• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen - WAHYU KURNIA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen - WAHYU KURNIA BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2013:7) perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam penerimaan, penggunaan, pembelian, penentuan barang dan ide. Menurut Sopiah (2013:7) perilaku konsumen adalah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang di gunakan konsumen untuk menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Tindakan atau perilaku yang di lakukan konsumen yang di mulai dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha mendapatkan produk yang diinginkan, mengonsumsi produk tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan pascapembelian, yaitu perasaan puas atau tidak puas. Menurut Sopiah (2013:10) tahap-tahap perilaku konsumen meliputi : a. Tahap untuk merasakan dan adanya kebutuhan dan keinginan.

b. Usaha untuk mendapatkan produk, mencari informasi tentang produk, harga dan keseluruhan distribusi.

c. Pengonsumsian, penggunaan dan mengevaluasian produk setelah di gunakan.

(2)

2. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian ialah salah satu tindakan atau perilaku konsumen jadi atau tidaknya melakukan suatu pembelian atau transaksi, banyak tidak jumlah konsumen dalam mengambil keputusan mejadi salah satu penentu tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan konsumen harus mempertimbangkan baik-baik sebelum mengambil keputusan untuk membeli (Kotler dan Keller, 2009).

Menurut Kotler dan Keller (2009) proses keputusan pembelian ada lima tahap, yaitu :

a. Pengenalan masalah

Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari posisi pembelian dimana pembeli menyadari suatu masalah dan mulai mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pada tahap ini pemasar harus meneliti atau mencari informasi untuk mengetahui jenis kebutuhan atau permasalahan apa yang dapat memicu minat konsumen sehingga, dengan adanya masalah tersebut konsumen termotivasi untuk memilih produk tertentu.

b. Pencarian informasi

(3)

c. Evaluasi alternatif

Evaluasi alternatif merupakan suatu tahap dalam proses pengambilan keputusan dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu pilihan.

d. Keputusan pembelian

Keputusan pembelian merupakan tahap proses pengambilan keputusan dimana pembelian sampai konsumen benar-benar memutuskan membeli produk.

e. Perilaku pasca pembelian

Perilaku pasca pembelian merupakan tahap akhir dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidak puasan suatu produk yang mereka rasakan setelah membeli suatu produk.

Langkah-langkah mengambil keputusan yang baik (Sopiah, 2013):

a. Pengenalan kebutuhan. Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan yang dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi

(4)

c. Perubahan situasi. Perubahan situasi akan mengaktifkan kebutuhan. Misalnya konsumen yang masih lajang mungkin akan menghabiskan sebagian besar pengeluaranya untuk hiburan. Jika sudah menikah, konsumen tersebut akan mengenali banyak kebutuhan yang lain, misalnya dia akan menabung lebih untuk mempersiapkan kelahirananaknya sehingga dia mungkin engurangi pengeluaranya untuk hiburan.

d. Pencarian informasi. Konsumen mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatanya. Informasi yang di cari meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhanya. Pencarian informasi mengenai berbagai produk dan merek, pembelian atau konsumsi pada lingkungan konsumen. Konsumen akan bertanya kepada teman, saudara atau tanaga penjual. Konsumen akan membaca kemasan, surat kabar, majalah konsumen, melihat dan mendengar berbagai iklan produk.

3. Kualitas Layanan

(5)

a. Tangibles (Bukti fisik) Berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan/perlengkapan, sumber manusia dan materi komunikasi perusahaan.

b. Reliability (Keandalan) Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang disajikan secara akurat.

c. Assurance (Jaminan) Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan pelanggan.

d. Empathy (Empati ) Berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

e. Responsiveness (Daya Tanggap) Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera.

Menurut Tjiptono (2008) Jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dari barang yaitu:

a. Tidak Berwujud (intangibility)

(6)

b. Tidak Terpisah (inseparability)

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa dilain pihak, umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi hasil (out come) dari jasa tersebut. Dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu menyampaikan jasa (contact-personnel) merupakan unsur penting.

c. Keanekaragaman (varianbility)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi, bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan.

d. Tidak Tahan Lama (perishability)

Jasa tak tahan lama berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau dipakai kemudian.

