• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PATI 5.1.1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KABUPATEN PATI - DOCRPIJM 1504157114BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENG KAB PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "5.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PATI 5.1.1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KABUPATEN PATI - DOCRPIJM 1504157114BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENG KAB PATI"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

5.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PATI

5.1.1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KABUPATEN PATI Kabupaten Pati merupakan wilayah Pantai Utara Jawa yang mengalami perkembangan pesat akibat dukungan Jalan Arteri Primer Lintas Pantura. Kegiatan yang akan berkembang seiring dengan peran jalan pantura sebagai penghubung Kota-Kota penting di Pulau Jawa adalah perdagangan-jasa, pusat jasa pemasaran, industri, dan pergudangan. Selain itu di wilayah Kabupaten Pati telah berkembang ekonomi lokal Pati, seperti : pertanian, perikanan, industri kecil kuningan, tapioka dan lain-lain. Potensi lokal dan potensi dukungan akses regional diharapkan akan mendorong terwujudnya hubungan ekonomi produksi dan distribusi yang saling menguntungkan.

di Kabupaten Pati terdapat ketimpangan perkembangan antara wilayah bagian utara dan bagian selatan. Hal ini terjadi karena wilayah utara memiliki sumber daya alam yang lebih baik, jika kondisi ini tidak diantisipasi segera maka kesenjangan antar wilayah ini akan semakin besar. Untuk itu perlu campur tangan kebijakan pemerintah, khususnya melalui pembangunan ekonomi produktif di wilayah Kabupaten Pati bagian selatan dalam rangka memeratakan pembangunan dengan membuka wilayah yang secara geografis relatif terisolir dibandingkan wilayah lain.

Di wilayah Kabupaten Pati bagian utara terdapat beberapa potensi sumber daya alam yang bisa dikembangkan sebagai pendorong perkembangan wilayah yaitu; lahan pertanian dan tanah kapur. Pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Pati bagian utara terkendala oleh penyediaan air irigasi khususnya di musim kemarau akibat ketiadaan sumber dan sistem irigasi yang tertata baik. Sementara itu pembudidayaan batuan kapur khususnya untuk industri semen membutuhkan kajian lingkungan yang cukup mendalam, hal ini bertujuan untuk menkonservasi kawasan karst yang masuk kategori kawasan karst lindung.

Mempertimbangkan uraian potensi dan issue permasalahan pembangunan Kabupaten Pati, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Pati adalah Terwujudnya Kabupaten Pati sebagai Bumi Mina Tani, Berbasis Keunggulan Pertanian dan Industri yang Berkelanjutan.

Kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang secara umum terbagi atas: • Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang

(2)

Tabel V.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang di Kabupaten Pati

KEBIJAKAN STRATEGI

Penetapan hirarki sistem perkotaan dan dan kawasan layanannya, dalam rangka menciptakan hubungan kota-desa

Membagi ruang wilayah pembangunan Daerah sesuai dengan

karakteristik perkembangan dan permasalahan yang dihadapi, meliputi wilayah bagian utara dan wilayah bagian selatan

Mengembangkan pusat pelayanan baru yang mampu menjadi simpul distribusi dan pemasaran untuk beberapa Kecamatan yaitu Kawasan Ibukota Kecamatan Jakenan, Kawasan Perkotaan Kayen, Kawasan Perkotaan Pati, Kawasan Perkotaan Tayu, dan Kawasan Perkotaan Juwana (JAKATINATA).

Mengoptimalkan peran ibukota Kecamatan Sukolilo, ibukota Kecamatan Tambakromo, ibukota Kecamatan Winong, ibukota

Kecamatan Pucakwangi, ibukota Kecamatan Jaken, ibukota Kecamatan Batangan, ibukota Kecamatan Gabus, ibukota Kecamatan Gembong, Tlogowungu, ibukota Kecamatan Wedarijaksa, ibukota Kecamatan Trangkil, ibukota Kecamatan Margoyoso, ibukota Kecamatan

Gunungwungkal, ibukota Kecamatan Cluwak, dan ibukota Kecamatan Dukuhseti sebagai pusat pelayanan kecamatan, serta sebagai simpul distribusi dan pemasaran produk-produk ekonomi

Mengembangkan sistem interaksi antar ruang wilayah terutama untuk meningkatkan intensitas kegiatan perekonomian daerah

Pengembangan prasarana wilayah yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah dan distribusi produk-produk ekonomi lokal

Meningkatkan ruas jalan yang menghubungkan Gunungwungkal – Tayu Meningkatkan ruas jalan yang menghubungkan Juwana – Pucakwangi Meningkatkan ruas Jalan Pati – Gembong – Dawe (Kudus)

Meningkatkan ruas Jalan Jaken-Jakenan-Winong-Tambakromo-Kayen

Sumber : RTRW Kabupaten Pati Tahun 2010-2030

Tabel V.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang di Kabupaten Pati

KEBIJAKAN STRATEGI

KAWASAN LINDUNG Peningkatan kualitas perlindungan di kawasan lindung sesuai dengan sifat perlindungannya

Menentukan deliniasi kawasan lindung berdasarkan sifat perlindungannya

Menetapkan luas dan lokasi kawasan masing-masing kawasan lindung

Peningkatan kualitas

perlindungan kawasan lereng Gunung Muria dan lahan-lahan yang memiliki

Melakukan penghijauan lereng Gunung Muria di Kecamatan Cluwak, Kecamatan Gembong, Kecamatan Tlogowungu, dan Kecamatan Gunungwungkal

Melakukan penghijauan lahan-lahan rawan longsor dan erosi di Kecamatan Cluwak, Kecamatan Gembong, Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gunungwungkal, Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Kayen, Kecamatan Tambakromo, Kecamatan Winong, dan Kecamatan Pucakwangi

Pengurangan pemanfaatan lahan-lahan kawasan lindung untuk kegiatan budidaya

Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat perlindungan kawasan lindung

Memindahkan secara bertahap permukiman yang terletak di kawasan rawan bencana longsor

Mengembangkan pertanian yang dibarengi penanaman keras pada lahan-lahan kawasan lindung yang dimiliki masyarakat

(3)

KEBIJAKAN STRATEGI

Mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan-lahan yang bukan merupakan sawah beririgasi teknis

Memberikan insentif bagi pemilik lahan pertanian produktif yang tidak dapat dikonversi dengan prasarana dan sarana yang mendukung peningkatan produktivitas dan nilai tambah pertanian

Pengoptimalan

pengembangan kawasan pesisir

Menetapkan kawasan pengembangan budidaya perikanan tambak sesuai dengan karakteristik masing-masing kawasan

Melakukan penanaman tanaman mangrove pada lahan-lahan tepi pantai untuk melestarikan kelangsungan tambak, pantai dan habitat perikanan Mengembangkan kawasan pengolahan ikan air tawar atau/dan air laut di sentra-sentra pelestariannya

Mengembangkan outlet komoditas perikanan dan buah-buahan hasil laut di Kecamatan Pati, Kecamatan Juwana, Kecamatan Batangan, Kecamatan Dukuseti

Memantapkan industrialisasi perikanan di Kecamatan Juwana

Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan

Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana

Mengembangkan perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara efisien dan kompak

Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan

Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya

Menetapkan fungsi regional kawasan perkotaan Pati – Juwana Menyusun ketentuan pengendalian ruang koridor kawasan perkotaan Pati – Juwana

Mengembangkan dan penyebaran pusat-pusat aktivitas ekonomi untuk merangsang perkembangan kota

Memantapkan peran kawasan Ibukota Kecamatan Jakenan dan

Kawasan Ibukota Kecamatan Kayen sebagai pusat pelayanan baru yang mampu menjadi simpul dan distribusi komoditas pertanian bagi wilayah disekitarnya

Mengembangkan kawasan pelabuhan Juwana dan Pelabuhan

Pendaratan Ikan (PPI) Dukuhseti sebagai pusat pengembangan pesisir Perlindungan kawasan

perlindungan kebudayaan lokal

Membuka akses lokasi yang ditempati kelompok masyarakat yang memiliki kearifan budaya lokal spesifik melalui pembangunan prasarana Meningkatkan kualitas sumber daya manusia kelompok masyarakat yang memiliki kearifan budaya lokal spesifik tanpa meninggalkan keunikan budaya dan adat istiadat

Memberikan akses informasi baik yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional

Pengembangan kawasan pertanian (agropolitan)

Mengembangankan kawasan agropolitan di Daerah yang berada di lereng Gunung Muria dan wilayah bagian selatan

Mengembangankan industrialisasi pertanian Penanganan kawasan rawan

masalah lingkungan

Membangun fasilitas Instalasi pengolah air limbah (IPAL)

(4)

KEBIJAKAN STRATEGI

memudahkan dalam pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan IPAL

Pembudidayaan dan perlindungan kawasan karst

Meningkatkan perlindungan kawasan karst lindung

Mengoptimalkan pembudidayaan kawasan karst budidaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan

Sumber : RTRW Kabupaten Pati Tahun 2010-2030

5.1.2 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN PATI 1) Rencana Pusat-Pusat Kegiatan

Struktur Ruang Kabupaten Pati direncanakan mengikuti konsep dan skenario pengembangan koridor pertumbuhan Kota Pati - Kota Juwana, pengembangan koridor Kota Pati - Kota Tayu, Pengembangan Kawasan Agropolitan Gembong dan memacu pertumbuhan di kecamatan-kecamatan di wilayah bagian selatan. Mempertimbangkan hal tersebut maka hirarki kota-kota di Kabupaten Pati direncanakan sebagai berikut:

Tabel V.3. Rencana Struktur Kawasan Perkotaan di Wilayah Kabupaten Pati Hirarki Struktur

Kota Keterangan Kawasan Perkotaan

I Pusat

Kegiatan Lokal (PKL)

Kota yang akan dikembangkan menjadi PKL adalah kota-kota yang wilayah pelayanannya telah berkembang lebih dari 1 administrasi kecamatan. Skala fasilitas/ kegiatan yang dikembangkan di kota ini memiliki pelayanan sebagian wilayah Kabupaten.

- Kawasan Perkotaan Pati

- Kawasan Perkotaan Juwana

- Kawasan Perkotaan Tayu

Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKL-p)

Kota yang akan dikembangkan menjadi PKL adalah kota-kota yang wilayah pelayanannya telah berkembang lebih dari 1 administrasi kecamatan. Skala fasilitas/ kegiatan yang dikembangkan di kota ini memiliki pelayanan sebagian wilayah Kabupaten.

Kota yang akan dikembangkan menjadi PPK adalah kota-kota ibukota kecamatan yang memiliki skala pelayanan sekurang-kurangnya satu wilayah kecamatan. Kota-kota ini merupakan pusat pemerintahan, aktifitas sosial, serta kegiatan perekonomian di tingkat kecamatan.

- Kawasan IKK Jakenan

- Kawasan IKK Sukolilo,

- Kawasan IKK Winong,

- Kawasan IKK Pucakwangi

- Kawasan IKK Trangkil

- Kawasan IKK Wedarijaksa

- Kawasan IKK Tambakromo

- Kawasan IKK Batangan

- Kawasan IKK Jaken

- Kawasan IKK Gabus

- Kawasan IKK Gembong

- Kawasan IKK Tlogowungu

- Kawasan IKK Margoyoso

- Kawasan IKK Gunungwungkal

- Kawasan IKK Cluwak

- Kawasan IKK Dukuhseti

(5)

2) Rencana Sistem Perwilayahan

Sistem perwilayahan merupakan tindak lanjut dari hirarki kota-kota yang telah ditentukan. Pada hirarki kota, kota-kota hanya dilihat sebagai titik-titik dalam ruang. Sementara dalam sistem perkotaan, kota-kota membentuk suatu sistem yang didasari hubungan saling ketergantungan (interdependency) dan keterkaitan (linkage) antara kota satu dengan yang lain secara hirarkis. Dalam sistem perkotaan ini pada hakikatnya terdapat unsurjangkauan wilayah pelayanan.

Sistem perkotaan selanjutnya digunakan untuk mengarahkan pengembangan wilayah di Kabupaten Pati melalui pembagian satuan wilayah pembangunan (SWP). Penentuan SWP dilakukan dengan mempertimbangkan pola keterkaitan (linkage) dan kemiripan karakteristik (homogenitas) setiap kawasan. Berdasarkan pada hirarki kota-kota yang ada serta potensi dan permasalahan masing-masing wilayah, maka pembagian SWP dalam rangka pengembangan wilayah ini adalah sebagai berikut:

a. Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I) dengan wilayah meliputi Kecamatan Pati, Kecamatan Margorejo, Kecamatan Gembong, dan Kecamatan Gabus. Pusat Pelayanan SWP I adalah Kota Pati

b. Satuan Wilayah Pembangunan II (SWP II) dengan wilayah meliputi Kecamatan Trangkil, Kecamatan Tlogowungu, dan Kecamatan Margoyoso. Pusat Pelayanan SWP II adalah Kota Trangkil.

c. Satuan Wilayah Pembangunan III (SWP III) dengan wilayah meliputi Kecamatan Tayu, Kecamatan Cluwak, Kecamatan Gunungwungkal dan Kecamatan Dukuhseti. Pusat Pelayanan SWP III adalah Kota Tayu.

d. Satuan Wilayah Pembangunan IV (SWP IV) dengan wilayah meliputi Kecamatan Juwana, Kecamatan Wedarijaksa dan Kecamatan Batangan. Pusat Pelayanan SWP IV adalah Kota Juwana.

e. Satuan Wilayah Pembangunan V (SWP V) dengan wilayah meliputi Kecamatan Jakenan, Kecamatan Jaken, Kecamatan Winong dan Kecamatan Pucakwangi. Pusat Pelayanan SWP V adalah Kota Jakenan. f. Satuan Wilayah Pembangunan VI (SWP VI) dengan wilayah meliputi

Kecamatan Kayen, Kecamatan Sukolilo, dan Kecamatan Tambakromo. Pusat Pelayanan SWP VI adalah Kota Kayen.

Tabel V.4. Rencana Sistem Perwilayahan Kabupaten Pati Satuan

SWP I Kota Pati Kecamatan Pati

Kecamatan

Kawasan SWP I merupakan kawasan ibukota kabupaten, yang memiliki fungsi pokok sebagai kawasan untuk pusat pemerintahan skala kabupaten. Di SWP I berkembang kawasan perkotaan (urban) yang memiliki potensi besar pada sektor listrik, gas dan air bersih, industri

(6)

Satuan Terjadinya hubungan Kota Pati dengan

kawasan hinterland-nya diharapkan mampu menjadi solusi untuk menampungluberan

kegiatan Kota Pati sehingga tumbuh kawasan pengembangan baru.

Kawasan SWP II merupakan kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat pengembangan baru, karena selain mempunyai letak yang strategis diantara segitiga kawasan pertumbuhan cepat di Kabupaten Pati bagian utara yaitu Pati, Juwana, dan Tayu, juga dilalui oleh ”jalur pengembangan pesisir” utara Jawa Tengah dalam kawasan WANARAKUTI. SWP II memiliki banyak potensi terutama pada sektor pertanian, perkebunan; perdagangan, dan industri.

SWP III Kota Tayu Kecamatan

Tayu

Kawasan SWP III merupakan kombinasi antara kawasan pesisir dan kawasan pegunungan Muria. Sehingga karakteristik alamnya sangat berbeda dan

membutuhkan pendekatan pembangunan yang terpadu antara kawasan pegunungan, daratan, dan pesisir.

Kawasan ini merupakan kawasan pertumbuhan cepat karena dilalui ”jalur pengembangan pesisir” utara Jawa Tengah dalam kawasan WANARAKUTI.

Pendukung utama perkembangan pada kawasan ini adalah kegiatan perkotaan di Kota Tayu, Kegiatan Perikanan di pesisir Kecamatan Dukuhseti, dan pertanian di Kecamatan Gunungwungkal dan Cluwak

• Perdagangan &

Kawasan SWP IV merupakan kawasan pertumbuhan cepat, karena selain letaknya yang strategis dilalui jalur arteri primer ( jalan pantura ), kawasan ini juga di lalui dan ”jalur pengembangan pesisir” utara Jawa Tengah dalam kawasan WANARAKUTI Sektor perekonomian yang berkembang di kawasan ini merupakan sektor

perekonomian andalan di Kabupaten Pati yaitu perikanan laut dan industri.

• Perdagangan

Kawasan SWP VI merupakan kawasan yang diharapkan mampu menjadi pusat

perkembangan baru di kawasan

pegunungan Kendeng bagian Tenggara dan Selatan. Dengan masuknya Kota Jakenan diantara kelima kota yang diharapkan mampu menjadi motor pembangunan di Kabupaten Pati dengan konsep

• Perdagangan & Jasa,

(7)

Satuan Wilayah Pembangunan

Pusat Pelayanan

Wilayah

Pelayanan Arahan Pengembangan

Rencana Fungsi Penopang Kegiatan

Wilayah JAKATINATA (Jakenan, Kayen, Pati,

Juwana, dan Tayu). Dengan konsep pengembangan kota kecil yang masih mengandalkan sektor agraris yang berorientasi pada pertanian untuk bahan baju industri (industri

pertanian/agroindustri). Potensi yang bisa dikembangkan pada kawasan ini adalah pada sektor pertambangan dan galian; pertanian lahan basah dan kering.

SWP VI Kota Kayen Kecamatan

Kayen, Kecamatan Sukolilo Kecamatan Tambakromo

Kawasan SWP VI merupakan bagian dari kawasan pegunungan Kendeng di kabupaten Pati bagian Selatan. Dengan karakteristik alamnya yang berupa pegunungan kapur dan kawasan yang berkembang secara linier di sepanjang jalan propinsi yang menghubungkan Kabupaten Pati – Kabupaten Grobogan yang

merupakan jalur pengembangan kawasan selatan Pati. Ciri uatama pada SWP VI adalah terbentuknya kota-kota kecil pada simpul-simpul yang dilalui jalan propinsi tersebut. SWP VI memiliki potensi yang sangat potensial untuk dikembangkan terutama pada sektor pertanian, perdagangan; pengangkutan, pertambangan, dan industri.

• Perdagangan & Jasa

• Pertanian • Peternakan • Industri • Pertambangan

Sumber : RTRW Kabupaten Pati Tahun 2010-2030

3) Sistem Pengembangan Perdesaan

(8)

Keterangan :

: Kawasan perdesaan (pusat produksi pertanian/ perikanan)

Produksi komoditas pertanian dan perikanan yang dihasilkan kawasan perdesaan/ pesisir akan ditampung di pusat penampungan desa

Dari pusat penampungan desa, hasil komoditas ini selanjutnya akan disalurkan ke industri pengolahan pertanian dan perikanan yang direncanakan berada pada kota-kota pusat pelayanan kawasan (PPK). Di Kabupaten Pati Kota-kota PPK adalah ibukota kecamatan atau pusat-pusat SWP.

Hasil pengeolahan industri pertanian dan perikanan selajutnya akan di salurkan ke outletoutlet pemasaran yang ada di kota-kota pusat kegiatan lokal (PKL). Dalam hal ini, Kabupaten Pati memiliki 4 kota yang direncanakan berskala PKL yaitu Kota Pati, Tayu, Juwana, dan Kayen.

4) Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan

Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan perwujudan dari rencana sistem perdesaan yang direncanakan dikembangkan di wilayah Kabupaten Pati. Kawasan Agropolita terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi. Di wilayah Kabupaten Pati selain ditetapkan kebijakan menjadi Kawasan Agropolitan adalah :

a. Kawasan di Lereng Gunung Muria yang meliputi Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, Kecamatan Cluwak, Kecamatan Tlogowungu.

b. Wilayah Kabupaten Pati bagian Selatan yang meliputi Kecamatan Tambakromo, Kecamatan Winong, Kecamatan Gabus, Kecamatan Kayen, dan Kecamatan Sukolilo.

Konsep pengembangan agrobisnis ini mencakup tiga hal, yaitu : Kota

PKL

Kota PKL

Kota PPK

(9)

1. Industri hulu pertanian atau disebut agribisnis hulu, yaitu agribisnis yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian (the manufacture and distribution of farm supllies), seperti industri kimia (pupuk, pestisida, obat-obatan hewan), indsutri agro-otomotive (mesin peranian, peralatan peranian, mesin dan peralatan pengolahan hasil pertanian) dan indsutri pembibitan/ pembenihan tanaman/ hewan).

2. Pertanian dalam arti luas(production operation of the farm)disebut juga off

the farm agribisnis, yaitu pertanian pertanaman pangan, tanaman holtikulural, tanaman obat-obatan, perkebunan, peternakan, perikanan laut/ air tawar serta kehutanan.

3. Industri hilir pertanian atau disebut juga agribisnis hilir, yaitu indsutri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk-produk olahan, baik produk antara (intermediated product) maupun produk akhir (storage processing and distribution of farm commodities and items mode from them).

5) Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir Kabupaten Pati berdasarkan karekter kegiatan dapat dikelompokkan menjadi 3 kawasan yaitu kawasan pesisir bagian utara (Kecamatan Dukuhseti dan Kecamatan Tayu, kawasan pesisir bagian tengah (meliputi Kecamatan Margoyoso, Trangkil dan Wedarijaksa) kawasan pesisir bagian selatan (Kecamatan Juwana dan Batangan). Berdasarkan karakter tersebut maka dalam pengembangan kawasan pesisir perlu dibuat konsep Wilayah Pengembangan Pesisir (WPP). Pengembangan WPP harus mengacu pada pengembangan sistem perkotaan dan sistem perwilayahan yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Pati. Rencana pembagian sistem perwilayahan ruang Kawasan Strategis Pesisir dan Pantai Kabupaten Pati, yaitu :

1. Wilayah Pengembangan Pesisir (WPP) I: Wilayah WPP II meliputi Kecamatan Dukuhseti dan Kecamatan tayu, pusat pengembangan WPP I adalah Kawasan Perkotaan Tayu. Penetapan WPP I ini juga didasarkan pada RTRW Kabupaten Pati 2010-2030 yang memasukkan Kecamatan Tayu dan Dukuhseti termasuk dalam SWP III, (wilayah SWP III juga termasuk Kecamatan Cluwak dan Gunungwungkal dengan pusat pelayanan di Kota Tayu).

2. Wilayah Pengembangan Pesisir (WPP) II : meliputi Kecamatan Margoyoso, Trangkil dan Wedarijaksa, pusat pengembangan WPP II adalah ibukota kecamatan Trangkil. .

3. Wilayah Pengembangan Pesisir (WPP) III : wilayahnya meliputi Kecamatan Kecamatan Juwana dan Batangan dengan pusat pelayanan di Kota Juwana.

Tabel V.5. Rencana Struktur Ruang Kawasan Pesisir dan Pantai Kabupaten Pati

No. SWP Kawasan I Kawasan II Kawasan III

1 WPP I

Kecamatan Dukuhseti - Puncel

- Tegalombo

- Dukuhseti

- Banyutowo

- Alasdowo

- Kenanti

- Bakalan

- Kembang

- Ngagil

- Wedusan

- Dumpil

- Grogolan

(10)

No. SWP Kawasan I Kawasan II Kawasan III

Kecamatan Margoyoso - Semerak

- Margotuhu Kidul

Kecamatan Trangkil - Kadilangu

- Tlutup

Kecamatan Wedarijaksa - Tlogoharum

- Kepoh

Kecamatan Juwana - Genengmulyo

- Agungmulyo

Kecamatan Batangan - Raci

(11)

6) Rencana Sistem Prasarana Transportasi

Sistem pengembangan prasarana transportasi secara umum dapat dibagi a) Transportasi Darat

Wilayah Kabupaten Pati terletak pada jalur pantura bagian timur, sehingga dilalui oleh jalur penghubung Jakarta – Semarang – Surabaya. Kondisi ini memberikan keuntungan tersendiri bagi kedudukan Kabupaten Pati dalam konstelasi wilayah regional karena mempunyai akses yang sangat baik.

Rencana pengembangan prasarana jalan nasional meliputi :

• Jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kota Semarang – Kabupaten Rembang yang melewati Kabupaten Pati, meliputi Kecamatan Margorejo, Kecamatan Pati, Kecamatan Gabus, Kecamatan, Kecamatan Jakenan, Kecamatan Jaken, Kecamatan Juwana, dan Kecamatan Batangan;

• Penambahan interchange jalan bebas hambatan yang akan ditetapkan kemudian; dan

• Pemantapan dan pengembangan jalan arteri primer menjadi 4 (empat) lajur, meliputi sepanjang jalan pantai utara yang menghubungkan Daerah dengan kota-kota besar PKW dan PKN yang berlokasi di Kecamatan Margorejo, Kecamatan Pati, Kecamatan Juwana, dan Kecamatan Batangan.

Rencana pengembangan prasarana jalan provinsi meliputi Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan wilayah Kabupaten Pati dengan wilayah Kawasan Perkotaan Jepara, Kawasan Perkotaan Kudus, Kawasan Perkotaan Purwodadi;

• Rencana pengembangan prasarana jalan kabupaten meliputi rencana pengembangan jalan lokal primer yang menghubungkan antar PKL, PKLp, PPK di Kabupaten Pati, dan antar fungsi kawasan. • Untuk mendukung kelancaran sistem pergerakan di kawasan

perkotaan utama maka direncanakan :

- Jalan lingkar di kawasan perkotaan Tayu yang merupakan bagian dari jalan kolektor primer;

- Jalan lingkar kawasan perkotaan Pati yang merupakan bagian dari jalan arteri primer; dan

- Serta kawasan perkotaan Juwana yang merupakan bagian dari jalan arteri primer.

b) Transportasi Kereta Api

Rencana sistem jaringan perkeretaapian merupakan bagian dari pengembangan sistem kereta api antar kota yang menghubungkan Semarang – Demak – Kudus – Pati – Rembang. Dalam rangka untuk mendukung pengembangan sistem perketaapian, direncanakan revitalisasi stasiun Pati dan Stasiun Juwana.

c) Transportasi Laut

(12)

• Pengembangan pelabuhan ikan dan fasilitas penambatan perahu nelayan untuk ukuran bobot sampai dengan 200 GT (dua ratusGross Tone);

• Pengembangan pelabuhan niaga sebagai pendukung pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan jasa di Kecamatan Juwana;

• Pengembangan pelabuhan khusus sebagai pendukung pengembangan kegiatan industri dan pertambangan di Kecamatan Batangan.

5.1.3 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN PATI 1) Rencana Kawasan Lindung

Kawasan lindung yang terbentuk di Kabupaten Pati merupakan satu kesatuan dari kawasan lindung yang telah terbentuk baik yang ada di wilayah regional maupun wilayah kabupaten Pati itu sendiri. Kawasan lindung yang terbentuk menjadi tidak kenal batas-batas administrasi dan mengikuti alur kawasan lindung yang telah ditetapkan sebelumnya. atau dengan kata lain, kawasan lindung di Kabupaten Pati, baik dalam konteks internal wilayah maupun regional, harus membentuk suatu kesatuan yang secara sinergis memberikan perlindungan dari daerah hulu hingga hilir/pesisir, tanpa dibatasi oleh batasan-batasan administratif.

1. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung yang ada di Kabupaten Pati seluas 2.681,60 ha, kawasan ini terdapat di lereng Gunung Muria. Sebaran luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Pati adalah :

• Kecamatan Cluwak dengan luas kurang lebih170,56 Ha • Kecamatan Gembong dengan luas kurang lebih1.291,70 Ha • Kecamatan Gunung Wungkal dengan luas kurang lebih958,22 Ha • Kecamatan Tlogowungu dengan luas kurang lebih 261,12 Ha

2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya diperuntukkan untuk menjamin terselenggaranya fungsi lindung hidrologis bagi kegiatan pemanfaatan lahan. Kawasan ini meliputi kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. Di wilayah Kabupaten Pati tidak dijumpai kawasan bergambut sesuai dengan kriteria, dengan demikian penetapan sub kawasan lindung ini hanya terdiri atas kawasan resapan air.

(13)

karst yang menjadi kawasan resapan air tersebar di Kecamatan Sukolilo, Kayen, Winong dan Pucakwangi.

3. Kawasan Perlindungan SetempatKawasan Sempadan Pantai

Permasalahan-permasalahan di Kawasan Pantai di Kabupaten Pati yang dihadapi pada saat ini merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh aktivitas diantaranya adalah Sedimentasi dan abrasi. Salah satu penyebab abrasi di daerah pantai di Kabupaten Pati yaitu adanya pembabadan hutan mangrove untuk aktivitas tambak udang, seperti di daerah aliran Sungai Juwana dan Tayu, akan mengakibatkan terjadi abrasi di sekitar wilayah pesisir. Dalam jangka panjang pembabatan hutan mangrove secara besar-besaran akan merugikan masyarakat sendiri karena dapat menyebabkan abrasi, serta hilangnya berbagai biota laut.

Daerah pantai yang mengalami abrasi di Pantai Margoyoso, Tayu dan Trangkil telah menyebabkan kerusakan dan hilangnya aktivitas, fasilitas dan sarana milik masyarakat, seperti pemukiman, tambak terkikis, pariwisata tidak menarik lagi. Daerah selatan yang mengalami sedimentasi adalah daerah pantai muara sungai Bangsalharjo dan Pecangaan.

Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Pati terdapat di sepanjang sungai-sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Pati yaitu sungai Bapoh, Singau, Ngeluk, Langkir, Mudal, Ngasinan, Kedungtelo, Juwana, Kersulo, Sentul, Jering, Lampean, Wuni, Sekargading, Tempur, Sani, Anyar, Pembuang Sungai Anyar, Kersulo, Gungwedi, Kemiri, Golan, Guyangan, Sambilawang, Dungsingkil, Bapoh, Loboyo, Pajaran, Tluwuk, Karanganyar, Langgen, Peta, Pojomoro/Nowo, Bugel, Bojo, Gedong, Klarean, Jabangbayi, Widodaren, Banteng, Pilang Gagak, Randu Gunting, Ombo, Tayu, Sowo, Lencer, Druju, Pakis, Warung, Gado, Tegalombo, Lenggi, Pengarep, Gelis, pasokan, Patoman, Wuluh, Kuro, Jaran Mati, Warung, Sat, Bangau, Suwatu, Winong, Luwang, Putih, Kemiri, Juwana, Mondo, Slungkep, Mangin, Karang, Cilik, Brati, pancuran, Kedunglumbung, Pandean, Godo, Bugel, Widodaren, Randu Gunting, Klating, Jetak, Bodeh, Sentul, Gono, Tumpang, Kemisik, Kedunglo, Maling, Druju dan Jeratan. Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir, pencemaran, kekeringan, erosi, dan sedimentasi.

Pengelolaan Kawasan Sempadan Waduk/ Embung

(14)

adalah 50 (lima puluh) meter dari dari titik pasang tertinggi ke arah darat proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk.

Pengelolaan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Berdasarkan ketentuan, Kriteria perlindungan kawasan ini adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m di sekeliling mata air, kecuali untuk kepentingan umum.

4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar BudayaKawasan Bentang Alam Karst

Pada saat ini, Kawasan Bentang Alam Karst di Kabupaten Pati banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dan dieksploitasi. Kawasan Kars di wilayah Kabupaten Pati terdapat di Kecamatan Sukolilo (745 Ha), Kecamatan Kayen (324 Ha) dan Kecamatan Tambakromo (234 Ha). Arahan pengelolaan Kawasan Kars di Kabupaten Pati meliputi:

1. dilarang melakukan kegiatan usaha yang mengganggu proses karsttifikasi yang sedang berlangsung serta merusak bentuk-bentuk morfologi, gua dengan speleotem di dalamnya dan fungsi kawasan bentang alam karst di dalam kawasan kars lindung;

2. Diperbolehkan kegiatan budidaya pengolahan dan pencemaran tanah tanah secara terbatas untuk menunjang kepentingan umum dan dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) - Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di dalam kawasan bentang alam karst budidaya

Kawasan Suaka Alam Laut

Di wilayah pesisir Kabupaten Pati terdapat dua sungai besar yaitu: 1. Sungai Juwana, yang berada pada perbatasan Kecamatan

Juwana dengan Kecamatan Batangan, dan ;

2. Sungai Tayu, bermuara di tengah-tengah garis pantai Kabupaten Pati.

Kawasan Sempadan Muara Sungai (Estuari)

(15)

Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan inilah yang berperan sebagai kawasan konservasi rawa payau dan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Pati. Kawasan mangrove ini tersebar di empat (7) kecamatan pesisir, yaitu Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, Trangkil, Juwana dan Batangan. Pengembangan kawasan konservasi rawa payau dan mangrove perlu melibatkan unsur masyarakat, mengingat kegiatan mereka sehari-hari memberikan dampak yang cukup besar terhadap lingkungan sumberdaya pesisir, sehingga mereka mempunyai peranan yang lebih besar dalam menjaga dan mengelola sumber daya pesisir.

5. Kawasan Rawan Bencana Alam

Di wilayah Kabupaten Pati, kawasan rawan bencana alam yang teridentifikasi yaitu rawan bencana banjir, gerakan tanah, rawan kekeringan, dan rawan gelombang pasang. Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana banjir dilakukan melalui:

‐ Pelestarian dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara lintas wilayah;

‐ Pembuatan tanggul/ embung/ bendung/ kawasan resapan/ saluran pembuang khusus/ bangunan air lain pada kawasan-kawasan aliran sungai ataupun yang terkena dampak dengan prioritas pada kawasan rawan banjir dan upaya pengurangan/pengendalian debit air pada kondisi tertentu yang mengkhawatirkan;

Kawasan Rawan bencana Gerakan Tanah(Longsor)

Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana gerakan tanah dilakukan melalui :

‐ Melakukan rekayasa teknik bangunan untuk menahan kekuatan getaran, dengan memperkuat struktur bangunan pada diketahui rentan terhadap gerakan tanah;

‐ Membatasi perkembangan penduduk pada rawan longsor terutama pada wilayah dengan kemiringan 40 % yang diketahui dapat mengakibatkan bahaya longsor; serta

‐ Stabilitasi lereng melalui reboisasi dengan tanaman keras. • Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana Kekeringan

Arahan pengelolaan Kawasan Rawan Bencana Kekeringan dilakukan melalui :

‐ Mengupayakan sumber air menggunakan informasi hidrologi dan hidrogeologi;

‐ Melakukan penghijauan untuk mengurangi run off air dan menambah volume air yang meresap ke tanah; dan

‐ Membuat bendung dan atau embung untuk menampung air pada musim penghujan.

Pengelolaan Kawasan Bencana Gelombang Pasang

Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana gelombang pasang dilakukan melalui:

(16)

‐ Melarang pembangunan kawasan permukiman dan kegiatan pendukungnya

2) Rencana Kawasan Budidaya

1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Luas pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi adalah 19.891,56 Ha. Arahan pengelolaan kawasan hutan produksi di Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:

a. Penetapan kriteria teknis dan pola penataan lahan serta pengelolaan Kawasan Hutan Produksi yang lahannya dimiliki oleh Negara akan ditetapkan dan dikoordinasikan Pemerintah;

b. Beberapa hutan produksi tetap yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi.

2. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan pertanian adalah kawasan budidaya yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian yang dimaksud terdiri dari: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Kawasan pertanian lahan basah (sawah) diarahkan untuk budidaya tanaman pangan. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan maka alih fungsi mengikuti kaidah perarturan perundangan. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis.

3. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan perikanan tangkap adalah perairan laut yang digunakan penduduk pesisir Kabupaten Pati untuk melakukan aktivitas budidaya ikan baik melalui keramba, penangkapan, pemancingan, dan lain-lain. Sebagai salah satu mata pencaharian utama penduduk wilayah pesisir Kabupaten Pati, kegiatan perikanan tangkap diupayakan mampu memberikan pengaruh terhadap tingkat perekonomian wilayah. Usaha penangkapan ikan penduduk setempat telah mencapai pada jalur tangkap nasional (perairan pantura, perairan sekitar Tarakan, perairan sekitar Pulau Natuna, Masalembu dan Pulau Bawean, serta sampai pada perairan sekitar Kalimantan Barat dan Selatan) dengan menggunakan peralatan yang sederhana samapi modern.

Kawasan Budidaya Tambak

Pengembangan kegiatan budidaya tambak direncanakan berada di sepanjang pantai wilayah pesisir Kabupaten Pati yang terbentang di tiap kecamatan-kecamatan pesisir Kabupaten Pati dengan total luasan 10.606 Ha. Dengan jenis tanah berupa aluvial hidromorf, dan mediteran coklat di sepanjang kawasan tambak tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut sangat potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan sebagai areal pertambakan terutama pada areal berjenis tanah aluvial hidromorf, hal ini dikarenakan areal lahan berjenis tanah aluvial relatif memiliki kelerengan yang datar dan tidak bergelombang.

(17)

Kegiatan budidaya perikanan perikanan darat dikembangkan di Kabupaten Pati adalah seluas 294 Ha yang berlokasi di beberapa kecamatan yaitu :

‐ Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 23 Ha; ‐ Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 170 Ha; ‐ Kecamatan Gabus dengan luas kurang lebih 33 Ha; ‐ Kecamatan Margorejo dengan luas kurang lebih 45 Ha; ‐ Kecamatan Pati dengan luas kurang lebih 23 Ha. • Kawasan Pengolahan Ikan

Kawasan pengolahan ikan merupakan kawasan yang dikembangkan untuk proses pengolahan ikan baik, perikanan hasil tangkap dan perikanan budidaya. Pengembangan kegiatan pengolahan ikan ditujukan untuk meningkatkan nilai komoditas hasil perikanan di Kabupaten Pati. Kegiatan pengolahan hasil ikan ini akan dikembangkan dilokasi-lokasi produksi perikanan yang terbesar di Kabupaten Pati yaitu: Kecamatan Dukuhseti, Kecamatan Tayu, Kecamatan Juwana, dan Kecamatan Batangan.

4. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Lokasi pertambangan di wilayah Kabupaten Pati meliputi Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, Pucakwangi, Dukuhseti, Tayu, Tlogowungu, Gembong, Gunungwungkal dan Cluwak. Jenis atau klasifikasi sumber mineral yang dimanfaatkan di Kabupaten Pati antara lain phospat, batu kapur, trass, kalsit, kerikil, dan pasir besi. Bahan galian tersebut memiliki banyak kegunaan bagi kehidupan manusia, terutama batu gamping yang merupakan bahan galian yang ada di wilayah Kabupaten Pati di Kawasan Pegunungan Kendeng, yaitu di Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, dan Pucakwangi. Batu gamping tersebut mempunyai banyak kegunaan yaitu baik sebagai pupuk, bahan bangunan, bahan obat-obatan, hingga dapat digunakan untuk industri-industri semen, dan peleburan besi baja.

Selain itu, juga terdapat bahan galian berupa tambang kerikil, batu, dan pasir sungai yang juga mempunyai banyak kegunaan. Bahan galian tersebut terdapat juga di Kabupaten Pati yaitu di sungai-sungai di wilayah utara kabupaten, meliputi Kecamatan Cluwak, Tayu, Gunungwungkal, Gembong, Tlogowungu, dan Winong. Sedangkan potensi bahan tambang pasir besi terdapat di Kecamatan Dukuhseti dan Tayu.

5. Kawasan Peruntukan Industri

Pengembangan kegiatan Industri besar dan sedang meliputi : a. Industri manufaktur berlokasi di :

1) Kecamatan Margorejo dengan luas kurang lebih 306 Ha. 2) Kecamatan Pati dengan luas kurang lebih 200 Ha. b. Industri manufaktur dan perikanan berlokasi di :

1) Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 318 Ha 2) Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 102 Ha c. Industri agro dan pertambangan berlokasi di :

1) Kecamatan Tayu dengan luas 30 Ha;

(18)

3) Kecamatan Margoyoso dengan luas kurang lebih 53 Ha; 4) Kecamatan Tambakromo dengan luas kurang lebih 300 Ha; 5) Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 48 Ha;

6) Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 117 Ha.

6. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan agrowisata berada di sepanjang lereng Gunung Muria bagian timur yang terletak di Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal dan Kecamatan Cluwak.

7. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan permukiman merupakan kawasan yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal dan kegiatan masyarakatnya. Pada prinsipnya pengembangan kegiatan permukiman dapat dialokasikan pada lahan-lahan yang kurang produktif dan memiliki kemiringan lereng dibawah 15%. Rencana pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Pati terdiri atas permukiman perdesaan (rural) dan permukiman perkotaan (urban) yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pati.

5.1.4 RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN PATI 1) Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi adalah :

1. Kawasan perkotaan Jaken, Kayen, Pati, Juwana, dan Tayu (JAKATINATA).

Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang merupakan kawasan unggulan di Kabupaten Pati yang diharapkan mampu menjadi pemicu perkembangan bagi kawasan di sekitarnya. Di Kabupaten Pati memiliki kawasan konsep kawasan strategis yang disebut dengan ”JAKATINATA” (Jakenan, Kayen, Pati, Juwana, dan Tayu). Dengan bertambahnya kawasan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat di kawasan selatan Kabupaten Pati, yang sebelumnya adalahTITANA (Pati, Tayu dan Juwana) yang berada di kawasan utara Kabupaten Pati, maka diharapkan pertumbuhan di kawasan selatan Kabupaten Pati akan dapat seperti di kawasan utara Kabupaten Pati.

2. Kawasan Pelabuhan Juwana dan Kawasan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Dukuhseti

(19)

dikembangkan dan perlu mendapat prioritas yaitu kawasan Pelabuhan Juwana dan Kawasan Pelabuhan Pendaratan Ikan Dukuhseti.

2) Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya

Arahan pengelolaan kawasan strategis perlindungan kebudayaan lokal dilakukan melalui :

• Membuka akses lokasi yang ditempati kelompok masyarakat yang memiliki kearifan budaya lokal spesifik melalui pembangunan prasarana; • Meningkatkan akses pelayanan fasilitas;

• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia kelompok masyarakat yang memiliki kearifan budaya lokal spesifik tanpa meninggalkan keunikan budaya dan adat istiadat; dan

• Memberikan akses informasi baik yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional.

3) Kawasan Strategis Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Alam Atau Teknologi Tinggi

Yang di tetapkan sebagai kawasan strategis bidang pendayagunaan sumber daya alam atau teknologi tinggi di Kabupaten Pati adalah kawasan Agropolitan. Kabupaten Pati memiliki potensi yang besar untuk pengembangan kawasan agropolitan, karena terdapat beberapa kawasan sentra produksi pertanian dengan jenis komoditas pertanian yang spesifik dan beraneka ragam, kawasan ini adalah Kecamatan Gembong dan Kecamatan Kayen. Pemilihan Kecamatan Gembong dan Kecamatan Kayen sebagai kawasan agropolitan didasarkan atas pertimbangan; diharapkan pengembangan kawasan agropolitan di kawasan ini dapat mendorong pertumbuhan kecamatan disekitarnya yang juga memiliki potensi pertanian yang baik.

4) Kawasan Strategis Bidang Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah : 1. Kawasan rawan pencemaran industri di Kecamatan Margoyoso.

Kawasan yang memiliki tingkat potensi rawan pencemaran lingkungan yang tinggi adalah kawasan yang difungsikan sebagai kawasan industri, letaknya berdekatan dengan kawasan industri. Di Kabupaten Pati, kawasan yang perlu mendapatkan perhatian adalah Kecamatan Margoyoso karena pada kawasan ini banyak terdapat industri tapioka yang secara otomatis akan banyak menghasilkan limbah buangan.

2. Kawasan Karst

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)

5- 25 5.2 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)

5.2.1 VISI, MISI RPJP KABUPATEN PATI TAHUN 2005–2025

Berdasarkan potensi daerah yang dimiliki Kabupaten Pati saat ini, tantangan yang dihadapi dalam kurun waktu dua puluh tahun mendatang, juga dengan memperhatikan modal dasar yang dimilki oleh Kabupaten Pati seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dirumuskan visi pembangunan daerah Kabupaten Pati Tahun 2005 -2025 :

” PATI BUMI MINA TANI SEJAHTERA”

Visi pembangunan daerah tahun 2005 -2025 mengarah pada pencapaian cita-cita dan harapan masyarakat Kabupaten Pati yang harus dapat diukur guna mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, kesejahteraan dan keberhasilan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, perlu kiranya diberikan pengertian makna visi secara utuh sebagai berikut :

Pati

Pati, adalah daerah otonom dengan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bumi

Bumi, merupakan satu kesatuan wilayah dengan potensi alam dan keanekaragaman hayati serta budaya sebagai modal dasar pembangunan daerah.

Mina

Mina, mempunyai arti filosofi yang menggambarkan dinamika kehidupan masyarakat yang memilki potensi wilayah perikanan laut dan perikanan darat yang potensial untuk diolah dan dikembangkan.

Tani

Tani, merupakan gambaran masyarakat dalam mengolah potensi sumber daya alam di bidang pertanian, perkebunan maupun kehutanan dengan tetap menjaga kelestarian alam.

Sejahtera

Merupakan kondisi kemakmuran suatu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil), sosial maupun spirituil, dengan ditandai adanya peningkatan pendapatan perkapita yang tinggi, menurunnya tingkat pengangguran, menurunnya jumlah penduduk miskin, meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan sosial, keluarga kecil berkualitas, pemuda dan olahraga, terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender, tersedianya infrastruktur yang memadai, meningkatnya profesionalisme aparatur yang mampu mendukung pembangunan daerah.

Untuk mencapai visi pembangunan daerah sebagaimana tersebut diatas ditempuh melalui 6 (enam) misi pembangunan daerah sebagai berikut :

1. Mewujudkan SDM yang berkualitas dan berbudaya.

(26)

5- 26 berbudi luhur dengan tetap melestarikan kearifan budaya lokal, bersikap kompetitif dan dinamis, sehingga tercipta kondisi asah, asih dan asuh yang mampu mengayomi rasa aman dan damai serta dengan tetap meningkatkan konsistensi penegakan hukum.

2. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian dan perikanan serta pemanfaatan SDA dan IPTEK dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya pengelolaan potensi sumber daya alam sektor pertanian, perikanan dan pertambangan serta pengembangan IPTEK yang mampu menumbuhkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai komponen pendukung dalam peningkatan perekonomian daerah berwawasan lingkungan.

3. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik didukung kompetensi dan profesionalisme aparatur, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Yang ditandai dengan semakin meningkatnya kinerja tata pemerintahan (good governance) yang selalu memenuhi etos kerja partisipasi yang aspiratif, konsistensi peraturan perundangan, transparansi, responsif, demokratis, proporsional yang tidak diskriminatif, efektif dan akuntabel, sehingga terwujud perilaku yang terpuji dengan mengedepankan peningkatan kualitas pelayanan publik yang berorientasi pada terciptanya keberhasilan otonomi daerah yang seimbang dan mampu menumbuhkan kemandirian daerah yang mendapat dukungan dari segenap pemangku kepentingan (stakeholders).

4. Mewujudkan prasarana dan sarana yang memadai untuk mendukung pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekonomi kerakyatan.

Yang ditandai dengan meningkatnya kelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan dan mitigasi sebagai dasar dalam pembangunan prasarana dan sarana, sehingga dapat meningkatkan aksesbilitas dan mobilitas faktor-faktor pendukung berkembangnya aktivitas produksi dan mampu membuka isolasi daerah serta mengembangkan kawasan strategis dan cepat tumbuh, sesuai RTRW yang telah ditetapkan.

5. Mewujudkan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha guna mendorong daya saing daerah.

Yang ditandai dengan adanya reformasi perijinan investasi yang responsif penuh dengan kemudahan baik dari aspek prosedur, waktu maupun aspek finansial, sehingga terciptanya iklim investasi yang kondusif, yang mampu membuka peluang usaha dan meningkatkan daya saing daerah.

6. Mewujudkan pengembangan pariwisata yang berbasis budaya lokal.

Yang ditandai dengan pengembangan eksistensi budaya daerah dan nilai-nilai tradisional , peningkatan sarana prasarana potensi obyek wisata yang dikelola dan proporsional. Hal tersebut perlu adanya dukungan masyarakat yang mendasarkan pada kearifan lokal.

5.2.2 ARAH PEMBANGUNAN RPJP KABUPATEN PATI TAHUN 2005–2025

(27)

5- 27 1. Mewujudkan SDM yang berkualitas dan berbudaya.

Yang ditandai dengan:

a) Peningkatan sikap dan perilaku masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Peningkatan kualitas dan partisipasi pemuda dalam pembangunan dan pemberdayaan pemuda melalui pengembangan lembaga kepemudaan yang berwawasan kebangsaan.

c) Peningkatan pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu dan terjangkau pada semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan. d) Peningkatan profesionalisme dan jaminan kesejahteraan tenaga pendidik dan

kependidikan, serta pemerataan distribusi guru.

e) Peningkatan standar hidup yang layak dengan peningkatan pendapatan, ketersediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan dan penumbuhan jati diri pribadi.

f) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses, pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan serta jaminan kesejahteraan masyarakat dan keluarga berencana.

g) Pengembangan system pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang diarahkan pada penguatan kelembagaan, pengarusutamaan gender dan anak dalam pembangunan, sehingga dapat menurunkan jumlah tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap perempuan.

h) Peningkatan partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban demi tegaknya hukum sebagai upaya untuk menjaga dan memelihara keamanan, ketertiban persatuan dan kesatuan serta kerukunan masyarakat.

2. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian, perikanan serta pemanfaatan SDA dan IPTEK dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Yang ditandai dengan:

a) Pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi yang berlandasan ekonomi kerakyatan, berdaya saing serta mampu menembus pasar global.

b) Peningkatan kerja sama strategis dan sinergis antar pelaku usaha untuk mengembangkan rumpun industri, mempercepat alih tehnologi.

c) Pengembangan perekonomian daerah dengan memanfaatkan potensi lokal dan memperhatikan sumber daya alam yang berkelanjutan.

d) Peningkatan perekonomian daerah yang berlandaskan pada prinsip demokrasi ekonomi dengan memperhatikan terjaminnya kesempatan berusaha dan bekerja sebagai bagian penanggulangan kemiskinan.

e) Peningkatan revitalisasi usaha pertanian dan perikanan yang berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

(28)

5- 28 g) Peningkatan keamanan stok/penyediaan dan distribusi pangan dengan mengembangkan produktivitas pertanian daerah, yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakat.

h) Peningkatan pengendalian pencemaran lingkungan dan peningkatan partisipasi masyarakat dunia usaha dan industri dalam memelihara lingkungan.

i) Peningkatan usaha rehabilitasi hutan dan konservasi lahan yang didukung partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber daya hutan.

j) Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui transmigrasi guna mengurangi pengangguran dan pengentasan kemiskinan di daerah dan mampu menciptakan usaha peluang mandiri dengan jiwa wirausaha.

k) Peningkatan pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan daya regenerasi yang dapat diperbaharui dan tidak menimbulkan dampak merusak lingkungan.

3. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik didukung kompetensi dan profesionalisme aparatur, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Yang ditandai dengan:

a) Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang bertumpu pada sistem anggaran yang transparan, tanggung jawab dan menjamin efisiensi dan efektivitas pemanfaatan guna terwujudnya fungsi lembaga pengelolaan keuangan daerah yang optimal.

b) Peningkatan pemberdayaan aparatur pemerintah yang bersih dan cakap serta ditunjang sarana dan prasarana pelayanan yang memadai untuk menuju tata kepemerintahan yang baik.

c) Pengembangan kebijakan pemerintah yang disusun berdasarkan kajian dan analisis disertai dengan data yang valid dan akurat.

d) Peningkatan pelayanan publik berbasis partisipasi masyarakat yang difasilitasi dari pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat berdasarkan identifikasi kebutuhan masyarakat.

e) Peningkatan pembangunan aparatur guna mewujudkan kinerja aparatur pemerintah yang profesional dan tanggap dalam merespon tuntutan, kebutuhan dan perkembangan kuantitas dan kualitas pelayanan publik. f) Peningkatan kelembagaan kearsipan daerah yang didukung sarana prasarana

yang memadai serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kearsipan dan perpustakaan.

g) Pengembangan sistem informasi manajemen daerah melalui pembangunan dan pengembangan beberapa sistem informasi di masing-masing satuan kerja perangkat daerah.

4. Mewujudkan prasarana dan sarana yang memadai untuk mendukung pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekonomi kerakyatan.

Yang ditandai dengan:

(29)

5- 29 yang mampu meningkatkan aksesbilitas wilayah, ketersediaan air, jaringan irigasi dengan pengelolaan yang optimal.

b) Peningkatan infrastruktur perumahan yang diarahkan pada pemenuhan lingkungan perumahan yang sehat.

c) Pengembangan penanganan persampahan berbasis masyarakat.

d) Pembangunan infrastruktur keciptakaryaan yang mendorong pemanfaatan dan pengendalian tata ruang wilayah yang optimal dan berkelanjutan.

e) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perhubungan beserta perlengkapan pendukung guna mewujudkan ketertiban, kelancaran dan keselamatan lalulintas.

f) Pengembangan sistem pembangunan penataan ruang yang diarahkan pada pembangunan wilayah yang terpadu, efisien serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan.

g) Peningkatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah strategis dan cepat tumbuh sehingga dapat mengembangkan wilayah disekitarnya yang masih tertinggal.

h) Peningkatan kualitas dan efektifitas serta penegakan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian di bidang penataan ruang.

5. Mewujudkan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha guna mendorong daya saing daerah.

Yang ditandai dengan:

a) Pengembangan investasi yang diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah menjamin kepastian berusaha serta pemenuhan sarana prasarana yang mendukung investasi.

b) Penguatan basis industri yang mempunyai daya saing melalui pendekatan klaster sehingga menumbuhkan keseimbangan peran dan pelaku industri dengan umkm.

c) Peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha guna mendorong adanya kepastian, perlindungan dan pembinaan usaha perkoperasian.

d) Peningkatan kerja sama antar pelaku usaha berlandaskan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing dan mandiri.

e) Peningkatan ketrampilan tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan tehnis sesuai dengan tuntutan pasar kerja.

f) Pengembangan kelembagaan ekonomi melalui penciptaan regulasi dan perijinan yang efisien dan efektif dalam melaksanakan iklim persaingan usaha secara sehat.

6. Mewujudkan pengembangan pariwisata yang berbasis budaya lokal. Yang ditandai dengan:

(30)

5- 30 b) Peningkatan potensi obyek wisata yang dikelola dan dilestarikan secara proporsional yang diarahkan untuk pengembangan kuantitas obyek wisata dan didukung dengan pengeloaan yang profesional.

c) Peningkatan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat lokal di bidang pariwisata untuk memperluas kesempatan kerja guna mendorong kegiatan ekonomi daerah.

d) Peningkatan karakter masyarakat yang berbudaya berdasarkan pada kearifan lokal dan jati diri melalui pengembangan mekanisme masyarakat sesuai dengan martabat kemanusiaan.

e) Pengembangan budaya inovatif berorientasi iptek dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dalam rangka pengembangan tradisi.

5.3 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) 5.3.1 VISI, MISI RPJM KABUPATEN PATI TAHUN 2012- 2017

Dalam rangka pengintegrasian perencanaan pembangunan, penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Pati Tahun 2012- 2017 mengacu pada RPJP Daerah Kabupaten Pati Tahun 2005-2025, arah pembangunan RPJM Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 dan RPJM Nasional Tahun 2010-2014. Visi pembangunan daerah tahun 2012-2017 adalah :

” Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat dan Pelayanan Publik ”

Dalam visi tersebut di atas terdapat empat gagasan pokok dan yang menjiwai seluruh gerak dan proses pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Pati yaitu :

1. Meningkatnya: Upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk menambah atau menaikkan dari kondisi yang telah ada dari segi kuantitas maupun kualitas.

2. Kesejahteraan : Diartikan sebagai kondisi masyarakat Kabupaten Pati yang terpenuhi kebutuhan ekonomi( materiil), sosial maupun spiritual dengan ditandai adanya peningkatan pendapatan, menurunnya tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin, meningkatnya kualitas sumberdaya manusia dan indeks pembangunan manusia, meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan sosial tersedianya infrastruktur yang memadai serta meningkatnya preofesionalisme aparatur yang mampu mendukung pembangunan daerah.

3. Masyarakat: Seluruh masyarakat Kabupaten Pati.

4. Pelayanan Publik : Memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh hak dan kewajibannya.

Pencapaian visi ” Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat dan Pelayanan Publik ” ditempuh melalui 7 (tujuh) misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan akhlak, budi pekerti sesuai budaya dan kearifan lokal.

2. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang efisien, efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan publik.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelayanan pendidikan dan kesehatan.

4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah berbasis pada potensi unggulan pertanian dan industri.

(31)

5- 31 6. Meningkatkan pemberdayaan pengusaha dan membuka peluang investasi.

7. Menciptakan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.

5.3.2 ARAH PEMBANGUNAN RPJM KABUPATEN PATI TAHUN 2012- 2017 a) Strategi

Strategi untuk mencapai Tujuan 1 (Meningkatkan karakter masyarakat yang berperilaku, berakhlak mulia, berbudi luhur dan berbudaya yang didukung kearifan lokal) yaitu:

1) Pendayagunaan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Pemuda. 2) Pengimplementasian materi pendidikan karakter dan budi pekerti ke dalam

mata pelajaran di sekolah dasar dan menengah.

3) Pendayagunaan pemuda dan meningkatkan prestasi olah raga.

4) Pembinaan dan fasilitasi pengembangan seni budaya dan pariwisata daerah. 5) Pembinaan kegotongroyongan masyarakat dalam kegiatan sosial.

Strategi untuk mencapai Tujuan 2 (Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pelayanan prima sesuai kebutuhan dengan prinsip good governance) yaitu:

1) Pengembangan manajemen sumber daya aparatur yang berbasis kompetensi 2) Peningkatan kinerja aparatur melalui pendidikan dan pelatihan dan

penegakan disiplin

3) Pengembangan sistem kepegawaian dan karier berdasarkan prestasi kerja, kemampuan profesional dan keahlian (skill) yang dimiliki.

4) Pengembangan pelaksanaan demokratisasi warga negara.

5) Penerapan tata kelola administrasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik.

6) Peningkatan efektivitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah. 7) Pengembangan sistem dan mekanisme penganggaran berbasis kinerja untuk

menunjang akuntabilitas dan responsibilitas.

8) Peningkatan peran, kemampuan aparatur dalam optimalisasi sumber penerimaan daerah, pengelolaan pajak, retribusi dan aset daerah.

9) Peningkatan pelayanan publik yang mudah, cepat, responsif dan akuntable. 10) Peningkatan fungsi regulasi dan fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan

desa.

11) Penguatan kelembagaan penanggulangan bencana daerah.

Strategi untuk mencapai Tujuan 3 (Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan secara merata) yaitu:

1) Peningkatan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan 2) Pengembangan manajemen pendidikan berbasis kompetensi

3) Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan. 4) Peningkatan mutu pendidikan dan manajemen sekolah. 5) Peningkatan pengelolaan perpustakaan.

(32)

5- 32 1) Peningkatan pelayanan Posyandu dalam upaya peningkatan kesehatan ibu

dan anak.

2) Peningkatan rehabilitasi sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. 3) Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.

4) Peningkatan pemenuhan kebutuhan tenaga medis dan paramedis secara bertahap.

5) Peningkatan kualifikasi tenaga medis dan paramedis.

6) Peningkatan budaya hidup sehat melalui sekolah, organisasi pemuda dan organisasi masyarakat.

Strategi untuk mencapai Tujuan 5 (Meningkatkan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan anak.) yaitu:

1) Pewujudan kesetaraan gender melalui penguatan kelembagaan pemberdayaan dan perlindungan perempuan dan anak.

2) Peningkatan perlindungan perempuan dan anak secara luas termasuk korban kekerasan.

Strategi untuk mencapai Tujuan 6 (Meningkatkan fasilitasi dan penguatan kelembagaan koperasi, LKM dan UMKM untuk mendorong daya saing daerah ) yaitu:

1) Peningkatan kelembagaan usaha perkoperasian, LKM dan UMKM.

2) Peningkatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing daerah.

Strategi untuk mencapai Tujuan 7 (Meningkatkan pemanfaatan potensi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan daerah) yaitu:

1) Peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi inovasi berbasis pertanian.

2) Peningkatan peran, kemampuan dan keterampilan petani dan nelayan dalam mengelola usaha tani.

3) Penerapan teknologi dalam bidang usaha pertanian dan pengolahan hasil pertanian.

Strategi untuk mencapai Tujuan 8 (Meningkatkan pemanfaatan potensi, energi dan sumber daya mineral secara lestari) yaitu:

1) Peningkatan pengelolaan energi dan sumber daya mineral.

Strategi untuk mencapai Tujuan 9 (Meningkatkan ketersediaan infrastruktur wilayah yang berkualitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah.) yaitu:

1) Percepatan Pembangunan Rehabilitasi jalan, jembatan kabupaten dan jalan poros desa serta sarana penunjang lainnya.

2) Pembangunan sarana air bersih dan sanitasi.

3) Pengembangan dan pengelolaan sungai, jaringan irigasi dan konservasi sumber daya air.

(33)

5- 33 5) Penyelenggaraan penataan ruang.

Strategi untuk mencapai Tujuan 10 (Meningkatkan peran pengusaha/investor dengan pemerintah dalam kerjasama investasi) yaitu:

1) Penciptaan iklim investasi yang kondusif. 2) Peningkatan promosi investasi

Strategi untuk mencapai Tujuan 11 (Optimalnya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup .) yaitu:

1) Pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam.

2) Penanggulangan kerusakan lingkungan, pengawasan dan penegakan hukum lingkungan

Strategi untuk mencapai Tujuan 12 (Meningkatkan kreatifitas, ketrampilan, kewirausahaan pemuda, perlindungan sosial, tenaga kerja dan lembaga ketenagakerjaan serta penanggulangan kemiskinan.) yaitu:

1) Peningkatan kualitas kursus dan pelatihan keterampilan.

2) Peningkatan sarana informasi bursa kerja dan pemanfaatan peluang kerja. 3) Peningkatan pelayanan dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PMKS

dan PSKS.

4) Peningkatan perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

5) Peningkatan kapasitas dan pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha.

6) Pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan dan perkotaan. 7) Peningkatan perlindungan tenaga kerja.

8) Peningkatan pemberdayaan lembaga ketenagakerjaan.

b) Arah Kebijakan

Arah kebijakan untuk mencapai Tujuan 1 (Meningkatkan karakter masyarakat yang berperilaku, berakhlak mulia, berbudi luhur dan berbudaya yang didukung kearifan lokal) yaitu:

1) Meningkatkan peran Tokoh Agama (Toga), Tokoh Masyarakat(Toma), Tokoh Pemuda dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah.

2) Mengembangkan muatan lokal pendidikan karakter budi pekerti dalam pendidikan dasar dan menengah.

3) Memberdayakan pemuda dan olah raga. 4) Memberdayakan seni dan budaya daerah

5) Mengembangkan pariwisata daerah dan ekonomi kreatif masyarakat lokal. 6) Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan sosial

7) Memberikan Bantuan sosial santunan kematian

Arah kebijakan untuk mencapai Tujuan 2 (Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pelayanan prima sesuai kebutuhan dengan prinsip good governance) yaitu:

(34)

5- 34 2) Menerapkan sistem pengawasan internal pemerintah.

3) Melaksanakan diklat struktural dan fungsional aparatur.

4) Menegakkan peraturan kepegawaian dan peningkatan pendidikan lanjut bagi aparatur.

5) Menyusun sistem kepegawaian dan pengembangan karier aparatur. 6) Meningkatkan pelaksanaan kewajiban dan hak kewarganegaraan.

7) Meningkatkan tata kelola administrasi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

8) Meningkatkan akses informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. 9) Meningkatkan pelayanan adminitrasi pertanahan sesuai dengan tata ruang. 10) Menerapkan sistem pengawasan internal dan eksternal pemerintah. 11) Menerapkan sistem perencanaan dan penganggaraan berbasis kebutuhan. 12) Melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan dokumen

perencanaan.

13) Menerapkan regulasi dan meningkatkan kemampuan aparatur dalam pengelolaan sumber pendapatan daerah.

14) Mengembangkan potensi sumber pendapatan daerah. 15) Menata dan mengelola aset daerah.

16) Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan publik.

17) Meningkatkan anggaran yang berpihak pada pelayanan publik

18) Mengoptimalkan standar pelayanan minimal untuk mendukung pelayanan publik.

19) Meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan.

20) Meningkatkan fungsi aparatur pemerintahan dan kelembagaan desa. 21) Meningkatkan fungsi aparatur pemerintahan dan kelembagaan desa.

22) Membina desa dan kelurahan dalam peningkatan tertib administrasi pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

23) Membentuk badan penanggulangan bencana daerah. 24) Mengoptimalkan penanganan bencana alam

Arah kebijakan untuk mencapai Tujuan 3 (Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan secara merata) yaitu :

1) Melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi sarana pendidikan dan sarana penunjang lainnya.

2) Meningkatkan relevansi pendidikan dengan jenjang pendidikan, kebutuhan dunia usaha dan industri.

3) Menstandarisasikan biaya pendidikan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan berkualitas dan terjangkau.

4) Memberikan beasiswa bagi siswa miskin, anak yatim berprestasi dan siswa berprestasi.

5) Meningkatkan pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik secara bertahap. 6) Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi serta kesejahteraan guru negeri dan

swasta.

7) Meningkatkan kualifikasi tenaga pendidik dan sarana prasarana pendidikan serta bantuan studi lanjut.

(35)

5- 35 9) Meningkatkan manajemen berbasis sekolah.

10) Meningkatkan minat baca masyarakat.

Arah kebijakan untuk mencapai Tujuan 4 (Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan yang berkualitas) yaitu:

1) Menyediakan sarana dan prasarana posyandu, keluarga berencana yang memadai.

2) Membina dan meningkatkan ketrampilan, kesejahteraan kader posyandu. 3) Meningkatkan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) dan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensip (PONEK).

4) Mengoptimalisasikan penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

5) Meningkatkan peran desa siaga dan kelurahan guna mempercepat pelayanan. 6) Membangun sarana dan prasarana pelayanan kesehatan puskesmas rawat

inap

7) Menata manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

8) Memfasilitasi Jamkesmas dan Jampersal serta penyediaan Jamkesda bagi masyarakat.

9) Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat. 10) Memberikan pelayanan kesehatan Puskesmas gratis. 11) Mengoptimalisasikan tenaga medis dan paramedis.

12) Menambah kuantitas tenaga kesehatan, ahli gizi dan kesehatan lingkungan di Puskesmas.

13) Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan bagi tenaga kesehatan. 14) Meningkatkan kuantitas tenaga dokter spesialis.

15) Meningkatkan sarpras usaha kesehatan sekolah (UKS). 16) Meningkatkan penyediaan sanitasi pemukiman. 17) Membangun sanitasi lingkungan masyarakat

18) Meningkatkan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

19) Mensubsidi yodium dan bantuan peralatan bagi produsen garam untuk menjamin perlindungan konsumen.

Arah kebijakan untuk mencapai Tujuan 5 .(Meningkatkan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan anak) yaitu:

1) Meningkatkan pelaksanaan kebijakan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).

2) Meningkatkan kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan perlindungan anak.

3) Memberikan perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak. 4) Memberikan perlindungan perempuan dan anak terhadap tindak kekerasan.

Arah kebijakan untuk mencapai Tujuan 6 (Meningkatkan fasilitasi dan penguatan kelembagaan koperasi, LKM dan UMKM untuk mendorong daya saing daerah) yaitu: 1) Menguatkan lembaga koperasi dan UMKM melalui pengembangan kemitraan

sesuai dengan regulasi yang ada.

Gambar

Tabel V.1.Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang
Tabel V.3.Rencana Struktur Kawasan Perkotaan di Wilayah Kabupaten Pati
Tabel V.4.Rencana Sistem Perwilayahan Kabupaten Pati
Tabel V.7.Rencana Program Investasi Jangka Panjang Tahun 2010 – 2024
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menanggapi masalah kemiskinan di Kota Pekalongan, P2KP Kota Pekalongan berusaha mensinergiskan peran antara pemerintah dan masyarakat sebagai objek maupun subjek

Hal ini juga telah dibuktikan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada BOPO antara Bank Umum

Untuk mengetahui pengaruh penurunan luas tutupan lahan bervegtasi dalam menyerap emisi karbon dioksida sepuluh tahun kebelakang di Kota Pontianak, perlu dilakukan

Pada saat di a saat di IIGD pasi GD pasien masih belu en masih belum sadarkan di m sadarkan diri dan did ri dan didapatkan tekanan darah apatkan tekanan darah yan yang g tinggi

Untuk menentukan Prioritas SubKriteria dilakukan dengan cara yang sama seperti menentukan Prioritas Kriteria perbedaannya untuk menentukan Prioritas SubKriteria

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Akademi Sekretaris Widya Mandala Surabaya yang berusia antara 18 sampai dengan 21 tahun dan yang pernah melihat

Para ibu beketja yang termotivasi untuk menyusui bayinya diduga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI, sedangkan para ibu bekerja yang tidak tennotivasi

Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot dari faktor-faktor penyebab kegagalan dari pipa penyalur, sedangkan indeks model digunakan untuk melakukan pemeringkatan