BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era reformasi dan komunikasi seperti sekarang ini, kegiatan membaca
menjadi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Aktivitas
membaca, juga merupakan prasyarat penting bagi siapapun untuk memperoleh
kemajuan. Pentingnya membaca, menurut Tarigan (2008: 9) terjadi karena
aktifitas membaca berguna untuk memperoleh informasi mencakup isi,
memahami isi bacaan dan memperoleh rasa senang. Disamping itu, membaca
merupakan aktifitas yang sangat efektif untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
memperluas wawasan. Oleh sebab itu, tepat pula apabila Tampubolon (1987: 6)
menyebutkan bahwa membaca dapat meningkatkan kemandirian. Karena bahasa
tulisan mengandung ide-ide atau pikiran-pikiran, maka dengan memahami bahasa
tulisan dengan membaca, proses-proses kognitiflah yang terutama bekerja. Oleh
sebab itu, membaca juga dapat meningkatkan daya nalar.
Sejalan dengan pentingnya aktivitas membaca bagi manusia, maka tepat
pula jika membaca menjadi bagian penting dari keterampilan dan kemampuan
dasar yang harus dikembangkan di Sekolah Dasar ( SD ). Dalam Kurikulum SD
1994 (Tim Depdikbud, 1993 a: 15), bahwa keterampilan dan kemampuan dasar
yang dikembangkan di SD adalah baca tulis hitung, kemampuan baca dan tulis
bicara. Sedangkan kemampuan hitung dikembangkan melalui pembelajaran
matematika.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) tahun 2012 untuk
SD, tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di antaranya: (1) peserta didik
memiliki kemampuan berkomuniasi secara efektif dan efisien secara lisan
maupun tulis; (2) menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan intelektual
emosional dan sosial; (3) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, serta meningkatkan pngetahuan dan kemampuan
berbahasa. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek
yaitu (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis.
Dalam Kurikulum BI SD 1994 pembelajaran membaca dibedakan (1)
membaca permulaan, (2) membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan
diberikan di kelas I dan II. Jenis membaca yang diajarkan di kelas ini adalah
teknik yang bertujuan agar siswa ‘melek huruf’. Pembelajaran membaca lanjut
dilaksanakan di kelas III sampai kelas VI, dengan tujuan utamanya agar siswa
‘melek wacana’. Salah satu pembelajaran yang diajarkan dalam membaca lanjut
adalah membaca pemahaman.
Menurut Wells dalam Joni (1990: 1) tujuan pembelajaran membaca
pemahaman di SD bukan hanya pada tercapainya keberwacanaan, tetapi
tercapainya kemahirwacanaan, yaitu ketrampilan membaca yang ditandai oleh
adanya kemampuan siswa dalam memaknai, meringkas, menjelaskan, dan
mensintesiskan informasi dalam teks. Tujuan utama kemahirwacanaan dalam
(Tim Depdikbud, 1993: 23-24) adalah agar siswa mampu memahami isi bacaan
dan memiliki kegemaran serta keterampilan membaca untuk meningkatkan
pengetahuan dan memanfatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemahirwacanaan dalam pembelajaran membaca pemahaman di kelas V
SD berdasarkan Kuriulum BI SD 1994 (Tim Depdikbud, 1993: 21) bertujuan
agar siswa dapat menyerap isi bacaan, dapat menceritakan kembali isi bacaan
dengan kata-kata sendiri, dapat memberikan tanggapan terhadap sifat dan watak
pelaku yang ada dalam bacaan atau cerita. Hal ini sesuai pendapat Tarigan (1987:
151) bukti bahwa siswa telah memahami isi bacaan ialah apabila sudah bisa
menceritakan kembali isi bacaan.
Untuk sampai pada tujuan tersebut maka pembaca harus dapat memilih dan
menetapkan kata kunci, kalimat topik, struktur bacaan dalam bentuk skema. Agar
siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan dengan menggunakan kata-kata
sendiri diperlukan tingkat pemahaman interpretatif, sedangkan untuk memberikan
tanggapan atas peristiwa atau pelaku cerita yang ada di dalam bacaan diperlukan
pemahaman tingkat kritis. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa siswa kelas V
SD belum dituntut untuk memahami bacaan sampai pada pemahaman bacaan
tingkat kritis.
Kemampuan membaca kelas V SDN Bringkeng 03 kecamatan
Kawunganten Kabupaten Cilacap juga masih rendah. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang peneliti lakukan melalui studi pengamatan pembelajaran di
kelas pada tanggal 7 dan 8 Januari 2013, dapat diperoleh informasi bahwa siswa
setelah kegiatan pembelajaran membaca pemahaman, secara umum siswa baru
mampu menjawab pertanyaan secara literal yang terkait dengan isi bacaan.
Siswa pada umumnya tidak dapat ketika mereka diminta menceritakan
kembali isi bacaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam membaca pemahaman
siswa kelas V SDN Bringkeng 03 ternyata belum mampu menemukan ide-ide
pokok paragraf, belum mampu menemukan hubungan pola hubungan antaride,
belum mampu menemukan ide utama bacaan. dan belum mampu menceritakan
kembali isi bacaan, apa lagi menggunakan kata-kata sendiri. Ini menunjukkan
bahwa dalam tingkat pemahaman dalam pembelajaran membaca pemahaman,
siswa kelas V SD Negeri Bringkeng 03 masih rendah. (Data nilai terlampir).
Kegagalan siswa dalam memahami isi bacaan sejalan dengan
kesulitan-kesulitan membaca pemahaman yang diutarakan oleh Rofi’udin (1997: 4) bahwa
pada umumnya dalam membaca pemahaman siswa mengalami kesulitan dalam
hal mengenali ide pokok dan ide penjelas, mencari hubungan antaride, mencari
interensi dan mengorganisasikannya.
Belum mampunya siswa kelas V SD Negeri Bringkeng 03 dalam
menemukan ide-ide pokok pada setiap paragraf, menemukan pola hubungan
antaride, menemukan ide utama bacaan, serta belum mampunya siswa
menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri, diduga belum
optimalnya pelayanan guru terhadap perkembangan kognitif dan perkembangan
bahasa siswa, baik pada saat prabaca, saat baca maupun pascabaca.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis di kelas, diperoleh temuan
dipahami oleh siswa. Pada saat baca guru hanya mengawasi siswa, dan pada saat
pascabaca siswa hanya diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan bacaan.
Kegiatan menceritakan kembali isi bacaan hanya diberikan kepada siswa yang
tergolong pandai tanpa bimbingan, sehingga hasilnya masih belum sesuai dengan
harapan guru.
Di dalam pembelajaran membaca, guru belum optimal dalam melatih siswa
untuk menentukan ide-ide pokok paragraf, menentukan hubungan antaride dalam
bacaan, menentukan ide utama bacaan, belum melatih siswa menvisualisasikan
pola hubungan antaride ke dalam bentuk peta/jaringan struktur isi bacaan, dan
belum melatih siswa menggunakan peta/jaringan struktur isi bacaan sebagai
media untuk menceritakan kembali isi bacaan. Padahal visualisasi pola hubungan
antaride berbentuk peta/jaringan isi bacaan merupakan salah satu bentuk penanda
kongkrit struktur isi bacaan yang sangat dibutuhkan oleh siswa kelas V SD yang
sedang berada dalam tarap perkembangan kognitif “operasional konkret” dan
perkembangan bahasanya sedang berada dalam tahap perkembangan kreatif.
\Piaget (dalam Chaer,2009: 223) menyatakan sebagai berikut. ‘[p
“Bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi urut-urutan perkembangan kognitif menentukan perkembangan bahasa. Tahab operasional kongkret ini dilalui anak yang berusia tujuh sampai menjelang sebelas tahun”.
Menurut Chaer (2009: 229) tahap perkembangan operasional kongkret ini
kemampuan siswa dalam berfikir logis, dapat memahami konsep konversi,
urutan/rangkaian, klasifikasi dan menghitung angka-angka, tetapi di dalam
memahaminya masih memerlukan penanda kongkritnya. Perkembangan bahasa
pada tahap kreatif menurut Syafi’ie (1994: 36) ditandai oleh kemampuan siswa
dalam menggunakan kata-kata abstrak, dimulai dari memahami bacaan secara
literal kemudian menginterpretasikan dan memberikan reaksinya berupa penilaian
terhadap apa yang dikatakan penulis, dilanjutkan dengan mengembangkan
pemikiran-pemikiran sendiri untuk membentuk gagasan, wawasan, pendekatan
dan pola-pola pikiran baru.
Belum divisualisasikannya pola hubungan antaride dalam bentuk
peta/jaringan struktur struktur isi bacaan dalam pembelajaran membaca di kelas
V SD Negeri Bringkeng 03, diduga sebagai salah satu penyebab siswa belum
mampu melihat secara kongkret pola hubungan antaride yang menjadi isi bacaan.
Padahal pola hubungan antariide merupakan penanda kongkret isi bacaan yang
sekaligus dapat digunakan siswa sebagai alat bantu untuk menceritakan kembali
isi bacaan dengan kata-kata sendiri.
Buzon (dalam Olivia, 2008: 13) mengembangkan mind mapping, teknik
memetakan pikiran, sebagai salah satu ketrampilan paling efektif dalam proses
berfikir kreatif. Dengan pemetaan pikiran, pembelajaran akan lebih menarik
secara visual dan dapat melibatkan belahan otak kiri dan kanan.
Perhatian sistematik petunjuk struktur organisasi bacaan dan
mengkreasikannya dalam bentuk sajian visual hubungan ide, dapat membantu
bacaan dipetakan dan digunakan sebagai media dalam pembelajaran membaca
pemahaman, maka pola hubungan antaride akan tampak lebih kongkret sehingga
kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi bacaan diharapkan akan lebih
baik.
Kurang optimalnya pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri
Bringkeng 03 kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap, seperti tersebut di
atas kiranya perlu segera diatasi atau diperbaiki. Perbaikan tersebut perlu
dilakukan secara menyeluruh, yakni meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Caranya ialah dengan memasukkan visualisasi pola hubungan antaride
bacaan ke dalam proses pembelajaran
Menurut pengamatan peneliti, selama ini strategi pembelajaran membaca
pemahaman yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Bringkeng 03 masih
dilakukan secara konvensional. Peran guru dalam kegiatan belajar-mengajar,
masih sangat dominan. Pelaksanaan pembelajaran membaca masih sering
dilakukan dengan cara menyuruh siswa membaca teks bacaan tanpa bimbingan
yang optimal. Kegiatan tanya jawab tentang isi bacaan, hanya berdasarkan pada
pertanyaan yang sudah tersedia di bawah teks bacaan. Guru kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Tes akhir dalam pembelajaran membaca pemahaman sering dilakukan
dengan cara menyuruh beberapa anak yang dianggap pandai, untuk
memnceritakan isi bacaan atau menyimpulkan isi bacaan. Kegiatan pembelajaran
semacam ini berjalan secara monoton hampir pada setiap pembelajaran membaca
membaca pemahaman tidak diarahkan untuk membimbing siswa memperoleh
pemahaman secara lebih komprehensif, tetapi justru menimbulkan kebosanan
pada diri siswa. Kalaupun terjadi interaksi antar guru dan siswa, itupun terbatas
hanya terjadi pada beberapa siswa, sehingga kemampuan pemahaman rata-rata
kelas terhadap materi bacaan tidak tercapai.
Atas dasar itu, maka diperlukan adanya upaya perbaikan terhadap
penggunaan strategi dalam pembelajaran membaca pemahaman yang lebih
mengarah pada upaya pemberdayaan siswa secara lebih optimal ataupun
penggunaan strategi pembelajaran membaca pemahaman yang merangsang siswa
untuk lebih kreatif.
Bertitik tolak pada kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian. Penelitian ini untuk mencari alternatif tentang strategi pembelajaran
membaca pemahaman di kelas V SD Negeri Bringkeng 03, guna untuk
memperbaiki pelaksanaan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman, sehingga
akan mendapat hasil yang optimal.
Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman di kelas
V SD Negeri Bringkeng 03, peneliti berkolaborasi dengan guru pada sekolah
tersebut yang dijadikan tempat penelitian. Penelitian yang dilaksnakan ini akan
menerapkan strategi pembelajaran membaca dengan pemahaman yang sesuai
dengan perkembangan kognitif maupun perkembangan bahasa. Strategi
pembelajaran membaca yang dimaksud adalah penerapan “Strategi Pemetaan
SPSIB merupakan strategi pembelajaran membaca yang dirancang secara
khusus diharapkan dapat membantu siswa dalam menemukan ide-ide pokok pada
setiap paragraf dalam bacaan, membantu siswa untuk mampu menemukan pola
hubungan antaride dalam paragraf, membantu siswa agar dapat menemukan ide
utama bacaan, membantu siswa dalam menuangkan ide utama bacaan maupun
ide-ide pokok paragraf kedalam bentuk pemetaan pemikiran. Model
pembelajaran dengan pemetaan pikiran ini diadopsi dari teori Buzan (2008: 14)
ada banyak manfaat yang bisa diperoleh melalui penerapan pemetaan pikiran.
Mind mapping akan membuat ide tercurah, lalu memancar ke ide berikutnya.
Gagasan dibiarkan sebagai suatu kemungkinan sebagai suatu kemungkinan yang
terbuka lebar sehingga peta kemudian berkembang dan semakin meningkat.
Dengan demikian, akhirnya anak bisa melihat seluruh gambaran materi
pelajaran hanya dalam satu catatan. Sruktur hubungan antaride yang terdapat
dalam bacaan divisualisasikan dalam bentuk peta jaringan ide-ide atau
konsep-konsep yang menggambarkan struktur isi bacaan. Dengan cara demikian siswa
akan dapat melihat hubungan antaride secara lebih kongkret. Selain dari itu,
bentuk pemetaan ide-ide ini selanjutnya akan digunakan oleh siswa sebagai alat
bantu dalam memnceritakan isi bacaan.
SPSIB merupakan strategi pembelajaran membaca pemahaman yang
dirancang agar pembelajaran membaca lebih sistematis, interaktif, komunikatif,
integratif dan siswa lebih aktif. Dengan penggunaan SPSIB diharapkan
(1) sistematik, sebab tahapan-tahapan dalam pembelajaran seperti tahapan
prabaca, saat baca dan pascabaca akan diteliti secara hierarkhis,
(2) interaktif, karena dalam proses penentuan prediksi isi bacaan, uji
prediksi,penemuan ide-ide pokok pada setiap paragraf, penemuan pola
hubungan antaride dalam paragraf atau antar paragraf, penemuan ide utama
bacaan, dan penuangan ide utama bacaan maupun penuangan ide-ide pokok
dari setiap paragraf ke dalam peta struktur isi bacaan dilakukan secara
interaktif antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa,
(3) komunikatif, karena disamping aktivitas utama siswa utama berupa kegiatan
membaca, siswa juga aktif menggunakan bahasa sebagai alat komuniasi
seoerti bertanya, menjawab pertanyaan, dan menceritakan kembali isi bacaan
dengan kata-kata sendiri,
(4) aktif, sebab pelaksanaan pembelajaran dengan strategi ini mengharuskan
siswa untuk aktif membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis,
(5) integratif, karena semua kompunen pembelajaran ketrampilan berbahasa
seperti membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis diajarkan secara
integral.
Hal ini sesuai dengan pendapat Buzan(2008: 69) peta pikiran adalah cara
termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak, dan mengambil informasi
keluar dari otak, merupakan cara membaca yang kreatif dan efektif. Peta pikiran
merupakan alat yang membantu otak kita berfikir secara teratur. Penggunaan
kita lakukan, dan teknik ini akan membuat kegiatan membaca lebih
menyenangkan.
Pembelajaran membaca pemahaman menggunakan SPSIB sesuai dengan
perkembangan koknitif dan perkembangan bahasa siswa, sehingga dapat
digunakan sebagai strategi dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran
Bahasa Indonesi tepatnya pada materi membaca pemahaman .
Dipilihnya SD Negeri Bringkeng 03 kecamatan Kawunganten Kabupaten
Cilacap sebagai tempat penelitian dengan alasan alasan sebagai berikut : (1)
secara geografis wilayah SD Negeri Bringkeng 03 cukup luas, sehingga jumlah
murid sampai 350 siswa, sehingga mempunyai prospek kedepan yang baik; (2)
rata-rata kondisi perkembangan fisik dan mental siswa kelas V SD Negeri
Bringkeng 03 normal, sehingga memungkinkan diterapkannya SPSIB; (3) usia
rata-rata siswa kelas V SD Negeri Bringkeng 03 adalah 11 tahun, yang berarti
mereka sedang berada dalam tahap perkembangan koknitif operasional konkret
dan perkembangan bahasanya berada tahap kreatif. Perkembangan ini sesuai
dengan karakteristik SPSIB yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar
siswa usia tersebut; (4) matapencaharian masyarakat beraneka ragam; (5) Tenaga
pendidik SD Negeri Bringkeng 03 bersedia membantu dan mau berkolaborasi
dalam penelitian ini, yang merupakan salah satu syarat adannya kegiatan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah SPSIB lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa
memahami isi bacaan, dibanding dengan pembelajaran secara konvensional?
2. Apakah SPSIB lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa
menceritakan kembali isi bacaan dibanding dengan pembelajaran secara
konvensional ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui:
1) efektifitas penerapan SPSIB dalam meningkatkan kemampuan siswa, pada
aspek memahami isi bacaan, pada pembelajaran membaca pemahaman
dibanding dengan pembelajaran secara konvensional.
2) efektifitas penerapan SPSIB dalam meningkatkan kemampuan siswa, pada
aspek menceritakan kembali isi bacaan, pada pembelajaran membaca
pemahaman dibanding dengan pembelajaran secara konvensional
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup penerapan SPSIB dalam
pembelajaran membaca pemahaman di kelas V SD Negeri Bringkeng 03, yang
1. Penerapan SPSIB dalam perencanaan pembelajaran membaca, antara lain
meliputi: perumusan tujuan khusus pembelajaran, pemilihan dan penetapan
bahan bacaan, media, prosedur pembelajaran, dan perencanaan evaluasi.
Penetapan tema dan butir-butir pembelajaran walaupun muncul dalam rencana
pembelajaran, tetapi tidak termasuk lingkup penelitian ini.
2. Penerapan SPSIB dalam aktivitas pembelajaran membaca pemahamaan
tercermin pada aktivitas siswa kelas V SD dalam menemukan ide-ide pokok
setiap paragraf, menentukan pola hubungan antaride dalam paragraf,
menemukan ide utama bacaan, menuangkan ide utama dan ide-ide pokok ke
dalam bentuk peta struktur isi bacaan serta menggunakannya sebagai media
penceritaan kembali isi bacaan. Aktivitas siswa dalam memprediksi isi bacaan
dan memaknai kata-kata sukar yang ada dalam bacaan, walaupun dilakukan
dalam pembelajaran tetapi aspek tersebut tidak diteliti, sebab keduanya tidak
menjadi tujuan penelitian.
3. Penerapan SPSIB dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca
pemahamaan tercermin pada pelaksanaan penilaian terhadap unjuk kerja
siswa kelas V SD dalam memahami isi bacaan, baik pada penelitian proses
maupun penelitian hasil
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian dapat dikelompokkan menjadi
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah:
a. bermanfaat sebagai uji empirik terhadap strategi pembelajaran membaca
pemahaman terutama strategi learning text structure yang dikembangkan
menjadi SPSIB;
b. bermanfaat untuk menemukan perlakuan, pendekatan strategi yang cocok
bagi guru sehingga dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran
meningkatkan kemampuan menceritakan isi bacaan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. meningkatkan pengetahuan khususnya bagi para guru sekolah dasar dalam
memberikan pembelajaran bahasa Indonesia, dan para pengembang
kurikulum bahasa Indonesia dalam usaha memecahkan masalah kebutuhan
strategi pembelajaran membaca pemahaman sebagai upaya meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami dan menceritakan isi bacaan;
b. meningkatkan kemampuan guru dalam menentukan alternatif cara
mengajar di kelas, terutama pada pembelajaran ketrampilan menceritakan
kembali isi bacaan;
c. meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia
tentang membaca pemahaman, sehinga mempunyai kebiasaan membaca
dalam kehidupan sehari-hari;
d. memberi alternatif solusi dalam usaha memecahkan masalah rendahnya