4. Gaya hidup

(7)

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang di nyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Gaya hidup menggambarkan kehidupan pribadi yang berinteraksi dengan lingkunganya. Gaya hidup mencerminkan sesuatu yang lebih dari kelas sosial di satu pihak dan kepribadian di pihak lain (Kotler, 2009:189). Menurut Minor (2008:282) Gaya Hidup didefinisikan secara sederhana sebagai “bagaimana seseorang

hidup”. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana

konsumen membelanjakan uangnya dan bagaimana konsumen mengalokasikan waktunya. Meskipun Gaya hidup (manifestasi eksternal dari karakteristik seseorang) berbeda dengan kepribadian (karakteristik internal seseorang). Tetapi gaya hidup dan kepribadian memiliki keterkaitan sangat kuat. Konsumen yang kepribadiannya dikategorikan berisiko rendah, memiliki gaya hidup yang berspekulasi atau melakukan kesenangan-kesenangan yang baru.

Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin

(8)

5. Brand/Merek

Asosiasi pemasaran Amerika dalam Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikan dari barang atau jasa pesaing. Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional atau berwujud yang dikaitkan dengan kinerja produk dari merek.

Merek mempunyai peran mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen, individu atau organisasi untuk menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu. Merek juga dapat menandakan satu tingkat mutu tertentu, sehingga pembeli yang puas dapat lebih mudah memilih produk.

(9)

produk. Rangkuti (2004) dalam Sangadji (2013) mengemukakan bahwa membangun merek yang kuat mempunyai beberapa cara :

a. Sebuah merek harus memiliki pemosisian yang tepat

Agar mempunyai pemosisian, merek harus ditempatkan secara spesifik dibenak pelanggan. Membangun pemosisian adalah menempatkan semua aspek dari nilai merek secara konsisten sehingga produk selalu menjadi nomor satu dibenak pelanggan.

b. Memiliki nilai merek yang tepat

Merek akan semakin kompetitif jika dapat diposisikan secara tepat. Oleh karena itu, pemasar perlu mengetahui nilai merek. Nilai merek dapat membentuk kepribadian merek yang mencerminkan gejolak perubahan selera konsumen dalam pengonsumsian suatu produk.

c. Merek harus memiliki konsep yang tepat

Konsep yang baik dapat mengkomunikasikan semua elemen nilai merek dan pemosisian yang tepat sehingga citra merek produk dapat ditinggalkan.

6. Brand Image (Citra Merek)

(10)

pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain (Sopiah, 2013).

Setiadi (2008) Citra merek adalah mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek, konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Menurut Tjiptono, (2005) dalam penelitian Yuliana, dkk (2016) menyatakan bahwa Brand Image atau citra merek merupakan kumpulan persepsi tentang sebuah merek yang saling berkaitan yang ada dalam pikiran manusia dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu sendiri.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul, Nama

penulis dan Tahun. Hasil Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

1. Pengaruh Brand Image Dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan

Pembelian Starbuck Di Galaxy Mall Surabaya, Prastiwi (2016)

Disimpulkan bahwa variabel brand image dan gaya hidup masing-masing

mempunyai pengaruh positif signifikan, dan brand image dan gaya hidup berpengaruh positif secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Starbucks Reserve

Galaxy Mall

Surabaya.

Brand image dan gaya hidup sebagai variabel bebas, Keputusan pelanggan sebagai variabel terikat, penelitian ini

(11)

No Judul, Nama

penulis dan Tahun. Hasil Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

2. Pengaruh Kualitas Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan

Pembelian Studi

Kasus J.CO

DONUTS &

COFFEE Di

Manado, (Christika 2016)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kualitas merek, kualitas produk berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian. Secara parsial kualitas dan kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

Kualita merek dan kualitas produk adalah variabel bebas,

keputusan pembelian adalah sebagai variabel terikat, teknik

penelitian data yang digunakan adalah analisis regresi berganda

3. Pengaruh Kualitas Layanan, Citra Merek, Dan Lokasi Terhadap

Keputusan

Pembelian Dunkin Dunuts Pada Rahmat Basuki Surabaya, (Yuliana 2016)

Hasil dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa: kualitas layanan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

Kualitas layanan, citra merek dan lokasi adalah variabel bebas, Keputusan pembelian adalah variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

4. The Influence of Brand Image and Promotional mix on Custumer buying decision a study of beverage consumer in lagos state nigeria (Aladepo, 2015) Pengaruh Brand Image dan bauran promosi terhadap keputusan

pembelian

konsumen studi konsumen minuman di negara naveria lagos

Studi tersebut menyimpulkan bahwa cara sebuah produk dipromosikan

ditambah dengan integritas merek produk tersebut mendorong konsumen untuk membelinya dan melakukan pembelian berulang,

dan juga

meningkatkan

rujukan produk tersebut ke prospek lainnya. Oleh karena itu, studi tersebut merekomendasikan

The influence of brand image and

promotional mix is variabel bebas Customer buying decision is variabel terikat

Judgemental and puposive sampling techniques

(12)

No Judul, Nama

penulis dan Tahun. Hasil Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

kepada organisasi, terutama mereka yang terlibat dalam pemasaran barang konsumen yang bergerak cepat, untuk fokus pada bauran

promosi yang

berbeda, karena studi tersebut secara empiris membuktikan bahwa persepsi citra

merek mampu

mempengaruhi konsumen.

keputusan pembelian secara berkelanjutan

Penelitian ini menggunakan purposive sampling

5. The Influence of Lifestyles and Consumers

Attitudes on Product Purchasing Decision via Online Shopping in Indonesia,

(Warayuanti, 2016)

Hasil dari

Studi menunjukkan bahwa baik gaya hidup

maupun sikap

konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 20,7%

dan sisanya sebesar 79,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Lifestyle and customer attitude Purchasing decision

Puchasing Decision The method that was used is quantitative with struktural equation modeling (SEM)

. 6. Pengaruh Citra

Merek, Harga dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian handphone Samsung di Yogyakarta (Nurhayati, 2017)

Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel promosi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan variabel citra merek dan harga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian

(13)

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah di paparkan, penelitian ini menggunakan variabel dependen adalah keputusan pembelian sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas layanan, gaya hidup, dan brand image. Berdasarkan hubungan di antara variabel tersebut dapat di masukan dalam kerangka pemikiran sebabagai berikut :

1. Pengaruh Kualitas Layanan Tehadap Keputusan Pembelian

Dari penelitian yang pernah di lakukan sebelumnya oleh Yuliana (2016) bahwa koefisien regresi 0.38 yang berarti kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan nilai signifikan 0.39. hal ini bahwa hipotesis pertama menyatakan kualitas layanan berpengaruh positif terhadapp keputusan pembelian konsumen pada Dunkin Donut Basuki Rahmat Surabaya dapat dibentuk melalui kualitas layanan, sehingga apabila Dunkin Donut ingin meningkatkan keputusan pembelian maka terlebih dahulu meningkatkan kualitas layananyang di berikan kepada konsumen. Walaupun kebutuhan pelanggan yang mengunjungi adalah memenuhi rasa lapar, tetapi mereka menginginkan hiburan dan suasana yang nyaman dan memuaskan.

2. Pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pembelian

(14)

mengindikasikan semakin tinggi gaya hidup seseorang mencerminkan semakin tinggi kelas sosial mereka. Untuk menunjukan tinggi kelas sosial mereka menginginkan barang-barang yang “mewah” oleh masyarakat di sekitarnya sehingga bila mereka menginginkan tempat kuliner maka yang di pilih adalah Starbuck Reservr Galaxy Mall Surabaya karena dianggap Coffe Shop tersebut akan mempertegas status mereka di masyarakat.

Untuk itu, konsumen cenderung menyukai merek-merek tertentu yang dapat mengekspresikan dirinya.

3. Pengaruh Brand Image terhadap Keputusan Pembelian

(15)

H1+

H2+

H4+

H3+

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

H1 : Kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

H2 : Gaya hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

H3 : Brand Image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

H4 : Kualitas layanan, gaya hidup dan brand image berpengaruh positif dan signifikan pada keputusan pembelian.

Gaya Hidup (X2)

Brand image (X3)

Kualitas layanan (X1)

Keputusan Pembelian

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Project : Embankment Rehabilitation and Dredging Work of West Banjir Canal and Upper Sunter Floodway of Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP/JEDI) – ICB Package

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Edukasi pada program acara Asyik Belajar Biologi dalam Mata Pelajaran. IPA

Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi para mahasiswa, sejarawan dan pemerhati yang sedang mendalami sejarah bangsa Cina, terutama periode Klasik.. Konsep

Pada uji praklinik kolesterol total kelompok kontrol negatif tidak terjadi penurunan karena tikus yang hiperkolesterolemia tidak diberikan susu fermentasi Lactobacillus

2. Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.. Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung tentang:. a)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara isi pesan, desain brosur, serta frekuensi media exposure dengan brand awareness Lunpia Delight pada