• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ke waktu mengalami perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ke waktu mengalami perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya untuk"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan erat kaitannya dengan kurikulum. Kurikulum dari waktu ke waktu mengalami perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu melalui penyempurnaan kurikulum. Pada saat ini kurikulum di Indonesia kembali mengalami pembaharuan yaitu dari kurikulum 2006 atau yang biasa disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

Penggunaan Kurikulum 2013 mengubah paradigma belajar, yakni dari paradigma teaching menjadi learning. Bukan lagi guru yang menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran, namun peserta didik yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Perubahan paradigma belajar ini sejalan dengan kompetensi lulusan yang diharapkan sesuai dengan amanat dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Pembelajaran harus melibatkan peserta didik untuk lebih aktif, kritis dan menekankan pada keterampilan peserta didik.

Salah satu mata pelajaran yang terdapat pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) ialah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada hakikatnya pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga peserta didik dapat berfikir kritis menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah. Berdasarkan

(2)

2

pernyataan tersebut maka science process skill merupakan komponen penting dalam pembelajaran IPA untuk menekankan pemahaman konsep IPA dan penerapan keterampilan proses.

Science process skill sangat penting dalam peningkatan keterampilan dan peningkatan mutu pendidikan. Science process skill merupakan keterampilan yang dapat digunakan peserta didik untuk menyelidiki dunia sekitar mereka dan membangun konsep ilmu pengetahuan. Science process skill harus dibiasakan pada peserta didik agar tidak hanya menjadi pembelajar yang pasif yaitu yang hanya dapat menerima informasi, namun juga harus dapat melakukan pencarian informasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian sangat penting untuk mengetahui ketercapaian science process skill.

Kemampuan peserta didik dalam menguasai science process skill perlu diukur oleh guru sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Cara untuk mengetahui ketercapaian science process skill diperlukan adanya penilaian. Penilaian digunakan sebagai acuan guru untuk bertindak dalam pengambilan keputusan. Penilaian yang tepat dapat membantu dalam meningkatkan kualiatas pendidikan dan membantu guru untuk menganalisis tingkat kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Fakta yang terjadi di lapangan, penilaian seringkali hanya terfokus pada penguasaan materi peserta didik saja, sedangkan penilaian pada kemampuan science process skill masih kurang. Penilaian dalam kurikulum 2013 sudah mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Buku guru

(3)

3

yang digunakan sebagai acuan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 sudah dilengkapi dengan berbagai instrument penilaian baik untuk mnegukur sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Instrumen penilaian yang digunakan guru untuk mengukur science process skill adalah lembar observasi. Hal ini menuntut guru untuk dapat menilai secara langsung kegiatan setiap peserta didik ketika proses praktikum dilaksanakan. Guru juga bertanggungjawab dalam mengarahkan peserta didik ketika praktikum, mengawasi jalannya praktikum, sehingga akan kesulitan dalam fokus menilai ketercapaian science process skill peserta didik dengan menggunaan lembar observasi. Sedangkan setiap guru memiliki kemampuan yang berbeda-beda saat menilai. Banyak terjadi lembar observasi yang digunakan guru sebagai instrument penilaian science process skill tidak digunakan secara optimal dan hasil penilaian terhadap peserta didik kurang obyektif.

Keberhasilan kegiatan evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru sangat tergantung pada kemampuan guru dalam melakukan evaluasi. Kemampuan ini meliputi kemampuan membuat soal yang berkualitas dan dapat mengukur aspek yang akan dievaluasi, melaksanakan evaluasi di kelas, serta mengolah data hasil evaluasi yang telah dilakukan. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan seorang guru dalam membuat soal yang baik adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses evaluasi. Fakta di lapangan, guru kesulitan dalam membuat standar soal yang dapat mengukur ketercapaian science process skill.

(4)

4

Mengetahui pentingnya science process skill, maka perlu dilakukan adanya penilaian terhadap ketercapaian science process skill. Selain dengan pengamatan langsung menggunakan lembar observasi, science process skill dapat dilakukan dengan tes tertulis. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dikembangkannya instrument penilaian untuk mengukur ketercapaian science process skill dalam bentuk tes tertulis. Menggunakan tes tertulis merupakan salah satu cara dan alternatif yang dapat membantu guru dalam mengetahui ketercapaian science process skill. Ebel & Frisbie dalam Bambang Subali (2011: 131) mengemukakan bahwa tes tertulis tidak dapat digunakan untuk mengukur performance, tetapi berguna untuk mengukur penguasaan basis pengetahuan, termasuk basis pengetahuan bagi peserta didik untuk menampilkan performansnya. Science process skill merupakan keterampilan kinerja (performance skill) yang memuat aspek keterampilan kognitif (cognitive skill) dan keterampilan intelektual yang melatarbelakangi penguasaan science process skill. Dengan demikian science process skill termasuk dalam keterampilan yang dapat diukur dengan menggunakan tes tertulis.

Penelitian ini terfokus untuk membuat butir soal tes yaitu tes uraian untuk mengukur ketercapaian science process skill. Soal uraian dapat meminimalisir faktor guessing serta lebih mudah dalam menganalisis ketercapaian science process skill dengan memfokuskan pada uraian jawaban peserta didik. Uraian jawaban peserta didik dapat memperlihatkan alur berfikir peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan.

(5)

5 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran IPA masih bersifat teacher centered. Hal ini tidak sesuai dengan keurikulum 2013 yang menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran seharusnya bersifat student centered yang melibatkan peserta didik untuk lebih aktif.

2. Science process skill sangat penting dalam peningkatan keterampilan dan mutu pendidikan, sehingga ketercapaiannya perlu diukur.namun kenyataannya guru seringkali hanya melakukan penilaian pemahaman materi ranah kognitif tanpa menilai science process skill.

3. Belum tersedia butir soal tes yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian science process skill secara lebih objektif. Penilaian science process skill masih menggunakan lembar observasi yang menuntut guru dapat menilai secara langsung selama kegiatan pembelajaran. Banyak terjadi lembar observasi tidak digunakan secara optimal sehingga hasil penilaian kurang objektif, padahal penilaian perlu dilakukan secara lebih objektif dan tepat sebagai acuan untuk bertindak dalam pengambilan keputusan.

(6)

6

4. Kemampuan guru dalam membuat soal yang baik adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan evaluasi, namun masih banyak guru yang kesulitan dalam membuat standar soal yang dapat mengukur ketercapaian science process skill.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka fokus penelitian ini dibatasi pada permasalahan nomor 3 dan 4 yaitu:

1. Pengembangan butir soal berbasis pada kompetensi science process skill. 2. Butir soal tes yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur

ketercapaian science process skill peserta didik SMP kelas VII pada pokok bahasan “Kalor dan Perpindahannya”.

3. Aspek science process skill yang diukur meliputi keterampilan mengamati, menginferensi, memprediksi, mengidentifikasi variabel, mengkomunikasikan, merancang percobaan, dan menerapkan konsep. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kelayakan butir soal tes IPA yang dikembangkan ditinjau dari validitas dan reliabilitasnya?

2. Bagaimana ketercapaian science process skill pada peserta didik SMP kelas VII yang diukur menggunakan soal yang dikembangkan?

(7)

7 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kelayakan butir soal tes IPA yang dikembangkan berdasarkan validitas dan reliabilitas.

2. Mengetahui ketercapaian science process skill pada peserta didik SMP kelas VII yang diukur menggunakan soal yang dikembangkan.

F. Spesifikasi Produk dan Keterbatasan Pengembangan 1. Spesifikasi Produk

Penelitian ini mengembangkan soal tes untuk mengukur ketercapaian science process skill pada pesarta didik SMP kelas VII, yang memiliki spesifikasi produk sebagai berikut :

a. Soal yang dikembangkan berupa soal tes uraian yang penyusunannya mengacu pada Kurikulum 2013.

b. Kompetensi dasar soal yang akan dikembangkan adalah KD 3.7 pada materi Kalor dan Perpindahannya.

c. Naskah soal terdiri dari 25 soal uraian yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian science process skill dengan waktu pengerjaan 90 menit.

d. Soal tes yang dikembangkan berdasarkan pada panilaian dan kompetensi dalam science process skill.

(8)

8 2. Keterbatasan Pengembangan

Keterbatasan pada penelitian ini adalah pengembangan hanya dilakukan untuk instrumen penilaian berupa butir soal tes uraian pada pokok bahasan “Kalor dan Perpindahannya” untuk mengetahui ketercapaian beberapa aspek science process skill pesera didik SMP kelas VII.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Peserta Didik

a. Diharapkan peserta didik menjadi lebih termotivasi dan tertantang untuk menyelesaikan segala persoalan dalam soal tes yang dikembangkan.

b. Melatih peserta didik untuk berfikir ilmiah dan memiliki keterampilan proses sains melalui instrumen penilaian yang dikembangkan.

c. Memotivasi peserta didik untuk tidak mengandalkan faktor guessing dalam menjawab pertanyaan sehingga lebih giat dalam belajar.

2. Guru

a. Butir soal tes yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai alat bagi guru untuk mengukur ketercapaian science process skill peserta didik pada materi kalor dan perpindahan.

b. Instrumen penilaian soal tes yang dikembangkan dapat digunakan sebagai contoh bagi guru untuk mengembangkan instrumen penilaian tes tertulis pada materi IPA lainnya.

(9)

9 3. Sekolah

Memperkaya referensi sekolah mengenai instrumen penilaian tes tertulis untuk ketercapaian science process skill yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun program semester maupun tahunan pada mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lainnya.

4. Peneliti

Memperoleh gambaran tentang bagaimana upaya untuk dapat mengembangkan soal tes yang dapat digunakan sebagai alat ukur ketercapaian science process skill.

H. Definisi Operasional 1. Tes

Tes dalam penelitian ini merupakan alat ukur berbentuk satu set pertanyaan dalam bentuk uraian untuk mengukur ketercapian science process skill pada peserta didik SMP.

2. Science Process Skill

Proses pembelajaran dalam mata pelajaran IPA yang sesuai dengan hakekat IPA yakni bertumpu pada proses ilmiah. Proses ilmiah melibatkan berbagai science process skill. Science process skill dalam penelitain ini dalam bentuk kemampuan kognitif atau sebatas kemampuan berfikir yang melatarbelakangi seseorang melakukan sesuatu atau mengambil tindakan sebagai perwujudan performansi. Penelitian ini soal yang dikembangkan mencakup gabungan dari basic science process skill dan integrate science process skill yang sesuai dengan pokok materi yang diujikan. Sub aspek

(10)

10

science process skill yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah keterampilan mengamati, meginferensi, memprediksi, mengidentifikasi variabel, mengkomunikasikan, merancang percobaan, dan menerapkan konsep.

3. Kelayakan butir soal tes

Kelayakan butir soal tes dalam penelitian ini dilihat berdasarkan validitas dan reliabilitas tes menurut model kredit parsial (Partisl Credit Model atau PCM) sebagai perluasan Rasch Model (RM) yang merupakan model 1-PL.

Referensi

Dokumen terkait

(9) Kegiatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) hurufh ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya di daerah sesuai dengan bidang

Ditemukan insiden hipertensi pada yang stres sebesar 20,5% sedang responden yang tidak mengalami stres hanya 15,3%, dan keadaan ini berhubungan secara bermakna dengan nilai p

(1) Setiap Perpindahan Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana pada Pasal 31 ayat (1) dicatat dalam buku Induk Penduduk dan buku mutasi Penduduk serta

memiliki kesadaran diri untuk menanamkan nilai-nilai spiritualnya, hal ini terlihat dari siswa yang sering bolos pada jam istrahat (sholat dzuhur berjamaah) dengan rutinitas

Contrary to Socrates’s attempt to educate others through the forms, Hoja makes no effort to help others rid themselves of their evil because he believes their evil is innate..

 Dimana dalam setiap tahapan produksi untuk menghasilkan suatu produk akhir, dihitung “value added” dari suatu produk dan inilah yg dimasukkan dalam.

1 Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh. 2 Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang

10) Pemahaman terhadap tujuan program BBM: Secara umum peserta BBM relatif memiliki jawaban yang sama untuk pertanyaan ini. Mereka memahami tujuan program ini adalah