• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Satu dekade ini terdapat 2 bentuk kejahatan yang paling sangat berpengaruh di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Satu dekade ini terdapat 2 bentuk kejahatan yang paling sangat berpengaruh di"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Satu dekade ini terdapat 2 bentuk kejahatan yang paling sangat berpengaruh di dalam kehidupan manusia yaitu kejahatan terorisme dan kejahatan keuangan. Mula-mula kejahatan terorisme dilansir pada saat terjadi di Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001 dimana telah meruntuhkan gedung World Trade Center (WTC) menara kembar di Amerika Serikat sebagai lambang atas kecolongannya keamanan di negara tersebut dari terorisme. Pada saat itu yang sangat berperan ialah Osama Bin Laden dalam melakukan kejahatan terorisme tersebut. Dalam kasus kejahatan keuangan juga muncul di Amerika Serikat dimana telah terjadi pada kasus Enron dimana sahamnya dicatat dibursa saham New York Stock Exchange yang mengakibatkan kerugian dari para investor atas kepemilikan sahamnya. Dalam kasus tersebut telah terjadi rekayasa keuangan sehingga dalam waktu begitu cepat terjadi perubahan informasi keuangan yang mengakibatkan kebangkrutan Enron.

Berdasarkan informasi di atas salah satu kejahatan keuangan merupakan bagian yang merusak sendi-sendi kehidupan manusia yang berakibat hilangnya kepercayaan para investor terhadap perusahaan maupun terhadap pada kelembagaan pemerintahan. Di Indonesia juga banyak terjadi kejahatan keuangan diantaranya seperti terjadi di kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), Bank Bali, Bank Global dan Bank Century. Oleh karena itu dibutuhkan peran

(2)

akuntan forensik dalam menangani masalah tersebut dengan cara melakukan akuntansi forensik.

Akuntansi forensik merupakan akuntansi yang berhubungan dengan masalah

fraud serta berhubungan dengan masalah hukum. Tindak lanjut tersebut bisa berakhir sampai dipengadilan (litigasi) ataupun diluar pengadilan (non litigasi).

Untuk dapat melaksanakan hal tersebut maka dibutuhkan keahlian selain yang berhubungan dengan masalah akuntansi dan pemeriksaan (auditing) akan tetapi juga dibutuhkan keahlian dalam masalah hukum. Untuk itu diharapkan seorang akuntan forensik dapat berpikir secara komprehensif dalam melaksanakan pekerjaannya.

Menurut Brooks et al., (2005) menjelaskan akuntan forensik dalam menjalankan tugasnya berusaha mencari aktivitas keuangan yang mencurigakan berupa fraud baik dilakukan oleh perorangan maupun bisnis. Peran akuntan forensik juga membantu pemerintah secara nyata dalam mengevaluasi catatan akuntansi pemerintah dan kejahatan terorisme yang melibatkan industri perbankan serta kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan.

Menurut Kahan (2006) menjelaskan akuntan forensik semakin dilibatkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan keuangan perusahaan bersama pemegang saham dan lembaga pemerintah untuk mencegah terjadinya fraud di dalam praktek akuntansi. Oleh karena itu maka akuntan forensik sangat berperan di dalam pendeksian secara dini terjadinya fraud pada setiap kegiatan keuangan.

Begitu kompleksnya tugas yang dilakukan oleh akuntan forensik maka perlu dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tingkat kecakapan dan keahlian yang

(3)

baik dalam menangani kasus-kasus pelanggaran fraud. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan tentang keahlian sebagai seorang akuntan forensik:

1. Menurut Harris dan Brown (2000) mengemukakan bahwa sebagai seorang akuntan forensik biasanya harus memahami ilmu hukum pidana dan perdata serta berkaitan dengan prosedur pengadilan, keahlian dalam melakukan penyelidikan yang termasuk berupa teori, metode dan pola pelanggaran fraud.

Dalam melaksanakan pekerjaannya seorang akuntan forensik harus mampu berpikir secara kreatif untuk mempelajari dan memahami taktik yang kemungkinan digunakan oleh pelaku fraud. Selanjutnya mampu mengkomunikasikan temuan secara jelas dan terperinci dengan berbagai pihak untuk proses penanganan selanjutnya.

2. Menurut Grippo dan Ibex (2003) mengemukakan bahwa keahlian akuntan forensik yang paling penting berasal dari pengalaman dan pengetahuan pada bidang akuntansi, pemeriksaan (auditing), perpajakan, operasi bisnis, manajemen, pengendalian internal (internal control), hubungan antar orang dan melakukan komunikasi dengan baik.

3. Menurut Messmer (2004) mengemukakan bahwa sebagai seorang akuntan forensik yang sukses harus memiliki kemampuan analitikal, kecakapan komunikasi baik secara lisan dan tertulis, pemikiran kreatif dan kebijaksanaan bisnis. Disamping itu juga harus mampu mambawa suatu pola pikir secara profesional yang dilakukan secara skeptis tetap dipertahankan, meyakinkan bahwa informasi yang dikerjakan akan selalu akurat dan objektif yang tetap dipertahankan.

(4)

4. Menurut Ramaswamy (2005) mengemukakan akuntan forensik memiliki posisi yang unik karena harus mampu mengungkapkan fraud dalam laporan keuangan. Oleh karena itu seorang akuntan forensik harus memiliki kemampuan dalam memahami sistem pengendalian internal serta mampu menghadapi resiko yang mungkin menghadang serta pengetahuan tentang psikologi untuk membantu memahami perilaku kriminal yang mendorong terjadinya fraud. Selain itu akuntan forensik harus memiliki kecakapan pribadi seseorang dan komunikasi yang dapat membantu dalam penyebaran informasi tentang etika perusahaan serta pemahaman tentang hukum pidana dan perdata serta sistem hukum dan prosedur dipengadilan.

5. Menurut Digabriele (2008) mengemukakan seorang akuntan forensik harus memiliki kemampuan analisis deduktif, berpikir kritis, memecahkan masalah yang tidak terstruktur, fleksibilitas penyidikan, kemampuan analitikal, berkomunikasi secara tertulis dan lisan, memahami pengetahuan tentang hukum dan bersikap tenang (composure).

Berdasarkan pengungkapan para ahli tersebut di atas bahwa pandangan Digabriele (2008) memiliki pengelompokan yang lebih luas dan lengkap terhadap keahlian yang harus dimiliki oleh seorang akuntan forensik. Untuk menunjang keahlian akuntan forensik tersebut maka perlu diketahui apakah terdapat perbedaan dan persamaan persepsi tentang keahlian tersebut. Penilaian keahlian itu untuk mengukur apakah terdapat persamaan dan perbedaan diantara para akademisi dan praktisi. Kalangan para akademisi dan praktisi tersebut yang akan

(5)

memandang bahwa keahlian tersebut dapat dipahami dalam menunjang pemberian pengetahuannya yang dilakukan oleh bagi para akademisi dan pelaksanaan dalam pekerjaannya yang dilakukan oleh bagi para praktisi. Persepsi dari para akademisi dan praktisi ini akan menjadi landasan untuk menilai sampai sejauh mana pemahaman yang diketahui dalam hal keahlian akuntan forensik tersebut.

Penelitian terdahulu tentang persepsi akademisi dan praktisi akuntansi terhadap keahlian akuntan forensik telah dilakukan penelitian oleh Digabriele (2008) di Amerika Serikat dan dilakukan penelitian oleh Iprianto (2009) di Kota Semarang Indonesia yang menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perbedaan Penelitian Antara Digabriele Dan Iprianto Keahlian Akuntan Forensik Penelitian Digabriele (2008) Penelitian Iprianto (2009)

Analisis Deduktif Tidak Terdapat

Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Berpikir Kritis Tidak Terdapat

Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Memecahkan Masalah Yang Tidak Terstruktur

Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Fleksibilitas Penyidikan Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Kemampuan Analitikal Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

(6)

Keahlian Akuntan Forensik Penelitian Digabriele (2008) Penelitian Iprianto (2009) Berkomuniksasi Secara Tertulis Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Berkomuniksasi Secara Lisan

Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi Memahami Pengetahuan Tentang Hukum Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Bersikap Tenang

(Composure)

Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Tidak Terdapat Perbedaan Persepsi Antara Akademisi dan Praktisi

Terdapat persamaan hasil penelitian antara Digabriele (2008) dan Iprianto (2009) tentang persepsi akademisi dan praktisi akuntansi terhadap keahlian akuntan forensik dalam hal analisis deduktif, kemampuan analitikal, berkomunikasi secara tertulis, memahami pengetahuan tentang hukum dan bersikap tenang (composure). Sedangkan perbedaan hasil penelitian antara Digabriele (2008) dan Iprianto (2009) dalam hal berpikir kritis, memecahkan masalah yang tidak terstruktur, fleksibilitas penyidikan dan berkomunikasi secara lisan.

Berdasarkan fenomena tentang keahlian yang harus dimiliki sebagai seorang akuntan forensik dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik dalam mengungkapkan kasus fraud dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut di atas tentang keahlian yang harus dimiliki oleh seorang akuntan forensik dimana terdapat persamaan dan perbedaan diantara para akademisi dan praktisi tentang

(7)

keahlian sebagai akuntan forensik maka dengan itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian masalah persepsi akademisi dan praktisi akuntansi terhadap keahlian akuntan forensik.

Peneliti akan menyambung atas penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iprianto (2009) dalam melakukan penelitian oleh yang bersangkutan dimana telah diungkapkan pada saran dan keterbatasannya yang diajukan oleh peneliti terdahulu tersebut. Terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Iprianto dengan peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian Iprianto dilakukan di kota Semarang pada tahun 2009 sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2015 dilakukan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai ibu kota propinsi Indonesia. Oleh karenanya maka akan adanya perluasan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang dilakukan di tempat yang berbeda.

2. Penelitian Iprianto menggunakan sampel dari tenaga akademisi (dosen) dan tenaga praktisi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) diwilayah kota Semarang sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menambah sampel dari praktisi yaitu akuntan publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI Jakarta.

(8)

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iprianto dengan adanya perbedaan penelitian yang tersebut pada latar belakang penelitian yang telah diungkapkan sebelumnya. Untuk melakukan pembahasan masalah atas judul penelitian tersebut di atas maka peneliti merumuskan masalah penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan analisis deduktif?

2. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan cara berpikir kritis? 3. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang

keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan memecahkan masalah yang tidak terstruktur?

4. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan fleksibilitas penyidikan? 5. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang

keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan analitikal?

6. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan berkomunikasi secara tertulis?

7. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan berkomunikasi secara lisan?

(9)

8. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan memahami pengetahuan tentang hukum?

9. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi tentang keahlian akuntan forensik dalam bidang kemampuan bersikap tenang

(Composure)?

1.3 Tujuan Dan Kontribusi Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan analisis deduktif.

2. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan berpikir kritis.

3. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan memecahkan masalah yang tidak terstruktur.

4. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan fleksibilitas penyidikan.

(10)

5. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan analitikal.

6. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan berkomunikasi secara tertulis.

7. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan berkomunikasi secara lisan.

8. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan memahami pengetahuan tentang hukum.

9. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara akademisi dengan praktisi akuntansi terhadap keahlian yang relevan akuntan forensik dalam hal kemampuan bersikap tenang (Composure).

1.3.2. Kontribusi Penelitian

Adapun kontribusi dari penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam akuntansi forensik yaitu:

1. Kontribusi teori:

Penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi pihak para akademisi (dosen) dalam mengembangkan kurikulum akuntansi forensik, membuka pandangan tentang keahlian apa saja yang diperlukan sebagai seorang akuntan forensik

(11)

serta peran akuntan forensik agar semakin berkembang dikemudian hari khususnya dalam menangani fraud.

2. Kontribusi praktek:

Penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi pihak para praktisi sehingga mengetahui peran sebagai akuntan forensik dalam menangani fraud dan menambah wawasan serta pandangan untuk melakukan pekerjaannya yang berguna adanya perbaikan dikemudian hari menjadi lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan P 2 adalah perlakuan yang terbaik dengan nilai rata-rata rupa 8,52 hal ini dikarenakan semakin lama waktu pemindangan akan

merencanakan proses pembelajaran dengan mengembangkan berbagai teknik dan media pembelajaran yang lebih inovatif di dalam metode belajar yang diterapkan, sehingga siswa

Data pada Gambar 3 juga memperlihatkan hasil pengukuran yang bervariasi dengan kisaran antara 0,1 Bq/gram – 0,9 Bq/gram dan ini mungkin disebabkan adanya dampak

Stabilitas sediaan 99m Tc-siprofloksasin yang diperoleh dari penandaan kit-kering siprofloksasin dengan teknesium-99m ditentukan dengan melihat kemurnian radiokimianya.

“Rendahnya tingkat pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat, sehingga perlunya adanya penerapan

Berkenaan dengan perjanjian pekerjaan peningkatan Jalan Poska Kandang Kota Lhokseumawe, antara Pihak Pertama (Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Pemko Lhokseumawe)

Untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat akurasi model dari setiap perlakuan untuk setiap jenis data (data suara asli, data

Pengaruh Book Tax Difference, Arus Kas Operasi, Tingkat Hutang dan Ukuran Perusahaan terhadap Persistensi Laba : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang