• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL (TELAH BERIFIKATIF ATAS PELAKSANAAN UJUAN AKHIR NASIONAL DENGAN UU NOMOR.20 TAHUN 2003) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL (TELAH BERIFIKATIF ATAS PELAKSANAAN UJUAN AKHIR NASIONAL DENGAN UU NOMOR.20 TAHUN 2003) - Test Repository"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

(Telaah Verifikatif atas Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional

Dengan UU Nomor. 20 Tahun 2003 )

SKRIPSI

D iaju k an U n tu k M em p ero leh G e lar S arjan a P en d id ik an Islam (S .P D .I)

D isu su n O leh:

FAHRONI

NIM. 11106074

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

Kepada Yth.

Ketua STAIN Salatiga

di-Salatiga

Assalam u ’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

NAM A : FAHRONI

NIM :11106074

Program Studi : PENDIDIKAN AGAM A ISLAM

Judul : RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN

NASIONAL TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN DALAM UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL NOM OR 20 TAHUN 2003 (telaah ferivikatif atas UU Sisdiknas N o 20 tahun 2003)

Untuk diajuan dalam Sidang Munaqosyah skripsi. Demikian harap menjadi periksa.

W assalamu ’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 4 Agustus 2010

Nip. 196806131994031004

(4)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudari: FAHRONI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11106074 yang

berjudul RELEVANSI SISTEM PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL (Telaah Verifikatif atas Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional Dengan UU Nomor. 20 Tahun 2003 ), telah dimunaqosyahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa yang bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Salatiga.08 Ramadhan 1431 H 31 Agustus 2010 M

Panitia Sidang

(5)

Nama : FAHRONI

NIM

Jurusan

11106074

: TARBIYAH

Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 19 Agustus 2010 Yang menyatakan,

FAHRONI NIM. 11106074

(6)

K fti^ a Seseorang Jfidup (Dengan Mem6angun Kfpercayaan M alfa <Di

SefeGGngnya Adalah Keindahan

A d i s ‘W ed

(7)

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

9t Kedua orangtua tercinta, Bapak Ahm ad, Ibu Siti Nurmah,

kakak ku Fahrudin dan adik termulia Malik Fajar.

9t Kepada m otivator hidup segenap keluarga m bah kusdi.

9? Kepada seseorang yang selalu m em buat penulis tersenyum,

di kala sedih, seseorang yang m em perjuangkan hidup demi

kehidupan yang akan datang.

9t Segenap keluarga besar M bak Suli Kridanggo, yang selalu

memberi sem angat serta m em bantu dalam penulisan skripsi.

9t Teman sehidup semati, Misbahul Munir, Unsi Minan (Paijo), Muh

Ghufron Ikhsanuddin, Sunarso (Aseng), lek luco.

9? P em baca yang budim an.

(8)

Penyayang. Segala puji bagi Allah semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah,

taufiq dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan pada panutan umat

Islam Nabi Muhammad SAW, anak kerabat dan para sahabat yang telah

menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama Islam.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan

dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih k e p a d a :

1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Ibu Prof. Dr. Mansur, M. Ag selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan

bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Kedua orang tuaku (Bapak Ahmad dan ibu Siti Nurmah) kakaku Fahrudin dan

adikku M alik Fajar

4. Keluarga besar Mbah Suli Kridanggo Salatiga yang selalu mendukung dan

memberi semangat.

(9)

Narso/ Aseng), Core Computer Klasemen (Misbahul Munir) yang setia

menemani penulis belajar bersama.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk

diperbaiki dalam skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan

sumbangan positif bagi pengembangan supremasi hukum, khususnya dalam

perkara perdata di Pengadilan Agama Salatiga.

Salatiga, 16 Agustus 2010 Ttd,

Penulis

(10)

Tujuan Pendidikan N asional (Telaah V erifika tif Atas Pelaksanaan Ujian A khir N asional D engan U U Nomor. 20 Tahun 2003 ). Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Prof. Dr. Mansur M.Ag

Kata Kunci : Relevansi, Ujian Nasional, Pendidikan Nasional,

Penelitian ini merupakan tolak ukur dari penerapan sistem pelaksanaan ujian nasional terhadap tujuan pendidikan nasional. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana Tujuan Pendidikan Nasional M enurut UU Nomer 20 Tahun 2003? (2) Bagaimana Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional M enurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005? Dan (3) Bagaimana Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujuan Nasional Dengan UU Nom er 20 Tahun 2003?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode analitico- penulis maksudkan untuk merelevansikan antara obyek penelitian satu dengan obyek penelitian yang lain. Sedangkan tehnik analisis data peneliti menggunakan metode analisis data sebagai berikut: deduksi, induksi, dan sintesis.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem ujian nasional dipaksakan setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah nom or 19 tahun 2005. Sedangkan jaw aban dari pertanyaan di atas yang sesuai dengan hasil penelitian di lapangan adalah sebagai berikut : (1) tujuan pendidikan nasional adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, (2) sistem pelaksanaan ujian nasional diatur dalam PP. N o 19 Tahun. (3) setelah melakukan penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem pelaksanaan ujian akhir nasional dengan tujuan pendidikan nasional sangat relevan.

(11)

LEMBAR B E R L O G O ... ii

JU D U L ... iii

PERSETUJUAN PEM BIM BING... iv

PENGESAHAN K ELU LU SA N ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTO ... vii

PERSEM BAH A N ... viii

KATA PENGANTAR... ix

A B ST R A K ... xi

DAFTAR IS I... xii

BAB I PENDAHULUAN ... xii

A. Latar Belakang M a sa la h ... 1

B. Rumusan M asalah ... 4

C. Tujuan P en elitian ... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Metode P en elitian ... 9

G. Sistematika P en u lisan ... 12

BAB II TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

(12)

2. Peserta Didik ... 25

3. Kurikulum ... 27

D. Strategi Pendidikan Nasional ... 30

BAB III iUJIAN NASIONAL DALAM UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL A. Evaluasi Dalam P endidikan... 31

B. Ujian Nasional sebagai Bentuk Evaluasi Pendidikan ... 37

1. Pengertian U jian N a sio n a l... 37

2. Dasar Pelaksanaan Ujian N a sio n a l... 38

3. Fungsi Ujian N a sio n a l... 39

4. Kriteria Kelulusan Ujian Nasional ... 41

BAB IV ANALISIS RELEVANSI SISTEM UJIAN AKHIR NASIONAL DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL A. Peraturan Pemerintah NO 19 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat ke 17 dan 18 ... 43

B. Standar Penilaian P en d id ik an ... 44

1. Peraturan Pemerintah Nom or 19 Tahun 2005 Pasal 63 Ayat 1 ... 44

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 64 Ayat 1 dan 2 ... 48

(13)

... 50

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 68 ... 50

6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 72 ... 51

BAB V PENUTUP

A. K esim pulan... 54

B. S aran -saran ... 55

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan adalah sarana strategis pembangunan nasional melalui usaha dan proses peningkatan sumber daya manusia, agar diperoleh manusia yang berkualitas tinggi sesuai dengan cita-cita tujuan pendidikan nasionbal sehingga mampu berperan aktif sebagai subjek pembangunan. Hal ini termuat dalam Rumus Meningkatkan Mutu Pendidikan. (2009:12).

Menyadari akan pentingnya pendidikan sebagai sarana strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga menjadi manusia Indonesia yang dapat membangun dirinya, keluarga masyarakat dan bangsa pada umumnya, maka pendidikan senantiasa menjadi tumpuan masyarakat bangsa dan negara saat ini dan di masa mendatang.

Kontribusi sumber daya manusia sangat besar artinya terhadap tercapainya tujuan pembangunan nasional yakni masyarakat yang adil, makmur, yang merata dan sejahtera lahir dan batin. Itulah sebabnya masalah peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan di setiap jenjang dan tingkat pendidikan menjadi prioritas utama dalam pembangunan pendidikan.

Keberhasilan pembangunan nasional sejak Peiita I sampai akhir Pelita V telah banyak memperoleh hasil-hasil nyata sehingga telah mengantarkan

(15)

bangsa Indonesia kepada kehidupan yang layak sesuai dengan harkat dan martabatnya. Dampak dan hasil pembangunan tersebut diantaranya dirasakan dalam pendidikan, yakni semakin meningkatnya aspirasi masyarakat terhadap kualitas pendidikan dan kebutuhan akan fasilitas pendidikan, aspirasi tersebut terlihat dari melonjaknya penduduk usia sekolah yang mendaftarkan diri di berbagai tingkat jenjang pendidikan, dari tahun ke tahun.

Pada sisi lain pembangunan nasional menjelang era lepas landas menuntut kualitas manusia Indonesia yang tangguh, terampil dan memiliki wawasan yang ditunjang kepribadian yang berkualitas. Ini berarti pembangunan pendidikan sebagai sarana strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia semakin diperlukan, dalam upaya mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Pendidikan tinggi sebagai sub sistem dari pendidikan nasional memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk mengisi kebutuhan tenaga berkualifikasi tinggi. Kualifikasi yang tinggi tersebut harus dilengkapi dengan kepribadian yang berkualitas luhur, untuk itu orientasi pendidikan yang selama ini bernuansa keduniaan semata perlu dilengkapi dengan nuansa keagamaan, terutama nuansa Islam sebagai agama mayoritas bangsa Indonesia.

(16)

(Ngadirin, 2006: 365). Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi.

Sesuai dengan apa yang telah diputuskan dalam Undang-Undang Dasar, BAB XIII Pasal 31 Ayat I yang di dalamnya menyebutkan tentang hak asasi manusia dalam memperoleh pendidikan. Yang berbunyi “Setiap Warga Negara berhak mendapat pendidikan” Amandemen 1999 dan 2002. Dengan dasar itulah maka pendidikan di Indonesia dibentuk dan berdirilah lembaga- lembaa pendidikan. Kemudian lembaga-lembaga pendidikan tersebut diatur oleh menteri melalui system pendidikan nasional. Yang kemudian sistem pendidikan nasional ini mengikat seluruh lembaga pendidikan di seluruh Indonesia.

(17)

kebijakan pemerintah terhadap pendidikan. Khususnya adalah kebijakan pemerintah yang berupa ujian akhir nasional.

Ujian nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan oleh pemerintah guna sebagai alat pengendali mutu pendidikan nasional yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2003 dan sampai sekarang. Menginjak tahun 2010 ternyata terdapat fenomena penolakan evaluasi dengan ujian nasional, hal ini menjadi menarik ketika ada pihak yang setuju akan ujian nasional sebagai alat evalusai dan pihak yang tidak setuju adanya ujian nasional, hal itu menjadikan penulis untuk mendalami lebih lanjut tentang keberadaan ujian nasional yang akan direlevansikan dengan Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomer 20 Tahun 2003. Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang Ujian Nasional dengan judul: ’’RELEVANSI SISTEM

PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL DENGAN TUJUAN

PENDIDIKAN NASIONAL (Telaah V erifikatif atas Pelaksanaan Ujian

Akhir Nasional Dengan UU Nomor. 20 Tahun 2003 ).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

2. Bagaimana Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional Menurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005?

3. Bagaimana Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujuan Nasional Dengan UU Nomer 20 Tahun 2003?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai

berikut:

1. Untuk Mengetahui Tujuan Pendidikan Nasional Menurut UU Nomer 20 Tahun 2003

2. Untuk Mengetahui Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional Menurut Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005

3. Untuk Mengetahui Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujuan Nasional Dengan UU Nomer 20 Tahun 2003

D. Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan oleh penulis dengan harapan, agar hasil dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(19)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengetahuan kepada diri penulis pribadi dan masyarakat umum, tentang tujuan pendidikan nasional, dengan pelaksanaan ujian akhir nasional serta afektivitas ujian akhir nasional sebagai alat evaluasi pencapaian hasil belajar.

b. Hasil analisis dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk penyusunan kembali alat evaluasi yang paling sesuai dengan pendidikan di Indonesia pada waktu sekarang dan akan datang, yang sesuai dengan UU. Nomor 20 Tahun 2003.

E. Tinjauan pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Relevansi Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional dengan Tujuan Pendidikan Nasional

melalui telaah Verifikatif atas Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional dengan

UU Nomor. 20 tahun 2003. Sebelum penulis menyusun terlebih dahulu penulis mengadakan tinjauan pustaka, yaitu sebagai berikut:

Tulisan Y. Suparya. A yang beijudul tentang “Merelevansikan Ujian Nasional dengan Pengembangan KTSP, di sini penulis memaparkan tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 63 ayat "1

(20)

dalam bentuk ujian nasional untuk mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi. Dalam pelaksanaannya selama ini, mata pelajaran yang diujikan oleh pemerintah hanya beberapa saja. Pemerintah menugasi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan bekeijasama dengan instansi terkait di lingkungan pemerintah pusat, daerah, dan satuan pendidikan untuk menyelenggarakan ujian nasional tersebut.

Dengan peraturan tersebut sangat jelas, tegas ,dan pasti bahwa ujian nasional akan terus bergulir setiap tahun, demikian halnya untuk tahun ajaran 2006-2007, sekalipun program pemerintah yang beraroma “proyek “ tersebut senantiasa menuai kritik dan gugat dari berbagai kalangan, khususnya kalangan pendidikan. Hal ini penting untuk dikemukakan demi menjawab keraguan dan simpang siur pertanyaan dari semua pihak, khususnya para pendidik, orang tua murid, dan para peserta didik itu sendiri yang muncul di awal tahun pelajaran.

(21)

sekolah dari Sabang sampai Merauke. Dengan kondisi seperti itu maka terbayang akan ada banyak model pembelajaran yang diciptakan atau dikembangkan oleh para guru di lapangan . Ada pembelajaran yang dilakukan di kelas, di tepi pantai, di sungai, di danau, di kebun, di sawah, di pasar, di pelabuhan, di pinggir jalan, di kebun binatang, dll.

Dan dalam tulisannya penulis juga memberi beberapa alternatif strategi ujian nasional yang menjadi inti dari tulisannya tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Ujian Nasional harus diarahkan sebagai alat pengarah kegiatan pembelajaran yang dilakukan sekolah pada standar kompetensi dan standar isi yang sudah diterbitkan oleh pemerintah. Dengan ujian nasional yang difungsikan sebagai alat pengarah maka sebebas dan seluas apapun model pembelajaran yang dilakukan di tingkat satuan pendidikan tetap memiliki standar kualitas nasional.

2. Ujian Nasional hendaknya dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi pengembangan pendidikan untuk tingkat lokal (sekolah) dan daerah tingkat kota atau kabupaten. Dengan peran ini diharapkan sekolah-sekolah pilnya gambaran pengembangan seperti apa yang perlu dilakukan baik untuk sekolah maupun tingkat kota atau kabupaten. Untuk kepentingan ini hasil ujian nasional sebaiknya diserahkan langsung ke daerah.

(22)

4. Ujian Nasional dijadikan sebagai alat pengarah kineija para guru dalam proses pembelajaran. Ujian nasional menjadi acuan dalam beraktifitas

dalam mengajar.

Dalam Skripsi Widiyatmoko 2008, yang beijudul Relevansi Konsep

Pendidikan Akhlak dalam Surat Luqman dengan Perundang-undangan Pendidikan di Indonesia, yang Mengkaji Tentang Akhlak dalam Surat Luqman kemudian merelevansikan dengan Undang-Undang Pendidikan Nasional tahun 2003-2007 yaitu UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1978 dan Peraturan Pemerintah RI No.55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul Relevansi pelaksanaan ujian akhir nasional dengan tujuan pendidikan nasional Telaah

Verifikatif atas Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional Dengan UU Nomor. 20

Tahun 2003 dengan arahan pembahasan pelaksanaan ujian nasional yang mendapat dukungan dan penolakan dari komponen pendidikan yang akan direlevansikan dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional, yang dimaksudkan pada Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. yang dilakukan secara verifikatif.

F. Metode Penelitian

(23)

dibutuhkan tetapi sebelum penulis memaparkan metode dalam penulisan, perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu tentang hal-hal sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam membahas beberapa permasalahan dalam penulisan skripsi ini maka penulis mengunakan jenis penelitian kepustakaan (Librarian Research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa: buku-buku, majalah, artikel, surat kabar, ringkasan, catatan-catatan, kitab, dokumen, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mencari data mengenai hal-hal variable yang berupa tulisan atau teks authentic. Metode ini penulis terapkan guna mengkaji konsep-konsep yang ada tentang pembahasan seputar pelaksanaan ujian akhir nasional dengan tujuan nasional pendidikan (Kartini Kartono, 1990: 33).

2. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penulisan ini dapat digolongkan menjadi dua macam,

a. Sumber data Primer

(24)

sumber primernya adalah UU System Pendidikan Nasional dan UU No. 20 Tahun 2003.

b. Sumber data Sekunder

Sumber data Sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang dideskripsikan bukan penemuan teori (Ibnu Hajar, 1996:84). Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan ilmiah, kitab undang-undang republik Indonesia, pemikiran tokoh yang dituangkan melalui artikel dan situs dalam internet yang isinya dapat dijadikan sebagai data penelitian. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka penulis menerapkan metode analisis data yaitu, “ proses, cara, perbuatan mengkaji, menyelidiki (pelajaran yang mendalam), penelaahan”.

3. Metode Induksi dan Deduksi a. Metode Induksi

Metode Induksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atas masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum (Sudarto, 1997:57).

b. Metode Deduksi

(25)

pengamatan atas hal-hal atas masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Sudarto, 1997:58), Dalam bukunya Nueng Muhajir menjelaskan dalam logika dikenal dengan logika deduktif atau logika formal, atau logika kategorik bahwa pembuktian kebenaran dalam logika deduktif distrikturkan dalam satu premis mayor, sejumlah premis mayor dan satu kronklusi (Noeng Muhajir, 2989:11).

c. Metode Analitiko-Sintesa

Metode ini menurut Suejono Suemargono (1980:13) adalah gabungan dari metode analisis dan metode sintesa. Dengan ini penulis maksudkan untuk merelevansikan antara obyek penelitian satu dengan obyek penelitian yang lain, penggunaan metode ini penulis gunakan untuk menggabungkan dari penafsiran terhadap obyek penelitian untuk mendapatkan satu kesatuan dalam pengertian.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah mengkaji penulisan ini, maka penulis menulis sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

(26)

pendidikan nasional, faktor-faktor pendidikan yang meliputi: pendidik, peserta didik, kurikulum, dan strategi pendidikan nasional.

Bab III ujian nasional dalam undang-undang sistem pendidikan nasional dalam bab ini berisi: evaluasi dalam pendidikan yang mencakup pengertian evaluasi, tujuan evaluasi. Ujian nasional sebagai bentuk evaluasi pendidikan yang ber isi pengertian ujian nasional, dasar pelaksanaan ujian nasional, fungsi ujian nasional.

Bab IV Analisis Relevansi Sistem Ujian Akhir Nasional Dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang berisi: peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 pasal 1 ayat ke 17 dan 18, standar penilaian pendidikan yang berisi: peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 63 ayat 1, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 64 ayat 1 dan 2, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 64 ayat 3, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 66 ayat 1, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 68, peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 72.

(27)

A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional

Dalam UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 mengemukakan: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Telah jelas dalam UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa menduduki peran yang sangat penting dalam perkembangan, kebangkitan, dan kejayaan hidup bangsa akan teijamin melalui pendidikan. Akan tetapi hal-hal tersebut tidak akan tercapai jika sendi- sendi dan pilar-pilar pendidikan rapuh.

Dalam hubungan itu, pendidikan di Negara Indonesia dilaksanakan dengan maksud untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa. Sebagai perwujudan dari amanat yang termasuk dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu, “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara

(28)

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia , dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan...”

Sedangkan dalam Batang Tubuh UUD 1945 dijabarkan cita-cita bangsa melalui pendidikan yang terdapat pada pasal 31 dan sekaligus sebagai dasar konstisional yakni.

a. Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan.

b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai

c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa yang diatur dalam Undang-Undang.

(29)

Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala bidang. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman tentang dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam. Apabila kita telah memahami dasar dan tujuan penulis yakin bahwa kita bisa memajukan pendidikan secara nasional.

Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itupun akan menentukan ke arah mana anak didik akan dibawa. Untuk itu maka kita harus benar-benar memahami apa saja dasar pendidikan dan tujuan yang nantinya bisa dicapai.

Sebagaimana dalam pembukaan UUD 1945 Alinea ke empat dengan tegas dan jelas menyatakan bahwa salah satu faktor pemimpin-pemimpin gerakan kebangsaan menyatakan kemerdekaan dan membentuk pemerintah negara adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”. Di negara kesatuan republik indonesia ini, negara yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia” . atau yang dikenal dengan pancasila.

(30)

Dasar 1945 (Depag RI, 2006: 8). Sedangkan pasal (3) tiga dijelaskan bahwa, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, ber ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Serangkaian nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional harus mampu diterapkan pada realitas. Agar terwujudnya cita-cita bangsa, yaitu melahirkan warga negara yang bersumber daya unggul, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, serta menguasai iptek, maka pendidikan dikembangkan secara terpadu yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Bila merujuk pada tujuan pendidikan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 di atas, untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia, perlu adanya campur tangan pendidikan agama. Untuk itu, kemudian pemerintah republik indonesia mengatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007, sebagai wujud dari Pelaksanaan Pengembangan Pendidikan Nasional sesuai Pasal 12 Ayat (4) dan Pasal 30 Ayat (5). UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(31)

pemerintah sebagai badan legislatif dalam pendidikan untuk merumuskan pendidikan yang berkualitas. Kemudian diterapkan dalam lembaga pendidikan melalui sistem pendidikan nasional. Bersamaan dengan itu komponen pendidikan bersama-sama mengembangkan, mendukung dan melaksanakan apa yang menjadi bajakan pemerintah demi meningkatkah mutu pendidikan. Dengan demikian setiap jalur, jenis, dan sistem pendidikan harus mempunyai tujuan yang berkesinambungan. Nilai-nilai yang diwujudkan oleh tujuan pendidikan tersebut tidak hanya ditampilkan sekedar slogan/istilah saja. Melainkan diharapkan mampu menjiwai keseluruhan ini yang berkaitan dengan pendidikan nasional. Barangkali tidak berlebihan jika dikatakan pemahaman ilmu pengetahuan sebagai tujuan pendidikan nasional pendidikan Indonesia.

B. Fungsi Pendidikan Nasional

(32)

perubahan sistem pendidikan di Indonesia, secara langsung maupun tidak komponen-komponen pendidikan pun akan mengalami berbagai perubahan sesuai dengan perkembangan di Era Reformasi ini. Secara umum menuntut diadakannya berbagai pembenahan dan pembaharuan, termasuk pendidikan didalamnya. Sedangkan dalam pergeseran, adanya perubahan perspektif tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi paradigma manusia sebagai subyek pembangunan secara utuh (PPRI No. 19, 2005: 71). sehingga dalam fungsinya (pendidikan ) akan mengalami perubahan juga. Hal itu dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa (Depag RI, 2006: 8). Dengan demikian fungsi pendidikan adalah berusaha mengembangkan kemampuan peserta didik, serta membentuk watak manusia yang bermartabat. Sedangkan untuk mewujudkan hal tersebut di atas, perpaduan kedua sistem pendidikan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan yang mendasar.

Azzumardi Azra (1996: 3) mengemukakan, bahwa fungsi dasar pendidikan adalah memberikan kaitan peserta didik dengan lingkungan yang selalu cepat mengalami perubahan. Di samping itu pendidikan yang berfungsi sebagai instrumen perubahan sosial secara keseluruhan. Sehubungan itu, Abdul Rahman (1999: 34) mengatakan bahwa, “The are unsupported dialectical relationship between education and societies even so, experience

(33)

Oleh karena itu pendidikan harus terlibat dalam perubahan. Keterlibatan pendidikan diharapkan tidak hanya sebatas mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, tetapi pendidikan harus mampu berperan sebagai agen perubahan. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan manusia yang berkualitas, yang memiliki kemampuan intelektual, daya nalar tinggi sehingga perkembangan kemampuan itu mampu mengarah dan membentuk watak dan peradaban bangsa.

C. Faktor-Faktor Pendidikan

a. Pendidik (Guru)

(34)

menyebutkan Guru adalah sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara (Prof Arifin,

1991: 32).

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan” (Depag RI, 2006: 126)

(35)

Jalaludin (2001: 93) berpendapat bahwa, dalam hubungan dengan dimensi akhlak, maka pelaksanaan pendidikan diutamakan kepada upaya pembentukan manusia yang berakhlak. Tujuan di titik beratkan pada pengenalan terhadap nilai-nilai baik dari menginternalisasikannya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam perilaku melalui pembiasan. Sumber utama dari pembentukan akhlak dimaksud adalah ajaran wahyu. Berdasarkan nilai-nilai tersebut diharapkan manusia memiliki kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk, serta mampu mengamalkan dan mempertahankan nilai-nilai akhlak secara berkelanjutan.

(36)

mereka juga dituntut untuk mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik agar dapat sesuai dengan standar pendidikan yang berlaku.

Sedangkan menurut Hamzh B Uso (2007: 15). Guru adalah suatu profesi, yang berarti suatu jembatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai seorang guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa, kewajiban orang tua memberikan pendidikan dasar pada anak-anaknya sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Bab IV Pasal 7 Ayat (2). Namun karena keterbatasan orang tua, maka melimpahkan tangung jawab tersebut kepada orang lain (pendidik/guru) dalam pengertian pendidikan formal.

Sehubungan dengan Zakiah Derajat (1992: 55) berpendapat bahwa, adanya pelimpahan tangung jawab orang tua kepada pendidik disebabkan oleh faktor yang memungkinkan proses pendidikan itu beijalan dengan maksimal. Untuk itu seorang pendidik harus memiliki kualifikasi, kompetensi dan profesional.

Bila mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada masa revolusi ini, maka mensyaratkan kriteria seseorang pendidik sebagai berikut

(37)

2. Memiliki beberapa kriteria/komponen yang meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional (Depag RI, 2006: 88)

Dengan demikian pendidik wajib menunjukkan perilaku sebagai seorang yang dapat menjadi contoh anak didiknya, memiliki p en galaman,

memenuhi perkembangan anak didik, dan memberi tauladan di samping harus menjalankan kegiatan pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajarnya serta memberi panduan kepada mereka dalam menghadapi ujian nasional..

b. Peserta didik (siswa)

(38)

Keberhasilan untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara optimal, faktor peserta didik (siswa) harus menjadi perhatian secara khusus. Peserta didik (siswa) harus dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak mengalami banyak hambatan dalam proses belajar, evaluasi, dan usaha pengembangan potensi anak didik, yaitu manusia yang bersumber daya unggul dalam segala aspek.

Sementara yang dimaksud peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang jenis pendidikan tertentu (Depag RI, 2006: 6). Lebih jauh dijelaskan oleh Abdul Mujib (1993: 177) bahwa, Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologi.

(39)

sesuai dengan tujuan pendidikan manusia akan memperoleh kebahagiaan dunia mereka, seiring dengan perkembangan pendidikan pada anak juga ikut dikembangkanya sistem evaluasi. Karena inti pendidikan dari anak didik adalah keberhasilan mereka dalam evaluasi pada tingkat pendidikan tersebut. Apabila anak dapat berhasil dan lulus dalam evaluasi yang sekarang dikembangkan adalah ujian nasional, maka mereka berhasil dalam proses pendidikan. Untuk itu pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan evaluasi pendidikan. Keduanya akan selalu berjalan bersama.

c. Kurikulum Pendidikan Nasional

Kurikulum merupakan salah satu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena pendidikan tidak akan berjalan dengan baik jika tanpa adanya kurikulum, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain pendidikan dan kurikulum tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.

Menurut Al-Syaibany (1979: 485-486) kurikulum didefinisikan sebagai berikut:

(40)

Pengertian di atas mengandung makna bahwa kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga tercipta interaksi yang sehat antara pendidikan dan masyarakat karena fungsi sekolah mempunyai hubungan yang erat dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, diusahakan agar kurikulum relevan dengan kebutuhan masyarakat Hal ini harus diperhatikan, karena relevansi merupakan salah satu patokan dalam pengembangan kurikulum.

Dalam penyusunan kurikulum pendidikan harus diupayakan untuk mengitregrasi antara ilmu agama dan ilmu umum kurikulum yang bersumber pada ajaran islam (Al-Qur’an) yang dikembangkan secara efektif sesuai dengan kondisi masyarakat. Kurikulum harus dikembangkan dengan menganut prinsip-prinsip tertentu. Yang merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum dan dipakai sebagai landasan agar kurikulum dapat memenuhi apa yang diharapkan, baik oleh tujuan pendidikan nasional, masyarakat sekolah maupun orang tua.

Dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

(41)

kerja, IPTEK, agama, dan seni serta nilai-nilai kebangsaan” (Depag RI, 2006: 25)

Dalam gerak perubahan pendidikan dari bersifat Humanisme Sekuler menuju Humanisme Teoritik, dan semakin jelas lagi dalam rumusan pendidikan pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003, menyebutkan tentang tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dengan demikian falsafah negara paneasila semakin memberi tempat yang terhormat kepada pendidikan.

(42)

D. Strategi Pendidikan Nasional

Sebagaimana diketahui bahwa gerakan reformasi di indonesia mengakibatkan perubahan di setiap aspek kehidupan. Pembahasan pendidikan dititik beratkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yng didukung oleh pertumbuhan ekonomi dan iptek. Untuk itu kualitas manusia indonesia paling tidak harus meliputi beberapa dimensi. Chabib Thoha (1996: 3) menegaskan bahwa, Kualitas manusia Indonesia paling tidak meliputi tiga dimensi, yaitu, kualitas kepribadiaan, kualitas penguasaan IPTEK, kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa.

Pembaharuan sistem pendidikan nasional merupakan strategi tertentu. Sebagaimana dengan visi pembangunan pendidikan nasional adalah:

“Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memperdayakan semu warga negara Indonesian berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah’’ (Depag RI, 2006: 49)

(43)

INDONESIA

A. Evaluasi Dalam Pendidikan

Sebelum berbicara tentang evaluasi dalam pendidikan, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang kurikulum sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum mencakup fokus program, media instruksi, organisasi materi, strategi pembelajaran, manajemen kelas, dan peranan pengajar (Arieh Lewy, 1977 : 7-8). Di Indonesia sekarang sedang dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan “bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, ber ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3).

a. Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi atau penilaian adalah sebagai teijemahan dari istilah asing “evaluation” dan sebagai panduan, menurut Benyamin S.

(44)

Bloom (Handbook on Formative and Summative Evaluation o f Student Learning) dikemukakan, bahwa:

“Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang teijadi pada diri siswa atau peserta didik”

(45)

komperehensif atau menyeluruh dengan beragam bentuk dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan (Soedijarto, 1993 :27-29).

Demikian pula yang dikemukakan McNeil (1977:134-135) dimana evaluasi harus mampu memberikan tiga informasi penting yaitu penempatan, mastery, dan diagnosis. Penempatan berkaitan dengan pada level belajar yang mana seorang anak dapat ditempatkan sehingga dapat menantang tetapi tidak frustasi. Mastery berkaitan dengan apakah anak sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk menuju ke tingkat berikutnya. Diagnosis berkaitan dengan pada bagian mana yang dirasa sulit oleh anak.

b. Tujuan Evaluasi

(46)

Evaluasi yang dalam pendidikan bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kompetensi peserta didik, Selain itu evaluasi dalam pelaksanaan juga mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut yaitu:

1. Untuk mengetahui taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh

peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

2. Mengetahui prestasi hasil belajar guna menetapkan keputusan apakah

bahan pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan. Dengan demikian

prinsip life long education (pendidikan seumur hidup) benar-benar

berjalan secara berkesinambungan.

3. Mengetahui efektivitas cara belajar dan mengajar apakah yang telah dilakukan pendidik benar-benar tepat atau tidak, terutama berkenaan dengan sikap pendidik maupun sikap peserta didik.

4. Mengetahui Kelembagaan, ketersediaan sarana prasarana dan efektifitas media yang digunakan guna menetapkan keputusan yang tepat dan mewujudkan persaingan sehat dalam rangka berpacu dalam prestasi.

Muhibbinsyah (2003 : 196) menguraikan tujuan evaluasi pendidikan ditinjau dari hasil belajar sebagai berikut:

(47)

dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya sebagai pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya. 2. Untuk mengetahui kedudukan atau posisi seorang siswa dalam

kelompok kelasnya. Dengan demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetapan apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat atau lambat dalam M i mutu kemampuan belajarnya. 3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.

Hal ini berarti bahwa dengan evaluasi, guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan adanya tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang buruk adalah cerminan usaha yang tidak efisien.

(48)

Selain itu berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik, secara berkesinambungan. Dengan demikian, maka evaluasi belajar harus dilakukan guru secara berkelanjutan, menyeluruh, obyektif dan dilaksanakan dengan instrumen yang baik serta diskriminatif sehingga sesuai dengan asas-asas evaluasi.

Asas-asas Evaluasi menurut (Amir Daien Indrakusuma, 1972: 5) Agar supaya evaluasi belajar benar mencapai sasaran yaitu untuk mengetahui tingkat pembahan tingkah laku atau keberhasilan siswa, maka hams dilaksanakan dengan berdasarkan pada suatu asas atau prinsip mapan Adapun asas atau prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah:

1. Evaluasi hams dilaksanakan secara terus menems

Maksud evaluasi yang dilaksanakan secara terus menems atau continue ialah agar kita (guru) memperoleh kepastian atau kemantapan dalam mengevaluasi. Dan dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan yang dialami oleh siswa.

2. Evaluasi harus menyeluruh (Conprehensive)

(49)

sejelas-jelasnya, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk melakukan pengukuran. Alat atau instrument evaluasi harus mengandung atau mencerminkan item-item yang representatif, yang dijabarkan dari tujuan- tujuan instruksional yang telah disusun Untuk keperluan pembuatan soal tes yang demikian guru dapat membuat 'Tabel spesifikasi tujuan", sebagai alat bantu guna menjaring item-item yang mewakili perilaku yang diharapkan. Di samping itu tabel speasifikasi tersebut juga dapat membantu guru dalam usaha memenuhi validitas alat pengukur.

3. Evaluasi harus obyektif (Obyective)

Asas ini dimaksudkan, bahwa di dalam proses evaluasi hanya menunjukkan aspek yang dievaluasi dengan keadaan yang sebenarnya. Jadi di dalam mengevaluasi hasil pendidikan dan pengajaran guru tidak boleh memasukkan faktor-faktor subyektif dalam memberikan nilai kepada siswa

4. Evaluasi harus dilaksanakan dengan alat pengukur yang baik

Asas ini diperlukan, sebab untuk dapat memberikan penilaian secara obyektif diperlukan informasi atau bukti bukti yang relevant dan untuk itu dibutuhkan alat yang tepat guna.

B. Ujian Nasional Sebagai Bentuk Evaluasi Pendidikan

1. Pengertian Ujian Nasional

(50)

Pendidikan, berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 bahwa sebagai salah satu upaya pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilalaikan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan pada setiap lembaga pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, tingkat pendidikan atas. Evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan (Indonesia Children: 2010).

2. Dasar Pelaksanaan Ujian Nasional

(51)

kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan (Pasal 68 PP No 19 Tahun 2005). Dalam pelaksanaan ujian nasional sebagai alat evaluasi penilaian kompetensi siswa secara jelas di jelaskan dalam pasal 66 PP No 19 Tahun 2005 yang berbunyi penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional (Pasal 66 PP No 19 Tahun 2005). Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, maka secara sah ujian nasional sebagai alat atau instrumen penilaian nasional seluruh Indonesia. Ujian nasional sendiri mulai dilaksanakan pada tahun 2005. yang sebelumnya berupa EBTANAS.

3. Fungsi Uj ian Nasional

Fungsi ujian nasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 68 adalah sebagai berikut:

a. Pemetaan mutu program dan/ atau satuan pendidikan

(52)

b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya

Hasil ujian nasional dijadikan sebagai salah satu dasar seleksi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Satuan pendidikan dapat melakukan seleksi dengan menggunakan instrumen seleksi yang materinya tidak diujikan dalam Ujian Nasional, misalnya tes bakat skolastik, tes intelegensi, tes minat, tes bakat, tes kesehatan, atau tes lainnya sesuai dengan Kriteria pada satuan pendidikan tersebut (Penjelasan Pasal 68 PP No 19 Tahun 2005)

c. Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan

Hasil ujian nasional dijadikan sebagai alat penentuan kelulusan siswa pada tingkat satuan pendidikan tertentu, apabila siswa dapat menyelesaikan ujian nasional dengan baik dan memperoleh nilai melebihi standar minimal yang telah ditentukan maka siswa tersebut dinyatakan lulus.

d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(53)

4. Kriteria Kelulusan Ujian Nasional

a. Dalam Draf Keputusan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Pasal 72 Ayat 1, menyatakan bahwa peserta didik dinyatakan lulus dari ujian nasional untuk satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah dengan ketentuan atau kriteria sebagai berikut:

1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran

2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga, dan kesehatan.

3) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

4) Lulus Ujian Nasional

(54)
(55)

Penelitian dalam pembahasan kali Tni, penulis mencoba menganalisis Relevansi Sistem Ujian Nasional Dengan Tujuan Pendidikan Nasional Dalam Perundang-Undangan Di Indonesia. Peneliti memulai pembahasan dari evaluasi pendidikan, sesuai dengan ketentuan umum dalam PP no 19 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat ke 17 dan 18 yang berbunyi:

A. Peraturan Pemerintah no 19 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat ke 17 dan 18

Pasal 1 Ayat 17 Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Pasal 1 ayat 18 Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,

penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai

komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan

pendidikan.

Sesuai dengan paparan di atas penulis memahami dan menghubungkan dengan tujuan pendidikan nasional sesuai yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab XVI Tentang Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi Pasal 57 yang berbunyi;

(56)

1. E valuasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan

Peneliti ingin membandingkan kemudian merelevansikan kedua pasal di atas mengenai evaluasi dalam pendidikan, apa yang disebutkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 1 Tentang Evaluasi Pendidikan Ayat ke 17 dan 18 ternyata relevan dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab XVI Tentang Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi Pasal 57, yaitu evaluasi sebagai kegiatan program pendidikan yang berfungsi sebagai pengendali mutu pendidikan nasional pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Selain itu evaluasi bertujuan untuk mengetahui taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut hemat penulis evaluasi yang dimaksud dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat ke 17 dan 18 relevan dengan evaluasi yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 57.

B. Standar Penilaian Pendidikan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 63 ayat 1

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

(57)

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 63 ayat 1 di atas bahwa penilaian dalam pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah atas terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu yang pertama penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dimaksudkan pendidik disini adalah guru. Dan bentuk penilaian yang digunakan adalah penilaian ulangan harian, yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif yang berhubungan dengan pemahaman siswa, afektif respon dan tanggapan ataupun tingkat kemampuan menyampaiakan siswa dan psikomotorik yaitu tingkat melaksanakan atau menerapkan apa yang didapatkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian penilaian tahap ke dua Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang disusun oleh satuan pendidikan tersebut untuk mengukur kemampuan siswa pada satuan waktu tertentu. Yang ketiga adalah Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah, penilaian hasil belajar siswa yang biasa dilakukan untuk menentukan ketuntasan belajar pada jenjang pendidikan tertentu, penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang dimaksudkan disini adalah ujian nasional. Ujian nasional yang oleh pemerintah dijadikan alat evaluasi nasional indonesia yang ber fungsi sebagai pengendali mutu pendidikan indonesia.

(58)

jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

1. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

2. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.

Penelitian yang dilakukan untuk menelaah dan merelevansikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 63 ayat 1 pada poin a

dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat 1, penilaian hasil belajar oleh pendidik, dilakukan secara berkesinambungan, untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian tersebut digunakan untuk:

1. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;

2. Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan 3. Memperbaiki proses pembelajaran.

(59)

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat 2, relevansinya adalah Evaluasi peserta didik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar melalui ujian sekolah/madrasah, untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

Penilaian hasil belajar oleh pemerintah, bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional, pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. UN harus dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel. UN diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran, terdapat relevansi yaitu bahwa penilaian hasil belajar pada ujian sekolah faktor pendukung adalah pendidik atau guru, penilaian oleh peserta didik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

(60)

lembaga mandiri adalah pemerintah yang menetapkan ujian nasional sebagai alat evaluasi nasional yang digunakan pada tingkat dan jenjang pendidikan tertentu yang digunakan secara menyeluruh di seluruh indonesia.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 64 ayat 1 dan 2

Isi yang dimaksudkan pada di atas adalah Penilaian hasil belajar oleh pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas, Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Yang berfungsi untuk: menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 adalah Pasal 35 Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

(61)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 64 ayat 3 dan pasal 65

ayat 2

Pasal 64 ayat 3 berisikan Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik

Pasal 65 Ayat 2 berisikan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan

(62)

Tampak jelas di atas bahwa dalam penilaian pendidikan yang nanti dijelaskan dalam penilaian pendidikan tetap mengedepankan nilai keagamaan dan dengan pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia yang berakhlak mulia dan dapat bertanggung jawab. Disini tampak jelas bahwa sistem ujian nasional relevansi dengan tujuan pendidikan nasional. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 66 ayat 1

Penilaian pendidikan oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Peneliti merelevansikan pasal tersebut dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 59 ayat 1 yang berbunyi: Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ujian merupakan produk dari pemerintah yang berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 68

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 68 yang membahas tentang fungsi ujian nasional dalam pendidikan, yang berbunyi:

Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: 1. Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan

2. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya

(63)

pendidikan

4. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 68 tersebut akan direlevansikan oleh peneliti dengan undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 35 yang berbunyi:

1. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala

2. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan

3. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 72

Berdasarkan pasal 72 tentang kriteria kelulusan dalam ujian nasional, yang berbunyi:

a. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

(64)

2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok matapelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga, dan kesehatan

3) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

4) Lulus Ujian Nasional

Peneliti akan merelevansikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 7 dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 35 ayat 1 yang berbunyi:

“Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus

ditingkatkan secara berencana dan berkala ”

(65)

juga diperkuat dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 35 ayat 1 yaitu tentang kualifikasi yang harus dipenuhi untuk dapat lulus dari satuan pendidikan yaitu mencakup sikap, pengetahuan yaitu memenuhi kualifikasi lulus ujian sekolah pada kelompok mata pelajaran yang telah ditentukan.

(66)

A. Kesimpulan

Dari uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat

mengambil pikiran utama sebagai berikut:

1. Tujuan Pendidikan Dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat

2. Sistem Pelaksanaan Ujian Nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 72 menjelaskan ujian nasional menjadi salah

satu penentu kompetensi kelulusan peserta didik. Sistem ujian nasional

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 68

karena kualifikasi untuk lulus dari satuan pendidikan tertentu harus dapat

lulus semua bentuk ujian yang diselenggarakan pendidik, oleh satuan

pendidikan dan pemerintah, secara tidak langsung kemapuan siswa dari

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik akan terpenuhi.

3. Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujuan Nasional Dengan UU Nomer 20

Tahun 2003 salah satunya adalah Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab V 35 ayat 1, kompetensi lulusan

(67)

seharusnya mencakup tiga aspek yaitu aspek sikap (afektif), pengetahuan

(kognitif), dan keterampilan (psikomotorik). Dalam kaitannya dengan

mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan sistem ujian nasional yang diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nom or 19 Tahun 2005 Pasal 68 karena

kualifikasi untuk lulus dari satuan pendidikan tertentu harus dapat lulus

semua bentuk ujian yang diselenggarakan pendidik, oleh satuan

pendidikan dan pemerintah, secara tidak langsung kemapuan siswa dari

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik akan terpenuhi.

Peneliti telah merelevansikan Sistem Evaluasi Ujian Nasional yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah N om or 19 Tahun 2005 dengan Tujuan Pendidikan Indonesia dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003, maka penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan

“Ada Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional Dengan Tujuan

Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003” .

B. Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan

penelitian yang beijudul “Relevansi Sistem Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional

Dengan Tujuan Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003” adalah untuk meningkatkan

mutu pendidikan di negara kita republik indonesia yaitu dengan tetap

(68)

tertentu, agar anak didik dapat serius dalam menjalani kegiatan belajar

mengajar di kelas. Selain itu memberikan kesempatan pendidikan setinggi-

tingginya bagi putra-putri bangsa supaya pendidikan terus menuju arah yang

cerah dan pembaharuan bangsa.

C. Kata Penutup

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah mengkaruniakan nikmat

iman Islam, kesehatan serta kekuatan sehingga mampu menyelesaikan

penelitian ini. Harus diyakini bahwa penyelesaian penulisan skripsi ini berkat

pertolongan-Nya melalui tangan-tangan hamba-Nya. Semoga hasil karya

ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja berkenan mengambilnya

dan juga dijauhkan dari kesia-siaan. Adapun kekurangan dan kelebihan yang

terdapat dalam karya ini tidak lain karena fitrah sebagai manusia, selebihnya

(69)

Semarang.

Al-Ghazali, 1996. Berdialog Dengan A l-q u r’an, Teij. Masykur Hakim dan

Ubaidillah. Mizan, Bandung

Al-Gazali, 1.1 Ayyuhal Wallad. Al-Hidayah, Surabaya.

Cemerlang, 2005. Peraturan Pem erintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Pendidikan N asional (SNP), Jakarta

Chabib Thoha, 1996, K apita Selekta Pendidikan Islam , Pustaka Pelajar, cet. Ke-1

CV Pustaka Agung Harapan 2006, UUD '45, Surabaya

Departemen Agama RI, 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang

Pendidikan, Jakarta.

Jalaludin, 2001, Teologi Pendidikan, Raja Grafindo, Jakarta.

Kartini kartono, 2001. M etode P enelitian, EGC. Jakarta

Penerbit Sinar Grafika, 2005 Peraturan Pem erintah N om or 19 Tahun 2005,

Jakarta

Rahman, Afzalur, 1992, A l-q u r’an Sum ber Ilm u Pengetahuan, Teij. H. H. Arifin,

Rineke Cipta, Jakarta, cet. Ke-2

Ramayulis , 2005. M etodologi Pedidikan Agam a Islam , PT. Remaja Rosda Karya,

Bandung

(70)

Luqm an dengan Perundang-U ndangan di Indonesia. Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga, 14 Mei 2009

(71)

Tempat tanggal lahir : Boyolali, 4 juni 1988

Jenis kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Islam

Alamat : Rt 5/ Rw 1 Ngawen, Banyusri, Wonosegoro, Boyolali Jawa Tengah, Indonesia.

Riwayat pendidikan:

T TK PERTIWI BANYUSRI Tahun lulus 1994

i SD NEGERI 2 BANYUSRI Tahun lulus 2000

i- SLTP NEGERI 1 WONOSEGORO Tahun lulus 2003

4- MA AL IHSAN DOGLO, CEPOGO Tahun lulus 2006

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya

Salatiga, 19 Agustus 2010 Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Tombol Browse Users in Device untuk menampilkan daftar user pada mesin absensi, cek nama user yang akan di delete atau Select All untuk memilih semua user, lalu tekan Delete.. 22

LUTHFI: Identifikasi Fragmen DNA Genomik Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Hasil PCR (Polymerase Chain Reaction) Menggunakan Primer Spesifik untuk Beta Karoten, dibimbing

Hasil akhir dari dibangunnya animasi ini adalah sebagai media pengenalan tradisi budaya kota kudus dalam bentuk animasi yang lebih menarik.. Kata kunci : Adobe Flash,

So, using the martingale property of M we see that N is a local martingale. The equivalence between i) and ii) in the above proposition corresponds to a well known

Hasil akhir dari proses ini adalah penilaian pegawai yang akan dinilai kinerjanya. Penentuan tersebur mengacu pada hasil perhitungan tertentu untuk mendapatkan predikat

Sound Engineer merupakan sebuah profesi yang melakukan kegiatan mengolah suara, baik itu recording, mixing, ataupun mastering untuk menghasilkan sebuah karya suara yang

Anak sebaiknya diberikan berbagai kegiatan yang kreatif untuk mengembangkan motorik kasar dan motorik halusnya secara seimbang (Aisyah, 2011:4.35-42). Kemampuan

* Perkuliahan dimulai tgl 5 September 2016 Surabaya, Agustus 2016 Ketua Program Studi MMT