• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - SINGAPURA PERIODE : JANUARI SEPTEMBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Singapura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - SINGAPURA PERIODE : JANUARI SEPTEMBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Singapura"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - SINGAPURA PERIODE : JANUARI – SEPTEMBER 2015

A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Singapura

1. Total perdagangan Singapura dengan Dunia bulan September 2015 sebesar S$ 74,89 miliar, naik sebesar 4,46% dibanding bulan Agustus 2015 yang tercatat sebesar S$ 71,69 miliar. Sementara itu, total perdagangan Singapura pada periode Januari-September 2015 mencapai S$ 670,64 miliar, turun 9,92% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar S$ 744,51 miliar.

2. Total ekspor Singapura pada bulan September 2015 adalah S$ 40,38 miliar, naik 5,78% dibandingkan Agustus 2015, yang mencapai S$ 38,17 miliar. Sementara itu, ekspor Singapura pada periode Januari-September 2015 adalah S$ 363,24 miliar, turun 7,38% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014. Total impor Singapura pada bulan September 2015 adalah S$ 34,51 miliar, atau naik sebesar 2,94% apabila dibandingkan dengan bulan Agustus tahun 2015. Sementara itu, impor Singapura untuk periode Januari-September 2015 mencapai S$ 307,39 miliar, turun sebesar 12,75% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014.

3. Neraca perdagangan Singapura pada bulan September 2015 mencatat surplus S$ 5,87 miliar, atau naik sebesar 26,51% dibanding bulan Agustus tahun 2015, dan pada periode Januari-September 2015 mencatat surplus sebesar S$ 55,85 miliar, atau meningkat sebesar 40,15%.

4. Pada bulan September 2015 ekspor Singapura terbesar ditujukan ke China dengan nilai sebesar S$ 5,68 miliar, atau sebesar 14,07% dari total ekspor Singapura ke Dunia. Secara berurutan, negara tujuan ekspor Singapura adalah Hongkong S$ 4,61 miliar, (pangsanya sebesar 11,42%); Malaysia S$ 4,18 miliar, (pangsanya sebesar 10,35%); Indonesia S$ 3,23 miliar, (pangsanya sebesar 8,00%), dan Amerika Serikat S$ 2,78 miliar, (pangsanya sebesar 6,88%). Untuk ke-5 negara utama tujuan ekspor Singapura, hanya ke Malaysia dan Indonesia yang mengalami penurunan. Dimana, ekspor ke Malaysia mengalami penurunan terbesar dibanding bulan Agustus 2015.

5. Negara asal impor Singapura terbesar bulan September 2015 adalah China, yang nilainya mencapai S$ 5,01 miliar, atau 14,52% dari total impor Singapura dari Dunia.

(2)

Negara asal terbesar kedua, adalah Amerika Serikat dengan nilai impor S$ 4,09 miliar, atau 11,85% dari total impor Singapura dari Dunia. Impor dari Malaysia sebesar S$ 3,83 miliar, atau 11,10% dari total impor Singapura dari Dunia; Taiwan sebesar S$ 2,96 miliar, atau 8,58% dari total impor Singapura dari Dunia, serta Korea Selatan S$ 2,55 miliar, atau 7,39% dari total impor Singapura dari Dunia. Impor Singapura bulan September 2015 dari 4 pemasok utama mengalami peningkatan, sedangkan dari Malaysia mengalami penurunan.

B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Singapura

1. Total perdagangan Indonesia dengan Singapura pada bulan September 2015 sebesar S$ 4,92 miliar, turun sebesar 2,55% dibanding bulan Agustus 2015, yang tercatat S$ 5,05 miliar. Untuk periode Januari - September 2015 sebesar S$ 45,55 miliar, turun 17,48% dibanding periode yang sama tahun 2014, yang tercatat S$ 55,19 miliar.

2. Neraca perdagangan Indonesia-Singapura periode Januari-September 2015 tercatat defisit bagi Indonesia sebesar S$ 15,50 miliar, turun 16,08% dibanding defisit pada periode yang sama tahun 2014. Defisit neraca perdagangan, disebabkan impor Indonesia dari Singapura mencapai S$ 30,52 miliar, sedangkan ekspor Indonesia ke Singapura hanya sebesar S$ 15,02 miliar. Pada bulan September 2015, Indonesia merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-4 bagi Singapura, dengan pangsa 8,00%, juga merupakan negara asal impor terbesar ke-7 dengan pangsa 4,90%.

C. Lain-lain

1. Perkembangan ekonomi Singapura kuartal ketiga tahun 2015.

Berdasarkan perkiraan awal, perekonomian Singapura meningkat sebesar 1,4% y-o-y di kuartal ketiga tahun 2015, namun turun dibandingkan peningkatan sebesar 2% pada kuartal sebelumnya. Berdasarkan q-o-q sa, perekonomian meningkat sebesar 0,1%, terbalik dengan penurunan sebesar 2,5% pada kuartal sebelumnya . Peningkatan ini, terutama disebabkan meningkatnya sektor industri yang berproduksi dan sektor konstruksi.

Sektor konstruksi meningkat 1,6% berdasarkan y-o-y pada kuartal ketiga tahun 2015, namun turun dibandingkan peningkatan sebesar 2,0% yang tercatat di kuartal kedua.

(3)

Penurunan tersebut disebabkan melemahnya aktifitas pada sektor konstruksi swasta. Berdasarkan q-o-q tahunan, sektor tersebut menurun sebesar 0,8%, terbalik dengan kenaikan sebesar 12,4% pada kuartal sebelumnya.

Peningkatan pada sektor industri yang berproduksi sebesar 3% berdasarkan y-o-y di kuartal ketiga, lebih rendah dibandingkan peningkatan sebesar 3,6% pada kuartal kedua. Penurunan tersebut disebabkan melemahnya sektor jasa pada perdagangan grosir dan eceran, serta sektor finansial & asuransi. Berdasarkan q-o-q, sektor industri produksi jasa meningkat rata-rata 0,8% setiap tahunnya, yang merupakan peningkatan dari kenaikan sebesar 0,2% di kuartal sebelumnya.

Pada sektor manufaktur tercatat penurunan sebesar 6,0% y-o-y di kuartal ketiga tahun 2015, sebagai kelanjutan dari penurunan sebesar 4,9% di kuartal kedua. Penurunan tersebut disebabkan turunnya produksi elektronik, manufaktur biomedical dan kluster tehnik transportasi. Berdasarkan q-o-q, sektor tersebut mengalami penurunan rata-rata 3,6% setiap tahunnya, sejalan dengan penurunan sebesar 17,4% pada kuartal sebelumya.

Sementara itu, harga konsumen di Singapura bulan September 2015 turun 6,0% y-o-y dari penurunan sebesar 0,8% di bulan Agustus 2015, dan di atas konsensus pasar. Penurunan ini, disebabkan penurunan harga perumahan & utilities serta transportasi, di saat harga makanan mengalami penurunan.

Y-o-y, harga-harga yang menurun adalah: perumahan & utilities (-3,6% di bulan September dan Agustus, disebabkan penurunan bahan bakar dan utilities sebesar 8,5% dan penurunan sebesar 2,9% pada akomodasi); dan perabotan rumah tangga dan jasa (-1,5% dari -2,2%, terutama disebabkan penurunan 2,7% pada jasa & suplai rumah tangga; biaya transport turun (-2,2% dari -2,3%, dikarenakan penurunan 3,2% dalam transportasi darat pribadi dan 3,4% turun dalam travel dan transportasi lainnya; Kenaikan harga oleh tekanan dari pakaian dan sepatu (+2,3% dari -0,9% ); kesehatan (+0,7% dari -0,5%, dikarenakan kenaikan ke 0,8% pada produk medis, peralatan dan perlengkapan serta kenaikan 0,7% pada perawatan dental). Biaya juga naik untuk rekreasi dan kebudayaan (+0,7% dari +0,4%, disebabkan oleh kenaikan 0,3% di rekreasi dan hiburan, dan kenaikan 2,1% pada surat kabar, buku dan alat tulis serta kenaikan 0,9% pada biaya liburan); pendidikan (+3,5% dari +3,7%) dan berbagai macam barang dan servis ( +0,1% dari -0,4%, disebabkan kenaikan 0,2% pada perawatan pribadi, juga kenaikan 0,2% pada minuman alkohol dan tembakau serta pertumbuhan 0,6% pada pengeluaran lainnya).

(4)

Harga makanan turun ke 1,8% di bulan September dari 1,9% di bulan Agustus. Diantara makanan, biaya makanan diluar jasa servis makanan meningkat 0,7%, sejalan kenaikan 0,8% pada bulan Agustus. Sementara, jasa servis makanan naik 2,4%, yang sama dengan peningkatan di bulan Agustus.

Berbanding terbalik, harga turun untuk minyak dan lemak. Diantara jasa layanan makanan, adapun harga makanan katering turun 0,2% , namun harga untuk komponen lainnya naik; makanan restaurant (+4,0%), makanan cepat saji (+1,4%) dan makanan hawker termasuk makanan food courts (+1,6 %). Dalam basis m-o-m, harga konsumen bulan September, naik 0,1% seperti bulan sebelumnya. Kenaikan harga cukup tinggi untuk baju dan sepatu (+0,9%). Pendidikan (+0,7%); barang-barang & jasa rumah tangga (+0,5%); makanan (+0,1%); kesehatan (+0,1%). Berbanding terbalik, biaya turun untuk perumahan dan utilitas (-0,3%), transportasi (-0,1%) serta barang dan jasa lainnya (-0,2%).

2. Isu penggunaan Label Palm Oil pada semua produk yang menggunakan bahan baku Palm Oil di pasar Singapura .

Pada akhir Oktober 2015, surat kabar straits times mengangkat isu penggunaan label palm oil pada setiap produk yang mengandung palm oil yang dijual di Singapura. Hal ini terkait adanya tudingan bahwa polusi asap yang terjadi di Singapura, disebabkan titik api dalam membuka lahan baru yang dilakukan tidak hanya oleh perusahaan kertas tetapi juga perusahaan palm oil.

Beberapa waktu yang lalu, salah satu perusaahaan penghasil tissue dan kertas telah dicabut sertifikat green labelnya oleh Singapore Environmental Council (SEC). Sehingga, beberapa retail di Singapura menghentikan sementara penjualan tissue dan kertas, yang berasal dari Indonesia.

Belum juga selesai kasus yang menimpa produk kertas dan tissue Indonesia, namun sudah ada wacana untuk memberlakukan labelling pada produk yang menggunakan bahan baku palm oil pada semua produk yang mengadung palm oil. Seperti makanan, pasta gigi, dan kosmetika serta semua produk turunan dari palm oil.

Isu labelling palm oil merupakan isu lama yang masih menjadi perdebatan baik kalangan akademisi maupun pakar kesehatan, terkait dengan zat yang terkandung dalam palm oil. Beberapa menyatakan bahwa palm oil sangat berbahaya bagi kesehatan, namun ada yang menyatakan bahwa palm oil sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Jika hal ini jadi diterapkan, maka sangat memukul produk yang menggunakan bahan baku palm oil. Singapura, China dan India serta beberapa negara

(5)

lainnya, merupakan negara yang tidak mewajibkan pencantuman labelling palm oil pada produk yang dijual di pasar dalam negerinya. Namun, dengan adanya polusi asap di Singapura dan dikaitkan dengan sustainability untuk palm oil terlihat berlebihan serta tidak beralasan.

Banyak perusahaan Indonesia yang sudah memiliki sertifiikasi sustainability dari lembaga international, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan Indonesia sudah menerapkan good governance pada kegiatan sehari-hari dalam menghasilkan produk palm oil yang sustainable.

Selain itu wacana untuk menerapkan labelling palm oil akan menambah biaya dan beban importir untuk mengganti setiap label dari produk yang dijual, mengingat hampir 90% produk makanan Singapura diperoleh dengan mengimpor dari negara mitra dagang, sehingga dapat menggangu perputaran ekonomi Singapura. Semoga isu labelling ini, cuma akumulasi sesaat dari kekesalan warga Singapura yang hampir 2 bulan terkena polusi asap, yang dihasilkan dari hutan Indonesia. Sehingga, wacana ini tidak menjadi kenyataan. (bth)

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis kromatografi seperti HPLC diketahui memiliki sensitifitas yang sangat baik karena dapat menentukan kadar nitrit sampai pada konsentrasi sangat

Kandungan logam berat dalam kadar yang berlebih dalam kosmetik baik yang ditambahkan dengan sengaja ataupun tidak sengaja sangat tidak dibenarkan karena logam

mencari krim pemutih wajah yang harganya murah serta cepat memutihkan wajah tanpa memikirkan keamanan produk yang digunakan .Karena tingginya permintaan pasar seperti itu

Penyelesaian masalah tindak pidana dengan penerapan keadilan restoratif oleh Bhabinkamtibmas, di tengah-tengah keterbatasan aturan hukum yang menjadi dasar hukumnya,

Pendekatan lean six sigma yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini menghasilkan prioritas perbaikan kualitas batik Lumajang sebagai ikon daerah

polyalkenoic acid akan masuk kedalam glass yang mengakibatkan dekomposisi dari partikel glass dan melepaskan ion metal, flouride dan asam silika.  Dengan meningkatnya pH

Pada proses ini menggabungkan nilai weight hasil dari proses indexing dengan nilai kedekatan makna, baik dari semantic relatedness ataupun dari semantic term to term