68: 1751 – 1759.

MC DONALD,P.,R.A.EDWARDS,J.F.D.GREENHALD

and C.A. MORGAN. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Ashford Colour Pr. Gosfort.

NATIONAL RESEARCH COUNCIL. 1981. Nutrient

Requirement of Goats: Angora, Dairy and Meat Goats in Temperate and Tropical Countries. Washington DC: National Academy Pr.

PURBA, A., S.P. GINTING, Z. POELOENGAN, K. SIMANIHURUK dan JUNJUNGAN. 1997. Nilai

Nutrisi dan Manfaat Pelepah Kelapa Sawit sebagai Pakan Ternak. J. Penelitian Kelapa Sawit. 5(3): 161 – 170.

SIRAIT,J.,N.D.PURWANTARI dan K.SIMANIHURUK.

2005. Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda.

JITV 10: 175 – 181.

STATISTICS ANALYTICAL SYSTEM. 1987. SAS User’s

Guide: Statistic. 6th Ed. SAS Institute

Inc.,Cary,NC,USA.

STEEL,R.G.D. and J.H.TORRIE. 1993. Prinsip dan

Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics. Penerjemah:

SUMANTRI,B. Gramedia, Jakarta.

SUTARDI,T.,ERIKA B.LAKONI, IDAT G.PERMANA

dan D.A.B.TANJUNG. 1996. Potensi Limbah Perkebunan sebagai Bahan Baku Pakan Ternak. Paper disampaikan pada Pertemuan Tingkat Nasional: Penggalian Sumberdaya Perkebunan untuk Usaha Peternakan. Medan 11 – 13 Nopember.

TILLMAN D.A,H.HARTADI,S.REKSOHADIPRODJO,S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKOTJO.

1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Univiversitas Gadjah Mada Pr., Yogyakarta.

TOMASZEWSKA, M.W., I.M. MASTIKA, A.

DJAYANEGARA, S. GARDINER dan T.R. WIRADARYA. 1993. Produksi Kambing dan

Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

DISKUSI Pertanyaan:

1. Pemberian pelepah dalam betuk apa? 2. Umur pelepah yang digunakan? 3. Berapa waktu yang digunakan?

Jawaban:

1. Pelepah diberikan dalam bentuk segar.

2. Pelepah yang digunakan berasal dari pohon kelapa sawit yang sudah berproduksi atau berumur berkisar 6 – 10 tahun.

Gambar

Tabel 1.  Susunan pakan penelitian dengan komposisi rumput dan pelepah sawit yang berbeda (berdasarkan  bahan kering)
Tabel 2. Komposisi kimiawi pelepah kelapa sawit, rumput dan kelima konsentrat penelitian
Tabel 3. Konsumsi bahan kering pakan
Tabel 4. Rataan pertambahan bobot hidup kambing kacang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, (1) hubungan self management dengan perilaku prokrastinasi akademik siswa Kelas XI Jurusan Teknik Instalasi Tenaga

Hasil dari analisa fisik akan menentukan konsep pendekatan lansekap pada tapak agar sesuai dengan kondisi dan potensi tapak, sedangkan untuk analisa biologis tapak

dan sesuai dengan persyaratan mutu bahan yang ditetapkan dalam Rencana.. Pengendalian yang diterapkan dalam proyek. pembangunan Gedung Convenience Store &amp; Office

Berdasarkan deskripsi penerapan sistem informasi akuntansi dari segi kualitas penggunaan informasi (Information Use) sudah terpenuhi, dimana sistem telah tersedia

Seekor Pinguin memiliki dua sayap tetapi tidak bisa terbang... An elephant is very big and

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana mengetahui user experiences terhadap produk iDigital Museum, dengan studi kasus Aplikasi Interaktif dengan tema

Namun, ada sejumlah syarat yang perlu diperhatikan agar kebijakan “Hari Sekolah” ini dapat berjalan efektif dan optimal bagi penguatan pendidikan karakter peserta didik

Bibliokonseling merupakan kegiatan konseling yang dapat membantu klien daam menyelesaikan permasalahan menggunakan buku sebagai media untuk kegiatan konseling.