• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK TANI DENGAN EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PACITAN KABUPATEN PACITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK TANI DENGAN EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PACITAN KABUPATEN PACITAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

MUHAMMAD DARWIS ZAKARIYYA H0406004

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Disusun Oleh :

MUHAMMAD DARWIS ZAKARIYYA H0406004

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

ii

yang dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Darwis Zakariyya

H0406004

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 14 Juli 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Tanda tangan

Ir. Sutarto, MSi NIP. 19530405 198303 1 002

Anggota I

Tanda tangan

Dra. Suminah, MSi NIP. 19661001 200003 2 001

Anggota II

Tanda tangan

Dr. Ir. Eny Lestari, MSi NIP. 19601226 198601 2 001

Surakarta, Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Tanda tangan

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS

(4)

iii

Mencurahkan karuniaNya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani dengan Efektivitas Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Ir. Sutarto, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing utama skripsi.

5. Ibu Dra. Suminah, MSi selaku pembimbing pendamping skripsi. 6. Ibu Dr. Ir. Eny Lestari, MSi selaku dosen penguji sekripsi.

7. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

8. Kepala Kesbangpollinmas Kabupaten Pacitan yang telah mempermudah perizinan pengumpulan data.

9. Segenap Penyuluh Pertanian Lapang Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.

10.Pengurus dan anggota Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. 11.Ayah, Ibu dan saudara-saudara tercinta atas segala kasih sayang yang membuat

(5)

iv kebersamaan dan kerjasamanya.

15.Kakak-kakak Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian atas berbagai masukan yang disampaikan.

16.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Surakarta, Juli 2010

(6)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kegunaan Penelitian... 3

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 4

B. Kerangka Berfikir... 21

C. Hipotesis ... 22

D. Pembatasan Masalah ... 23

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23

III.METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 32

B. Teknik Penentuan Sampel ... 32

C. Jenis dan Sumber Data ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Metode Analisis ... 35

IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis ... 37

(7)

vi

A. Identitas Responden ... 50 B. Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani Kecamatan Pacitan... 52 C. Efektivitas Kelompok Tani Kecamatan Pacitan ... 60 D. Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani dengan Efektivitas

Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan ... 69 VI.KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

vii

Tabel 3. 1 Data Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah Tahun 2008

Kabupaten Pacitan ... 33

Tabel 3. 2 Data Sampel kelompok Tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan . 34 Tabel 4. 1 Penggunaan Lahan di Kecamatan Pacitan ... 38

Tabel 4. 2 Penduduk Kecamatan Pacitan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Pacitan ... 41

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pacitan ... 42

Tabel 4.5 Luas Arel Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Pacitan ... 43

Tabel 4.6 Sarana Perekonomian di Kecamatan Pacitan ... 45

Tabel 4.7 Daftar Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan ... 46

Tabel 5.1 Identitas Responden Penelitian ... 50

Tabel 5.2 Kategori Sub Variabel Sifat Pemimpin Ketua Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan ... 53

Tabel 5.3 Kategori Sub Variabel Perilaku Pemimpin Ketua Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan ... 56

Tabel 5.4 Kategori Sub Variabel Kekuasaan Pemimpin Ketua Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan ... 58

(9)

viii

Tabel 5.8 Kategori Sub Variabel Kemampuan Pemupukan Modal dan

Pemanfaatan Pendapatan ... 63 Tabel 5.9 Kategori Sub Variabel Kemampuan Kelompok Tani dalam

Meningkatkan Hubungan dengan Koperasi ... 65 Tabel 5.10 Kategori Sub Variabel Kemampuan kelompok Tani dalam Mencari dan

Memanfaatkan Informasi serta Menggalang Kerja Sama Kelompok ... 66 Tabel 5.11 Kategori Efektivitas Kelompok Tani Kecamatan Pacitan ... 68 Tabel 5.12 Hubungan antara Kepemimpinan Ketua kelompok Tani dengan

(10)

ix

bimbingan Ir. Sutarto, MSi dan Dra. Suminah, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembangunan pertanian akan lebih lancar apabila petani beperan di kelompok tani dalam usaha petani mencukupi kebutuhan taninya. Fungsi kelompok tani akan berjalan baik apabila pemimpin dalam hal ini adalah ketua kelompok tani mampu menggerakkan anggota kelompok tani untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Dalam menggerakkan anggota, kepemimpinan ketua kelompok tani sangat menentukan sikap anggota kelompok terhadap perintah maupun informasi yang diberikan. Kesesuaian keadaan dan kondisi kelompok tani dengan kepemimpinan ketua kelompok tani akan mewujudkan keefektifan kelompok tani yang dibina. Sehingga petani dapat memperoleh manfaat sebagai bagian anggota kelompok tani, oleh karena itu diperlukan efektivitas kelompok tani yang mampu meningkatkan produktivitas usahatani.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan menggunakan metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah yang aktual. Populasi penelitian ini adalah semua anggota kelompok tani di Kecamatan Pacitan yang tergabung di dalam 105 kelompok tani. Penentuan sampel petani menggunakan teknik proportional stratified random sampling di kelompok tani Kecamatan Pacitan. Terpilih 20 kelompok tani dengan sampel 2 orang di setiap kelompok tani. Kelompok tani terdiri dari tingkatan kelompok pemula, lanjut, madya dan utama. Sampel yang digunakan sebanyak 40 responden. Sedangkan metode analisa yang digunakan adalah Uji Korelasi Koefisien Rank Spearman (rs).

(11)

x

and Dra. Suminah, MSi. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.

Agriculture development will be succeed if farmer participate in farmer group to complete needs. Farmer group function will work well farmer group chief able to move farmer group member to do something to reach target. In moving member, farmer group chief leadership very determine group member attitude to command and information given. According to farmer groups condition and circumstance with farmer groups chief leadership will realize constructed farmer groups effectiveness. So that farmer can obtain, get the benefit from their taking part in as member of farmer groups hence needed by effectiveness of farmer group so that can improve the productivity effort farmer.

This research done at District Pacitan, Regency of Pacitan use the descriptive method, focus research at exist or actual problem. Population of this research is farmers have joined in 105 farmers groups at District Pacitan. Determination of sample farmer done by proportional stratified random sampling in farmer groups of District Pacitan. Chosen twenty farmer groups by sample 2 people each lot farmer. The farmer groups deputize from level of group pemula, lanjut, madya and utama. Responders used as much 40 responders. While analysis method used is Correlation Test Coefficient of Rank Spearman (rs).

(12)

1

Kemajuan di sektor pertanian disesuaikan dengan perkembangan jaman melalui pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian menurut Hadisapoetro dalam Mardikanto (1994) didefinisikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk selalu memperbesar produksi pertanian sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan menambah peralatan, modal dan ketrampilan untuk memperbesar turut campur tangan manusia dalam perkembangan tumbuhan dan hewan.

Menurut Mosher dalam Mardikanto (1996), salah satu faktor yang dapat memperlancar pembangunan pertanian adalah kesadaran masyarakat dalam hal ini ialah petani yang tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani terbentuk karena adanya kenyataan bahwa petani di dalam memenuhi kebutuhan di bidang pertanian membutuhkan kelompok. Kelompok tani merupakan wadah bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan menjadi lebih baik.

