• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI PEMETAAN STRUKTUR ISI BACAAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI BACAAN (Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Bringkeng 03 Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2012/2013 ) - reposi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI PEMETAAN STRUKTUR ISI BACAAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI BACAAN (Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Bringkeng 03 Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2012/2013 ) - reposi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era reformasi dan komunikasi seperti sekarang ini, kegiatan membaca

menjadi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Aktivitas

membaca, juga merupakan prasyarat penting bagi siapapun untuk memperoleh

kemajuan. Pentingnya membaca, menurut Tarigan (2008: 9) terjadi karena

aktifitas membaca berguna untuk memperoleh informasi mencakup isi,

memahami isi bacaan dan memperoleh rasa senang. Disamping itu, membaca

merupakan aktifitas yang sangat efektif untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan

memperluas wawasan. Oleh sebab itu, tepat pula apabila Tampubolon (1987: 6)

menyebutkan bahwa membaca dapat meningkatkan kemandirian. Karena bahasa

tulisan mengandung ide-ide atau pikiran-pikiran, maka dengan memahami bahasa

tulisan dengan membaca, proses-proses kognitiflah yang terutama bekerja. Oleh

sebab itu, membaca juga dapat meningkatkan daya nalar.

Sejalan dengan pentingnya aktivitas membaca bagi manusia, maka tepat

pula jika membaca menjadi bagian penting dari keterampilan dan kemampuan

dasar yang harus dikembangkan di Sekolah Dasar ( SD ). Dalam Kurikulum SD

1994 (Tim Depdikbud, 1993 a: 15), bahwa keterampilan dan kemampuan dasar

yang dikembangkan di SD adalah baca tulis hitung, kemampuan baca dan tulis

(2)

bicara. Sedangkan kemampuan hitung dikembangkan melalui pembelajaran

matematika.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) tahun 2012 untuk

SD, tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di antaranya: (1) peserta didik

memiliki kemampuan berkomuniasi secara efektif dan efisien secara lisan

maupun tulis; (2) menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan intelektual

emosional dan sosial; (3) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

memperluas wawasan, serta meningkatkan pngetahuan dan kemampuan

berbahasa. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek

yaitu (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis.

Dalam Kurikulum BI SD 1994 pembelajaran membaca dibedakan (1)

membaca permulaan, (2) membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan

diberikan di kelas I dan II. Jenis membaca yang diajarkan di kelas ini adalah

teknik yang bertujuan agar siswa ‘melek huruf’. Pembelajaran membaca lanjut

dilaksanakan di kelas III sampai kelas VI, dengan tujuan utamanya agar siswa

‘melek wacana’. Salah satu pembelajaran yang diajarkan dalam membaca lanjut

adalah membaca pemahaman.

Menurut Wells dalam Joni (1990: 1) tujuan pembelajaran membaca

pemahaman di SD bukan hanya pada tercapainya keberwacanaan, tetapi

tercapainya kemahirwacanaan, yaitu ketrampilan membaca yang ditandai oleh

adanya kemampuan siswa dalam memaknai, meringkas, menjelaskan, dan

mensintesiskan informasi dalam teks. Tujuan utama kemahirwacanaan dalam

(3)

(Tim Depdikbud, 1993: 23-24) adalah agar siswa mampu memahami isi bacaan

dan memiliki kegemaran serta keterampilan membaca untuk meningkatkan

pengetahuan dan memanfatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemahirwacanaan dalam pembelajaran membaca pemahaman di kelas V

SD berdasarkan Kuriulum BI SD 1994 (Tim Depdikbud, 1993: 21) bertujuan

agar siswa dapat menyerap isi bacaan, dapat menceritakan kembali isi bacaan

dengan kata-kata sendiri, dapat memberikan tanggapan terhadap sifat dan watak

pelaku yang ada dalam bacaan atau cerita. Hal ini sesuai pendapat Tarigan (1987:

151) bukti bahwa siswa telah memahami isi bacaan ialah apabila sudah bisa

menceritakan kembali isi bacaan.

Untuk sampai pada tujuan tersebut maka pembaca harus dapat memilih dan

menetapkan kata kunci, kalimat topik, struktur bacaan dalam bentuk skema. Agar

siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan dengan menggunakan kata-kata

sendiri diperlukan tingkat pemahaman interpretatif, sedangkan untuk memberikan

tanggapan atas peristiwa atau pelaku cerita yang ada di dalam bacaan diperlukan

pemahaman tingkat kritis. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa siswa kelas V

SD belum dituntut untuk memahami bacaan sampai pada pemahaman bacaan

tingkat kritis.

