• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI NY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI NY"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

RSIJ CEMPAKA PUTIH TANGGAL 07 – 09 MEI 2018

Disusun Oleh :

REDYNA YULISTIA

2015750036

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ―Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.R dengan Bayi Baru Lahir Normal di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat Tanggal 07 – 09 Mei 2018.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak kekurangan dan menemukan banyak hambatan karena terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun karena adanya bimbingan, dukungan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan waktu yang telah di tentukan. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT karena atas izin-Nya saya bisa menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

2. Dr. Muhammad Hadi, SMK.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An. selaku Ka. Prodi. D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Ns. Idriani, M.Kep.,Sp.Mat. selaku pembimbing dan penguji pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Sri Mulati, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing dan penguji dari lahan praktik.

6. Ns. Nuraenah, M.kep selaku wali akademik angkatan XXXIII D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

7. Kepala ruangan dan staf perawat di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

(5)

Ilmiah ini.

9. Seluruh dosen dan staf pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta khususnya Prodi D III Keperawatan.

10.Keluarga terutama kepada orang tua saya yang selalu membimbing, membiayai, menasehati, memfasilitasi, mendoakan saya selama ini. Serta kepada kedua adik yang saya sayangi.

11.Kepada akper angkatan XXXIII terimakasih atas kebersamaannya selama 3 tahun terakhir ini. Semoga kelak kita sama-sama menjadi orang yang sukses . AAMIIN!!!

12.Untuk temen seperjuangan “Mater Squad” yang terdiri dari Banati, Mirahmawati, Meirini, Fitri, Meli terimakasih atas kerjasama, kebersamaan dan bantuannya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 22 Mei 2018

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 4

C. Ruang lingkup ... 4

D. Metode Penulisan ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar ... 7

1. Definisi ... 7

2. Karakteristik Bayi Baru Lahir ... 7

3. Klasifikasi Bayi Baru Lahir ... 8

4. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir ... 9

5. Pemenuhan Kebutuhan Dasar ... 28

6. Penatalaksanaan ... 32

B. Konsep Asuhan Keperawatan ... 37

1. Pengkajian Keperawatan ... 37

2. Diagnosis Keperawatan ... 42

3. Perencanaan Keperawatan ... 43

4. Pelaksanaan Keperawatan ... 47

5. Evaluasi Keperawatan ... 47

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan ... 49 B. Diagnosis Keperawatan ... 57 C. Perencanaan Keperawataan ... 58 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 61 E. Evaluasi Keperawataan ... 70 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawataan ... 77 B. Diagnosa Keperawataan ... 79 C. Perencanaan Keperawatan... 80 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 83 E. Evaluasi Keperawatan ... 85 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 89 B. SARAN ... 91 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Dewi, 2010). Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi baru lahir sampai usianya 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir. Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya (Maryunani & Nurhayati, 2008).

Penelitian menunjukkan bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonatus sebagai organisme yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi (Indrayani, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan) penyebabnya ialah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 29%, asifiksia

(8)

27%, trauma lahir, tetanus neonatorum,infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008).

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan angka kematian bayi dan ibu saat melahirkan mengalami penurunan sejak 2015 hingga semester pertama 2017. Berdasarkan data yang dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, jumlah kasus kematian bayi turun dari 33.278 kasus pada 2015 menjadi 32.007 kasus pada 2016.Sementara hingga pertengahan tahun atau semester satu 2017 tercatat sebanyak 10.294 kasus kematian bayi (Kemenkes, 2017). Angka kematian Bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: asfiksia neonatarum, ikterus, pendarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipertermi, dll. (Muslihatun, 2010).

Dari data yang diperoleh dari medical record RSIJ Cempaka Putih, jumlah angka kelahiran bayi baru lahir pada tahun 2017 sebesar 822 jiwa dengan Seksiocesaria sebanyak 75,7% (623 jiwa) dan kelahiran Spontan sebanyak 23,7% (195 jiwa). Adapun angka kematian bayi baru lahir pada tahun 2017 sebesar 0,6% (4 jiwa). Sedangkan tahun 2018 pada bulan Januari – April jumlah angka kelahiran bayi baru lahir sebesar 238 jiwa dengan Seksiocesaria sebanyak 81,5% (194 jiwa) dan kelahiran Spontan sebanyak 17,6% (42 jiwa). Adapun angka kematian bayi baru lahir pada tahun 2018 bulan januari-april yaitu 0,8% (2 jiwa).

Masalah – masalah umum yang dapat terjadi pada bayi baru lahir menurut Lowdermilk (2013) adalah trauma fisik dan masalah fisiologis. Trauma fisik meliputi berbagai perlukaan fisik yang didapat bayi baru lahir selama persalinan dan kelahiran. Walaupun sebagian besar perlukaan bersifat minor dan membaik selama periode neonatus tanpa pengobatan, beberapa jenis trauma membutuhkan intervensi, dan di antaranya dapat bersifat fatal. Faktor predisposisi bayi terhadap trauma lahir meliputi factor ibu disfungsi uterus yang menimbulkan persalinan

(9)

memanjang, persalinan premature dan postmatur, dan disproporsi sefalopelvis.

Beberapa masalah keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang dapat terjadi pada Bayi Baru Lahir Normal adalah kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan, kebutuhan personal hygine, kebutuhan sentuhan dan kasih sayang. Untuk itu bayi baru lahir sangat penting untuk diberikan pelayanan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar di rumah sakit dan penatalaksanaan yang tepat (Wong, 2013).

Menurut Hutahaean (2009) masalah keperawatan yang muncul pada bayi baru lahir yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko tinggi perubahan temperature tubuh, resiko tinggi infeksi, resiko tinggi inflamasi, resiko tinggi trauma, gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh dan lain-lain.

Berdasarkan data di atas penulis sebagai calon tenaga kesehatan turut berperan serta dalam upaya meningkatkan kesehatan dan mengatasi masalah yang terjadi pada bayi baru lahir melalui upaya promotif yaitu pelayanan kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif, cara menyusui dengan baik dan benar dan menjelaskan pentingnya imunisasi pada bayi serta perawatan pada bayi baru lahir. Upaya preventif seperti perawatan tali pusat, memandikan bayi serta dan memberikan kehangatan pada bayi agar terhindar dari hipotermia. Sedangkan upaya kuratif yang diberikan adalah memberikan terapi sesuai dengan instruksi dokter. Lalu yang terakhir ada upaya rehabilitatif yaitu menstimulus perkembangan bayi sejak dini. Maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah Bayi Baru Lahir dengan judul Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Bayi Ny. R dengan Bayi Baru Lahir Normal di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakata.

(10)

B. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum

Diperolehnya pengalaman nyata memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal. 2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal.

b. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan sesuai dengan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada masalah kebutuhan dasar bayi baru lahir normal.

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus yang ada pada bayi baru lahir normal.

g. Mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung maupun faktor - faktor penghambat serta dapat mencari solusi pada kasus bayi baru lahir normal.

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal dalam bentuk narasi.

C. Ruang Lingkup

Dalam karya tulis ilmiah penulis membatasi ruang lingkup dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi baru lahir normal karena mengingat banyaknya kasus bayi baru lahir normal dengan berbagai indikasi dan keterbatasan waktu yang diberikan, sehingga penulis hanya melakukan asuhan keperawatan pada masalah yaitu, “Asuhan

(11)

Keperawatan Pada Bayi Ny. R Dengan Bayi Baru Lahir Normal” di Paviliun Shafa An-nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat selama 3 hari pada tanggal 07 – 09 Mei 2018.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan deskriptif dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang di gunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan.

Penulis memperoleh data-data dengan cara :

1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari teori-teori, buku-buku keperawatan, serta catatan ilmiah yang berkaitan dengan kasus. 2. Wawancara langsung dengan orang tua pasien, perawat serta

keluarga pasien untuk mendapatkan data-data yang akurat dan jelas mengenai masalah pasien.

3. Observasi, dimana penulis terlibat langsung pada pasien yang bersangkutan mengenai perkembangan, pengobatan, dan perawatan serta hasil tindakan yang telah diberikan.

E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Meliputi pengertian, karakteristik bayi baru lahir normal, adaptasi fisiologis, pemenuhan kebutuhan dasar, penatalaksanaan, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

(12)

BAB III TINJAUAN KASUS

Merupakan laporan kasus dari hasil pengamatan dan observasi langsung pada pasien dalam membuat asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal Ny. R di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat mulai dari pengkajian keperawatan sampai evaluasi keperawatan.

BAB IV PEMBAHASAN

Membahas kesenjangan antara asuhan keperawatan menurut teori dengan tinjauan kasus dari pengkajian keperawatan sampai evaluasi keperawatan sesuai dengan kasus yang diambil. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

B. Saran, untuk meningkatkan kinerja perawat DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang definisi dari bayi baru lahir normal, karakteristik pada bayi baru lahir normal, klasifikasi bayi baru lahir, adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir normal, pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal, penatalakasanaan pada bayi baru lahir normal, pengkajian keperawatan pada bayi baru lahir normal, diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir normal, perencanaan keperawatan pada bayi baru lahir normal, pelaksanaan keperawatan pada bayi baru lahir normal dan evaluasi keperawatan pada bayi baru lahir normal.

A. Konsep Dasar

1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Dewi, 2010).

Menurut Rukiyah (2012) bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Sedangkan menurut Rahadjo (2014) bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal

Ditinjau dari beberapa aspek, kriteria neonatus dapat dilihat, yaitu (Hutahaean, 2009):

(14)

a. Kriteria fisik neonatus normal

1) Cukup bulan: usia kehamilan 37-42 minggu

2) Berat badan lahir: 2500-4000 gram (sesuai masa kehamilan)

3) Panjang badan: 44-53 cm

4) Lingkar kepala (melalui diameter biparietal): 31-36 cm 5) Skor apgar 7-10

6) Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan b. Kriteria neurologik neonatus normal

1) Frog position (fleksi ekstermitas atas dan bawah) 2) Reflex moro/kejutaan(+), harus simetris

3) Reflex hidap (+) pada sentuhan palatum molle 4) Reflex menggenggam (+)

5) Reflex rooting (+)

c. Nilai laboraturium darah neonatus normal

1) Hb: 14-22 g/dL (kadar Hb-F tinggi, menurun dengan pertambahan usia)

2) Ht: 43-63%

3) Eritrosit: 4,2-6 juta/mm3 4) Retikulosit: 3-7%

5) Leukosit: 5000-30000/mm3 jika ada infeksi <5000mm3 6) Trombosit: 150000-350000/mm3

7) Volume darah: 85 cc/kg BB

d. Nilai laboraturium cairan otak neonatus normal

1) Warna: 90-94% xantochrome (kekuningkuningan jernih) 2) None/Pandy (+) pada usia diatas 3 bulan harus sudah

negative

3) Protein: 200-220 mg/dl 4) Glukosa: 70-80 mg/dl 5) Eritrosit 1000-2000/LPB

6) Leukosit: 10-20/LPB menunjukkan fungsi BBB (blood-brain barrier) masih belum sempurna.

(15)

3. Klasifikasi bayi baru lahir

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut Marmi (2015), yaitu :

a. Neonatus menurut masa gestasinya :

1) Kurang bulan (preterm infant): < 259 hari (37 minggu)

2) Cukup bulan (term infant): 259-294 hari (37-42 minggu)

3) Lebih bulan (postterm infant): > 294 hari (42 minggu atau lebih)

b. Neonatus menurut berat badan lahir : 1) Berat lahir rendah: < 2500 gram 2) Berat lahir cukup: 2500-4000 gram 3) Berat lahir lebih: > 4000 gram

c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan):

1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

4. Adaptasi fisiologi pada bayi baru lahir a. Sistem pernafasan

Dengan pemotongan tali pusat, bayi mengalami perubahan fisiologis yang kompleks dan cepat. Penyesuaian yang paling penting dan segera yang dilakukanoleh bayi baru lahir pada saat kelahiran adalah membangun pernapasan. Dengan kelahiran melalui vagina, beberapa cairan paru diperas keluar dari trakea dan paru-paru bayi; pada bayi yang lahir dengan

(16)

kelahiran cesar, cairan paru dapat tertahan dalam alveolus. Dengan menghirup napas pertama kali, bayi baru lahir memulai serangkaian perubahan jantung paru.

Tabel karakteristik dari Sistem Pernapasan Neonatus

KARAKTERISTIK EFEK PADA FUNGSI

Penurunan jaringan elastis dan rekoil paru

Penurunan komplians paru

membutuhkan tekanan yang lebih tinggi dan usaha yang lebih untuk mengembangkan

paru; peningkatan risiko

atelektasis

Berkurangnya pergerakan

diafragma dan maximal force potential

Pergerakan pernapasan yang kurang efektif; kesulitan dalam menciptakan tekanan negative intratoraks; berisiko atelectasis Kecenderungan untuk bernafas

dengan hidung; perubahan posisi laring dan epiglotis

Peningkatan kemampuan

untuk menyelaraskan antara menelan dan bernapas; risiko

obstruksi jalan napas;lebih

sulit diintubasi Komplians jalan napas kecil

dengan resistansi saluran napas yang tinggi; reflex imatur

Risiko obstruksi jalan napas dan apnea

Peningkatan resistensi vascular paru dengan arteri pulmonal yang sensitive

Risiko pirai duktus dan

hipoksemia dengan

keadaan-keadaan seperti hipoksia,

asidosis, hipotermia

hipoglikemia, dan hiperkarbia

Peningkatan konsumsi oksigen Peningkatan laju pernapasan

dan usaha bernapas; risiko hipoksia

Peningkatan pirai intrapulmonal kanan kiri

Peningkatan risiko atelectasis dengan ventilasi tidak efektif;

PCO2 rendah

Imaturitas sistem surfaktan paru pada bayi imatur

Peningkatan risiko atelectasis

dan sindrom distress

pernapasan; peningkatan usaha bernapas

kontrol pernapasan imatur Pernapasan tidak teratur

dengan bernapas periodic;

risiko apnea; ketidakmampuan untuk mengubah kedalaman pernapasan segera

Bernapas pertama kali kemungkinan sebagai akibat dari reflex yang dipicu oleh perubahan tekanan, pajanan

(17)

terhadap temperature udara yang dingin, bising, cahaya, dan sensasi lainnya yang berhubungan dengan proses kelahiran. Selain itu, kemoreseptor diaorta dan badan karotis memulai reflex neurologis ketika tekanan oksigen arteri (PO2) menurun, tekanan karbon dioksida arteri

meningkat, dan pH arteri menurun. Pada sebagian besar kasus, reaksi pernapasan berat terjadi dalam 1 menit setelah lahir, dan bayi melakukan tarikan napas pertama dan menangis.

Setelah pernapasan sudah dimulai, napas menjadi dangkal dan tidak teratur, berkisar 30 hingga 60 napas/menit, dengan periodic yang terdiri atas henti napas sementara yang berlangsung kurang dari 20 detik. Episode dari napas periodik ini terjadi paling sering selama siklus tidur aktif (rapid eye movement [REM]) dan menurun frekuensi dan durasinya seiring dengan usia. Periode henti napas lebih dari 20 detik merupakan indikasi proses patologis dan harus dievaluasi secara menyuluruh.

b. Sistem kardiovaskular

Sistem kardiovaskular berubah bermakna setelah lahir. Napas pertama bayi, di sertai dengan peningkatan distensi kapiler alveolus, mengembangkan paru-paru dan mengurangi resistansi pembuluh darah paru terhadap aliran darah paru dari arteri pulmonaris. Tekanan arteri pulmonaris menurun, dan tekanan dalam atrium kanan menurun. Meningkatnya aliran darah paru dari sisi jantung kiri meningkatkan tekanan di atrium kiri, yang menyebabkan penutupan fisiologis dari foramen ovale. Dalam uterus, PO2 janin berukuran 27 mmHg. Setelah lahir kadar PO2 dalam darah arteri berukuran sekitar 50

(18)

mmHg, duktus arteriosus berkontriksi sebagai respon terhadap peningkatan oksigenasi.

c. Denyut dan bunyi jantung

Denyut jantung rata-rata berkisar 120 hingga 140 denyut/menit, dengan variasi yang tampak jelas saat tidur dan bangun. Sesaat setelah tangisan pertama, denyut jantung bayi dapat mengalami percepatan 175 hingga 180 denyut/menit.kisaran denyut jantung pada bayi matur berkisar 85 hingga 90 denyut per/menit selama tidur dalam dan hingga 170 denyu/menit atau lebih ketika bayi terbangun. Denyut jantung hingga 180 denyut/menit merupakan hal yang biasa ketika bayi menangis. Denyut jantung yang secara konsisten tinggi ( > 170 denyut/menit) atau rendah ( < 80 denyut/menit) saat bayi baru lahir dalam keadaan istirahat harus di evaluasi kembali dalam 1 jam atau saat aktivitas bayi berubah.

Bunyi jantung selama periode neonatus bernada lebih tinggi, durasinya lebih singkat, dan intensitasnya lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Bunyi jantung pertama ( S1) biasanya lebih keras dan lebih tumpul dibandingkan bunyi jantung dua ( S2) yang bersifat tajam. Bunyi jantung ketiga dan keempat tidak terdengar pada bayi baru lahir. Sebagian besar bising jantung yang terdengar selama beberapa hari pertama kehidupan tidak memiliki makna patologis, dan lebih dari setengah murmur hilang saat berusia 6 bulan. Namun, terdapatnya murmur dan tanda-tanda yang menyertai seperti asupan yang sulit, apnea, sianosis, atau pucat merupakan hal yang tidak normal dan perlu diperiksa lebih lanjut.

(19)

d. Tekanan darah

Tekanan darah sistolik rata-rata pada bayi baru lahir berkisar 60 hingga 80 mmHg, dan tekanan diastolik rata-rata berkisar 40 hingga 50 mmHg. Tekanan darah meningkat pada hari kedua kehidupan, dengan sedikit variasi yang tampak pada bulan pertama kehidupan. Turunnya tekanan darah sistolik sekitar 15 mmHg pada satu jam kehidupan biasa terjadi. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan pada tekanan sistolik. Peningkatan tekanan darah paling baik di lakukan dengan alat oscillometric ketika bayi sedang beristirahat. Ukuran manset yang tepat harus digunakan untuk pengukuran tekanan darah bayi yang akurat.

e. Volume darah

Volume darah pada bayi baru lahir berkisar sekitar 80 hingga 85 ml/kg berat badan. Segera setelah lahir, volume darah total rata-rata sebesar 300 ml, namun volume ini dapat meningkat hingga 100 ml, bergantung pada lamanya waktu sebelum tali pusat diklem dan dipotong. Bayi prematur memiliki volume darah yang relatif lebih besar dibandingkan bayi baru lahir matur karena bayi prematur memiliki volume plasma yang cara proporsional lebih besar, bukan massa sel darah merah (Lowdermilk, 2013).

5. Sistem hematopoietik

a. Sel darah merah dan hemoglobin

Saat lahir, kadar rata-rata sel darah merah dan hemoglobin (hemoglobin janin bersifat dominan) lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Darah tali pusar pada bayi baru lahir matur dapat memiliki konsentrasi

(20)

hemoglobin 14 hingga 24 g/dl (rerata, 17 g/dl). Hematokrit berkisar 44% hingga 64% (rerata, 55% ). Hitung sel darah merah juga ikut meningkat berkisar 4,8 hingga 7,1 juta/mm3 (rerata, 5,14 juta/mm3 pada akhir bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun dan mencapai kadar rata-rata 11 hingga 17 g/dl dan 4,2 hingga 5,2 juta/mm3, secara berurutan. Kadar darah ini dapat di pengaruhi oleh klem tali pusat yang tertunda, yang akan mengakibatkan peningkatan hemoglobin, sel darah merah, hematokrit.

b. Leukosit

Leukositosis, dengan hitung sel darah putih sekitar 18.000 sel/mm3 (berkisar antara 9.000 hingga 30.000 sel/mm3) normal saat lahir. Jumlah sel darah putih meningkat hingga 23.000 sampai 24.000 sel/mm3 selama hari pertama setelah lahir. Hitung sel darah putih awal yang tinggi pada bayi baru lahir akan menurun secara cepat, dan kadar 11.500 sel/mm3 umumnya dipertahankan selama periode neonatus. Infeksi berat tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh bayi baru lahir, leukosit lambat untuk mengenali protein asing dan untuk melokalisasi dan melawan infeksi pada awal kehidupan. Sepsis dapat di sertai dengan peningkatan sel darah putih (neutrofilia) namun, beberapa bayi dapat menunjukkan tanda-tanda klinis sepsis tanpa peningkatan sel darah putih yang bermakna

c. Trombosit

Hitung trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000 sel/mm3 dan sama nilainya pada bayi baru lahir dan

(21)

orang dewasa. Kadar faktor II, VII, IX dan X yang di temukan di hati, menurun selama beberapa hari pertama kehidupan, karena bayi baru lahir tidak dapat menyintesis vitamin K. Namun, kecenderungan perdarahan pada bayi baru lahir tidak biasa terjadi, dan jika defisiensi vitamin K tidak hebat, pembentukan bekuan darah cukup untuk mencegah perdarahan.

d. Golongan darah

Golongan darah bayi ditentukan secara genetik dan dibentuk pada awal kehidupan janin. Namun, selama periode neonatus, kekuatan aglutinogen yang terdapat pada membran sel darah merah meningkat perlahan. Sampel darah tali pusat dapat di gunankan untuk mengidentifikasi golongan darah bayi dan status rhesusnya ( Lowdermilk, 2013 ).

6. Sistem termogenik

Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat, regulasi panas merupakan hal yang terpenting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir. Termoregulasi adalah mempertahankan keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas.

a. Termogenesis

Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas jarang terjadi pada bayi baru lahir. Termogenesis tanpa menggigil terjadi terutama oleh metabolisme, lemak, cokelat yang khas pada bayi baru lahir, dan juga oleh peningkatan aktivitas metabolik di otak, jantung, dan hati. Lemak cokelat terletak di cadangan lemak superficial pada daerah interskapula dan aksila, juga pada cadangan lemak dalam pada pintu masuk toraks,

(22)

sepanjang kolumna vertebra, dan disekitar ginjal. Lemak cokelat memiliki suplai pembuluh darah dan saraf yang lebih kaya dibandingkan lemak biasa. Panas yang di produksi oleh aktivitas metabolik lemak dalam lemak cokelat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat, umumnya terdapat hingga beberapa minggu setelah lahir, dan habis dengan cepat akibat dingin. Jumlah dari cadangan lemak cokelat meningkat seiring dengan usia kehamilan bayi baru lahir matur memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan bayi premature

b. Kehilangan panas

Kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi dengan 4 cara berikut

a) Konveksi adalah perpindahan aliran panas dari permukaantubuh ke udara lingkungan yang lebih dingin. Oleh karena dapat terjadi kehilangan panas akibat konveksi, temperatur lingkungan dalam kamar perawatan bayi dipertahankan pada suhu sekitar 24°C, dan bayi baru lahir pada tempat tidur bayi yang terbuka harus di selimuti untuk melindungi mereka dari dingin.

b) Radiasi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuhmenuju permukaan padat yang lebih dingin, tidak dengan kontak langsung, namun pada jarak yang relatif dekat. untuk mencegah kehilangan panas ini, tempat tidur bayi dan meja periksa ditempatkan jauh dari jendela luar.

(23)

c) Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan di konversi menjadi uap. Pada bayi baru lahir, kehilangan panas oleh evaporasi terjadi sebagai akibat dari penguapan kelembapan pada kulit. Kehilangan panas ini dapat diakibatkan karena kesalahan terlalu cepat mengeringkan bayi baru lahir atau melalui pengeringan bayi yang terlalu lambat setelah mandi. Kehilangan panas melalui evaporasi adalah kehilangan panas yang tidak di sadari, merupakan penyebab kehilangan panas yang paling penting pada beberapa hari pertama kehidupan.

d) Konduksiadalah hilangnya panas dari permukaan tubuh kepada permukaan yang lebih dingin dengan kontak langsung. Ketika kedalam ruang perawatan bayi, bayi baru lahir di tempatkan dalam tempat tidur hangat untuk meminimalkan kehilangan panas. Timbangan yang digunakan untuk menimbang bayi baru lahir harus dilapisi kain pelindung untuk meminimalkan kehilangan panas secara konduksi.

e) Regulasi temperature

Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas pada awalnya kurang dibandingkan pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki rasio permukaan tubuh terhadap berat badan (massa) yang lebih besar dibandingkan pada anak dan dewasa. Posisi fleksi pada bayi baru lahir membantu melindungi dari kehilangan panas karena mengurangi jumlah permukaan tubuh yang terpajan pada lingkungan. Bayi juga dapat

(24)

mengurangi kehilangan panas dari dalam melalui permukaan tubuh dengan konstriksi pembuluh darah perifer.

Stres dingin memengaruhi kebutuhan metabolik dan fisiologis pada semua bayi, tanpa dipengaruhi usia kehamilan dan kondisi. Laju pernapasan meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Pada bayi yang mengalami stres dingin, konsumsi oksigen dan energi dialihkan dari mempertahankan fungsi otak dan jantung yang normal serta pertumbuhan kepada termogenesis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.jika bayi tidak dapat mempertahankan oksigen yang adekuat, vasokontriksi mengikuti dan membahayakan perfusi paru (Lowdermilk, 2013)

7. Sistem renal

Pada usia kehamilan matur, ginjal menempati sebagian besar dari dinding abdomen posterior. Kandung kemih terletak di dekat dinding abdomen anterior dan merupakan organ abdomen dan organ panggul. Pada bayi baru lahir hampir seluruh masa yang teraba pada abdomen berasal dari ginjal. Sejumlah kecil urin (sekitar 40 ml) biasa terdapat dalam kandung kemih bayi matur saat lahir. Frekuensi berkemih bervariasi dari 2 hingga 6x/hari. Selama hari pertama dan kedua kehidupan dan dari 5 hingga 25x sehari setelahnya. Sekitar 6 hingga 8x berkemih per hari dengan urine berwarna kuning pucat merupakan penanda asupan cairan yang adekuat setelah 3-4 hari pertama. Umumnya, bayi matur berkemih 15-60 ml urine/kgBB/hari.

(25)

Bayi matur memiliki kapasitas yang terbatas untuk mengonsentrasi urine, oleh karena itu, berat jenis urine dapat berkisar antara 1001 hingga 1020. Kemampuan untuk mengonsentrasi urine dengan baik baru didapatkan sekitar usia 3 bulan. Setelah berkemih pertama kali, urine bayi akan tampak keruh (dikarenakan kandungan mukus) dan memiliki berat jenis yang lebih tinggi. Kadar ini menurun dengan peningkatan asupan cairan. Urine normal selama masa bayi awal umumnya berwarna kuning bening dan hampir tidak berbau (Lowdermilk, 2013).

a. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Sekitar 40% dari berat badan bayi baru lahir terdiri atas cairan ekstraselular. Setiap harinya, bayi baru lahir mengambil dan mengeluarkan sekitar 600-700 ml cairan, yang merupakan 20% dari cairan tubuh total atau 50% dari cairan ekstraselular. Laju filtrasi glomerolus pada bayi baru lahir sekitar 30% hingga 50% dari orang dewasa. Laju filtrasi yang lebih rendah ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk mengeluarkan nitrogen dan produk sisa lainya dari darah. Namun, protein yang di konsumsi oleh bayi baru lahir hampir seluruhnya di metabolisme untuk pertumbuhan.

8. Sistem gastrointestinal

Bayi baru lahir matur mampu untuk menelan, mencerna, memetabolisme dan menyerap protein, karbohidrat sederhana dan lemak pelarut. Selain dari enzim amilase pankreas, enzim-enzim khas dan cairan-cairan pencernaan terdapat pada neonatus, bahkan yang dengan berat lahir rendah. Pada bayi yang terhidrasi dengan adekuat, membran mukosa mulutnya lembap dan berwarna pink. Palatum lunak dan keras utuh. Adanya mukus dalam jumlah sedang hingga

(26)

banyak umum terjadi pada beberapa jam pertama setelah lahir. Area kecil berwarna keputihan ( mutiara Epstein ) dapat di temukan pada sisi gusi dan pada persambungan dari palatum lunak dan keras. Pipih berbentuk bulat penuh di karenakan bantalan penghisap yang berkembang dengan baik. Bantalan ini, seperti tuberkel labia (kalus penghisap) pada bibir atas, menghilang sekitar usia 12 bulan, ketika periode menghisap berakhir. Walaupun gerakan menghisap dalam uterus telah direkam oleh ultrasound, gerakan ini tidak terkoordinasi dengan proses menelan pada semua bayi yang lahir sebelum usia 32 hingga 33 minggu gestasi. Gerakan menghisap pada bayi baru lahir dilakukan dengan isapan-isapan kecil sebanyak 3 atau 4 hingga 8 sampai 10 isapan-isapan pada satu waktu, dengan waktu berhenti yang singkat diantara isapan. Gigi mulai tebentuk di dalam uterus, dengan pembentukan email berlanjut hingga sekitar usia 10 tahun. Bakteri tidak terdapat pada saluran pencernaan bayi saat lahir. Bising usus umumnya dapat terdengar sesaat setelah lahir. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 hingga 90 ml, bergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi beberapa faktor yang dapat memengaruhi pengosongan lambung seperti waktu dan volume dari pemberian makanan atau jenis dan temperatur makanan. Sfingter jantung dan kontrol saraf pada lambung belum matur, sehingga terkadang regurgitasi dapat terjadi. Regusgitasi selama hari pertama atau kedua kehidupan dapat dikurangi dengan menghindari pemberian makanan berlebih, dengan membuat bayi bersendawa, dan dengan memosisikan bayi dengan kepala sedikit terangkat.

(27)

a. Pencernaan

Kemampuan bayi untuk mencerna karbohidrat, lemak atau protein di regulasi oleh adanya beberapa enzim. Sebagian besar enzim-enzim ini berfungsi saat lahir. Pengecualian pada amilase, yang di produksi oleh kelenjar saliva setelah kurang lebih usia 3 bulan dan oleh pankreas sekitar usia 6 bulan. Pengecualian lainya adalah livase, yang juga disekresikan oleh pankreas enzim ini di perlukan untuk mencerna lemak. b. Tinja

Saat lahir, usus bagian bawah berisi mekonium. Mekonium dibentuk selama kehidupan janin dari cairan amnion dan kontituennya, sekresi usus (meliputi bilirubin), dan sel-sel (yang luruh dari mukosa). Mekonium berwarna hitam kehijauan dan kental serta mengandung darah samar. Mekonium pertama yang di keluarkan biasanya steril, namun mengandung bakteria. Mayoritas bayi matur yang sehat mengeluarkan mekonium dalam 12 hingga 24 jam pertama kehidupan, dan hampir semua bayi mengalaminya dalam 48 jam pertama (Blackburn, 2007)

9. Sistem hepatic

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat gestasi. Pada bayi baru lahir, hati dapat di palpasi sekitar 1cm di bawah batas iga kanan karena hati membesar dan menempati sekitar 40% dari rongga abdomen.

a. Penyimpanan besi

Hati janin, yang berperan sebagai tempat produksi hemoglobin setelah lahir, mulai menyimpan besi dalam uterus. Cadangan besi pada bayi proporsional terhadap

(28)

hemoglobin total tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir, bayi matur memiliki cadangan besi yang cukup untuk 4 hingga 6 bulan.

b. Metabolisme karbohidrat

Saat lahir, bayi baru lahir dipisahkan dari suplai glukosa ibu, akibatnya bayi baru lahir memiliki kadar glukosa serum awal yang menurun. Peningkatan kebutuhan energi, penurunan pelepasan glukosa oleh hati dari cadangan glikogen, peningkatan volume sel darah merah, dan peningkatan ukuran otak pada bayi baru lahir akan berperan dalam menyebabkan abisnya simpanan glikogen dalam 24 jam pertama setelah lahir. Pada sebagian besar bayi baru lahir matur yang sehat, kadar glukosa darah stabil pada 50 hingga 60 mg/dl selama beberapa jam pertama setelah lahir. Pada hari ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus berkisar antara 60 dan 70 mg/dl. Inisiasi pemberian makan membantu stabilisasi kadar glukosa darah bayi baru lahir.

c. Jaundis

Jaundis merupakan manifestasi pigmen bilirubin dalam jaringan tubuh. Jaundis umumnya tidak terlihat hingga kadar bilirubin mencapai 5 mg/dl. Semua jaundis yang terlihat dalam 24 jam pertama kehidupan atau jaundis menetap 7 hingga 10 hari membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya Karena hal ini menunjukan adanya proses patologis yang mendasarinya.

(29)

d. Koagulasi

Faktor-faktor koagulasi, yang disintesis dihati, diaktivasi oleh vitamin K. Kurangnya bakteri usus yang diperlukan untuk menyintesis vitamin K menyebabkan defisiensi koagulasi darah sementara antara hari ke 2 hingga hari ke 5 kehidupan. Penggunaan vitamin K intramuskular sesaat setelah lahir membantu mencegah masalah pembekuan darah (Lowdermilk, 2013).

10.Sistem imun

Sel yang memberikan imunitas pada bayi telah terbentuk sejak awal kehidupan janin; namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah lahir. Selama 3 bulan pertama kehidupan, bayi matur yang sehat terlindungi oleh imunitas pasif yang di dapat dari ibu; namun, status ini bergantung pada pajanan ibu sebelumnya terhadap anti gen dan respons imunologinya. Imunoglobulin A (IgA) yang memproteksi membran menghilang dari saluran pernapasan dan saluran kemih, dan bila bayi tidak menyusui, IgA juga menghilang dari saluran cerna. Bayi mulai menyintesis IgG, dan sekitar 40% dari kadar pada orang dewasa dicapai pada usia 1 tahun. Sejumlah besar IgM diproduksi saat lahir, dan kadar dewasa di capai pada usia 9 bulan. Produksi IgA, IgD, dan IgE lebih bertahap dan kadar maksimal belum di capai hingga masa kanak-kanak awal. Bayi yang disusui menerima imunitas pasif yang banyak melalui kolostrum dan ASI (Lowdermilk, 2013).

(30)

11.Sistem integument

Semua struktur kulit sudah terbentuk saat lahir. Epidermis dan dermis berikatan longgar dan sangat tipis. Verniks kaseosa (subtansi keputihan, seperti keju) berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi matur memiliki kulit erimatosa (kemerahan) selama beberapa jam setelah lahir, selanjutnya akan berubah menjadi warna normal. Kulit sering kali terlihat bercak-bercak, terutama pada ekstremitas. Tangan dan kulit terlihat sedikit sianosis (akrosianosis), yang disebabkan oleh instabilitas vasomotor dan stasis kapiler. Akrosianosis normal terjadi dan hanya timbul sementara selama 7 sampai 10 hari, terutama dengan pajanan terhadap dingin. Rambut lanugo yang tipis dapat ditemui didaerah muka, bahu dan punggung.

a. Kaput succedaneum

Kaput succedaneum merupakan area edematosa generalisata yang mudah dikenali pada daerah kulit kepala, paling sering dioksiput. Tekanan menetap oleh serviks pada verteks yang dipresentasikan mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah setempat, sehingga memperlambat aliran balik vena. Aliran balik vena yang di perlambat menyebabkan meningkatnya cairan jaringan pada kulit kepala, dan terbentuk pembengkakan edematosa. Pembengkakan edematosa yang terdapat saat lahir akan meluas melintasi garis sutura pada tulang tengkorak dan menghilang spontan dalam 3 sampai 4 hari. Bayi yang lahir dengan bantuan ekstraksi vakum biasanya

(31)

memiliki kaput pada daerah dimana vakum dipasang.

b. Sefalhematoma

Sefalhematoma merupakan kumpulan darah antara tulang tengkorak dan periosteumnya sehingga sefalhematoma tidak melintasi garis sutura kranial. Kaput succedaneum dan sefalhematoma sering kali timbul bersamaan. Perdarahan dapat terjadi pada kelahiran spontan akibat tekanan oleh tulang panggul ibu. Kelahiran dengan forceps. Rendah dan rotasi serta ekstraksi forceps yang sulit juga dapat menyebabkan perdarahan. Benjolan lunak berfluktuasi, dan tidak berkurang ini tidak berpulsasi atau timbul saat bayi menangis. Sefalhematoma terlihat beberapa jam atau sehari setelah lahir dan tidak terlihat sampai kaput succedaneum diabsosi. Sefalhematoma biasanya paling besar pada hari ke dua atau ke tiga, pada saat dimana perdarahan berhenti. Benjolan sefalhematoma ini menghilang spontan dalam 3 sampai 6 minggu. Sefalhematoma tidak diaspirasi karena infeksi dapat terjadi jika kulit di lubangi.

c. Hemoragi subgaleal

Hemoragi subgaleal merupakan perdarahan kedalam kompartemen subgaleal. Kompartemen subgaleal merupakan ruang potensial yang terdiri atas jariingan ikat yang tersusun longgar; terletak di bawah aponeurosis galea, lembaran tendon yang menghubungkan otot-otot frontal dan oksipital dan membentuk permukaan dalam dari kulit kepala.

(32)

Perlukaan terjadi akibat gaya yang menekan dan menarik kepala melalui pintu keluar panggul peneliti telah melaporkan kekhawatiran mengenai penggunaan ekstrator vakum yang meningkat saat melahirkan dan hubunganya dengan kasus perdarahan subgaleal, morbiditas neonatus dan kematian. Perdarahan meluar menjauhi tulang, sering kali kearah posterior menuju leher, dan berlanjut setelah lahir dengan potensi untuk terjadinya komplikasi serius seperti anemia atau syok hipovolemik. Deteksi dini adanya perdarahan merupakan hal penting; pengukuran lingkar kepala serial dan inspeksi punggung leher terhadap peningkatan edema dan massa kenyal penting di lakukan. Kuliat kepala yang basah, lunak, pucat, takikardia dan peningkatan lingkar kepala dapat juga menjadi penanda awal dari pendarahan subgaleal. Kemungkinan penanda awal lainya dari hemoragi subgaleal adalah posisi telinga bayi yang maju kearah lateral karena hematoma meluas dibagian posterior. CT scan dan MRI dapat berguna untuk mengonfirmasi diagnosis.

d. Kelenjar keringat

Kelenjar keringat terdapat saat lahir, namun tidak berespons terhadap peningkatan temperatur lingkungan atau tubuh. Beberapa hyperplasia kelenjar sebasea janin dan sekresi sebum diakibatkan oleh pengaruh hormonal pada kehamilan. Verniks kaseosa merupakan produk dari kelenjar sebasea. Pelepasan verniks kaseosa diikuti oleh deskuamasi epidermis pada sebagian besar bayi. Verniks telah

(33)

terbukti sebagai pelindung epidermis dan bermanfaat bagi kulit bayi seperti menurunkan pH kulit, berkurangnya eritema kulit dan peningkatan hidrasi kulit. Kelenjar sebasea putih yang kecil menonjol (milia) dapat di temukan pada muka bayi baru lahir.

e. Deskuamasi

Deskuamasi (pengelupasan) kulit pada bayi matur tidak terjadi hingga beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi kulit pada area yang luas menyeluruh saat lahir dapat merupakan indikasi terlalu matur.

f. Bintik Mongolian

Bintik mongolian, daerah pigmentasi hitam kebiruan, dapat tampak pada berbagai bagian permukaan luar tubuh meliputi ekstremitas. Bintik-bintik ini sering di temukan dipunggung dan dibokong. Daerah pigmentasi ini paling sering di temukan pada bayi baru lahir dengan asal etnik dari daerah mediternia, amerika latin, asia, atau afrika. Bintik-bintik ini lebih sering pada individu berkulit gelap, namun dapat timbul pada 5% sampai 13% bangsa kaukasia. Bintik ini akan hilang perlahan setelah beberapa bulan atau tahun (Blackburn, 2007).

g. Nevus

Nevus telangiektasis, dikenal sebagai gigitan burung stork, berwarna pink dan mudah memudar. Mereka terlihat pada kelopak mata atas, hidung, bibir bagian atas, daerah oksipital bawah, dan tengkuk leher. Nevus ini tidak memiliki artian klinis dan menghilang pada tahun kedua kehidupan.

(34)

h. Eritema toksikum

Bercak sementara, eritema toksikum disebut juga eritema neonatorum, bercak bayi baru lahir, atau dermatitis gigitan nyamuk. Bercak ini ditemukan pada neonatus matur selama 3 minggu pertama kehidupan. Eritema toksikum membuat lesi dalam tahapan yang berbeda: makula, papul dan vesikel kecil eritema matosa. Lesi dapat muncul tiba-tiba di bagian tubuh manapun. Bercak ini dipikirkan sebagai respons terhadap imflamasi. Eosinofil, yang membantu mengurangi inflamasi ditemukan dalam vesikel. Walaupun penampilanya seperti berbahaya, bercak ini tidak memiliki artian klinis dan tidak membutuhkan pengobatan (Lowdermilk, 2013).

12. Sistem reproduksi a. Perempuan

Saat lahir, ovarium mengandung ribuan sel germinal primitif. Sel-sel ini menggambarkan jumlah untuk membentuk suatu ovum potensial yang utuh; tidak ada bentuk oogonia setelah lahir pada bayi matur, korteks ovarium, yang terutama terdiri atas folikel-folikel primordial, menempati bagian yang lebih besar pada ovarium bayi perempuan yang baru lahir dibandingkan pada wanita dewasa.

Genitalia eksternal (seperti, labia mayor dan labia minor) biasanya membengkak dengan peningkatan pigmentasi. Pada bayi matur, labia mayor dan minor menutupi vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris menonjol, dan labia mayornya kecil dan terpisah jauh. Kutil pada vagina atau himen umum ditemukan dan

(35)

tidak memiliki artian klinis. Verniks kaseosa dapat ditemukan antara labia dan tidak boleh dibersihkan dengan paksa saat mandi.Jika bayi lahir dalam posisi bokong, labia dapat membengkak dan memar. Edema dan memar akan menghilang dalam beberapa hari; tidak diperlukan pengobatan.

b. Laki-laki

Testis menurun ke skrotum saat lahir pada 90% bayi laki-laki baru lahir. Walaupun persentase ini menurun pada kelahiran prematur, pada umur 1 tahun, insiden testis yang tidak menurun pada semua anak laki-laki kurang dari 1% Prepusium yang sempit (lipatan kulit penutup ujung penis) sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lubang uretra dapat terbungkus penuh oleh prepusium, yang tidak dapat ditarik selama 3-4 tahun. Smegma, substansi seperti keju, berwarna putih, umum ditemukan dibawah lipatan prepursium. Lesi kenyal, putih, kecil disebut mutiara epitel dapat ditemukan pada ujung prepursium. Neonatus lebih bulan memiliki rugae yang dalam dan skrotum pendulum. Skrotum biasanya lebih gelap pigmentasinya dibandingkan bagian kulit lainya dan terutama tampak pada bayi dengan kulit yang lebih gelap pigmentasi ini merupakan respons terhadap esterogen ibu. Jika bayi laki-laki dilahirkan dengan presentasi bokong, skrotum dapat sangat bengkak dan memar, pembengkakan dan perubahan warna ini akan berkurang dalam beberapa hari.

c. Pembengkakan jaringan payudara

Pembengkakan jaringan payudara pada bayi matur kedua jenis kelamin disebabkan oleh

(36)

hiperesterogenisme pada kehamilan. Pada beberapa bayi, sekret encer (susu penyihir) dapat ditemukan. Penemuan ini tidak berarti secara klimis, tidak membutuhkan pengobatan dan akan menghilang dalam beberapa hari setelah hormon ibu dieliminasi dari tubuh bayi (Lowdermilk, 2013).

13.Sistem skeletal

Sistem skeletal bayi mengalami pertumbuhan cepat selama tahun pertama kehidupan. Saat lahir, terdapat lebih banyak karti lago dibandingkan tulang yang mengalami osifikasi. Dikarenakan perkembangan sefalokaudal (kepala ke bokong) bayi baru lahir terlihat tidak proporsional. Pada saat matur, kepala berukuran seperempat dari panjang tubuh total. Lengan sedikit lebih panjang dari kaki. Pada bayi baru lahir, kaki berukuran sepertiga dari panjang tubuh total, namun hanya 15% dari berat badan total. Dalam proses pertumbuhanya, titik tengah dari pengukuran kepala-ke-kaki perlahan menurun dari tingkat umbi likus saat lahir menuju ke tingkat simfisis pubis saat matur. Muka terlihat kecil pada tulang tengkorak, yang terlihat besar dan berat. Ukuran dan bentuk kepala dapat terdistorsi oleh molding (pembentukan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang kranial untuk memfasilitasi pergerakan melalui jalan lahir selama persalinan). Tulang pada kolumna vertebra bayi baru lahir membentuk dua kurvatura utama-satu pada daerah toraks dan satu pada daerah sakral. Keduanya kurvatura terbentuk konkaf kedepan. Setelah bayi baru lahir dapat mengontrol kepalanya pada usia sekitar 3 bulan, kurvatura sekunder tampak pada daerah servikal. Beberapa bayi baru lahir menunjukan jarak yang signifikan pada kedua lutut ketika pergelangan kaki

(37)

disatukan, menyebabkan seperti kaki berbentuk huruf O. Saat lahir, tidak terlihat lengkung pada kaki. Ekstremitas harus simetris dan sama panjangnya. Lipatan kulit harus sama dan simetris. Pada diperiksa terhadap adanya displasia oleh klinis terlatih menggunakan manufer ortolani. Jari-jari tangan dan kaki harus sama jumlahnya dan memiliki kuku. Adanya jari tambahan (polidaktili) kadang ditemukan pada tangan dan kaki. Jari-jari tangan dan kaki dapat menyatu (simdaktili). Garis lipatan dapat ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki bayi baru lahir matur. Jika bayi dengan presentasi bokong, lutut dapat tetap mengalami ekstensi dan bayi akan mempertahankan posisi di dalam uterus selama beberapa minggu. (Lowdermilk, 2013).

Tulang belakang bayi baru lahir tampak lurus dan dapat mengalami fleksi dengan mudah. Vertebra harus tampak lurus dan datar. Dasar tulang belakang harus bebas dari cekungan. Jika ditemukan cekungan, inspeksi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah terdapat sinus. Cekungan pilonidal, dapat berhubungan dengan spina bifida (Lowdermilk, 2013).

i. Sistem neuromuskular

Sistem neuromuskular hampir berkembang penuh pada saat lahir. Bayi baru lahir matur merupakan makhluk responsif dan reaktif dengan kapasitas luar biasa untuk interaksi sosial dan organisasi diri. Perkembangan otak setelah lahir mengikuti pola yang dapat diprediksi, yaitu perkembangan yang cepat saat bayi dan masa kanak-kanak awal, dan perkembangan kemudian menjadi lebih perlahan selama tahun-tahun selanjutnya pada dekade pertama dan hanya minimal pada usia remaja. Otak

(38)

memerlukan glukosa sebagai sumber energi dan suplai oksigen yang realtif besar untuk metabolisme yang adekuat. Adanya kebutuhan-kebutuhan ini menandakan perlunya pengkajian status pernapasan bayi yang teliti. Keperluan terhadap glukosa ini menyebabkan perlunya perhatian pada neonatus yang berisiko untuk mengalami hipoglikemia (seperti bayi dari ibu diabetes, bayi makrosomia atau bayi lahir kecil, dan bayi baru lahir yang mengalami persalinan memanjang, hipoksia, atau kelahiran prematur. Jika bayi baru lahir diletakan menghadap kebawah pada permukaan yang keras, mereka akan memutar kepala mereka ke arah samping. Mereka berusaha menahan kepala sejajar dengan tubuh mereka diangkat pada lengannya. Terdapat berbagai refleks untuk memberikan keamanan dan asupan yang adekuat (Lowdermilk, 2013).

1) Reflek bayi baru lahir

a) Tonik neek refleks, gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.

b) Grasping refleks, yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.

c) Moro refleks, refleks yang timbul diluar kemauan, kesadaran bayi contoh: bila bayi diangkat atau direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada org yang mendekapnya.

d) Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan sering diikuti dengan tangis.

(39)

e) Stapping refleks, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu di sentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.

f) Babinskie refleks (telapak kaki), semua jari kaki hiperekstensi dengan dorsifleksi jempol; disebut tanda positif.

g) Refleks merangkak, bayi baru lahir melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkainya.

h) Glabellar refleks, bayi baru lahir akan mengejapkan mata pada 4-5 ketukan pertama. i) Rekleks menjulurkan lidah, bayi baru lahir

menjulurkan lidah keluar. j) Refleks laktasi

(a) Refleks rooting (mencari puting susu) dapat dilihat saat pergerakan kepala, mulut dan lidah bayi kearah sentuhan disudut mulut atau pipi. Refleks ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan. Dagu bayi disentuh, sebagai respon bayi akan menoleh ke samping menoleh ke samping untuk mencari sumber ojek

(b) Refleks sucking (menghisap), merupakan penghisapan secara kuat jari tangan atau puting susu, ketika di masukan ke dalam mulut, dan bayi akan membuka mulutnya untuk menghisap.

(c) Refleks swallowing (menelan), menelan secara tepat cairan yang dimasukkan ke dalam mulut. Refleks ini dapat di observasi dengan mudah selama makan. Cairan harus

(40)

ditelan dengan mudah, tanpa tersedak, batuk atau muntah (Rukiyah, 2012).

5. Pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir a. Kebutuhan Fisik Nutrisi, Cairan dan Personal Hygiene

1) Pemberian minum

a) Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara samai teras kosong setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi. b) Pedoman menyusui ASI antara lain:

(1) Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut ibu segera setelah minimal 1 jam.

(2) Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut membuka lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah menopang putting dan areola bagian bawah, bibir melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.

c) Perawatan payudara selama ibu menyusui

Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah menyusui untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan payudara atau mastitis

(41)

tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta lakukan perawatan payudara.

2) Menolong BAB pada Bayi

BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 feces tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia

3) Menolong BAK pada bayi

Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi ritasi didaerah genetalia.

4) Kebutuhan Istirahat/ tidur

Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan selimut bayi.

5) Menjaga kebersihan kulit

Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum mandi sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin to skin dan tutpi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam. Sebaiknya bayi mandi minimal 2 kali sehari, mandikan dengan air hangat dan di tempat yang hangat.

(42)

6) Menjaga keamanan bayi

Hindari memberikan makanan selain ASI, jangan tinggalkan bayi sendirian, jangan menggunakan alat penghangat buatan.

7) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi a) Sulit bernafas

b) Hipotermi atau hipertermi

c) Kulit bayi kering, biru, pucat, atau memar d) Hisapan melemah, rewel, muntah, mengnatuk e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau

busuk, berdarah

f) Tanda-tanda infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, sulit bernafas g) Tidak BAB dalam 3 hari atau tidak BAK selama

24 jam h) Diare

i) Menggigil, rewel, lemas, ngantuk, kejang

8) Penyuluhan sebelum bayi pulang a) Perawatan tali pusat

b) Pemberian ASI c) Refleks laktasi

d) Memulai pemberian ASI e) Posisi menyusui

f) Jaga kehangatan bayi g) Mencegah kehilangan panas

h) Tempatkan dilingkungan yang hangat i) Tanda-tanda bahaya

j) Imunisasi

(43)

b. Kebutuhan Kesehatan Dasar meliputi pakaian, perumahan, sanitasi lingkungan yang baik.

1) Bounding attachment

a) Definisi : proses interaksi terusmenerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

b) Manfaat : bayi merasa dicintai, diperhatikan, merasa aman, berani mengadakan eksplorasi; hambatan kurangnya support system, ibu dengan risiko, bayi dengan risiko, kehadiran bayi tidak diinginkan.

c) Cara melakukan bounding (1) IMD (2) ASI eksklusif (3) Rawat gabung (4) Kontak mata (5) Suara (6) Aroma (7) Entertainment (8) bioritme

d) Kondisi yang mempengaruhi bounding attactment (1) Kesehatan emosional orang tua

(2) Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak

(3) Dukungan social seperti keluarga, teman, dan pasangan

(4) Kedekatan orang tua ke anak

(5) Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)

(44)

c. Kebutuhan Psikososial meliputi Rasa Aman, Kasih Sayang, Harga Diri, Rasa Memiliki, Kebutuhan mendapat Pengalaman, Kebutuhan Stimulasi.

6. Penatalaksanaan bayi baru lahir

Memberikan asuhan aman, dan bersih segera setelah bayi baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan pada bayi baru lahir (Indrayani, 2013).

a. Pencegahan infeksi

Bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang di sebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroogganisme selama proses persalinan maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi, antara lain:

1) Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi

2) Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum di mandikan.

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang di gunakan, terutama klem, gunting, penghisap lender DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lender dengan alat tersebut (jangan bola karet pengsihap yang sama untuk lebih dari satu bayi).

4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi, juga harus

(45)

dalam keadaan bersih. Dekotaminasi dan cuci setiap kali setelah di gunakan.

b. Penilaian

Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain yang bersin dan kering yang sudah disiapkan di atas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka letakkan bayi di antara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.

Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir:

1) Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?

2) Apakah bayi bergerak aktif ?

3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis ?

Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas makan lakukan tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.

c. Mencegah kehilangan panas

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari tubuh bayi adalah :

1) Keringkan Bayi secara seksama.

Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi. Selain untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga dapat merupakan rangsangan taktil yang dapat merangsang pernafasan bayi.

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

Bayi yang di selimuti kain yang sudah basah dapat jadi kehilangan panas secara konduksi. Untuk itu setelah

(46)

mongering tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat. 3) Tutup bagian kepala bayi.

Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relative luas dan cepat kehilangan panas. Untuk itu tutupi bagian kepala bayi agar bayi tidak kehilangan panas.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.

Selain untuk memperkuat jalinan kasih saying ibu dan bayi, kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayinya. Selain itu juga dapat membuat bayi lebih tenang.

5) Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan segera memandikan bayi baru lahir.

a) Menimbang bayi tanpa alas timbangan dpat menyebabkan bayi mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan bayi di timbang telanjang. Gunakan selimut atau kain berat badan bayi dapat di hitung dari selisih berat bayi dengan kain yang di gunakan.

b) Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk itu tunda memandikan bayi selama 6 jam setelah lahir.

6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

Jangan tempatkan bayi di ruang yang ber-AC. Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in). Jika menggukakan AC, jaga suhu ruangan agar tetap hangat. 7) Jangan segera memandikan bayi baru lahir.

Bayi baru lahirakan cepat dan mudah kehilangan panas karena sisem pengaturan panas di dalam tubuhnya belum sempurna. Bayi sebaiknya di mandikan minimal

(47)

enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.

Praktek memandikan bayi yang di anjurkan:

a) Tunggu minimal enam jam setelah lahir (lebih lama apalagi bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).

b) Sebelum memandikan bayi, pastikkan suhu bayi dalam keadaan stabil (suuhu aksila 36,5 – 37,5° C). Apabila suhu tubuh bayi secara longgra, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau penerapan metode kangguru. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuhnya menjadi stabil dalam waktu satu jam.Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernafasan.

c) Sebelum bayi di mandikan, pastikan ruangan kamar mandi dalam keadaanhangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan keering untuk menyelimuti tibuh bayi setelah di mandikan. d) Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan

hangat.

e) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.

f) Gantikan handuk yang basah dengan selimut yang bersih dan ekring, kemudian selimuti tubuh bayu secara longgar, pastikan bagian kepala bayi di selimuti dengan baik.

(48)

g) Bayi dapat di letakkan bersentuhan dengan kulit ibu atau dengan penerapan metode kangguru. h) Ibu dan bayi dalam satu ruangan/rawat gabung dan

anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.

d. Merawat tali pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan pengikatan tali pusat atau jepit dengan kelm plastic tali pusat (bila tersedia).

1) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.

2) Bilas tangan dengan air DTT.

3) Keringkan dengan handuk atau kain bersih dan kering.

4) Ikat tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari pusat bayi. Gunakan benang atau klem plastic penjepit tali pusat DTT atau steril. Ikat kuat dengan simpul mati atau kuncikan penjeput plastic tali pusat.

5) Jika pengikatan dilakukan dengan benang, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati pada bagian yang berlawanan.

6) Lepaskan semua klem penjepit tali pusat dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

7) Bungkus tali puast yang sudah di ikat dengan kassa steril.

Nasehat yang diberikan kepada keluarga untuk merawat tali pusat :

1) Jangan membubuhkan apapun ke putung tali pusat . 2) Lihat popok dibawah ikatan tali pusat.

(49)

3) Jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan sabun dan air bersih serta segera keringkan dengan kain bersih, terutama setelah bayi buang air kecil/besar. 4) Apabila tali pusat berwarna merah atau bernanah atau

berdarah atau berbau, maka segera bawa bayi ke petugas kesehatan.

e. Pemberian ASI

Rangsangan hisapan bayi pada putting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolactin. Prolaktin akan mempengaruhi kelenjar asini untuk memproduksi ASI di alveoli. Semakin sering bayi menghisap putting susu maka akan semakin banyak prolactin dan ASI yang di produksi. Penerapan inisiasi menyusu dini (IMB) akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain menjalin/memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi, memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum, merangsang kontraksi uterus, dan lain sebagainya.

f. Pencegahan infeksi pada mata

Pencegahan infeksi mata dapat segera diberikan kepaa bayi baru lahir. Pencegahan infeksi tersebut dilakukan dengan menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran. Cara Pemberian profilaksis mata :

1) Cuci tangan secara efektif.

2) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan dan minta persetujuan.

(50)

3) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidup bayi menuju bagian luar mata.

4) Ujung trabung salepn mata tidak boleh menyentuh mata bayi.

5) Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjuran keluarga untuk tidak menghapus salep tersebut.

g. Profilaksis pendarahan pada bayi baru lahir

Semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah pendarahan pada bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

h. Pemberian Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penulaan ibu ke bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepattis B jadwal pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir), dan DPT+Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi.

(51)

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada bayi baru lahir normal menurut Hidayat, 2008:

a. Pemeriksaan fisik 1) Penilaian apgar

Prosedur:

1) Kaji warna kulit

2) Hitung frekuensi jantung 3) Kaji kemampuan refleks 4) Kaji tonus otot

5) Kaji kemampuan bernafas

6) Hitung total skor yang di dapat dari hasil pengkajian

7) Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfiksia, yaitu: (1) Adaptasi baik skor 7-10 (2) Asfiksia ringan-sedang skor 4-6

(3) Asfiksia berat skor 0-3.

Penilaian dapat dilakukan pada menit pertama dan menit ke lima setelah lahir.

Tabel penilaian Apgar Score

Komponen Skor

0 1 2

Warna Kulit Biru/ pucat Tubuh merah, Seluruh

ekstremitas tubuh merah

pucat

Frekuensi Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt

Jantung

Gambar

Tabel karakteristik dari Sistem Pernapasan Neonatus
Tabel penilaian Apgar Score

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menceritakan sejarah membangun bisnis BOC Indonesia sejak dari tahun 2003 dengan cara kreatif tanpa modal uang?. Memberikan inspirasi dan motivasi bahwa bisnis itu tidak melulu

Program ini dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pemerintah dalam mewujudkan kawasan hutan yang bersertifikasi pengelolaan hutan lestari (eco labelling). Pengelolaan hutan

Kajian ini dijalankan untuk melihat sejauh mana pemahaman murid terhadap jenis-jenis dan fungsi kata tanya untuk membantu murid menjawab soalan kefahaman dengan tepat.. Untuk

Pada soal latihan 5.1 kita membuat tabel hiperbolik-trigonometri yang diketahui sebagai berikut :.. Sinh, cosh, dan tanh rentang -5 ≤ x

Tingginya tingkat ketimpangan produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita antarkabupaten/kota, tidak berarti secara otomatis menerangkan bahwa.. tingkat

Jenis penelitian dalam Skripsi ini adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan empiris dimana dilakukan penelitian terhadap studi kasus yang kemudian membahasnya dengan

Kemampuan Meningkatkan peran masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial sudah tercapai karena dapat dilihat dari keterlibatan dari ketua-ketua RT maupun Ketua RW 8

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang