• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Landasan filosofis tersebut yang kemudian menjadi fondasi dalam kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara, dan pemimpin berperan penting untuk menciptakan rasa aman masyarakatnya agar aktivitas pembangunan menuju kesejahteraan sosial dapat berjalan dengan baik, dengan kata lain output dari proses pembangunan yang ada di Indonesia saat ini yakni kesejahteraan, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi juga membutuhkan terwujudnya rasa aman dari negara dalam rangka mencapai tujuan nasional yakni terciptanya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Paradigma keamanan yang berlaku pada era orde baru menggambarkan kuatnya peran negara dalam menjaga stabilitas politik didukung aparatur negara yang kuat dalam menggunakan kekuatan paksa. Sistem keamanan pada era orde baru tersebut bersifat top down dengan rantai komando terpusat yang juga terintegrasi dengan lingkungan masyarakat sehingga segala gangguan yang mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dapat langsung dieliminir mulai dari tingkatan pemerintahan terbawah yaitu desa/kelurahan. Sistem keamanan lingkungan (siskamling) menjadi tumpuan early warning and early detection terhadap segala gangguan kamtibmas. Di era orde baru, Soeharto

(2)

2 menerapkan model pertahanan semesta yang melibatkan rakyat dalam upaya membentuk sistem keamanan lingkungan sekaligus juga sebagai upaya menemukan berbagai kegiatan yang sekiranya membahayakan orde baru untuk kemudian ditindaklanjuti. (Kusno, 2006).

Di era demokrasi sekarang ini, terdapat perubahan-perubahan yang terjadi baik di level struktural maupun kultural, khususnya dalam paradigma keamanan. Di level struktural, organisasi pemerintahan mulai mengedepankan prinsip-prinsip

governance dan desentralisasi, dimana struktur mengemban

kewenangan-kewenangan yang otonom, khususnya di level pemerintahan daerah. Masyarakat dan pasar juga dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan dengan saluran aspirasi yang tidak hanya melalui satu jalur semata, tetapi juga terdiri dari berbagai saluran (multi channel)aspirasi baik berupa organisasi masyarakat sipil, media massa, maupun institusi pendidikan, akibatnya terjadi bias sistem keamanan dimana dahulu pada era orde baru sistem keamanan terwadahi dalam satu jalur komando yang tersistem, pada era demokrasi sekarang ini sistem keamanan sangat bergantung kepada tafsiran ancaman dari aktor keamanan baik formal maupun informal yang pada ujungnya sangat rawan akan kepentingan-kepentingan individu. Di level kultural, demokratisasi membuka akses informasi terhadap isu-isu publik sehingga kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi maupun menyampaikan aspirasinya meningkat, masyarakat seharusnya

mempunyai kepekaan kamtibmas (security awareness) yang lebih baik.

Paradigma berpemerintahan di era demokrasi tidak hanya bersifat top-down semata, tetapi juga bersifat bottom-up. Namun agar aspirasi masyarakat tersebut

(3)

3 dapat bertransformasi menjadi kebijakan maka di sana membutuhkan representasi atau aktor, dengan kata lain ada pemimpin-pemimpin atau elite baik yang formal maupun non-formal yang dapat menyerap aspirasi serta mentransformasikan kepentingan masyarakat dalam bentuk keputusan “politik” agar aspirasi masyarakat tersebut dapat terwujud. Dalam konteks kamtibmas elite pemimpin harus mampu untuk menjadi aktor terdepan dalam meningkatkan kewaspadaan lingkungan masyarakatnya dalam rangka kamtibmas. Partisipasi masyarakat dibutuhkan dalam mewujudkan kewaspadaan dini terhadap ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan mulai dari lingkungan yang terkecil (tetangga) sampai di lingkungan paling besar (negara). (Umar, 2012)

Dinamika masyarakat yang kompleks di era demokrasi tersebut salah satunya dapat dilihat dari kehidupan di perkotaan. Berbagai permasalahan muncul ketika kehidupan bermasyarakat bersifat plural. Kehidupan masyarakat khususnya di wilayah perkotaan yang plural, sering menimbulkan gangguan kamtibmas yang bahkan berujung pada konflik. Kondisi ketahanan wilayah pada dasarnya bergantung pada pola interaksi sosial, dimana terdapat pluralitas baik agama, kebudayaan, suku, dan ras yang saling berinteraksi, dan interaksi tersebut merupakan keniscayaan karena tidak ada masyarakat jika tidak ada interaksi sosial (Soemardjan, 1964). Permasalahan berikutnya yang terjadi sekarang ini adalah bahwa terdapat kendala dalam pola hubungan masyarakat dengan para elite-nya, proses penyaluran aspirasi masyarakat tidak sesuai dengan kebijakan yang dibuat, akibatnya kebijakan yang seharusnya meningkatkan taraf hidup masyarakat justru malah merugikan masyarakat itu sendiri, dan akibatnya terbentuk ruang hampa

(4)

4 antara elite-elite dengan masyarakatnya itu sendiri, dalam tataran konsep telah terjadi pseudo-representation, yaitu adanya perwakilan politik secara formal tanpa dukungan representasi popular dari rakyat (Tornquist, 2007).

Permasalahan keamanan dan ketertiban masyarakat tersebut dapat terlihat dalam bentuk kerawanan sosial di beberapa wilayah di Kota Bogor, antara lain adalah permasalahan ketertiban lalu-lintas, konflik sosial, konflik keyakinan dan kesenjangan sosial ekonomi. Kerawanan sosial sendiri adalah suatu keresahan sosial yang berkepanjangan, yang diakibatkan oleh proses konflik yang ditimbulkan dari perbedaan pendapat dan ketidakpuasan pemecahan masalah suatu masyarakat, kelompok atau golongan tertentu. (Pokja Puslitbang SDM Balitbang Dephan, 2 Ballesteros (2008) dalam Musni Umar (2012) Kerawanan sosial adalah ketidakmampuan seseorang, organisasi dan masyarakat dalam menghadapi dampak negatif dari resiko berbagai tekanan baik politik, ekonomi, maupun lingkungan. Sementara Enviromental Vulnerability Index (EVI 2003) menjelaskan bahwa kerawanan sosial adalah struktur sosial dari suatu komunitas atau masyarakat yang terkena shock atau stres yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, kebijakan pemerintah atau bahkan disebabkan oleh kejadian internal dan kekuatan yang dihasilkan dari kombinasi beberapa faktor. Kerawanan Sosial juga disebebkan oleh urbanisasi yang tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.

(5)

5 Kerawanan sosial jika tidak diantisipasi akan berujung pada timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, oleh karena itu dibutuhkan kesadaran, kewaspadaan dan tanggung jawab dari masyarakat dan segenap komponen bangsa untuk dapat menjaga kamtibmas yang dapat berpengaruh pada stabilitas nasional. Kesadaran dan sikap waspada akan meningkatkan tanggungjawab, kesadaran sebagai warga akan mendorong untuk menjaga negeri ini dari kehancuran akibat perbagai sebab yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab (Umar, 2012).

Khusus untuk di Kecamatan Bogor Barat kerawanan yang paling sering terjadi antara lain adalah tawuran massa atau pelajar yang sering terjadi di Kelurahan Balumbang Jaya, Kelurahan Situ Gede, Kelurahan Bubulak, Kelurahan Cilendek Timur, Kelurahan Menteng, Kelurahan Semplak, dan Kelurahan Margajaya. Selain itu di Kecamatan Bogor Barat juga rawan terjadi pencurian kendaraan bermotor (curanmor), rawan kecelakaan lalu lintas dan rawan bencana seperti longsor dan banjir. Kerawanan sosial yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal di Kecamatan Bogor Barat antara lain adalah keberadaan Kelompok Jama’ah Ahmadiyah Indonesia (JAI) dimana kegiatan JAI masih dilaksanakan walaupun telah terbit SK Walikota Bogor Nomor 300.45-122 Tahun 2012 tentang Pelarangan Kegiatan Jemaah Ahmadiyah Indonesia di Kota Bogor. Selain itu di Kecamatan Bogor Barat juga terjadi penolakan warga sekitar terhadap pendirian Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang belum dapat ditemukan solusinya.

(6)

6 Dari fenomena di atas tampak bahwa di wilayah Kecamatan di Kota Bogor masih terdapat kerawanan sosial yang mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat, yang jika tidak dapat diatasi dapat menghambat pembangunan, menimbulkan disintegrasi sosial, dan berujung pada gagalnya penciptaan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran khususnya dari para elite untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dalam berbagai upaya agar kerawanan sosial dapat diminimalisir, keamanan dan ketertiban masyarakat dapat terjaga, serta terciptanya ketahanan wilayah yang kokoh dan dinamis agar pembangunan dapat berjalan dengan baik dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

1.2. Rumusan masalah

1.2.1. Bagaimana persepsi elite di Kecamatan Bogor Barat terhadap orientasi dan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat?

1.2.2. Apa faktor-faktor yang mendasari orientasi dan kesadaran masyarakat tersebut dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat menurut persepsi elite di Kecamatan Bogor Barat? 1.2.3. Bagaimana upaya dan solusi menurut persepsi elite untuk

mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat di Kecamatan Bogor Barat?

(7)

7 1.3. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Persepsi Elite tentang Upaya Mewujudkan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di Kecamatan Bogor Barat dapat diketahui keasliannya dengan melakukan inventarisasi terhadap penelitian terdahulu yang meneliti tentang keamanan dan ketertiban masyarakat, antara lain: 1. Optimalisasi Peran Tokoh dan Pembina Kamtibmas dalam Manajemen Konflik di Kabupaten Sambas, tesis karya Yusuf Hernawansyah, yang meneliti tentang peran tokoh masyarakat serta peran pembina kamtibmas dalam memanajemen konflik yang telah terjadi di Kabupaten Sambas. 2. Profesionalisme Polri dalam Mewujudkan Kamtibmas Pasca Pemberlakuan UU No. 2 Tahun 2002, yang lebih meneliti kepada aspek legal formal SDM Polri dalam mewujudkan Kamtibmas Pasca Pemberlakuan UU No. 2 Tahun 2002.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis persepsi elite di Kecamatan Bogor Barat terhadap orientasi dan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat, mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari orientasi dan kesadaran masyarakat tersebut dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat menurut persepsi elite di Kecamatan Bogor Barat serta memahami upaya dan solusi menurut persepsi elite untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat di Kecamatan Bogor Barat.

(8)

8 1.5. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan di dalam ilmu pengetahuan mengenai ketahanan nasional serta dapat bermanfaat dalam implementasi kepemimpinan ditingkat lokal dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan mewujudkan ketahanan wilayah.

Referensi

Dokumen terkait

Parameter kualitas air yang penting di sekitar keramba jaring apung di Danau Maninjau telah menunjukkan kadar yang tidak mendukung untuk kehidupan ikan di dalam

Keempat argumen para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa umur ekonomis suatu mesin adalah merupakan jangka waktu pemakaian mesin dimana mesin tersebut memiliki biaya

Penelitian yang dilakukan oleh Hermi (2019) dan Herawaty (2019) menyatakan bahwa varia- bel profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dikarenakan

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah usulan strategi rekomendasi dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Kawasan Kota Tua Jakarta yang dikembangkan

Untuk membuktikan pendirian pengelolaan sampah organik lebih baik dibandingkan dengan membayar retribusi maka digunakan metode analisis kelayakan dengan mengunakan lima

Metode yang digunakan dalam akuisisi data yaitu metode seismik refraksi dengan interpretasi data menggunakan Metode Hagiwara untuk menentukan kedalaman suatu lapisan tanah

• PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) mencatatkan penjualan pada kuartal I- 2021 sebesar Rp 23,84 miliar, turun dibandingkan dengan periode kuartal I- 2020 yang sebesar Rp

1 tahun 2010, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika akan melaksanakan Diklat Supervisi Akademik Pengawas Sekolah In Service