• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Alasan Pemilihan Judul

Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang penghasilan daerahnya sebagian besar bersumber dari sektor perkayuan, perkebunan dan perhotelan. Dari tiga sektor tersebutbanyak menyerap tenaga kerja.

Dalam hal ini penulis ingin menganalisa putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007 atas gugatan terhadap Gubernur Kalimantan Selatan yang telah mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/KUM/2007 tertanggal 22 Maret 2007 dan No.188.44/0159/KUM/2007 tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi Kalimantan Selatan tanggal 23 April 2007 yang menuai pro dan kontra di Kalimantan Selatan dikarenakan didalam proses menetapkan UMSP Kalimantan Selatan tahun 2007 belum ditemui kata sepakat tentang besaran UMSP 2007 dengan pengusaha/organisasi perusahaan. Landasan hukum dalam penetapan UMPS tertuang dalam Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003 Pasal 91 dan Pasal 94, Peraturan Meteri No.01 Tahun 1999 Pasal 11 dan Keputusan Presiden Republik Indoneia No.107 Tahun 2004 Pasal 21.

Mengapa Penulis memilih untuk mengangkat topik atau masalah ini dikarenakan penulis melihat Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan

(2)

No.188.44/0135/KUM/2007 dan No.188.44/0159/KUM/2007 yang menuai pro dan kontra apakah dapat menjadi obyek gugatan di PTUN dan mengapa terbit putusan PTUN No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007 yang mengabulkan semua gugatan penggugat dan persoalan ini terjadi di daerah asal penulis yaitu Kalimantan Selatan, sehingga memudahkan penulis dalam pengumpulan data untuk kepentingan penelitian ini.

Pemasalahan yang muncul akibat dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/KUM/2007 tertanggal 22 Maret dan No.188.44/0159/KUM/2007 tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi Kalimantan Selatan tanggal 23 April dapat berdampak pada pelaku bisnis yang berinvestasi di Kalimantan Selatan yang sangat berpengaruh pada penerimaan devisa bagi Kalimatan Selatan sendiri.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti

dengan memilih judul “SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR

KALIMANTAN SELATAN NO.188.44/0135/KUM/2007 SEBAGAI OBJEK GUGATAN DI PERADILAN TATA USAHA NEGARA”.

B.

Latar Belakang Masalah

Sebagai Negara berkembang, Indonesia sekarang sedang membangun diberbagai sektor. Di sektor perekonomian misalnya, sejalan dengan isu globalisasi yang tidak dapat dielakkan lagi, Negara kita tidak dapat menutup mata begitu saja terhadap dampak perkembangan ekonomi dunia. Dilihat dari sudut pandang ekonomi politik, globalisasi merupakan proses

(3)

perubahan organisasi dari fungsi kapitalisme yang ditandai dengan munculnya integrasi pasar dan perusahaan-perusahaan transnasional dan tertinggalnya intitusi supranasional. Pengertian globalisasi disini memberikan indikasi bahwa deregulasi dan privatisasi merupakan ciri utama globalisasi yang mengarah pada pengurangan peran pemerintah dibidang perekonomian termasuk dibidang ketenaga kerjaan disatu pihak, dan peningkatan peran pasar dilain pihak.1

Berangkat dari konsep globalisasi tersebut, pembahasan implikasi globalisasi terhadap masalah hukum ketenaga kerjaan menjadi sangat penting dan menarik untuk ditelaah. Hal ini dikarenakan akhir-akhir ini banyak permasalahan yang timbul terhadap para pekerja (buruh), salah satunya tidak sesuainya Upah. Upah sendiri adalah pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan pekerjan.2

Dalam Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003 pasal 1 angka 30, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberian kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan kelurganya atas suatu pekerja dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

1

http://www.ptun-yogyakarta.go.id/index.php/Berita-/-Artikel/Page-6.html

2

Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1974, hal.129

(4)

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah

pokok termasuk tunjangan tetap, ini tertuang didalam Peraturan Meteri

Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.01 Tahun 1999 pasal 1 angka 1.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.226 Tahun 2000 pasal 3, Upah minimum sendiri terdiri dari:

- Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/kota di suatu provinsi.

- Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP ) adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di seluruh Kabupaten/Kota di suatu Provinsi.

- Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota.

- Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMS Kabupaten/Kota) adalah Upah Minimum yang berlaku secara Sektoral di Daerah Kabupaten/Kota.

Didalam pembentukan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) Kalimantan Selatan Tahun 2007 pemerintah daerah, pengusaha dan serikat buruh melakukan pertemuan untuk menetapkan Upah Minimun Sektoral Provinsi (UMSP). Dan belum menemui kata sepakat. Tetapi pada tanggal 22 Maret 2007 Gubernur secara sepihak tanpa perundingan mengeluarkan SK No. 1.88.44/0135/KUM/2007 tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) 3 sektor yaitu perkayuan, perkebunan dan perhotelan.

