• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS BERBANTUAN VIDEO BAHASA ISYARAT MATERI BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI UNTUK MELATIH KEWIRAUSAHAAN SISWA SMALB TUNARUNGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS BERBANTUAN VIDEO BAHASA ISYARAT MATERI BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI UNTUK MELATIH KEWIRAUSAHAAN SISWA SMALB TUNARUNGU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS BERBANTUAN VIDEO BAHASA ISYARAT MATERI BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI–HARI

UNTUK MELATIH KEWIRAUSAHAAN SISWA SMALB TUNARUNGU

DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET ASSISTED SIGN LANGUAGE VIDEO ON CHEMISTRY DAILY LIFE TO TRAIN

ENTREPRENEURSHIP FOR HEARING IMPAIRMENT IN SMALB

Anggraeni Nurmalasari dan Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia, FMIPA, Unesa

e-mail: Anggraeninurmalasari94@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengembangkan kelayakan LKS berbantuan video bahasa isyarat. Kelayakan LKS ditinjau dari kriteria isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan, sedangkan, kelayakan video bahasa isyarat ditinjau dari kriteria isi, bahasa, dan penyajian, aktivitas kewirausahaan serta respon siswa. Jenis penelitian adalah R&D (Research and Development). Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar telaah, lembar validasi, lembar aktivitas kewirasuahaan, dan angket respon siswa. Sumber data berasal dari dosen kimia, dosen PLB, guru IPA SMALB-B, dan 6 orang siswa SMALB-B Karya Mulya Surabaya. Teknik pengumpulan data melalui angket dan observasi yang dianalisis secara deskriptif. Kemampuan kewirausahaan yang dilatihkan yaitu inovatif, komunikatif, tanggung jawab, dan disiplin. Hasil penelitian menunjukkan kelayakan LKS yang dikembangkan mendapat persentase antara 80%-90% dengan kategori Sangat Layak. Kelayakan video berbantuan video bahasa isyarat mendapat persentase antara 85%-95% dengan kategori Sangat Layak. Aktivitas kewirausahaan berdasarkan inovatif, komunikatif, tanggung jawab, dan disiplin mendapat persentase antara 63,88%-81,11% dengan kriteria Tuntas. Respon siswa menunjukkan bahwa siswa sangat merespon baik dengan persentase 91,11%.

Kata-kata kunci: LKS, video bahasa isyarat, kewirausahaan, tunarungu.

Abstract

The aim of this research to develop the feasibility of students worksheet assisted sign language video in term of content, language, presentasion, grapichal, whereas feasibility of video sign language in term of content, language, and presentation, activity entrepreneurship as well as student’s response. The type of research is a research and development (R&D). The instrument which used consist of analysis sheet, validation, and student responses, questionire. Source of data were obtained by chemistry lecturer, PLB lecturer, sains teacher in SMALB-B, and 6 students of SMALB-B Karya Mulya Surabaya. The technique of data collection are questionnaire and observation are analyzed by descriptive. Entrepreneurship abilities was trained in research that is innovative, communicative, responsibility, and discipline. The result of student worksheet to practice entrepreneurship percentage feasibility between 80%-90% categorized as very feasible. The result of research form video sign language get percentage feasibility between 85%-95% categorized as very feasible. Activity of entrepreneurship about inovative, communicative, responsibility, and dicipline got percentage between 63,88%-81,11% with criteria complated. The responses of students showed very good with percentage 91,11%.

Keywords: Worksheet, video sign language, entrepreneurship, hearing impairment. .

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal usul, status sosial, ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang. Anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus berhak untuk mendapatkan pendidikan [1]. Pendidikan anak tunarungu pada tingkat menengah atas yakni Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Pendidikan yang diberikan memiliki suatu acuan pembelajaran yaitu kurikulum.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran. Kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus berbeda dengan siswa normal. Kurikulum pendidikan khusus terdiri dari 10 mata pelajaran, muatan lokal, program khusus dan pengembangan diri [2].

Tunarungu adalah orang yang mengalami kerusakan organ telinga sehingga tidak dapat menerima rangsangan suara [3]. Dampak dari ketunarunguan yakni terhambatnya komunikasi lisan secara ekspresif (berbicara) maupun reseptif (memahami pembicaraan orang lain), sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Komunikasi total merupakan komunikasi yang digunakan oleh sesama anak tunarungu saat berkomunikasi dengan menggabungkan metode komunikasi oral (berbicara dan membaca ujaran), aural (memanfaatkan sisa pendengaran), dan manual menggunakan bahasa isyarat (ejaan jari/finger spelling) [4].

Berdasarkan studi lapangan pada bulan Mei 2015 di SMALB-B Karya Mulya Surabaya dengan memberikan angket untuk siswa kelas X yang berjumlah 14 orang di dapatkan hasil bahwa 71,42% siswa menyukai pelajaran

IPA. Pelajaran IPA yang disenangi khususnya kimia mendapatkan persentase sebesar 42,85%. Rasa ingin tahu siswa untuk membuat sabun sangat tinggi sebesar 42.85%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ketertarikan siswa terhadap pelajaran IPA khususnya kimia serta rasa ingin tahu siswa untuk membuat sabun.

Hasil wawancara dengan guru IPA SMALB belum adanya LKS IPA khususnya kimia yang mengaplikasikan materi ke dalam suatu produk yang bermanfaat serta dapat melatih kewirausahaan siswa. Sumber belajar yang digunakan oleh siswa yakni menggunakan berbagai macam buku serta penjelasan dari guru. Melatih bakat siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri dan komunikatif dapat dengan berwirausaha. Bukan hanya orang normal saja yang dapat menghasilkan produk, melainkan orang yang memiliki kebutuhan khusus pun dapat menghasilkan suatu produk yang bermanfaat dan juga ekonomis[5].

Menulis dapat membantu siswa tunarungu berkomunikasi secara tidak langsung dalam belajar. Menulis juga dapat mengembangkan pengetahuan siswa serta mengetahui kemampuan pemahaman siswa [6]. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dapat dijadikan guru untuk membantu siswa tunarungu belajar menyampaikan pendapat melalui sebuah tulisan. LKS merupakan lembaran yang berisikan tugas untuk dikerjakan oleh siswa. Lembaran ini berisi materi, ringkasan, petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa [7].

Pada penelitian ini, LKS kimia yang dikembangkan untuk siswa tunarungu berisi uraian materi, contoh, manfaat, dan langkah praktikum sabun yang dapat dijadikan peluang berwirausaha pada materi bahan kimia dalam kehidupan

(3)

sehari-hari. Materi tersebut dapat dijumpai dalam kehidupan dan disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator serta karakterisitik siswa tunarungu. Siswa tunarungu masih kesulitan untuk menuliskan apa yang telah diamati dan melengkapi langkah kerja praktikum [6]. Video bahasa isyarat dapat digunakan untuk memudahkan belajar karena siswa tunarungu memiliki kelebihan pada indera penglihatan.

Video merupakan media yang memperlihatkan gambar bergerak dengan suara yang mampu menyampaikan sebuah pesan informasi [8]. Hal ini sejalan dengan penelitian [9] video pembelajaran IPA mampu meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa tunarungu pada proses pembelajaran. Video pada penelitian ini memberikan informasi cara membuat sabun nanomaterial dan membuat kemasan sabun, penyampaian pesan menggunakan komunikasi total. Komunikasi total yakni menggabungkan semua metode komunikasi seperti bahasa isyarat, isyarat jari, gerak bibir, dan berbicara.

Melalui LKS berbantuan video bahasa isyarat, siswa dapat menulis materi yang dipahami, melakukan praktikum, serta mencipatakan sebuah hasil karya yang dapat dijadikan peluang usaha untuk masa yang akan datang. Kurangnya motivasi siswa tunarungu untuk menentukan karir di masa depan [5].

Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan LKS berbantuan video berbahasa isyarat pada materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan LKS berbantuan video bahasa isyarat ini diharapkan dapat menjadi salah satu komponen dalam menciptakan pembelajaran yang diminati siswa tunarungu, sehingga penelitian ini

diberi judul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbantuan Video Bahasa Isyarat pada Materi Kimia dalam Kehidupan Sehari–hari untuk Melatih Kewirausahaan Siswa SMALB Tunarungu”.

Rumus masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana kelayakan LKS berbantuan video bahasa isyarat ditinjau dari kriteria isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan? (2) Bagaimana kelayakan video bahasa isyarat ditinjau dari kriteria isi, bahasa, dan penyajian? (3) bagaimana aktivitas kewirausahaan siswa ditinjau dari aspek inovatif, komunikatif, tanggung jawab, dan disiplin? (4) bagaimana respon siswa setelah menggunakan LKS berbantuan video bahasa isyarat?.

METODE PENILITIAN

Metode penelitian yang digunakan yakni R&D (Research and Development). Penelitian ini hanya terbatas pada tahap studi pendahuluan dan tahap pengembangan [10]. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar telaah, lembar validasi, lembar aktivitas kewirausahaan, dan angket respon siswa.

Data hasil validasi akan dianalisis secara deskriptif. Analisis dilakukan terhadap setiap kriteria meliputi isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan. Persentase data hasil validasi diperoleh berdasarkan perhitungan Skala Likert seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Skala Likert

Kriteria Skor Buruk Sekali 1 Buruk 2 Cukup Baik 3 Baik 4 Sangat Baik 5 [11] Menghitung persentase setiap indikatornya digunakan rumus sebagai berikut:

(4)

=

%

Keterangan:

K = persentase penilaian F = jumlah jawaban responden N = skor tertinggi dalam angket I = jumlah pertanyaan dalam angket R = jumlah responden

Persentase yang diperoleh untuk mengetahui kelayakan LKS berbantuan video dengan menggunakan interpretasi skor sebagai berikut:

Tabel 2 Kriteria Interpretasi Skor Persentase (%) Kategori 0% - 20% Sangat Kurang 21% - 40% Kurang 41% - 67% Cukup 61% - 80% Layak 81%-100% Sangat Layak [11] Berdasarkan kriteria pada skala Likert menurut [11], LKS yang dikembangkan dikatakan Layak apabila hasil persentase yang didapatkan mencapai ≥61% sehingga Layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Angket respon siswa berisi tanggapan siswa setelah menggunakan LKS berbantuan video. Lembar observasi berisi penilaian dan komentar dari observer terhadap siswa tunarungu selama uji coba LKS berbantuan video bahasa isyarat. Hasil observasi aktivitas dan angket respon siswa dianalisis secara deskriptif. Persentase data angket dan observasi berdasarkan skala Guttman.

Tabel 3 Kriteria Skala Guttman Jawaban Nilai/Skor

Ya 1

Tidak 0

[11] Untuk mengetahui persentase kelayakan dari setiap indikatornya digunakan rumus:

P (%) = x 100%

Keterangan :

P = persentase (%) respon

Skor kriteria = skor tertinggi x jumlah aspek x jumlah responden

Jika persentase siswa yang memberi respon positif terhadap LKS berbantuan video bahasa isyarat ≥61%, maka LKS dapat dikatakan Layak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini akan diuraikan pembahasan kelayakan LKS dengan bantuan video bahasa isyarat. Kelayakan LKS ditinjau dari kriteria isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan, sedangkan kelayakan video bahasa isyarat ditinjau dari kriteria isi, bahasa, dan penyajian.

1. Kelayakan LKS

Penilaian LKS dilakukan oleh para ahli yakni 2 dosen kimia, 1 dosen PLB, dan 1 guru IPA SMALB. Kelayakan LKS yang dikembangkan pada aspek isi mendapatkan persentase 90% dengan kriteria Sangat Layak ditinjau dari tercapainya standar isi LKS [7]. Hal ini karena kegiatan praktikum yang terdapat dalam LKS disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak tunarungu. Anak tunarungu memiliki kemampuan yang sama seperti anak normal pada pelajaran keterampilan [5], sehingga tidak terdapat kendala ketika melakukan praktikum membuat sabun dan kemasan. Materi yang diberikan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang disajikan berdasarkan acuan kurikulum KTSP tahun 2006 pada materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari [2].

Kelayakan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek bahasa mendapatkan persentase sebesar 90% dengan kriteria Sangat Layak berdasarkan tercapainya

(5)

komponen kebahasaan [7]. Hal ini ditinjau dari penggunaan kosakata yang disajikan dalam LKS menggunakan kosakata umum supaya mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Kesulitan berkomunikasi yang dialami anak tunarungu mengakibatkan mereka memiliki kosakata yang terbatas. Penggunaan kosakata untuk anak tunarungu sebaiknya yang bersifat konkrit sehingga mudah ditunjukkan dalam bentuk nyata [13].

Kelayakan LKS berdasarkan aspek penyajian mendapatkan persentase sebesar 90% dengan kriteria Sangat Layak berdasarkan tercapainya komponen penyajian [7]. Hal ini ditinjau dari keruntutan langkah praktikum dalam LKS dari menyiapkan alat dan bahan, pembuatan sabun sampai pada tahap membuat kemasan sabun. Langkah praktikum disajikan urut agar memudahkan siswa dalam mengamati setiap tahapan membuat sabun dikarenakan siswa tunarungu memiliki kelebihan dalam indera pengelihatan [16].

Kelayakan LKS berdasarkan aspek kegrafikan mendapatkan persentase sebesar 90% dengan kriteria Sangat Layak berdasarkan tercapainya komponen foto [7]. Penggunaan foto jelas dan berwarna pada langkah praktikum agar memudahkan siswa dalam melaksanakan praktikum dengan runtut. Melalui sebuah foto yang berwarna dapat membangkitkan ketertarikan siswa untuk mencoba [14]. Foto merupakan alat bantu belajar bagi siswa untuk dapat memahami materi yang bersifat abstrak [8].

2. Kelayakan Video

Kelayakan isi video bahasa isyarat mendapatkan presentase sebesar 100% dengan kriteria Sangat Layak ditinjau dari tercapainya komponen isi video [7].

Penyampaian pesan dalam video menggunakan komunikasi total yang disesuaikan dengan perkembangan bahasa anak tunarungu sehingga menarik siswa untuk belajar. Komunikasi total merupakan saran komunikasi untuk sesama tunarungu yang menerapkan berbagai metode dan media komunikasi seperti isyarat jari, bibir, dan membaca ujaran [15].

Kelayakan bahasa video mendapatkan persentase sebesar 95% dengan kriteria Sangat Layak ditinjau dari tercapainya komponen kebahasaan [7]. Hal ini ditunjukkan pada pengucapan kosakata dalam video bahasa isyarat tidak terlalu cepat dikarenakan anak tunarungu menggunakan indera pengelihatan untuk membaca ujaran bibir. Pengucapan kosakata yang disampaikan secara perlahan agar siswa mudah memahami pesan yang disampaikan dalam video [8].

Kelayakan penyajian video mendapatkan persentase sebesar 90% dengan kriteria Sangat Layak ditinjau dari tercapainya komponen penyajian video [7]. Hal ini ditunjukkan pada aspek langkah praktikum pada video yang dapat diamati dengan jelas. Pengambilan video dilakukan dengan close up (CU) yakni memfokuskan pada langkah–langkah membuat sabun atau pada objek praktikum agar siswa dapat mengamatinya dengan baik. Langkah praktikum dilakukan dengan tahap demi tahap, serta mendekatkan objek karena siswa tunarungu memiliki pengamatan atau visual yang baik [16]. Penyampaian pesan yang disampaikan subjek pada video seakan akan berinteraksi dengan siswa yakni interaksi tatap muka [13].

3. Profil Per Subjek

Prapenelitian dilakukan pada bulan Mei 2015 dengan memberikan angket

(6)

biodata kepada 6 orang siswa tunarungu kelas X SMALB-B Karya Mulya Surabaya.

Tabel 4 Profil Per subjek

Tingkat ketunarunguan dalam desibel dikelompokkan menjadi 3 yakni ringan (20-30dB), sedang (40-60dB), dan berat (>60dB) [16]. Berdasarkan Tabel 4 terdapat tiga orang siswa perempuan dan tiga orang siswa laki-laki dengan rentang usia 16-20 tahun. Ketunarunguan yang dialaminya rata-rata sejak lahir, dengan tingkat ketunarunguan yang berbeda-beda. 4. Aktivitas Kewirausahaan Siswa

LKS berbantuan video bahasa isyarat bertujuan untuk melatih kewirausahaan supaya siswa dapat mengaitkan materi kimia yang dipelajari menjadi sebuah produk yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Terdapat 4 aspek kewirausahaan antara lain inovatif, komunikatif, disiplin, dan tanggung jawab. Aspek inovatif yakni memilih jenis nanomaterial, pewarna, pewangi, menghias kemasan sabun, dan membuat label sabun. Aspek tanggung jawab dalam hal ini yang mampu menyelesaikan prosedur praktikum sampai selesai dan mampu memahami nama alat serta menggunakannya sesuai dengan fungsinya. Kemampuan berkomunikasi merupakan keterampilan seseorang untuk berkerja sama dan membuat jejaring (network) untuk mengkomunikasikan hasil berpikir. Aspek komunikasi dalam LKS yakni yang

mampu mempersentasikan hasil latihan soal dan karya sabun di depan kelas. Aspek disiplin dalam hal ini siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu.

Hasil aktivitas kewirausahaan siswa pada aspek inovatif, komunikatif, tanggung jawab, dan disiplin mendapat persentase berturut-turut 81,11%; 66,66%; 63,88%; 77,77%. Aspek tanggung jawab mendapat persentase rendah yakni 66,66% dikarenakan ketidakmampuan siswa dalam menjelaskan kegunaan alat. Keterbatasan kosakata yang dimiliki anak tunarungu dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan bahasa [13].

Aspek inovatif memperoleh persentase paling tinggi yakni sebesar 81,11%, hal ini dikarenakan siswa diberi kebebasan untuk berkreasi dan mengeluarkan pendapat. Sesuai dengan sikap kewirausahaan,

kemampuan inovatif dapat

mengembangkan ide atau gagasan siswa dalam sebuah produk yang baru [5]. Semua siswa terlihat aktif selama kegiatan praktikum hal ini dapat terlihat dari aktivitas kewirausahaan siswa. Melatih kewirausahaan, dapat dihubungan dengan materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari [17].

5. Respon Siswa

Respon siswa diperoleh dari pendapat siswa setelah menggunakan LKS berbantuan video bahasa isyarat. Berdasarkan respon siswa diperoleh bahwa LKS dapat membuat aktif dalam pelajaran IPA, hal ini sesuai dengan kegunaan LKS sebagai sumber belajar yang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Penggunaan SIBI dalam LKS sesuai dengan perkembangan bahasa anak tunarungu. Keterbatasan pendengaran yang menyebabkan siswa kesulitan untuk

Subjek L/P Usia Tunarungu

sejak Tingkat Tunarungu RA P 16 Lahir Sedang AN P 16 Lahir Sedang CD L 18 Lahir Ringan BD L 20 Lahir Berat MR L 17 1 tahun Sedang OR P 18 18 bulan Berat

(7)

berbicara dan merespon suara dari luar sehingga dibutuhkan bahasa isyarat khusus untuk sesama tunarungu [4].

Penggunaan video yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran kimia, hal ini sesuai dengan media untuk anak tunarungu yakni visual atau audio visual karena mereka memiliki indera pengelihatan yang baik [16]. Langkah praktikum pada video mudah dimengerti, hal tersebut didukung oleh penggunaan komunikasi total pada video sebagai sarana komunikasi saat proses praktikum sedang berlangsung,sehingga memudahkan siswa untuk memahami pesan yang disampaikan dalam video. Video pembuatan sabun ini menarik, hal ini ditunjukkan dengan runtutnya langkah praktikum yang disajikan dalam video secara bertahap dan sederhana. Penggunaan video dalam pembelajaran dapat mengembangkan sikap kognitif, afektif, dan psikomotor siswa sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran [8].

6. Pembahasan Per Subjek

Subjek RA termasuk anak yang aktif, ceria, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi hal ini ditunjukkan saat praktikum, ia mengharum botol pewangi. Ketertarikan siswa terhadap alat bahan praktikum atau media belajar menjadikan ia lebih mudah memahami materi [8]. Kemampuan inovatif dan tanggung jawab yang baik saat praktikum membuat sabun dan kemasan. Hal ini ditunjukkan dalam angket respon RA bahwa bahasa LKS mudah dipahami dan langkah praktikum pada video mudah dimengerti. Penggunaan kalimat pendek bertujuan agar memudahkan siswa tunarungu dalam memahami materi [13]. RA tidak mengalami kesulitan terhadap LKS maupun video bahasa isyarat karena

ketunarunguan yang dialaminya pada tingkat sedang.

Subjek AN termasuk anak yang ceria dan memiliki kemampuan inovatif yang tinggi, hal ini terlihat dari ketertarikannya menjadi wirausahawan. Sesuai dengan angket respon yang menunjukkan video pembuatan sabun menarik dan adanya keinginan untuk menjadi pengusaha. Pada proses menuang pewarna ke dalam panci terlihat ekspresi terkejut dengan perubahan warna. Ia mengetahui kata pewarna, tetapi tidak pernah menggunakanya secara langsung. Hal ini menandakan adanya pengetahuan baru yang diperoleh siswa [8]. Dampak ketunarunguan pada tingkat sedang juga mengakibatkan AN kesulitan untuk menyusun kalimat sehingga ketika menulis terdapat huruf yang kurang [15].

Subjek CD termasuk anak yang pendiam dan pemalu ia memiliki sikap disiplin yang baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan menyelesaikan semua latihan soal dan praktikum dalam LKS dengan tepat waktu. Sesuai dengan sikap yang harus dimiliki seorang wirausahawan untuk dapat menyelesaikan semua tugasnya dengan tepat waktu [19]. Pada angket repson CD menunjukkan adanya peningkatan pemahaman serta menariknya video pembuatan sabun, hal ini karena ketunarunguan yang dialami CD pada tingkat ringan sehingga ia masih memiliki sisa pendengaran.

Subjek BD anak yang pendiam tetapi murah senyum. Pada angket respon ia menyebutkan bahwa soal dalam LKS sulit, karena BD mengalami ketunarunguan berat yang sehingga mengakibatkan sulitnya untuk berbicara dan menghambat perkembangan bahasa, tetapi tidak pada kemampuan motoriknya ia terlihat aktif pada saat menghias kemasan. Sesuai dengan teori [8] melalui sebuah video

(8)

dapat membangkitkan ranah motorik siswa untuk mencoba, sehingga ia dapat mengamati dan menyamai suatu percobaan ilmiah pada video.

Subjek MR memiliki kemampuan komunikatif yang baik dan termasuk siswa yang aktif. Komunikatif yang baik dapat menjadikan siswa lebih mudah memahami materi serta terampil untuk bekerjasama [19]. Ketertarikan MR pada video pembuatan sabun dikarenakan bahasa yang digunakan pada video yakni menggunakan komunikasi total yang menggabungkan semua metode komunikasi seperti bahasa isyarat, isyarat jari, serta berbicara lisan. Hal ini ditunjukkan dari angket respon MR bahwa LKS dapat membantu kerjasama dalam kelompok dan SIBI pada video mudah dimengerti.

OR termasuk anak yang pendiam dan pemalu, ia tidak dapat tepat waktu dalam menyelesaikan latihan soal dalam LKS. Hal tersebut disebabkan OR memiliki tingkat ketunarunguan yang berat sehingga keterbatasan pendengarannya sangat rendah mengakibatkan ia kurang mampu dalam memahami kata – kata yang terdapat dalam LKS. Hal ini terlihat dari angket respon yang menunjukkan soal dalam LKS ini sulit. Dampak dari ketunarunguan dapat mengakibatkan lambanya perkembangan akademis anak [13]. OR anak yang memiliki keterampilan yang baik dan ia terlihat aktif saat kegiatan praktikum. Hal ini sesuai dengan [5] anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan keterampilan yang baik.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan kesesuaian antara hasil penelitian dengan rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kelayakan LKS berbantuan video bahasa isyarat yang dikembangkan ditinjau dari kriteria isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan mendapat persentase antara 80%-90% dengan kategori Sangat Layak. Kelayakan video mendapat persentase antara 85%-95% dengan kategori Sangat Layak.

2. Aktivitas kewirausahaan siswa berdasarkan aspek inovatif, komunikatif, tanggung jawab, dan disiplin mendapat persentase antara 63,88%-81,11% dengan kriteria Tuntas.

3. Respon siswa terhadap LKS berbantuan video bahasa isyarat untuk melatihkan kewirausahaan siswa yang telah dikembangkan menunjukkan bahwa siswa merespon baik dengan persentase 91,11% dengan kriteria Sangat Layak.

Saran

1. Menerapkan LKS berbantuan video bahasa isyarat untuk melatih kewirausahaan siswa tunarungu di kelas inklusi.

2. Menerapkan LKS berbantuan video bahasa isyarat untuk melatih kewirausahaan yang sudah dikembangkan untuk pembelajaran SMALB Tunarungu dengan memperdalam materi.

DAFTAR PUSTAKA

1. DPR-RI. 2003. Salinan Undang– Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional:Jakarta.

2. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

(9)

3. Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

4. Rofiandaru, Muktiaji. 2013. Sistem Pembelajaran Bahasa Isyarat (SIBI) Menggunakan Metode Komunikasi Total untuk Penyandang Tunarungu di SLBN Semarang.

5. Syamsi, Ibnu. 2010. Membuka Peluang Berwirausaha untuk Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Volume 16.

6. Poedjiastoeti, Sri. 2012. Kit Kimia dengan Strategi Writing-to-learn untuk Siswa SMALB Tunarungu. Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012, Hal.B179-B188.

7. Depdiknas, 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 8. Heinich, D. Russell, Molenda., dan E

Smaldino. 2005. Teknologi Pembelajaran dan Media untuk belajar. Edisi Sembilan. Terjemahan Arif Rahman. Jakarta:PT Kencana. 9. Yuniarti, Nurina. 2015. Model

Pembelajaran Langsung Berbasis Media Video Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPA Tentang Sistem Pencernaan Manusia Pada Siswa Tunarungu Kelas VIII SMPLB–B. Surabaya: Jurnal Pendidikan Khusus UNESA

10. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 11. Riduwan. 2013. Skala Pengukuran

Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

12. Purwaningsih, Dwi. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Tunarungu) SMK Kelas X Pokok Bahasan Suhu dan Termometer. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY. ISSN:0853-0823. 13. Wardani, Hernawati. 2002. Pengantar

Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka. ISBN: 79-689-366-5.

14. Slavin, Robert E. 2006. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Edisi Kedelapan. Terjemahan Merianto Samosir. Jakarta:PT Indeks.

15. Formanika, K.S. 2014. Komunikasi Total Sebagai Model Komunikasi Pada Anak Tunarungu. Samarinda: ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id 16. Putranto, Bambang. 2015. Tips

Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus. Yogyakarta. Diva Press.

17. Obi, Cecilia. and Amba, Hope. 2013. A Chemistry Class With Kithchen Resources and Students Entrepreneurial Ability. Nigeria: British Journal of Education Volume 1, Nomor. 1, pp. 1-6, September 2013. 18. Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan

dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Terjemahan Yusuf Hadimiarso,dkk. Jakarta: PAU-UT. 19. Suryana, 2013. Kewirausahaan Kiat

dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:Salemba Empat.

Gambar

Tabel 4 Profil Per subjek

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara dosis pemberian MSG dengan kadar kreatinin serum darah Tikus Wistar.. Semakin

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia khususnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran para pendidik adalah adanya sertifikasi guru maupun

Specially, in order to identify depth and plane position of the buried persons under pile of debris, the drone system should equip an H/W module that can

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yaitu: (1) Mengelompokkan variabel kriteria rumah tangga penerima Raskin di Kabupaten Lombok Barat

Kewajiban kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi yang muhkam (jelas) berdasar lafazh “…Apabila kalian berselisih dalam suatu perkara, maka kembalikanlah perkara

Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh defoliasi sorgum pada pola tanam tumpangsari dengan kacang hijau terhadap komponen hasil kacang

Alat penyambung ini memungkinkan Anda untuk menyambung satu rel trek dengan lainnya sehingga anda dapat membuat rel sesuai dengan panjang yang diinginkan.. Warna aluminium

Upaya pening- katkan produksi aneka kacang dan umbi akan menghadapi berbagai kendala dan permasala- han yang terkait dengan perubahan lingkungan stategis, di antaranya adalah: