• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan sedimen urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardanoharjo, Ngaglik, Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap pemeriksaan sedimen urinalisis pada masyarakat pedukuhan Dayakan, Sardanoharjo, Ngaglik, Sleman - USD Repository"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN SEDIMEN URINALISIS PADA

MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Mayke Prasastia

NIM : 098114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN SEDIMEN URINALISIS PADA

MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Mayke Prasastia

NIM : 098114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Karya ini kupersembahkan kepada:

̴

my savior Jesus Christ ̴

̴Babe dan Mamah ̴ ̴Adikku Vini ̴

̴Tambik Ratna dan keluarga besarku ̴ ̴Teman terkasihku Sigit ̴

̴

Teman seperjuangan angkatan 2009 ̴

̴

Semua Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma ̴

̴

Almamaterku Sanata Dharma ̴

dream, believe, and make it happen

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala

bimbingan dan kasih yang diberikanNya sehingga skripsi yang berjudul

“Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil

Pemeriksaan Sedimen Urinalisis Pada Masyarakat Pedukuhan Dayakan,

Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman” dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta atas

2. Ibu dr. Fenty M. Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing atas waktu yang telah

diluangkan dan segala masukan, serta arahannya yang sangat menginspirasi.

3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku penguji yang telah bersedia

menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan kritikan yang

membangun.

4. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas masukan yang

telah diberikan.

5. Ketua Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman atas ijin dan kerja

sama yang diberikan kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian

diwilayah ini

6. dr. Fransisca dan dr. Atma Setiawati yang telah bersedia menjadi edukator

pada penyuluhan bagi warga.

(9)

viii

8. Anak-anak kost Amakusa : c’yemmy, mbak Ratih, Metri, Yoyo, mbak Adel,

c’ana, c’ting, c’dian, c’lia, c’citra, mbak Dewi, mbak Uut, Herta, Ratih, Rina,

dan Sefi, Seruni, Deby, Nita, c’cintya, Geka, Ita, Dewi, Intan, Mbak Agnes,

c’meili.

9. Teman-teman tim PKM Defi, Berta, Fiona, Meita.

10.Kak Novie, C’Agnes, Juliana, dan Novia atas semangat yang diberikan selama

ini.

11.Semua dosen, karyawan dan laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, besar harapan penulis atas saran dan kritikan

yang membangun agar skripsi ini menjadi semakin baik. Penulis juga berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

bagi Anda yang membaca tulisan ini.

Yogyakarta, 18 Januari 2013

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

(11)

x

BAB III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional Penelitian... 24

D. Subjek Penelitian ... 25

E. Lokasi Penelitian ... 26

F. Waktu Penelitian ... 26

G. Instrumen Penelitian ... 27

H. Teknik Sampling ... 27

I. Tata Cara Penelitian ... 27

1. Observasi awal ... 27

2. Permohonan ijin penelitian ... 28

3. Pelaksanaan penelitian ... 28

a. Pemeriksaan awal sedimen urinalisis ... 28

b. Pelaksanaan edukasi pertama ... 29

(12)

xi

d. Pelaksanaan edukasi kedua ... 30

e. Pelaksanaan home care ... 30

f. Pelaksanaan edukasi ketiga ... 30

g. Pemeriksaan akhir sedimen urinalisis ... 31

h. Pemberian materi ceramah dalam bentuk booklet dan souvenir ... 31

4. Pengambilan data ... 31

5. Analisis data ... 32

J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Profil Karakteristik Subjek Penelitian ... 35

(13)

xii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 66

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Tanda Mengalami Dehidrasi ... 6

Tabel II. Jumlah Cairan Masuk ... 7

Tabel III. Jumlah Cairan Keluar ... 7

Tabel IV. Karakteristik Awal Subjek Penelitian ... 36

Tabel V. Profil Usia Subjek Penelitian ... 37

Tabel VI. Profil Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 39

Tabel VII. Profil Leukosit Pucat Subjek Penelitian ... 40

Tabel VIII. Profil Leukosit Gelap Subjek Penelitian ... 42

Tabel IX. Profil Eritrosit Subjek Penelitian ... 44

Tabel X. Profil Epitel Subjek Penelitian ... 45

Tabel XI. Profil Kalsium Oksalat Subjek Penelitian ... 47

Tabel XII. Profil Bakteri Subjek Penelitian ... 49

Tabel XIII. Signifikansi Nilai Leukosit Pucat Subjek Penelitian ... 50

Tabel XIV. Signifikansi Nilai Leukosit Gelap Subjek Penelitian ... 52

Tabel XV. Signifikansi Nilai Eritrosit Subjek Penelitian ... 53

Tabel XVI. Signifikansi Nilai Epitel Subjek Penelitian ... 55

Tabel XVII. Signifikansi Nilai Kalsium Oksalat Subjek Penelitian ... 56

Tabel XVIII. Signifikansi Nilai Bakteri Subjek Penelitian ... 58

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piramida Makanan ... 2

Gambar 2. Leukosit ... 13

Gambar 3 Eritrosit ... 14

Gambar 4. Silinder ... 15

Gambar 5. Kristal ... 16

Gambar 6. Sel epitel ... 16

Gambar 7. Bakteri ... 17

Gambar 8. Jamur ... 18

Gambar 9. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest control group design dan jenis penelitian eksperimental semu ... 23

Gambar 10. Skema pembagian subjek penelitian ... 26

Gambar 11. Skema analisis data ... 32

Gambar 12. Persebaran data berdasarkan usia subjek penelitian ... 37

Gambar 13. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Usia ... 38

Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Jenis Kelamin ... 40

(16)

xv

Gambar 16. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Gelap ... 43

Gambar 17. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Eritrosit ... 44

Gambar 18. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Epitel ... 46

Gambar 19. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Kalsium Oksalat ... 48

Gambar 20. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Bakteri ... 49

Gambar 21. Perubahan Nilai Leukosit Pucat Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 51

Gambar 22. Perubahan Nilai Leukosit Gelap Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 52

Gambar 23. Perubahan Nilai Eritrosit Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 54

Gambar 24. Perubahan Nilai Epitel Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 55

Gambar 25. Perubahan Nilai Kalsium Oksalat Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 57

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian ... 66

Lampiran 2. Informed Consent ... 67

Lampiran 3. Surat Ijin BAPPEDA ... 68

Lampiran 4. Ethical Clearance ... 69

Lampiran 5. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ... 70

Lampiran 6. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan ... 71

Lampiran 7. Langkah Uji Statistik Chi-Square, Fisher,Cochran ... 72

Lampiran 8. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Awal Subjek Terkait Usia, Jenis Kelamin, Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 74

Lampiran 9. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Pucat Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 80

Lampiran 10. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Pucat Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 81

Lampiran 11. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Gelap Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 82

Lampiran 12. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Gelap Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 83

Lampiran 13. Output Uji Kebermaknaan Profil Eritrosit Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 84

Lampiran 14. Output Uji Kebermaknaan Profil Eritrosit Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 85

(18)

xvii

Lampiran 16. Output Uji Kebermaknaan Profil Epitel Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 87

Lampiran 17. Output Uji Kebermaknaan Profil Kalsium Oksalat Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 88

Lampiran 18. Output Uji Kebermaknaan Profil Kalsium Oksalat Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 89

Lampiran 19. Output Uji Kebermaknaan Profil Bakteri Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 90

Lampiran 20. Output Uji Kebermaknaan Profil Bakteri Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 91

Lampiran 21. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Akhir Subjek Setelah Edukasi 1 kali Terkait Nilai Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 92

Lampiran 22. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Akhir Subjek Setelah Edukasi 3 kali Terkait Nilai Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 97

Lampiran 23. Booklet ... 103

(19)

xviii

INTISARI

Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan sedimen urinalisis. Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimental semu dengan rancangan Non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek pada penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman dan bersedia mengikuti penelitian ini. Subjek penelitian diberikan edukasi sebanyak 3 kali dan home care, kemudian dilakukan pemeriksaan sedimen urinalisis sebelum dilakukan edukasi, setelah edukasi 1 kali, dan setelah edukasi 3 kali dan home care. Data kemudian dianalisis statistik menggunakan Chi-Square dan Fisher

untuk uji karakteristik subjek, sedangkan Cochran’s untuk uji beda 1 kelompok dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua parameter sedimen urinalisis menunjukkan adanya perbedaan. Parameter sedimen urinalisis yang menunjukan adanya perubahan antara lain leukosit gelap, leukosit pucat, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri. Karakteristik awal dari leukosit gelap, leukosit pucat, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri subjek antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah sama. Perubahan hasil pemeriksaan sedimen urinalisis subjek pada kelompok perlakuan antara pemberian edukasi 1 kali dengan pemberian edukasi 3 kali memberikan hasil yang tidak signifikan (p>0,05).

(20)

xix

ABSTRACT

The purpose of this study is to show the effect of the amount of education about drinking water habit for subject’s sediment urinalysis examination. The study was quasi experimental study with nonequivalent control group design. Inclusion criteria for subjects in this study were men and women aged 30-70 years who lived in the Dayakan, Ngaglik, Sleman and want cooperate in this study. They were given educatian 3 times and home care, and examination of sediment urinalysis prior to education, after once education, and after education 3 times and home care.The data was analyzed statistically using Chi-Square and Fisher test for characteristics of subjects, while Cochran for different test 1 group with 95% confidence interval.

The results showed that not all the parameters of sediment urinalysis showed a difference. Sediment urinalysis parameters which indicate the changes include dark leukocytes, pale leukocytes, erythrocytes, epithelial, calcium oxalate, and bacteria. Baseline characteristics of dark leukocytes, pale leukocytes, erythrocytes, epithelial, calcium oxalate, and bacteria between the control group and the treatment group there was no difference. Changes of subject’s sediment urinalysis examination in the treatment group between education once and 3 times was not statistically significant (p> 0.05).

(21)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Empat puluh lima sampai tujuh puluh lima persen tubuh manusia terdiri

dari air atau cairan tubuh, hal ini menunjukkan bahwa air sangat diperlukan oleh

tubuh manusia, sehingga jumlah asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh harus

dapat memenuhi kebutuhan tubuh (Insel, Ross, McMahon, and Bernstein, 2011).

Kebutuhan akan air pada setiap individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

salah satunya yaitu aktivitas dari setiap individu itu sendiri. Individu yang

memiliki aktivitas di luar ruangan tentu memerlukan jumlah asupan cairan yang

lebih banyak dibandingkan dengan orang yang beraktivitas di dalam ruangan

(Wulandari, 2011). Suatu kondisi dimana di dalam tubuh seseorang, tidak terdapat

sejumlah air atau cairan yang sesuai dengan kondisi seharusnya disebut juga

dengan dehidrasi. Dengan kata lain jumlah cairan keluar lebih besar dari jumlah

cairan yang masuk. Pada orang tua dan orang dengan penyakit tertentu memiliki

risiko yang lebih tinggi mengalami dehidrasi (Anonim, 2011). Salah satu akibat

dari dehidrasi yaitu terjadi ketidakseimbangan elektrolit tubuh, timbulnya rasa

lelah, dan peningkatan suhu tubuh. Tetapi jika dehidrasi yang dialami berlangsung

lama dapat menyebabkan penderita kehilangan kesadaran, bahkan dapat

mengalami gangguan fungsi organ tubuh karena darah menjadi terlalu kental

sehingga asupan nutrisi ke seluruh tubuh terganggu, termasuk ke jantung dan otak

(Wedro, 2012). Untuk mengetahui status hidrasi seseorang dapat dilihat dari hasil

(22)

mengkonsumsi cukup air yang didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan

olah Temasek Polytechnic and AFIC 1999 di Singapura yaitu tidak merasa haus,

lupa, sangat menyusahkan untuk harus minum air putih secara rutin dan

ketidakinginan untuk sering pergi ke kamar mandi.

Berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dikeluarkan

oleh DEPKES melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada tahun 2005, minum

air putih 8 gelas sehari adalah salah satu komponen yang harus dikonsumsi

seseorang setiap harinya (gambar 1), akan tetapi tanpa disadari asupan cairan yang

lebih banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat adalah minuman seperti

teh, kopi, soda, atau jus yang ternyata mengandung agen dehidrasi, sehingga

sangat penting untuk memahami dengan benar cairan yang baik untuk kita

konsumsi setiap harinya (Fauziyah, 2011).

(23)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah pada penelitian The

Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) 2009 menunjukkan bahwa

sebanyak 46,1% dari 1200 sampel urin penduduk di 6 wilayah di Indonesia

mengalami kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi) ringan. Kurangnya

pemahaman tentang pentingnya mengembangkan kebiasaan minum air putih di

kalangan masyarakat inilah, maka perlu salah satu cara yang tepat untuk dapat

memberikan informasi tentang kebiasaan air putih dengan harapan dapat

memberikan pengetahuan kepada subjek terhadap pentingnya kebiasaan minum

air putih sehingga dapat mengubah perilaku dari masyarakat. Proses belajar

adalah salah satu bagian dari kegiatan belajar. Proses belajar adalah tahap yang

akan membentuk atau merubah perilaku seseorang. Jika pada tahap proses belajar

ini dilakukan secara berulang maka akan membantu orang tersebut dalam

membentuk perilakunya menjadi lebih baik lagi. Semakin bertambahnya usia,

kemampuan dan kemauan setiap individu untuk mencari informasi yang dapat

meningkatkan kualitas kesehatan semakin berkurang. Menurut Notoatmodjo

(2007) metode edukasi yang tepat untuk diberikan pada masyarakat dengan usia

dewasa dan lanjut yaitu metode ceramah.

Pada penelitian ini kemudian dilakukan edukasi kebiasaan minum air

putih yang dilakukan secara berulang sehingga dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan sedimen urin subjek. Sebagai model penelitian ini dipilihlah warga

yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.

(24)

1. Perumusan masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan

yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Seperti apakah profil karakteristik subjek terkait hasil pemeriksaan

sedimen urin?

b. Apakah ada perubahan hasil pemeriksaan sedimen urinalisis akibat

pengaruh jumlah edukasi?

2. Keaslian penelitian

Perbandingan Hasil Pemeriksaan Sedimen Urin Subjek Akibat

Perbedaan Jumlah Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih belum

pernah dilakukan sebelumnya. Adapun beberapa penelitian sejenis yang

pernah dilakukan sebelumnya antara lain:

a. Perbandingan Status Gizi, Status Kesehatan, Dan Status Hidrasi Antara

Remaja Dan Dewasa (Adiningsih dan Hardinsyah, 2011).

b. Kebiasaan Minum, Kebutuhan Air, Dan Kecenderungan Dehidrasi Siswa

Sekolah Dasar (Annisa, 2009).

Penelitian-penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya dalam hal subjek uji, objek pengamatan, lokasi

(25)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Menjadi sumbangan ilmu dan informasi tentang perbedaan jumlah

edukasi terhadap hasil pemeriksaan sedimen urin.

b. Manfaat praktis

Jumlah pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih

diharapkan dapat menjadi acuan dalam menentukan lama waktu

pemberian edukasi bagi subjek dan dapat meningkatkan pengetahuan

subjek penelitian.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat profil karakteristik subjek terkait hasil pemeriksaan sedimen

urin.

2. Untuk mengetahui perubahan hasil pemeriksaan sedimen urin akibat

(26)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana jumlah cairan yang keluar lebih

besar dari jumlah cairan yang masuk. Dehidrasi dapat dialami oleh setiap orang

anak-anak maupun orang dewasa. Seseorang yang mengalami dehidrasi dapat

disebabkan oleh kurangnya asupan cairan ke dalam tubuh, meningkatnya

pengeluaran cairan tubuh, atau kombinasi dari keduanya. Gejala pertama yang

dapat dirasakan ketika seseorang dehidrasi yaitu adanya rasa haus. Menurut

Whitney and Rolfes (2011) dengan bertambahnya usia, rasa haus ini semakin sulit

direspon oleh tubuh. Gejala lain yang dapat ditimbulkan tergantung tingkatan

dehidrasinya yang ditunjukkan pada tabel I.

Tabel I. Tanda mengalami dehidrasi

Body weight lost (%) Symptom

1-2 Haus, tenggorokan kering, capek, lemah, kehilangan nafsu makan

3-4 Mulut kering, jumlah urin berkurang, 5-6 Sakit kepala, mengantuk, peningkatan kecepatan

bernafas

7-10 Kehilangan keseimbangan, kejang otot, pusing, koma Sumber : Whitney and Rolfes, 2011

Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh sehingga tidak terjadi

dehidrasi dapat dilakukan dengan menjaga keseimbangan antara jumlah cairan

(27)

Tabel II. Jumlah Cairan Masuk

Sumber cairan Jumlah (mL)

Air 550-1500 Makanan 700-1000 Metabolit air 200-300

Total 1450-2800 Sumber : Whitney and Rolfes, 2011

Tabel III. Jumlah Cairan Keluar Cairan yang keluar Jumlah (mL)

Ginjal (urin) 500-1400 Kulit (keringat) 450-900 Paru-paru (nafas) 350 Saluran pencernaan (feses) 150

Total 1450-2800 Sumber : Whitney and Rolfes, 2011

B. Air Putih

Setiap sel dalam tubuh kita membutuhkan air untuk keseimbangan proses

metabolisme tubuh yang sangat tergantung pada asupan cairan kedalam tubuh.

Bila jumlahnya tidak seimbang dengan pengeluaran, maka akan mengalami

gangguan ataupun dehidrasi (Hidayati, 2010). Oleh karena itu, air memiliki fungsi

dalam proses penting yang terjadi didalam tubuh, antara lain :

1. Pelarut dan alat angkut

Fungsi air sebagai pelarut dan alat angkut yaitu menjadi pelarut zat-zat

penting bagi tubuh seperti monosakarida, glukosa, vitamin, mineral, dan asam

amino. Air akan mengangkut zat-zat penting tersebut ke seluruh tubuh

bahkan ke dalam sel agar terjadi suatu proses metabolisme. Selain membawa

nutrisi ke seluruh tubuh, air juga berfungsi membawa sisa-sisa metabolisme

(28)

2. Pengatur suhu

Adanya kelebihan panas di dalam tubuh akibat dari hasil metabolisme

ataupun karena cuaca, akan memicu tubuh untuk melakukan proses

homeostasis, tubuh akan mengeluarkan cairan berupa keringat. Pada saat

cuaca dingin tubuh juga melakukan proses homeostasis untuk menghangatkan

tubuh dengan cara mengeluarkan cairan melalui urin.

3. Katalisator

Sebagai katalisator air berperan untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi

kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana.

4. Pelumas

Sebagai pelumas dan bantalan disekitar sendi, di dalam mata, dan pada bagian

saraf tulang belakang (Almatsier, 2009).

Sumber cairan yang diperlukan oleh tubuh bisa didapatkan dari makanan

dan minuman. Makanan menyumbang sekitar 35% masukan air ke dalam tubuh,

sedangkan 65% asupan air didapatkan dari minuman. Air putih adalah salah satu

jenis minuman yang baik bagi tubuh. Syarat air putih yang baik dan sehat dapat

dilihat dari aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi. Menurut Departemen Kesehatan,

syarat-syarat air putih yang layak untuk diminum adalah tidak berasa, tidak

berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya,

kadar pH Netral dan tidak mengandung logam berat (Fauziyah, 2011). Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan minum air 1.500 mL per hari. Jumlah

asupan air ini berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung dari usia, aktivitas,

(29)

Membiasakan minum air putih sangat penting bagi tubuh untuk

membantu organ-organ didalam tubuh kita bekerja optimal dan menggantikan

cairan yang hilang. Dengan mengkonsumsi air yang cukup, tubuh dapat terhindar

dari berbagai dampak dehidrasi seperti sakit kepala, infeksi salular kemih, batu

ginjal, konstipasi, dan lain-lain (Whitney and Rolfes, 2011).

C. Urin

Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui

ginjal. Dari 170.000 mL plasma yang di filtrasi oleh ginjal akan keluar dalam

bentuk urin dengan jumlah rata-rata 1.200 mL setiap harinya (Fischbach and

Dunning III, 2004). Pada kondisi normal urin terdiri dari 95% air dan 5% zat

terlarut. Urea adalah salah satu contoh zat terlarut yang terdapat pada urin, yang

mana jumlahnya sekitar setengah dari total keseluruhan jumlah zat terlarut pada

urin. Kepekatan ataupun kandungan yang terdapat didalam urin pada setiap orang

bervariasi tergantung dari makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik, metabolisme

dalam tubuh, dan fungsi sistem endokrin. Asupan makanan adalah salah satu

faktor yang sangat mempengaruhi jumlah komponen anorganik pada urin.

Komponen lain yang dapat ditemukan pada urin yaitu hormon, vitamin dan

obat-obatan. Selain itu pada urin juga bisa ditemukan komponen lain yang dapat

mengindikasikan suatu penyakit jika jumlahnya terlalu tinggi yaitu kristal, epitel,

(30)

D. Urinalisis

Urinalisis adalah saah satu tes yang dilakukan pada sampel urin pasien

dengan tujuan untuk mendiagnosis adanya infeksi ataupun gangguan pada

organ-organ tertentu dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau

perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi

(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum (Riswanto, 2010).

Urinalisis adalah salah satu jenis pemeriksaan yang sampai saat ini masih sering

dilakukan di rumah sakit dan di laboratorium klinik, hal ini dikarenakan spesimen

urin memiliki dua keunikan yaitu urin dapat selalu diambil kapan saja dan mudah

dalam pengambilan sampelnya, serta hasil dari pengambilan urin dapat

memberikan informasi tentang hampir keseluruhan dari fungsi metabolisme tubuh

(Fischbach and Dunning III, 2004).

Hal yang perlu dperhatikan pada saat pengambilan spesimen urin yaitu

harus dilakukan secara benar. Hasil urinalisis yang akurat didapatkan jika

spesimen urin yang akan diperiksa juga berkualitas. Pengambilan spesimen urin

yang dapat dilakukan untuk mengurangi kontaminan yaitu dengan mengambil

urin bagian tengah. Cara pengambilan spesimen urin bagian tengah yaitu pasien

yang akan diambil sempel urin diminta untuk membuang beberapa mililiter urin

pertama yang keluar, setelah itu menahan sejenak, baru kemudian menampung

urinnya (Sacher and McPherson, 2004). Tempat atau wadah yang digunakan

untuk pengambilan spesimen juga perlu diperhatikan yaitu wadah yang sekali

pakai untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kontaminan. Jarak antara

(31)

spesimen tidak dapat mencapai jangka waktu tersebut dapat dilakukan cara lain

untuk menjaga agar spesimen tetap memiliki kualitas yang baik yaitu dengan

mendinginkan dengan memasukan ke dalam kulkas (2-8C) atau dengan

menambahkan pengawet pada spesimen tersebut (Strasinger and Lorenzo, 2008).

Tipe spesimen urin yang dikumpulkan dibedakan menjadi beberapa tipe,

tergantung dari kebutuhan penelitian. Beberapa tipe spesimen urin yang sering

diterapkan pada beberapa penelitian antara lain :

1. Urin sewaktu, yaitu urin yang dapat dikumpulkan di waktu yang ditentukan

sendiri. Tipe spesimen urin ini sering digunakan dan mudah. Tipe spesimen

ini biasa digunakan untuk analisis urin rutin.

2. Urin pagi, yaitu urin yang dikumpulkan pada pagi hari saat pertama kali

bangun tidur pagi. Tipe spesimen urin ini biasa digunakan untuk periksa

kehamilan dan mencegah munculnya hasil negatif palsu adanya proteinuria

pada wanita hamil.

3. Katerisasi, yaitu urin yang dikumpulkan dengan menggunakan kateter.

Biasanya dilakukan untuk mendapatkan spesimen yang bersih (bebas

kontaminan).

4. Mid-stream, yaitu urin yang dikumpulkan dengan sebelumnya dilakukan

pembilasan uretra. Tipe ini adalah alternatif dari tipe katerisasi.

Dikenal dua jenis pemeriksaan urin yaitu pemeriksaan urin rutin dan

pemeriksaan urin lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah

pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin (Wirawan, Immanuel, dan

(32)

penampakan warna urin, sedangkan pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat

dilakukan dengan metode dipstik, yang dapat memberikan informasi mengenai

BJ, pH, glukosa, protein, keton, urobilinogen, bilirubin, darah, nitrit, dan leukosit

esterase. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan untuk mengamati sel atau partikel

yang mungkin ada didalam urin (Sacher and McPherson, 2004).

E. Pemeriksaan Sedimen Urin

Pemeriksaan sedimen urin sering disebut dengan pemeriksaan

mikroskopik. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi dan

mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak larut dalam urin seperti eritrosit,

leukosit, sel epitel, bakteri, jamur, kristal dan lain-lain. Komponen-komponen

tersebut dalam jumlah tertentu tidak menunjukkan gejala klinis yang berarti, tetapi

jika komponen tersebut terjadi peningkatan jumlah secara signifikan maka dapat

menunjukkan adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya

penyakit (Strasinger and Lorenzo, 2008).

Pemeriksaan sedimen biasanya dilakukan dengan mengambil sampai 1

mL spesimen urin, kemudian disentrifugasi selama 10 menit, bagian supernatan

dibuang, baru setelah itu diambil 1 tetes pada bagian lapisan bawah dan diamati

dibawah mikroskop, pada beberapa pemeriksaan juga ditambahkan pewarna untuk

meningkatkan kejelasan pengamatan. Hasil yang didapatkan dilaporkan dalam

satuan semikuantitatif sewaktu objek diamati yaitu jumlah rata-rata per Lapang

Pandang Kecil (LPK) atau per Lapang Pandang Besar (LPB) (Sacher and

(33)

5+, dimana 1+ jarang atau sangat sedikit, 2+ hanya sedikit, 3+ sedang, 4+ banyak,

5+ sangat banyak. Bentuk atau format pelaporan ini untuk setiap laboratorium

berbeda, tergantung acuan yang digunakan oleh masing-masing laboratorium

(Strasinger and Lorenzo, 2008). Unsur sedimen tersebut biasanya dibagi atas dua

golongan yaitu unsur organik dan anorganik. Unsur organik berasal dari sesuatu

organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan

jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang anorganik tidak berasal dari sesuatu

organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal (Wirawan, dkk., 2011).

1. Leukosit

Leukosit didalam sedimen urin mungkin ditemukan dalam urin Leukosit gelap

maupun leukosit pucat dalam jumlah kurang dari 5 sel per LPB. Ditemukannya

leukosit lebih dari 5 sel per LPB pada urin disebut piuria (Gambar 2). Keadaan

ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret

vagina pada penderita dengan fluor albus (Tierney, McPhee, and Papadakis,

2002).

(34)

2. Eritrosit

Pada urin normal eritrosit bisa ditemukan 0 — 3 sel per LPB. Adanya eritrosit

lebih dari 5 sel per LPB dalam urin disebut hematuria (gambar 3). Hematuria

dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal,

nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa

hemoragik (Tierney, dkk., 2002).

Gambar 3. Eritrosit (Anonim, 2007)

3. Silinder

Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal,

mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan

kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Beberapa tipe

silinder yang biasa ditemukan pada urin yaitu hyalin, granula, eritrosit, dan

leukosit (gambar 4). Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi

oleh tubuli ginjal. Pada kondisi normal tidak ditemukan adanya silinder pada

(35)

Gambar 4. Silinder. (a) Hyalin; (b) granula; (c) eritrosit; (d) leukosit (Anonim, 2007)

4. Kristal

Ditemukannya kristal pada sampel urin tidak berhubungan langsung dengan

batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat

dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan

dalam jumlah kecil tidak mempunyai arti, karena adanya kristal-kristal tersebut

dapat dipengaruhi oleh hasil metabolisme yang normal, tergantung dari jenis

makanan atau minuman yang dikonsumsi, selain itu juga dipengaruhi oleh

kepekatan urin atau berasal dari obat-obatan (gambar 5) (Wirawan, dkk.,

2011).

a

b

(36)

Gambar 5. Kristal. (a) Kalsium oksalat; (b) triple fosfat; (c) asam urat (Anonim, 2007)

5. Epitel

Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal

didapatkan dalam sedimen urin (gambar. 6). Dalam keadaan patologik jumlah

epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran

kemih. Pada sindrom nefrotik didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval

fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi

lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa

dengan menggunakan mikroskop polarisasi (Wirawan, dkk., 2011).

Gambar 6. Sel epitel (Anonim, 2007)

a

(37)

6. Bakteri

Pada sampel urin normal seharusnya tidak ditemukan adanya bakteri dan

dipastikan bahwa spesimen tersebut dalam kondisi tidak tercemari oleh

kontaminan dari luar. Pada urin dapat ditemukan bakteri biasanya dalam

bentuk batang atau bulat (gambar 6). Adanya bakteri bisa menunjukkan

terjadinya infeksi saluran kemih, dan biasanya ditemukan pula leukosit dalam

jumlah banyak. Pada urin bisa ditemukan bakteri yang berasal dari vagina

uretra genitalia, atau dari adanya kontaminan yang terdapat pada pot

penampung urin (Strasinger and Lorenzo, 2008).

Gambar 7. Bakteri (Anonim, 2007)

7. Jamur

Jarang ditemukan pada spesimen urin dan pada urin normal tidak ditemukan.

Ditemukannya jamur pada urin biasanya diikuti pula ditemukannya leukosit

pada urin dalam jumlah banyak (gambar 8). Jamur yang biasa ditemukan pada

urin yaitu jenis Candida albicans dan sering dijumpai pada penderita diabetes,

wanita dengan moniliasis vagina, dan penderita immunocompromised

(38)

Gambar 8. Jamur (Anonim, 2007)

F. Edukasi

Kesehatan individu, kelompok, ataupun masyarakat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, berdasarkan urutan besarnya pengaruh terhadap kesehatan,

sebagai berikut:

1. lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik,

ekonomi, dan sebagainya,

2. perilaku,

3. pelayanan kesehatan, dan

4. hereditas (keturunan) (Notoatmodjo, 2007).

Pemberian edukasi kesehatan kepada masyarakat adalah salah satu upaya

agar masyarakat mengetahui atau menyadari dan memahami bagaimana

memelihara kesehatan mereka dengan cara yang tepat. Kegiatan belajar mencakup

tiga hal pokok yang ada didalamnya yaitu masukan (input), proses, dan keluaran

(output). Proses adalah mekanisme terjadinya suatu perubahan pada diri subjek

belajar. Proses belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu

(39)

(input) yang diberikan dapat berupa materi baru yang mendukung adanya

perubahan perilaku kesehatan atau berupa materi yang sama seperti materi yang

pernah didapatkan sebelumnya dengan mengundang praktisi kesehatan. Tujuan

akhir dari edukasi tentang kesehatan yaitu adanya perubahan perilaku dari

masyarakat sasaran dan dapat mempraktekan gaya hidup sehat bagi dirinya sendiri

dan bagi masyarakat di lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).

G. Ceramah

Ceramah yaitu salah satu metode pengajaran yang ditujukan untuk

menyampaikan atau berbagi informasi dan pengetahuan secara lisan kepada

kelompok sasaran yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini baik

diaplikasikan pada peserta penyuluhan dalam jumlah besar yaitu lebih dari 15

orang dan memiliki pendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2007).

Metode ceramah akan berhasil jika penceramah telah mempersiapkan diri

sebelumnya yaitu dengan mempelajari materi yang akan disampaikan dan

mempersiapkan alat bantu pengajaran yang dibutuhkan demi tersampaikannya

materi pengajaran dengan baik. Metode ceramah merupakan metode yang umum

digunakan untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Metode ini menjadi

lebih efektif apabila ditambahkan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah

dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Soebroto,

(40)

H. Landasan Teori

Air merupakan hal yang penting bagi tubuh kita, karena akan

mempengaruhi kerja dari organ-organ penting dalam tubuh kita, sehingga

membiasakan diri mengkonsumsi air putih setiap harinya perlu dikembangkan.

WHO menganjurkan minum air 1.500 mL per hari. Jumlah asupan air putih ini

tidak mutlak untuk setiap orang, karena ada beberapa faktor lain yang dapat

mempengaruhi di antaranya usia, aktivitas, keadaan, dan berat badan orang

tersebut. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahuinya yaitu dengan melakukan

pemeriksaan sampel urin. Salah satu pemeriksaan sampel urin yang dilakukan

yaitu dengan melihat secara mikroskopik atau biasa disebut dengan pemeriksaan

sedimen urin dimana unsur-unsur yang dilihat antara lain : epitel, eritrosit,

leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit, dan kristal.

Edukasi adalah salah satu cara penyampaian informasi kepada

masyarakat. Metode edukasi yang dilakukan tergantung dari jumlah sasaran atau

peserta edukasi. Ceramah adalah salah satu metode yang dapat dilakukan untuk

menyampaikan informasi kepada suatu kelompok dengan jumlah lebih dari 15

orang. Tujuan akhir diadakannya edukasi ini adalah adanya perubahan perilaku

dari peserta edukasi. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan pendekatan

dengan cara melakukan pengulangan pemberian edukasi yang bisa pula

(41)

I. Kerangka Konsep

J. Hipotesis

Perubahan hasil pemeriksaan sedimen urin akibat pemberian edukasi

ditunjukkan setelah pemberian edukasi ketiga kalinya. Jumlah pemberian edukasi

tentang kebiasaan minum air putih

Hasil pemeriksaan sedimen urinalisis

(42)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental

research) dengan rancangan penelitian eksperimental ulang non-random (

Non-randomized pretest-posttest control group design). Penelitian eksperimental semu

adalah suatu desain penelitian yang memiliki kelompok kontrol tetapi

variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi, tetap tidak dapat sepennuhnya dikontrol

(Sugiyono, 2011). Non-randomized pretest-posttest control group design adalah

suatu desain dimana terdapat dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan yang tidak dipilih secara acak (nonrandomized), kemudian

dilakukan pretest, dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan awal untuk

mengetahui keadaan awal perbedaan antara kelompok kontrol dan perlakuan

(Pratiknya, 2001). Hasil pretest yang baik adalah bila nilai kelompok kontrol dan

perlakuan menunjukkan tidak berbeda secara bermakna. Pada penelitian ini subjek

uji dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan. Pada kedua kelompok subjek dilakukan 3 kali pengukuran yaitu awal

sebelum dilakukannya intervensi, tengah setelah diberikan edukasi 1 kali, dan

akhir setelah dilakukan edukasi 3 kali dan home care. Intervensi berupa edukasi

(43)

diberikan intervensi apapun. Secara skematis ditunjukkan pada gambar dibawah

ini.

Gambar 9. Skema rancangan Non-randomized pretest-posttest control group design dan jenis penelitian eksperimental semu

Keterangan :

P1 : Pengukuran awal pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok perlakuan

P1k : Pengukuran awal pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol

P2 : Pengukuran tengah pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok

perlakuan

P2k : Pengukuran tengah pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol

P3 : Pengukuran akhir pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok perlakuan

P3k : Pengukuran akhir pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol

E1 : Pemberian edukasi pertama

E2 : Pemberian edukasi kedua

E3 : Pemberian edukasi ketiga

Hc : Home care

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) : edukasi dan home care

2. Variabel tergantung (dependent) : hasil pemeriksaan sedimen urin

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : umur

b. Variabel pengacau tak terkendali : gaya hidup, tingkat pendidikan,

makanan, minuman, kondisi patologis dan fisiologis.

Kelompok Perlakuan P1---E1---P2---E2---Hc---E3---P3

(44)

C. Definisi Operasional

1. Jumlah edukasi yaitu penyampaian materi edukasi kebiasaan minum air

putih dengan metode ceramah kepada subjek penelitian sebanyak 3 kali

dan home care.

2. Ceramah yaitu suatu bentuk penyampaian edukasi tentang kebiasaan

minum air putih secara lisan dengan bantuan powerpoint yang berisi

materi ceramah yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku dari subjek.

3. Pemeriksaan sedimen urinalisis yaitu pengambilan sampel urin subjek

untuk diperiksa yang dilakukan sebanyak 3 kali yaitu tahap awal sebelum

dilakukan edukasi, tahap tengah yaitu setelah edukasi 1 kali, dan tahap

akhir yaitu setelah edukasi 3 kali.

4. Sedimen urinalisis adalah parameter urinalisi yang diukur mencakup

leukosit pucat, sel gliter, leukosit gelap, eritrosit, epitel, kalsium oksalat,

asam urat, triple fosfat, bakteri, jamur, silinder hyalin, silinder granula,

silinder epitel, silinder eritrosit, dan silinder leukosit.

5. Standar sedimen urin yang digunakan berpedoman pada standart sedimen

urin yang ditetapkan oleh Laboratorium Rumah Sakit Bethesda.

6. Profil Karakteristik subjek penelitian meliputi demografi, profil sedimen

urinalisis. Karakteristik demografi meliputi usia dan jenis kelamin.

7. Urin pagi yaitu urin yang dikeluarkan pertama pada pagi hari setelah

bangun tidur.

8. Midstream urine adalah urin pancaran tengah, dimana aliran pertama urin

(45)

disediakan.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah warga yang bertempat tinggal

di RT. 04, 05, 06, dan 07 Pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo, Ngaglik,

Sleman, Yogyakarta dan memenuhi kriteria inklusi, bersedia diambil sampel

urinnya (inform consent), dan mengikuti edukasi yang diberikan oleh peneliti.

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu laki-laki maupun perempuan, yang

berusia antara 30-70 tahun. Pada awal penelitian, jumlah subjek penelitian yaitu

73 orang. Kemudian dilakukan skrining sesuai dengan kriteria inklusi yang telah

ditentukan sehingga didapatkan 60 subjek penelitian. Dari 60 subjek penelitian,

dikelompokan secara acak menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan, sehingga setiap masing-masing kelompok terdiri dari 30

subjek. Secara skematis pengelompokan subjek uji ditampilkan pada gambar

(46)

*Pemeriksaan awal sebelum edukasi **Pemeriksaan tengah setelah edukasi 1 kali

***Pemeriksaan akhir setelah edukasi 3 kali dan home care

Gambar 10. Skema pembagian kelompok subjek penelitian

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik,

Sleman, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan sedimen urinalisis diperoleh dari

Laboratorium Bethesda, Yogyakarta.

F. Waktu Penelitian

Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli sampai

Oktober 2012.

*** ***

** **

(47)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu formulir data

penelitian, inform consent, pot urin, powerpoint edukasi, dan data hasil

laboratorium.

H. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability

sampling, dengan jenis sampling purposive. Nonprobability sampling yaitu salah

satu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi kesempatan yang sama

pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampling purposive

yaitu sampel ditentukan dengan suatu pertimbangan tertentu dari peneliti

(Sugiyono, 2011). Ukuran sampel untuk metode penelitian eksperimental jumlah

sampel untuk masing-masing kelompok yaitu 15 subjek penelitian. Pada

penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu 60 sampel. Karena pada

penelitian ini analisis data menggunakan statistik sehingga ukuran sampel

minimum adalah 30 sampel (Hasan, 2002).

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang memungkinkan

(48)

Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta yang berusia 30-70 tahun, terkait

aktivitas dari warga.

2. Permohonan ijin penelitian

Permohonan ijin diajukan ke Bappeda Kabupaten Sleman Yogyakarta, kantor

Kecamatan Ngaglik, kantor Kepala Desa Sardonoharjo, Ketua Pedukuhan

Dayakan, dan Komisi Etik Penelitian dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gajah Mada untuk memenuhi etika penelitian yang menggunakan

sampel biologis manusia. Dalam penelitian ini sampel biologis yang

digunakan yaitu urin. Permohonan ijin juga diajukan ke Laboratorium RS

Bethesda sebagai penyedia sarana prasarana sekaligus pelaksana pemeriksaan

urin.

3. Pelaksanaan Penelitian

a. Pemeriksaan awal sedimen urinalisis

Pemeriksaan awal sedimen urinalisis dilakukan dengan mengunjungi

masing-masing rumah subjek penelitian untuk memberikan pot urin

sebagai wadah urin subjek uji disertai dengan pengisisan formulir data

penelitian dan informed consent bagi warga yang menyetujui mengikuti

penelitian dan menjelaskan bagaimana kapan urin diambil dan cara

pengambilan urin dengan metode midstream pada pagi hari setelah bangun

tidur. Urin yang sudah ditampung oleh subjek penelitian kemudian diambil

oleh peneliti yang kemudian langsung diantar ke Laboratorium Bethesda.

Pengambilan sampel urin tahap awal ini dilakukan selama 4 hari dimana

(49)

sampai 12 Juli 2012. Pada penelitian ini pengukuran sedimen urin

dilakukan oleh petugas dari laboratorium RS Bethesda. Pada penelitian ini

pengukuran dilakukan oleh tenaga ahli agar hasil yang didapatkan dapat

dipastikan validitasnya dan untuk menghindari subjektivitas dari peneliti.

Laboratorium RS Bethesda dipilih sebagai tempat penelitian karena

laboratorium ini telah terstandarisasi yang ditunjukkan dengan memiliki

sertifikat ISO.

b. Pelaksanaan edukasi pertama

Edukasi pertama diadakan pada tanggal 18 Juli 2012 di aula Pedukuhan

Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Materi edukasi diberikan oleh

dokter Fransisca yang merupakan dokter di Puskesmas Umbulharjo II dan

dihadiri oleh semua subjek kelompok perlakuan. Setelah dr. Fransisca

selesai memberikan semua materi, kemudian dilanjutkan tanya jawab

antara pemateri dan subjek penelitian. Materi edukasi yang diberikan pada

edukasi pertama yaitu tentang manfaat minum air putih, kesehatan ginjal,

dan sedikit penjelasan interpretasi data hasil pemeriksaan urinalisis.

c. Pemeriksaan kedua sedimen urinalisis

Metode pengambilan sampel urin pada pemerikasaan kedua ini sama

seperti pada pemeriksaan pertama. Pengambilan sampel urin tahap kedua

ini dilakukan selama 4 hari dimana setiap harinya urin yang diambil yaitu

(50)

d. Pelaksanaan edukasi kedua

Edukasi kedua diadakan pada tanggal 27 Agustus 2012 di aula Pedukuhan

Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Materi edukasi diberikan oleh

dokter Atma Setiawati mengenai kebutuhan tubuh akan cairan, cara

membiasakan minum air putih, dan penyakit yang dapat muncul jika tidak

membiasakan minum air putih. Pada edukasi ini juga dihadiri oleh semua

subjek kelompok perlakuan dan ada sesi tanya jawab antara pemateri dan

subjek penelitian.

e. Pelaksanaan home care

Pelaksanaan home care yang dilakuan yaitu dengan melakukan kunjungan

pada masing-masing rumah subjek penelitian kelompok perlakuan untuk

mengingatkan subjek uji untuk selalu membiasakan minum air putih,

selain itu peneliti juga menanyakan apakah sudah mulai membiasakan

minum air putih. Pelaksanaan home care ini dilakukan sebanyak satu kali,

pada saat pemberian undangan pelaksanaan edukasi ketiga.

f. Pelaksanaan edukasi ketiga

Edukasi ketiga diadakan pada tanggal 28 September 2012 di aula

Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman dan kembali

diberikan oleh dokter Atma Setiawati. Materi edukasi yang diberikan pada

edukasi ketiga ini yaitu mengingatkan kembali kepada subjek penelitian

terhadap pentingnya membiasakan minum air putih dan mendorong subjek

(51)

semua subjek kelompok perlakuan dan ada sesi tanya jawab antara

pemateri dan subjek penelitian.

g. Pemeriksaan akhir sedimen urinalisis

Metode pengambilan sampel urin pada pemerikasaan akhir ini sama

seperti pada pemeriksaan sebelumnya. Pengambilan sampel urin tahap

kedua ini dilakukan selama 4 hari dimana setiap harinya urin yang diambil

yaitu 15 sampel urin yaitu dari tanggal 1 sampai 4 Oktober 2012.

h. Pemberian materi ceramah dalam bentuk booklet dan souvenir

Materi edukasi pertama sampai ketiga dikumpulkan dan dibuat dalam

bentuk booklet. Tujuan pembuatan booklet ini yaitu agar subjek penelitian

daat selalu mengingat informasi kesehatan yang telah didapatkan dan tetap

membiasakan minum air putih. Isi dari booklet yaitu kebutuhan cairan

tubuh, manfaat cairan bagi tubuh, pentingnya minum air putih bagi

kesehatan, penyakit-penyakit yang terjadi apabila tidak membiasakan

minum air putih. Booklet diberikan pada semua subjek penelitian baik

kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Pada saat pemberian

booklet, subjek uji juga diberikan hasil pemeriksaan urinalisis terakhir dan

souvenir sebagai kompensasi karena telah mengikuti penelitian dari awal

sampai akhir.

4. Pengambilan Data

Data didapatkan dari formulir subjek penelitian dan hasil uji laboratorium

(52)

penelitian ini ada 3 data yaitu pertama, data hasil pemeriksaan laboratorium

sebelum pelaksanaan intervensi edukasi, kedua data hasil pemeriksaan

laboratorium setelah pelaksanaan intervensi edukasi 1 kali, ketiga data hasil

pemeriksaan laboratorium setelah pelaksanaan intervensi edukasi 3 kali dan

home care.

5. Analisis Data

Data-data yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis

menggunakan program SPSS, secara skematis dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 11. Skema Analisis Data

a) Uji Normalitas

Uji normalitas ditujukan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu

variabel yang digunakan pada suatu penelitian. Selain itu, untuk

menentukan uji hipotesis yang akan dipakai selanjutnya. Untuk

mengetahui suatu data memiliki distribusi normal atau tidak secara analitis •Data dikelompokan menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

•Uji normalitas dengan kolmogorov smirnov

•Uji signifikansi Chi-square(skala pengukuran kategorik) untuk mengetahui karakteristik awal dan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan nilai parameter yang diukur antara kelompok kontrol dan perlakuan. jika data yang didapatkan tidak memenuhi syarat maka digunakan uji

Fisher.

(53)

dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov jika memiliki sampel yang

besar yaitu lebih dari 50 atau menggunakan uji Shapiro-Wilk jika sampel

kecil yaitu kurang dari atau sama dengan 50 (Dahlan, 2011). Suatu data

dikatakan normal jika memiliki nilai p > 0,05.

b) Uji Signifikansi

1. Uji Chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel

yang memiliki skala kategorik. Suatu data dikatakan memiliki

hubungan antar variabel yang diuji jika p < 0,05.

2. Uji Fisherdigunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang

memiliki skala kategorik dan tidak memenuhi syarat uji Chi-Square.

Suatu data dikatakan memiliki hubungan antar variabel yang diuji jika

p < 0,05.

3. Uji Cochran digunakan untuk mengetahui perbedaan perubahan suatu

parameter yang diuji dengan jumlah kategori lebih dari dua karena

adanya intervensi yang diberikan. Suatu data dikatakan terdapat

perbedaan pada antar pengukuran jika nilai p < 0,05.

4. Analisis Post Hoc dengan menggunakan uji McNemar dilakukan

apabila ada perbedaan hasil pemeriksaan setelah pemberian edukasi

dan untuk mengetahui setelah edukasi ke berapa menunjukkan adanya

perbedaan hasil pemeriksaan. Suatu data dikatakan terdapat perbedaan

(54)

J. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian

1. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dari penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat mengontrol interaksi

yang mungkin terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

Interaksi ini mungkin terjadi karena letak rumah subjek yang saling

berdekatan dan adanya pertemuan rutin ibu-ibu PKK setiap bulannya. Selain

itu, pemberi materi yang berbeda pada edukasi pertama dengan edukasi kedua

dan ketiga, yang mana cara penyampaiannya juga berbeda. Hal lain yang

menjadi kelemahan penelitian yaitu pada pemeriksaan sedimen urinalisis

bertepatan dengan bulan ramadhan sehingga mempengaruhi hasil

pemeriksaan sedimen urinalisis.

2. Kesulitan Penelitian

Kesulitan penelitian ini yaitu pada saat awal penawaran untuk ikut bekerja

sama dalam penelitian ini, tidak sedikit dari warga yang menolak untuk ikut

bekerja sama dengan berbagai macam alasan. Kesulitan lain yang ditemui

penelitian yaitu sulitnya mencari waktu yang tepat untuk dilakukannya

edukasi, sehingga akhirnya diputuskan edukasi dilaksanakan pada malam hari

(55)

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan parameter-parameter sedimen

urin yang diukur antara lain: leukosit pucat, sel gliter, leukosit gelap, eritrosit,

epitel, kalsium oksalat, asam urat, triple fosfat, bakteri, jamur, silinder hyalin,

silinder granula, silinder epitel, silinder eritrosit, silinder leukosit, lain-lain. Pada

penelitian ini yang akan dilihat karakteristik dan kebermaknaannya hanya

parameter yang menunjukkan adanya perbedaan yaitu leukosit pucat, leukosit

gelap, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri.

A. Profil Karakteristik Subjek Penelitian

Pada tabel IV. ditunjukkan karakteristik awal subjek penelitian secara

keseluruhan yang kemudian digunakan sebagai data dasar (baseline) dalam

penelitian. Setiap variabel yang menunjukkan karakteristik subjek pada penelitian

ini di uji secara statistik dengan uji statistik Chi-Square. Uji statistik Chi-Square

digunakan untuk menguji suatu data dengan skala kategorik. Uji statistik ini

ditujukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada setiap variabel antara

(56)

Tabel IV. Karakteristik Awal Subjek Penelitian

*) Uji Statistik Chi-Square

**) Uji Statistik Fisher

Dari nilai p yang disajikan pada tabel IV, secara keseluruhan variabel

menunjukkan nilai p>0,05, hal ini berarti ada perbedaan secara tidak bermakna

antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Hasil yang didapatkan

sesuai dengan harapan, karena adanya kesamaan karakteristik pada subjek

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, sehingga dapat digunakan untuk

mengetahui perubahan hasil sedimen urin antara sebelum dan sesudah

(57)

1. Usia

Usia subjek penelitian dikelompokan menjadi 2 kelas yaitu 30-59

tahun dan 60-70 tahun. Pembagian kelompok subjek ini berdasarkan lansia dan

sebelum lansia. Sebelum dilakukan uji Chi-Square untuk mengetahui

karakteristik subjek. Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-smirnov. Didapatkan nilai p = 0,200 (p>0,05), menunjukkan

bahwa subjek uji terdistribusi normal pada masing-masing kelompok usia.

Secara deskriptif ditunjukkan pada Q-Q plot dimana data tersebar disekitar

garis (gambar. 12).

Gambar 12. Persebaran data berdasarkan usia subjek penelitian

Tabel V. Profil Usia Subjek Penelitian

Rentang Usia

Perlakuan Kontrol

Σ Subjek

penelitian %

Σ Subjek

penelitian % 30-59 23 76,7 25 83,3 60-70 7 23,3 5 16,7

(58)

Pada tabel V ditunjukkan bahwa jumlah subjek uji tertinggi yaitu

subjek uji pada rentang usia 30-59 tahun pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol, dengan jumlah peresentase 83,3% untuk kelompok

perlakuan dan 76,7% untuk kontrol (gambar. 13).

Gambar 13. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Usia

Uji statistik yang digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan

karakteristik usia subjek antara kelompok kontrol dan perlakuan digunakan uji

Chi-Square. Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan suatu

variabel dengan skala kategorik tidak berpasangan dengan tabel 2 x 2 (Dahlan,

2011). Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan diperoleh nilai p =

0,519. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa karakteristik usia antara kelompok

kontrol dengan kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna, dengan kata lain

pembagian usia antara kelompok kontrol dan perlakuan adalah sama. Hasil

(59)

yang didapatkan sesuai dengan harapan, karena adanya kesamaan karakteristik

pada subjek kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin subjek pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua

yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah subjek penelitian laki-laki dan

perempuan untuk masing-masing kelompok subjek penelitian adalah 15 orang.

Tabel VI. Profil Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis

Kelamin Perlakuan Kontrol

Σ Subjek

Tabel VI menunjukkan bahwa jumlah subjek penelitian antara

kelompok kontrol dan perlakuan adalah sama yaitu 30 subjek untuk

masing-masing kelompok dan secara histogram ditampilkan pada gambar. 14.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p sebesar 1,000. Nilai

p>0,05 menunjukan bahwa subjek uji antara kelompok kontrol dan perlakuan

dilihat dari jenis kelamin berbeda tidak bermakna atau bisa dikatakan memiliki

karakteristik yang sama. Hasil yang didapatkan ini sesuai dengan harapan,

karena adanya kesamaan karakteristik pada subjek kelompok kontrol dan

(60)

Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Jenis Kelamin

3. Leukosit Pucat

Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel

leukosit yang ditemukan yaitu normal (< 5 sel/LPB) dan tidak normal (≥ 5

sel/LPB) pada laki-laki maupun perempuan. Nilai leukosit pucat yang tinggi

menunjukkan bahwa pasien menderita infeksi saluran kencing bagian atas.

Tabel VII. Profil Leukosit Pucat Subjek Penelitian

Leukosit Pucat

Pada tabel VII terlihat bahwa jumlah subjek penelitian yang memiliki

nilai leukosit pucat normal pada kelompok perlakuan baik kelompok perlakuan

(61)

penelitian yang memiliki nilai leukosit pucat tidak normal yaitu 3 orang (10%)

untuk kelompok perlakuan dan untuk kelompok kontrol 2 orang (6,7%), secara

histogram ditampilkan pada gambar. 15.

Gambar 15. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Pucat

Untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai leukosit pucat antara

kelompok kontrol dan perlakukan, data di uji secara statistik menggunakan uji

Fisher. Uji Fisher digunakan karena pada data didapatkan nilai expected

kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji Chi-Square, oleh karena itu

digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Uji Fisher digunakan untuk

menguji kebermaknaan suatu variabel dengan skala kategorik tidak

berpasangan tabel 2 x 2. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05

menunjukkan bahwa nilai leukosit pucat antara kelompok kontrol dan

perlakuan berbeda tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal

profil leukosit pucat kedua kelompok tersebut sama.

(62)

4. Leukosit Gelap

Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel

leukosit yang ditemukan yaitu normal (< 5 sel/LPB) dan tidak normal (≥ 5

sel/LPB) baik untuk laki-laki maupun perempuan. Nilai leukosit gelap yang

tinggi menunjukkan bahwa pasien menderita infeksi saluran kencing bagian

bawah.

Tabel VIII. Profil Leukosit Gelap Subjek Penelitian

Leukosit Gelap

Perlakuan Kontrol

Σ Subjek

penelitian %

Σ Subjek

penelitian % Normal 27 90 28 93, 3 Tidak Normal 3 10 2 6,7

Σ 30 100 30 100

Pada tabel VIII ditunjukkan jumlah subjek penelitian yang memiliki

nilai leukosit gelap normal pada kelompok perlakuan baik kelompok perlakuan

yaitu 27 orang (90%), sedangkan pada kelompok kontrol jumlah subjek

penelitian yang memiliki nilai normal yaitu 28 orang (93,3%). Jumlah subjek

penelitian yang memiliki nilai leukosit gelap tidak normal yaitu 3 orang (10%)

untuk kelompok perlakuan dan untuk kelompok kontrol 2 orang (6,7%), secara

(63)

Gambar 16. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Gelap

Sama seperti pada pengujian karakteristik leukosit gelap, untuk

menguji ada tidaknya perbedaan nilai leukosit gelap antara kelompok kontrol

dan perlakukan pada data ini juga menggunakan uji Fisher karena pada data ini

didapatkan nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji

Chi-Square. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan

bahwa nilai leukosit gelap antara kelompok kontrol dan perlakuan berbeda

tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal profil leukosit gelap

kedua kelompok tersebut sama.

5. Eritrosit

Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel

eritrosit yang ditemukan yaitu normal (0-4 sel/LPB) dan tidak normal (≥ 5

sel/LPB) baik pada laki-laki maupun perempuan. Nilai eritrosit yang tinggi

menunjukkan bahwa terjadinya perdarahan pada ginjal atau saluran kencing,

(64)

tetapi nilai eritrosit yang tinggi dapat pula dikarenakan subjek penelitian

sedang mengalami menstruarsi bagi subjek penelitian perempuan.

Tabel IX. Profil Eritrosit Subjek Penelitian

Eritrosit

nilai eritrosit normal pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu 28

orang (93,3%), sedangkan jumlah subjek penelitian yang memiliki nilai

eritrosit tidak normal yaitu 3 orang (10%) untuk kelompok perlakuan dan

kelompok control, secara histogram ditampilkan pada gambar. 17.

Gambar 17. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Eritrosit

Sama seperti pada pengujian karakteristik sebelumnya, untuk menguji

ada tidaknya perbedaan nilai eritrosit antara kelompok kontrol dan perlakukan

Gambar

Gambar 1. Piramida makanan (Yuliana, R., 2012)
Tabel I. Tanda mengalami dehidrasi
Tabel II. Jumlah Cairan Masuk
Gambar 2. Leukosit (Strasinger and Lorenzo, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait