Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 1
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN
KERANGKA PENDANAAN
3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
Pembangunan perekonomian Kabupaten Ciamis Tahun 2014- 2019 sebagaimana
diamanatkan dalam RPJPD Kabupaten Ciamis pada pelaksanaan RPJMD Tahap Ketiga
diprioritaskan pada penguatan dan merintis pemantapan peningkatan produksi daerah
melalui pemantapan komoditi unggulan daerah yang mempunyai daya saing regional dan
nasional, penguatan iklim berusaha dan investasi : penguatan promosi, kualitas dan kuantitas
sarana prasarana pendukung investasi, serta penguatan daya saing kelompok ekonomi
produktif dan koperasi yang ditandai dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi (LPE)
berkualitas, tinggi dan meratanya PDRB perkapita, semakin menguatnya kemampuan daya
beli masyarakat, dan meningkatnya jumlah investasi.
Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Ciamis tahun 2013
(kondisi masih termasuk Kabupaten Pangandaran), dengan memperhatikan kondisi ekonomi
nasional dan global, maka arah pembangunan perekonomian Kabupaten Ciamismasih
diprioritaskan pada beberapa sektor yang dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB
yaitu sektor Pertanian, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Jasa-jasa.
Ketiga sektor ini memberi kontribusi sebesar 74,16%, dengan demikian apabila fokus
pembangunan diarahkan pada ketiga sektor tersebut, maka akan berdampak secara
signifikan terhadap peningkatan kinerja perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan
kondisi setelah terbentuknya Kabupaten Pangandaran, maka sektor dominan masih tetap
pada ketiga sektor tersebut. Sektor-sektor lain yang memiliki prospek yang baik dimasa
datang yaitu sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Industri Pengolahan.
Sementara itu, sektor lainnya diarahkan untuk menjadi pendukung. Kebijakan pembangunan
ekonomi pada masing-masing sektor dapat diarahkan antara lain pada :
1. Sektor Pertanian : penguatan penataan agribisnis yang difokuskan pada peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi melalui intensifikasi tanaman dan ternak yang berbasis
wilayah/kawasan, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian melalui penguatan
infrastruktur pendukung, penguatan pengembangan sumberdaya manusia, penguatan
pengembangan usaha bidang pertanian, penerapan teknologi produksi pertanian
(pertanian pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan),
peningkatan ketahanan pangan, pembinaan industri hasil pertanian, peningkatan mutu
dan standarisasi produk, fasilitasi sertifikasi komoditi unggulan, pencegahan dan
penanggulangan hama/penyakit, konservasi lahan, diversifikasi usaha, pengolahan hasil
dan peningkatan nilai tambah di tingkat petani, fasilitasi pemasaran produk/pasca panen
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 2 kemandirian pangan.
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Arah pembangunan perdagangan yaitu
revitalisasi dan pengembangan prasarana perdagangan (salah satunya penataan pasar
tradisional), pembinaan pelaku usaha perdagangan, serta pengembangan pasar modern
untuk mendukung pemasaran produk unggulan daerah. Sedangkan pengembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi diupayakan pada fasilitasi pembinaan
manjemen kelembagaan.Dalam rangka mendukung pengembangan industri dan
perdagangan dilaksanakan melalui peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan
antar daerah dan wilayah, peningkatan promosi investasi, peningkatan kualitas sumber
daya manusia pelaku industri kecil, peningkatan kualitas produk unggulan daerah yang
dapat memenuhi standar dan kompetitif baik untuk pasar lokal maupun ekspor,
penyediaan bahan baku lokal, penguasaan teknologi, optimalisasi sistem tata niaga,
pengendalian kenaikan harga-harga yang menurunkan daya beli masyarakat, mengurangi
ketergantungan sektor industri, perdagangan dan UMKM terhadap bahan baku penolong
dan jasa dari luar daerah, optimalisasi peranan pelaku industri, perdagangan, koperasi &
UMKM dalam sektor perekonomian daerah, dan fasilitasi permodalan usaha (peningkatan
akses permodalan) dan lembaga penjaminan kredit. Dalam sub sektor pariwisata (hotel
dan restoran) diarahkan untuk meningkatkan promosi wisata, serta penguatan jejaring
kepariwisataan, optimalisasi peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan,
menciptakan Obyek dan Daya Tarik Wisata yang sesuai dengan standar produk wisata
serta menciptakan varian wisata baru yang kompetitif sesuai dengan tuntutan pasar.
3. Sektor Jasa-jasa : mengoptimalkan belanja pemerintah termasuk belanja aparat desa,
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi peningkatan layanan pendidikan
bagi siswa, kesejahteraan guru, penyediaan layanan kesehatan meliputi peningkatan
layanan Rumah Sakit (pemerintah maupun swasta) dan Puskesmas, peningkatan
peralatan medis, peningkatan jumlah dokter; peningkatan pelayanan jasa hiburan dan
rekreasi; fasilitasi usaha jasa perorangan dan rumah tangga; serta peningkatan layanan
palang merah, panti asuhan, rumah ibadat, dan sejenisnya.
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 dan 2013
Kondisi ekonomi daerah menggambarkan kondisi dan analisis data statistik
perekonomian daerah, yang antara lain mencakup : Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), tingkat inflasi, sumbangan sektoral, dan indikator pembangunan daerah bidang
ekonomi lainnya yang tersedia di daerah, baik pada tahun 2012 dan 2013. Secara garis
besar, kondisi ekonomi makro tahun 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut :
Secara umum kinerja perekonomian dilihat dari pertumbuhan ekonomi di kabupaten
Ciamis mengalami pertumbuhan positif, dimana pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten
Ciamis mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,01%, jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya mengalami kenaikandimana pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 3 dimana pada tahun 2011 sebesar 5,11%, dan tahun 2010 sebesar 5,07%. Capaian Laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Ciamis tersebut, masih berada di bawah rata-rata
LPE Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 6,06% pada tahun 2013, sebesar 6,21% pada tahun
2012, dan sebesar 6,48% pada tahun 2011. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dan
perbandingannya dengan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dengan Provinsi Jawa Barat dan Nasional Tahun 2010 - 2013 (Persen)
KABUPATEN/PROVINSI Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Kabupaten Ciamis (%) 5,07 5,11 4,99 5,09 5,02
Provinsi Jawa Barat (%) 6,10 6,48 6,21 6,06 5,07
Sumber : BPS Kabupaten Ciamis
Total angka Produksi Domestik Regional Bruto meningkat dari tahun ke tahun,
dengan laju pertumbuhan positif.Hal ini mencerminkan bahwa kegiatan ekonomi produksi
secara umum senantiasa meningkat. Capaian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten
Ciamis Tahun 2013 meningkat sebesar 3,066 Trilyun Rupiah dibanding tahun 2012,
peningkatannya lebih besar dibanding capaian tahun 2012 yang meningkat sebesar 1,835
Trilyun Rupiah dibanding tahun 2011.
Pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan sebesar
0,2% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai LPE sebesar 4,99%. Kemudian pada tahun
2013, sektor pertanian memberikan berkontribusi paling besar terhadap perekonomian
Kabupaten Ciamis yaitu berkontribusi sebesar 28,36% dengan percepatan laju pertumbuhan
sektor pertanian dari 0,29% pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 0,67% pada tahun
2013.
Dilihat dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Listrik,
Gas dan Air Bersih sebesar 9,27%, kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar 7,82%, dan sektor Jasa-jasasebesar 7,41%. Sektor Pertanian, sektor Pertambangan
dan Penggalian,sektor Bangunan serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai
pertumbuhan positif namun masih di bawah rata-rata LPE Kabupaten Ciamis, masing-masing
sebesar 0,67%; 2,03%; 2,15%; dan 3,46. Semua sektor mengalami pertumbuhan positif.
Beberapa hasil positif yang telah dicapai pada pembangunan skala nasional antara
lain pulihnya stabilitas sistem keuangan, menguatnya nilai tukar rupiah, rendahnya tingkat
inflasi, dan cukup tingginya pertumbuhan ekonomi; telah memupuk optimisme dalam
perencanaan pembangunan di Jawa Barat. Namun demikian, asumsi yang ditetapkan pada
saat itu tidak semuanya berjalan sesuai rencana sehingga proyeksi yang ditetapkan oleh
Provinsi Jawa Barat dirasakan terlalu tinggi sehingga dilakukan penyesuaian dengan kondisi
dan perkembangan yang terjadi di Kabupaten Ciamis.
Berikut ini disajikan data proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 4 Tabel 3.2
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013 Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2011-2013
2011 2012 2013***)
Sektor Primer 5.848.923,07 30,23 6.167.949,73 29,12 6.947.162,32 28,65
1 Pertanian 5.789.464,97 29,93 6.104.565,21 28,82 6.875.873,78 28,36 2 Pertambangan dan
Penggalian 59.458,11 0,31 63.384,52 0,30 71.288,54 0,29
Sektor Sekunder 2.028.224,09 10,48 2.265.968,03 10,70 2.491.332,67 10,28
3 Industri Pengolahan 1.311.238,76 6,78 1.481.504,93 6,99 1.651.547,16 6,81 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 140.371,83 0,73 162.720,12 0,77 175.230,20 0,72 5 Bangunan 576.613,50 2,98 621.742,98 2,94 664.555,31 2,74
Sektor Tersier 11.467.809,22 59,28 12.746.091,60 60,18 14.808.033,43 61,07
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 5.186.933,06 26,81 5.786.263,83 27,32 6.657.779,26 6,81
7 Pengangkutan dan
Komunikasi 1.853.494,04 9,58 1.974.171,99 9,32 2.277.862,07 0,72
8 Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 1.090.072,08 5,63 1.222.608,51 5,77 1.425.048,94 2,74
9 Jasa-jasa 3.337.310,04 17,25 3.763.047,27 17,77 4.447.343,16 6,81
Produk Domestik
Regional Bruto 19.344.956,38 100,00 21.180.009,36 100,00 24.246.528,42 100,00
Keterangan :***) BPS, Tahun 2014 (angka sangat-sangat sementara)
Tabel 3.3
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha PDRB (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-20123
2011 2012 2013***)
Sektor Primer 2.275.126,72 29,13 2.282.076,26 27,83 2.297.663,79 26,69
1 Pertanian 2.250.368,47 28,82 2.256.817,33 27,52 2.271.891,00 26,39 2 Pertambangan dan
Penggalian 24.758,26 0,32 25.258,93 0,31 25.772,79 0,30
Sektor Sekunder 1.025.819,76 13,14 1.094.258,45 13,35 1.150.373,61 13,36
3 Industri Pengolahan 564.922,41 7,23 612.272,42 7,47 653.758,09 7,59 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 54.631,74 0,70 59.853,66 0,73 65.402,95 0,76 5 Bangunan 406.265,60 5,20 422.132,37 5,15 431.212,57 5,01
Sektor Tersier 4.508.216,46 57,73 4.822.890,63 58,82 5.162.109,30 59,95
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 2.116.439,83 27,10 2.281.183,17 27,82 2.459.633,57 28,57
7 Pengangkutan dan
Komunikasi 634.148,26 8,12 656.003,31 8,00 678.669,70 7,88
8 Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 435.447,95 5,58 466.014,16 5,68 498.852,59 5,79
9 Jasa-jasa 1.322.180,42 16,93 1.419.689,99 17,31 1.524.953,44 17,71
Produk Domestik
Regional Bruto 7.809.162,94 100,00 8.199.225,34 100,00 8.610.146,70 100,00
Keterangan :***)
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 5 Tabel 3.4
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013, Menurut Lapangan Usaha (Persen)
LAPANGAN USAHA TAHUN
2011 2012 2013
1 Pertanian 1,97 0,29 0,67
2 Pertambangan dan Penggalian 2,06 2,02 2,03 3 Industri Pengolahan 6,69 8,38 6,78 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9,36 9,56 9,27
5 Bangunan 3,00 3,91 2,15
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,39 7,78 7,82 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,84 3,45 3,46 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,83 7,02 7,05
9 Jasa-jasa 6,99 7,37 7,41
PDRB 5,11 4,99 5,01
Kinerja perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2013 yang tergambarkan dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah
sebesar Rp 8,61 Trilyun dari tahun 2012 yang sebesar Rp 8,199 Trilyun. Pada tahun 2013,
nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tersebut mengalami pertumbuhan sebesar
5,01% menjadi Rp 8,61 trilyun. Apabila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis
digunakan sebagai dasar dalam evaluasi kinerja sektor ekonomi, maka kinerja
sektor-sektor pada tahun 2013 dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata
LPE Kabupaten Ciamis (>5,01%), terdiri dari Listrik, Gas dan Air Bersih (9,27%); sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,82%); Jasa-jasa (7,41%); Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan (7,05%); sertaIndustri Pengolahan (6,78%).
2. Kelompok kedua adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun
masih di bawah rata-rata LPE Kabupaten Ciamis (<5,01%), terdiri dari Pengangkutan dan
Komunikasi (3,46%);Bangunan (2,15%);Pertambangan dan Penggalian (2,03%); serta
Pertanian (0,67%).
3. Kelompok ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif. Tidak ada sektor
yang masuk ke dalam kelompok ini.
Sektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih; kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; kemudian sektor Jasa-jasa. Nilai
PDRB ketiga sektor tersebut, atas dasar harga berlaku masing-masing sebesar Rp. 6,875
Trilyun (Pertanian), Rp. 6,657 Trilyun (PHR) dan Rp. 4,447 Trilyun (Jasa-jasa), sedangkan
atas dasar harga konstan, nilai PDRB sektor Pertanian sebesar Rp 2,271 Trilyun, sektor
Perdagangan Hotel & Restoran Rp 2,459 Trilyun dan sektor Jasa-jasa sebesar Rp 1,524
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 6 Berdasarkan pengelompokan kegiatan ekonomi yang dibedakan ke dalam sektor
primer, sektor sekunder dan sektor tersier, kinerja masing-masing sektor atas dasar harga
berlaku pada tahun 2011 – 2013, masih didominasi oleh sektor tersier, primer, dan yang terakhir sekunder. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) dari sektor tersier pada tahun 2013
mencapai Rp. 14,808 Trilyun atau meningkat 0,89 persen dibandingkan tahun 2012 yang
mencapai Rp.12,746 Trilyun. Sektor primer ada tahun 2011 mengalami pergeseran ke
sektor/lapangan usaha lain sebesar 1,11 persen yaitu dari kontribusi sebesar 30,23% pada
tahun 2011 menjadi sebesar 29,12% pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 mengalami
penurunan atau bergeser ke sektor/lapangan usaha lain sebesar 0,47%menjadi sebesar
28,65%. Kelompok sekunder mengalami penurunan atau bergeser ke sektor/lapangan
usaha lain sebesar 0,42 persen atau dari Rp. 2,265 Trilyun (10,70%) pada tahun 2012
menjadi Rp. 2,491 Trilyun (10,28%) pada Tahun 2013.
Tingkat kemakmuran masyarakat secara makro yang digambarkan dengan indikator
pendapatan perkapita. PDRB perkapita Kabupaten Ciamis terus mengalami peningkatan
selama periode tahun 2012-2013. Tahun 2012, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku
mencapai Rp.13,55 juta, dan pada tahun 2013 sebesar Rp.15,47 juta. Sementara itu, PDRB
per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 meningkat dari Rp 5.25 juta pada tahun
2012 menjadi Rp 5,49 juta pada tahun 2013.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 cukup memuaskan dan PDRB perkapita yang terus
meningkat, dengan kondisi ekonomi yang lebih baik. Ketimpangan pendapatan sedikit
berkurang yang tercermin dalam Indeks Gini(IG) pada tahun 2012 mencapai 0,27,
dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 0,29.
Ketimpangan wilayah yang tercermin dari perbedaan nilai PDRB antar kecamatan di
Kabupaten Ciamis, dimana Kecamatan Ciamis dan Kecamatan Banjarsari merupakan
wilayah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Ciamis. Dalam dua
tahun terakhir nilai PDRB di dua kecamatan tersebut diatas 1 trilyun rupiah (atas dasar harga
berlaku). Sedangkan Kecamatan Lumbung, Sukamantri dan Cimaragas memilki PDRB
dibawah 250 milyar rupiah (atas dasar harga berlaku).
Struktur perekonomian suatu kecamatan sangat ditentukan olehbesarnya peranan
sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang danjasa. Sektor pertanian merupakan
sektor yangmasih memegang peranan penting dalam pembentukan PDRB diKabupaten
Ciamis, hal ini karena sebagian besar kecamatan di KabupatenCiamis peranan sektor
Pertanian cukup dominan.
Berdasarkan hasil survey BPS, pada tahun 2012sektor Pertanian memberikan
kontribusi diatas 30% pada 20 kecamatan (55,6%) dari 36 kecamatan yang berada di wilayah
Kabupaten Ciamis (termasuk Kabupaten Pangandaran). Hal ini menunjukkan bahwa
perekonomian di 20 kecamatan tersebut masih sangat tergantung pada sektor pertanian,
yaitu Kecamatan Mangunjaya,Banjarsari, Padaherang, Cipaku, Rajadesa, Panawangan,
Langkaplancar, Cimerak, Cihaurbeuti, Sukadana, Parigi, Pamarican, Cisaga, Lakbok,
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 7 Secara umum, pada tahun 2013 inflasi di Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam
tingkat inflasi ringan atau inflasi merayap (creeping inflation) adalah inflasi kurang dari 10%
per tahun. Pada masa ini inflasi masih wajar dan belum mengganggu perekonomian secara
menyeluruh, bahkan inflasi tahap ini diyakini mampu mendorong peningkatan pendapatan
nasional.
Tingkat inflasi Kabupaten Ciamis tahun 2013mencapai 7,21% dengan 9 kali inflasi
bulanan dan tiga kali deflasi dan mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 sebesar
4,31%, dan berada di bawah tingkat inflasi Provinsi Jawa Barat tahun 2013 yaitu sebesar
9,15% .
Pada tahun 2013 terjadi inflasi selama 9 bulan, sedangkan deflasi hanya terjadi
selama bulan yaitu pada bulan April, September dan November. Inflasi tertinggi pada bulan
Juli yaitu sebesar 3,72 persen sedangkan deflasi tertinggi yaitu pada bulan April yaitu
sebesar 0,25 persen.Pada awal tahun yaitu pada Januari 2013 terjadi inflasi sebesar 0,83
persen. Kenaikan harga ini disumbang oleh kelompok Bahan Makanan dengan andil inflasi
tertinggi sebesar 0,6193 persen, sedangkan kelompok yang memberikan andil deflasi adalah
kelompok Sandang sebesar 0,0399 persen. Bulan Februari terjadi inflasi sebesar 0,91 persen
dengan kelompok yang memberikan andil inflasi tertinggi adalah kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,3137 persen. Pada bulan Maret terjadi inflasi sebesar
0,44 persen dengan Kelompok Bahan Makanan sebagai penyumbang tertinggi terjadinya
inflasi yaitu sebesar 0,25 persen, kelompok bahan makanan deflasi sebesar 0,2191 persen.
Pada bulan April 2013 terjadi deflasi sebesar 0,25 persen, dengan kelompok yang
memberikan andil deflasi adalah kempok makanan sebesar 0,2156 persen. Bulan Mei
sampai dengan Agustus terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen pada bulan Mei,
sebesar 0,84 persen pada bulan Juni, sebesar 3,72 persen pada bulan Juli dan sebesar 0,36
persen pada bulan Agustus. Inflasi pada bulan Juli sangat tinggi bahkan hampir tidak
diperkirakan sebelumnya sebagai akibat dari naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
memberikan dampak melambungnya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat.
Pada bulan September kembali terjadi deflasi sebesar 0.03 persen. Kelompok
penyumbang terjadinya deflasi pada bulan ini adalah kelompok bahan makanan sebesar
0,2919 persen, sedangkan kelompok yang memberikan andil inflasi adalah kelompok
sandang sebesar 0,2130 persen. Pada bulan Oktober terjadi inflasi sebesar 0,11 persen,
bulan November terjadi deflasi sebesar 0,09 persen dan bulan Desember terjadi inflasi
sebesar 0,16 persen.
Fluktuasi kenaikan harga komoditas bahan kebutuhan pokok khususnya beras relatif
sering terjadi sepanjang tahun 2013. Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan daya beli
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga tingkat kesejahteraan
masyarakat akan semakin menurun. Oleh karena itu, diperlukan kontrol terhadap perubahan
harga komoditas bahan kebutuhan pokok agar lebih mudah mendeteksi kelangkaan pasokan
dan dipersiapkan langkah dan strategi untuk mengatasinya agar masyarakat dapat terpenuhi.
Gambaran kondisi sosial masyarakat Kabupaten Ciamis dapat dilihat diantaranya
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 8 (BPS) Kabupaten Ciamis, dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sekitar dua
pertiga penduduk Kabupaten Ciamis termasuk dalam angkatan kerja. Pasar tenaga kerja
Kabupaten Ciamis juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat
dilihat pada tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya mencapai
lebih dari 65,18 persen pada tahun 2012. Menurut struktur umurnya, penduduk Kabupaten
Ciamis tahun 2012 didominasi oleh kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebanyak
1.018.746 orang (65,18%), sisanya kelompok usia muda (0-14 tahun) sebanyak 415.597
orang (26,72%) dan usia tua (75 tahun keatas ) sebanyak 126.540 orang (8,10%).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Ciamis Tahun 2012 mengalami
penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2011, yaitu sebesar 8,44 pada Tahun 2011
menjadi sebesar 5,28 pada Tahun 2012 walaupun jumlah angkatan kerja mengalami
kenaikan dari Tahun 2011 sebesar 711.501 orang menjadi 790.395 orang. Penurunan tingkat
pengangguran ini ditunjang dengan tingkat kesempatan kerja yang menunjukkan
peningkatan dari sebesar 91,56 pada Tahun 2011 menjadi sebesar 94,72 pada Tahun 2012.
Meningkatnya aktivitas perekonomian pada beberapa sektor perekonomian, mendorong
penyerapan tenaga kerja yang besar terutama sektor perdagangan hotel dan restoran.
Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ciamis terus mengalami peningkatan. UMK
Kabupaten Ciamis meningkat dari Rp 741.800 pada tahun 2011 menjadi Rp. 854.075 pada
tahun 2012.
Tabel 3.5
Indikator Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Kabupaten Ciamis Tahun 2012-2013
No. Indikator Tahun 2012 Tahun 2013
1 Penduduk Miskin
Jumlah (orang) 148.600 147.292
Persentase (%) 9,61 9,4
2 Indikator Ketenagakerjaan
Angkatan Kerja (orang) 790.395 785.000
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,28 5,2
Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 94,72 94,8
Upah Minimum Kabupaten (Rupiah) 793.750 854.875
3 Garis Kemiskinan (Rupiah/kapita) 260.985 274.000
Sumber: BPS Kab. Ciamis, 2014
Ukuran kemiskinan yang digunakan untuk memberikan gambaran tingkat
kemiskinan di Kabupaten Ciamis untuk mengukur kemajuan pengembangan wilayah
menggunakan angka kemiskinan agregat, atau yang sering disebut angka kemiskinan makro.
Perhitungan kemiskinan yang digunakan adalah pendekatan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Garis Kemiskinan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung mengalami
kenaikan seiring dengan kenaikan konsumsi rumah tangga. Angka Garis Kemiskinan tahun
2013 sebesar Rp.274.000,- per kapita/bulan, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun
2012 sebesar Rp.260.985,- per kapita/bulan. Tidak hanya faktor meningkatnya konsumsi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 9 naiknya angka garis kemiskinan tiap tahunnya. Jika tidak diiringi dengan peningkatan
pendapatan penduduk akan memicu semakin lebarnya kesenjangan pendapatan penduduk
dengan garis kemiskinan, itu artinya jumlah penduduk terkategori miskin semakin meningkat.
Berbagai kebijakan telah disusun dalam upaya penanggulangan kemiskinan dalam
bentuk program penanggulangan kemiskinan dengan dukungan anggaran pusat, provinsi
maupun pemerintah daerah tentunya tercermin dari penurunan jumlah peduduk miskin.
Penduduk miskin pada tahun 2013 di Kabupaten Ciamis menurut perhitungan sementara
mencapai jumlah 147.292 jiwa atau 9,4%. Kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2012
yang mencapai 148.600 jiwa atau 9,61% atau turun sebesar 0,21%, sehingga masih banyak
upaya yang harus dilaksanakan untuk lebih menurunkan angka kemiskinan ini.
Gambaran perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Ciamis tahun 2011
sampai dengan tahun 2013, serta Proyeksi Tahun 2014 dan 2015 yang telah diuraikan
diatas, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.6
Perkembangan Indikator Makro Kabupaten Ciamis Tahun 2011 – 2013 dan Proyeksi 2014 – 2015
No Indikator Makro Satuan
Realisasi Proyeksi
Tahun2011 Tahun2012 Tahun2013 Tahun 2014 Tahun 2015
1 2 3 4 5 7 8 9
1. PDRB (Harga Berlaku) Juta Rupiah 19.344.956,377 21.180.009,364 24.246.528,42 19.602.339,48 21.793.428,79
2. PDRB (Harga Konstan) Juta Rupiah 7.809.162,935 8.199.225,336 8.610.146,70 6.561.645,30 6.893.129,21
3. Tingkat Pertumbuhan - Industri Pengolahan Juta Rupiah 1.311.238,76 1.481.504,93 1.651.547,16 1.592.397,78 1.817.653,18 - Listrik, Gas dan Air Bersih Juta Rupiah 140.371,83 162.720,12 175.230,20 159.936,67 189.048,64
dan Jasa Perusahaan Juta Rupiah 1.090.072,08 1.222.608,51 1.425.048,94 1.271.410,68 1.450.873,82 - Jasa-jasa Juta Rupiah 3.337.310,04 3.763.047,27 4.447.343,16 3.652.461,11 4.143.531,65
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 10 3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan
PerkiraanTahun 2015
Perkembangan perekonomian Kabupaten Ciamis baik secara langsung maupun
tidak langsung dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang berkembang saat ini dan yang
akan datang, baik pada prospek tataran global, nasional, lingkungan regional Jawa Barat,
dan lingkungan Kabupaten Ciamis sendiri.
Global dan Nasional
Pertumbuhan ekonomi global hanya akan meningkat dari 2,8 persen pada 2013
menjadi 3,1% pada tahun 2014. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perekonomian
dunia masih menghadapi banyak kendala struktural dan kendala kebijakan yang
menghambat investasi lebih banyak dan pertumbuhan produktivitas yang lebih
cepat.Perekonomian global masih diwarnai oleh ketidakpastian dan resiko yang masih cukup
tinggi terkait dengan proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju yang belum
menemukan titik terang serta berbagai krisis geopolitik yang terjadi di kawasan Timur
Tengah. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan meningkat dari 1,6 persen tahun 2013
menjadi 2,3 persen pada tahun 2014. Perekonomian Eropa akan lebih baik, keluar dari krisis,
tercermin pada LPE yang positif sebesar 0,8 persen, padahal pada tahun 2013 diperkirakan
terkontraksi sebesar 0,3 persen. Jepang tetap tumbuh stabil 0,8 persen.
Sementara itu di kawasan regional, pertumbuhan PDB di negara berkembang secara
keseluruhan diperkirakan akan turun sedikit sebesar 0,1 persen menjadi 4,6 persen pada
tahun 2014. Hal ini merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan China dari 7,5
persen pada 2013 menjadi 7 persen pada tahun 2014. Sementara itu, harga komoditas
global masih mengalami tren penurunan. Kondisi-kondisi tersebut diperkirakan akan
berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri.Untuk perekonomian nasional,
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat menjadi 5,3
persen pada tahun 2014, dari 5,6 persen pada tahun 2013. Sebagian besar dari perlambatan
tersebut didorong oleh pengurangan pengeluaran investasi yang tumbuh hanya 4,5 persen
pada kuartal ketiga, yang tercerminkan terutama dalam penurunan investasi mesin dan
peralatan. Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2014, di kisaran 5,8
persen sampai 6,1 persen.
Faktor-faktor yang bisa dikembangkan oleh Indonesia dalam menghadapi masa depan
diantaranya adanya bonus demografi. Sebanyak lebih dari 50% populasi Indonesia adalah
generasi muda usia produktif antara 14-54 tahun. Diperkirakan selama 20 tahun ke depan,
demografi tersebut akan bertahan dengan sebagian besar masyarakat berusia produktif.
Mereka akan menyumbang peningkatan kelas menengah dan tentu saja dapat
menggerakkan perekonomian dalam negeri.Sumber daya alam dan energi yang dimiliki di
Indonesia juga menjadi faktor yang dapat dikembangkan di masa depan. Seperti diketahui,
kekayaan energi baik fosil maupun energi terbarukan di Indonesia sangat besar potensinya.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 11 Indonesia juga ada pada kestabilan perekonomian secara makro. Di tengah krisis global
yang melanda AS dan Eropa, secara meyakinkan ekonomi makro Indonesia tetap tumbuh
bahkan diatas 6%. Hal tersebut menunjukkan adanya kebijakan makro ekonomi yang tepat.
Dari sisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), Indonesia terbukti lebih tahan
terhadap krisis ekonomi. Sebanyak 50% kontribusi pertumbuhan ekonomi disumbangkan
oleh UMKM dan 90% pengusaha Tanah Air merupakan UMKM. Saat ini, Indonesia termasuk
dalam GDP ekonomi terbesar dunia di urutan ke-16 dengan 45 juta kelas menengah.
Sebanyak 53% populasi di kotamenyumbangkan 71% GDP total dengan 55 juta tenaga kerja
terampil dari 118 juta tenaga kerja. Peluang pasar Indonesia saat ini mencapai US$0,5 triliun
per tahun.Pada 2030, Indonesia akan menjadi negara dengan GDP ekonomi terbesar ke-7
dunia dengan 135 juta kelas menengah. Populasi di kota juga akan meningkat menjadi 71%
dan menyumbangkan 86% GDP total. Nantinya diperkirakan sebanyak 113 juta tenaga kerja
terampil ada di Indonesia dengan peluang pasar mencapai US$1,8 triliun.
Jawa Barat
Memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian daerah, nasional maupun
global beberapa tahun sebelumnya serta proyeksi perkembangan ekonomi daerah, nasional,
dan internasional, secara makro pada tahun 2015-2016 prospek pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jawa Barat diprediksikan masih dalam kondisi yang cukup stabil meskipun
dihadapkan pada tantangan kondisi pemulihan perekonomian global yang penuh
ketidakpastian. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, indikator makro ekonomi Provinsi
Jawa Barat diproyeksikan sebagai berikut:
Tabel 3.7.
Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Jawa Barat Tahun 2015-2016
No. Indikator Proyeksi
2015 2016
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen) 6,2 – 6,8 6,3 – 6,9
2. Inflasi (persen) 6,3 – 7,3 4,5 – 5,5
3. Kemiskinan 6,8 – 5,9 5,9 – 5,0
4. Laju Pertumbuhan Investasi (persen) 5. Tingkat Pengangguran Terbuka
(persen)
8,0 - 7,5 7,5 – 7,0 Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian global dan nasional,
maka skenario laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diprediksikan akan tumbuh pada
kisaran sebesar 6,2 – 6,8 persen untuk tahun 2015 dan 6,3 – 6,9 persen pada tahun 2016 dan dengan inflasi pada kisaran 6,3 – 7,3 persen pada tahun 2015 dan 4,5 – 5,5 persen pada tahun 2016.Dari sisi tingkat kemiskinan, diprediksikan angka kemiskinan secara gradual akan
menurun. Pada tahun 2015, tingkat kemiskinan di Jawa Barat diperkirakan akan berada pada
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 12 yang menurun. Pada tahun 2015 TPT akan berada pada kisaran 8,0 – 7,5 persen dan tahun 2016 sekitar 7,5 – 7,0 persen.
Sisi permintaan, tekanan terhadap kinerja perekonomian diperkirakan dipengaruhi
oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara komponen lainnya seperti
konsumsi pemerintah, impor dan investasi menjaga kinerja perekonomian secara umum tetap
stabil. Konsumsi pemerintah yang lebih ekspansif, impor yang cenderung melambat serta
investasi yang stabil diperkirakan menjadi komponen-komponen yang membantu
mempertahankan kinerja perekonomian Jawa Barat yang tetap stabil. Resiko ketidakpastian
global dan perkiraan melambatnya konsumsi domestik pada tahun 2014 dan 2015 menjadi
landasan perkiraan melambatnya kinerja ekspor luar negeri maupun antar daerah.
Sementara itu investasi diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan meningkat yang
dilandasi oleh perkiraan investasi swasta relatif stabil sementara investasi pemerintah lebih
ekspansif. Investasi diperkirakan terus berlanjut di tahun 2014 dan 2015, terutama dalam
bentuk investasi non bangunan.
Ekspor diperkirakan tetap bertumbuh tinggi dengan kecenderungan melambat yang
dipengaruhi oleh kemungkinan konsumsi tahun 2014-2015 yang tertahan dan perkembangan
eksternal yang diliputi resiko ketidakpastian. Di sisi lain, perekonomian global yang masih
diliputi ketidakpastian dan resiko terkait lambatnya proses pemulihan ekonomi di sejumlah
negara maju dan krisis geopolitik di kawasan Timur Tengah serta menurunnya proyeksi
perekonomian China diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke
luar negeri.
Secara sektoral, sektor utama Jawa Barat seperti sektor industri pengolahan dan PHR
diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada tahun
2014-2015. Perkembangan nilai tukar Rupiah yang cenderung membaik terhadap dolar AS
diperkirakan berdampak terhadap kinerja perusahaan manufaktur dengan orientasi domestik
dan memiliki ketergantungan impor tinggi. Sebagian industri di Jawa Barat mengandalkan
bahan baku impor untuk produksinya, seperti sektor TPT dan komponen otomotif.
Tekanan inflasi pada tahun 2014 diperkirakan semakin mereda, kondisi ini seiring
dengan telah berakhirnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun demikian,
tekanan inflasi diperkirakan muncul dari berbagai pengaruh seperti kenaikan tarif listrik, faktor
cuaca yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian.
Adapun analisis SWOT untuk tantangan perekonomian Jawa Barat Tahun 2014-2016
yang dilakukan oleh Tim Ekonomi Makro Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan
a.
Jumlah penduduk dan tingginya kunjungan penduduk luar wilayah merupakan potensipasar
b.
Minat perusahaan yang akan melakukan investasi di Jabar tinggi (info BKPPMDJabar)
c.
Ekspektasi positif pelaku usaha dan konsumen positif terhadap perekonomian Jabar ke depan (survei BI)Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 13
e.
Infrastruktur meningkat (kualitas dan kuantitas)f. Kredit meningkat
2. Kelemahan
a.
Konflik dalam penetapan UMK yang mempengaruhi produksib.
Perubahan cuaca akan berdampak pada produksic.
Potensi dampak lanjutan perubahan harga-harga yang diatur pemerintah terhadap ongkos produksi dan volume produksid.
Adanya ketimpangan yang cukup besar pada PDRB antar Kabupaten/Kota di JawaBarat.
e. Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran walaupun ada kecenderungan
menurun tetapi pada beberapa tahun ke depan diperkirakan masih relative besar,
sehingga program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja harus
masih menjadi prioritas.
3. Peluang
a.
Mulai pulihnya permintaan ekspor Eropa dan Amerikab.
Ekspansi fiskal pemerintah pusat dan daerah berdampak positif terhadap sektorusaha
c. Stabilitas politik yang terjaga berdampak terhadap stabilitas ekonomi
4. Tantangan
a.
Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas hargab.
Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasic.
Peningkatan target indeks daya beli masyarakat Jawa Barat tahun 2014, sehingga perlu adanya upaya-upaya yang kongkrit untuk mencapai target tersebut.d.
tantangan perubahan iklim dan out break hama penyakit, dikhawatirkan produksi pangan Jawa Barat akan mengalami penurunan pada beberapa tahun ke depan.Perlu adanya upaya peningkatan produksi pangan melalui perbaikan system
perbenihan, intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitas sarana produksi.
e.
Kelangkaan energi pada beberapa tahun mendatang diperkirakan akan semakinterasa, sehingga untuk antisipasinya perlu ada upaya peningkatan eksplorasi dan
pengembangan sumber energy alternative.
f.
Terjadinya penurunan daya saing beberapa produk andalan Jawa Barat di PasarGlobal seperti tekstil dan lain-lain, perlu ada upaya peningkatan daya saing produk
Jawa Barat.
g.
Di bidang tekhnologi, peran Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan masih relative rendah,sehingga perlu adanya upaya peningkatan peran Perguruan Tinggi dan Lembaga
Penilitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan Jawa
Barat.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 14 j. Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan pedesaan.
Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Jawa Barat mempunyai
potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek
dalam menghadapi tantangan tersebut. Prospek perekonomian Jawa Barat adalah:
1. Internal
a. Bidang Pertanian/pangan
Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang
cukup banyak, serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Waduk
Jatigede
b. Bidang Industri
Jawa Barat memiliki industri yang banyak baik skala besar, menengah, kecil dan
mikro
c. Bidang Energi
Jawa Barat memiliki sumber daya alam sumber energy alternative yang cukup
banyak, baik dari bahan tambang maupun komoditas pertanian.
d. Bidang Teknologi
Jawa Barat memiliki Perguruan tinggi ternama dan lembaga litbang departemen
maupun non departemen yang cukup banyak.
2. Eksternal
a. Kelangkaan pangan di tingkat global dan nasional
Merupakan peluang bagi pertanian Jawa Barat dalam pemasaran produk pertanian
dan olahannya.
b. Pergeseran kekuatan ekonomi ke Asia
Jawa Barat sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia mempunyai peluang dalam peningkatan sektor industri. Pada tanggal 14 Januari 2010 Atase Perekonomian China (mewakili Pusat Perdagangan Luar Negeri China) melakukan pertemuan bisnis dengan Kamar
Dagang dan Industri Jabar. Cina merencanakan akan membuka pabrik tekstil di
Jawa Barat sebagai bentuk investasi Cina di bidang manufaktur di Indonesia
c. Kesiapan Jawa Barat menghadapi Asean Economic Community (AEC) pada tahun
2015.
Jawa Barat memiliki penduduk dan tenaga kerja yang banyak, harus dipersiapkan
peningkatan daya saingnya (skill, dll), supaya berkontribusi dominan terhadap
lapangan kerja AEC.
Program Jabar mengembara pada tahun 2013 harus mampu mempersiapkan tenaga
Jawa Barat dalam kancah AEC.
d. MP3EI
Dukungan untuk MP3EI untuk jangka pendek berupa kebijakan Jawa Barat dalam
penciptaan iklim usaha yang lebih baik, diharapkan akan meningkatkan kinerja
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 15 Tahun 2015 merupakan tahapan ke-2 pada rangkaian pembangunan jangka
menengah tahun 2013-2018. Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian saat ini
serta tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat ke depan, maka pada tahun 2015
diperlukan kerangka perekonomian Jawa Barat sebagai berikut:
1. Perlu mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota yang relatif rendah dengan
memacu sektor unggulan masing-masing kabupaten/kota tersebut.
2. Pengendalian jumlah penduduk, penyediaan lapangan kerja dan penurunan angka
kemiskinan, serta peningkatan daya beli masih tetap menjadi prioritas pada
pembangunan Jawa Barat tahun 2015.
3. Regulasi perizinan yang pro bisnis (perijinan kondusif) dan membenahi permasalahan
yang menghambat laju investasi dan daya saing produk.
4. Peningkatan penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing daerah dan ekonomi
kreatif.
5. Peningkatan produk pangan melalui perbaikan sistem perbenahan intensifikasi, proteksi,
pengolahan hasil, fasilitasi sarana produksi, perbaikan infrastruktur pertanian (irigasi dan
jalan).
6. Peningkatan ekplorasi dan pengembangan sumber energi alternatif.
7. Peningkatan peran swasta, yang salah satunya peningkatan CSR (peningkatan
pendanaan kontribusi dana CSR dan peningkatan sinegritas pembangunan).
8. Peningkatan daya saing tenaga kerja Jawa Barat dalam rangka diberlakukannya Asean
Economic Community tahun 2015 (untuk memanfaatkan potensi jumlah tenaga kerja
Jawa barat dan peluang pasar tenaga kerja dan usaha).
Sejalan dengan membaiknya perekonomian global, nasional dan regional Jawa Barat
sedikit banyak berdampak pula pada pemulihan perekonomian Kabupaten Ciamis dengan
karakteristik pada sisi produksi didominasi oleh sektor pertanian; Perdagangan, Hotel dan
Restoran; dan Jasa-jasa. Berdasarkan data selama sepuluh tahun terakhir, sektor-sektor ini
yang masih akan berpengaruh besar terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Ciamis. Namun demikian laju pertumbuhan sektor pertanian sangat lambat dibandingkan
dengan sektor lainnya, sedangkan sektor Industri Pengolahan menunjukan peningkatan laju
pertumbuhan yang semakin baik. Berdasarkan data historis dari tahun 2001 sampai tahun
2013 serta memperhatikan berbagai fenomena global maupun nasional, perekonomian
Ciamis pada tahun 2014setelah terbentunya Kabupaten Pangandaran diproyeksikan akan
meningkat menjadi 5,05%; dan pada tahun 2015 akan tetap sebesar 5,05%.
Kekhawatiran dampak ACFTA dan AEC pada tahun 2015 sebaiknya tidak dianggap
sebagai sebuah ancaman, namun sebagai peluang bagi industri di kabupaten Ciamis untuk
lebih meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar. Sehingga untuk menghadapi
dunia usaha yang kompetitif, maka sinergitas antara pelaku usaha, pemerintah daerah,
pemerintah pusat, serta instansi terkait perlu terus ditingkatkan. Permasalahan yang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 16 penyederhanaan proses perizinan, meningkatkan berbagai aktivitas promosi produksi dan
investasi di Kabupaten Ciamis.
Begitupun halnya dengan prioritas pembangunan di dalam dokumen rencana
pembangunan jangka panjang Kabupaten Ciamis. Pertama, pengembangan sarana dan
prasarana pendukung investasi dapat menunjang kegiatan investasi baik oleh pelaku
ekonomi lokal maupuan dari luar. Pengembangan tersebut berpotensi besar untuk menarik
investor dalam mengembangkan usahanya di Kabupaten Ciamis. Sarana dan prasarana
pendukung investasi yang memadai dapat mengurangi tekanan biaya transaksi bagi seluruh
pelaku usaha termasuk investor, sehingga memberikan keadaan ekonomi yang dapat
menunjang profitabilitas usahanya. Kedua, penataan agribisnis dapat mengungkit salah satu
masalah pada sektor pertanian. Khususnya, pada sektor hilir, penataan agribisnis dapat
memperluas informasi permintaan pasar produk pertanian primer, dan lebih dari itu dapat
mempertajam sinyal pasar bagi petani dan pelaku usaha yang menjadi rantai berikutnya.
Ketiga, profesionalisme manajemen pariwisata berpotensi untuk menambah arus masuk
wisatawan ke Kabupaten Ciamis. Implikasinya, kegiatan ekonomi
perdagangan-hotel-restoran akan turut terungkit, dan sektor tersebut memiliki potensi besar untuk berkembang.
Bahkan rencana tersebut akan paralel dengan potensi pengembangan investasi. Sektor
pariwisata menjadi alternatif investasi bagi calon investor. Keempat, pengembangan
kawasan agropolitan dan lumbung padi, berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekonomi
sektor pertanian, perdagangan komoditi pertanian, dan industri pengolahannya. Prioritas
pembangunan ini dapat berjalan bersama dengan program pengembangan industri
rumahtangga pengolan produk pertanian dan kehutanan menjadi produk unggulan baru.
Kelima, revitalisasi dan pengembangan sarana perdagangan dan pengembangan pasar
modern berpotensi untuk semakin memperkuat peranan ekonomi sektor perdagangan di
Kabupaten Ciamis. Keenam, program peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan dan
investasi sangat berpotensi untuk meningkatkan nilai produksi sektor ekonomi yang
merespon permintaan di luar Kabupaten Ciamis. Program kerjasama investasi juga dapat
memperluas peluang arus masuk investor ke Kabupaten Ciamis. Secara operasional, arah
pengembangan dalam dokumen perencanaan jangka panjang telah difasilitasi oleh informasi
mengenai lokasi pengembangannya yang tertera pada dokumen RTRW Kabupaten Ciamis.
Kegiatan ekonomi Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan
kontribusi yang besar bagi perekonomian Kabupaten Ciamis. Implikasi ekonomi dibalik
kinerja ekonomi lapangan usaha tersebut memberikan optimisme bagi perbaikan
perekonomian ke depan. Kecenderungan produksi yang meningkat pada setiap lapangan
usaha memberikan indikasi bahwa ke depan akan terjadi penyerapan tenaga kerja pada
setiap lapangan usaha, dan konsekuensinya memerlukan ketersediaan modal untuk
menopang perkembangan tersebut, baik modal buatan manusia, sumber daya alam dan
modal manusianya sendiri. Lebih dari itu, memahami bahwa kegiatan ekonomi suatu
lapangan usaha terkait dengan kegiatan ekonomi lapangan usaha lainnya, oleh karena itu
secara agregat peningkatan produksi pada suatu lapangan usaha berpotensi untuk
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 17 potensi ini bisa memperoleh respon yang lambat karena terdapat katup-katup yang
menghalanginya. Sehingga, salah satu tugas pemerintah daerah adalah membuka katup
tersebut supaya potensi perkembangan ekonomi bisa terealisasi. Arah kebijakan strategisnya
adalah memperkuat keterkaitan suatu lapangan usaha dengan lapangan usaha lainnya,
supaya hasil produksi suatu lapangan usaha lokal dapat menunjang kegiatan ekonomi
lapangan usaha lokal lainnya. Setidaknya, arah kebijakan strategis ini akan memberikan
manfaat berupa rendahnya biaya transportasi yang menunjang efisiensi kegiatan ekonomi
setiap lapangan usaha. Hanya saja, biaya transaksi yang rendah juga bisa tertutupi
potensinya oleh tingginya biaya transaksi (transaction cost) yang mencakup biaya untuk
memperoleh informasi, negosiasi, monitoring, koordinasi dan penegakan hukum atau
regulasi. Keberadaan biaya transaksi yang tinggi dapat menekan efisiensi produksi dan
aspek pemerataan pendapatan.
Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan dua
lapangan usaha yang memiliki kontribusi tertinggi dalam perekonomian Kabupaten Ciamis.
Hampir separuh PDRB Kabupaten Ciamis bersumber dari kedua sektor tersebut, dan secara
berurutan berikutnya diikuti oleh Jasa-jasa, Pengangkutan dan Komunikasi, Industri
Pengolahan, Keuangan-Persewaan dan Jasa Perusahaan, Bangunan, Listrik-Gas-Air Bersih,
serta Pertambangan dan Penggalian.
Laju pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada tahun 2015 diperkirakan
mengalami pertumbuhan yang tetap dibandingkan dengan tahun 2014, terkait dilaksanakan
program-program unggulan pertanian terpadu, peningkatan sarana dan prasarana dan
peningkatan kinerja penyuluh pertanian. Namun demikian terdapat fenomena yang harus
direspon terkait dengan perubahan iklim yang mendorong perubahan cuaca, mengingat
aktivitas budidaya pada sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh cuaca dan antisipasi
kemungkinan adanya kenaikan harga pupuk akibat pengurangan subsidi.
Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian global dan nasional
diatas, maka skenario laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis diprediksikan akan
tumbuh sebesar 5,05% untuk tahun 2014 dan pada tahun 2015 tetap tumbuh sebesar 5,05%.
Hal ini diasumsikan apabila kondisi pemulihan ekonomi global menunjukkan tanda-tanda
positif dan akselerasi pemulihan dapat dipercepat.
Untuk mewujudkan laju pertumbuhan ekonomi tersebut, maka:
Kinerja sektor-sektor unggulan yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Ciamis harus dapat dipertahankan didorong untuk lebih produktif.
Keterkaitan antar sektor lapangan usaha khususnya sektor Pertanian dan Industri Pengolahan, harus ditingkatkan agar terjadi peningkatan Nilai Tambah yang cukup besar
di lokal daerah Kabupaten Ciamis.
Pertumbuhan perdagangan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan naik, disamping tren penurunan laju inflasi yang dapat memicu laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten harus bisa dipertahankan.
Prediksi pertumbuhan ekonomi makro Kabupaten Ciamis yang mencapai lebih dari
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 18 Kabupaten Ciamis dapat dioptimalkan dan disertai dengan tata kelola ekonomi yang baik,
untuk mempercepat pembangunan dan pengurangan pengangguran dan kemiskinan.
Pencapaian ke arah prediksi ekonomi makro yang optimis, tentunya menjadi tantangan ke
depan yang harus disikapi oleh pemerintah daerah dengan cara melakukan
terobosan-terobosan/inovasi-inovasi dalam perencanaan pembangunan daerah, misalnya dengan cara
pendekatan pembangunan industri wilayah untuk mencapai daya saing daerah melalui
pencapaian skala ekonomis.
Bila dilihat dari kontribusinya, perekonomian Kabupaten Ciamis masih ditopang oleh
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)dan sektor Pertanian. Pada periode tahun
2014 sampai tahun 2015, Sektor Pertanian diprediksikan akan memiliki kontribusi sekitar
24,85% pada tahun 2014, dan 23,85% tahun 2015. Sedangkan sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran diprediksikan akan menyumbang sekitar 26,31% untuk tahun 2014, dan
26,88% pada tahun 2015 dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku secara
keseluruhan.
Tabel 3.8
Proyeksi Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2015 Menurut Lapangan Usaha (ADH Berlaku)
Sektor 2014 2015
1. Pertanian 24,85 23,85
2. Pertambangan & penggalian 0,17 0,17
3. Industri pengolahan 8,12 8,34
4. Listrik, gas, dan air minum 0,82 0,87
5. Konstruksi 2,89 2,87
6. Perdagangan, hotel & restoran 26,31 26,88
7. Pengangkutan & komunikasi 11,71 11,35
8. Keuangan, Persewaan& jasa perusahaan 6,49 6,66
9. Jasa-jasa 18,63 19,01
PDRB 100.00 100.00
Sumber: BPS Kab. Ciamis, 2013
Prospek perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2014 – 2015 diharapkan akan terjadi perbaikan, hal ini antara lain semakin menguatnya volume APBD Kabupaten Ciamis
mendorong peningkatan kualitas infrastruktur yang mendukung peningkatan produktivitas,
respon masyarakat terhadap upaya penciptaan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik,
penerapan kompetisi di kalangan para pelaku usaha khususnya yang berkaitan dengan
rekanan pemerintah sehingga mendorong peningkatan efisiensi dan kompetisi kualitas
pekerjaan. Upaya pemerintah daerah untuk terus meningkatkan percepatan pengembangan
agribisnis melalui pengembangan komoditas unggulan dan pengembangan kepariwisataan
melalui penataan obyek wisata yang mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan
propinsi. Upaya penguatan keuangan kecamatan dan desa. Penguatan keuangan kecamatan
sebagai upaya meningkatkan peran kecamatan sedangkan penguatan keuangan desa dalam
rangka mendukung pembangunan prasarana dan sarana perdesaan dengan harapan lebih
menopang peningkatan produktivitas masyarakat di perdesaan serta adanya dukungan dari
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 19 Selama lima tahun terakhir volume APBD Kabupaten Ciamis terus meningkat secara
nyata. Namun demikian kita masih dihadapkan pada kurangnya fasilitasi pendanaan melalui
APBD dibandingkan dengan kebutuhan yang didasarkan pada aspirasi dan tuntutan
masyarakat.Keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah
berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Untuk itu, perlu dilakukan inovasi melalui
sumber pembiayaan lainnya selain APBD.
Berdasarkan kondisi perekonomian saat ini dan tantangan serta prospek perkonomian
mendatang maka arah kebijakan perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2015 adalah :
1. Pengembangan kawasan-kawasan strategis ekonomi seperti pengembangan kawasan
agropolitan dan lumbung padi, pengembangan sentra-sentra produksi andalan,
percepatan pembangunan pertanian melalui revitalisasi pembangunan pertanian,
kehutanan dan perikanan, serta pembangunan perdesaan melalui peningkatan produksi
dan produktivitas komoditi pertanian serta pengembangan diversifikasi usaha di
perdesaan, pemberdayan ekonomi rakyat dan memperluas cakupan program
pembangunan yang berbasis masyarakat serta pengembangan produk unggulan daerah
dalam rangka peningkatan daya saing.
2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat, termasuk memberdayakan peranan koperasi dan
UKM, melalui peningkatan sumber daya manusia dalam hal manajerial dan teknis untuk
mendorong penguatan daya saing produk, fasilitasi kemudahan akses permodalan bagi
UKM, fasilitasi promosi produk-produk unggulan daerah (perluasan akses pasar) dan
promosi pariwisata untuk mendatangkan wisatawan.
3. Meningkatkan potensi penyerapan tenaga kerja dan penyiapan tenaga kerja terampil;
4. Memperkuat sektor industri manufaktur/pengolahan yang akan menyerap produk
pertanian lokal (yang telah berkembang dan yang akan dikembangkan) meliputi potensi
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, hutan rakyat, dan perikanan budidaya.
5. Industrialisasi pedesaan yang berpotensi untuk menggerek sektor pertanian untuk
meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani/masyarakat desa, serta mendorong
investasi yang diarahkan pada bisnis pengolahan produk pertanian;
6. Penyederhanaan prosedur investasi;
7. Pengembangan ekowisata, agrowisata, dan wisata budaya yang didukung dengan
sarana dan prasarana penunjang yang memadai;
8. Peningkatan ketersediaan infrastruktur yang memadai baik jalan, irigasi, listrik, pusat
pemasaran secara bertahap;
9. Penguatan kelembagaan (regulasi dan kebijakan yang fokus, tepat sasaran,
keberpihakan, koordinatif dan sinergitas).
10. Meningkatkan partisipasi masyarakat/swasta untuk berpartisipasi aktif dalam
pembangunan daerah.
11. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sehingga pembangunan tidak
hanya sisi ekonomi semata tetapi juga harus didasarkan pada pembangunan yang
berkelanjutan yang memenuhi kriteria ekonomis, bermanfaat secara sosial, didukung
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 20
3.2 ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah serta lebih teknis mengacu pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah dirubah dua kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu)
tahun anggaran yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan
daerah (penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Secara umum komponen
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini dapat dikategorikan dalam 2 jenis, yaitu
: (1) penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dan
penerimaan pembiayaan daerah yang merupakan semua penerimaan yang harus
dibayar kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun
anggaran berikutnya; dan (2) pengeluaran daerah yang terdiri dari belanja daerah yang
merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara
proporsional menurut prioritas urusan dan kewenangan skpd agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan
umum dan selanjutnya pengeluaran pembiayaan daerah adalah pengeluaran yang
akan diterima kembali pada tahun anggaran berjalan maupun pada tahun berikutnya.
Perencanaan Pembangunan Daerah di era globalisasi sekarang ini memotivasi
setiap pemerintah daerah untuk dapat menggali dan mencari peluang Penerimaan
Pendapatan Daerah seoptimal mungkin. Optimalisasi Penerimaan Daerah yang
berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber utama dalam
membangun daerah. Penerimaan Pendapatan yang optimal dengan pengelolaan
secara profesional dalam suatu daerah dapat mempercepat proses pembangunan
daerah.
Sumber pendapatan daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan
yang meliputi Dana bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, Dana Alokasi Umum,
dan Dana Alokasi Khusus; 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi
Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dan bukan pajak dari provinsi
dan Pemerintah daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Dana
Bantuan Keuangan dari Provinsi. Penerimaan Pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Pencairan Dana
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 21 Selain dana dari penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber
dari Pemerintah Pusat berupa dana tugas pembantuan (TP), dana bantuan operasional
sekolah (BOS), program pengentasan kemiskinan (PNPM dan PKH) , dana tersebut
sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang diperuntukan bagi kepentingan
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Ciamis.
3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek
perekonomian daerah, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber
pendapatan daerah dituangkan ke dalam tabel Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan
Daerah, sebagai berikut:
Tabel 3.9
Perkembangan Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2012 – 2016
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2014 Catatan : Realisasi Tahun 2012 dan 2013 termasuk DOB Pangandaran
3.2.2. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih. Pendapatan dalam struktur APBD merupakan Sumber Pendapatan
Daerah, yang terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana bagi hasil pajak dan 1 PENDAPATAN 1.867.335.578.125 2.196.493.936.848 1.975.080.512.019 2.033.414.162.633 1.851.708.346.000
1.1 Pendapatan asli daerah 87.711.885.423 117.475.935.245 161.636.566.519 171.452.190.800 150.458.346.000
1.1.1 Pajak daerah 17.718.419.272 28.824.967.342 33.712.666.000 36.169.860.117 27.917.168.000 1.1.2 Retribusi daerah 18.571.609.783 22.920.807.541 9.110.768.500 9.644.707.940 12.241.178.000 1.1.3 Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan
2.486.035.599 2.840.893.502 3.318.017.609 3.318.035.276 2.700.000.000
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah 48.935.820.769 62.889.266.860 115.495.114.410 122.319.587.467 107.600.000.000
1.2 Dana perimbangan 1.353.385.828.508 1.494.016.559.741 1.258.897.496.000 1.331.942.475.000 1.486.000.000.000 1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi
hasil bukan pajak 98.691.164.508 94.496.352.741 57.300.000.000 72.000.000.000 60.500.000.000 1.2.2 Dana alokasi umum 1.165.043.374.000 1.303.907.527.000 1.068.289.296.000 1.156.989.995.000 1.260.500.000.000 1.2.3 Dana alokasi khusus 89.651.290.000 95.612.680.000 133.308.200.000 102.952.480.000 165.000.000.000
1.3 Lain-lain pendapatan
daerah yang sah 426.237.864.194 585.001.441.862 554.546.449.500 530.019.496.833 215.250.000.000
1.3.1 Hibah 1.446.000.000 2.540.000.000 4.038.000.000
1.3.2 Dana darurat
1.3.3 Bagi hasil pajak dan bukan pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya
49.982.711.594 65.875.605.182 79.734.800.000 77.749.854.200 55.000.000.000
1.3.4 Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus 247.286.806.000 360.372.972.000 305.058.338.000 448.231.642.633
1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah daerah lainnya**)
128.968.346.600 157.306.864.680 167.213.311.500 160.250.000.000
JUMLAH PENDAPATAN
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 22 Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Dana Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak
dan bukan pajak dari provinsi dan Pemerintah daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi. Pembiayaan bersumber dari
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan
Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Selain dana dari
penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat
berupa dana tugas pembantuan (TP), dana bantuan operasional sekolah (BOS), program
pengentasan kemiskinan (PNPM dan PKH), dana tersebut sesuai dengan kebijakan
Pemerintah Pusat yang diperuntukan bagi kepentingan pelaksanaan pembangunan di
Kabupaten Ciamis.
Kebijakan anggaran pendapatan khususnya yang terkait dengan upaya peningkatan
pendapatan diarahkan melalui upaya memperkuat pendapatan daerah untuk mendukung
kebutuhan belanja prioritas melalui upaya peningkatan PAD dan dana perimbangan.
Kebijakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diarahkan untuk memperkuat
proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah sehingga mampu mendukung kebutuhan
belanja daerah, baik Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung, melalui :
1. Optimalisasi peran dan fungsi kelembagaan serta Sistem Operasional Pemungutan
Pendapatan Daerah melalui penyempurnaan sistem pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah serta penambahan fungsi dan sistem aplikasi pengelolaan pajak daerah
khususnya dalam hal penatausahaan PBB dan BPHTB, yang pada Tahun 2014 menjadi
Pajak Daerah, sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 ;
2. Peningkatan pendapatan daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi terutama bagi
sumber yang potensial, seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan logam dan batuan
serta pajak Sarang Burung Walet dan ditambah dengan Pajak Air Tanah yang merupakan
pelimpahan dari Provinsi;
3. Pengembangan koordinasi secara sinergis dibidang pendapatan daerah dengan instansi
vertikal dalam penyelenggaraan pemungutan;
4. Optimalisasi Badan Usaha Milik Daerah untuk dapat meningkatkan kontribusi pendapatan
daerah;
5. Peningkatan dan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan lain, melalui upaya
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah meliputi sosialisasi, pembinaan,
koordinasi, pengawasan dan evaluasi.
Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan DanaPerimbangan dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah
sebagai berikut :
1. Mendorong upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Orang Pribadi