• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN STADION MAULANA YUSUF KOTA SERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN STADION MAULANA YUSUF KOTA SERANG"

Copied!
299
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh: Riri Agnestri

6661131315

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat

dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela

cita-cita. Mohammad Hatta

Skripsi ini saya

persembahkan ,,,, Untuk orangtua,

keluarga dan orang-orang tersayang

yang telah banyak membantu dan

(6)

Kaki Lima Di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Dr. Suwaib Amirudin, M.Si dan Pembimbing II: Dr. Agus Sjafari, M.Si

Penelitian ini membahas mengenai Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Manajemen penataan PKL di Kota Serang sangat penting dilakukan untuk mengatasi permasalahan PKL yang berada di Kota Serang. Pemerintah Kota Serang mengeluarkan Perda No 4 tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Penelitian ini menggunakan teori fungsi manajemen Luther Gullick dalam Handayaningrat (1990:24) yang terdiri dari tujuh indikator yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, pengkoordinasian, pelaporan dan anggaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Kemudian untuk uji keabsahaan yaitu dengan cara triangulasi yaitu triangulasi sumber dan membercheck. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam melakukan Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang dapat dikatakan belum berjalan optimal, karena tidak adanya perencanaan yang khusus, lemahnya koordinasi, penyusunan pegawai yang kurang baik, tidak adanya pembinaan kerja, tidak adanya anggaran, serta lemahnya pengawasan. Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti adalah menyediakan lahan baru yang strategis, melakukan koordinasi lebih baik lagi dengan dinas terkait, meningkatkan kualitas pegawai, memberikan pelatihan kerja maupun sosialisasi, dan meningkatkan kualitas pengawasan .

(7)

Street Vendor at Maulana Yusuf Stadion Area Serang City. Prorgram Study Of Public Administrasion. Faculty of Sultan Ageng Tirtayasa. Adviser I: Dr. Suwaib Amirudin, M.Si and Adviser II: Dr. Agus Sjafari, M.Si

This research is explained about management arrangement of the street vendor at Maulana Yusuf Stadion Area Serang City. management arrangement of the street vendor at Area Serang City very important to do to overcome the problem of street vendor who are in Serang City. the city government attacked regulation number 4 of 2014 about arrangement and empowering street vendor. The aim of this study is to know about management arrangement of the street vendor at Maulana Yusuf Stadion Area Serang City. This research is referred to the theory of organization by Luther Gullick (Handayaningrat (1990:24)) that consist of planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, and budgeting. Descriptive research method with qualitative approach has been applied as a research method of this study. Purposonal sampling is used in this research for the selection of informant related to the phenomenon of interest. Data collecting techniques of this research include observation, interview, document, and record. Then, validity examination is done by triangulation that is the triangulation of source and member check. The results show that management functions of the street vendor at Maulana Yusuf Stadion Area Serang City are not optimal because there is no specific planning, lack of coordination,poor staffing, there is no directing, doesent of budget and weak supervision. The researcher suggests that the government must provide a new strategic area, have a better coordination with the related stakeholder, improve quality of staff, give a training or socialization, and improve the quality of supervision.

(8)

i

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Alhamdulillah, puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang

berjudul Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion

Maulana Yusuf Kota Serang. Proposal penelitian skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat tugas akhir Studi Strata Satu (S1) untuk mendapat gelar kesarjanaan

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dan kesempurnaan

pada penyusunan proposal penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan motivasi

dan masukan untuk menambah wawasan terkait bidang yang diteliti oleh penulis.

Oleh sebab itu, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Pembimbing Skripsi II.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(9)

ii

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Bapak Riswanda, Ph.D Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Bapak Dr. Suwaib Amirudin, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah memberikan waktu, tenaga, arahan dan motivasi dalam menyelesaikan

proposal penelitian ini.

9. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak bisa

Saya sebutkan satu persatu, yang telah membekali ilmu selama perkuliahan

dan membantu dalam memberikan informasi selama proses perkuliahan.

10. Kepala Bidang Penataan Perdagang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koprasi Kota Serang yang telah memberikan data dalam melakukan

penelitian ini

11. Kepala Bidang Trantip Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang yang telah

memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan data

dalam penelitian ini.

12. Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang yang

(10)

iii

hidupku. Terimakasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang,

penyemangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada

henti-hentinya yang selalu diberikan untukku.

14. Kepada kakak dan adik tercinta Fickry Rusyana dan Frissa Aghitsna yang

memberikan warna dalam hidup dan memberikan semangat serta motivasi.

15. Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi semangat

dan motivasi.

16. Kepada Para sahabatku Winda Lestari, Ayu Indah Lestari, Ineu Febriani,

yang selalu ada disaat suka maupun duka, yang telah memberikan dukungan

serta keceriaan dan kebahagiaan.

17. Sahabat seperjuanganku yang menjadi partner dalam memperoleh Gelar S1

yang selalu ada dari semester awal sampai sekarang yaitu Asti Apriliyanti

Putri

18. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013, khususnya kelas B Administrasi

Publik yang telah menjadi warna tersendiri selama menjalani perkuliahan.

19. Sahabat KKM Kependudukan 12 yang juga memberikan pengalaman hidup

serta motivasi dan semangat kepada peneliti

20. Serta semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis untuk memberikan

arahan, bimbingan, semangat, dan doa yang tidak dapat disebutkan satu

(11)

iv

dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, penulis meminta maaf apabila ada

kesalahan dan kekurangan dalam proposal penelitian ini. Penulis mengharapkan

segala masukan baik kritik maupun saran dari pembaca yang dapat membangun

demi penyempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Serang, Juli 2018

Penulis

(12)

v

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 16

1.3 Pembatasan Masalah ... 16

1.4 Rumusan Masalah ... 17

1.5 Tujuan Penelitian ... 17

1.6 Manfaat Penelitian ... 17

1.7 Sistematika Penulisan... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR 2.1 Landasan Teori ... 23

(13)

vi

2.1.1.3 Macam-macam Manajemen ... 30

2.1.1.4 Fungsi-Fungsi Manajemen ... 31

2.1.1.5 Tujuan Manajemen ... 52

2.1.2 Pedagang Kaki Lima ... 52

2.1.2.1 Karakteristik Pedagang Kaki Lima ... 53

2.1.2.2 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima ... 55

2.1.2.3 Faktor-faktor Penyebab Orang Orang Berdagang Kaki Lima ... 56

2.1.3 Penataan Pedagang Kaki Lima ... 56

2.1.4 Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima ... 59

2.2 Penelitian Terdahulu ... 61

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 63

2.4 Asumsi Dasar ... 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 67

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ... 68

3.3 Lokasi Penelitian ... 68

3.4 Instrumen Penelitian... 68

(14)

vii

3.6.2 Teknik Analisis Data ... 78

3.7 Uji Keabsahan Data ... 80

3.8 Jadwal Penelitian ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 83

4.1.1 Profil Kota Serang ... 83

4.1.1.1 Keadaan Geografis Kota Serang ... 84

4.1.1.2 Slogan Kota Serang Madani ... 85

4.1.1.3 Visi Misi Kota Serang ... 86

4.1.2 Profil Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang ... 87

4.1.2.1 Visi Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang ... 89

4.1.2.2 Misi Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang ... 91

4.1.2.3 Sasaran Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang ... 92

4.1.3 Profil Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang ... 93

(15)

viii

4.2 Deskripsi Data ... 96

4.2.1 Deskripsi Informan Penelitian ... 99

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 102

4.3.1 Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima (PKL) di Stadion Maulana Yusup Kota Serang ... 102

4.3.2 Planning (Perencanaan) ... 113

4.3.3 Organizing (Pengorganisasian) ... 119

4.3.4 Staffing (Penyusunan Pegawai) ... 125

4.3.5 Directing (Pembinaan Kerja) ... 131

4.3.6 Coordinating (Pengkoordinasian) ... 134

4.3.7 Reporting (Pelaporan) ... 139

4.4.8 Budgeting (Penganggaran). ... 144

4.4 Pembahasan ... 151

4.4.1 Gambaran Umum Stadion Maulana Yusuf Kota Serang 152 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 162

5.2 Saran ... 164

(16)

ix

Tabel 1.1 Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota

Serang ... 9

Tabel 2.1 Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Para Ahli ... 32

Tabel 3.1 Daftar Informan ... 70

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 73

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 82

Tabel 4.1 Informan Penelitian ... 100

Tabel 4.2 Pedagang Kaki Lima yang berada di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang ... 111

Tabel 4.3 Formasi Anggota Satpol PP Kota Serang ... 129

(17)

x

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 65

Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ... 79

Gambar 4.1 Susunan Organisasi Dinas Perdagangan, Industri dan

Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang... 88

Gambar 4.2 Struktur Bidang-bidang yang terlibat dalam pengelolaan

PKL di Kota Serang ... 122

Gambar 4.3 Gambar Surat Perintah Tugas Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Serang ... 123

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Dinas Perdagangan, Industri dan

Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang... 126

Gambar 4.5 Surat Permohonan Tenaga Bantuan ... 136

Gambar 4.6 Proses Pengawasan yang dilakukan oleh Satpol PP Kota

Serang ... 140

Gambar 4.7 Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran 2017 di Dinas

Perdagangan, Industri dan Koperasi Usaha Kecil dan

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam rangka otonomi daerah berdasarkan Undang-undang no. 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana kewenangan cenderung dimiliki oleh

kabupaten/kota, harapan dan tuntutan masyarakat tentang keadilan dalam

penyelenggaraan kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, penegakan hukum

dan penghargaan atas hak asasi manusia tidak bisa ditawar-tawar. Dalam rangka

menampung aspirasi masyarakat, maka otonomi daerah merupakan salah satu

upaya starategis yang memerlukan pemikiran yang matang, mendasar, berdimensi

jauh kedepan.

Untuk dapat melaksanakan otonomi daerah diperlukan perubahan dalam

penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, dari sentralisasi pemerintahan

bergeser ke arah desentralisasi dengan pemberian otonomi daerah yang luas, nyata

dan bertanggung jawab. Dengan pengembangan pembangunan daerah, diharapkan

dapat menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Akan tetapi

dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintah daerah juga harus memperhatikan

keteraturan dan ketertiban daerahnya agar tecipta kondisi yang nyaman bagi

seluruh masyarakat.

Selama beberapa tahun kebelakang, pemerintah sedikit demi sedikit

menjawab kebutuhan masyarakat, dengan memberikan lapangan pekerjaan dan

memberikan informasi tentang kegiatan berwirausaha dalam meningkatkan

(19)

perekonomian. Terbukti perekonomian di daerah sedikit lebih meningkat dengan

adanya lapangan pekerjaan yang bertambah dan penyuluhan wirausaha yang

diterapkan oleh pelaku usaha rumahan. Dengan bertumbuhnya perekonomian di

Indonesia diharapkan bisa menekan jumlah kemiskinan dan bisa meningkatkan

kegiatan perekonomian masyarakat menjadi lebih baik lagi. Dalam kenyataanya,

pertumbuhan ekonomi ini bermanfaat hampir di seluruh kota di indonesia, tidak

terkecuali di kota Serang.

Kota Serang sebagai ibu kota dari Provinsi Banten, sekaligus menjadi kota

penyanggah Ibukota Indonesia yaitu Jakarta, Kota Serang tepat berada di wilayah

yang strategis juga memiliki sumber daya alam yang berlimpah dari berbagai

bidang, seperti hasil industri, pertanian, sumber daya air, dan sumber daya

manusianya. Pembentukan Kota Serang sebagai hasil dari pemekaran Kabupaten

Serang yang diresmikan pada 02 November 2007 melalui Undang-undnag Nomor

32 tahun 2007 tentang pembentukan Kota Serang merupakan salah satu

implementasi dari otonomi daerah. Kota Serang memiliki potensi daerah yang

sangat besar, dilihat dari aspek sumber daya alam dan kewilayahannya. Dengan

letaknya yang startegis dampak positif yang diterima oleh masyarakat Kota

Serang dalam pertumbuhan ekonomi Banten ialah industri perdagangan di Kota

Serang.

Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pedagang yang menjual barang

dagangannya di pinggir jalan atau tempat umum. Usaha pedagang tersebut

dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana yang

(20)

kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga dapat tercipta suatu

kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pedagang Kaki Lima juga tidak

bersifat tetap, atau berpindah-pindah lokasi berjualannya dan kebanyakan dari

mereka menggunakan tempat berjualannya bukan milik mereka sendiri.

Kehadiran PKL merupakan salah satu faktor yang menimbulkan

persoalan, baik dalam masalah ketertiban, lalu lintas, keamanan, maupun

kebersihan di setiap daerah termasuk juga di Kota Serang. Berbagai permasalahan

terkait dengan PKL banyak bermunculan yang ternyata merugikan masyarakat

dan juga pemerintah daerah sendiri seperti rasa tidak nyaman karena keberadaan

PKL yang tidak pada tempatnya sehingga mengganggu kegiatan masyarakat

sehari-hari. Selain itu ada juga PKL yang mendirikan bangunan tempat usahanya

secara permanen yang sekaligus digunakan untuk tempat tinggal, hal ini juga bisa

mendatangkan kesulitan bagi pemerintah daerah dalam menghadapi sikap dan

kemauan para PKL ketika suatu saat akan ditata. PKL ini timbul akibat tidak

tersedianya lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan

untuk mencari pekerjaan demi mendapatkan pendapatan guna memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Jenis dagangan yang biasa dijual oleh pedagang kaki lima ini ialah,

makanan yang tidak dan belum diproses, termasuk di dalamnya makanan mentah,

seperti daging, buah-buahan dan sayuran, kemudian makanan yang siap saji,

seperti nasi dan lauk pauk dan minuman, adapula pedagang yang menjual barang

bukan makanan mulai dari tekstil sampai obat-obatan, kemudian jasa, yang terdiri

(21)

kendaraan, dsb. Sedangkan bentuk sarana perdagangan yang digunakan pedagang

kaki lima dapat dikelompokkan, yaitu Gerobak/kereta dorong, yang biasanya

digunakan oleh pedagang yang berjualan makanan, minuman, atau rokok,

kemudian pikulan/keranjang, bentuk saranan ini digunakan oleh pedagang keliling

atau semi permanen. Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan mudah

dibawa atau berpindah tempat. Lalu warung semi permanen, yaitu berupa

gerobak/kereta dorong yang diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi

dengan meja dan kursi. Kios, bentuk sarana ini menggunakan papan-papan yang

diatur sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bilik, yang mana pedagang

tersebut juga tinggal di dalamnya. Dan gelaran/alas, pedagang menggunakan alas

tikar, kain atau sejenisnya untuk menjajakan dagangannya.

Mayoritas pedagang kaki lima hanya terdiri dari satu orang tenaga kerja.

Keberadaan pedagang kaki lima itu sendiri merupakan salah satu bentuk usaha

sektor informal, sebagai alternatif mendapatkan lapangan pekerjaan bagi kaum

urban. Lapangan pekerjaan yang semakin sempit dan sulit ikut mendukung

semakin banyaknya masyarakat yang membuka pekerjaan sebagai pedagang kaki

lima. Semakin menjamurnya pedagang kaki lima disetiap daerah mengakibatkan

kurangnya penataan pada lingkungan di Kota, termasuk di Kota Serang ini.

Dengan adanya perudang-undangan mengenai pemeliharaan Pedagang

Kaki Lima (PKL), maka pemerintah Kota Serang menggelarkan Peraturan Daerah

no. 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di

Kota Serang. Pemerintah Kota Serang bertujuan untuk memberdayakan para

(22)

bersih dan tertib karena Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pelaku usaha sektor

informal dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat Kota

Serang, dengan dinas terkait yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan PKL

yaitu Disperindagkop Kota Serang yang menaungi atau memberdayakan pelaku

bidang usaha mikro, kecil dan menengah yang memiliki peranan yang cukup

besar dalam pengembangan ekonomi lokal khusunya Serang, termasuk PKL,

Satpol PP Kota Serang. Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dengan

tugas pokok menegakan Peratran Daerah (Perda), menyelenggarakan ketertiban

umum dan ketentaraman masyarakat sebagai pelaksana tugas desentralisasi,

dengan cara mengurus dan membina PKL untuk berjualan sesuai dengan

peraturan yang telah di tetapkan. yang bertugas menertibkan dan menata tempat

usahanya PKL.

Melakukan penataan pedagang kaki lima dengan merelokasi dari satu

kawasan ke kawasan lain yang telah disediakan oleh pemerintah. Tindakan ini

adalah sebagai wujud nyata dari permasalahan ini pemerintah daerah Kota Serang

memberikan solusi alternatif kepada para pedagang kaki lima agar mau direlokasi

ke tempat yang semestinya sesuai dalam Perda Nomor 4 Tahun 2014 Tentang

Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Pedagang kaki lima yang

dianggap sah, adalah pedagang kaki lima yang menempati lahan yang mendapat

persetujuan dari “yang berwenang”. Pengertian yang berwenang ini bermacam

-macam, mulai dari perorangan sebagai pemilik lahan, sampai tingkat pengurus

RT, RW, aparat kelurahan, kecamatan sampai tingkat Pemerintah Kota (Pemkot)

(23)

yang persuasif dan dialog langsung yang berkesinambungan agar diperoleh

informasi yang berguna dalam penyusunan kebijakan. Dengan melibatkan

pedagang kaki lima dalam penyusunan kebijakan tersebut maka akan terbuka

kesadaran para pedagang kaki lima untuk bersedia ditata dan ditertibkan karena

kebijakan tersebut bersumber dari para pedagang kaki lima sendiri.

Sesuai dengan isi dari Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2014 Tentang

Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima pada BAB III Pasal 4 Tentang

Penataan dan Pemberdayaan PKL menjelaskan bahwa yang dimaksud penataan

PKL meliputi pendataan PKL yang dilakukan berdasarkan identitas PKL, lokasi

PKL, jenis tempat usaha, bidang usaha, modal usaha dan volume penjualan.

Pendaftaran PKL yang dilakukan oleh SKPD yang membidangi perdagangan

Bersama dengan camat. Penempatan dan pemindahan PKL dilakukan setelah PKL

mendapat Tanda Daftar Usaha (TDU) adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat

yang ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha PKL sekaligus sebagai alat

kendali untuk pemberdayaan dan pengembangan usaha PKL dilokasi yang

ditetapkan oleh Pemerintah Kota.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemberdayaan PKL adalah

peningkatan kemampuan usaha, fasilitas akses permodalan, fasilitas bantuan

sarana dagang, penguatan kelembagaan, fasilitas peningkatan produksi,

pengolahan dan pengembangan jaringan dan promosi, pembinaan bimbingan

teknis.

Faktor pendukung dari berjalannya kebijakan adalah dari dua hal, yaitu

(24)

akan diimplementasikan dan faktor-faktor pendukungnya, seperti dari dinas yang

bertanggung jawab atas kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL di

Kota Serang. Sementara itu faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan dan

pihak-pihak terkait, seperti para PKL dan pengguna jalan raya di Kota Serang.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah.

Kehadiran Pedang kaki Lima (PKL) merupakan salah satu faktor yang

menimbulkan persoalan, baik dalam masalah ketertiban, lalu lintas, keamanan,

maupun kebersihan disetiap daerah di Provinsi Banten. Karena sifat dari PKL ini

keberadaanya ber pindah-pindah. Di Kota Serang sendiri masalah PKL ini

merupakan masalah serius yang sedang di hadapi pemerintah Kota. Karena

kenapa, selain Kota Serang adalah Ibukota Provinsi Banten, Kota serang juga

menginstruksikan bahwa kawasan yang tidak di peruntukan berjualan itu harus

bebas dari PKL seperti Jalan Trotoar, Alun-alun dan lain-lain termasuk juga di

Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. di Kawasan Stadion Maulana

Yusuf Kota Serang merupakan salah satu stadion yang berada di kota serang.

Kota serang sendiri derdapat dua stadion sepak bola yakni yang bertempat di

taman kopasus dan satunya lagi di ciceri. Kedua stadion tersebut merupakan

Homebase dari Klub sepak bola Serang yakni Perserang dan selebihnya di

gunakan untuk kepentingan pemerintah maupun umum. Ini yang menjadi alasan

peneliti untuk mengambil lokasi penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan

Pedagang Kaki Lima di Kota Serang itu di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota

(25)

membenarkan bahwa Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang itu sebagai

lapak berjualan pedagang kaki lima.

Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang merupakan prasarana

olahraga utama, karena keberadaannya yang dapat berfungsi sebagai pusat

kegiatan olahraga, artinya dapat dilaksanakan beberapa kegiatan olahraga pada

satu area. Dalam pengertian kompleks stadion merupakan bangunan utama tempat

berlangsungnya kegiatan olahraga terbuka seperti atletik, sepakbola, dan lainnya.

Artinya, Kawasan Stadion Maulana Yusuf diperuntukan untuk kegiatan berolah

raga, namun hal ini tidak sama dengan apa yang dilihat oleh peneliti dilapangan.

Peneliti melihat dilapangan banyaknya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang

berjualan pada Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Banyaknya

pedagang kaki lima yang berjualan pada Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota

Serang mengakibatkan kemacetan dan Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota

Serang terlihat kumuh karena keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang

tersebar pada Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang menimbulkan

banyaknya sampah, sehingga Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang tidak

terjaga kebersihannya.

Pedagang kaki lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang ini

ialah pindahan dari Alun-alun Kota Serang sejak tahun 2016, para pedagang kaki

lima yang seharusnya di pindahkakan ke daerah Kepandean malah dipindahkan ke

Stadion Maulana Yusuf Kota Serang alasannya karena Dinas Perdagangan,

Industri dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang awalnya

(26)

Alun-alun. jadi inisiatif pertama untuk memindahkan PKL tersebut yaitu mengarahkan

PKL pindah ke stadion karena para pedagang beralsan bahwa di kawasaan

kepandenan lokasinya kurang strategis. Mereka awalya tidak mengir jumlah PKL

akan terus bertambah sebanyak itu. Dan sebenarnya Stadion Maulana Yusuf Kota

Serang berfungsi sebagai pusat kegiatan berolah raga bukan tempat untuk PKL

berjualan.

Tabel 1.1

Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang

No Jenis Usaha Jumlah

1 Pedagang Tas 8

2 Pedagang Pakaian 84

3 Pedagang Aksesoris 25

4 Pedagang Sendal 8

5 Pedagang Makanan 35

6 Pedagang Peralatan Rumah Tangga 8

7 Pedagang Kosmetik 1

8 Pedagang Mainan 19

9 Odong-odong 2

10 Pedagang Peralatan Memancing 3

11 Pedagang Minuman 14

12 Pedagang Peralatan Alat Tulis 1

13 Pedagang Angkringan 5

(27)

15 Pedagang Parfum 2

16 Pedagang Kerudung 3

17 Pedagang Handuk 3

18 Pedagang Kaos Kaki 2

19 Pedagang Perabotan 5

20 Pedagang Aksesoris Motor 1

21 Warkop 9

241

(Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koprasi Kota Serang,2016)

Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah PKL di Kawasan Stadion

Maulana Yusuf Kota Serang berjumlah 241 pedagang yang terdaftar, pedagang

terbanyak adalah pedagang pakain berjumlah 84 pedagang, selain itu ada juga

pedagang makanan berjumlah 35 pedagang, serta pedagang aksesoris berjumlah

25 pedagang. Dan didalam tabel di atas menjelaskan pedagang yang berjumlah

lebih sedikit yaitu pedagang kosmetik, pedagang alat tulis dan pedagang aksesoris

motor berjumlah 1 pedagang. Data yang diambil ini di lakukan dengan cara

mendata satu per satu ke tiap kios-kios yang berada di stadiona maulana Yusuf

Kota serang. Jadi, kemungkinan bertahnya jumlah pedagang di setiap harinya

sangat besar.

Dalam hal ini diperlukan peran pemerintah yang serius untuk menangani

hal ini. Setelah dijalankannya Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun

2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, para pedagang

(28)

Padahal Disperindagkop telah berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja

(SATPOL PP) Kota Serang melakukan penggusuran untuk menertibkan para

Pedagang Kaki Lima yang masih berjualan di Kawasan Satdion Maulana Yusuf

Kota Serang. Dalam upaya penggusuran sebenarnya merupakan kejadian yang

sudah lama dilakukan pemerintah Kota Serang. Karena Disperindagkop

beranggapan bahwa Stadion Maulana Yusuf Kota Serang itu bukan tempat yang

di sediakan oleh Disperindagkop untuk berjualan seperti Kawasan Pasar lama,

Kawasan Royal, dan Kapandean. Jadi, secara kewenangan wilayah kawasan

stadion bukan termasuk dalam peta pengelolaan dari Disperindagkop. Namun,

peran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Serang dan pihak yang terlibat dalam

pengelolaan PKL di Kota serang masih kurang optimal pasalnya masih banyak

pedagang yang masih menempati lokasinya di kawasan stadion maulana yusuf

kota serang meskipun pemerintah sudah berusaha untuk mengrelokasinya.

Penggusuran yang dilakukan oleh Satpol PP tidak menimbulkan efek jera

bagi para pedagang kaki lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang,

sebab mereka masih kembali melakukan aktivitas berdagang di tempat

sebelumnya, setelah beberapa hari digusur. Pasalnya mereka tidak mau pindah

berjualan karena mereka merasa bahwa tempat yang direlokasikan pemerintah

membuat pendapatan mereka menurun, karena lokasi yang kurang strategis,

kemudian adanya kebiasaan masyarakat yang lebih memilih membeli di tempat

yang memang mudah ditemui, yang menyebabkan para pedagang enggan

meninggalkan tempat mereka berjualan sebelumnya. Selain itu para Pedagang

(29)

sehingga upaya pemerintah daerah dan Satpol PP menertibkan para Pedagang kaki

lima tidak berjalan sesuai dengan rencana.

Upaya-upaya pemerintah dalam mengatasi masalah PKL sangat penting,

selain itu juga dengan adanya upaya pemerintah Kota Serang dalam mewujudkan

nilai keindahan di Kota Serang bisa menumbuhkan nilai perekonomian

masyarakat sekaligus bisa menggali potensi dagang jika para PKL dikelola

dengan baik. Penataan PKL adalah salah satu solusi sebagai penyelesaian masalah

sosial anatar kepentingan PKL dan publik

Sebenarnya dalam pemberlakuan berdagang telah diberlakukan „Sistem

Buka Tutup‟, yang dimaksudkan sistem ini ialah aturan waktu bagi aktivitas

Pedagang Kaki Lima agar dapat terlihat indah di Kawasan Stadion Maulana

Yusuf Kota Serang . Sistem ini hanya diperbolehkan beroperasi mulai pukul 16.00

WIB. Bila ada Pedagang Kaki Lima yang melanggar maka di dalam Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Pasar 28 No.2 Tentang Ketentuan Pidana sudah

tertera jelas bahwa bagi pedagang kaki lima akan dikenakan sanksi berupa

pencabutan Tanda Daftar Usaha (TDU) Pedagang Kaki Lima yang dilakukan oleh

Satpol PP Kota Serang, dan sanksi beratnya adalah mendapat kurungan 2 bulan

atau denda Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah).

Selain itu juga, terdapat surat pemberitahuan yang di berikan kepada

pedagang yang akan di relokasi yang di berikan oleh Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Serang. Yakni surat pemberitahuan 7 hari pembongkaran, maksudnya

(30)

dagangannya maka dalam jangka waktu paling lambat 7 hari harus sudah di

bongkar. Apabila dalam jangka waktu tersebut kondisi tempat berjualan masih

ada maka tempat tersebut akan di bongkar paksa oleh petugas satpol PP dan

barangnya di amankan. Selain itu, ada surat pemberitahuaan pembongkaran yang

3 hari dan 2 hari, kasusnya pun sama apabila pedagang tidak membongkar tempat

berjualannya dalam jangka waktu yang di tentukan maka tempatnya akan di

bongkar paksa.

Berdasarkan observasi awal peneliti dan wawancara pendahuluan, di

temukan beberapa masalah dan kendala-kendala yang terkait dengan Pedagang

Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang. Pertama, masih banyaknya PKL yang belum Terdata, Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi,

Usaha Kecil dan Menengah Kota Serang peneliti mendapatkan data PKL yang

terdaftar sebanyak 241 pedagang, namun kenyataannya dilapangan peneliti

menemukan lebih banyak dari data yang ada. Sedangkan di Peraturan Daerah

Nomo 4 Tahun 2014 Bab VIII Pasal 24 Tentang Larangan PKL Yaitu setiap

orang dilarang melakukan kegiatan usaha PKL tanpa izin dulu.Terlebih lagi di

Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang tidak terdapat titik resmi untuk

dijadikan lokasi berjualan PKL. Namun pada tahun 2016 Dinas Pemuda Olahraga,

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Serang membuat titik lokasi untuk pedagang

kaki lima yang lokasinya sebelah Timur Stadion. Namun itu tidak bisa

menampung jumlah PKL yang berada di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota

Serang. Selain itu juga tidak ada tanda yang membedakan antara Pedagang Kaki

(31)

hasil observasi peneliti di lapangan, Rabu 8 Mei 2017 Pukul 19.00 WIB di

Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang dan data dari Disperindagkop Kota

Serang, Rabu 8 Mei 2017 Pukul 10.00 WIB di Kantor Disperindagkop Kota

Serang).

Kedua, kurangnya pengawasan dan pengendalian dari Satpol PP Kota Serang dalam menertibkan PKL yang masih berjualan pada pagi sampai siang hari

pada Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang, berdasarkan hasil penjelasan

dari Disperindagkop Kota Serang bahwasannya PKL tersebut tidak diperbolehkan

berjualan pada siang hari dan hanya di perbolehkan berjualan sore sampai malam

hari, itu tersebut diawasi langsung oleh Satpol PP Kota Serang atas perintah dari

Disperindagkop Kota Serang. Faktanya, dilapangan masih banyak PKL yang

berjulan pada siang hari, terlebih lagi pengawasan yang dilakukan oleh Satpol PP

Kota Serang itu tidak aktif, hanya hari-hari tertentu saja. (berdasarkan hasil

wawancara dengan salah satu PKL di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota

Serang Ibu Lia, Rabu 8 Mei 2017 Pukul 20.00 WIB di Kawasan Stadion Maulana

Yusuf Kota Serang).

Ketiga, kurangnya ketegasan Satpol PP Kota Serang dalam memberikan sanksi terhadap pedagang kaki lima yang masih berjualan pada pagi dan siang

hari, padahal Disperindagkop Kota Serang sudah mengeluarkan larangan bahwa

Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang tidak diperolehkan berjualan pada

pagi sampai siang hari dan hanya diperbolehkan beroperasi mulai pukul 16.00

WIB dan pada saat stadion itu akan diberlangsungkan acara resmi yang digelar di

(32)

Kota Serang memberikan ijin kepada para PKL untuk berjualan di Stadion

Maulana Yusuf Kota Serang pada malam hari saja. Namun faktanya dilapangan

masih banyak yang berjualan di pagi dan siang hari. Tidak adanya tindakan yang

tegas dari Satpol PP Kota Serang yang mengawasi langsung kondisi di Stadion

Maulana Yusuf Kota Serang. (berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu

PKL di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang, Rabu 8 Mei 2017 Pukul

20.00 WIB di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang).

Keempat, adanya pungutan liar oleh oknum keamanan dan kebersihan, berdasarkan hasil wawancara dengn Kepala UPTD Pasar Disperindagkop Kota

Serang menyatakan bahwa dinas tidak memungut uang sewa kepada PKL

sepeserpun. Namun hal tersebut berbeda dengan fakta dilapangan didapati dari

hasil wawancara dengan 3 PKL, dari hasil wawancara dengan ketiga PKL didapati

pungutan liar sebesar Rp. 8000/hari dengan rincian, sewa tempat Rp. 5000,

kebersihaan Rp. 2000, dan kebersihan Rp. 1000, ketiga pugutan tersebut tidak

memiliki karcis resmi, sedangkan pungutan Rp. 1000 menggunakan karcis, Yang

mengatasnamakan kodim maupun dinas terkait , karna keterbiasaan sejak dulu

diikuti sampai sekarang. (berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan dan

wawancara dengan PKL, 10 April 2018 pukul 19.00 WIB di Kawasan Stadion

Maulana Yusuf Kota Serang).

Dengan permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada observasi awal,

berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat

(33)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti

mengidentifikasikan masalah antara lain sebagai berikut :

1. Masih banyaknya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang belum terdata.

2. Kurangnya pengawasan dan pengendalian dari Satpol PP Kota Serang.

3. kurangnya ketegasan Satpol PP Kota Serang dalam memberikan sanksi

terhadap pedagang kaki lima (PKL).

4. Adanya pungutan liar untuk keamanan dan kebersihan oleh oknum dari pihak

ketiga.

1.3Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk memperjelas substansi dan sasaran

dari masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah

yaitu sebagai berikut :

1. Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana

Yusuf Kota Serang.

2. Subjek penelitian dalam penelitian ini ialah Disperindagkop Kota Serang,

Satpol PP Kota Serang, Pedagang Kaki Lima dan masyarakat.

(34)

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah tersebut,

kemudian peneliti merumuskan masalah yaitu ‟Bagaimana Manajemen Penataan

Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang”.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui Manajemen Penataan

Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian yang berjudul Manajemen

Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan

pengetahuan karena akan memperkaya pengetahuan dalam dunia akademis

khususnya ilmu Administrasi Publik.