Fungsi kelompok tani akan berjalan baik apabila pemimpin dalam hal ini adalah ketua kelompok tani mampu menggerakkan anggota kelompok tani untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Dalam menggerakkan anggota, kepemimpinan ketua kelompok tani sangat menentukan sikap anggota kelompok terhadap perintah maupun informasi yang diberikan. Kesesuaian keadaan dan kondisi kelompok tani dengan kepemimpinan ketua kelompok tani akan mewujudkan keefektifan kelompok tani yang dibina.

(13)

kepemimpinan ketua kelompok tani dengan efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.

B. Perumusan Masalah

Mokhzani (1979) dalam Mardikanto (1994) menyatakan asumsi kecenderungan alami dari masyarakat petani untuk menuju kegiatan kerjasama melalui pembentukan kelompok tani menjelaskan bahwa dengan berkelompok akan timbul interaksi dan kerjasama sehingga akan terjadi hubungan timbal balik di antara anggota-anggota kelompok tani yang secara efektif akan mendekatkan pada tujuan dan harapan mereka. Kelompok yang efektiflah yang dapat memenuhi kebutuhan anggota melalui tujuan kelompok. Dalam mencapai efektivitas kelompok tani maka diperlukan seorang ketua kelompok tani sebagai pemimpin aktivitas dari kelompok tani tersebut.

Ketua kelompok tani sebagai pemimpin selayaknya mampu memimpin sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Kepemimpinan ketua kelompok tani akan menentukan sejauhmana praktik-praktik pengelolaan sumberdaya manusia di dalam kelompok itu sendiri. Kepemimpinan ketua kelompok tani pada akhirnya bertujuan menciptakan suatu kondisi kelompok tani yang efektif. Dalam menjalankan peran kepemimpinannya, ketua kelompok tani dipengaruhi perilaku kepemimpinannya.

Berkaitan dengan hal tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan ketua kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan?

2. Bagaimana tingkat efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan?

(14)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengkaji kepemimpinan ketua kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan

2. Mengkaji tingkat efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan

3. Mengkaji hubungan antara kepemimpinan ketua kelompok tani dengan tingkat efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan

D. Kegunaan penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan landasan dalam mengambil kebijakan selanjutnya.

3. Bagi kelompok tani, dapat memberikan pengetahuan mengenai kepemimpinan ketua kelompok tani dan hubungannya dengan efektivitas kelompok tani.

(15)

4 1. Penyuluhan Pertanian

Mardikanto (1993) mengartikan penyuluhan pertanian sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat (petani) agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usahataninya demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian. Lebih lanjut Van den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan penyuluhan secara sistematis sebagai proses yang:

a. Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan

b. Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut

c. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani

d. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka memiliki berbagai alternatif tindakan

e. Membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal

(16)

Tugas utama penyuluhan pertanian adalah untuk memfasilitasi petani belajar dan bertindak melalui penyediaan informasi teknis, akses terhadap fasilitas pengembangan dan dukungan hukum untuk pertanian dan kegiatan usaha. Tujuan dasarnya adalah untuk membantu para petani untuk membantu diri mereka sendiri dalam memecahkan masalah mereka.

The main task of agricultural extension is to facilitate farmers' learning and action through the provision of technical information, access to development facilities and legal support for farming and business activities. Its basic goal is to assist farmers to help themselves in solving their problems. Agricultural extension in Indonesia is conceived as: a means of promoting human development; a bridge between research findings and their application in the farming community; a mechanism for diffusion of agricultural innovations; a cooperative effort between the central and local governments; and a partnership between the government and the farming community; more specifically, between agricultural extension workers and farmers (Martaamidjaja, 1996).

Schumacher (1976) dalam Mardikanto (1994) menegaskan bahwa kunci keberhasilan setiap pembangunan ekonomi adalah pada pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Sebab melalui pendidikan (seperti halnya juga penyuluhan pertanian), (petani) pelaksana pembangunan itu dapat disiapkan untuk:

a. Memiliki sikap yang mau (responsive) menerima teknologi baru b. Memiliki kemampuan pengetahuan tentang teknologi baru

c. Memiliki keterampilan untuk menerapkan/menggunakan, mengembangkan, memodifikasi atau bahkan untuk menciptakan sendiri teknologi baru yang dapat menaikkan produktivitas dan pendapatannya.

(17)

melaksanakan ide-ide baru. Dari rumusan penyuluhan tersebut dapat diambil 3 hal yang terpenting, yaitu pendidikan, mengajak orang sadar dan ide-ide baru. Ketiga hal itu memang senantiasa melekat dalam setiap kegiatan penyuluhan, karena penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu langkah dalam usaha mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan (Nasution, 1990).

Ibrahim et al (2003) menyatakan bahwa sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah, penyuluhan pertanian harus disertai dengan berbagai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian pada penyuluhan pertanian harus ada usaha pendidikan yang ditujukan kepada petani, memberikan pengetahuan, informasi dan kemampuan baru agar petani dapat bersikap dan bertindak ke arah yang lebih baik. Jadi aspek-aspek yang ingin diperbaiki dalam proses penyuluhan adalah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).

Untuk memajukan usahatani, pemerintah membantu dengan memberikan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh para tenaga dinas penyuluhan pertanian kepada para petani di berbagai tempat. Penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku manusia (petani) yang dilakukan melalui suatu sistem pendidikan. Efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku (petani) sasarannya, baik yang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Kesemuanya itu dapat diamati pada:

a. Perubahan-perubahan kegiatan bertani yang mencakup macam dan jumlah sarana atau teknik bertaninya

b. Perubahan-perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya c. Perubahan dalam mengelola usaha (perorangan, kelompok,

(18)

Dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pendidikan non formal dari penyuluh kepada masyarakat tani yang bertujuan memperbaiki aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan petani dalam usahatani yang dikelolanya.

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan secara umum menurut Onong (1981) menunujukkan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu karya, seperti buku, lukisan dan sebagainya atau melalui kontak pribadi anatar seseorang dengan orang lain secara tatap muka (face to face).

Tidak dapat disangkal bahwa keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Bahkan kiranya dapat diterima sebagai trueisme apabila dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya (Siagian, 1999).

Stogdill (1974) identified the following skills as critical to leaders: clever, conceptually skilled, creative, diplomatic and tactful, fluent in speaking, knowledgeable about group task, organised (administrative ability), persuasive, socially skilled.

(19)

Yuki dan Wexley (2003) membagi aspek kepemimpinan yang sangat sering dikaji dalam literatur kepemimpinan dalam organisasi adalah:

a. Sifat Pemimpin

Menurut Rivai (2003), teori sifat berusaha mengidentifikasi karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan. Sehubungan dengan hal itu, Depositario dalam Mardikanto (1996) mengemukakan beberapa karakteristik pemimpin di dalam penyuluhan yang meliputi:

1) Diterima dan disegani masyarakat karena hasil kerjanya. Seorang pemimpin harus benar telah memperoleh pengakuan dari seluruh anggotanya sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang andal untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil yang baik.

2) Memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tugasnya dengan baik dan mudah dihubungi oleh warga masyarakatnya. 3) Memiliki kondisi fisik yang kuat dan mental yang sehat.

Seorang pemimpin sangat dituntut kekuatan/ketahanan fisik dan mentalnya untuk melaksanakan tugas dan menghadapi beragam masalah yang umumnya tidak mudah dipecahkan sendiri.

4) Memiliki kesediaan untuk berbagi pengetahuan/pengalaman. Seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan/menyampaikan pengetahuan/keterampilan baru serta pengalamannya kepada orang yang dipimpinnya. 5) Memiliki kepekaan social yang tinggi serta memiliki kepekaan

yang tinggi tentang suasana dan perasaan para anggotanya yang bekerja sama dengannya.

(20)

7) Memiliki motivasi yang tinggi untuk memimpin dan mengembangkan kemampuan dirinya sendiri.

b. Perilaku Kepemimpinan

Banyaknya fungsi-fungsi dan aktifitas kepemimpinan yang hampir-hampir tidak terbatas, satu tujuan riset awal terhadap perilaku organisasi adalah identifikasi kategori perilaku yang berarti dan relative berbeda. Riset tentang kategori perilaku pemimpin telah dilakukan Ohio State University di tahun 1950. Dua kategori perilaku utama ditemukan dan keduanya masing-masing diberi nama konsiderasi dan pembentukan struktur.

c. Kekuasaan Pemimpin

Analisa tentang kekuasaan pemimpin merupakan pendekatan ketiga yang digunakan dalam studi kepemimpinan. Kekuasaan (power) didefinisikan sebagai kapasitas mempengaruhi perilaku orang lain. Seseorang dianggap mempunyai kekuasaan sepanjang terus dapat mempengaruhi bawahannya.

Teori perilaku kepemimpinan tidak mencari ciri atau kemampuan bawaan. Sebaliknya, mereka melihat apa yang pemimpin lakukan. Jika kesuksesan dapat dilukiskan sebagai tindakan, maka relatif mudah bagi orang lain untuk bertindak dengan cara yang sama.

Behavioral theories of leadership do not seek inborn traits or capabilities. Rather, they look at what leaders actually do. If success can be defined in terms of describable actions, then it should be relatively easy for other people to act in the same way (Anonim, 2010).

Kreitner dan Kinicki (1998), mengemukakan bahwa:

situational control refers to the amount of control and influence the leader has in her or his immediate work environment. There are three dimensions of situational control:

(21)

dimension is the most important component of situational control. good leader-member relations suggest that the leader can depend on the group, thus ensuring that the work group will try to meet the leader's goals and objectives.

b. Task structure is concerned with the amount of structure contained within tasks performed by the work group.

c. Position power refers to the degree to which the leader has formal power to reward, punish or otherwise obtain compliance from employees

Apabila diartikan dapat dimaksudkan sebagai berikut, kendali situational mengacu pada jumlah kendali dan pengaruh yang dimiliki pemimpin lingkungan pekerjaannya. Ada tiga dimensi kendali situational:

a. Hubungan pemimpin-anggota, mencerminkan tingkat dimana pemimpin mempunyai dukungan, kesetiaan dan kepercayaan menyangkut kelompok kerja itu. Dimensi ini adalah komponen kendali situational yang paling utama. Hubungan pemimpin-anggota yang baik menyatakan bahwa pemimpin dapat tergantung pada kelompok, memastikan bahwa kelompok kerja akan mencoba untuk menemukan sasaran dan tujuan pemimpin.

b. Struktur tugas mempunyai kaitan dengan jumlah struktur yang dimasukkan di dalam tugas yang dilakukan oleh kelompok kerja. c. Kekuasaan mengacu pada tingkat dimana pemimpin mempunyai

kuasa formal untuk memberi penghargaan, menghukum jika tidak memperoleh pemenuhan dari anggota.

(22)

3. Ketua Kelompok Tani sebagai Pemimpin

Pemimpin adalah individu dalam sebuah unit kerja yang selalu harus memenuhi minat dan harapan semua orang. Oleh karena itu pemimpin haruslah:

a. Orang yang terkemuka dalam organisasi yang merupakan pusat perhatian perilaku anggotanya

b. Seseorang yang secara sosiometrik paling disukai oleh seluruh anggotanya

c. Seseorang yang dilatih untuk mempengaruhi orang lain

d. Seorang ketua yang mengepalai, kehadiran orang itu diakui kelebihannya melebihi siapapun yang ada di dalam kelompok itu e. Seseorang yang patut diikuti oleh orang lain karena tingkah

lakunya maka dia ditetapkan sebagai seseorang yang mempunyai posisi dalam struktur (Liliweri, 1997).

Gibson, et al (2000) mendefinisikan pemimpin sebagai agen perubahan yang mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain lebih dari kemampuan orang lain mempengaruhinya. Kepemimpinan terjadi manakala salah seorang anggota kelompok memodifikasi kemampuan atau motivasi orang lain di dalam kelompok.

Leaders are agents of change, persons whose act affect other people more than other people's act affect them. Leadership occurs when one group member modifies the motivation or competencies of others in the group. The leadership definition implies that it involves the use of influence and that all interpersonal relationships can involve leadership.

(23)

kelompok juga pimpinan untuk memenuhi kebutuhan sosio emosional anggota kelompok.

Kelompok tani dipimpin oleh seseorang ketua kelompok tani (dan pengurusnya) yang membina 10-20 petani maju yang masing-masing memimpin 1 kelompok kegiatan atau satu kelompok blok (kelompok blok hamparan yang terdiri atas 5-10 petani pengikut), (Hadisapoetra, 1978).

Ketua kelompok tani menurut Soedijanto (1999), adalah pemimpin yang atas kepandaiannya sendiri bekerjasama sebagai partner penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian bagi kelompok taninya dan masyarakat di sekitarnya. Adapun ciri-ciri ketua kelompok tani adalah:

a. Menggarap sendiri usahataninya dan berhasil b. Dinamis dan responsive terhadap perubahan

c. Disegani dan mempunyai pengaruh baik terhadap lingkungan d. Mampu memimpin dan membina kelompok tani.

Singh dalam Mardikanto (1996) mengemukakan beberapa peran pemimpin dalam penyuluhan yang mencakup:

a. Membantu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah b. Melakukan percontohan yang perlu ditiru oleh anggotanya

c. Menggerakkan segenap anggota kelompok sesuai dengan fungsinya masing-masing

d. Mendorong dan meningkatkan interaksi antar anggota kelompok agar terjalin keserasian pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing anggotanya demi tercapainya tujuan bersama e. Menggerakkan kerjasama kelompok agar semua kegiatan yang

dilaksanakan merupakan kesatuan kegiatan yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya dan yang selalu mengarah kepada tercapainya tujuan bersama

(24)

seluruh sumber daya yang tersedia secara optimal demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Elit kelompok tani merupakan formal leader karena mereka memperoleh kekuasaan berdasarkan kedudukannya dan mereka memiliki kekuasaan yang bersumber pada karisma pribadi, sebab petani-petani yang diakui oleh petani di wilayahnya sebagai petani yang berhasil usahataninya, responsif terhadap pembaharuan dan dipandang mampu memimpin anggotanya (Mardikanto, 1994).

Dengan demikian ketua kelompok tani dapat didefinisikan sebagai individu yang dijadikan pemimpin karena dianggap memiliki kelebihan dibandingkan dengan anggota tani yang lain dan mampu mempengaruhi anggotanya.

4. Efektivitas

Prawirosentono (1999) mendefinisikan efektifitas kelompok yaitu tercapainya tujuan kelompok sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Kelompok menjadi efektif menurut Krech dan Cruthfield (1962) dalam Santosa (1999) apabila kelompok merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi yaitu kebutuhan berkawan, dukungan dan cinta kasih. Sarana untuk mengembangkan, memperkaya serta menetapkan rasa harga diri serta identitasnya, sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial, sarana memperkuat perasaan aman, tenteram dan kekuasaan atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama dan sarana dimana suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab.

Ukuran efektivitas kelompok tani menurut Nikmatullah (1995) dan Sekaran (1989) dibatasi pada produktivitas kelompok, kepuasan anggota kelompok dan semangat kelompok.

(25)

Produktivitas menurut Kopelman (1986) dalam Mauled (2004) adalah suatu konsepsi sistem yang diekspresikan sebagai rasio yang merefleksikan bagaimana memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya secara efisien untuk menghasilkan luaran. Sedangkan menurut Sartono (2004) produktivitas kelompok diartikan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok yaitu kearah nilai yang lebih positif/lebih negatif.

b.Kepuasan Anggota Kelompok

Kepuasan menurut Drever (1986) adalah keadaan perasaan sederhana yang menyertai setiap tujuan atau keadaan akhir dalam perasaan yang menyertai pencapaian oleh dorongan hati dan tujuannya. Kepuasan menurut Robbins dan Judge (2007) adalah perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi kharakteristiknya.

c.Semangat Kelompok tani

Morale adalah sikap/semangat yang khas yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan suatu usaha, kegembiraan dan organisasi yang baik (Chaplin, 2005). Semangat menurut Moekijat (1981) menggambarkan suatu perasaan yang berhubungan dengan tabiat, jiwa, semangat kelompok, kegembiraan dan kegiatan. Dalam kelompok, semangat menunjukkan iklim dan suasana pekerjaan.

(26)

Efektivitas kelompok kerja ditentukan oleh kemampuan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan komunikasi fasilitator, seperti yang ditengahi oleh karakteristik pribadi yang mencakup penampilan, jenis kelamin, dan ras. Model ini menunjukkan sebuah kelompok kerja cenderung berperforma baik jika fasilitator berpengetahuan luas dan terampil dengan tugasnya, membuat usaha besar dalam membimbing para anggota kelompok, pendengar yang baik dan mempunyai keterampilan berkomunikasi untuk menyampaikan gagasan dan prasyarat yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan tugas. (Baninajarian dan Zulhamri, 2009)

Efektivitas kelompok tani erat kaitannya dengan kinerja yang selanjutnya Prawirosentono (1999) mendefinisikan kinerja atau

performance sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Pengukuran efektivitas kelompok tani dapat dengan menggunakan Lima Jurus Kemampuan Kelompok Tani yang didefinisikan Dinas Pertanian (1999) dalam Purwadi (2005) yaitu kriteria penilaian kelompok tani berdasarkan skor yang diperoleh dari kemampuan setiap kelompok tani dalam hal:

a. Kemampuan dalam hal merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usaha tani

b. Kemampuan mentaati dan melaksanakan perjanjian dengan pihak lain c. Permodalan

d. Kemampuan meningkatkan hubungan melembaga antara kelompok tani dengan KUD

(27)

Dengan demikian efektifitas kelompok tani merupakan pencapaian tujuan kelompok kelompok tani yang direncanakan sebelumnya yang meliputi kepuasan, produktivitas dan semangat kelompok tani dan dapat diukur melalui jurus kemampuan kelompok tani.

5. Kelompok Tani

Menurut Allen (1958) The informal organization refers largerly to what people do because they are human personalities to their actions in terms of needs, emotions and attitudes, not in terms of procedures and regulations. In the informal organizations, people work together because of their personal likes and dislikes. to facilitate his work, he made use of informal organizational relationships as frequently as he needed them. The effectiveness of this group depended upon informal relations, the recognition of a common goal and the desire to work together in accomplishing it. There no principles of formal organization which apply to the formation or operation of such groups, but they are a commonplace and necessary part of the operation of every company

Organisasi informal secara umum mengacu pada apa yang orang lakukan karena kepribadian mereka terhadap tindakan mereka dalam kaitannya dengan kebutuhan, emosi dan sikap, yang tidak berkaitan dengan prosedur dan peraturan. Di dalam organisasi informal, orang bekerja sama karena pribadi mereka suka maupun tidak suka. Untuk memudahkan pekerjaan, hubungan informal organisasi sering digunakan ketika dibutuhkan. Efektivitas grup ini tergantung atas hubungan-hubungan informal, pengakuan tujuan umum dan keinginan bekerja sama di dalam menyelesaikan pekerjaan. Di dalam kelompok ini prinsip organisasi formal tidak berlaku dalam formasi atau operasi organisasi, tetapi mereka adalah bagian yang biasa dan saling memerlukan dalam menjalankan organisasi.

(28)

individu berarti (mempunyai arti) bagi yang lain, dan yang seorang mempengaruhi pribadi-pribadi lainnya.

A group can be defined as two or more humans that interact with one another, accept expectations and obligations as members of the group, and share a common identity. By this definition, society can be viewed as a large group, though most social groups are considerably smaller. A true group exhibits some degree of social cohesion and is more than a simple collection or aggregate of individuals, such as people waiting at a bus stop. Characteristics shared by members of a group may include interests, values, ethnic or social background, and kinship ties (Paul Hare dalam Anonim, 2006).

Menurut Feldman (1998) according to many social psychologist, though, the most useful view of groups involves the consideration of several basic criteria that all groups seem to share. In this view, a groups consists of two or more people who (1) interact with one another, (2) perceive themselves as a group, and (3) they are interdependent, bahwa menurut para psikolog sosial, pandangan mengenai kelompok memiliki beberapa ukuran-ukuran dasar bahwa semua anggota kelompok saling berbagi. Dalam pandangan ini, suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih, saling berhubungan satu sama lain, merasa diri mereka sebagai kelompok, dan saling tergantung.

(29)

setiap petani anggota telah melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan mengenal satu sama lain.

Departemen Pertanian (2004) mendefinisikan kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk mengembangkan usaha anggota.

Menurut Soedijanto (1996) dalam Supanggyo (2007) pengelompokan petani yang bermacam-macam menjadi empat kelompok tani, yaitu kelompok pemula, kelompok lanjut, kelompok madya dan kelompok utama. Penyusunan kelompok-kelompok tersebut mendasarkan pada kemampuan kelompok yang disusun berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani yang dikenal sebagai 10 jurus kemampuan kelompok tani.

Menurut Dinas Pertanian (1999) dalam Purwadi (2005), kelompok tani dibagi atas empat kelas kelompok tani, yaitu kelas utama, madya, lanjut dan pemula. Pembagian kelas kelompok tani ini berdasarkan penilaian yang dilakukan Dinas Pertanian terhadap setiap kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok, pengurus dari masing-masing kelompok tani.

Total skor untuk semua kriteria adalah 1000 dan untuk masing-masing kelas dikelompokkan berdasarkan skor dengan kriteria yaitu: a. Kelas utama merupakan kelas kelompok tani tertinggi, yaitu memiliki

skor 751-1000 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Sangat mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana

2) Sangat mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati perjanjian dengan pihak lain

(30)

teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan pemasaran melalui KUD dan sangat mampu memanfaatkan pelayanan yang disediakan KUD.

4) Kelompok sangat mampu secara terus-menerus dan teratur mencari, menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok, melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok sangat mampu menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani

b. Kelas madya adalah kelas kelompok tani yang tinggi, yaitu memiliki skor 501-750 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana 2) Mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati

perjanjian dengan pihak lain

3) Kelompok mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, mampu secara terus-menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, mampu secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan pemasaran melalui KUD dan mampu memanfaatkan pelayanan yang disediakan KUD.

4) Kelompok mampu secara terus-menerus dan teratur mencari, menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok, melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok mampu menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani

c. Kelas lanjut adalah kelas kelompok tani yang cukup tinggi, yaitu memiliki skor 251-500 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Cukup mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana

(31)

3) Kelompok cukup mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, cukup mampu secara terus-menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, cukup mampu secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan pemasaran melalui KUD dan cukup mampu memanfaatkan pelayanan yang disediakan KUD.

4) Kelompok cukup mampu secara terus-menerus dan teratur mencari, menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok, melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok cukup mampu menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani

d. Kelas pemula adalah kelas kelompok tani yang paling rendah, yaitu memiliki skor 0-250 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Kurang mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana

2) Kurang mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati perjanjian dengan pihak lain

3) Kelompok kurang mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, kurang mampu secara terus-menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, kurang mampu secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan pemasaran melalui KUD dan kurang mampu memanfaatkan pelayanan yang disediakan KUD.

(32)

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kelompok tani adalah kumpulan dua atau lebih petani yang memiliki kesamaan kepentingan dan kondisi dimana terdapat ketergantungan dan saling mempengaruhi antara petani satu dengan yang lainnya.

B. Kerangka Berpikir

Kelompok tani merupakan suatu wadah bagi petani untuk menyalurkan gagasan, opini dan ide serta sarana bagi petani untuk memperoleh informasi tentang inovasi pertanian. Dalam melaksanakan kegiatan kelompok, dibutuhkan seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin. Keberhasilan dan kegagalan kelompok tani ditentukan oleh kepemimpinan ketua kelompok tani.

Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh pemimpin kelompok untuk mencoba mempengaruhi dan menggerakkan orang lain. Kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang ketua kelompok tani dapat berbeda dengan kepemimpinan yang dilakukan oleh ketua kelompok tani yang lain sesuai dengan kondisi dan situasi ketua kelompok tani tersebut.

Kepemimpinan ketua kelompok tani akan mempengaruhi struktur dan kultur kelompok tani. Dari pengaruh tersebut akan menentukan kebijaksanaan dan perilaku sumberdaya manusia di dalam kelompok tani. Kebijaksanaan dan perilaku sumberdaya manusia inilah yang nantinya menjadi penentu efektivitas kelompok tani.

(33)

mentaati dan melaksanakan perjanjian dengan pihak lain, kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan, kemampuan meningkatkan hubungan dengan koperasi dan kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi serta menggalang kerja sama kelompok. Untuk mengetahui hubungan kepemimpinan ketua kelompok tani dengan efektivitas kelompok dapat digambarkan melalui diagram berikut ini:

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka pikir hubungan kepemimpinan ketua kelompok tani dengan efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan

C. Hipotesis

Diduga ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan ketua kelompok tani menyangkut sifat, perilaku dan kekuasaan kepemimpinan ketua kelompok tani dengan efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.

Efektivitas Kelompok Tani meliputi Kemampuan Kelompok Tani dalam: a. Merencanakan kegiatan

untuk meningkatkan produktivitas usahatani b. Ketaatan dan pelaksanaan

perjanjian

(34)

D. Pembatasan Masalah

1. Petani yang diambil sebagai sampel adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.

2. Aspek kepemimpinan yang diamati adalah sifat pemimpin, perilaku pemimpin dan kekuasaan kepemimpinan ketua kelompok tani.

3. Tingkat efektivitas kelompok tani diukur dengan mengacu pada lima jurus kemampuan kelompok tani yang meliputi kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani, kemampuan mentaati dan melaksanakan perjanjian dengan pihak lain, kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan, kemampuan meningkatkan hubungan dengan koperasi dan kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi serta menggalang kerja sama kelompok.

4. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah data tahun 2009 dan atau 2010.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional

a. Kepemimpinan 1) Sifat pemimpin

Sifat pemimpin didefinisikan sebagai karakteristik khas ketua kelompok tani yang dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinannya di dalam kelompok tani. Karakteristik/sifat tersebut antara lain:

a) Tingkat pengakuan terhadap hasil kerja ketua kelompok tani adalah seberapa jauh ketua kelompok tani diakui sebagai pemimpin yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil kerja yang baik.

(35)

c) Kekuatan/ketahanan fisik ketua kelompok tani adalah suatu keadaan/kondisi fisik ketua kelompok tani ketika melaksanakan tugas dan menghadapi beragam masalah.

d) Kesediaan ketua kelompok tani untuk berbagi pengetahuan dan keterampilannya adalah kesediaan/kemauan ketua kelompok tani untuk menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilannya untuk anggotanya.

e) Kepekaan sosial ketua kelompok tani adalah suatu keadaan/kondisi ketua kelompok tani untuk dapat memahami suasana dan perasaan anggotanya.

2) Perilaku pemimpin

Perilaku pemimpin didefinisikan sejauh mana dan dalam bentuk apa seorang pemimpin memberikan perhatian kepada bawahannya. Perilaku pemimpin meliputi:

a) Konsiderasi, yaitu perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan dan komunikasi antara ketua kelompok tani dan anggotanya.

b) Membentuk struktur, yaitu perilaku di mana ketua kelompok tani mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan di dalam kelompok, membangun pola dan saluran komunikasi dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar.

3) Kekuasaan pemimpin

Kekuasaan (power) didefinisikan sebagai kapasitas mempengaruhi perilaku orang lain. Seseorang dianggap mempunyai kekuasaan sepanjang terus dapat mempengaruhi bawahannya. Kekuasaan pemimpin meliputi:

(36)

b) Kekuatan mempengaruhi, yaitu kemampuan ketua kelompok tani membuat anggota kelompoknya mempercayai dan mengikuti pendapatnya.

b. Efektivitas Kelompok tani

Efektivitas kelompok tani adalah keberhasilan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yang ditunjukkan dengan tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan yang dikehendaki baik perubahan fisik ataupun perubahan non fisik. Efektivitas kelompok tani diukur dengan:

1) Kemampuan kelompok tani dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani, yaitu kemampuan kelompok dalam merencanakan kegiatan-kegiatan kelompok dalam berbagai aspek yang berhubungan dengan usaha peningkatan produksi dan pendapatan anggota-anggota kelompok.

2) Ketaatan kelompok tani terhadap perjanjian, yaitu kemampuan kelompok dalam mentaati perjanjian, misalnya melaksanakan perjanjian kerjasama dengan pihak lain.

3) Kemampuan kelompok tani dalam pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan, yaitu kemampuan kelompok memupuk modal untuk dipergunakan bagi kepentingan kelompok dan anggotanya.

4) Kemampuan kelompok tani dalam meningkatkan hubungan dengan koperasi, yaitu tingkat keserasian hubungan antara anggota kelompok dengan koperasi.

(37)

2. Pengukuran Variabel

(38)

Tabel 2.1 Pengukuran Variabel Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani

Tingkat pengakuan terhadap hasil kerja ketua kelompok tani diukur berdasarkan pengakuan anggota terhadap pelaksanaan tugas dari ketua kelompok tani yang dapat diselesaikan dengan baik dan diberi skor sebagai berikut:

a. Ketua kelompok tani selalu diakui memiliki hasil kerja yang baik

b Ketua kelompok tani kadang-kadang diakui memiliki hasil kerja yang baik

c. Ketua kelompok tani tidak pernah diakui memiliki hasil kerja yang baik

Kesediaan waktu ketua kelompok tani untuk anggotanya diukur berdasarkan intensitas waktu ketua kelompok tani yang diberikan untuk kelompok tani dan diberi skor sebagai berikut: a. Selalu ada waktu untuk kelompok tani dan anggotanya b. Kadang-kadang ada waktu untuk kelompok tani dan

anggotanya

c. Tidak pernah ada waktu untuk kelompok tani dan anggotanya Kekuatan/ketahanan fisik ketua kelompok tani diukur berdasarkan kesehatan fisik ketua kelompok tani dan diberi skor sebagai berikut:

a. Selalu sehat/tidak pernah sakit b. Kadang-kadang sakit

c. Sering sakit/memiliki penyakit menahun

Kesediaan ketua kelompok tani untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan kepada anggotanya diukur berdasarkan intensitas ketua kelompok tani berbagi pengetahuan dan keterampilannya kepada anggota dan diberi skor sebagai berikut:

a. Selalu berbagi pengetahuan dan keterampilan kepada anggota b. Kadang-kadang berbagi pengetahuan dan keterampilan

kepada anggota

c. Tidak pernah berbagi pengetahuan dan keterampilan kepada anggota

Kepekaan sosial ketua kelompok tani kepada anggotanya diukur berdasarkan kepedulian ketua kelompok tani terhadap masalah anggota dan diberi skor sebagai berikut:

a. Selalu peduli terhadap masalah anggotanya

b. Kadang-kadang peduli terhadap masalah anggotanya c. Tidak pernah peduli terhadap masalah anggotanya

(39)

B.

Konsiderasi, diukur berdasarkan kedekatan hubungan ketua kelompok tani dengan anggotanya dan diberi skor sebagai berikut:

a. Ketua kelompok tani selalu akrab dengan anggotanya b. Ketua kelompok tani kadang-kadang akrab dengan

anggotanya

c. Ketua kelompok tani tidak pernah akrab dengan anggotanya Membentuk struktur, diukur berdasarkan kemampuan ketua kelompok tani dalam mengkoordinasi aktivitas-aktivitas anggotanya dalam mencapai tujuan kelompok dan diberi skor sebagai berikut:

a. Selalu mengkoordinasi kegiatan anggotanya

b. Kadang-kadang mengkoordinasi kegiatan anggotanya c. Tidak pernah mengkoordinasi kegiatan anggotanya Kekuasaan Pemimpin

Kekuatan menguasai, diukur berdasarkan kemampuan ketua kelompok tani mengendalikan perilaku anggota dan diberi skor sebagai berikut:

a. Anggota selalu bertindak sesuai perintah ketua kelompok tani b. Anggota kadang-kadang bertindak sesuai perintah ketua

kelompok tani

c. Anggota tidak pernah bertindak sesuai perintah ketua kelompok tani

Kekuatan mempengaruhi, diukur berdasarkan kemampuan ketua kelompok tani mengajak anggota untuk mengikuti pendapatnya dan diberi skor sebagai berikut:

a. Pendapat ketua kelompok tani selalu diikuti anggota

b. Pendapat ketua kelompok tani kadang-kadang diikuti anggota c. Pendapat ketua kelompok tani tidak pernah diikuti anggota

(40)

Tabel 2.2 Pengukuran Variabel Efektivitas Kelompok Tani

Kemampuan kelompok tani dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani

Kemampuan kelompok tani dalam merencanakan kegiatan Sapta Usahatani:

a. Selalu merencanakan kegiatan Sapta Usahatani

b. Kadang-kadang merencanakan kegiatan Sapta Usahatani c. Tidak pernah merencanakan kegiatan Sapta Usahatani

Kemampuan kelompok tani dalam merencanakan analisa usahatani:

a. Selalu merencanakan analisa usahatani

b. Kadang-kadang merencanakan analisa usahatani c. Tidak pernah merencanakan analisa usahatani

Kemampuan kelompok tani dalam merencanakan produk sesuai permintaan pasar:

a. Selalu merencanakan produk sesuai dengan permintaan pasar b. Kadang-kadang merencanakan produk sesuai dengan

permintaan pasar

c. Tidak pernah merencanakan produk sesuai dengan permintaan pasar

Kemampuan kelompok memenuhi kebutuhan anggotanya: a. Selalu memenuhi kebutuhan anggotanya

b. Kadang-kadang memenuhi kebutuhan anggotanya c. Tidak pernah memenuhi kebutuhan anggotanya

Kemampuan kelompok tani dalam meningkatkan produksi: a. Jumlah produksi anggota kelompok tani meningkat b. Jumlah produksi anggota kelompok tani tetap c. Jumlah produksi anggota kelompok tani menurun

Kemampuan kelompok tani dalam meningkatkan pendapatan: a. Jumlah pendapatan anggota kelompok tani meningkat b. Jumlah pendapatan anggota kelompok tani tetap c. Jumlah pendapatan anggota kelompok tani menurun Ketaatan kelompok tani terhadap perjanjian

Kemampuan kelompok tani dalam membuat perjanjian kerja sama dengan pihak lain:

a. Kelompok tani selalu membuat perjanjian kerja sama dengan pihak lain secara tertulis

b. Kelompok tani kadang-kadang membuat perjanjian kerja sama dengan pihak lain secara tertulis

c. Kelompok tani tidak pernah membuat perjanjian kerja sama dengan pihak lain secara tertulis maupun tidak tertulis

Pelaksanaan kewajiban kelompok tani sesuai dengan perjanjian: a. Kelompok tani selalu melaksanakan kewajiban sesuai

(41)

3.

b. Kelompok tani kadang-kadang melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian

c. Kelompok tani tidak pernah melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian

Perolehan hak kelompok tani sesuai dengan perjanjian: a. Kelompok tani selalu memperoleh hak sesuai perjanjian b. Kelompok tani kadang-kadang memperoleh hak sesuai

perjanjian

c. Kelompok tani tidak pernah memperoleh hak sesuai perjanjian

Kepuasan anggota kelompok tani dalam pelaksanaan perjanjian: a. Anggota kelompok selalu puas dengan pelaksanaan perjanjian b. Anggota kelompok kadang-kadang puas dengan pelaksanaan

perjanjian

c. Anggota kelompok tidak pernah puas dengan pelaksanaan perjanjian

Kemampuan kelompok tani dalam pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan

Kemampuan kelompok tani dalam memupuk modal: a. Kelompok tani selalu melakukan pemupukan modal b. Kelompok tani kadang-kadang melakukan pemupukan

modal

c. Kelompok tani tidak pernah melakukan pemupukan modal Kemampuan kelompok tani dalam mengembangkan modal: a. Kelompok tani selalu melakukan pengembangan modal b. Kelompok tani kadang-kadang melakukan pengembangan

modal

c. Kelompok tani tidak pernah melakukan pengembangan modal Kemampuan kelompok tani dalam memanfaatkan pendapatan: a. Pendapatan selalu dimanfaatkan untuk usaha produktif b. Pendapatan kadang-kadang dimanfaatkan untuk usaha

produktif

c. Pendapatan tidak pernah dimanfaatkan untuk usaha produktif Kemampuan kelompok tani dalam meningkatkan hubungan dengan koperasi

Kemampuan kelompok tani dalam memanfaatkan layanan koperasi

a. Kelompok tani selalu memanfaatkan layanan koperasi b. Kelompok tani kadang-kadang memanfaatkan layanan

koperasi

c. Kelompok tani tidak pernah memanfaatkan layanan koperasi Kemampuan kelompok tani dalam menabung atau memperoleh pinjaman dari koperasi:

a. Anggota kelompok selalu menabung atau memperoleh pinjaman dari koperasi

b. Anggota kelompok kadang-kadang menabung atau

(42)

3.

E.

1.

2.

3.

memperoleh pinjaman dari koperasi

c. Anggota kelompok tidak pernah menabung atau memperoleh pinjaman dari koperasi

Kemampuan kelompok tani berperan serta memajukan koperasi: a. Anggota kelompok selalu berperan memajukan koperasi b. Anggota kelompok kadang-kadang berperan memajukan

koperasi

c. Anggota kelompok tidak pernah berperan memajukan koperasi

Kemampuan kelompok tani dalam mencari dan memanfaatkan informasi serta menggalang kerja sama kelompok

Kemampuan kelompok tani dalam mencari informasi pertanian: a. Kelompok tani selalu mencari informasi pertanian secara

aktif

b. Kelompok tani kadang-kadang mencari informasi pertanian secara aktif

c. Kelompok tani tidak pernah mencari informasi pertanian Kemampuan kelompok tani dalam memanfaatkan informasi pertanian:

a. Anggota kelompok selalu menerapkan informasi pertanian di dalam praktek usahataninya.

b. Anggota kelompok kadang-kadang menerapkan informasi pertanian di dalam praktek usahataninya.

c. Anggota kelompok tidak pernah menerapkan informasi pertanian di dalam praktek usahataninya.

Kemampuan kelompok tani dalam menggalang kerjasama anggota dalam penerapan paket teknologi:

a. Anggota kelompok selalu bekerja sama menerapkan paket teknologi

b. Anggota kelompok kadang-kadang bekerja sama menerapkan paket teknologi

(43)

32

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dasar deskriptif, yaitu suatu penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa. Pada taraf terakhir, harus sampai pada kesimpulan dalam konteks teori-teori dari hasil penelitian terdahulu (Surakhmad, 1994).

Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survai yaitu pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang sebenarnya dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah. Teknik survai ini mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data dengan maksud menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive)

(44)

Tabel 3.1 Jumlah Kelompok Tani Kabupaten Pacitan Tahun 2009

No Kecamatan Kelompok Tani

Pemula Lanjut Madya Utama

Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Pacitan 2009 2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok tani yang ada di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan dengan jumlah 105 kelompok tani yang terbagi menjadi 32 kelompok tani pemula, 45 kelompok tani lanjut, 34 kelompok tani madya dan 4 kelompok tani utama.

b. Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini dengan menggunakan

stratified proportional random sampling atau teknik pengambilan sampel secara proporsional berlapis yaitu teknik sampling dengan cara mengklasifikasikan populasi ke dalam strata sehingga didapatkan strata yang masing-masing anggotanya lebih homogen, kemudian dari tiap strata diambil sampel secara proporsional (Gulo, 2004).

Tahap-tahap penentuan sampel adalah sebagai berikut :

(45)

pemula, strata untuk kelas lanjut strata untuk kelas madya dan strata untuk kelas utama.

b. Tahap kedua, dari masing-masing strata kelas kelompok tani diambil kelompok tani secara proporsional dengan rumus:

𝑛𝑖 =�฀𝑛𝑘

𝑁 𝑋𝑛

ni : Jumlah kelompok tani yang akan diambil pada setiap kelas kelompok tani

nk : Jumlah kelompok tani di setiap kelasnya

N : Jumlah keseluruhan kelompok tani yaitu 105 kelompok tani n : Jumlah kelompok tani yang diambil yaitu 20 kelompok tani Dari perhitungan tersebut maka diperoleh jumlah sampel kelompok tani sebagai berikut:

Tabel 3.2 Data Sampel Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan

No Kelas Kelompok Jumlah Kelompok kelompok tani dari setiap kelas dengan teknik acak.

d. Tahap keempat, dari masing-masing kelompok tani yang telah ditentukan diambil 2 petani sebagai responden dengan teknik acak. C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Data primer adalah data tentang kepemimpinan ketua kelompok tani dan efektivitas kelompok tani yang diperoleh langsung dari responden dengan wawancara dengan menggunakan kuisioner sebagai alatnya.

(46)

kelompok tani di Kecamatan Pacitan dan data Kecamatan Pacitan dalam Angka.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalan penelitian ini menggunakan cara-cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Tanya jawab yang dilakukan secara langsung antara peneliti dengan responden tentang kepemimpinan ketua kelompok tani dan efektivitas kelompok tani dengan menggunakan kuisioner, yaitu panduan berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.

b. Observasi

Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti di lapangan, yang meliputi daerah penelitian dan pencatatan informasi kegiatan kelompok tani yang diperoleh dari petugas dan petani responden di daerah penelitian.

c. Dokumentasi dan pencatatan

Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data baik dari responden maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian ini meliputi pencatatan jumlah kelompok tani, produktivitas padi kecamatan Pacitan dan Kecamatan Pacitan dalam Angka.

E. Metode Analisis

Untuk mengetahui tingkat kepemimpinan ketua kelompok tani dan tingkat efektivitas kelompok tani sehingga mendapatkan kategori skor menjadi kelas atau kelompok dilakukan dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut:

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =𝑆𝑘𝑜𝑟𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

(47)

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepemimpinan ketua kelompok tani dengan tingkat efektivitas kelompok tani dapat digunakan maksud korelasi Rank Spearman sebagai berikut:

r

s = 1 -

N N

di N

i

2 1

2 6

rs : Koefisien korelasi Rank Spearman

di : Beda rangking N : Jumlah sampel petani

Untuk menguji signifikansi dari nilai yang didapat menggunakan uji t dengan  = 0,05 adalah :

t = rs 2 ) ( 1

2

rs N

Sedangkan kriteria pengambilan kesimpulan dengan tingkat kepercayaan  = 0,05 adalah :

1. Jika t hitung  t tabel maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan ketua kelompok tani dengan efektivitas kelompok tani.

(48)

37

Pacitan. Kecamatan Pacitan terdiri dari 25 desa/kelurahan dengan pusat pemerintahan berada di Kelurahan Pacitan. Luas Kecamatan Pacitan 7.637,87 Ha yang terdiri dari tahan sawah 1.207,47 Ha atau sekitar 15,8% dan tanah kering 6.430,40 Ha atau sekitar 84,2%. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai beikut:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Arjosari b. Sebelah Timur : Kecamatan Kebonagung c. Sebelah Selatan : Samudera Hindia

d. Sebelah Barat : Kecamatan Pringkuku

(49)

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Kecamatan Pacitan

No. Jenis Tanah Luas (ha) %

1. Tanah sawah

Irigasi teknis 94 1,23

Irigasi setengah teknis 243,81 3,19

Irigasi sederhana 190,42 2,49

Tadah hujan 679,24 8,89

Lain-lain - -

JUMLAH 1.207,47 15,8

2. Tanah kering

Bangunan 344,67 4,51

Tegal/huma 1.698,28 22,23

Tanaman kayu-kayuan 2.618,47 34,28 Hutan rakyat dan perkebunan 685,58 8,98

Hutan negara 299,50 3,57

Lainnya 783,90 10,63

JUMLAH 6.430,40 84,2

Sumber : Kecamatan Pacitan dalam Angka tahun 2009

(50)

B. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di suatu daerah erat hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi penduduk di daerah tersebut. Berikut adalah data keadaan penduduk di daerah penelitian pada tahun 2008.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Penduduk Kecamatan Pacitan berjumlah 66.415 jiwa, yang terdiri dari 32.207 penduduk laki-laki dan 34.208 penduduk perempuan. Berdasarkan angka tersbut maka dapat dihitung sex ratio di Kecamatan Pacitan adalah:

15 orang penduduk laki-laki. Dengan demikina dapat dikatakan bahwa jumlah perempuan memang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Pembagaian pekerjaan dalam bidang pertanian lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki karena dianggap memiliki tenaga lebih besar. Peran perempuan juga penting karena perempuan diidentikkan dengan ketelitian yang lebih baik dibanding laki-laki. Sedangkan untuk kepadatan penduduk di Kecamatan Pacitan dibedakan menjadi dua macam yaitu, Kepadatan Penduduk Agraris dan Kepadatan Penduduk Goegrafis. Luas Kecamatan Pacitan kurang lebih 76,37 km2 sedangkan luas lahan pertaniannya 1.207,47 ha. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

(51)

dalam kawasan tersebut sebanyak 55 jiwa. Tempat tinggal penduduk di Kecamatan Pacitan tidak terlalu padat. Masih banyak terdapat lahan kosong seperti kebun dan pekarangan di sekitar rumah. Sementara itu sawah juga masih banyak dimiliki oleh penduduk sehingga dalam luasan satu km2 dengan jumlah penduduk 870 jiwa tidak terlalu padat.

2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Struktur penduduk menurut umur dapat digambarkan menurut jenjang yang berhubungan dengan kehidupan produktif manusia yaitu 0 – 14 tahun merupakan kelompok umur belum produktif, 15 – 64 tahun merupakan kelompok umur produktif, dan penduduk umur 65 tahun keatas adalah kelompok umur sudah tidak produktif. Mengenai kelompok penduduk menurut umur di Kecamatan Pacitan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Penduduk Kecamatan Pacitan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan

0-4 2.602 2.538

5-9 2.666 2.708

10-14 2.922 2.916

15-19 3.533 2.498

20-24 2.216 2.367

25-29 2.249 2.571

30-34 2.569 2.985

35-39 2.635 2.812

40-44 2.312 2.366

45-49 1.991 1.818

50-54 1.382 1.612

55-59 1.285 1.337

60-64 1.125 1.371

65-69 932 1.166

70-74 833 1.029

75+ 865 1.204

Jumlah 32.117 34.298

Sumber : Kecamatan Pacitan dalam Angka tahun 2009

(52)

produktif adalah 11.275 orang dan penduduk usia produktif adalah 19.810 orang. Perhitungan ABT adalah:

%

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Guna mencukupi kebutuhan hidup, masyarakat Kecamatan Pacitan berusaha dengan bekerja di berbagai sektor. Sektor yang dominan di kecamatan ini adalah pertanian. Berikut adalah gambaran penduduk menurut mata pencaharian:

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Pacitan

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1. Pertanian 10.500 30,85

Sumber : Kecamatan Pacitan dalam Angka tahun 2009

(53)

kecil berturut-turut yaitu jasa sebesar 29,25%, perdagangan sebesar 15,19%, sektor lain sebesar 14,71% angkutan sebesar 2,73%, industri pengolahan sebesar 2,29%, pertanian lain sebesar 1,92%, perikanan sebesar 1,8%, peternakan sebesar 1,08% dan perkebunan sebesar 0,19%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih memegang peranan utama bagi masyarakat untuk menggantungkan hidupnya.

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk menunjukkan kualitas seseorang. Apabila diketahui tingkat pendidikan penduduk maka dapat diketahui kemampuan penduduk dalam menyerap berbagai pengetahuan. Hal ini dapat juga dugunakan untuk mengetahui potensi penduduk secara umum. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Pacitan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pacitan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

1. Tidak/belum sekolah 3.986 6,46

2. Belum tamat SD 7.442 12,06

3. Tidak Tamat SD 2.394 3,88

4. SD 20.978 34,00

5. SMP 13.274 21,51

6. SMA 10.884 17,64

7. Akademi/Perguruan Tinggi

3.986 4,45

Jumlah 61.707 100,00

Sumber : Kecamatan Pacitan dalam Angka tahun 2009

(54)

oleh keadaan ekonomi responden yang kurang mampu atau kurangnya kesadaran untuk bersekolah. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan biasanya pola berpikir juga akan semakin maju.

C. Keadaan Pertanian

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam penyediaan bahan pangan. Keadaan pertanian di suatu wilayah akan berjalan lebih baik apabila didukung dengan teknologi yang mendukung, lahan potensial dan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing. Kecamatan Pacitan memiliki potensi pada sektor pertanian karena sebagian besar penduduknya berkonsentrasi pada sektor ini. Hal ini akan berjalan lebih baik lagi jika masyarakat petani di Kecamatan Pacitan mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki dalam berusahatani.

Tanaman pangan merupakan tanaman utama yang kebanyakan dibudidayakan oleh petani di suatu wilayah dan berfungsi sebagai sumber makanan pokok bagi penduduk di wilayah tersebut. Luas areal panen dan produksi tanaman pangan suatu wilayah dapat menggambarkan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut serta kemampuannya dalam menghasilkan makanan pokok bagi penduduk di wilayah tersebut. Berikut adalah gambaran luas areal panen dan produksi tanaman pangan di Kecamatan Pacitan:

Tabel 4.5 Luas Areal Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Pacitan No. Jenis Komoditi Luas Panen (ha) Produksi (ku) Rata-rata (ku/ha)

1. Padi 1.475 85.674 58,08

2. Jagung 227 7.392 32,56

3. Ubi Kayu 1.443 260.285 180,38

4. Ubi Jalar 27 2.733 101,21

5. Kacang Tanah 241 2.730 11,33

6. Kedelai 318 3.580 11,26

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka pikir hubungan kepemimpinan ketua kelompok tani
Tabel 2.2 Pengukuran Variabel Efektivitas Kelompok Tani
Tabel 3.1 Jumlah Kelompok Tani Kabupaten Pacitan Tahun 2009
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Kecamatan Pacitan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menjamin kualitas farmasetik, sediaan yang dibuat harus memenuhi beberapa parameter fisik yang meliputi daya sebar, viskositas, dan daya lekat Uji sifat fisik repelan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa anti nyamuk elektrik yang dibuat dari ekstrak kulit buah langsat dengan beberapa konsentrasi ternyata mampu

Setelah dilakukan simulasi untuk optimasi penempatan SVC dan TCSC pada sistem Jawa-Bali 500 kV didapatkan perbandingan tegangan tiap bus pada sistem sebelum

Berdasarkan data yang diperoleh dari website Wikipedia.com yang memuat artikel tentang Kota Tangerang, Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi

Target harga saham BORN untuk jangka panjang setahun ke depan diperkirakan bisa mencapai Rp.1700-Rp.1800 dengan asumsi pertumbuhan laba bersih sekitar 41% dan PE rasio 13x-14x.

1. Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terpusat daripada indsutri di mana mereka menjual. Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada

Kombinasi kedua tipe truss tersebut akan menghasilkan sebuah truss yang lebih efektif dalam pendistribusian gaya yang bekerja, serta memperkecil gaya tekan yang terjadi