• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEADILAN KOMPENSASI, PELATIHAN KARYAWAN DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEADILAN KOMPENSASI, PELATIHAN KARYAWAN DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh:

Paschalis Bagus Wisnu Raditya NIM: 052214079

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,

Tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah

dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur

(Filipi 4: 6)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Engkau aku merasa aman,

Bunda Maria yang kuatkan aku dalam kesulitan-kesulitanku,

kekhawatiranku, kesedihanku, keputusasaanku, dan di saat aku

ingat akan masa depanku,

Santo Paskhalis pelindungku yang mengantarkanku

lebih dekat dengan Yesus Kristus,

Bapak dan Ibu tercinta yang dalam setiap helaan nafas dan untaian

indah doanya, namaku selalu hadir...

Adikku-adikku terkasih yang selalu

memberikan aku semangat…

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul :

PENGARUH KEADILAN KOMPENSASI, PELATIHAN KARYAWAN DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK

TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN Studi Kasus pada Tenaga Paramedis Rumah Sakit Daerah

Panembahan Senopati Kabupaten Bantul

Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 26 Agustus 2009 adalah hasil karya saya.

Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.

Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut maka saya bersedia menerima sanksi yaitu skripsi ini digugurkan, izasah dikembalikan kepada pimpinan Universitas Sanata Dharma dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan serta bila diperlukan bersedia diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).

Yogyakarta, 9 September 2009 Yang membuat pernyataan

(6)

vi

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Paschalis Bagus Wisnu Raditya Nomor Mahasiswa : 052214079

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH KEADILAN KOMPENSASI, PELATIHAN KERJA

KARYAWAN, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK

TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi Kasus pada Tenaga Paramedis Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul).

Bersama perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Agustus 2009

Yang menyatakan,

(7)

vii

Puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan kepada Allah Bapa atas

karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Pengaruh Keadilan Kompensasi, Pelatihan Karyawan, dan Kondisi

Lingkungan Kerja Fisik terhadap Prestasi Kerja Karyawan: Studi Kasus pada

Tenaga Paramedis Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul

dengan baik. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt.,QIA., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

4. Ibu Dra. Y. Rini Hardanti, M.Si., selaku dosen pembimbing II, yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih

baik.

5. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa,

(8)

viii

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi

bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 9 September 2009

Penulis

(9)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN DAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

(10)

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 10

a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ... 10

b. Tugas-tugas Manajemen Sumber Daya Manusia ... 15

2. Keadilan Kompensasi... 17

a. Pengertian Keadilan Kompensasi ... 17

b. Tujuan Pemberian Kompensasi……… 20

c. Asas dan Sistem Kompetensi ... 23

d. Aspek-aspek Keadilan Kompensasi ... 26

3. Pelatihan Kerja Karyawan... 28

a. Pengertian Pelatihan Kerja Karyawan ... 28

b. Manfaat dan Tujuan Pelatihan Kerja Karyawan ... 29

c. Efektivitas Pelatihan Kerja Karyawan ... 31

4. Kondisi Lingkungan Kerja Fisik ... 32

a. Pengertian Kondisi Lingkungan Kerja Fisik ... 32

b. Indikator-indikator Kondisi Lingkungan Kerja Fisik ... 33

5. Prestasi Kerja Karyawan ... 34

a. Pengertian Prestasi Kerja Karyawan ... 34

(11)

xi

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 41

D. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 44

1. Subjek Penelitian ... 44

2. Objek Penelitian ... 44

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 45

D. Variabel Penelitian ... 45

1. Identifikasi Variabel ... 45

2. Definisi Operasional Variabel ... 46

3. Pengukuran Variabel Penelitian ... 48

E. Populasi dan Sampel ... 49

1. Populasi Penelitian ... 49

2. Sampel Penelitian ... 49

F. Teknik Pengambilan Sampel... 49

G. Sumber Data ... 50

H. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Angket ... 50

2. Dokumentasi ... 50

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 50

(12)

xii

1. Uji Validitas Isi ... 54

2. Uji Reliabilitas Kuesioner ... 56

K. Teknik Analisis Data ... 57

1. Asumsi Klasik ... 57

2. Analisis Regresi Berganda ... 61

3. Uji Hipotesis... 62

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 65

A. Sejarah Perusahaan... 65

B. Visi dan Misi ... 68

C. Jenis Pelayanan RSD Panembahan Senopati Bantul ... 69

D. Sumber Daya Manusia ... 72

E. Susunan Organisasi ... 73

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Analisis Deskriptif ... 81

1. Umur Responden ... 81

2. Jenis Kelamin ... 82

3. Status Responden ... 82

4. Tingkat Pendidikan Responden ... 82

5. Lama Bekerja Responden Penelitian ... 83

B. Analisis Data ... 83

1. Analisis Regresi Berganda ... 83

(13)

xiii

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 98

C. Keterbatasan Penelitian ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 Uji Validitas Variabel Keadilan Kompensasi (X1) ... 56

Tabel III.2 Uji Validitas Variabel Pelatihan Karyawan (X2) ... 57

Tabel III.3 Uji Validitas Variabel Kondisi Lingkungan Kerja Fisik (X3) ... 57

Tabel III.4 Uji Validitas Variabel Prestasi Kerja Karyawan ... 58

Tabel V.1 Usia Responden Penelitian ... 81

Tabel V.2 Jenis Kelamin Responden Penelitian ... 82

Tabel V.3 Status Responden Penelitian ... 82

Tabel V.4 Tingkat Pendidikan Responden ... 83

Tabel V.5 Lama Bekerja Responden Penelitian... 84

Tabel V.6 Hasil Uji Regresi ... 85

Tabel V.7 Tabel Durbin Watson Test... 86

Tabel V.8 Hasil Uji Durbin-Waston Test ... 87

Tabel V.9 Hasil Pengujian Multikoliniearitas ... 88

Tabel V.10 Hasil Pengujian Nilai Variance Inflation Factor (VIF) ... 88

Tabel V.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 89

Tabel V.12 Hasil Uji Normalitas... 90

Tabel V.13 Hasil Uji Simultan Variabel Keadilan Kompensasi, Pelatihan Karyawan, dan Kondisi Lingkungan Kerja Fisik terhadap Prestasi Kerja Karyawan ... 91

Tabel V.14 Pengujian Variabel Penelitian dan Nilai R Square... 92

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar II.1 Determinasi Kepuasan Kerja ... 27

Gambar II.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... 41

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer Judul Halaman Lampiran

Lampiran 1 Kuesioner ... 105

Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian ... 110

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 114

Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian ... 119

Lampiran 5 Hasil Uji Asumsi ... 128

Lampiran 6 Deskripsi Data ... 136

Lampiran 7 Uji Regresi ... 140

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian ... 144

(17)

xvii ABSTRAK

PENGARUH KEADILAN KOMPENSASI, PELATIHAN KARYAWAN DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP PRESTASI

KERJA KARYAWAN

Studi Kasus pada Tenaga Paramedis Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul

Paschalis Bagus Wisnu Raditya Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh secara simultan keadilan kompensasi, pelatihan karyawan, dan kondisi lingkungan kerja fisik terhadap prestasi kerja karyawan, dan (2) pengaruh secara parsial keadilan kompensasi, pelatihan karyawan, dan kondisi lingkungan kerja fisik terhadap prestasi kerja karyawan. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret 2009 di Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner dan dokumentasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan paramedis RSD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang responden, dan pengambilannya dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

(18)

xviii

THE INFLUENCE OF COMPENSATION JUSTICE, EMPLOYEE TRAINING

AND THE CONDITION OF PHYSICAL WORK ENVIRONMENT ON

THE EMPLOYEE’S ACHIVEMENT

Case Study on Paramedic Staff of Panembahan Senopati Goverment Hospital in Bantul Regent

Paschalis Bagus Wisnu Raditya Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2009

This research objectives are to identify : (1) the simultaneous influence of compensation justice, employee training and the condition of physical work environment, and (2) the partial influence of compensation justice, employee training, and the condition of physical work environtment, concerning to the

employee’s achivement. This research has been done in March 2009 in

Panembahan Senopati Goverment Hospital in Bantul Regent. The data were collected using questionnaire and documentation techniques. The population of this research is the entire of paramedic staffs in Panembahan Senopati Goverment Hospital in Bantul Regent. One hundred respondents were taken as research sample, using purposive sampling technique. The data analysis technique used was multiple linear regression analysis.

The research’s result showed that compensation justice (X1), employee

training (X2) and the condition of physical work environment (X3) simultaniously had a positive and significant influence on the employee’s achivement (Y). The result of this research showed that only one variable that had a positive and

significant influence on the employee’s achivement, (Y), namely the employee

(19)

1 A. Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan dapat berdiri dan sanggup mempertahankan

kelangsungan hidupnya bila ada dukungan dari berbagai sumber daya yang

dimilikinya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan terdiri dari sumber daya

modal, sumber daya fisik, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi. Dari

beberapa sumber daya yang dimiliki perusahaan, sumber daya manusia

merupakan sumber daya yang terpenting. Sumber daya manusia merupakan

elemen yang harus ada di dalam perusahaan sebagai orang yang menjalankan

berbagai kegiatan dan proses perusahaan. Manajemen sumber daya manusia

ditujukan untuk meningkatkan kontribusi pekerja guna mencapai tujuan

organisasi.

Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan publik yang menyediakan

jasa di bidang pelayanan kesehatan. Untuk menunjang pelayanan tersebut,

keberadaan sumber daya manusia seperti tenaga medis dan nonmedis sangat

dibutuhkan. Menurut Karniasih (dalam Widyastuti dan Waridin, 2006:121)

rumah sakit sebagai organisasi publik tidak saja menghadapi masalah

manajemen, melainkan juga masalah yang lebih mendasar berkaitan dengan

aspek filosofi yaitu rumah sakit sebagai institusi sosial yang nirlaba (nonprofit)

atau profit making.

Sebagai sebuah organisasi, rumah sakit juga mempunyai suatu tantangan.

(20)

kemampuannya untuk meningkatkan pelayanan dengan sumberdaya yang

tersedia sekaligus mempertahankan eksistensi dan reputasi yang baik. Pelayanan

yang baik ini, sangat ditentukan prestasi kerja karyawan. Prestasi kerja karyawan

yang tinggi berdampak pada pelayanan yang semakin baik kepada pasien.

Prestasi kerja dimaksudkan kemampuannya menjalankan pekerjaannya dengan

sebaik-baiknya didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan

perusahaan. Prestasi kerja yang dihasilkan seseorang menurut Wanous dan

Lawler (dalam As'ad, 2003: 105) tergantung dari sikap karyawan terhadap

pekerjaannya dan bagaimana ketidaksesuaian (discrepancy) yang dirasakan.

Seseorang yang merasa puas dengan pekerjaannya sepanjang dirinya merasa ada

keadilan (equity). Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi diperoleh orang

dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor,

maupun di tempat lain. Teori ini mengidentifikasi elemen-elemen equity meliputi

tiga hal, yaitu: (a) input, adalah sesuatu yang berharga yang dirasakan oleh

pegawai sebagai masukan terhadap pekerjaannya; (b) outcomes, adalah segala

sesuatu yang berharga yang dirasakan sebagai dari hasil pekerjaannya; (c)

comparisons persona, adalah perbandingan antara input dan outcomes yang

diperolehnya.

Untuk memberikan pelayanan yang baik, tidak dapat dilepaskan dari

keberadaan sumber daya manusia yang ada di sebuah rumah sakit tersebut. Baik

tidaknya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, sangat tergantung pada

sumber daya manusianya. Apabila sumber daya manusia menjalankan

pekerjaannya dengan baik dengan cara memberikan pelayanan yang memuaskan

(21)

masyarakat. Sebaliknya, pelayanan yang buruk yang diberikan oleh tenaga

paramedis dan nonmedis akan memperburuk citra rumah sakit tersebut

(Adikoesoemo, 1997: 23). Hal ini memperlihatkan bahwa prestasi kerja

karyawan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam memajukan

sebuah rumah sakit.

Dalam memotivasi sumber daya manusia baik paramedis maupun

nonmedis berprestasi dalam bekerja, pihak rumah sakit sangat penting

memperhatikan beberapa hal di antaranya keadilan kompensasi, pelatihan

karyawan, dan kondisi lingkungan kerja fisik. Keadilan kompensasi dimaksudkan

berupa imbalan yang pantas yang diberikan pihak rumah sakit kepada karyawan

berkaitan dengan pekerjaanya. Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko (2001:

24) kompensasi berupa gaji dapat menjadi salah satu faktor pendorong seseorang

untuk berprestasi lebih baik. Kepuasan karyawan atas gaji yang diterima dapat

mendorong semangat karyawan dalam bekerja. Pada kenyataan, tidak jarang

pihak rumah sakit masih lalai dalam memberikan keadilan kompensasi kepada

karyawan. Akibatnya, tidak sedikit karyawan rumah sakit melakukan tindakan

protes mulai dari mogok kerja sampai pada pengajuan tuntutan pengunduran diri

pimpinan rumah sakit.

Masih banyaknya rumah sakit yang melalaikan pemberian keadilan

kompensasi kepada karyawan, dapat dilihat dari maraknya tindakan demonstrasi

yang dilakukan karyawan rumah sakit misalnya dengan cara mogok kerja.

Beberapa contoh yang dapat dikemukakan di antaranya: aksi mogok kerja pada

tahun 2008 dilakukan ratusan tenaga medis Rumah Sakit Honoris Moderland

(22)

dokter, perawat, petugas laboratorium hingga sopir ambulance melakukan mogok

kerja (http://www.tempointeraktif.com). Mogok kerja dengan cara duduk-duduk

di halaman gedung rumah sakit juga dilakukan oleh sedikitnya 100 orang

karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mathaher Jambi mogok kerja Rabu

(28/3) ini. Akibat tidak aktifnya tenaga medis, paramedis, dan beberapa dokter,

pasien telantar. Para karyawan melakukan protes terhadap manajemen rumah

sakit yang dinilai kurang memperhatikan kesejahteraan karyawan (Bakhori,

2007).

Puluhan karyawan Rumah Sakit Mata Cicendo Kota Bandung pada

Oktober 2008 lalu, juga melakukan mogok kerja karena tunjangan fungsional

tidak dikabulkan pihak direksi. Akibat aksi unjuk rasa itu pelayanan rumah sakit

tersebut lumpuh beberapa jam sehingga banyak pasien yang terlantar

(http://www.kompas.com). Sekitar 70 orang, atau sekitar 10 persen dari jumlah

keseluruhan karyawan rumah sakit Rumah Sakit Haji Jakarta (RSHJ) yakni

sebanyak 700 orang, pada April 2009 melakukan mogok kerja untuk memprotes

pengelolaan rumah sakit (Elky, 2009).

Aksi mogok kerja juga dilakukan oleh Karyawan RSUD Tarakan Jakarta

pada bulan April 2009 lalu. Sebanyak 300 karyawan Rumah Sakit Universitas

Kristen Indonesia (UKI) Cawang, Jakarta Timur, pada Desember 2008 juga

melakukan mogok kerja berkepanjangan. Karyawan ini berasal dari bagian

administrasi, perawat, apotik, laboratorium, radiologi dan bagian lainnya

(http://www.kompas.com). Ratusan tenaga kesehatan Rumah Sakit Husada,

Jakarta Pusat pada bulan Mei lalu juga melakukan aksi mogok kerja. Karyawan

(23)

tunjangan karyawan yang telah dihapus manajemen rumah sakit. Selain itu para

karyawan juga menuntut penghapusan sistem outssorching (Rizaluddin, 2009).

Tindakan mogok kerja yang dilakukan para karyawan di berbagai rumah

sakit tersebut, terkait dengan keadilan kompensasi yang diberikan rumah sakit

kepada karyawan. Para karyawan menilai bahwa kompensasi yang diberikan

tidak sesuai dengan pekerjaan yang diberikan. Balas jasa yang layak atas suatu

pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan tentu sangat diharapkan guna

memenuhi kebutuhan hidupnya dan memiliki hidup yang lebih sejahtera. Balas

jasa yang layak dari perusahaan kepada karyawan membuat karyawan merasa

diperhatikan dan dihargai. Hal ini yang memberi motivasi karyawan untuk terus

bekerja yang berdampak pada kinerja karyawan.

Di samping kompensasi atau balas jasa, prestasi kerja karyawan juga

dipengaruhi oleh pelatihan terhadap karyawan. Pelatihan bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan karyawan dalam menjalankan pekerjannya secara

lebih baik (Heidjrachman & Husnan, 2002: 16). Pelatihan merupakan salah satu

usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengembangkan sumber daya

manusia, terutama menyangkut pengetahuan, kemampuan, keahlian, sikap, dan

kecakapan pegawai dalam menjalankan pekerjaannya. Adanya pelatihan yang

memadai bagi karyawan, akan dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaannya.

Rumah sakit sebagai salah satu pelayanan publik, sangat terkait dengan kemajuan

peralatan-peralatan medis yang setiap saat mengalami perkembangan secara

teknologi. Pemberian pelatihan bagi tenaga paramedis akan membantu dalam

pelaksanaan pekerjaannya. Kelancaran dalam menjalankan pekerjaan tersebut

(24)

Selain kompensasi dan pelatihan faktor lain yang juga mempengaruhi

prestasi kerja karyawan adalah lingkungan kerja. Dengan lingkungan yang

kondusif seorang pekerja atau karyawan akan memiliki prestasi kerja yang lebih

baik. Kondisi kerja yang baik adalah suatu kondisi kerja yang dapat

menimbulkan rasa aman dan menarik bagi pegawai, termasuk di dalamnya lay

out kantor, suasana lingkungan kerja dan sebagainya (Heidjrachman & Husnan,

2002: 16). Kondisi lingkungan kerja fisik yang kurang mendukung seperti

kenyamanan ruangan dan peralatan dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan

karyawan.

Prestasi kerja karyawan di rumah sakit dalam hal ini tenaga paramedis

berdampak pada kepuasan pasien yang menggunakan jasa rumah sakit tersebut.

Hal ini terkait dengan meningkatnya daya kritis masyarakat terhadap pelayanan

publik termasuk rumah sakit. Ketidakpuasan masyarakat atas pelayan rumah

sakit, dapat menyebabkan masyarakat mudah beralih pada alternatif pengganti

baik pelayaan medis rumah sakit maupun pengobatan alternatif.

Terkait dengan tuntutan pelayanan yang semakin berkualitas, RSD

Panembahan Senopati Kabupaten Bantul sebagai salah satu rumah sakit milik

pemerintah daerah, terus berupaya dalam memberikan pelayanan yang

memuaskan kepada para pasien. Namun pada kenyataan, mutu pelayanan

kesehatan yang diberikan pihak rumah sakit masih belum sesuai dengan yang

diharapkan masyarakat. Hal itu terlihat dari indikasi banyaknya keluhan dari

pasien terhadap pelayanan rumah sakit dan tenaga kesehatan (paramedis) seperti

yang dijumpai di RSD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. Hal ini

(25)

dengan yang diharapkan. Untuk itu penulis tertarik menganalisisnya dengan

mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Keadilan Kompensasi, Pelatihan

Karyawan dan Kondisi Lingkungan Kerja Fisik terhadap Prestasi Kerja

Karyawan”. Studi Kasus pada RSD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan yaitu:

1. Apakah keadilan kompensasi, pelatihan karyawan, dan kondisi lingkungan

kerja fisik secara simultan berpengaruh positif terhadap prestasi kerja

karyawan?

2. Apakah keadilan kompensasi, pelatihan karyawan, dan kondisi lingkungan

kerja fisik secara parsial berpengaruh positif terhadap prestasi kerja

karyawan?

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis

membatasi penelitian yakni mengenai prestasi kerja karyawan yang dipengaruhi

oleh keadilan kompensasi, pelatihan karyawan, dan kondisi lingkungan kerja

fisik saja pada RSD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. Masalah dibatasi

pada:

1.Subjek yang diteliti adalah tenaga paramedis.

2.Keadilan kompensasi yang diteliti adalah keadilan kompensasi berdasarkan

(26)

3.Pelatihan yang diteliti adalah persepsi dan pemahaman tenaga paramedis

tentang keahlian baru dan peningkatan keahlian yang ada.

4.Kondisi lingkungan kerja fisik yang diteliti adalah keadaan yang ada di sekitar

lingkungan kerja karyawan di RSD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul.

5.Prestasi kerja karyawan yang diteliti adalah hasil kerja yang dicapai karyawan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh secara simultan keadilan kompensasi, pelatihan

karyawan, dan kondisi lingkungan kerja fisik terhadap prestasi kerja

karyawan.

2. Mengetahui pengaruh secara parsial keadilan kompensasi, pelatihan

karyawan, dan kondisi lingkungan kerja fisik terhadap prestasi kerja

karyawan.

E. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini berguna bagi berbagai pihak, yaitu bagi

penulis sendiri, bagi Universitas Sanata Dharma dan bagi perusahaan yang

diteliti.

1. Bagi RSD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul

Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang tepat guna

meningkatkan prestasi kerja karyawan terutama yang terkait dengan

(27)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi

penelitian selanjutnya dan menambah referensi bagi perpustakaan Universitas

Sanata Dharma.

3. Bagi Penulis

Dengan melakukan penelitian ini penulis berharap dapat menambah

wawasan dan menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama mengikuti

perkuliahan serta mendapat pengalaman-pengalaman nyata dalam perusahan

dan belajar mengambil keputusan dari berbagai permasalahan yang timbul

(28)

10 A. Landasan Teori

Landasan teori yang dipakai di sini berguna untuk membantu penulis

memecahkan masalah yang dirumuskan. Teori yang digunakan disesuaikan

dengan pokok permasalahan. Teori yang dikaji berkaitan dengan manajemen

yakni manajemen sumber daya manusia, keadilan kompensasi, pelatihan kerja

karyawan, kondisi lingkungan kerja fisik, dan prestasi kerja karyawan.

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Istilah manajemen berasal dari Bahasa Latin, dengan asal kata

manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Dari dua

kata tersebut digabung yakni managere yang berarti menangani. Istilah

manajemen dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to manage,

dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang

melakukan kegiatan manajemen (Usman, 2004: 3). Manage dalam

bahasa Indonesia dapat diartikan kelola. Dapat juga diartikan menangani,

mengendalikan, membuat patuh, mengurus, mengatur, mengubah, dan

melaksanakan dengan suatu tujuan.

Manajemen menurut Swastha dan Sukotjo (1995:81), adalah

sebagai “ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,

mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan

(29)

menurut Stoner et.al. (1996:7) manajemen adalah suatu proses

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan

pekerjaan anggota organisasi dengan memanfaatkan semua sumber daya

yang ada untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.”

Menurut Newman dan Terry (dalam Manulang dan Manulang,

2004:2) manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan

memperoleh hasil tertentu melalui orang lain. Balai Pembinaan

Administrasi Universitas Gadjah Mada merumuskan manajemen sebagai

berikut: “Manajemen adalah segenap perbuatan menggerakkan

sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu” (dalam Manulang

dan Manulang, 2004:2). Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di

atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah organisasi yang

menjalankan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi

dengan melakukan kerja sama dengan orang lain. Fungsi-fungsi

manajemen tersebut pada dasarnya merupakan kegiatan yang mencakup

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan

pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan

yang telah ditetapkan.

Berdasarkan definisi manajemen tersebut, maka manajemen

sumber daya manusia (MSDM) dapat diartikan sebagai suatu bidang

manajemen khusus yang mempelajari hubungan dan peranan manusia

dalam organisasi perusahaan. Unsur MSDM adalah manusia yang

merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian, fokus yang

dipelajari MSDM hanyalah masalah yang berhubungan dengan tenaga

(30)

Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan

organisasi, karena manusia menjadi perenca, pelaku, dan penentu

terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa

peran aktif karyawan meskipun alat-alat dimiliki perusahaan begitu

canggignya. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada

manfaatnya bagi perusahaan, bila peran aktif karyawan tidak

diikutsertakan. Mengatur karyawan adalah sulit dan kompleks, karena

karyawan mempunyai keinginan, perasaan, status, pikiran, dan latar

belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi. Karyawan

tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin,

modal, dan gedung.

MSDM adalah bagian dari manajemen. Oleh karena itu teori-teori

manajemen umum menjadi dasar pembahasannya. MSDM lebih

memfokuskan pembahasannya mengenai pengaturan peranan manusia

dalam mewujudkan tujuan yang optimal. Pengaturan ini meliputi

masalah perencanaan (human resources planning), pengorganisasian,

pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,

pengintegrasian, pemeliharaan, kedisplinan, dan pemberhentian tenaga

kerja untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan

masyarakat. Dengan demikian, MSDM mengatur tenaga kerja manusia

sedemikian rupa sehingga terwujud tujuan perusahaan, kepuasan

karyawan, dan masyarakat.

Menurut Hasibuan (2002:10) manajemen sumber daya manusia

(31)

dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan

masyarakat. Fungsi-fungsi MSDM terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisplinan, dan

pemberhentian. Tujuannya ialah agar perusahaan mendapatkan

rentabilitas laba yang lebih besar dari persentase tingkat bunga bank.

Karyawan bertujuan utnuk mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya.

Masyarakat bertujuan untuk memperoleh barang atau jasa yang baik

dengan harga yang wajar dan selalu tersedia di pasar, sedang pemerintah

selalu berharap mendapatkan pajak.

Menurut Simamora (2004:4) manajemen sumber daya manusia

adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa

dan pengelolaan individu, anggota organisasi atau kelompok karyawan.

BPA UGM mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai

berikut “Segenap aktivita yang bersangkut paut dengan masalah

penggunaan tenaga kerja manusia dalam suatu usaha kerja sama untuk

mencapai tujuan tertentu” (dalam Manulang dan Manulang, 2004:8).

Menurut Flippo (dalam Hasibuan, 2002: 11) MSDM adalah

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari

pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintergrasian, pemeliharaan,

dan pemberhentian karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan

perusahaan, individu, karyawan, dan masyarakat. Sementara menurut

(32)

proses pengembangan, menerapkan, dan menilai kebijakan-kebijakan,

prosedur-prosedur, metode-metode, dan program-program yang

berhubungan dengan individu karyawan dalam organisasi.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

manajemen sumber daya manusia atau manajemen personalia

mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kegiatan

personalia antara lain adalah perencanaan sumber daya manusia,

perencanaan kepegawaian, recruitment, seleksi, penilaian kinerja,

pelatihan dan pengembangan, pemberian kompensasi, pemeliharaan

karyawan, hubungan karyawan.

b. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia bertujuan agar setiap petugas

dalam organisasi dapat bekerjasama dengan teman sekerja untuk

merealisir tujuan organisasi dengan secara berdaya guna dan berhasil

guna (Manulang dan Manulang, 2004:7). Simamora (2004:37)

merumuskan empat tujuan manajemen sumber daya manusia, yaitu:

1) Tujuan kemasyarakatan/sosial. Tujuan sosial manajemen sumber

daya manusia adalah agar organisasi bertanggung jawab secara sosial

dan etis terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat seraya

meminimalkan dampak negatif tuntutan itu terhadap organisasi.

2) Tujuan organisasional. Tujuan organisasional adalah sasaran formal

(33)

3) Tujuan fungsional. Tujuan fungsional merupakan tujuan untuk

mempertahankan kontribusi departemen sumber daya manusia pada

tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

4) Tujuan pribadi. Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari setiap

anggota organisasi yang hendak dicapai melalui aktivitasnya di dalam

organisasi.

b. Tugas-tugas Manajemen Sumber Daya Manusia

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka

selalu ada penemuan-penemuan terbaru yang mutakhir tetapi suatu

perusahaan belum dapat melaksanakan tugas tanpa adanya sumber daya

manusia. Adapun tugas-tugas dari manajemen sumber daya manusia

menurut Nitisemito (1996:12) adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan analisis jabatan

Tugas manajemen sumber daya manusia dalam hal

menetapkan analisis jabatan adalah untuk mendapatkan sumber daya

manusia yang dibutuhkan oleh perusahaan dan tentunya adalah

sumber daya manusia yang memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan untuk mengisi suatu jabatan tertentu

dalam perusahaan.

2) Menarik karyawan

Menarik karyawan adalah tugas manajemen sumber daya

manusia setelah tugas analisis jabatan dilaksanakan. Apabila sumber

(34)

persyaratan dan kualifikasi yang telah ditetapkan maka pihak

manajemen sumber daya manusia akan melakukan penarikan

terhadap karyawan.

3) Menempatkan karyawan

Setelah kegiatan penarikan maka kegiatan selanjutnya yang

akan dilaksanakan oleh manajemen personalia adalah menempatkan

karyawan pada jabatan tertentu yang dianggap sesuai dengan

keahlian karyawan yang bersangkutan.

4) Melatih karyawan

Pengembangan Sumber daya manusia merupakan kegiatan

yang sangat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi

dan efektifitas. Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan

dengan cara memberikan pelatihan maupun pendidikan bagi para

karyawan.

5) Memberikan kompensasi yang adil dan merata

Sumber daya manusia merupakan faktor produksi paling

penting yang dimiliki oleh suatu perusahaan, sehingga keberadaannya

harus dipelihara dan dipertahankan sebaik-baiknya. Usaha-usaha

untuk memelihara dan mempertahankan karyawan dapat dilakukan

dengan cara memenuhi harapan dari karyawan yaitu dengan

memberikan kompensasi yang adil dan merata sehingga dapat

memberikan kepuasan karyawan dan dapat memenuhi kebutuhan

(35)

6) Memotivasi karyawan

Untuk mencapai suatu tujuan, perusahaan perlu adanya

produktivitas yang tinggi dari karyawan. Untuk mencapai

produktivitas karyawan yang tinggi dari pihak perusahaan harus mau

dan mampu memotivasi karyawan sehingga mereka akan mempunyai

semangat kerja yang tinggi.

2. Keadilan Kompensasi

a. Pengertian Keadilan Kompensasi

Perusahaan merupakan badan usaha yang tujuan utamanya

adalah mencari laba dengan mempekerjakan orang-orang untuk

membantu pencapaian tujuan tersebut. Demikian pula seorang tenaga

kerja mempunyai hak untuk memperoleh balas jasa guna memenuhi

kebutuhan hidupnya, sehingga sudah selayaknya perusahaan

memberikan kompensasi kepada karyawan karena telah bekerja untuk

perusahaan tersebut. Kompensasi adalah uang atau bukan uang yang

diberikan perusahaan kepada karyawannya atas kontribusi yang telah

diberikan oleh karyawan. Sedangkan Bratton dan Gold (dalam

Soeherman, 2004:48) mendefinisikan sistem imbalan sebagai segala

bentuk pembayaran yang bersifat moneter, non moneter, dan pengaruh

psikologis yang disediakan oleh badan usaha sebagai imbalan dari

pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan.

Dalam berbagai buku para pengarang memiliki istilah yang

berbeda dalam menyebut istilah kompensasi. Dalam menyebut istilah

(36)

dan upah. Istilah-istilah tersebut sebenarnya memiliki makna hampir

yang sama.

Menurut Hasibuan (2002:118) kompensasi adalah semua

pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung

yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan

kepada perusahaan. Kompensasi berbentuk uang, artinya kompensasi

dibayar dengan sejumlah uang kartal kepada karyawan bersangkutan.

Kompensasi berbentuk barang, artinya kompenasi dibayar dengan

barang.

Kompensasi dibedakan menjadi dua yakni kompensasi langsung

(direct compensation) berupa gaji, upah, dan upah insentif, dan

kompensasi tidak langsung (indirect compensation) atau employee

welfare atau kesejahteraan karyawan. Gaji adalah balas jasa yang

dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai

jaminan yang pasti. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada

pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati

membayarnya. Upah insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan

kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar.

Upah insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip

adil dalam pemberian kompensasi. Kompensasi atau balas jasa

langsung merupakan hak bagi karyawan dan menjadi kewajiban

perusahaan untuk membayarnya (Hasibuan, 2002: 118).

Selain sebagai balas jasa kompensasi juga memiliki peran yang

(37)

berperan dalam meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan karyawan

jika kompensasi dirasakan:

1) Layak dengan kemampuan dan produktivitas pekerja.

2) Berkaitan dengan prestasi kerja.

3) Menyesuaikan dengan kebutuhan individu.

Menurut Simamora (2004:442) kompensasi merupakan semua

yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka

kepada organisasi atau perusahaan. Menurut Widyastuti dan Waridin

(2006:122) kompensasi mencakup semua pengeluaran perusahaan

untuk pekerja baik secara langsung maupun tidak. Dari uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah semua pengeluaran

perusahaan yang diberikan kepada karyawan sebagai ganti atas

kontibusi yang diberikan karyawan kepada perusahaan.

Menurut Fraser (dalam Djati dan Khusaini, 2003:26):

Pentingnya kompensasi sebagai salah satu indikator kepuasan dalam bekerja sulit ditaksir, karena pandangan-pandangan karyawan mengenai uang atau imbalan langsung nampaknya sangat subjektif dan barangkali merupakan sesuatu yang khas dalam industri.

Menurut Siagian (2003:101) ketidakadilan dapat menjadi salah

satu faktor penyebab ketidakpuasan karyawan seperti dikemukakan

berikut:

(38)

Berdasarkan uraian di atas keadilan kompensasi adalah besarnya

kompensasi yang pantas diberikan perusahaan kepada karyawannya

dinilai dari kontribusi yang diberikan karyawan tersebut terhadap

perusahaan.

Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli perilaku

menunjukkan bahwa faktor utama ketidakpuasan kerja karyawan adalah

kompensasi yang tidak sesuai harapan karyawan (Djati dan Khusaini,

2003:27). Disamping itu menurut Noe (dalam Djati dan Khusaini,

2003:27) ketidakpuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterima

dapat menimbulkan perilaku negatif karyawan terhadap perusahaan dan

dampak job involvement yang bisa dilihat dari menurunnya komitmen

yang pada akhirnya akan menurunkan prestasi kerjanya.

b. Tujuan Pemberian Kompensasi

Menurut Hasibuan (2002: 120) program pemberian kompensasi

atau balas jasa umumnya bertujuan untuk kepentingan perusahaan,

karyawan, dan pemerintah/masyarakat. Supaya tujuan tercapai dan

memberikan kepuasan bagi semua pihak maka program kompensasi

ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar, undang-undang

perburuhan, serta memperhatikan internal dan eksternal konsistensi.

Menurut Peterson dan Plowman (dalam Hasibuan, 2002: 120)

pemberian kompensasi penting terkait dengan beberapa hal yakni:

1) The desire to live, artinya keinginan untuk hidup merupakan

keinginan utama dari setiap orang. Manusia bekerja untuk dapat

(39)

2) The desire for posession, artinya keinginan untuk memiliki sesuatu

merupakan keinginan manusia yang kedua dan ini salah satu sebab

mengapa manusia mau bekerja.

3) The desire for power, artinya keinginan akan kekuasaan merupakan

keinginnan selangkah di atas keinginan untuk memiliki, mendorong

orang mau bekerja.

4) The desire for recognation, artinya keinginan akan pengakuan

merupakan jenis terakhir dari kebutuhan dan juga mendorong orang

untuk bekerja.

Pemberian kompensasi dalam suatu perusahaan kepada

karyawan bertujuan untuk beberapa hal yakni:

1) Sebagai ikatan kerja sama, artinya dengan pemberian kompensasi

terjalinlah kerja sama formal antara majikan dengan karyawan.

Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik,

sedangkan pengusaha/majikan wajib memyara kompensasi sesuai

dengan perjanjian yang disekapati.

2) Kepuasan kerja, artinya dengan balas jasa karyawan akan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya

sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.

3) pengadaan efektif, artinya jika program kompensasi ditetapkan

cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan

akan lebih mudah.

4) motivasi, artinya jika balas jasa yang diberikan cukup besar,

(40)

5) stabilitas karyawan, artinta dengan program kompensasi atas prinsip

adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompentatif maka

stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil.

6) disiplin, artinya dengan pemberian balas jasa yang cukup besar

maka disiplin karyawan semakin baik. Karyawan akan menyadari

serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

7) pengaruh serikat buruh, artinya dengan program kompensasi yang

baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan

berkonsentrasi pada pekerjaannya.

8) pengaruh pemerintah, artinya jika program kompensasi sesuai

dengan undang-undang perburuhan yang berlaku maka intervensi

pemerintah dapat dihindarkan.

Rasa keadilan dalam perusahaan juga berkaitan dengan

produktivitas kerja dan komitmen karyawan terhadap perusahaan atau

serta berdampak positif lainnya (Skarlicki & Folger, 1997: 436).

Karyawan yang mengalami rasa keadilan kompensasi, akan

memotivasinya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Hal itu

berdampak pada produktivitas kerja karyawan yang semakin tinggi.

Rasa keadilan kompensasi ini juga dapat meningkatkan komitmen

karyawan terhadap perusahaan yang tinggi. Nilai-nilai yang ditetapkan

organisasi menjadi bagian dari karyawan yang harus diperjuangkan dan

dicapai bersama. Karyawan juga akan berusaha bekerja sebaik-baiknya

dengan menggunakan segala potensi yang dimiliki untuk disumbangkan

(41)

Ketidakadilan kompensasi juga dapat berdampak buruk bagi

perusahaan. Rasa ketidakadilan kompensasi dialami karyawan ketika

adanya kesenjangan antara harapan (legitimate expection) dengan

kenyataan. Harapan yang dimaksud bisa berupa harapan pribadi tetapi

juga bisa berupa harapan bersama. Kesenjangan ini tidak jarang

menimbulkan ekses-ekses negatif pada organisasi misalnya karyawan

melakukan sabotase, mogok kerja, atau produktivitas kerja yang rendah.

Secara operasional, dampak ketidakadilan kompensasi lebih

banyak terfokus pada kepuasan terhadap perlakuan yang dialami

seseorang berkaitan dengan suatu relasi dengan orang lain. Hal ini dapat

digambarkan dengan relasi antara perusahaan dan karyawan. Rasa

keadilan kompensasi dapat dirasakan oleh karyawan ketika dapat

merasakan perlakuan yang sesuai dari perusahaan kepada karyawan

secara individual. Rasa keadilan kompensasi dapat dilihat dari

penghargaan dan perlakuan yang tidak adil dari perusahaan kepada

karyawan terutama secara individual.

c. Asas dan Sistem Kompensasi

Program kompensasi harus diterapkan atas asas adil dan layak

serta dengan memperhatikan undang-undang perburuhan yang berlaku.

Prinsip adil dan layak harus mendapat perhatian dengan sebaik-baiknya

supaya balas jasa yang akan diberikan merangksang gairah dan

(42)

Asas adil yang dimaksudkan adalah besarnya kompensasi yang

dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi

kerja, jenis pekerjaan, risiko pekerjaan, tanggaungjawab, jabatan

pekerja, dan memenuhi persyaratan internal konsistensi. Sementara asas

layak dan wajar dimaksudkan bahwa yang diterima karyawan dapat

memenuhi kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal. Tolok ukur

layak adalah relatif, penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas

batas upah minimal pemerintah dan eksternal konsistensi yang berlaku

(Hasibuan, 2002: 122).

Sementara sistem kompensasi dapat dilakukan berdasarkan

sistem waktu, sistem hasil, dan sistem borongan. Sistem waktu

dimaksudkan bahwa besarnya kompensasi ditetapkan berdasarkan

standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan. Sistem hasil

dimaksudkan bahwa besarnya kompensasi atau upah ditetapkan atas

kesatuan unit yang dihasilkan pekerja seperti per potong, meter, liter,

dan kilogram. Sistem borongan, yakni suatu cara pengupahan yang

penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama

mengerjakannya. Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan sistem

borongan cukup rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat yang

diperlukan untuk menyelesaikannya.

Kebijaksanaan kompensasi, baik besarnya, susunannya, maupun

waktu pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan

karyawan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal sehingga

membantu terwujudnya sasaran perusahaan. Besarnya kompensasi

(43)

spesifikasi pekerjaan, posisi jabatan, konsistensi eksternal, serta

berpedoman kepada keadilan dan undang-undang perburuhan. Dengan

kebijaksanaan ini diharapkan akan terbina kerja sama yang serasi dan

memberikan kepuasan kepada semua pihak.

Sementara menurut Siagian (2004: 257) sistem pemberian

imbalan atau kompensasi yang efektif adalah dengan beberapa cara

berikut:

1) Melakukan analisis pekerjaan, artinya perlu disusun deskripsi

jabatan, uraian pekerjaan dan standar pekerjaan yang terdapat

dalam suatu organisasi

2) Melakukan penilaian pekerjaan dikaitkan dengan keadilan internal.

Dalam melakukan penilaian pekerjaan diusahakan tersusunnya

urutan peringkat pekerjaan, penentuan nilai untuk setiap pekerjaan,

susunan perbandingan dengan pekerjaan lain dalam organisasi dan

pemberian point untuk setiap pekerjaan.

3) Melakukan survai berbagai sistem imbalan yang berlaku guna

memperoleh bahan yang berkaitan dengan keadilan eksternal.

Organisasi yang disurvai dapat berupa instansi pemerintah yang

secara fungsional berwenang mengurus ketenagakerjaan, kamar

dagang dan industri, organisasi profesi, serikat pekerja,

organisasi-organisasi pemakai tenaga kerja lain, terutama yang

mengkhususkan diri dalam manajemen sumber daya manusia.

4) Menentukan harga setiap pekerjaan dihubungkan dengan harga

pekerjaan sejenis di tempat lain. Dalam mengambil langkah ini

dilakukan perbandingan antara nilai berbagai pekerjaan dalam

(44)

d. Aspek-aspek Keadilan Kompensasi

Menurut Siagian (2003:265), keadilan dapat dinilai dari tiga

faktor pembanding, yaitu diri sendiri, sistem yang berlaku, dan orang

lain. Sementara Simamora (2004:451) membagi keadilan kompensasi

menjadi tiga, yaitu:

1. Keadilan Eksternal

Keadilan eksternal adalah tarif upah yang pantas dengan gaji

yang berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan yang serupa di pasar tenaga

kerja eksternal. Dalam hal ini, perusahaan lain dapat menjadi faktor

pembanding untuk memberikan kompensasi yang adil atau layak bagi

karyawan.

2. Keadilan Internal

Keadilan internal adalah tingkat gaji yang pantas/ patut dengan

nilai pekerjaan internal bagi perusahaan. Hal ini disesuaikan dengan

kemampuan perusahaan dalam memberikan besarnya kompensasi

tanpa mengabaikan faktor keadilan bagi setiap karyawan sesuai

dengan pekerjaan yang dijalankannya.

3. Keadilan Individu

Keadilan individu berarti bahwa individu karyawan merasa

bahwa dia diperlakukan secara wajar dibandingkan dengan rekan

sekerjanya. Dalam hal ini, rekan kerja dapat menjadi salah satu

pembanding dalam penerimaan kompensasi yang layak. Artinya,

dengan jenis pekerjaan yang sama, hasil kerja yang sama, dan

tuntutan kerja yang sama harus mendapat kompensasi yang adil.

(45)

pimpinan tidak dapat dibenarkan dalam memberikan kompensasi

yang berbeda kepada setiap karyawan.

Keadilan kompensasi yang diterima karyawan berhubungan

langsung dengan kepuasan terhadap gaji yang diterimanya. Hubungan

tersebut dapat digambarkan berikut (Simamora, 2004:453):

Gambar II.1. Determinasi Kepuasan Gaji

Keahlian Pengalaman Pelatihan Upaya Usia Senioritas Pendidikan Loyalitas perusahaan Kinerja masa lalu Kinerja kini Tingkat kesulitan Rentang waktu Besarnya tanggung jawab jawab Gaji yang dirasakan dibandingkan dengan gaji orang lain yang

dijadikan acuan

Gaji aktual yang diterima

Masukan pekerjaan pribadi yang dirasakan

(46)

Sementara menurut Schuler dan Jackson (dalam Muljani,

2002:116) aspek-aspek keadilan kompensasi dapat diukur dari beberapa

aspek sebagai berikut:

a) Rasa adil, adalah adanya kesesuaian yang diterima karyawan antara

imbalan dengan pekerjaan yang dilakukan. Rasa adil dalam hal ini

tidak dimaksudkan bahwa setiap karyawan menerima kompensasi

yang sama besarnya. Asas adil harus menjadi dasar penilaian,

perlakuan, dan pemberian hadiah atau hukuman bagi setiap karyawan.

b) Harapan, artinya bahwa kompensasi atau imbalan yang diterima

karyawan sesuai dengan yang diharapkan oleh karyawan dikaitkan

dengan pekerjaan yang dilakukan.

c) Sesuai dengan keterampilan, artinya bahwa kompensasi yang diterima

oleh seorang karyawan disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki

seseorang, misalnya seorang tenaga teknisi, bagian sumber daya

manusia. Selain itu, juga disesuaikan dengan jenis jabatan yang

dimiliki seseorang karena tugas dan tanggungjawab yang dimiliki juga

akan berbeda-beda.

3. Pelatihan Kerja Karyawan

a. Pengertian Pelatihan Kerja Karyawan

Dalam perusahaan dimana akan ditempatkan pegawai baru untuk

suatu jabatan tertentu atau pegawai lama namun memangku jabatan

yang baru maka perlu diadakan pelatihan terlebih dahulu. Apabila

(47)

maka ia akan merasa perlu mempelajari dahulu bagaimana cara

mengerjakannya. Maka dari itu pelatihan menjadi hal yang sangat

penting di dalam suatu perusahaan.

Menurut Manulang dan Manulang (2004:67) pelatihan adalah

pemberian bantuan kepada pegawai, agar pegawai tersebut dapat

berkembang ke tingkat kecerdasan, pengetahuan dan kemampuan yang

lebih tinggi. Menurut Simamora (2004:273) pelatihan merupakan

proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep,

peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 –

Ketenagakerjaan (dalam Simamora, 2004:273) mendefinisikan

pelatihan kerja sebagai:

Keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu, sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.

Sementara menurut Supriadi (1999: 33), pelatihan merupakan

suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan

sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari karyawan.

Siagian (2003: 124) mengungkapkan bahwa pelatihan merupakan salah

satu bentuk pembinaan karyawan.

b. Manfaat dan Tujuan Pelatihan Kerja Karyawan

Menurut Siagian (2003: 124) pelatihan tenaga karyawan

(48)

1. Pelatihan berfungsi memperbaiki perilaku (performance) kerja para peserta pelatihan itu.

2. Pelatihan berfungsi mempersiapkan promosi ketenagaan untuk jabatan yang lebih rumit dan sulit.

3. Pelatihan berfungsi mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi yakni jabatan pengawasan dan manajemen.

Kegiatan pelatihan mengembangkan aspek-aspek berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepribadian yang dituntut oleh

tugas pekerjaannya. Pelatihan memiliki fungsi edukatif, administratif,

dan personal. Fungsi edukatif mengacu pada peningkatan kemampuan

profesional, kepribadian, kemasyarakatan, dedikasi, dan loyalitas kepada

organisasi. Fungsi administratif mengacu pada pemenuhan syarat-syarat

administratif yang dituntut terhadap setiap pegawai untuk kepentingan

promosi, pembinaan karir, dan pemenuhan angka kredit. Sementara

fungsi personal menekankan pada pembinaan kepribadian dan bimbingan

personal untuk mengatasi kesulitan dan masalah dalam pekerjaan.

Menurut Simamora (2004:41) pelatihan kerja karyawan bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kinerja

individu, kelompok, atau seluruh organisasi. Sementara menurut Proctor

dan Thorton (dalam Manulang dan Manulang, 2004:68) manfaat nyata

dari pelatihan adalah sebagai berikut:

1) Menaikkan rasa puas pegawai 2) Pengurangan pemborosan

3) Mengurangi ketidakhadiran dan turn over pegawai 4) Memperbaiki metode dan sistem kerja

5) Menaikkan tingkat penghasilan 6) Mengurangi biaya-biaya lembur

(49)

9) Mengurangi kecelakaan-kecelakaan 10)Memperbaiki komunikasi

11)Meningkatkan pengetahuan serbaguna pegawai 12)Memperbaiki moral pegawai

13)Menimbulkan kerja sama yang lebih baik

Menurut Pasal 9 undang-undang ketenagakerjaan tahun 2003 (UU

No. 13 Tahun 2003) tujuan pelatihan kerja diselenggarakan dan

diarahkan “untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan

kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan

kesejahteraan.”

c. Efektivitas Pelatihan Kerja Karyawan

Efektivitas pelatiahn kerja karyawan dapat dilihat dari pengaruh

atau dampak dari pelatihan terhadap kemampuan karyawan dalam

menjalankan pekerjaannya. Menurut Siagian (2003:124) efektivitas

pelatihan kerja karyawan tersebut dapat dilihat dari lima bidang, yaitu:

1) Memperbaiki kinerja.

2) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan

teknologi.

3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten

dalam pekerjaan.

4) Membantu memecahkan masalah operasional.

5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.

Sementara menurut Simamora (2004:41) efektivitas pelatihan kerja

karyawan dapat diukur dari persepsi dan pemahaman karyawan yang

(50)

1) Keahlian baru, artinya dengan adanya pelatihan diharapkan karyawan

memiliki keahlian baru sehingga dapat menunjang pelaksanaan

pekerjaannya.

2) Peningkatan keahlian yang ada, artinya bahwa karyawan yang

sebelumnya telah memiliki keahlian tertentu dengan adanya pelatihan

keahlian karyawan menjadi semakin bertambah. Hal itu ditunjukkan

dengan kemampuannya dalam melaksanakan suatu pekerjaan semakin

baik.

3) Perubahan sikap karyawan setelah mendapat pelatihan, artinya setelah

mengikuti pelatihan karyawan memiliki cara pandang yang baru

mengenai suatu pekerjaan baik dalam pelaksanaannya maupun dalam

memaknai pekerjaan tersebut.

4. Kondisi Lingkungan Kerja Fisik

a. Pengertian Kondisi Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja di dalam suatu perusahaan sangat penting

untuk diperhatikan, karena lingkungan kerja dalam perusahaan

berhubungan langsung dengan para karyawan yang melaksanakan

proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan. Perencanaan

lingkungan kerja yang baik akan dapat menghasilkan lingkungan kerja

yang memuaskan bagi karyawan perusahaan, sehingga produktivitas

kerja karyawan perusahaan tersebut dapat dipertahankan pada tingkat

(51)

Menurut Nitisemito (dalam Widyastuti dan Waridin, 2006:123)

lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar para

pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalarn menjalankan tugas-tugas

yang dibebankan. Kusriyanto (dalam Widyastuti dan Waridin, 2006:123)

menguraikan beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan kerja dan

berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan adalah penerangan,

kebersihan, sirkulasi udara, pewarnaan ruang, keamanan dan kebisingan

lingkungan.

b. Indikator-indikator Kondisi Lingkungan Kerja Fisik

Menurut Nitisemito (dalam Widyastuti dan Waridin, 2006:126)

kondisi lingkungan kerja fisik dapat dilihat dari berbagai indikator yang

mencakup:

1)Kenyamanan dan tata letak ruang kerja, dimaksudkan bahwa letak

ruangan kerja sangat menentukan keseriusan seorang karyawan dalam

bekerja. Tata letak ruangan yang terlalu dekat dengan ruang publik

seperti ruang tunggu dapat mengakibatkan karyawan sulit

berkonsentrasi dalam bekerja. Gangguan-gangguan yang datang dari

luar seperti suara bising, terlalu banyak orang yang melintas di sekitar

ruangan dapat memecahkan konsentrasi seorang karyawan.

2)Kelancaran sirkulasi udara dan temperatur, dimaksudkan mengenai

suhu udara. Kurangnya sirkulasi udara dalam ruangan dapat

mengakibatkan karyawan merasa gerah sehingga tidak dapat

(52)

itu, di dalam ruangan suhu udara harus tetap terjaga sehingga

karyawan merasa nyaman dalam bekerja.

3)Penerangan, dimaksudkan pengaturan pencahayaan dalam ruangan

kerja. Kurangnya cahaya atau penerangan di ruangan kerja dapat

mengganggu kelancaran kerja karyawan. Hal ini dapat mengakibatkan

kesalahan dalam menjalankan suatu pekerjaan.

4)Peralatan kerja, merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan, misalnya perangkat komputer, atau

alat-alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.

5)Keamanan dan ketenangan lingkungan kerja, dimaksudkan situasi

yang kondusif yang dapat mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan.

Suasana yang kurang mendukung, biasanya akan mengganggu dalam

pelaksaan pekerjaan karena tidak bisa terfokus pada pekerjaan

tersebut.

5. Prestasi Kerja Karyawan

a. Pengertian Prestasi Kerja Karyawan

Menurut Riggio (2003: 63) prestasi kerja berkaitan dengan

segala sesuatu yang diperoleh karyawan dengan memberdayakan segala

potensi yang dimiliki. Prestasi kerja ini dapat dilihat dari kecakapan,

keterampilan, kesungguhan kerja, dan hasil kerja. Seorang pegawai

yang memiliki kecakapan, keterampilan, kesungguhan kerja, dan hasil

(53)

rendahnya kecakapan, keterampilan, kesungguhan kerja, dan hasil kerja

seorang pegawai akan mempengaruhi kinerjanya.

Menurut Hasibuan (2002:87) prestasi kerja merupakan hasil

kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,

kesungguhan dan waktu. Sementara menurut McClelland (Sukanto dan

Handoko, 1999: 264) prestasi kerja karyawan berkaitan dengan segala

sesuatu yang dicapainya dengan menggunakan seluruh potensi yang

dimilikinya. Prestasi kerja yang diperoleh seorang karyawan

dibandingkan dengan karyawan lainnya relatif lebih tinggi dan sesuai

atau bahkan melebihi yang ditetapkan suatu perusahaan.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi kerja karyawan adalah segala sesuatu yang dihasilkan karyawan

dengan menggunakan seluruh potensi yang dimiliki disesuaikan dengan

tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Karyawan

Menurut Hasibuan (2002:87) prestasi kerja pada dasarnya

dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya: faktor motivasi, keahlian

yang dimiliki, lingkungan yang mendukung, dan kebijakan yang

ditetapkan perusahaan. Sementara menurut Simamora (dalam

Widyastuti dan Waridin, 2006:122) karyawan bekerja dengan produktif

atau tidak bergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres,

(54)

Menurut Gibson (1996:122) untuk lebih mendorong agar

berprestasi maka pegawai perlu diberi motivasi kerja. Menurut Gibson

dkk (1996: 1996), motivasi merupakan kekuatan yang mendorong,

menggerakkan, dan mengarahkan perilaku individu. Dalam lingkungan

kerja, karyawan yang termotivasi lebih tertarik untuk bekerja secara

produktif dibandingkan dengan karyawan yang tidak termotivasi dan

apatis. Hal yang sama juga dikemukakan Robbins (2003: 84) bahwa

prestasi kerja dipengaruhi adanya motivasi sebagai suatu proses yang

menghasilkan intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam upaya

mencapai tujuan.

c. Penilaian Prestasi Kerja Karyawan

Menurut Handoko (2006:122) penilaian mengenai prestasi kerja

pegawai penting demi keberhasilan organisasi, karena hal tersebut

diperlukan dalam mengevaluasi kerja dan perkembangan kualitas

karyawan. Hal yang sama juga dikemukakan Hasibuan (2002: 87)

bahwa penilaian prestasi kerja karyawan merupakan sesuatu hal yang

penting. Setelah karyawan diterima, ditempatkan, dan dipekerjakan

maka tugas manajer selanjutnya adalah melakukan penilaian prestasi

karyawan. Penilaian prestasi karyawan mutlak dilakukan untuk

mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap karyawan. Dengan

penilaian prsstasi berarti para bawahan mendapat perhatian dari

atasannya sehingga mendorongnya bergairah bekerja, asalkan proses

(55)

penilaian ini memungkinkan karyawan dipromosikan, didemosikan,

dikembangkan, dan atas balas jasanya dinaikkan.

Istilah yang sama dengan penilaian kerja karyawan adalah

konduite, employee rating, performance appraisal, employee

evaluation, personel review, service rating, dan atau behavioral

assessment. Penilaian prestasi merupakan kegiatan manajer untuk

mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan

kebijaksanaan selanjutnya. Penilaian perilaku meliputi penilaian

kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama, loyalitas, dedikasi, dan

partisipasi karyawan. Penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil

kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan

setiap karyawan.

d. Indikator Prestasi Kerja Karyawan

Prestasi kerja menurut Hasibuan (2002:95) adalah hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya

yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, dan waktu.

Prestasi kerja dapat diukur dari berbagai indikator sebagai berikut:

1) Prestasi dan kemampuan kerja, artinya hasil yang diperoleh karyawan

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

2) Tanggung jawab pekerjaan, artinya kemampuan karyawan

menyelesaikan suatu pekerjaan secara tepat waktu, berkualitas, dan

sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.

(56)

memunculkan ide-ide dan memecahkan permasalahan yang dihadapi

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

4) Loyalitas pada organisasi, artinya sikap karyawan kepada perusahaan

yang dilihat dari kesetiaan meskipun ada tawaran dari perusahaan

lainnya.

5) Disiplin kerja, artinya ketetapan karyawan dalam memulai suatu

pekerjaan, ketepatan masuk kerja, dan penggunaan jam kerja secara

efektif dan efisien.

6) Profesionalitas, artinya kemampuan karyawan menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan tuntutan perusahaan dengan selalu

mengutamakan kepentingan perusahaan.

B. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian relevan sebelumnya dilakukan oleh Endang Dyah

Widyastuti dan Waridin (2006) yang berjudul “Pengaruh Imbalan, Kondisi

Gambar

Gambar II.1. Determinasi Kepuasan Gaji
Gambar II.2. Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel III.1
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tepung kulit buah pepaya sampai tingkat 15% dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pakan alternatif sumber protein dalam ransum dengan tidak menimbulkan dampak

Walapun teknologi mixing memungkinkan untuk membuat hasil recording menjadi lebih baik, seperti misalnya menggunakan auto dynamic, namun akan menjadi lebih baik lagi bila

Setelah peneliti melakukan analisis aktivitas produksi pada perusahaan, maka peneliti melakukan pembahasan menganai hasil pengelolaan non-value-added dan value added

Moving plate, bagian yang bergerak ini minimal terdiri dari, core side yaitu kebalikan dari cavity side, bagian ini adalah bagian yang membentuk produk bagian

Bahkan bahasa asing yang sangat popular dan menjadi bahasa internasional seperti bahasa Inggris, hanya menjadi muatan lokal di sekolah dan siswa hanya fokus pada

Aspek bahasa pada LKS 2 mendapatkan rata-rata skor 3,67 dengan kategori valid, dengan salah satu validator berpendapat bahwa bahasa yang digunakan pada LKS 2 masih

Hal ini dapat dilihat dari tinggi tanaman dan jumlah daun yang diberi perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha menunjukkan hasil yang tidak berbeda