2. Secara Praktis

Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan

dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti

pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Publik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya peneliti dapat dijadikan

(35)

1.7Sistematika penulisan

Peneliti membuat sistematika penelitian dalam penelitian ini sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti mengambil

judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan

kedudukan masalah yang akan diteliti yang tentunya relevan dengan judul

yang diambil. Materi dari uraian ini, dapat bersumber dari hasil penelitian

yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan,

pengalaman pribadi, dan intuisi logik. Latar belakang timbulnya masalah

perlu diuraikan secara jelas, faktual dan logik.

1.2Identifikasi Masalah

Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari

judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti.

Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi pendahuluan pada

objek yang diteliti, observasi dan wawancara ke berbagai sumber sehingga

semua permasalahan dapat diidentifikasi.

1.3Rumusan Masalah

Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan

(36)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin

dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah

dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan

rumusan masalah.

1.5Manfaat Penelitian

Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis

maupun teoritis.

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan

variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang

digunakan untuk merumuskan masalah.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai

kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada

pembaca.

2.3 Asumsi Dasar Penelitian

Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai

(37)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian

Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian

4.2 Instrumen Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat

pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya

adalah peneliti itu sendiri.

4.3 Informan Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber

untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian.

Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi

penelitian, dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara

menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik pengolahan

data sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui pengamatan,

wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan visual.

4.5 Teknik Analisis Data

Sub bab ini menggambarkan tentang proses penyederhanaan data

ke dalam formula yang sederhana dna mudah dibaca serta mudah

diinterpretasi, maksudnya analisis data disini tidak saja memberikan

(38)

setiap fenomena yang diamati, sehingga implikasi yang lebih luas dari

hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulan akhir penelitian.

Analisis data dapat dilakukan melalui pengkodean dan berdasarkan

kategorisasi data.

4.6 Uji Keabsahan Data

Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari

objektifitas dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang objektif

berasal dari unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu bagaimana

menginterpretasikan realitas sosial terhadap fenomena-fenomena yang ada.

4.7 Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan penelitian

4.8 Jadwal Penelitian

Menjelaskan tentang tahapan waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi

penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang

telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

4.2 Hasil Penelitian

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

(39)

4.3 Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data

dan wawancara narasumber.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat,

(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian merupakan rangkaian atau uraian

beberapa teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Pengertian teori

menurut Neumen adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi,

yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi

hubungan antara variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan

meramalkan fenomena. Landasan teori paling tidak berisi tentang penjelasan

terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang

lengkap dan mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup kedudukan

dan prediksi terhadap hubungan antara variabel yang akan diteliti menjadi lebih

jelas dan terarah. (Sugiyono, 2012:58)

Pada landasan teori berikut, peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang

digunakan sebagai acuan dalam mengkaji penelitian. Dalam Bab II ini akan

dijelaskan secara sistematik beberapa teori dan bahan pustaka berdasarkan

pengertian para ahli terkait dengan “Manajemen Penataan Pedagang Kaki Lima

di Kawasan Stadion Maulana Yusuf Kota Serang”.

(41)

2.1.1 Definisi Manajemen 2.1.1.1 Konsep Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari

fungsi-fungsi manajemen itu. Secara etimologi, management (di Indonesia diterjemahkan

sebagai “manajemen”) berasal dari kata manus (tangan) dan agere (melakukan),

yang setelah digabung menjadi kata manage (bahasa inggris) berarti mengurus atau managiere (bahasa latin) yang berarti melatih.

Pengertian manajemen menurut (Hasibuan, 2011:1): Manajemen adalah

ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Andrew F. Sikula (dalam Hasibuan, 2011:2) menjelaskan manajemen

sebagai berikut:

“Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas

perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan

suatu produk atau jasa secara efisien”.

G.R. Terry (dalam Hasibuan, 2011:2) menjelaskan manajemen sebagai

berikut:

“Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dari sumber-sumber lainnya”.

Manajemen menurut Manullang dalam Ratminto & Atik (2005:1)

(42)

“Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan juga pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan

terlebih dahulu”.

Menurut Manulang (2006:4) mendefinisikan manajemen adalah:

“Suatu proses sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dengan tujuan yang ingin dicapai dengan mempergunakan kegiatan-kegiatan yang diawasi, yang didalamnya terdapat aktivitas melalui seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan”.

Selanjutnya yaitu manajemen menurut Koontz dan Cyril O‟Donnnel dalam

Amirullah (2004:7) sebagai berikut :

Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of grup activity, the manager as the manager plans, organizes, staffs, direct and control the activities other people”. (Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).

Menurut Handoko (2003:10) mendefinisikan bahwa Manajemen adalah

proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan menegendalikan

pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi

untuk mencapai sasaran organisasi yang ditetapkan”.

Dari beberapa teori mengenai manajemen yang telah peneliti paparkan,

peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri

dari perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengawasan organisasi

(43)

2.1.1.2 Asas-asas Manajemen

Asas (prinisip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran

umum yang dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari

hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya permanen umum dan setiap

ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran

-kebenaran dasar ilmu bidang tesebut. Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu

yang absolute dan mutlak. Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan

keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.

Menurut Henry Fayol dalam Hasibuan (2009:9) asas-asas umum

manajemen adalah sebagai berikut:

1. Divison of work (Asas pembagian kerja)

Asas ini sangat penting karena adanya limit faktor, artinya adanya

keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan yaitu:

a. Keterbatasan waktu

b. Keterbatasan pengetahuan

c. Keterbatasan kemampuan

d. Keterbatasan perhatian.

Keterbatasan-keterbatasan ini mengharuskan diadakannya pembagian

pekerjaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan pembagian kerja

yang berdasarkan spesialisasi sangat diperlukan, baik pada bidang teknis maupun

pada bidang kepemimpinan. Asas pembagian kerja ini mutlak harus diadakan

(44)

kerjasama antar anggotanya. Dengan pembagian kerja maka daya guna dan hasil

guna organisasi dapat ditingkatkan demi tercapainya tujuan.

2. Authority and Responsibility

Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab

antara atasan dan bawahan: wewenang harus seimbang dengan tanggung

jawab. Misalnya wewenag sebesar X maka tanggung jawabpun sebesar X.

Wewenang (Authority) menimbulkan “hak” serta tanggung jawab

menimbulkan “kewajiban”. Hak dan kewajiban adanya interaksi antara atasan

dan bawahan.

3. Discipline

Menurut asas ini, hendaknya perjanjian, peraturan yang telah ditetapkan, dan

perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.

4. Unity of command

Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan menerima perintah dari seorang

atasandan bertanggung jawab kepada atasan pula. Tetapi seorang atasan dapat

member perintah kepada beberapa orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini

perlu, jika seseorang bawahan diperintah oleh beberapa orang atasan maka ia

akan bingung.

5. Unity of direction

Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu

tujuan, satu perintahdan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah , kesatuan

(45)

berhubungan dengan karyawan, sedangkan untity of direction bersangkutan dengan seluruh perusahaan.

6. Subordination of individual interest into general interest

Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama

(organisasi) di atas kepentingan pribadi. Misalnya pekerjaan kantor sehari-hari

harus diutamakan daripada pekerjaan sendiri.

7. Remunitarion of Personnel

Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil,

wajar,dan seimbang dengan kebutuhan. Sehingga, memberikan kepuasan yang

maksimal bagi karyawan maupun majikan.

8. Centralization

Setiap organisasi harus memiliki pusat wewenang , artinya wewewnang itu

dipusatkan atau di bagi-bagi tanpa mengabaikan situasi-situasi khas, yang

akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan. Centralization ini artinya dalam arti relative bukan absolut (mutlak).

9. Sclar of Chain (Hierarchy)

Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus

merupakan mata rantai vertical yang jelas, tidak terputus dan dengan jarak

terpendek. Maksudnya perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi ke

jabatan terendah dengan cara berurutan.

10.Order

(46)

ditempatkan pada tempat yang sebenarnya, jangan disimpan dirumah. Social order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian atau bidang spesialisnya.

11.Equity

Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam memberikan

gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman. Perlakuan yang adil akan

mendorong bawahan mematuhi perintahperintah atasan dan gairah kerja. Jika

tidak adil bawahan akan malas dan cenderung menyepelekan tugas-tugas dan

perintah-perintah atasan.

12.Initiative

Menurut asas ini, seorang pemimpin harus memberi dorongan kesempatan

kepada bawahannya untuk berinisiatif , dengan memberikan kebebasan agar

bawahannya secara aktif memikirkan dan menyelesaikan sendiri

tugas-tugasnya.

13.Esprit of Crops (Asas kesatuan)

Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan terwujudnya

kekompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai hasil

yang baik. Pemimpin perusahaan harus membina bawahannya sedemikian

rupa, supaya karyawan merasa memiliki perusahaan itu.

14.Stability of turn-over personnel

Menurut asas ini, pemimpin harus berusaha mutasi dan keluar masuknya

karyawan tidak terlalu sering, karena akan mengakibatkan ketidakstabilan

(47)

karyawan yang berpengalaman. Pemimpin perusahaan harus berusaha agar

setiap karyawan betah bekerja sampai pensiunnya. Jika karyawan sering

berhenti perlu manager menyelidiki penyebabnya. Apakah gaji terlalu kecil,

perlakuan yang kurang baik dan sebagainya?

Dapat disimpulkan bahwa asas (prinsip) adalah kebenaran umum yang

memberikan dasar dan pedoman pemecahan, problem pelaksananya fleksibel serta

disesuaikan dengan situasi kebutuhan dan keadaan-keadaan khusus.

2.1.1.3Macam-macam Manajemen

Menurut Made Pidarta dalam Athoillah (2010:55) menjelaskan sebagai

sebuah sistem manajemen dapat dilihat dari berbagai sudut pandang berikut:

1. Management by objective

Yaitu manajemen berdasarkan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai.

Dalam manajemen sasaran, seluruh komponen yang ada diintegrasikan secara

terpadu dan diarahkan sepenuhnya pada sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan.

2. Management by structures

Manajemen dengan pendekatan structural sebenarnya merupakan manajemen

normatif. Manajemen ini berawal dari pandangan bahwa organisasi adalah

sturktur yang harus dilihat serta dikelola secara sturktural.

3. Management by technique

Manajemen dengan mengutamakan teknik pengelolaan organisasi. Artinya,

optimalisasi cara-cara pelaksanaan kegiatan organisasi yang diarahkan pada

(48)

4. Management by people

Manajemen pada aspek personal yaitu manajemen yang mengutamakan orang

sebagai pelaksana seluruh rencana organisasi.

5. Management by information

Adalah pengelolaan informasi yang berpusat pada peran pentingnya informasi

bagi kemajuan dan kinerja organisasi.

6. Management by environment

Adalah segala sesuatu yang berada disekeliling organisasi. Lingkungan ini

meliputi tempat organisasai itu berada, yakni lingkungan di dalam (internal)

dan lingkungan diluar organisasi (eksternal).

2.1.1.4Fungsi-Fungsi Manajemen

Dalam mengelola setiap kegiatan organisasi, pengelolaan harus didasarkan

pada fungsi-fungsi manajemen. Sehingga pengelolaan yang dilakukan dapat

sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan tidak akan ada masalah besar yang

dapat menghambat pengelolaan tersebut.

Hasibuan (2001:37) manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa

fungsi. Pembagian fungsi-fungsi manajemen ini, tujuannya adalah:

a. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur

b. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam

c. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer.

Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para penulis tidak

sama. Untuk bahan perbandingan fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan

(49)

Tabel 2.1

(50)

Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelakksanaan

fungsi-fungsi tertentu, tetapi dalam hal ini belum ada persamaan pendapat dari para ahli

manajemen tentang apa fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh Fayol, yang

menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah dan

pengawasan adalah fungsi-fungsi utama (Handoko, 2003:21).

Fungsi manajemen menurut Terry dalam Handayaningrat (1990:25) yang

dikenal dengan POAC yaitu:

1. Perencanaan (Planning), adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan

asumsi-asumsi yang berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang

diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya hasil yang

dikehendaki.

2. Pengorganisasian (organizing), adalah menentukan, mengelompokkan dan pengatur berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian

tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan

faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai dan menunjukan hubungan

kewenangan yang dilimpahkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating), merupkan usaha agar semua anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan

kesadaranmya dan berpedoman pada perencanaan (Planing) dan usaha

(51)

4. Pengawasan (Controlling), merupakan proses penentuan apa yang harus diselesaikan yaitu, pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu

melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai

dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.

Koontz dan O‟Donnell dalam Handayaningrat (1990:22) fungsi-fungsi

manajemen yang disingkat POSDICO yaitu:

1. Perencanaan (Planning), berhubungan dengan pemilihan sasaran/tujuan (objective), strategi, kebijaksanaan, program dan prosedur pencapaiannya. Perencanaan adalah suatu pengambilan

keputusan, manakala perencanaan ini menyangkut pemilihan diantara

beberapa alternative.

2. Pengorganisasian (Organizing), berhubungan dengan pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan untuk mencapai tujuan dari pada

suatu badan usaha secara keseluruhan atau setiap bagiannya.

Pengelompokkan kegiatan-kegiatannya, penugasan, pelimpahan

wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, menentukan koordinasi,

kewenangan dan hubungan informal baik horizontal maupun vertical

dalam struktur organisasi itu.

3. Penyusunan pegawai (Staffing), berhubungan dengan penempatan orang-orang, yaitu menempatkan orang-orang sesuai dengan jabatan

yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi.

(52)

memperhitungkan bawahannya terhadap nilai-nilai kebiasaan,

sasaran/tujuan dan kebijaksanaan organisasi/badan usaha. Pihak

bawahan diusahakan agar banyak mengetahui terhadap struktur

organisasi, hubungan yang saling ketergantungan dari pada kegiatan

dan kedudukan pribadinya, tugas-tugasnya dan wewenangnya.

5. Pengawasan (Controlling), merupakan tindakan penilaian/perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaannya sesuai dengan

rencana. Jadi penilaiannya apakah hasil pelaksanaannya tidak

bertentangan dengan sasaran (goals) dan rencananya (plans).

Newman dalam Handayaningrat (1990:20), menyebutkan fungsi

manajemen dengan akronim POASCO, yaitu:

1. Perencanaan (Planning), perencanaan ini meliputi serangkaian keputusan-keputusan termasuk penentuan-penentuan tujuan,

kebijaksanaan, membuat program-program, menentukan metode &

prosedur serta menetapkan jadwal waktu pelaksanaan.

2. Pengorganisasian (organizing), pengelompokkan kegiatan-kegiatan yang diwadahkan dalam unit-unit untuk melaksanakan rencana dan

menetapkan hubungan antara pimpinan dan bawahannya (atasan dan

bawahan) di dalam setiap unit.

3. Pengumpulam Sumber (Assembling Resources), pengumpulan

sumber-sumber yang dipergunakan untuk mengatur penggunaan dari pada

(53)

alatalat/fasilitas dan hal-hal lain yang diperlukan untuk melaksanakan

rencana.

4. Pengendalian kerja (Supervising), bimbingan dari pada pelaksanaan pekerjaan setiap hari termasuk memberikan instruksi, motivasi agar

mereka secara sadar menuruti segala instruksinya, mengadakan

koordinasi dari pada berbagai kegiatan pekerjaan dan memelihara

hubungan kerja baik antara atasan dan bawahan

5. Pengawasan (Controlling), pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat mungkin

sesuai dengan rencana. Hal ini menyangkut penentuan standar.Artinya

memperbandingkan antar kenyataan dengan standar dan bila perlu

mengadakan koreksi/pembetulan apabila pelaksanaannya menyimpang

dari pada rencana.

Sedangkan fungsi manajemen menurut Mee dalam Handayaningrat

(1990:26) biasa di kenal dengan akronim POMCO, yaitu:

1. Perencanaan (Planning), adalah proses pemikiran yang matang untuk dilakukan dimasa yang akan datang dengan menentukan

kegiatankegiatannya.

2. Pengorganisasian (Organizing), seluruh proses pengelompokkan orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung

jawab, sehingga merupkan organisasi yang dapat digerakkan secara

(54)

3. Pemberian Motivasi (Motivating), seluruh proses pemberian motif (dorongan) kepada karyawan untuk bekerja lebih bergairah, sehingga

mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi

secara berhasil guna dan berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling), proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan

dapat berjalan dengan rencana yang telah di tentukan sebelumnya.

Fungsi-fungsi manajemen menurut Henry Fayol dalam Amirullah

(2004:12) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan

tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dan mengambil langkah-langkah

strategis guna mencapai tujuan tersebut. Melalui perencanaan seorang

manajer akan dapat mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan

bagaimana cara untuk melakukannya.

2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses pemberian perintah, pengalokasian

sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap

individu dan kelompok untuk menerapkan rencana. Kegiatan yang terlibat

dalam pengorganisasian mencakup tiga kegiatan yaitu (1) membagi

komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

(55)

bawahan untuk mengadakan pengelompokan tersebut, (3) menetapkan

wewenang di antara kelompok atau unit-unit organisasi.

3. Fungsi Pengarahan

Pengarahan adalah proses unutk menumbuhkan semangat (motivation)

pada karyawan agar dapat bekerja keras dan giat serta membimbing

mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang efektif

dan efisien.

4. Fungsi Pengkoordinasian

Suatu usaha yang terkoordinir ialah dimana kegiatan karyawan itu

harmonis, terarah, dan diintegrasikan menuju tujuantujuan bersama.

Koordinasi dengan demikian sangat diperlukan dalam organisasi agar

diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

5. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan

organisasi sudah sesuai dengan rencana sebelumnya.

Menurut Luther Gulick dalam Handoko (2003:11) mendefinisikan bahwa

manajemen sebagai berikut:

“suatu bidang ilmu pengetahuan (Science) yang berusaha secara sistematis

untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih

bermanfaat bagi manusia”

Secara sederhana fungsi-fungsi manajemen menurut Luther Gulick dalam

(56)

1. Perencanaan (Planning), adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan pelaksanaannya dan metode yang digunakan dalam

menyelesaikan maksud atau tujuan badan usaha ini.

2. Pengorganisasian (Organizing), adalah menetapkan struktur formal daripada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa

ditentukan dan dikoordinasikanm untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

3. Penyusunan Pegawai (Staffing), keseluruhan fungsi daripada kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan

memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan.

4. Pembinaan Kerja (Directing), merupakan tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus

atau umum dan instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin

dalam suatu badan usaha atau organisasi.

5. Pengkoordinasian (Coordinating), kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan dari pada pekerjaan.

6. Pelaporan (reporting), pimpinan yang bertanggung jawab harus selalu

mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan

maupun bawahannya melalui catatan, penelitian maupun inspeksi.

7. Penganggaran (Budgeting), semua kegiatan akan berjalan dengan baik bila disertai dengan usaha dalam bentuk rencana anggaran,

perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran. Keberhasilan suatu

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimanakah peran Pemerintah Kota Metro terhadap penataan Pedagang Kaki Lima yang berdagang di sekitar Taman

Keempat, belum terbitnya Surat Keputusan yang disusun oleh Disperindagkop tentang penataan dan pemberdayaan PKL di Kota Serang ini juga menjadi hambatan dalam pelaksanaannya,

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan dalam melakukan penataan pedagang kaki lima di Pasar Rakyat Tengah Kota Pontianak dapat dikatakan bahwa dalam melakukan tugas

1) Sosialisasi, dimaksudkan agar para pedagang kaki lima mengerti dan memahami tujuan dilaksanakannnya penataan pedagang. Diharapkan kesadaran pedagang untuk

Dalam implementasinya, kebijakan penataan pedagang kaki lima yang merupakan perwujudan kerjasama Pemerintah dengan pihak swasta dihadapkan pada beberapa

Dalam implementasinya, kebijakan penataan pedagang kaki lima yang merupakan perwujudan kerjasama Pemerintah dengan pihak swasta dihadapkan pada beberapa

Program penataan yakni dengan memindahkan para pedagang kaki lima yang berada di sekitar taman batu 10 kota Tanjungpinang yang sebelumnya berada di bahu jalan lalu dikumpulkan di satu

i EVALUASI KEBIJAKAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA PKL DI KOTA BATAM Studi Kasus Penataan Pedagang Kaki Lima di Depan Pasar Tos 3000 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu