SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Oleh: Riri Agnestri
6661131315
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat
dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela
cita-cita. Mohammad Hatta
Skripsi ini saya
persembahkan ,,,, Untuk orangtua,
keluarga dan orang-orang tersayang
yang telah banyak membantu dan
Kaki Lima Di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Dr. Suwaib Amirudin, M.Si dan Pembimbing II: Dr. Agus Sjafari, M.Si
Penelitian ini membahas mengenai Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Manajemen penataan PKL di Kota Serang sangat penting dilakukan untuk mengatasi permasalahan PKL yang berada di Kota Serang. Pemerintah Kota Serang mengeluarkan Perda No 4 tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Penelitian ini menggunakan teori fungsi manajemen Luther Gullick dalam Handayaningrat (1990:24) yang terdiri dari tujuh indikator yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, pengkoordinasian, pelaporan dan anggaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Kemudian untuk uji keabsahaan yaitu dengan cara triangulasi yaitu triangulasi sumber dan membercheck. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam melakukan Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang dapat dikatakan belum berjalan optimal, karena tidak adanya perencanaan yang khusus, lemahnya koordinasi, penyusunan pegawai yang kurang baik, tidak adanya pembinaan kerja, tidak adanya anggaran, serta lemahnya pengawasan. Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti adalah menyediakan lahan baru yang strategis, melakukan koordinasi lebih baik lagi dengan dinas terkait, meningkatkan kualitas pegawai, memberikan pelatihan kerja maupun sosialisasi, dan meningkatkan kualitas pengawasan .
Street Vendor at Maulana Yusuf Stadion Area Serang City. Prorgram Study Of Public Administrasion. Faculty of Sultan Ageng Tirtayasa. Adviser I: Dr. Suwaib Amirudin, M.Si and Adviser II: Dr. Agus Sjafari, M.Si
This research is explained about management arrangement of the street vendor at Maulana Yusuf Stadion Area Serang City. management arrangement of the street vendor at Area Serang City very important to do to overcome the problem of street vendor who are in Serang City. the city government attacked regulation number 4 of 2014 about arrangement and empowering street vendor. The aim of this study is to know about management arrangement of the street vendor at Maulana Yusuf Stadion Area Serang City. This research is referred to the theory of organization by Luther Gullick (Handayaningrat (1990:24)) that consist of planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, and budgeting. Descriptive research method with qualitative approach has been applied as a research method of this study. Purposonal sampling is used in this research for the selection of informant related to the phenomenon of interest. Data collecting techniques of this research include observation, interview, document, and record. Then, validity examination is done by triangulation that is the triangulation of source and member check. The results show that management functions of the street vendor at Maulana Yusuf Stadion Area Serang City are not optimal because there is no specific planning, lack of coordination,poor staffing, there is no directing, doesent of budget and weak supervision. The researcher suggests that the government must provide a new strategic area, have a better coordination with the related stakeholder, improve quality of staff, give a training or socialization, and improve the quality of supervision.
i
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,
Alhamdulillah, puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang
berjudul Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion
Maulana Yusuf Kota Serang. Proposal penelitian skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat tugas akhir Studi Strata Satu (S1) untuk mendapat gelar kesarjanaan
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dan kesempurnaan
pada penyusunan proposal penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan motivasi
dan masukan untuk menambah wawasan terkait bidang yang diteliti oleh penulis.
Oleh sebab itu, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Pembimbing Skripsi II.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
ii
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Bapak Riswanda, Ph.D Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Bapak Dr. Suwaib Amirudin, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah memberikan waktu, tenaga, arahan dan motivasi dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.
9. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak bisa
Saya sebutkan satu persatu, yang telah membekali ilmu selama perkuliahan
dan membantu dalam memberikan informasi selama proses perkuliahan.
10. Kepala Bidang Penataan Perdagang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koprasi Kota Serang yang telah memberikan data dalam melakukan
penelitian ini
11. Kepala Bidang Trantip Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang yang telah
memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan data
dalam penelitian ini.
12. Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang yang
iii
hidupku. Terimakasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang,
penyemangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada
henti-hentinya yang selalu diberikan untukku.
14. Kepada kakak dan adik tercinta Fickry Rusyana dan Frissa Aghitsna yang
memberikan warna dalam hidup dan memberikan semangat serta motivasi.
15. Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi semangat
dan motivasi.
16. Kepada Para sahabatku Winda Lestari, Ayu Indah Lestari, Ineu Febriani,
yang selalu ada disaat suka maupun duka, yang telah memberikan dukungan
serta keceriaan dan kebahagiaan.
17. Sahabat seperjuanganku yang menjadi partner dalam memperoleh Gelar S1
yang selalu ada dari semester awal sampai sekarang yaitu Asti Apriliyanti
Putri
18. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013, khususnya kelas B Administrasi
Publik yang telah menjadi warna tersendiri selama menjalani perkuliahan.
19. Sahabat KKM Kependudukan 12 yang juga memberikan pengalaman hidup
serta motivasi dan semangat kepada peneliti
20. Serta semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis untuk memberikan
arahan, bimbingan, semangat, dan doa yang tidak dapat disebutkan satu
iv
dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, penulis meminta maaf apabila ada
kesalahan dan kekurangan dalam proposal penelitian ini. Penulis mengharapkan
segala masukan baik kritik maupun saran dari pembaca yang dapat membangun
demi penyempurnaan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,
Serang, Juli 2018
Penulis
v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 16
1.3 Pembatasan Masalah ... 16
1.4 Rumusan Masalah ... 17
1.5 Tujuan Penelitian ... 17
1.6 Manfaat Penelitian ... 17
1.7 Sistematika Penulisan... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR 2.1 Landasan Teori ... 23
vi
2.1.1.3 Macam-macam Manajemen ... 30
2.1.1.4 Fungsi-Fungsi Manajemen ... 31
2.1.1.5 Tujuan Manajemen ... 52
2.1.2 Pedagang Kaki Lima ... 52
2.1.2.1 Karakteristik Pedagang Kaki Lima ... 53
2.1.2.2 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima ... 55
2.1.2.3 Faktor-faktor Penyebab Orang Orang Berdagang Kaki Lima ... 56
2.1.3 Penataan Pedagang Kaki Lima ... 56
2.1.4 Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima ... 59
2.2 Penelitian Terdahulu ... 61
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 63
2.4 Asumsi Dasar ... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 67
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ... 68
3.3 Lokasi Penelitian ... 68
3.4 Instrumen Penelitian... 68
vii
3.6.2 Teknik Analisis Data ... 78
3.7 Uji Keabsahan Data ... 80
3.8 Jadwal Penelitian ... 82
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 83
4.1.1 Profil Kota Serang ... 83
4.1.1.1 Keadaan Geografis Kota Serang ... 84
4.1.1.2 Slogan Kota Serang Madani ... 85
4.1.1.3 Visi Misi Kota Serang ... 86
4.1.2 Profil Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang ... 87
4.1.2.1 Visi Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang ... 89
4.1.2.2 Misi Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang ... 91
4.1.2.3 Sasaran Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang ... 92
4.1.3 Profil Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang ... 93
viii
4.2 Deskripsi Data ... 96
4.2.1 Deskripsi Informan Penelitian ... 99
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 102
4.3.1 Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima (PKL) di Stadion Maulana Yusup Kota Serang ... 102
4.3.2 Planning (Perencanaan) ... 113
4.3.3 Organizing (Pengorganisasian) ... 119
4.3.4 Staffing (Penyusunan Pegawai) ... 125
4.3.5 Directing (Pembinaan Kerja) ... 131
4.3.6 Coordinating (Pengkoordinasian) ... 134
4.3.7 Reporting (Pelaporan) ... 139
4.4.8 Budgeting (Penganggaran). ... 144
4.4 Pembahasan ... 151
4.4.1 Gambaran Umum Stadion Maulana Yusuf Kota Serang 152 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 162
5.2 Saran ... 164
ix
Tabel 1.1 Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota
Serang ... 9
Tabel 2.1 Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Para Ahli ... 32
Tabel 3.1 Daftar Informan ... 70
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 73
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 82
Tabel 4.1 Informan Penelitian ... 100
Tabel 4.2 Pedagang Kaki Lima yang berada di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang ... 111
Tabel 4.3 Formasi Anggota Satpol PP Kota Serang ... 129
x
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 65
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ... 79
Gambar 4.1 Susunan Organisasi Dinas Perdagangan, Industri dan
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang... 88
Gambar 4.2 Struktur Bidang-bidang yang terlibat dalam pengelolaan
PKL di Kota Serang ... 122
Gambar 4.3 Gambar Surat Perintah Tugas Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Serang ... 123
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Dinas Perdagangan, Industri dan
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang... 126
Gambar 4.5 Surat Permohonan Tenaga Bantuan ... 136
Gambar 4.6 Proses Pengawasan yang dilakukan oleh Satpol PP Kota
Serang ... 140
Gambar 4.7 Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran 2017 di Dinas
Perdagangan, Industri dan Koperasi Usaha Kecil dan
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dalam rangka otonomi daerah berdasarkan Undang-undang no. 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana kewenangan cenderung dimiliki oleh
kabupaten/kota, harapan dan tuntutan masyarakat tentang keadilan dalam
penyelenggaraan kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, penegakan hukum
dan penghargaan atas hak asasi manusia tidak bisa ditawar-tawar. Dalam rangka
menampung aspirasi masyarakat, maka otonomi daerah merupakan salah satu
upaya starategis yang memerlukan pemikiran yang matang, mendasar, berdimensi
jauh kedepan.
Untuk dapat melaksanakan otonomi daerah diperlukan perubahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, dari sentralisasi pemerintahan
bergeser ke arah desentralisasi dengan pemberian otonomi daerah yang luas, nyata
dan bertanggung jawab. Dengan pengembangan pembangunan daerah, diharapkan
dapat menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Akan tetapi
dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintah daerah juga harus memperhatikan
keteraturan dan ketertiban daerahnya agar tecipta kondisi yang nyaman bagi
seluruh masyarakat.
Selama beberapa tahun kebelakang, pemerintah sedikit demi sedikit
menjawab kebutuhan masyarakat, dengan memberikan lapangan pekerjaan dan
memberikan informasi tentang kegiatan berwirausaha dalam meningkatkan
perekonomian. Terbukti perekonomian di daerah sedikit lebih meningkat dengan
adanya lapangan pekerjaan yang bertambah dan penyuluhan wirausaha yang
diterapkan oleh pelaku usaha rumahan. Dengan bertumbuhnya perekonomian di
Indonesia diharapkan bisa menekan jumlah kemiskinan dan bisa meningkatkan
kegiatan perekonomian masyarakat menjadi lebih baik lagi. Dalam kenyataanya,
pertumbuhan ekonomi ini bermanfaat hampir di seluruh kota di indonesia, tidak
terkecuali di kota Serang.
Kota Serang sebagai ibu kota dari Provinsi Banten, sekaligus menjadi kota
penyanggah Ibukota Indonesia yaitu Jakarta, Kota Serang tepat berada di wilayah
yang strategis juga memiliki sumber daya alam yang berlimpah dari berbagai
bidang, seperti hasil industri, pertanian, sumber daya air, dan sumber daya
manusianya. Pembentukan Kota Serang sebagai hasil dari pemekaran Kabupaten
Serang yang diresmikan pada 02 November 2007 melalui Undang-undnag Nomor
32 tahun 2007 tentang pembentukan Kota Serang merupakan salah satu
implementasi dari otonomi daerah. Kota Serang memiliki potensi daerah yang
sangat besar, dilihat dari aspek sumber daya alam dan kewilayahannya. Dengan
letaknya yang startegis dampak positif yang diterima oleh masyarakat Kota
Serang dalam pertumbuhan ekonomi Banten ialah industri perdagangan di Kota
Serang.
Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pedagang yang menjual barang
dagangannya di pinggir jalan atau tempat umum. Usaha pedagang tersebut
dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana yang
kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga dapat tercipta suatu
kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pedagang Kaki Lima juga tidak
bersifat tetap, atau berpindah-pindah lokasi berjualannya dan kebanyakan dari
mereka menggunakan tempat berjualannya bukan milik mereka sendiri.
Kehadiran PKL merupakan salah satu faktor yang menimbulkan
persoalan, baik dalam masalah ketertiban, lalu lintas, keamanan, maupun
kebersihan di setiap daerah termasuk juga di Kota Serang. Berbagai permasalahan
terkait dengan PKL banyak bermunculan yang ternyata merugikan masyarakat
dan juga pemerintah daerah sendiri seperti rasa tidak nyaman karena keberadaan
PKL yang tidak pada tempatnya sehingga mengganggu kegiatan masyarakat
sehari-hari. Selain itu ada juga PKL yang mendirikan bangunan tempat usahanya
secara permanen yang sekaligus digunakan untuk tempat tinggal, hal ini juga bisa
mendatangkan kesulitan bagi pemerintah daerah dalam menghadapi sikap dan
kemauan para PKL ketika suatu saat akan ditata. PKL ini timbul akibat tidak
tersedianya lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan
untuk mencari pekerjaan demi mendapatkan pendapatan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Jenis dagangan yang biasa dijual oleh pedagang kaki lima ini ialah,
makanan yang tidak dan belum diproses, termasuk di dalamnya makanan mentah,
seperti daging, buah-buahan dan sayuran, kemudian makanan yang siap saji,
seperti nasi dan lauk pauk dan minuman, adapula pedagang yang menjual barang
bukan makanan mulai dari tekstil sampai obat-obatan, kemudian jasa, yang terdiri
kendaraan, dsb. Sedangkan bentuk sarana perdagangan yang digunakan pedagang
kaki lima dapat dikelompokkan, yaitu Gerobak/kereta dorong, yang biasanya
digunakan oleh pedagang yang berjualan makanan, minuman, atau rokok,
kemudian pikulan/keranjang, bentuk saranan ini digunakan oleh pedagang keliling
atau semi permanen. Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan mudah
dibawa atau berpindah tempat. Lalu warung semi permanen, yaitu berupa
gerobak/kereta dorong yang diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi
dengan meja dan kursi. Kios, bentuk sarana ini menggunakan papan-papan yang
diatur sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bilik, yang mana pedagang
tersebut juga tinggal di dalamnya. Dan gelaran/alas, pedagang menggunakan alas
tikar, kain atau sejenisnya untuk menjajakan dagangannya.
Mayoritas pedagang kaki lima hanya terdiri dari satu orang tenaga kerja.
Keberadaan pedagang kaki lima itu sendiri merupakan salah satu bentuk usaha
sektor informal, sebagai alternatif mendapatkan lapangan pekerjaan bagi kaum
urban. Lapangan pekerjaan yang semakin sempit dan sulit ikut mendukung
semakin banyaknya masyarakat yang membuka pekerjaan sebagai pedagang kaki
lima. Semakin menjamurnya pedagang kaki lima disetiap daerah mengakibatkan
kurangnya penataan pada lingkungan di Kota, termasuk di Kota Serang ini.
Dengan adanya perudang-undangan mengenai pemeliharaan Pedagang
Kaki Lima (PKL), maka pemerintah Kota Serang menggelarkan Peraturan Daerah
no. 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di
Kota Serang. Pemerintah Kota Serang bertujuan untuk memberdayakan para
bersih dan tertib karena Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pelaku usaha sektor
informal dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat Kota
Serang, dengan dinas terkait yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan PKL
yaitu Disperindagkop Kota Serang yang menaungi atau memberdayakan pelaku
bidang usaha mikro, kecil dan menengah yang memiliki peranan yang cukup
besar dalam pengembangan ekonomi lokal khusunya Serang, termasuk PKL,
Satpol PP Kota Serang. Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dengan
tugas pokok menegakan Peratran Daerah (Perda), menyelenggarakan ketertiban
umum dan ketentaraman masyarakat sebagai pelaksana tugas desentralisasi,
dengan cara mengurus dan membina PKL untuk berjualan sesuai dengan
peraturan yang telah di tetapkan. yang bertugas menertibkan dan menata tempat
usahanya PKL.
Melakukan penataan pedagang kaki lima dengan merelokasi dari satu
kawasan ke kawasan lain yang telah disediakan oleh pemerintah. Tindakan ini
adalah sebagai wujud nyata dari permasalahan ini pemerintah daerah Kota Serang
memberikan solusi alternatif kepada para pedagang kaki lima agar mau direlokasi
ke tempat yang semestinya sesuai dalam Perda Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Pedagang kaki lima yang
dianggap sah, adalah pedagang kaki lima yang menempati lahan yang mendapat
persetujuan dari “yang berwenang”. Pengertian yang berwenang ini bermacam
-macam, mulai dari perorangan sebagai pemilik lahan, sampai tingkat pengurus
RT, RW, aparat kelurahan, kecamatan sampai tingkat Pemerintah Kota (Pemkot)
yang persuasif dan dialog langsung yang berkesinambungan agar diperoleh
informasi yang berguna dalam penyusunan kebijakan. Dengan melibatkan
pedagang kaki lima dalam penyusunan kebijakan tersebut maka akan terbuka
kesadaran para pedagang kaki lima untuk bersedia ditata dan ditertibkan karena
kebijakan tersebut bersumber dari para pedagang kaki lima sendiri.
Sesuai dengan isi dari Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2014 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima pada BAB III Pasal 4 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan PKL menjelaskan bahwa yang dimaksud penataan
PKL meliputi pendataan PKL yang dilakukan berdasarkan identitas PKL, lokasi
PKL, jenis tempat usaha, bidang usaha, modal usaha dan volume penjualan.
Pendaftaran PKL yang dilakukan oleh SKPD yang membidangi perdagangan
Bersama dengan camat. Penempatan dan pemindahan PKL dilakukan setelah PKL
mendapat Tanda Daftar Usaha (TDU) adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat
yang ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha PKL sekaligus sebagai alat
kendali untuk pemberdayaan dan pengembangan usaha PKL dilokasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kota.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemberdayaan PKL adalah
peningkatan kemampuan usaha, fasilitas akses permodalan, fasilitas bantuan
sarana dagang, penguatan kelembagaan, fasilitas peningkatan produksi,
pengolahan dan pengembangan jaringan dan promosi, pembinaan bimbingan
teknis.
Faktor pendukung dari berjalannya kebijakan adalah dari dua hal, yaitu
akan diimplementasikan dan faktor-faktor pendukungnya, seperti dari dinas yang
bertanggung jawab atas kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL di
Kota Serang. Sementara itu faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan dan
pihak-pihak terkait, seperti para PKL dan pengguna jalan raya di Kota Serang.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah.
Kehadiran Pedang kaki Lima (PKL) merupakan salah satu faktor yang
menimbulkan persoalan, baik dalam masalah ketertiban, lalu lintas, keamanan,
maupun kebersihan disetiap daerah di Provinsi Banten. Karena sifat dari PKL ini
keberadaanya ber pindah-pindah. Di Kota Serang sendiri masalah PKL ini
merupakan masalah serius yang sedang di hadapi pemerintah Kota. Karena
kenapa, selain Kota Serang adalah Ibukota Provinsi Banten, Kota serang juga
menginstruksikan bahwa kawasan yang tidak di peruntukan berjualan itu harus
bebas dari PKL seperti Jalan Trotoar, Alun-alun dan lain-lain termasuk juga di
Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. di Kawasan Stadion Maulana
Yusuf Kota Serang merupakan salah satu stadion yang berada di kota serang.
Kota serang sendiri derdapat dua stadion sepak bola yakni yang bertempat di
taman kopasus dan satunya lagi di ciceri. Kedua stadion tersebut merupakan
Homebase dari Klub sepak bola Serang yakni Perserang dan selebihnya di
gunakan untuk kepentingan pemerintah maupun umum. Ini yang menjadi alasan
peneliti untuk mengambil lokasi penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan
Pedagang Kaki Lima di Kota Serang itu di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota
membenarkan bahwa Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang itu sebagai
lapak berjualan pedagang kaki lima.
Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang merupakan prasarana
olahraga utama, karena keberadaannya yang dapat berfungsi sebagai pusat
kegiatan olahraga, artinya dapat dilaksanakan beberapa kegiatan olahraga pada
satu area. Dalam pengertian kompleks stadion merupakan bangunan utama tempat
berlangsungnya kegiatan olahraga terbuka seperti atletik, sepakbola, dan lainnya.
Artinya, Kawasan Stadion Maulana Yusuf diperuntukan untuk kegiatan berolah
raga, namun hal ini tidak sama dengan apa yang dilihat oleh peneliti dilapangan.
Peneliti melihat dilapangan banyaknya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang
berjualan pada Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Banyaknya
pedagang kaki lima yang berjualan pada Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota
Serang mengakibatkan kemacetan dan Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota
Serang terlihat kumuh karena keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang
tersebar pada Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang menimbulkan
banyaknya sampah, sehingga Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang tidak
terjaga kebersihannya.
Pedagang kaki lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang ini
ialah pindahan dari Alun-alun Kota Serang sejak tahun 2016, para pedagang kaki
lima yang seharusnya di pindahkakan ke daerah Kepandean malah dipindahkan ke
Stadion Maulana Yusuf Kota Serang alasannya karena Dinas Perdagangan,
Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang awalnya
Alun-alun. jadi inisiatif pertama untuk memindahkan PKL tersebut yaitu mengarahkan
PKL pindah ke stadion karena para pedagang beralsan bahwa di kawasaan
kepandenan lokasinya kurang strategis. Mereka awalya tidak mengir jumlah PKL
akan terus bertambah sebanyak itu. Dan sebenarnya Stadion Maulana Yusuf Kota
Serang berfungsi sebagai pusat kegiatan berolah raga bukan tempat untuk PKL
berjualan.
Tabel 1.1
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang
No Jenis Usaha Jumlah
1 Pedagang Tas 8
2 Pedagang Pakaian 84
3 Pedagang Aksesoris 25
4 Pedagang Sendal 8
5 Pedagang Makanan 35
6 Pedagang Peralatan Rumah Tangga 8
7 Pedagang Kosmetik 1
8 Pedagang Mainan 19
9 Odong-odong 2
10 Pedagang Peralatan Memancing 3
11 Pedagang Minuman 14
12 Pedagang Peralatan Alat Tulis 1
13 Pedagang Angkringan 5
15 Pedagang Parfum 2
16 Pedagang Kerudung 3
17 Pedagang Handuk 3
18 Pedagang Kaos Kaki 2
19 Pedagang Perabotan 5
20 Pedagang Aksesoris Motor 1
21 Warkop 9
241
(Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koprasi Kota Serang,2016)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah PKL di Kawasan Stadion
Maulana Yusuf Kota Serang berjumlah 241 pedagang yang terdaftar, pedagang
terbanyak adalah pedagang pakain berjumlah 84 pedagang, selain itu ada juga
pedagang makanan berjumlah 35 pedagang, serta pedagang aksesoris berjumlah
25 pedagang. Dan didalam tabel di atas menjelaskan pedagang yang berjumlah
lebih sedikit yaitu pedagang kosmetik, pedagang alat tulis dan pedagang aksesoris
motor berjumlah 1 pedagang. Data yang diambil ini di lakukan dengan cara
mendata satu per satu ke tiap kios-kios yang berada di stadiona maulana Yusuf
Kota serang. Jadi, kemungkinan bertahnya jumlah pedagang di setiap harinya
sangat besar.
Dalam hal ini diperlukan peran pemerintah yang serius untuk menangani
hal ini. Setelah dijalankannya Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun
2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, para pedagang
Padahal Disperindagkop telah berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja
(SATPOL PP) Kota Serang melakukan penggusuran untuk menertibkan para
Pedagang Kaki Lima yang masih berjualan di Kawasan Satdion Maulana Yusuf
Kota Serang. Dalam upaya penggusuran sebenarnya merupakan kejadian yang
sudah lama dilakukan pemerintah Kota Serang. Karena Disperindagkop
beranggapan bahwa Stadion Maulana Yusuf Kota Serang itu bukan tempat yang
di sediakan oleh Disperindagkop untuk berjualan seperti Kawasan Pasar lama,
Kawasan Royal, dan Kapandean. Jadi, secara kewenangan wilayah kawasan
stadion bukan termasuk dalam peta pengelolaan dari Disperindagkop. Namun,
peran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Serang dan pihak yang terlibat dalam
pengelolaan PKL di Kota serang masih kurang optimal pasalnya masih banyak
pedagang yang masih menempati lokasinya di kawasan stadion maulana yusuf
kota serang meskipun pemerintah sudah berusaha untuk mengrelokasinya.
Penggusuran yang dilakukan oleh Satpol PP tidak menimbulkan efek jera
bagi para pedagang kaki lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang,
sebab mereka masih kembali melakukan aktivitas berdagang di tempat
sebelumnya, setelah beberapa hari digusur. Pasalnya mereka tidak mau pindah
berjualan karena mereka merasa bahwa tempat yang direlokasikan pemerintah
membuat pendapatan mereka menurun, karena lokasi yang kurang strategis,
kemudian adanya kebiasaan masyarakat yang lebih memilih membeli di tempat
yang memang mudah ditemui, yang menyebabkan para pedagang enggan
meninggalkan tempat mereka berjualan sebelumnya. Selain itu para Pedagang
sehingga upaya pemerintah daerah dan Satpol PP menertibkan para Pedagang kaki
lima tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Upaya-upaya pemerintah dalam mengatasi masalah PKL sangat penting,
selain itu juga dengan adanya upaya pemerintah Kota Serang dalam mewujudkan
nilai keindahan di Kota Serang bisa menumbuhkan nilai perekonomian
masyarakat sekaligus bisa menggali potensi dagang jika para PKL dikelola
dengan baik. Penataan PKL adalah salah satu solusi sebagai penyelesaian masalah
sosial anatar kepentingan PKL dan publik
Sebenarnya dalam pemberlakuan berdagang telah diberlakukan „Sistem
Buka Tutup‟, yang dimaksudkan sistem ini ialah aturan waktu bagi aktivitas
Pedagang Kaki Lima agar dapat terlihat indah di Kawasan Stadion Maulana
Yusuf Kota Serang . Sistem ini hanya diperbolehkan beroperasi mulai pukul 16.00
WIB. Bila ada Pedagang Kaki Lima yang melanggar maka di dalam Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Pasar 28 No.2 Tentang Ketentuan Pidana sudah
tertera jelas bahwa bagi pedagang kaki lima akan dikenakan sanksi berupa
pencabutan Tanda Daftar Usaha (TDU) Pedagang Kaki Lima yang dilakukan oleh
Satpol PP Kota Serang, dan sanksi beratnya adalah mendapat kurungan 2 bulan
atau denda Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah).
Selain itu juga, terdapat surat pemberitahuan yang di berikan kepada
pedagang yang akan di relokasi yang di berikan oleh Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Serang. Yakni surat pemberitahuan 7 hari pembongkaran, maksudnya
dagangannya maka dalam jangka waktu paling lambat 7 hari harus sudah di
bongkar. Apabila dalam jangka waktu tersebut kondisi tempat berjualan masih
ada maka tempat tersebut akan di bongkar paksa oleh petugas satpol PP dan
barangnya di amankan. Selain itu, ada surat pemberitahuaan pembongkaran yang
3 hari dan 2 hari, kasusnya pun sama apabila pedagang tidak membongkar tempat
berjualannya dalam jangka waktu yang di tentukan maka tempatnya akan di
bongkar paksa.
Berdasarkan observasi awal peneliti dan wawancara pendahuluan, di
temukan beberapa masalah dan kendala-kendala yang terkait dengan Pedagang
Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Pertama, masih banyaknya PKL yang belum Terdata, Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang peneliti mendapatkan data PKL yang
terdaftar sebanyak 241 pedagang, namun kenyataannya dilapangan peneliti
menemukan lebih banyak dari data yang ada. Sedangkan di Peraturan Daerah
Nomo 4 Tahun 2014 Bab VIII Pasal 24 Tentang Larangan PKL Yaitu setiap
orang dilarang melakukan kegiatan usaha PKL tanpa izin dulu.Terlebih lagi di
Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang tidak terdapat titik resmi untuk
dijadikan lokasi berjualan PKL. Namun pada tahun 2016 Dinas Pemuda Olahraga,
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Serang membuat titik lokasi untuk pedagang
kaki lima yang lokasinya sebelah Timur Stadion. Namun itu tidak bisa
menampung jumlah PKL yang berada di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota
Serang. Selain itu juga tidak ada tanda yang membedakan antara Pedagang Kaki
hasil observasi peneliti di lapangan, Rabu 8 Mei 2017 Pukul 19.00 WIB di
Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang dan data dari Disperindagkop Kota
Serang, Rabu 8 Mei 2017 Pukul 10.00 WIB di Kantor Disperindagkop Kota
Serang).
Kedua, kurangnya pengawasan dan pengendalian dari Satpol PP Kota Serang dalam menertibkan PKL yang masih berjualan pada pagi sampai siang hari
pada Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang, berdasarkan hasil penjelasan
dari Disperindagkop Kota Serang bahwasannya PKL tersebut tidak diperbolehkan
berjualan pada siang hari dan hanya di perbolehkan berjualan sore sampai malam
hari, itu tersebut diawasi langsung oleh Satpol PP Kota Serang atas perintah dari
Disperindagkop Kota Serang. Faktanya, dilapangan masih banyak PKL yang
berjulan pada siang hari, terlebih lagi pengawasan yang dilakukan oleh Satpol PP
Kota Serang itu tidak aktif, hanya hari-hari tertentu saja. (berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu PKL di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota
Serang Ibu Lia, Rabu 8 Mei 2017 Pukul 20.00 WIB di Kawasan Stadion Maulana
Yusuf Kota Serang).
Ketiga, kurangnya ketegasan Satpol PP Kota Serang dalam memberikan sanksi terhadap pedagang kaki lima yang masih berjualan pada pagi dan siang
hari, padahal Disperindagkop Kota Serang sudah mengeluarkan larangan bahwa
Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang tidak diperolehkan berjualan pada
pagi sampai siang hari dan hanya diperbolehkan beroperasi mulai pukul 16.00
WIB dan pada saat stadion itu akan diberlangsungkan acara resmi yang digelar di
Kota Serang memberikan ijin kepada para PKL untuk berjualan di Stadion
Maulana Yusuf Kota Serang pada malam hari saja. Namun faktanya dilapangan
masih banyak yang berjualan di pagi dan siang hari. Tidak adanya tindakan yang
tegas dari Satpol PP Kota Serang yang mengawasi langsung kondisi di Stadion
Maulana Yusuf Kota Serang. (berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
PKL di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang, Rabu 8 Mei 2017 Pukul
20.00 WIB di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang).
Keempat, adanya pungutan liar oleh oknum keamanan dan kebersihan, berdasarkan hasil wawancara dengn Kepala UPTD Pasar Disperindagkop Kota
Serang menyatakan bahwa dinas tidak memungut uang sewa kepada PKL
sepeserpun. Namun hal tersebut berbeda dengan fakta dilapangan didapati dari
hasil wawancara dengan 3 PKL, dari hasil wawancara dengan ketiga PKL didapati
pungutan liar sebesar Rp. 8000/hari dengan rincian, sewa tempat Rp. 5000,
kebersihaan Rp. 2000, dan kebersihan Rp. 1000, ketiga pugutan tersebut tidak
memiliki karcis resmi, sedangkan pungutan Rp. 1000 menggunakan karcis, Yang
mengatasnamakan kodim maupun dinas terkait , karna keterbiasaan sejak dulu
diikuti sampai sekarang. (berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan dan
wawancara dengan PKL, 10 April 2018 pukul 19.00 WIB di Kawasan Stadion
Maulana Yusuf Kota Serang).
Dengan permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada observasi awal,
berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti
mengidentifikasikan masalah antara lain sebagai berikut :
1. Masih banyaknya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang belum terdata.
2. Kurangnya pengawasan dan pengendalian dari Satpol PP Kota Serang.
3. kurangnya ketegasan Satpol PP Kota Serang dalam memberikan sanksi
terhadap pedagang kaki lima (PKL).
4. Adanya pungutan liar untuk keamanan dan kebersihan oleh oknum dari pihak
ketiga.
1.3Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk memperjelas substansi dan sasaran
dari masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana
Yusuf Kota Serang.
2. Subjek penelitian dalam penelitian ini ialah Disperindagkop Kota Serang,
Satpol PP Kota Serang, Pedagang Kaki Lima dan masyarakat.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah tersebut,
kemudian peneliti merumuskan masalah yaitu ‟Bagaimana Manajemen Penataan
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang”.
1.5Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui Manajemen Penataan
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang.
1.6Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian yang berjudul Manajemen
Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan
pengetahuan karena akan memperkaya pengetahuan dalam dunia akademis
khususnya ilmu Administrasi Publik.
2. Secara Praktis
Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan
dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti
pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Publik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya peneliti dapat dijadikan
1.7Sistematika penulisan
Peneliti membuat sistematika penelitian dalam penelitian ini sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti mengambil
judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti yang tentunya relevan dengan judul
yang diambil. Materi dari uraian ini, dapat bersumber dari hasil penelitian
yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan,
pengalaman pribadi, dan intuisi logik. Latar belakang timbulnya masalah
perlu diuraikan secara jelas, faktual dan logik.
1.2Identifikasi Masalah
Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari
judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti.
Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi pendahuluan pada
objek yang diteliti, observasi dan wawancara ke berbagai sumber sehingga
semua permasalahan dapat diidentifikasi.
1.3Rumusan Masalah
Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin
dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah
dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan
rumusan masalah.
1.5Manfaat Penelitian
Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis
maupun teoritis.
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan
variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang
digunakan untuk merumuskan masalah.
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai
kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca.
2.3 Asumsi Dasar Penelitian
Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian
Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian
4.2 Instrumen Penelitian
Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat
pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya
adalah peneliti itu sendiri.
4.3 Informan Penelitian
Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber
untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian.
Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi
penelitian, dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara
menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik pengolahan
data sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui pengamatan,
wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan visual.
4.5 Teknik Analisis Data
Sub bab ini menggambarkan tentang proses penyederhanaan data
ke dalam formula yang sederhana dna mudah dibaca serta mudah
diinterpretasi, maksudnya analisis data disini tidak saja memberikan
setiap fenomena yang diamati, sehingga implikasi yang lebih luas dari
hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulan akhir penelitian.
Analisis data dapat dilakukan melalui pengkodean dan berdasarkan
kategorisasi data.
4.6 Uji Keabsahan Data
Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari
objektifitas dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang objektif
berasal dari unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu bagaimana
menginterpretasikan realitas sosial terhadap fenomena-fenomena yang ada.
4.7 Lokasi Penelitian
Tempat yang dijadikan penelitian
4.8 Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang tahapan waktu penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi
penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang
telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.
4.2 Hasil Penelitian
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah
4.3 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data
dan wawancara narasumber.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian merupakan rangkaian atau uraian
beberapa teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Pengertian teori
menurut Neumen adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi,
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi
hubungan antara variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena. Landasan teori paling tidak berisi tentang penjelasan
terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang
lengkap dan mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup kedudukan
dan prediksi terhadap hubungan antara variabel yang akan diteliti menjadi lebih
jelas dan terarah. (Sugiyono, 2012:58)
Pada landasan teori berikut, peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang
digunakan sebagai acuan dalam mengkaji penelitian. Dalam Bab II ini akan
dijelaskan secara sistematik beberapa teori dan bahan pustaka berdasarkan
pengertian para ahli terkait dengan “Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima
di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang”.
2.1.1 Definisi Manajemen 2.1.1.1 Konsep Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen itu. Secara etimologi, management (di Indonesia diterjemahkan
sebagai “manajemen”) berasal dari kata manus (tangan) dan agere (melakukan),
yang setelah digabung menjadi kata manage (bahasa inggris) berarti mengurus atau managiere (bahasa latin) yang berarti melatih.
Pengertian manajemen menurut (Hasibuan, 2011:1): Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Andrew F. Sikula (dalam Hasibuan, 2011:2) menjelaskan manajemen
sebagai berikut:
“Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan
suatu produk atau jasa secara efisien”.
G.R. Terry (dalam Hasibuan, 2011:2) menjelaskan manajemen sebagai
berikut:
“Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dari sumber-sumber lainnya”.
Manajemen menurut Manullang dalam Ratminto & Atik (2005:1)
“Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan juga pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu”.
Menurut Manulang (2006:4) mendefinisikan manajemen adalah:
“Suatu proses sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dengan tujuan yang ingin dicapai dengan mempergunakan kegiatan-kegiatan yang diawasi, yang didalamnya terdapat aktivitas melalui seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan”.
Selanjutnya yaitu manajemen menurut Koontz dan Cyril O‟Donnnel dalam
Amirullah (2004:7) sebagai berikut :
“Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of grup activity, the manager as the manager plans, organizes, staffs, direct and control the activities other people”. (Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).
Menurut Handoko (2003:10) mendefinisikan bahwa Manajemen adalah
proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan menegendalikan
pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi
untuk mencapai sasaran organisasi yang ditetapkan”.
Dari beberapa teori mengenai manajemen yang telah peneliti paparkan,
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri
dari perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengawasan organisasi
2.1.1.2 Asas-asas Manajemen
Asas (prinisip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran
umum yang dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari
hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya permanen umum dan setiap
ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran
-kebenaran dasar ilmu bidang tesebut. Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu
yang absolute dan mutlak. Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan
keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.
Menurut Henry Fayol dalam Hasibuan (2009:9) asas-asas umum
manajemen adalah sebagai berikut:
1. Divison of work (Asas pembagian kerja)
Asas ini sangat penting karena adanya limit faktor, artinya adanya
keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan yaitu:
a. Keterbatasan waktu
b. Keterbatasan pengetahuan
c. Keterbatasan kemampuan
d. Keterbatasan perhatian.
Keterbatasan-keterbatasan ini mengharuskan diadakannya pembagian
pekerjaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan pembagian kerja
yang berdasarkan spesialisasi sangat diperlukan, baik pada bidang teknis maupun
pada bidang kepemimpinan. Asas pembagian kerja ini mutlak harus diadakan
kerjasama antar anggotanya. Dengan pembagian kerja maka daya guna dan hasil
guna organisasi dapat ditingkatkan demi tercapainya tujuan.
2. Authority and Responsibility
Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab
antara atasan dan bawahan: wewenang harus seimbang dengan tanggung
jawab. Misalnya wewenag sebesar X maka tanggung jawabpun sebesar X.
Wewenang (Authority) menimbulkan “hak” serta tanggung jawab
menimbulkan “kewajiban”. Hak dan kewajiban adanya interaksi antara atasan
dan bawahan.
3. Discipline
Menurut asas ini, hendaknya perjanjian, peraturan yang telah ditetapkan, dan
perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of command
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan menerima perintah dari seorang
atasandan bertanggung jawab kepada atasan pula. Tetapi seorang atasan dapat
member perintah kepada beberapa orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini
perlu, jika seseorang bawahan diperintah oleh beberapa orang atasan maka ia
akan bingung.
5. Unity of direction
Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu
tujuan, satu perintahdan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah , kesatuan
berhubungan dengan karyawan, sedangkan untity of direction bersangkutan dengan seluruh perusahaan.
6. Subordination of individual interest into general interest
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama
(organisasi) di atas kepentingan pribadi. Misalnya pekerjaan kantor sehari-hari
harus diutamakan daripada pekerjaan sendiri.
7. Remunitarion of Personnel
Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil,
wajar,dan seimbang dengan kebutuhan. Sehingga, memberikan kepuasan yang
maksimal bagi karyawan maupun majikan.
8. Centralization
Setiap organisasi harus memiliki pusat wewenang , artinya wewewnang itu
dipusatkan atau di bagi-bagi tanpa mengabaikan situasi-situasi khas, yang
akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan. Centralization ini artinya dalam arti relative bukan absolut (mutlak).
9. Sclar of Chain (Hierarchy)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus
merupakan mata rantai vertical yang jelas, tidak terputus dan dengan jarak
terpendek. Maksudnya perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi ke
jabatan terendah dengan cara berurutan.
10.Order
ditempatkan pada tempat yang sebenarnya, jangan disimpan dirumah. Social order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian atau bidang spesialisnya.
11.Equity
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam memberikan
gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman. Perlakuan yang adil akan
mendorong bawahan mematuhi perintahperintah atasan dan gairah kerja. Jika
tidak adil bawahan akan malas dan cenderung menyepelekan tugas-tugas dan
perintah-perintah atasan.
12.Initiative
Menurut asas ini, seorang pemimpin harus memberi dorongan kesempatan
kepada bawahannya untuk berinisiatif , dengan memberikan kebebasan agar
bawahannya secara aktif memikirkan dan menyelesaikan sendiri
tugas-tugasnya.
13.Esprit of Crops (Asas kesatuan)
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan terwujudnya
kekompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai hasil
yang baik. Pemimpin perusahaan harus membina bawahannya sedemikian
rupa, supaya karyawan merasa memiliki perusahaan itu.
14.Stability of turn-over personnel
Menurut asas ini, pemimpin harus berusaha mutasi dan keluar masuknya
karyawan tidak terlalu sering, karena akan mengakibatkan ketidakstabilan
karyawan yang berpengalaman. Pemimpin perusahaan harus berusaha agar
setiap karyawan betah bekerja sampai pensiunnya. Jika karyawan sering
berhenti perlu manager menyelidiki penyebabnya. Apakah gaji terlalu kecil,
perlakuan yang kurang baik dan sebagainya?
Dapat disimpulkan bahwa asas (prinsip) adalah kebenaran umum yang
memberikan dasar dan pedoman pemecahan, problem pelaksananya fleksibel serta
disesuaikan dengan situasi kebutuhan dan keadaan-keadaan khusus.
2.1.1.3Macam-macam Manajemen
Menurut Made Pidarta dalam Athoillah (2010:55) menjelaskan sebagai
sebuah sistem manajemen dapat dilihat dari berbagai sudut pandang berikut:
1. Management by objective
Yaitu manajemen berdasarkan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai.
Dalam manajemen sasaran, seluruh komponen yang ada diintegrasikan secara
terpadu dan diarahkan sepenuhnya pada sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Management by structures
Manajemen dengan pendekatan structural sebenarnya merupakan manajemen
normatif. Manajemen ini berawal dari pandangan bahwa organisasi adalah
sturktur yang harus dilihat serta dikelola secara sturktural.
3. Management by technique
Manajemen dengan mengutamakan teknik pengelolaan organisasi. Artinya,
optimalisasi cara-cara pelaksanaan kegiatan organisasi yang diarahkan pada
4. Management by people
Manajemen pada aspek personal yaitu manajemen yang mengutamakan orang
sebagai pelaksana seluruh rencana organisasi.
5. Management by information
Adalah pengelolaan informasi yang berpusat pada peran pentingnya informasi
bagi kemajuan dan kinerja organisasi.
6. Management by environment
Adalah segala sesuatu yang berada disekeliling organisasi. Lingkungan ini
meliputi tempat organisasai itu berada, yakni lingkungan di dalam (internal)
dan lingkungan diluar organisasi (eksternal).
2.1.1.4Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam mengelola setiap kegiatan organisasi, pengelolaan harus didasarkan
pada fungsi-fungsi manajemen. Sehingga pengelolaan yang dilakukan dapat
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan tidak akan ada masalah besar yang
dapat menghambat pengelolaan tersebut.
Hasibuan (2001:37) manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa
fungsi. Pembagian fungsi-fungsi manajemen ini, tujuannya adalah:
a. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur
b. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam
c. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer.
Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para penulis tidak
sama. Untuk bahan perbandingan fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan
Tabel 2.1
Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelakksanaan
fungsi-fungsi tertentu, tetapi dalam hal ini belum ada persamaan pendapat dari para ahli
manajemen tentang apa fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh Fayol, yang
menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah dan
pengawasan adalah fungsi-fungsi utama (Handoko, 2003:21).
Fungsi manajemen menurut Terry dalam Handayaningrat (1990:25) yang
dikenal dengan POAC yaitu:
1. Perencanaan (Planning), adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan
asumsi-asumsi yang berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang
diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya hasil yang
dikehendaki.
2. Pengorganisasian (organizing), adalah menentukan, mengelompokkan dan pengatur berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian
tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan
faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai dan menunjukan hubungan
kewenangan yang dilimpahkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating), merupkan usaha agar semua anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan
kesadaranmya dan berpedoman pada perencanaan (Planing) dan usaha
4. Pengawasan (Controlling), merupakan proses penentuan apa yang harus diselesaikan yaitu, pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu
melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai
dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.
Koontz dan O‟Donnell dalam Handayaningrat (1990:22) fungsi-fungsi
manajemen yang disingkat POSDICO yaitu:
1. Perencanaan (Planning), berhubungan dengan pemilihan sasaran/tujuan (objective), strategi, kebijaksanaan, program dan prosedur pencapaiannya. Perencanaan adalah suatu pengambilan
keputusan, manakala perencanaan ini menyangkut pemilihan diantara
beberapa alternative.
2. Pengorganisasian (Organizing), berhubungan dengan pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan untuk mencapai tujuan dari pada
suatu badan usaha secara keseluruhan atau setiap bagiannya.
Pengelompokkan kegiatan-kegiatannya, penugasan, pelimpahan
wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, menentukan koordinasi,
kewenangan dan hubungan informal baik horizontal maupun vertical
dalam struktur organisasi itu.
3. Penyusunan pegawai (Staffing), berhubungan dengan penempatan orang-orang, yaitu menempatkan orang-orang sesuai dengan jabatan
yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi.
memperhitungkan bawahannya terhadap nilai-nilai kebiasaan,
sasaran/tujuan dan kebijaksanaan organisasi/badan usaha. Pihak
bawahan diusahakan agar banyak mengetahui terhadap struktur
organisasi, hubungan yang saling ketergantungan dari pada kegiatan
dan kedudukan pribadinya, tugas-tugasnya dan wewenangnya.
5. Pengawasan (Controlling), merupakan tindakan penilaian/perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaannya sesuai dengan
rencana. Jadi penilaiannya apakah hasil pelaksanaannya tidak
bertentangan dengan sasaran (goals) dan rencananya (plans).
Newman dalam Handayaningrat (1990:20), menyebutkan fungsi
manajemen dengan akronim POASCO, yaitu:
1. Perencanaan (Planning), perencanaan ini meliputi serangkaian keputusan-keputusan termasuk penentuan-penentuan tujuan,
kebijaksanaan, membuat program-program, menentukan metode &
prosedur serta menetapkan jadwal waktu pelaksanaan.
2. Pengorganisasian (organizing), pengelompokkan kegiatan-kegiatan yang diwadahkan dalam unit-unit untuk melaksanakan rencana dan
menetapkan hubungan antara pimpinan dan bawahannya (atasan dan
bawahan) di dalam setiap unit.
3. Pengumpulam Sumber (Assembling Resources), pengumpulan
sumber-sumber yang dipergunakan untuk mengatur penggunaan dari pada
alatalat/fasilitas dan hal-hal lain yang diperlukan untuk melaksanakan
rencana.
4. Pengendalian kerja (Supervising), bimbingan dari pada pelaksanaan pekerjaan setiap hari termasuk memberikan instruksi, motivasi agar
mereka secara sadar menuruti segala instruksinya, mengadakan
koordinasi dari pada berbagai kegiatan pekerjaan dan memelihara
hubungan kerja baik antara atasan dan bawahan
5. Pengawasan (Controlling), pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat mungkin
sesuai dengan rencana. Hal ini menyangkut penentuan standar.Artinya
memperbandingkan antar kenyataan dengan standar dan bila perlu
mengadakan koreksi/pembetulan apabila pelaksanaannya menyimpang
dari pada rencana.
Sedangkan fungsi manajemen menurut Mee dalam Handayaningrat
(1990:26) biasa di kenal dengan akronim POMCO, yaitu:
1. Perencanaan (Planning), adalah proses pemikiran yang matang untuk dilakukan dimasa yang akan datang dengan menentukan
kegiatankegiatannya.
2. Pengorganisasian (Organizing), seluruh proses pengelompokkan orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung
jawab, sehingga merupkan organisasi yang dapat digerakkan secara
3. Pemberian Motivasi (Motivating), seluruh proses pemberian motif (dorongan) kepada karyawan untuk bekerja lebih bergairah, sehingga
mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi
secara berhasil guna dan berdaya guna.
4. Pengawasan (Controlling), proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan
dapat berjalan dengan rencana yang telah di tentukan sebelumnya.
Fungsi-fungsi manajemen menurut Henry Fayol dalam Amirullah
(2004:12) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dan mengambil langkah-langkah
strategis guna mencapai tujuan tersebut. Melalui perencanaan seorang
manajer akan dapat mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan
bagaimana cara untuk melakukannya.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses pemberian perintah, pengalokasian
sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap
individu dan kelompok untuk menerapkan rencana. Kegiatan yang terlibat
dalam pengorganisasian mencakup tiga kegiatan yaitu (1) membagi
komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
bawahan untuk mengadakan pengelompokan tersebut, (3) menetapkan
wewenang di antara kelompok atau unit-unit organisasi.
3. Fungsi Pengarahan
Pengarahan adalah proses unutk menumbuhkan semangat (motivation)
pada karyawan agar dapat bekerja keras dan giat serta membimbing
mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang efektif
dan efisien.
4. Fungsi Pengkoordinasian
Suatu usaha yang terkoordinir ialah dimana kegiatan karyawan itu
harmonis, terarah, dan diintegrasikan menuju tujuantujuan bersama.
Koordinasi dengan demikian sangat diperlukan dalam organisasi agar
diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
5. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan
organisasi sudah sesuai dengan rencana sebelumnya.
Menurut Luther Gulick dalam Handoko (2003:11) mendefinisikan bahwa
manajemen sebagai berikut:
“suatu bidang ilmu pengetahuan (Science) yang berusaha secara sistematis
untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih
bermanfaat bagi manusia”
Secara sederhana fungsi-fungsi manajemen menurut Luther Gulick dalam
1. Perencanaan (Planning), adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan pelaksanaannya dan metode yang digunakan dalam
menyelesaikan maksud atau tujuan badan usaha ini.
2. Pengorganisasian (Organizing), adalah menetapkan struktur formal daripada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa
ditentukan dan dikoordinasikanm untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
3. Penyusunan Pegawai (Staffing), keseluruhan fungsi daripada kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan
memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan.
4. Pembinaan Kerja (Directing), merupakan tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus
atau umum dan instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin
dalam suatu badan usaha atau organisasi.
5. Pengkoordinasian (Coordinating), kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan dari pada pekerjaan.
6. Pelaporan (reporting), pimpinan yang bertanggung jawab harus selalu
mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan
maupun bawahannya melalui catatan, penelitian maupun inspeksi.
7. Penganggaran (Budgeting), semua kegiatan akan berjalan dengan baik bila disertai dengan usaha dalam bentuk rencana anggaran,
perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran. Keberhasilan suatu