PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN SEDIMEN URINALISIS PADA
MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Mayke Prasastia
NIM : 098114037
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH JUMLAH EDUKASI KEBIASAAN MINUM AIR PUTIH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN SEDIMEN URINALISIS PADA
MASYARAKAT PEDUKUHAN DAYAKAN, SARDONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Mayke Prasastia
NIM : 098114037
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Karya ini kupersembahkan kepada:
̴
my savior Jesus Christ ̴
̴Babe dan Mamah ̴ ̴Adikku Vini ̴
̴Tambik Ratna dan keluarga besarku ̴ ̴Teman terkasihku Sigit ̴
̴
Teman seperjuangan angkatan 2009 ̴
̴
Semua Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma ̴
̴
Almamaterku Sanata Dharma ̴
dream, believe, and make it happen
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala
bimbingan dan kasih yang diberikanNya sehingga skripsi yang berjudul
“Pengaruh Jumlah Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih Terhadap Hasil
Pemeriksaan Sedimen Urinalisis Pada Masyarakat Pedukuhan Dayakan,
Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman” dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta atas
2. Ibu dr. Fenty M. Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing atas waktu yang telah
diluangkan dan segala masukan, serta arahannya yang sangat menginspirasi.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku penguji yang telah bersedia
menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan kritikan yang
membangun.
4. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas masukan yang
telah diberikan.
5. Ketua Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman atas ijin dan kerja
sama yang diberikan kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian
diwilayah ini
6. dr. Fransisca dan dr. Atma Setiawati yang telah bersedia menjadi edukator
pada penyuluhan bagi warga.
viii
8. Anak-anak kost Amakusa : c’yemmy, mbak Ratih, Metri, Yoyo, mbak Adel,
c’ana, c’ting, c’dian, c’lia, c’citra, mbak Dewi, mbak Uut, Herta, Ratih, Rina,
dan Sefi, Seruni, Deby, Nita, c’cintya, Geka, Ita, Dewi, Intan, Mbak Agnes,
c’meili.
9. Teman-teman tim PKM Defi, Berta, Fiona, Meita.
10.Kak Novie, C’Agnes, Juliana, dan Novia atas semangat yang diberikan selama
ini.
11.Semua dosen, karyawan dan laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, besar harapan penulis atas saran dan kritikan
yang membangun agar skripsi ini menjadi semakin baik. Penulis juga berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
bagi Anda yang membaca tulisan ini.
Yogyakarta, 18 Januari 2013
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
x
BAB III. METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22
B. Variabel Penelitian ... 23
C. Definisi Operasional Penelitian... 24
D. Subjek Penelitian ... 25
E. Lokasi Penelitian ... 26
F. Waktu Penelitian ... 26
G. Instrumen Penelitian ... 27
H. Teknik Sampling ... 27
I. Tata Cara Penelitian ... 27
1. Observasi awal ... 27
2. Permohonan ijin penelitian ... 28
3. Pelaksanaan penelitian ... 28
a. Pemeriksaan awal sedimen urinalisis ... 28
b. Pelaksanaan edukasi pertama ... 29
xi
d. Pelaksanaan edukasi kedua ... 30
e. Pelaksanaan home care ... 30
f. Pelaksanaan edukasi ketiga ... 30
g. Pemeriksaan akhir sedimen urinalisis ... 31
h. Pemberian materi ceramah dalam bentuk booklet dan souvenir ... 31
4. Pengambilan data ... 31
5. Analisis data ... 32
J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Profil Karakteristik Subjek Penelitian ... 35
xii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN ... 66
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tanda Mengalami Dehidrasi ... 6
Tabel II. Jumlah Cairan Masuk ... 7
Tabel III. Jumlah Cairan Keluar ... 7
Tabel IV. Karakteristik Awal Subjek Penelitian ... 36
Tabel V. Profil Usia Subjek Penelitian ... 37
Tabel VI. Profil Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 39
Tabel VII. Profil Leukosit Pucat Subjek Penelitian ... 40
Tabel VIII. Profil Leukosit Gelap Subjek Penelitian ... 42
Tabel IX. Profil Eritrosit Subjek Penelitian ... 44
Tabel X. Profil Epitel Subjek Penelitian ... 45
Tabel XI. Profil Kalsium Oksalat Subjek Penelitian ... 47
Tabel XII. Profil Bakteri Subjek Penelitian ... 49
Tabel XIII. Signifikansi Nilai Leukosit Pucat Subjek Penelitian ... 50
Tabel XIV. Signifikansi Nilai Leukosit Gelap Subjek Penelitian ... 52
Tabel XV. Signifikansi Nilai Eritrosit Subjek Penelitian ... 53
Tabel XVI. Signifikansi Nilai Epitel Subjek Penelitian ... 55
Tabel XVII. Signifikansi Nilai Kalsium Oksalat Subjek Penelitian ... 56
Tabel XVIII. Signifikansi Nilai Bakteri Subjek Penelitian ... 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Piramida Makanan ... 2
Gambar 2. Leukosit ... 13
Gambar 3 Eritrosit ... 14
Gambar 4. Silinder ... 15
Gambar 5. Kristal ... 16
Gambar 6. Sel epitel ... 16
Gambar 7. Bakteri ... 17
Gambar 8. Jamur ... 18
Gambar 9. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest control group design dan jenis penelitian eksperimental semu ... 23
Gambar 10. Skema pembagian subjek penelitian ... 26
Gambar 11. Skema analisis data ... 32
Gambar 12. Persebaran data berdasarkan usia subjek penelitian ... 37
Gambar 13. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Usia ... 38
Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Jenis Kelamin ... 40
xv
Gambar 16. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Gelap ... 43
Gambar 17. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Eritrosit ... 44
Gambar 18. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Epitel ... 46
Gambar 19. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Kalsium Oksalat ... 48
Gambar 20. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Bakteri ... 49
Gambar 21. Perubahan Nilai Leukosit Pucat Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 51
Gambar 22. Perubahan Nilai Leukosit Gelap Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 52
Gambar 23. Perubahan Nilai Eritrosit Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 54
Gambar 24. Perubahan Nilai Epitel Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 55
Gambar 25. Perubahan Nilai Kalsium Oksalat Tidak Normal Subjek Kelompok Kontol dan Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian ... 66
Lampiran 2. Informed Consent ... 67
Lampiran 3. Surat Ijin BAPPEDA ... 68
Lampiran 4. Ethical Clearance ... 69
Lampiran 5. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ... 70
Lampiran 6. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan ... 71
Lampiran 7. Langkah Uji Statistik Chi-Square, Fisher,Cochran ... 72
Lampiran 8. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Awal Subjek Terkait Usia, Jenis Kelamin, Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 74
Lampiran 9. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Pucat Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 80
Lampiran 10. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Pucat Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 81
Lampiran 11. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Gelap Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 82
Lampiran 12. Output Uji Kebermaknaan Profil Leukosit Gelap Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 83
Lampiran 13. Output Uji Kebermaknaan Profil Eritrosit Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 84
Lampiran 14. Output Uji Kebermaknaan Profil Eritrosit Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 85
xvii
Lampiran 16. Output Uji Kebermaknaan Profil Epitel Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 87
Lampiran 17. Output Uji Kebermaknaan Profil Kalsium Oksalat Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 88
Lampiran 18. Output Uji Kebermaknaan Profil Kalsium Oksalat Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 89
Lampiran 19. Output Uji Kebermaknaan Profil Bakteri Subjek Kelompok Kontrol Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 90
Lampiran 20. Output Uji Kebermaknaan Profil Bakteri Subjek Kelompok Perlakuan Setelah Edukasi 1 Kali dan 3 Kali ... 91
Lampiran 21. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Akhir Subjek Setelah Edukasi 1 kali Terkait Nilai Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 92
Lampiran 22. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Akhir Subjek Setelah Edukasi 3 kali Terkait Nilai Leukosit Pucat, Leukosit Gelap, Eritrosit, Epitel, Kalsium Oksalat, dan Bakteri ... 97
Lampiran 23. Booklet ... 103
xviii
INTISARI
Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh jumlah edukasi kebiasaan minum air putih terhadap hasil pemeriksaan sedimen urinalisis. Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimental semu dengan rancangan Non-randomized pretest-posttest control group design. Kriteria inklusi subjek pada penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan berusia 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman dan bersedia mengikuti penelitian ini. Subjek penelitian diberikan edukasi sebanyak 3 kali dan home care, kemudian dilakukan pemeriksaan sedimen urinalisis sebelum dilakukan edukasi, setelah edukasi 1 kali, dan setelah edukasi 3 kali dan home care. Data kemudian dianalisis statistik menggunakan Chi-Square dan Fisher
untuk uji karakteristik subjek, sedangkan Cochran’s untuk uji beda 1 kelompok dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua parameter sedimen urinalisis menunjukkan adanya perbedaan. Parameter sedimen urinalisis yang menunjukan adanya perubahan antara lain leukosit gelap, leukosit pucat, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri. Karakteristik awal dari leukosit gelap, leukosit pucat, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri subjek antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah sama. Perubahan hasil pemeriksaan sedimen urinalisis subjek pada kelompok perlakuan antara pemberian edukasi 1 kali dengan pemberian edukasi 3 kali memberikan hasil yang tidak signifikan (p>0,05).
xix
ABSTRACT
The purpose of this study is to show the effect of the amount of education about drinking water habit for subject’s sediment urinalysis examination. The study was quasi experimental study with nonequivalent control group design. Inclusion criteria for subjects in this study were men and women aged 30-70 years who lived in the Dayakan, Ngaglik, Sleman and want cooperate in this study. They were given educatian 3 times and home care, and examination of sediment urinalysis prior to education, after once education, and after education 3 times and home care.The data was analyzed statistically using Chi-Square and Fisher test for characteristics of subjects, while Cochran for different test 1 group with 95% confidence interval.
The results showed that not all the parameters of sediment urinalysis showed a difference. Sediment urinalysis parameters which indicate the changes include dark leukocytes, pale leukocytes, erythrocytes, epithelial, calcium oxalate, and bacteria. Baseline characteristics of dark leukocytes, pale leukocytes, erythrocytes, epithelial, calcium oxalate, and bacteria between the control group and the treatment group there was no difference. Changes of subject’s sediment urinalysis examination in the treatment group between education once and 3 times was not statistically significant (p> 0.05).
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Empat puluh lima sampai tujuh puluh lima persen tubuh manusia terdiri
dari air atau cairan tubuh, hal ini menunjukkan bahwa air sangat diperlukan oleh
tubuh manusia, sehingga jumlah asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh harus
dapat memenuhi kebutuhan tubuh (Insel, Ross, McMahon, and Bernstein, 2011).
Kebutuhan akan air pada setiap individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya yaitu aktivitas dari setiap individu itu sendiri. Individu yang
memiliki aktivitas di luar ruangan tentu memerlukan jumlah asupan cairan yang
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang beraktivitas di dalam ruangan
(Wulandari, 2011). Suatu kondisi dimana di dalam tubuh seseorang, tidak terdapat
sejumlah air atau cairan yang sesuai dengan kondisi seharusnya disebut juga
dengan dehidrasi. Dengan kata lain jumlah cairan keluar lebih besar dari jumlah
cairan yang masuk. Pada orang tua dan orang dengan penyakit tertentu memiliki
risiko yang lebih tinggi mengalami dehidrasi (Anonim, 2011). Salah satu akibat
dari dehidrasi yaitu terjadi ketidakseimbangan elektrolit tubuh, timbulnya rasa
lelah, dan peningkatan suhu tubuh. Tetapi jika dehidrasi yang dialami berlangsung
lama dapat menyebabkan penderita kehilangan kesadaran, bahkan dapat
mengalami gangguan fungsi organ tubuh karena darah menjadi terlalu kental
sehingga asupan nutrisi ke seluruh tubuh terganggu, termasuk ke jantung dan otak
(Wedro, 2012). Untuk mengetahui status hidrasi seseorang dapat dilihat dari hasil
mengkonsumsi cukup air yang didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan
olah Temasek Polytechnic and AFIC 1999 di Singapura yaitu tidak merasa haus,
lupa, sangat menyusahkan untuk harus minum air putih secara rutin dan
ketidakinginan untuk sering pergi ke kamar mandi.
Berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dikeluarkan
oleh DEPKES melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada tahun 2005, minum
air putih 8 gelas sehari adalah salah satu komponen yang harus dikonsumsi
seseorang setiap harinya (gambar 1), akan tetapi tanpa disadari asupan cairan yang
lebih banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat adalah minuman seperti
teh, kopi, soda, atau jus yang ternyata mengandung agen dehidrasi, sehingga
sangat penting untuk memahami dengan benar cairan yang baik untuk kita
konsumsi setiap harinya (Fauziyah, 2011).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah pada penelitian The
Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) 2009 menunjukkan bahwa
sebanyak 46,1% dari 1200 sampel urin penduduk di 6 wilayah di Indonesia
mengalami kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi) ringan. Kurangnya
pemahaman tentang pentingnya mengembangkan kebiasaan minum air putih di
kalangan masyarakat inilah, maka perlu salah satu cara yang tepat untuk dapat
memberikan informasi tentang kebiasaan air putih dengan harapan dapat
memberikan pengetahuan kepada subjek terhadap pentingnya kebiasaan minum
air putih sehingga dapat mengubah perilaku dari masyarakat. Proses belajar
adalah salah satu bagian dari kegiatan belajar. Proses belajar adalah tahap yang
akan membentuk atau merubah perilaku seseorang. Jika pada tahap proses belajar
ini dilakukan secara berulang maka akan membantu orang tersebut dalam
membentuk perilakunya menjadi lebih baik lagi. Semakin bertambahnya usia,
kemampuan dan kemauan setiap individu untuk mencari informasi yang dapat
meningkatkan kualitas kesehatan semakin berkurang. Menurut Notoatmodjo
(2007) metode edukasi yang tepat untuk diberikan pada masyarakat dengan usia
dewasa dan lanjut yaitu metode ceramah.
Pada penelitian ini kemudian dilakukan edukasi kebiasaan minum air
putih yang dilakukan secara berulang sehingga dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan sedimen urin subjek. Sebagai model penelitian ini dipilihlah warga
yang bertempat tinggal di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.
1. Perumusan masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut :
a. Seperti apakah profil karakteristik subjek terkait hasil pemeriksaan
sedimen urin?
b. Apakah ada perubahan hasil pemeriksaan sedimen urinalisis akibat
pengaruh jumlah edukasi?
2. Keaslian penelitian
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Sedimen Urin Subjek Akibat
Perbedaan Jumlah Pemberian Edukasi Kebiasaan Minum Air Putih belum
pernah dilakukan sebelumnya. Adapun beberapa penelitian sejenis yang
pernah dilakukan sebelumnya antara lain:
a. Perbandingan Status Gizi, Status Kesehatan, Dan Status Hidrasi Antara
Remaja Dan Dewasa (Adiningsih dan Hardinsyah, 2011).
b. Kebiasaan Minum, Kebutuhan Air, Dan Kecenderungan Dehidrasi Siswa
Sekolah Dasar (Annisa, 2009).
Penelitian-penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya dalam hal subjek uji, objek pengamatan, lokasi
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Menjadi sumbangan ilmu dan informasi tentang perbedaan jumlah
edukasi terhadap hasil pemeriksaan sedimen urin.
b. Manfaat praktis
Jumlah pemberian edukasi tentang kebiasaan minum air putih
diharapkan dapat menjadi acuan dalam menentukan lama waktu
pemberian edukasi bagi subjek dan dapat meningkatkan pengetahuan
subjek penelitian.
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk melihat profil karakteristik subjek terkait hasil pemeriksaan sedimen
urin.
2. Untuk mengetahui perubahan hasil pemeriksaan sedimen urin akibat
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana jumlah cairan yang keluar lebih
besar dari jumlah cairan yang masuk. Dehidrasi dapat dialami oleh setiap orang
anak-anak maupun orang dewasa. Seseorang yang mengalami dehidrasi dapat
disebabkan oleh kurangnya asupan cairan ke dalam tubuh, meningkatnya
pengeluaran cairan tubuh, atau kombinasi dari keduanya. Gejala pertama yang
dapat dirasakan ketika seseorang dehidrasi yaitu adanya rasa haus. Menurut
Whitney and Rolfes (2011) dengan bertambahnya usia, rasa haus ini semakin sulit
direspon oleh tubuh. Gejala lain yang dapat ditimbulkan tergantung tingkatan
dehidrasinya yang ditunjukkan pada tabel I.
Tabel I. Tanda mengalami dehidrasi
Body weight lost (%) Symptom
1-2 Haus, tenggorokan kering, capek, lemah, kehilangan nafsu makan
3-4 Mulut kering, jumlah urin berkurang, 5-6 Sakit kepala, mengantuk, peningkatan kecepatan
bernafas
7-10 Kehilangan keseimbangan, kejang otot, pusing, koma Sumber : Whitney and Rolfes, 2011
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh sehingga tidak terjadi
dehidrasi dapat dilakukan dengan menjaga keseimbangan antara jumlah cairan
Tabel II. Jumlah Cairan Masuk
Sumber cairan Jumlah (mL)
Air 550-1500 Makanan 700-1000 Metabolit air 200-300
Total 1450-2800 Sumber : Whitney and Rolfes, 2011
Tabel III. Jumlah Cairan Keluar Cairan yang keluar Jumlah (mL)
Ginjal (urin) 500-1400 Kulit (keringat) 450-900 Paru-paru (nafas) 350 Saluran pencernaan (feses) 150
Total 1450-2800 Sumber : Whitney and Rolfes, 2011
B. Air Putih
Setiap sel dalam tubuh kita membutuhkan air untuk keseimbangan proses
metabolisme tubuh yang sangat tergantung pada asupan cairan kedalam tubuh.
Bila jumlahnya tidak seimbang dengan pengeluaran, maka akan mengalami
gangguan ataupun dehidrasi (Hidayati, 2010). Oleh karena itu, air memiliki fungsi
dalam proses penting yang terjadi didalam tubuh, antara lain :
1. Pelarut dan alat angkut
Fungsi air sebagai pelarut dan alat angkut yaitu menjadi pelarut zat-zat
penting bagi tubuh seperti monosakarida, glukosa, vitamin, mineral, dan asam
amino. Air akan mengangkut zat-zat penting tersebut ke seluruh tubuh
bahkan ke dalam sel agar terjadi suatu proses metabolisme. Selain membawa
nutrisi ke seluruh tubuh, air juga berfungsi membawa sisa-sisa metabolisme
2. Pengatur suhu
Adanya kelebihan panas di dalam tubuh akibat dari hasil metabolisme
ataupun karena cuaca, akan memicu tubuh untuk melakukan proses
homeostasis, tubuh akan mengeluarkan cairan berupa keringat. Pada saat
cuaca dingin tubuh juga melakukan proses homeostasis untuk menghangatkan
tubuh dengan cara mengeluarkan cairan melalui urin.
3. Katalisator
Sebagai katalisator air berperan untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi
kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana.
4. Pelumas
Sebagai pelumas dan bantalan disekitar sendi, di dalam mata, dan pada bagian
saraf tulang belakang (Almatsier, 2009).
Sumber cairan yang diperlukan oleh tubuh bisa didapatkan dari makanan
dan minuman. Makanan menyumbang sekitar 35% masukan air ke dalam tubuh,
sedangkan 65% asupan air didapatkan dari minuman. Air putih adalah salah satu
jenis minuman yang baik bagi tubuh. Syarat air putih yang baik dan sehat dapat
dilihat dari aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi. Menurut Departemen Kesehatan,
syarat-syarat air putih yang layak untuk diminum adalah tidak berasa, tidak
berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya,
kadar pH Netral dan tidak mengandung logam berat (Fauziyah, 2011). Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan minum air 1.500 mL per hari. Jumlah
asupan air ini berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung dari usia, aktivitas,
Membiasakan minum air putih sangat penting bagi tubuh untuk
membantu organ-organ didalam tubuh kita bekerja optimal dan menggantikan
cairan yang hilang. Dengan mengkonsumsi air yang cukup, tubuh dapat terhindar
dari berbagai dampak dehidrasi seperti sakit kepala, infeksi salular kemih, batu
ginjal, konstipasi, dan lain-lain (Whitney and Rolfes, 2011).
C. Urin
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui
ginjal. Dari 170.000 mL plasma yang di filtrasi oleh ginjal akan keluar dalam
bentuk urin dengan jumlah rata-rata 1.200 mL setiap harinya (Fischbach and
Dunning III, 2004). Pada kondisi normal urin terdiri dari 95% air dan 5% zat
terlarut. Urea adalah salah satu contoh zat terlarut yang terdapat pada urin, yang
mana jumlahnya sekitar setengah dari total keseluruhan jumlah zat terlarut pada
urin. Kepekatan ataupun kandungan yang terdapat didalam urin pada setiap orang
bervariasi tergantung dari makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik, metabolisme
dalam tubuh, dan fungsi sistem endokrin. Asupan makanan adalah salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi jumlah komponen anorganik pada urin.
Komponen lain yang dapat ditemukan pada urin yaitu hormon, vitamin dan
obat-obatan. Selain itu pada urin juga bisa ditemukan komponen lain yang dapat
mengindikasikan suatu penyakit jika jumlahnya terlalu tinggi yaitu kristal, epitel,
D. Urinalisis
Urinalisis adalah saah satu tes yang dilakukan pada sampel urin pasien
dengan tujuan untuk mendiagnosis adanya infeksi ataupun gangguan pada
organ-organ tertentu dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau
perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum (Riswanto, 2010).
Urinalisis adalah salah satu jenis pemeriksaan yang sampai saat ini masih sering
dilakukan di rumah sakit dan di laboratorium klinik, hal ini dikarenakan spesimen
urin memiliki dua keunikan yaitu urin dapat selalu diambil kapan saja dan mudah
dalam pengambilan sampelnya, serta hasil dari pengambilan urin dapat
memberikan informasi tentang hampir keseluruhan dari fungsi metabolisme tubuh
(Fischbach and Dunning III, 2004).
Hal yang perlu dperhatikan pada saat pengambilan spesimen urin yaitu
harus dilakukan secara benar. Hasil urinalisis yang akurat didapatkan jika
spesimen urin yang akan diperiksa juga berkualitas. Pengambilan spesimen urin
yang dapat dilakukan untuk mengurangi kontaminan yaitu dengan mengambil
urin bagian tengah. Cara pengambilan spesimen urin bagian tengah yaitu pasien
yang akan diambil sempel urin diminta untuk membuang beberapa mililiter urin
pertama yang keluar, setelah itu menahan sejenak, baru kemudian menampung
urinnya (Sacher and McPherson, 2004). Tempat atau wadah yang digunakan
untuk pengambilan spesimen juga perlu diperhatikan yaitu wadah yang sekali
pakai untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kontaminan. Jarak antara
spesimen tidak dapat mencapai jangka waktu tersebut dapat dilakukan cara lain
untuk menjaga agar spesimen tetap memiliki kualitas yang baik yaitu dengan
mendinginkan dengan memasukan ke dalam kulkas (2-8C) atau dengan
menambahkan pengawet pada spesimen tersebut (Strasinger and Lorenzo, 2008).
Tipe spesimen urin yang dikumpulkan dibedakan menjadi beberapa tipe,
tergantung dari kebutuhan penelitian. Beberapa tipe spesimen urin yang sering
diterapkan pada beberapa penelitian antara lain :
1. Urin sewaktu, yaitu urin yang dapat dikumpulkan di waktu yang ditentukan
sendiri. Tipe spesimen urin ini sering digunakan dan mudah. Tipe spesimen
ini biasa digunakan untuk analisis urin rutin.
2. Urin pagi, yaitu urin yang dikumpulkan pada pagi hari saat pertama kali
bangun tidur pagi. Tipe spesimen urin ini biasa digunakan untuk periksa
kehamilan dan mencegah munculnya hasil negatif palsu adanya proteinuria
pada wanita hamil.
3. Katerisasi, yaitu urin yang dikumpulkan dengan menggunakan kateter.
Biasanya dilakukan untuk mendapatkan spesimen yang bersih (bebas
kontaminan).
4. Mid-stream, yaitu urin yang dikumpulkan dengan sebelumnya dilakukan
pembilasan uretra. Tipe ini adalah alternatif dari tipe katerisasi.
Dikenal dua jenis pemeriksaan urin yaitu pemeriksaan urin rutin dan
pemeriksaan urin lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin (Wirawan, Immanuel, dan
penampakan warna urin, sedangkan pemeriksaan kimiawi urinalisis dapat
dilakukan dengan metode dipstik, yang dapat memberikan informasi mengenai
BJ, pH, glukosa, protein, keton, urobilinogen, bilirubin, darah, nitrit, dan leukosit
esterase. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan untuk mengamati sel atau partikel
yang mungkin ada didalam urin (Sacher and McPherson, 2004).
E. Pemeriksaan Sedimen Urin
Pemeriksaan sedimen urin sering disebut dengan pemeriksaan
mikroskopik. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak larut dalam urin seperti eritrosit,
leukosit, sel epitel, bakteri, jamur, kristal dan lain-lain. Komponen-komponen
tersebut dalam jumlah tertentu tidak menunjukkan gejala klinis yang berarti, tetapi
jika komponen tersebut terjadi peningkatan jumlah secara signifikan maka dapat
menunjukkan adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit (Strasinger and Lorenzo, 2008).
Pemeriksaan sedimen biasanya dilakukan dengan mengambil sampai 1
mL spesimen urin, kemudian disentrifugasi selama 10 menit, bagian supernatan
dibuang, baru setelah itu diambil 1 tetes pada bagian lapisan bawah dan diamati
dibawah mikroskop, pada beberapa pemeriksaan juga ditambahkan pewarna untuk
meningkatkan kejelasan pengamatan. Hasil yang didapatkan dilaporkan dalam
satuan semikuantitatif sewaktu objek diamati yaitu jumlah rata-rata per Lapang
Pandang Kecil (LPK) atau per Lapang Pandang Besar (LPB) (Sacher and
5+, dimana 1+ jarang atau sangat sedikit, 2+ hanya sedikit, 3+ sedang, 4+ banyak,
5+ sangat banyak. Bentuk atau format pelaporan ini untuk setiap laboratorium
berbeda, tergantung acuan yang digunakan oleh masing-masing laboratorium
(Strasinger and Lorenzo, 2008). Unsur sedimen tersebut biasanya dibagi atas dua
golongan yaitu unsur organik dan anorganik. Unsur organik berasal dari sesuatu
organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan
jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang anorganik tidak berasal dari sesuatu
organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal (Wirawan, dkk., 2011).
1. Leukosit
Leukosit didalam sedimen urin mungkin ditemukan dalam urin Leukosit gelap
maupun leukosit pucat dalam jumlah kurang dari 5 sel per LPB. Ditemukannya
leukosit lebih dari 5 sel per LPB pada urin disebut piuria (Gambar 2). Keadaan
ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret
vagina pada penderita dengan fluor albus (Tierney, McPhee, and Papadakis,
2002).
2. Eritrosit
Pada urin normal eritrosit bisa ditemukan 0 — 3 sel per LPB. Adanya eritrosit
lebih dari 5 sel per LPB dalam urin disebut hematuria (gambar 3). Hematuria
dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal,
nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa
hemoragik (Tierney, dkk., 2002).
Gambar 3. Eritrosit (Anonim, 2007)
3. Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal,
mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan
kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Beberapa tipe
silinder yang biasa ditemukan pada urin yaitu hyalin, granula, eritrosit, dan
leukosit (gambar 4). Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi
oleh tubuli ginjal. Pada kondisi normal tidak ditemukan adanya silinder pada
Gambar 4. Silinder. (a) Hyalin; (b) granula; (c) eritrosit; (d) leukosit (Anonim, 2007)
4. Kristal
Ditemukannya kristal pada sampel urin tidak berhubungan langsung dengan
batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat
dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan
dalam jumlah kecil tidak mempunyai arti, karena adanya kristal-kristal tersebut
dapat dipengaruhi oleh hasil metabolisme yang normal, tergantung dari jenis
makanan atau minuman yang dikonsumsi, selain itu juga dipengaruhi oleh
kepekatan urin atau berasal dari obat-obatan (gambar 5) (Wirawan, dkk.,
2011).
a
b
Gambar 5. Kristal. (a) Kalsium oksalat; (b) triple fosfat; (c) asam urat (Anonim, 2007)
5. Epitel
Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal
didapatkan dalam sedimen urin (gambar. 6). Dalam keadaan patologik jumlah
epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran
kemih. Pada sindrom nefrotik didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval
fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi
lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa
dengan menggunakan mikroskop polarisasi (Wirawan, dkk., 2011).
Gambar 6. Sel epitel (Anonim, 2007)
a
6. Bakteri
Pada sampel urin normal seharusnya tidak ditemukan adanya bakteri dan
dipastikan bahwa spesimen tersebut dalam kondisi tidak tercemari oleh
kontaminan dari luar. Pada urin dapat ditemukan bakteri biasanya dalam
bentuk batang atau bulat (gambar 6). Adanya bakteri bisa menunjukkan
terjadinya infeksi saluran kemih, dan biasanya ditemukan pula leukosit dalam
jumlah banyak. Pada urin bisa ditemukan bakteri yang berasal dari vagina
uretra genitalia, atau dari adanya kontaminan yang terdapat pada pot
penampung urin (Strasinger and Lorenzo, 2008).
Gambar 7. Bakteri (Anonim, 2007)
7. Jamur
Jarang ditemukan pada spesimen urin dan pada urin normal tidak ditemukan.
Ditemukannya jamur pada urin biasanya diikuti pula ditemukannya leukosit
pada urin dalam jumlah banyak (gambar 8). Jamur yang biasa ditemukan pada
urin yaitu jenis Candida albicans dan sering dijumpai pada penderita diabetes,
wanita dengan moniliasis vagina, dan penderita immunocompromised
Gambar 8. Jamur (Anonim, 2007)
F. Edukasi
Kesehatan individu, kelompok, ataupun masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, berdasarkan urutan besarnya pengaruh terhadap kesehatan,
sebagai berikut:
1. lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan sebagainya,
2. perilaku,
3. pelayanan kesehatan, dan
4. hereditas (keturunan) (Notoatmodjo, 2007).
Pemberian edukasi kesehatan kepada masyarakat adalah salah satu upaya
agar masyarakat mengetahui atau menyadari dan memahami bagaimana
memelihara kesehatan mereka dengan cara yang tepat. Kegiatan belajar mencakup
tiga hal pokok yang ada didalamnya yaitu masukan (input), proses, dan keluaran
(output). Proses adalah mekanisme terjadinya suatu perubahan pada diri subjek
belajar. Proses belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
(input) yang diberikan dapat berupa materi baru yang mendukung adanya
perubahan perilaku kesehatan atau berupa materi yang sama seperti materi yang
pernah didapatkan sebelumnya dengan mengundang praktisi kesehatan. Tujuan
akhir dari edukasi tentang kesehatan yaitu adanya perubahan perilaku dari
masyarakat sasaran dan dapat mempraktekan gaya hidup sehat bagi dirinya sendiri
dan bagi masyarakat di lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).
G. Ceramah
Ceramah yaitu salah satu metode pengajaran yang ditujukan untuk
menyampaikan atau berbagi informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
kelompok sasaran yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini baik
diaplikasikan pada peserta penyuluhan dalam jumlah besar yaitu lebih dari 15
orang dan memiliki pendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2007).
Metode ceramah akan berhasil jika penceramah telah mempersiapkan diri
sebelumnya yaitu dengan mempelajari materi yang akan disampaikan dan
mempersiapkan alat bantu pengajaran yang dibutuhkan demi tersampaikannya
materi pengajaran dengan baik. Metode ceramah merupakan metode yang umum
digunakan untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Metode ini menjadi
lebih efektif apabila ditambahkan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah
dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Soebroto,
H. Landasan Teori
Air merupakan hal yang penting bagi tubuh kita, karena akan
mempengaruhi kerja dari organ-organ penting dalam tubuh kita, sehingga
membiasakan diri mengkonsumsi air putih setiap harinya perlu dikembangkan.
WHO menganjurkan minum air 1.500 mL per hari. Jumlah asupan air putih ini
tidak mutlak untuk setiap orang, karena ada beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi di antaranya usia, aktivitas, keadaan, dan berat badan orang
tersebut. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahuinya yaitu dengan melakukan
pemeriksaan sampel urin. Salah satu pemeriksaan sampel urin yang dilakukan
yaitu dengan melihat secara mikroskopik atau biasa disebut dengan pemeriksaan
sedimen urin dimana unsur-unsur yang dilihat antara lain : epitel, eritrosit,
leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit, dan kristal.
Edukasi adalah salah satu cara penyampaian informasi kepada
masyarakat. Metode edukasi yang dilakukan tergantung dari jumlah sasaran atau
peserta edukasi. Ceramah adalah salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
menyampaikan informasi kepada suatu kelompok dengan jumlah lebih dari 15
orang. Tujuan akhir diadakannya edukasi ini adalah adanya perubahan perilaku
dari peserta edukasi. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan pendekatan
dengan cara melakukan pengulangan pemberian edukasi yang bisa pula
I. Kerangka Konsep
J. Hipotesis
Perubahan hasil pemeriksaan sedimen urin akibat pemberian edukasi
ditunjukkan setelah pemberian edukasi ketiga kalinya. Jumlah pemberian edukasi
tentang kebiasaan minum air putih
Hasil pemeriksaan sedimen urinalisis
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental
research) dengan rancangan penelitian eksperimental ulang non-random (
Non-randomized pretest-posttest control group design). Penelitian eksperimental semu
adalah suatu desain penelitian yang memiliki kelompok kontrol tetapi
variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi, tetap tidak dapat sepennuhnya dikontrol
(Sugiyono, 2011). Non-randomized pretest-posttest control group design adalah
suatu desain dimana terdapat dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan yang tidak dipilih secara acak (nonrandomized), kemudian
dilakukan pretest, dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan awal untuk
mengetahui keadaan awal perbedaan antara kelompok kontrol dan perlakuan
(Pratiknya, 2001). Hasil pretest yang baik adalah bila nilai kelompok kontrol dan
perlakuan menunjukkan tidak berbeda secara bermakna. Pada penelitian ini subjek
uji dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan. Pada kedua kelompok subjek dilakukan 3 kali pengukuran yaitu awal
sebelum dilakukannya intervensi, tengah setelah diberikan edukasi 1 kali, dan
akhir setelah dilakukan edukasi 3 kali dan home care. Intervensi berupa edukasi
diberikan intervensi apapun. Secara skematis ditunjukkan pada gambar dibawah
ini.
Gambar 9. Skema rancangan Non-randomized pretest-posttest control group design dan jenis penelitian eksperimental semu
Keterangan :
P1 : Pengukuran awal pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok perlakuan
P1k : Pengukuran awal pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol
P2 : Pengukuran tengah pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok
perlakuan
P2k : Pengukuran tengah pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol
P3 : Pengukuran akhir pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok perlakuan
P3k : Pengukuran akhir pemeriksaan sedimen urinalisis kelompok kontrol
E1 : Pemberian edukasi pertama
E2 : Pemberian edukasi kedua
E3 : Pemberian edukasi ketiga
Hc : Home care
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) : edukasi dan home care
2. Variabel tergantung (dependent) : hasil pemeriksaan sedimen urin
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali : umur
b. Variabel pengacau tak terkendali : gaya hidup, tingkat pendidikan,
makanan, minuman, kondisi patologis dan fisiologis.
Kelompok Perlakuan P1---E1---P2---E2---Hc---E3---P3
C. Definisi Operasional
1. Jumlah edukasi yaitu penyampaian materi edukasi kebiasaan minum air
putih dengan metode ceramah kepada subjek penelitian sebanyak 3 kali
dan home care.
2. Ceramah yaitu suatu bentuk penyampaian edukasi tentang kebiasaan
minum air putih secara lisan dengan bantuan powerpoint yang berisi
materi ceramah yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku dari subjek.
3. Pemeriksaan sedimen urinalisis yaitu pengambilan sampel urin subjek
untuk diperiksa yang dilakukan sebanyak 3 kali yaitu tahap awal sebelum
dilakukan edukasi, tahap tengah yaitu setelah edukasi 1 kali, dan tahap
akhir yaitu setelah edukasi 3 kali.
4. Sedimen urinalisis adalah parameter urinalisi yang diukur mencakup
leukosit pucat, sel gliter, leukosit gelap, eritrosit, epitel, kalsium oksalat,
asam urat, triple fosfat, bakteri, jamur, silinder hyalin, silinder granula,
silinder epitel, silinder eritrosit, dan silinder leukosit.
5. Standar sedimen urin yang digunakan berpedoman pada standart sedimen
urin yang ditetapkan oleh Laboratorium Rumah Sakit Bethesda.
6. Profil Karakteristik subjek penelitian meliputi demografi, profil sedimen
urinalisis. Karakteristik demografi meliputi usia dan jenis kelamin.
7. Urin pagi yaitu urin yang dikeluarkan pertama pada pagi hari setelah
bangun tidur.
8. Midstream urine adalah urin pancaran tengah, dimana aliran pertama urin
disediakan.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah warga yang bertempat tinggal
di RT. 04, 05, 06, dan 07 Pedukuhan Dayakan, Desa Sardonoharjo, Ngaglik,
Sleman, Yogyakarta dan memenuhi kriteria inklusi, bersedia diambil sampel
urinnya (inform consent), dan mengikuti edukasi yang diberikan oleh peneliti.
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu laki-laki maupun perempuan, yang
berusia antara 30-70 tahun. Pada awal penelitian, jumlah subjek penelitian yaitu
73 orang. Kemudian dilakukan skrining sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditentukan sehingga didapatkan 60 subjek penelitian. Dari 60 subjek penelitian,
dikelompokan secara acak menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan, sehingga setiap masing-masing kelompok terdiri dari 30
subjek. Secara skematis pengelompokan subjek uji ditampilkan pada gambar
*Pemeriksaan awal sebelum edukasi **Pemeriksaan tengah setelah edukasi 1 kali
***Pemeriksaan akhir setelah edukasi 3 kali dan home care
Gambar 10. Skema pembagian kelompok subjek penelitian
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik,
Sleman, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan sedimen urinalisis diperoleh dari
Laboratorium Bethesda, Yogyakarta.
F. Waktu Penelitian
Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli sampai
Oktober 2012.
*** ***
** **
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu formulir data
penelitian, inform consent, pot urin, powerpoint edukasi, dan data hasil
laboratorium.
H. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability
sampling, dengan jenis sampling purposive. Nonprobability sampling yaitu salah
satu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi kesempatan yang sama
pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampling purposive
yaitu sampel ditentukan dengan suatu pertimbangan tertentu dari peneliti
(Sugiyono, 2011). Ukuran sampel untuk metode penelitian eksperimental jumlah
sampel untuk masing-masing kelompok yaitu 15 subjek penelitian. Pada
penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu 60 sampel. Karena pada
penelitian ini analisis data menggunakan statistik sehingga ukuran sampel
minimum adalah 30 sampel (Hasan, 2002).
I. Tata Cara Penelitian
1. Observasi awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang memungkinkan
Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta yang berusia 30-70 tahun, terkait
aktivitas dari warga.
2. Permohonan ijin penelitian
Permohonan ijin diajukan ke Bappeda Kabupaten Sleman Yogyakarta, kantor
Kecamatan Ngaglik, kantor Kepala Desa Sardonoharjo, Ketua Pedukuhan
Dayakan, dan Komisi Etik Penelitian dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada untuk memenuhi etika penelitian yang menggunakan
sampel biologis manusia. Dalam penelitian ini sampel biologis yang
digunakan yaitu urin. Permohonan ijin juga diajukan ke Laboratorium RS
Bethesda sebagai penyedia sarana prasarana sekaligus pelaksana pemeriksaan
urin.
3. Pelaksanaan Penelitian
a. Pemeriksaan awal sedimen urinalisis
Pemeriksaan awal sedimen urinalisis dilakukan dengan mengunjungi
masing-masing rumah subjek penelitian untuk memberikan pot urin
sebagai wadah urin subjek uji disertai dengan pengisisan formulir data
penelitian dan informed consent bagi warga yang menyetujui mengikuti
penelitian dan menjelaskan bagaimana kapan urin diambil dan cara
pengambilan urin dengan metode midstream pada pagi hari setelah bangun
tidur. Urin yang sudah ditampung oleh subjek penelitian kemudian diambil
oleh peneliti yang kemudian langsung diantar ke Laboratorium Bethesda.
Pengambilan sampel urin tahap awal ini dilakukan selama 4 hari dimana
sampai 12 Juli 2012. Pada penelitian ini pengukuran sedimen urin
dilakukan oleh petugas dari laboratorium RS Bethesda. Pada penelitian ini
pengukuran dilakukan oleh tenaga ahli agar hasil yang didapatkan dapat
dipastikan validitasnya dan untuk menghindari subjektivitas dari peneliti.
Laboratorium RS Bethesda dipilih sebagai tempat penelitian karena
laboratorium ini telah terstandarisasi yang ditunjukkan dengan memiliki
sertifikat ISO.
b. Pelaksanaan edukasi pertama
Edukasi pertama diadakan pada tanggal 18 Juli 2012 di aula Pedukuhan
Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Materi edukasi diberikan oleh
dokter Fransisca yang merupakan dokter di Puskesmas Umbulharjo II dan
dihadiri oleh semua subjek kelompok perlakuan. Setelah dr. Fransisca
selesai memberikan semua materi, kemudian dilanjutkan tanya jawab
antara pemateri dan subjek penelitian. Materi edukasi yang diberikan pada
edukasi pertama yaitu tentang manfaat minum air putih, kesehatan ginjal,
dan sedikit penjelasan interpretasi data hasil pemeriksaan urinalisis.
c. Pemeriksaan kedua sedimen urinalisis
Metode pengambilan sampel urin pada pemerikasaan kedua ini sama
seperti pada pemeriksaan pertama. Pengambilan sampel urin tahap kedua
ini dilakukan selama 4 hari dimana setiap harinya urin yang diambil yaitu
d. Pelaksanaan edukasi kedua
Edukasi kedua diadakan pada tanggal 27 Agustus 2012 di aula Pedukuhan
Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Materi edukasi diberikan oleh
dokter Atma Setiawati mengenai kebutuhan tubuh akan cairan, cara
membiasakan minum air putih, dan penyakit yang dapat muncul jika tidak
membiasakan minum air putih. Pada edukasi ini juga dihadiri oleh semua
subjek kelompok perlakuan dan ada sesi tanya jawab antara pemateri dan
subjek penelitian.
e. Pelaksanaan home care
Pelaksanaan home care yang dilakuan yaitu dengan melakukan kunjungan
pada masing-masing rumah subjek penelitian kelompok perlakuan untuk
mengingatkan subjek uji untuk selalu membiasakan minum air putih,
selain itu peneliti juga menanyakan apakah sudah mulai membiasakan
minum air putih. Pelaksanaan home care ini dilakukan sebanyak satu kali,
pada saat pemberian undangan pelaksanaan edukasi ketiga.
f. Pelaksanaan edukasi ketiga
Edukasi ketiga diadakan pada tanggal 28 September 2012 di aula
Pedukuhan Dayakan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman dan kembali
diberikan oleh dokter Atma Setiawati. Materi edukasi yang diberikan pada
edukasi ketiga ini yaitu mengingatkan kembali kepada subjek penelitian
terhadap pentingnya membiasakan minum air putih dan mendorong subjek
semua subjek kelompok perlakuan dan ada sesi tanya jawab antara
pemateri dan subjek penelitian.
g. Pemeriksaan akhir sedimen urinalisis
Metode pengambilan sampel urin pada pemerikasaan akhir ini sama
seperti pada pemeriksaan sebelumnya. Pengambilan sampel urin tahap
kedua ini dilakukan selama 4 hari dimana setiap harinya urin yang diambil
yaitu 15 sampel urin yaitu dari tanggal 1 sampai 4 Oktober 2012.
h. Pemberian materi ceramah dalam bentuk booklet dan souvenir
Materi edukasi pertama sampai ketiga dikumpulkan dan dibuat dalam
bentuk booklet. Tujuan pembuatan booklet ini yaitu agar subjek penelitian
daat selalu mengingat informasi kesehatan yang telah didapatkan dan tetap
membiasakan minum air putih. Isi dari booklet yaitu kebutuhan cairan
tubuh, manfaat cairan bagi tubuh, pentingnya minum air putih bagi
kesehatan, penyakit-penyakit yang terjadi apabila tidak membiasakan
minum air putih. Booklet diberikan pada semua subjek penelitian baik
kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Pada saat pemberian
booklet, subjek uji juga diberikan hasil pemeriksaan urinalisis terakhir dan
souvenir sebagai kompensasi karena telah mengikuti penelitian dari awal
sampai akhir.
4. Pengambilan Data
Data didapatkan dari formulir subjek penelitian dan hasil uji laboratorium
penelitian ini ada 3 data yaitu pertama, data hasil pemeriksaan laboratorium
sebelum pelaksanaan intervensi edukasi, kedua data hasil pemeriksaan
laboratorium setelah pelaksanaan intervensi edukasi 1 kali, ketiga data hasil
pemeriksaan laboratorium setelah pelaksanaan intervensi edukasi 3 kali dan
home care.
5. Analisis Data
Data-data yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis
menggunakan program SPSS, secara skematis dapat dilihat pada gambar 17.
Gambar 11. Skema Analisis Data
a) Uji Normalitas
Uji normalitas ditujukan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu
variabel yang digunakan pada suatu penelitian. Selain itu, untuk
menentukan uji hipotesis yang akan dipakai selanjutnya. Untuk
mengetahui suatu data memiliki distribusi normal atau tidak secara analitis •Data dikelompokan menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
•Uji normalitas dengan kolmogorov smirnov
•Uji signifikansi Chi-square(skala pengukuran kategorik) untuk mengetahui karakteristik awal dan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan nilai parameter yang diukur antara kelompok kontrol dan perlakuan. jika data yang didapatkan tidak memenuhi syarat maka digunakan uji
Fisher.
dapat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov jika memiliki sampel yang
besar yaitu lebih dari 50 atau menggunakan uji Shapiro-Wilk jika sampel
kecil yaitu kurang dari atau sama dengan 50 (Dahlan, 2011). Suatu data
dikatakan normal jika memiliki nilai p > 0,05.
b) Uji Signifikansi
1. Uji Chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel
yang memiliki skala kategorik. Suatu data dikatakan memiliki
hubungan antar variabel yang diuji jika p < 0,05.
2. Uji Fisherdigunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang
memiliki skala kategorik dan tidak memenuhi syarat uji Chi-Square.
Suatu data dikatakan memiliki hubungan antar variabel yang diuji jika
p < 0,05.
3. Uji Cochran digunakan untuk mengetahui perbedaan perubahan suatu
parameter yang diuji dengan jumlah kategori lebih dari dua karena
adanya intervensi yang diberikan. Suatu data dikatakan terdapat
perbedaan pada antar pengukuran jika nilai p < 0,05.
4. Analisis Post Hoc dengan menggunakan uji McNemar dilakukan
apabila ada perbedaan hasil pemeriksaan setelah pemberian edukasi
dan untuk mengetahui setelah edukasi ke berapa menunjukkan adanya
perbedaan hasil pemeriksaan. Suatu data dikatakan terdapat perbedaan
J. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian
1. Kelemahan Penelitian
Kelemahan dari penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat mengontrol interaksi
yang mungkin terjadi antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.
Interaksi ini mungkin terjadi karena letak rumah subjek yang saling
berdekatan dan adanya pertemuan rutin ibu-ibu PKK setiap bulannya. Selain
itu, pemberi materi yang berbeda pada edukasi pertama dengan edukasi kedua
dan ketiga, yang mana cara penyampaiannya juga berbeda. Hal lain yang
menjadi kelemahan penelitian yaitu pada pemeriksaan sedimen urinalisis
bertepatan dengan bulan ramadhan sehingga mempengaruhi hasil
pemeriksaan sedimen urinalisis.
2. Kesulitan Penelitian
Kesulitan penelitian ini yaitu pada saat awal penawaran untuk ikut bekerja
sama dalam penelitian ini, tidak sedikit dari warga yang menolak untuk ikut
bekerja sama dengan berbagai macam alasan. Kesulitan lain yang ditemui
penelitian yaitu sulitnya mencari waktu yang tepat untuk dilakukannya
edukasi, sehingga akhirnya diputuskan edukasi dilaksanakan pada malam hari
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan parameter-parameter sedimen
urin yang diukur antara lain: leukosit pucat, sel gliter, leukosit gelap, eritrosit,
epitel, kalsium oksalat, asam urat, triple fosfat, bakteri, jamur, silinder hyalin,
silinder granula, silinder epitel, silinder eritrosit, silinder leukosit, lain-lain. Pada
penelitian ini yang akan dilihat karakteristik dan kebermaknaannya hanya
parameter yang menunjukkan adanya perbedaan yaitu leukosit pucat, leukosit
gelap, eritrosit, epitel, kalsium oksalat, dan bakteri.
A. Profil Karakteristik Subjek Penelitian
Pada tabel IV. ditunjukkan karakteristik awal subjek penelitian secara
keseluruhan yang kemudian digunakan sebagai data dasar (baseline) dalam
penelitian. Setiap variabel yang menunjukkan karakteristik subjek pada penelitian
ini di uji secara statistik dengan uji statistik Chi-Square. Uji statistik Chi-Square
digunakan untuk menguji suatu data dengan skala kategorik. Uji statistik ini
ditujukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada setiap variabel antara
Tabel IV. Karakteristik Awal Subjek Penelitian
*) Uji Statistik Chi-Square
**) Uji Statistik Fisher
Dari nilai p yang disajikan pada tabel IV, secara keseluruhan variabel
menunjukkan nilai p>0,05, hal ini berarti ada perbedaan secara tidak bermakna
antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Hasil yang didapatkan
sesuai dengan harapan, karena adanya kesamaan karakteristik pada subjek
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, sehingga dapat digunakan untuk
mengetahui perubahan hasil sedimen urin antara sebelum dan sesudah
1. Usia
Usia subjek penelitian dikelompokan menjadi 2 kelas yaitu 30-59
tahun dan 60-70 tahun. Pembagian kelompok subjek ini berdasarkan lansia dan
sebelum lansia. Sebelum dilakukan uji Chi-Square untuk mengetahui
karakteristik subjek. Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorov-smirnov. Didapatkan nilai p = 0,200 (p>0,05), menunjukkan
bahwa subjek uji terdistribusi normal pada masing-masing kelompok usia.
Secara deskriptif ditunjukkan pada Q-Q plot dimana data tersebar disekitar
garis (gambar. 12).
Gambar 12. Persebaran data berdasarkan usia subjek penelitian
Tabel V. Profil Usia Subjek Penelitian
Rentang Usia
Perlakuan Kontrol
Σ Subjek
penelitian %
Σ Subjek
penelitian % 30-59 23 76,7 25 83,3 60-70 7 23,3 5 16,7
Pada tabel V ditunjukkan bahwa jumlah subjek uji tertinggi yaitu
subjek uji pada rentang usia 30-59 tahun pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol, dengan jumlah peresentase 83,3% untuk kelompok
perlakuan dan 76,7% untuk kontrol (gambar. 13).
Gambar 13. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Usia
Uji statistik yang digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
karakteristik usia subjek antara kelompok kontrol dan perlakuan digunakan uji
Chi-Square. Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan suatu
variabel dengan skala kategorik tidak berpasangan dengan tabel 2 x 2 (Dahlan,
2011). Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan diperoleh nilai p =
0,519. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa karakteristik usia antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna, dengan kata lain
pembagian usia antara kelompok kontrol dan perlakuan adalah sama. Hasil
yang didapatkan sesuai dengan harapan, karena adanya kesamaan karakteristik
pada subjek kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin subjek pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah subjek penelitian laki-laki dan
perempuan untuk masing-masing kelompok subjek penelitian adalah 15 orang.
Tabel VI. Profil Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Jenis
Kelamin Perlakuan Kontrol
Σ Subjek
Tabel VI menunjukkan bahwa jumlah subjek penelitian antara
kelompok kontrol dan perlakuan adalah sama yaitu 30 subjek untuk
masing-masing kelompok dan secara histogram ditampilkan pada gambar. 14.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p sebesar 1,000. Nilai
p>0,05 menunjukan bahwa subjek uji antara kelompok kontrol dan perlakuan
dilihat dari jenis kelamin berbeda tidak bermakna atau bisa dikatakan memiliki
karakteristik yang sama. Hasil yang didapatkan ini sesuai dengan harapan,
karena adanya kesamaan karakteristik pada subjek kelompok kontrol dan
Gambar 14. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Jenis Kelamin
3. Leukosit Pucat
Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel
leukosit yang ditemukan yaitu normal (< 5 sel/LPB) dan tidak normal (≥ 5
sel/LPB) pada laki-laki maupun perempuan. Nilai leukosit pucat yang tinggi
menunjukkan bahwa pasien menderita infeksi saluran kencing bagian atas.
Tabel VII. Profil Leukosit Pucat Subjek Penelitian
Leukosit Pucat
Pada tabel VII terlihat bahwa jumlah subjek penelitian yang memiliki
nilai leukosit pucat normal pada kelompok perlakuan baik kelompok perlakuan
penelitian yang memiliki nilai leukosit pucat tidak normal yaitu 3 orang (10%)
untuk kelompok perlakuan dan untuk kelompok kontrol 2 orang (6,7%), secara
histogram ditampilkan pada gambar. 15.
Gambar 15. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Pucat
Untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai leukosit pucat antara
kelompok kontrol dan perlakukan, data di uji secara statistik menggunakan uji
Fisher. Uji Fisher digunakan karena pada data didapatkan nilai expected
kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji Chi-Square, oleh karena itu
digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Uji Fisher digunakan untuk
menguji kebermaknaan suatu variabel dengan skala kategorik tidak
berpasangan tabel 2 x 2. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05
menunjukkan bahwa nilai leukosit pucat antara kelompok kontrol dan
perlakuan berbeda tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal
profil leukosit pucat kedua kelompok tersebut sama.
4. Leukosit Gelap
Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel
leukosit yang ditemukan yaitu normal (< 5 sel/LPB) dan tidak normal (≥ 5
sel/LPB) baik untuk laki-laki maupun perempuan. Nilai leukosit gelap yang
tinggi menunjukkan bahwa pasien menderita infeksi saluran kencing bagian
bawah.
Tabel VIII. Profil Leukosit Gelap Subjek Penelitian
Leukosit Gelap
Perlakuan Kontrol
Σ Subjek
penelitian %
Σ Subjek
penelitian % Normal 27 90 28 93, 3 Tidak Normal 3 10 2 6,7
Σ 30 100 30 100
Pada tabel VIII ditunjukkan jumlah subjek penelitian yang memiliki
nilai leukosit gelap normal pada kelompok perlakuan baik kelompok perlakuan
yaitu 27 orang (90%), sedangkan pada kelompok kontrol jumlah subjek
penelitian yang memiliki nilai normal yaitu 28 orang (93,3%). Jumlah subjek
penelitian yang memiliki nilai leukosit gelap tidak normal yaitu 3 orang (10%)
untuk kelompok perlakuan dan untuk kelompok kontrol 2 orang (6,7%), secara
Gambar 16. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Leukosit Gelap
Sama seperti pada pengujian karakteristik leukosit gelap, untuk
menguji ada tidaknya perbedaan nilai leukosit gelap antara kelompok kontrol
dan perlakukan pada data ini juga menggunakan uji Fisher karena pada data ini
didapatkan nilai expected kurang dari 5, sehingga tidak layak digunakan uji
Chi-Square. Nilai p yang didapatkan yaitu 1,000. Nilai p>0,05 menunjukkan
bahwa nilai leukosit gelap antara kelompok kontrol dan perlakuan berbeda
tidak bermakna atau dengan kata lain karakteristik awal profil leukosit gelap
kedua kelompok tersebut sama.
5. Eritrosit
Subjek penelitian dibedakan menjadi 2 klasifikasi menurut jumlah sel
eritrosit yang ditemukan yaitu normal (0-4 sel/LPB) dan tidak normal (≥ 5
sel/LPB) baik pada laki-laki maupun perempuan. Nilai eritrosit yang tinggi
menunjukkan bahwa terjadinya perdarahan pada ginjal atau saluran kencing,
tetapi nilai eritrosit yang tinggi dapat pula dikarenakan subjek penelitian
sedang mengalami menstruarsi bagi subjek penelitian perempuan.
Tabel IX. Profil Eritrosit Subjek Penelitian
Eritrosit
nilai eritrosit normal pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu 28
orang (93,3%), sedangkan jumlah subjek penelitian yang memiliki nilai
eritrosit tidak normal yaitu 3 orang (10%) untuk kelompok perlakuan dan
kelompok control, secara histogram ditampilkan pada gambar. 17.
Gambar 17. Persentase Jumlah Subjek Penelitian Dilihat Dari Karakteristik Eritrosit
Sama seperti pada pengujian karakteristik sebelumnya, untuk menguji
ada tidaknya perbedaan nilai eritrosit antara kelompok kontrol dan perlakukan