(5)

Didalam terbitnya Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/20007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood dan perhotelan serta Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0159/2007 tanggal 23 April 2007 tentang perubahan atas keputusan Gubernur No.188.44/0135/20007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood dan perhotelan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaiman berikut:

1. Bahwa mengingat keunikan sistem pengupahan bagi perusahaan-perusahaan, dimana upah tidak hanya berupa uang tunai tetapi juga disediakan beberapa fasilitas bagi pekerja dan keluarga.

2. Bahwa penetapan upah sektoral harus berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dengan serikat pekerja atau buruh sesuai Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003 Pasal 91 dan Peraturan Meteri No.01 Tahun 1999 Pasal 11.

3. Gaji pokok di sektor perkebunan adalah UMP(Upah Minimun Provinsi) sedangkan pada Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 94 menjelaskan bahwa komponen gaji adalah 75% dari gaji pokok dan tunjangan tetap.

4. Bahwa penetapan upah minimum harus melalui pertimbangan Dewan Pengupahan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indoneia No.107 Tahun 2004 Pasal 21.

(6)

Sedangkan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/20007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood dan perhotelan serta Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0159/2007 tanggal 23 April 2007 tentang perubahan atas keputusan Gubernur No.188.44/0135/20007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood dan perhotelan tidak sesuai atau bertentangan dengan undang-undang yang ada di atasnya, dalam hal ini adalah Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003 Pasal 91, Peraturan Meteri No.01 Tahun 1999 Pasal 11, Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 94 dan Keputusan Presiden Republik Indoneia No.107 Tahun 2004 Pasal 21 serta dalam rapat Dewan Pengupahan Provinsi Kalimantan Selatan dan Perundingan Asosiasi Pengusaha Sektoral dan Serikat Pekerja Sektoral yang terkait Tahun 2007 untuk sektor pertanian tanaman lainnya atau perkebunan tidak tercapai kesepakatan dalam penetapan besaran Upah Minimum Sektoral Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2007. Tetapi mengapa masih saja dikeluarkan Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/KUM/2007 tertanggal 22 Maret dan No.188.44/0159/KUM/2007 tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi Kalimantan Selatan tanggal 23 April?

Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/KUM/2007 tertanggal 22 Maret dan

(7)

No.188.44/0159/KUM/2007 tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi Kalimantan Selatan tanggal 23 April memunculkan akibat hukum. Akibat hukum sendiri memiliki pengertian segala akibat konsekuensi yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tertentu yang oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.3

Akibat hukum yang ditimbulkan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/KUM/2007 tertanggal 22 Maret dan No.188.44/0159/KUM/2007 tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi Kalimantan Selatan tanggal 23 April adalah:

1. Perusahaan dilarang membayar Upah Minimum lebih rendah dari Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) Kalimantan Seletan 2007.

2. UMSP untuk sektor Pertania Tanaman Lainnya/Perkebunan adalah sebesar Rp.770.000,-. UMSP untuk sektor Industri Kayu Lapis/Plywood adalah sebesar Rp.765.000,-. Sedangkan UMSP untuk sektor Perhotelan (Hotel Berbintang) adalah sebesar Rp.755.000,-.

3. Bagi pekerja yang berstatus tetap dan dalam masa percobaan upah diberikan oleh pengusaha serendah-rendahnya Upah Minimum Sektoral dan Upah Minimum Sektoral hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun.

3

http://www.pendekarhukum.com/index.php/index.php?option=com_content&view=article&id=2 6:pengertian-subjek-hukum-objek-hukum-dan-akibat-hukum

(8)

4. Upah Minimum Sektoral Kalimantan Selatan adalah Upah Minimum bulanan terendah untuk waktu kerja 7 jam sehari atau 40 jam seminggu bagi sistem waktu kerja 6 hari dalam seminggu atau 8 jam sehari atau 40 jam dalam seminggu bagi sistem waktu kerja 5 hari dalam seminggu. 5. Bagi perusahaan yang tidak mampu membayar Upah Minumum

Sektoral Provinsi (UMSP) sebagaimana yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan No.188.44/0135/KUM/2007 dapat mengajukan penundaan sesuai dengan Pasal 90 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

6. Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan No.188.44/0135/KUM/2007 maka Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomer 014 Tahun 2006 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Oleh karena itu organisasi perusahaan atau pengusaha menggugat Gubernur Kalimatan Selatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Karena menganggap Surat Keputusan yang di terbitkan oleh Gubernur Kalimantan Selatan sebagai suatu keputusan badan atau pejabat tata usaha negara yang dapat dijadikan sengketa dalam Peradilan Tata Usaha Negara. Sedangkan keputusan badan atau penjabat tata usaha Negara yang menjadi sengketa tata usaha Negara yang dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara adalah suatu keputusan tata usaha Negara yang bersifat individual dan kongret.

(9)

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Tata Usaha Negara Banjarmasin telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007 yang mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.

C.

Rumusan Masalah

1. Apakah Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan

No.188.44/0135/20007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood memenuhi syarat sebagai objek gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)?

2. Apakah sudah tepat pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terhadap kewenangan mengadili gugatan terhadap Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/2007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood?

D.

Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan tersebut maka tujuan dari penulis dalam meneliti dan menganalisa mengenai putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007 dalam gugatan terhadap Gubernur Kalimantan Selatan yang mengeluarkan Surat

(10)

Keputusan Gubernur No.188.44/0135/2007 tanggal 22 Maret 2007 serta Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0159/2007 tanggal 23 April 2007 adalah:

• Untuk mengetahui apakah Surat Keputusan yang dikeluarkan Gubernur Kalimantan Selatan tersebut telah memenuhi syarat sebagai dasar gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

• Untuk menilai ketepatan pertimbangan-pertimbangan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terhadap kewenangan mengadili gugatan Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/2007 tanggal 22 Maret 2007.

E.

Metode

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum, yaitu yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Dengan pertimbangan penelitian analisis terhadap peraturan perudang-undangan yang menjadi dasar dari putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007 dalam kasus gugatan terhadap Gubernur Kalimantan Selatan yang mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0153/KUM/2007 tanggal 23 Maret dan Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0159/KUM/2007 tanggal 23 April 2007.

(11)

2. Jenis Pendekatan

Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan konsep dan pendekatan perundang-undangan.

3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum diperoleh dari:

a. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, putusan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007dan catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan.

b. Bahan Hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan

c. Bahan-bahan non-hukum, disamping sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, penelitian hukum juga dapat menggunakan bahan-bahan non-hukum apabila dipandang perlu.

(12)

Bahan-bahan non-hukum dapat berupa buku-buku mengenai Ilmu Politik, Ekonomi, Sosiologi, Filsafat, Kebudayaan ataupun laporan-laporan penelitian non-hukum dan jurnal-juranal non-hukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik penelitian.4

4. Unit Analisa dan Unit Amatan

a. Unit Analisa

Dalam penulisan ini yang menjadi unit analisa adalah dasar hukum dari putusan PTUN No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007 dalam kasus gugatan terhadap Gubernur Kalimantan Selatan yang mengeluarkan Surat Keputusan No.188.44/0135/20007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood dan perhotelan serta Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0159/2007 tanggal 23 April 2007 tentang perubahan atas keputusan Gubernur No.188.44/0135/20007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood dan perhotelan.

4

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2007, hlm.141

(13)

b. Unit Amatan

Dalam penulisan ini unit amatannya adalah putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007 dalam kasus gugatan terhadap Gubernur yang mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/20007 tanggal 22 Maret 2007 tentang penetapan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) untuk sektor pertanian tanaman lainnya/perkebunan, industri kayu lapis/plywood dan perhotelan serta Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0159/2007 tanggal 23 April 2007 tentang perubahan atas Surat Keputusan Gubernur No.188.44/0135/2007 tanggal 22 Maret 2007, Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa Perhitungan kuat lentur balok tabel hasil Perhitungan studi 1 rasio tulangan = 0,0 dengan fy 420 mpa bahwa untuk rasio tulangan tekan atau balok bertulangan

Pada persiapan ini tim pelaksana kegiatan sosialisasi melakukan beberapa persiapan yaitu persiapan alat dan bahan sebagai penunjang kegiatan, persiapan pembuatan produk

Surat Pelantikan Penceramah Borang Pengesahan Menghadiri Latihan, Borang Penilaian Keberkesanan Latihan (SOK/LAT/BR02/ LATIHAN 05) Surat/memo peringatan/dokumen lain

Sementara itu, hasil analisis regresi jumlah imbangan bunga tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap parameter mutu seperti warna, bobot jenis, indeks bias,

Dalam penelitian ini hasil analisis regresi yang terdapat dalam tabel diketahui bahwa koefisien determinasi yang dinotasikanR 2 adalah sebesar 0,478 berarti (47,8%),

dalam Widodo (2005:78), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

Diharapkan isi buku ini, secara metaforis, dapat mendo- rong Anda menjadi Coach yang mampu berperan seba- gaimana jamu beras kencur : menghibur, menyembuhkan dan/atau

Salah satu contoh peranserta krama desa adat adalah turut memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar dan saluran drainase/sungai, turut terlibat aktif dalam kegiatan