Kemampuan membaca kelas V SDN Bringkeng 03 kecamatan

Kawunganten Kabupaten Cilacap juga masih rendah. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang peneliti lakukan melalui studi pengamatan pembelajaran di

kelas pada tanggal 7 dan 8 Januari 2013, dapat diperoleh informasi bahwa siswa

(4)

setelah kegiatan pembelajaran membaca pemahaman, secara umum siswa baru

mampu menjawab pertanyaan secara literal yang terkait dengan isi bacaan.

Siswa pada umumnya tidak dapat ketika mereka diminta menceritakan

kembali isi bacaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam membaca pemahaman

siswa kelas V SDN Bringkeng 03 ternyata belum mampu menemukan ide-ide

pokok paragraf, belum mampu menemukan hubungan pola hubungan antaride,

belum mampu menemukan ide utama bacaan. dan belum mampu menceritakan

kembali isi bacaan, apa lagi menggunakan kata-kata sendiri. Ini menunjukkan

bahwa dalam tingkat pemahaman dalam pembelajaran membaca pemahaman,

siswa kelas V SD Negeri Bringkeng 03 masih rendah. (Data nilai terlampir).

Kegagalan siswa dalam memahami isi bacaan sejalan dengan

kesulitan-kesulitan membaca pemahaman yang diutarakan oleh Rofi’udin (1997: 4) bahwa

pada umumnya dalam membaca pemahaman siswa mengalami kesulitan dalam

hal mengenali ide pokok dan ide penjelas, mencari hubungan antaride, mencari

interensi dan mengorganisasikannya.

Belum mampunya siswa kelas V SD Negeri Bringkeng 03 dalam

menemukan ide-ide pokok pada setiap paragraf, menemukan pola hubungan

antaride, menemukan ide utama bacaan, serta belum mampunya siswa

menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri, diduga belum

optimalnya pelayanan guru terhadap perkembangan kognitif dan perkembangan

bahasa siswa, baik pada saat prabaca, saat baca maupun pascabaca.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis di kelas, diperoleh temuan

(5)

dipahami oleh siswa. Pada saat baca guru hanya mengawasi siswa, dan pada saat

pascabaca siswa hanya diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan bacaan.

Kegiatan menceritakan kembali isi bacaan hanya diberikan kepada siswa yang

tergolong pandai tanpa bimbingan, sehingga hasilnya masih belum sesuai dengan

harapan guru.

Di dalam pembelajaran membaca, guru belum optimal dalam melatih siswa

untuk menentukan ide-ide pokok paragraf, menentukan hubungan antaride dalam

bacaan, menentukan ide utama bacaan, belum melatih siswa menvisualisasikan

pola hubungan antaride ke dalam bentuk peta/jaringan struktur isi bacaan, dan

belum melatih siswa menggunakan peta/jaringan struktur isi bacaan sebagai

media untuk menceritakan kembali isi bacaan. Padahal visualisasi pola hubungan

antaride berbentuk peta/jaringan isi bacaan merupakan salah satu bentuk penanda

kongkrit struktur isi bacaan yang sangat dibutuhkan oleh siswa kelas V SD yang

sedang berada dalam tarap perkembangan kognitif “operasional konkret” dan

perkembangan bahasanya sedang berada dalam tahap perkembangan kreatif.

\Piaget (dalam Chaer,2009: 223) menyatakan sebagai berikut. ‘[p

“Bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi urut-urutan perkembangan kognitif menentukan perkembangan bahasa. Tahab operasional kongkret ini dilalui anak yang berusia tujuh sampai menjelang sebelas tahun”.

Menurut Chaer (2009: 229) tahap perkembangan operasional kongkret ini

(6)

kemampuan siswa dalam berfikir logis, dapat memahami konsep konversi,

urutan/rangkaian, klasifikasi dan menghitung angka-angka, tetapi di dalam

memahaminya masih memerlukan penanda kongkritnya. Perkembangan bahasa

pada tahap kreatif menurut Syafi’ie (1994: 36) ditandai oleh kemampuan siswa

dalam menggunakan kata-kata abstrak, dimulai dari memahami bacaan secara

literal kemudian menginterpretasikan dan memberikan reaksinya berupa penilaian

terhadap apa yang dikatakan penulis, dilanjutkan dengan mengembangkan

pemikiran-pemikiran sendiri untuk membentuk gagasan, wawasan, pendekatan

dan pola-pola pikiran baru.

Belum divisualisasikannya pola hubungan antaride dalam bentuk

peta/jaringan struktur struktur isi bacaan dalam pembelajaran membaca di kelas

V SD Negeri Bringkeng 03, diduga sebagai salah satu penyebab siswa belum

mampu melihat secara kongkret pola hubungan antaride yang menjadi isi bacaan.

Padahal pola hubungan antariide merupakan penanda kongkret isi bacaan yang

sekaligus dapat digunakan siswa sebagai alat bantu untuk menceritakan kembali

isi bacaan dengan kata-kata sendiri.

Buzon (dalam Olivia, 2008: 13) mengembangkan mind mapping, teknik

memetakan pikiran, sebagai salah satu ketrampilan paling efektif dalam proses

berfikir kreatif. Dengan pemetaan pikiran, pembelajaran akan lebih menarik

secara visual dan dapat melibatkan belahan otak kiri dan kanan.

Perhatian sistematik petunjuk struktur organisasi bacaan dan

mengkreasikannya dalam bentuk sajian visual hubungan ide, dapat membantu

(7)

bacaan dipetakan dan digunakan sebagai media dalam pembelajaran membaca

pemahaman, maka pola hubungan antaride akan tampak lebih kongkret sehingga

kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi bacaan diharapkan akan lebih

baik.

Kurang optimalnya pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri

Bringkeng 03 kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap, seperti tersebut di

atas kiranya perlu segera diatasi atau diperbaiki. Perbaikan tersebut perlu

dilakukan secara menyeluruh, yakni meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. Caranya ialah dengan memasukkan visualisasi pola hubungan antaride

bacaan ke dalam proses pembelajaran

Menurut pengamatan peneliti, selama ini strategi pembelajaran membaca

pemahaman yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Bringkeng 03 masih

dilakukan secara konvensional. Peran guru dalam kegiatan belajar-mengajar,

masih sangat dominan. Pelaksanaan pembelajaran membaca masih sering

dilakukan dengan cara menyuruh siswa membaca teks bacaan tanpa bimbingan

yang optimal. Kegiatan tanya jawab tentang isi bacaan, hanya berdasarkan pada

pertanyaan yang sudah tersedia di bawah teks bacaan. Guru kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Tes akhir dalam pembelajaran membaca pemahaman sering dilakukan

dengan cara menyuruh beberapa anak yang dianggap pandai, untuk

memnceritakan isi bacaan atau menyimpulkan isi bacaan. Kegiatan pembelajaran

semacam ini berjalan secara monoton hampir pada setiap pembelajaran membaca

(8)

membaca pemahaman tidak diarahkan untuk membimbing siswa memperoleh

pemahaman secara lebih komprehensif, tetapi justru menimbulkan kebosanan

pada diri siswa. Kalaupun terjadi interaksi antar guru dan siswa, itupun terbatas

hanya terjadi pada beberapa siswa, sehingga kemampuan pemahaman rata-rata

kelas terhadap materi bacaan tidak tercapai.

Atas dasar itu, maka diperlukan adanya upaya perbaikan terhadap

penggunaan strategi dalam pembelajaran membaca pemahaman yang lebih

mengarah pada upaya pemberdayaan siswa secara lebih optimal ataupun

penggunaan strategi pembelajaran membaca pemahaman yang merangsang siswa

untuk lebih kreatif.

Bertitik tolak pada kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian. Penelitian ini untuk mencari alternatif tentang strategi pembelajaran

membaca pemahaman di kelas V SD Negeri Bringkeng 03, guna untuk

memperbaiki pelaksanaan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman, sehingga

akan mendapat hasil yang optimal.

Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman di kelas

V SD Negeri Bringkeng 03, peneliti berkolaborasi dengan guru pada sekolah

tersebut yang dijadikan tempat penelitian. Penelitian yang dilaksnakan ini akan

menerapkan strategi pembelajaran membaca dengan pemahaman yang sesuai

dengan perkembangan kognitif maupun perkembangan bahasa. Strategi

pembelajaran membaca yang dimaksud adalah penerapan “Strategi Pemetaan

(9)

SPSIB merupakan strategi pembelajaran membaca yang dirancang secara

khusus diharapkan dapat membantu siswa dalam menemukan ide-ide pokok pada

setiap paragraf dalam bacaan, membantu siswa untuk mampu menemukan pola

hubungan antaride dalam paragraf, membantu siswa agar dapat menemukan ide

utama bacaan, membantu siswa dalam menuangkan ide utama bacaan maupun

ide-ide pokok paragraf kedalam bentuk pemetaan pemikiran. Model

pembelajaran dengan pemetaan pikiran ini diadopsi dari teori Buzan (2008: 14)

ada banyak manfaat yang bisa diperoleh melalui penerapan pemetaan pikiran.

Mind mapping akan membuat ide tercurah, lalu memancar ke ide berikutnya.

Gagasan dibiarkan sebagai suatu kemungkinan sebagai suatu kemungkinan yang

terbuka lebar sehingga peta kemudian berkembang dan semakin meningkat.

Dengan demikian, akhirnya anak bisa melihat seluruh gambaran materi

pelajaran hanya dalam satu catatan. Sruktur hubungan antaride yang terdapat

dalam bacaan divisualisasikan dalam bentuk peta jaringan ide-ide atau

konsep-konsep yang menggambarkan struktur isi bacaan. Dengan cara demikian siswa

akan dapat melihat hubungan antaride secara lebih kongkret. Selain dari itu,

bentuk pemetaan ide-ide ini selanjutnya akan digunakan oleh siswa sebagai alat

bantu dalam memnceritakan isi bacaan.

SPSIB merupakan strategi pembelajaran membaca pemahaman yang

dirancang agar pembelajaran membaca lebih sistematis, interaktif, komunikatif,

integratif dan siswa lebih aktif. Dengan penggunaan SPSIB diharapkan

(10)

(1) sistematik, sebab tahapan-tahapan dalam pembelajaran seperti tahapan

prabaca, saat baca dan pascabaca akan diteliti secara hierarkhis,

(2) interaktif, karena dalam proses penentuan prediksi isi bacaan, uji

prediksi,penemuan ide-ide pokok pada setiap paragraf, penemuan pola

hubungan antaride dalam paragraf atau antar paragraf, penemuan ide utama

bacaan, dan penuangan ide utama bacaan maupun penuangan ide-ide pokok

dari setiap paragraf ke dalam peta struktur isi bacaan dilakukan secara

interaktif antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa,

(3) komunikatif, karena disamping aktivitas utama siswa utama berupa kegiatan

membaca, siswa juga aktif menggunakan bahasa sebagai alat komuniasi

seoerti bertanya, menjawab pertanyaan, dan menceritakan kembali isi bacaan

dengan kata-kata sendiri,

(4) aktif, sebab pelaksanaan pembelajaran dengan strategi ini mengharuskan

siswa untuk aktif membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis,

(5) integratif, karena semua kompunen pembelajaran ketrampilan berbahasa

seperti membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis diajarkan secara

integral.

Hal ini sesuai dengan pendapat Buzan(2008: 69) peta pikiran adalah cara

termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak, dan mengambil informasi

keluar dari otak, merupakan cara membaca yang kreatif dan efektif. Peta pikiran

merupakan alat yang membantu otak kita berfikir secara teratur. Penggunaan

(11)

kita lakukan, dan teknik ini akan membuat kegiatan membaca lebih

menyenangkan.

Pembelajaran membaca pemahaman menggunakan SPSIB sesuai dengan

perkembangan koknitif dan perkembangan bahasa siswa, sehingga dapat

digunakan sebagai strategi dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran

Bahasa Indonesi tepatnya pada materi membaca pemahaman .

Dipilihnya SD Negeri Bringkeng 03 kecamatan Kawunganten Kabupaten

Cilacap sebagai tempat penelitian dengan alasan alasan sebagai berikut : (1)

secara geografis wilayah SD Negeri Bringkeng 03 cukup luas, sehingga jumlah

murid sampai 350 siswa, sehingga mempunyai prospek kedepan yang baik; (2)

rata-rata kondisi perkembangan fisik dan mental siswa kelas V SD Negeri

Bringkeng 03 normal, sehingga memungkinkan diterapkannya SPSIB; (3) usia

rata-rata siswa kelas V SD Negeri Bringkeng 03 adalah 11 tahun, yang berarti

mereka sedang berada dalam tahap perkembangan koknitif operasional konkret

dan perkembangan bahasanya berada tahap kreatif. Perkembangan ini sesuai

dengan karakteristik SPSIB yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar

siswa usia tersebut; (4) matapencaharian masyarakat beraneka ragam; (5) Tenaga

pendidik SD Negeri Bringkeng 03 bersedia membantu dan mau berkolaborasi

dalam penelitian ini, yang merupakan salah satu syarat adannya kegiatan

(12)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah SPSIB lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa

memahami isi bacaan, dibanding dengan pembelajaran secara konvensional?

2. Apakah SPSIB lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa

menceritakan kembali isi bacaan dibanding dengan pembelajaran secara

konvensional ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui:

1) efektifitas penerapan SPSIB dalam meningkatkan kemampuan siswa, pada

aspek memahami isi bacaan, pada pembelajaran membaca pemahaman

dibanding dengan pembelajaran secara konvensional.

2) efektifitas penerapan SPSIB dalam meningkatkan kemampuan siswa, pada

aspek menceritakan kembali isi bacaan, pada pembelajaran membaca

pemahaman dibanding dengan pembelajaran secara konvensional

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup penerapan SPSIB dalam

pembelajaran membaca pemahaman di kelas V SD Negeri Bringkeng 03, yang

(13)

1. Penerapan SPSIB dalam perencanaan pembelajaran membaca, antara lain

meliputi: perumusan tujuan khusus pembelajaran, pemilihan dan penetapan

bahan bacaan, media, prosedur pembelajaran, dan perencanaan evaluasi.

Penetapan tema dan butir-butir pembelajaran walaupun muncul dalam rencana

pembelajaran, tetapi tidak termasuk lingkup penelitian ini.

2. Penerapan SPSIB dalam aktivitas pembelajaran membaca pemahamaan

tercermin pada aktivitas siswa kelas V SD dalam menemukan ide-ide pokok

setiap paragraf, menentukan pola hubungan antaride dalam paragraf,

menemukan ide utama bacaan, menuangkan ide utama dan ide-ide pokok ke

dalam bentuk peta struktur isi bacaan serta menggunakannya sebagai media

penceritaan kembali isi bacaan. Aktivitas siswa dalam memprediksi isi bacaan

dan memaknai kata-kata sukar yang ada dalam bacaan, walaupun dilakukan

dalam pembelajaran tetapi aspek tersebut tidak diteliti, sebab keduanya tidak

menjadi tujuan penelitian.

3. Penerapan SPSIB dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca

pemahamaan tercermin pada pelaksanaan penilaian terhadap unjuk kerja

siswa kelas V SD dalam memahami isi bacaan, baik pada penelitian proses

maupun penelitian hasil

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian dapat dikelompokkan menjadi

(14)

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah:

a. bermanfaat sebagai uji empirik terhadap strategi pembelajaran membaca

pemahaman terutama strategi learning text structure yang dikembangkan

menjadi SPSIB;

b. bermanfaat untuk menemukan perlakuan, pendekatan strategi yang cocok

bagi guru sehingga dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran

meningkatkan kemampuan menceritakan isi bacaan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. meningkatkan pengetahuan khususnya bagi para guru sekolah dasar dalam

memberikan pembelajaran bahasa Indonesia, dan para pengembang

kurikulum bahasa Indonesia dalam usaha memecahkan masalah kebutuhan

strategi pembelajaran membaca pemahaman sebagai upaya meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami dan menceritakan isi bacaan;

b. meningkatkan kemampuan guru dalam menentukan alternatif cara

mengajar di kelas, terutama pada pembelajaran ketrampilan menceritakan

kembali isi bacaan;

c. meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia

tentang membaca pemahaman, sehinga mempunyai kebiasaan membaca

dalam kehidupan sehari-hari;

d. memberi alternatif solusi dalam usaha memecahkan masalah rendahnya

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, bentonit memiliki dua lapisan interlayer yang berbeda sehingga bentonit mempunyai kemampuan tukar kation yang tinggi, karena bentonit merupakan

Huruf c: Yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang

Maka dari itu dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini tentu akan banyak pengaruh/dampak dari teknologi itu, maka perlu adanya sebuah pelajaran yang menjelaskan

Namun sebagai gambaran ditentukan bahwa amplitudo crest voltage dapat mencapai jutaan volt, namun memiliki waktu rambat yang sangat singkat (dalam skala mikro detik). Tail

Variabel-variabel yang diukur pada pengujian pompa adalah temperatur sisi atas evaporator (T1), temperatur sisi dibawah pemanas spirtus (T2), temperatur sisi uap (T3),

RUANG LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN MUTU PADA BANGUNAN GEDUNG MELIPUTI DUA HAL UTAMA, YAITU PENGAWASAN TERHADAP JENIS MATERIAL YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI/ BAHAN BANGUNAN

informasi yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pendapat dari siswa dan guru terhadap penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam. pembelajaran

Namun pada putusan bawaslu terhadap sengketa verifikasi Partai Bulan Bintang merupakan sengketa verifikasi partai politik peserta pemilu yang dilihat dari segi