• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN - Bab III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN - Bab III"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 1

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

KERANGKA PENDANAAN

3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

Pembangunan perekonomian Kabupaten Ciamis Tahun 2014- 2019 sebagaimana

diamanatkan dalam RPJPD Kabupaten Ciamis pada pelaksanaan RPJMD Tahap Ketiga

diprioritaskan pada penguatan dan merintis pemantapan peningkatan produksi daerah

melalui pemantapan komoditi unggulan daerah yang mempunyai daya saing regional dan

nasional, penguatan iklim berusaha dan investasi : penguatan promosi, kualitas dan kuantitas

sarana prasarana pendukung investasi, serta penguatan daya saing kelompok ekonomi

produktif dan koperasi yang ditandai dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi (LPE)

berkualitas, tinggi dan meratanya PDRB perkapita, semakin menguatnya kemampuan daya

beli masyarakat, dan meningkatnya jumlah investasi.

Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Ciamis tahun 2013

(kondisi masih termasuk Kabupaten Pangandaran), dengan memperhatikan kondisi ekonomi

nasional dan global, maka arah pembangunan perekonomian Kabupaten Ciamismasih

diprioritaskan pada beberapa sektor yang dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB

yaitu sektor Pertanian, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Jasa-jasa.

Ketiga sektor ini memberi kontribusi sebesar 74,16%, dengan demikian apabila fokus

pembangunan diarahkan pada ketiga sektor tersebut, maka akan berdampak secara

signifikan terhadap peningkatan kinerja perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan

kondisi setelah terbentuknya Kabupaten Pangandaran, maka sektor dominan masih tetap

pada ketiga sektor tersebut. Sektor-sektor lain yang memiliki prospek yang baik dimasa

datang yaitu sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Industri Pengolahan.

Sementara itu, sektor lainnya diarahkan untuk menjadi pendukung. Kebijakan pembangunan

ekonomi pada masing-masing sektor dapat diarahkan antara lain pada :

1. Sektor Pertanian : penguatan penataan agribisnis yang difokuskan pada peningkatan

kualitas dan kuantitas produksi melalui intensifikasi tanaman dan ternak yang berbasis

wilayah/kawasan, pasca panen dan pemasaran hasil pertanian melalui penguatan

infrastruktur pendukung, penguatan pengembangan sumberdaya manusia, penguatan

pengembangan usaha bidang pertanian, penerapan teknologi produksi pertanian

(pertanian pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan),

peningkatan ketahanan pangan, pembinaan industri hasil pertanian, peningkatan mutu

dan standarisasi produk, fasilitasi sertifikasi komoditi unggulan, pencegahan dan

penanggulangan hama/penyakit, konservasi lahan, diversifikasi usaha, pengolahan hasil

dan peningkatan nilai tambah di tingkat petani, fasilitasi pemasaran produk/pasca panen

(2)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 2 kemandirian pangan.

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Arah pembangunan perdagangan yaitu

revitalisasi dan pengembangan prasarana perdagangan (salah satunya penataan pasar

tradisional), pembinaan pelaku usaha perdagangan, serta pengembangan pasar modern

untuk mendukung pemasaran produk unggulan daerah. Sedangkan pengembangan

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi diupayakan pada fasilitasi pembinaan

manjemen kelembagaan.Dalam rangka mendukung pengembangan industri dan

perdagangan dilaksanakan melalui peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan

antar daerah dan wilayah, peningkatan promosi investasi, peningkatan kualitas sumber

daya manusia pelaku industri kecil, peningkatan kualitas produk unggulan daerah yang

dapat memenuhi standar dan kompetitif baik untuk pasar lokal maupun ekspor,

penyediaan bahan baku lokal, penguasaan teknologi, optimalisasi sistem tata niaga,

pengendalian kenaikan harga-harga yang menurunkan daya beli masyarakat, mengurangi

ketergantungan sektor industri, perdagangan dan UMKM terhadap bahan baku penolong

dan jasa dari luar daerah, optimalisasi peranan pelaku industri, perdagangan, koperasi &

UMKM dalam sektor perekonomian daerah, dan fasilitasi permodalan usaha (peningkatan

akses permodalan) dan lembaga penjaminan kredit. Dalam sub sektor pariwisata (hotel

dan restoran) diarahkan untuk meningkatkan promosi wisata, serta penguatan jejaring

kepariwisataan, optimalisasi peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan,

menciptakan Obyek dan Daya Tarik Wisata yang sesuai dengan standar produk wisata

serta menciptakan varian wisata baru yang kompetitif sesuai dengan tuntutan pasar.

3. Sektor Jasa-jasa : mengoptimalkan belanja pemerintah termasuk belanja aparat desa,

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi peningkatan layanan pendidikan

bagi siswa, kesejahteraan guru, penyediaan layanan kesehatan meliputi peningkatan

layanan Rumah Sakit (pemerintah maupun swasta) dan Puskesmas, peningkatan

peralatan medis, peningkatan jumlah dokter; peningkatan pelayanan jasa hiburan dan

rekreasi; fasilitasi usaha jasa perorangan dan rumah tangga; serta peningkatan layanan

palang merah, panti asuhan, rumah ibadat, dan sejenisnya.

3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 dan 2013

Kondisi ekonomi daerah menggambarkan kondisi dan analisis data statistik

perekonomian daerah, yang antara lain mencakup : Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), tingkat inflasi, sumbangan sektoral, dan indikator pembangunan daerah bidang

ekonomi lainnya yang tersedia di daerah, baik pada tahun 2012 dan 2013. Secara garis

besar, kondisi ekonomi makro tahun 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut :

Secara umum kinerja perekonomian dilihat dari pertumbuhan ekonomi di kabupaten

Ciamis mengalami pertumbuhan positif, dimana pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten

Ciamis mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,01%, jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya mengalami kenaikandimana pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar

(3)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 3 dimana pada tahun 2011 sebesar 5,11%, dan tahun 2010 sebesar 5,07%. Capaian Laju

Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Ciamis tersebut, masih berada di bawah rata-rata

LPE Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 6,06% pada tahun 2013, sebesar 6,21% pada tahun

2012, dan sebesar 6,48% pada tahun 2011. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dan

perbandingannya dengan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dengan Provinsi Jawa Barat dan Nasional Tahun 2010 - 2013 (Persen)

KABUPATEN/PROVINSI Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Kabupaten Ciamis (%) 5,07 5,11 4,99 5,09 5,02

Provinsi Jawa Barat (%) 6,10 6,48 6,21 6,06 5,07

Sumber : BPS Kabupaten Ciamis

Total angka Produksi Domestik Regional Bruto meningkat dari tahun ke tahun,

dengan laju pertumbuhan positif.Hal ini mencerminkan bahwa kegiatan ekonomi produksi

secara umum senantiasa meningkat. Capaian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten

Ciamis Tahun 2013 meningkat sebesar 3,066 Trilyun Rupiah dibanding tahun 2012,

peningkatannya lebih besar dibanding capaian tahun 2012 yang meningkat sebesar 1,835

Trilyun Rupiah dibanding tahun 2011.

Pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan sebesar

0,2% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai LPE sebesar 4,99%. Kemudian pada tahun

2013, sektor pertanian memberikan berkontribusi paling besar terhadap perekonomian

Kabupaten Ciamis yaitu berkontribusi sebesar 28,36% dengan percepatan laju pertumbuhan

sektor pertanian dari 0,29% pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 0,67% pada tahun

2013.

Dilihat dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Listrik,

Gas dan Air Bersih sebesar 9,27%, kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

sebesar 7,82%, dan sektor Jasa-jasasebesar 7,41%. Sektor Pertanian, sektor Pertambangan

dan Penggalian,sektor Bangunan serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai

pertumbuhan positif namun masih di bawah rata-rata LPE Kabupaten Ciamis, masing-masing

sebesar 0,67%; 2,03%; 2,15%; dan 3,46. Semua sektor mengalami pertumbuhan positif.

Beberapa hasil positif yang telah dicapai pada pembangunan skala nasional antara

lain pulihnya stabilitas sistem keuangan, menguatnya nilai tukar rupiah, rendahnya tingkat

inflasi, dan cukup tingginya pertumbuhan ekonomi; telah memupuk optimisme dalam

perencanaan pembangunan di Jawa Barat. Namun demikian, asumsi yang ditetapkan pada

saat itu tidak semuanya berjalan sesuai rencana sehingga proyeksi yang ditetapkan oleh

Provinsi Jawa Barat dirasakan terlalu tinggi sehingga dilakukan penyesuaian dengan kondisi

dan perkembangan yang terjadi di Kabupaten Ciamis.

Berikut ini disajikan data proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

(4)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 4 Tabel 3.2

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013 Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2011-2013

2011 2012 2013***)

Sektor Primer 5.848.923,07 30,23 6.167.949,73 29,12 6.947.162,32 28,65

1 Pertanian 5.789.464,97 29,93 6.104.565,21 28,82 6.875.873,78 28,36 2 Pertambangan dan

Penggalian 59.458,11 0,31 63.384,52 0,30 71.288,54 0,29

Sektor Sekunder 2.028.224,09 10,48 2.265.968,03 10,70 2.491.332,67 10,28

3 Industri Pengolahan 1.311.238,76 6,78 1.481.504,93 6,99 1.651.547,16 6,81 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 140.371,83 0,73 162.720,12 0,77 175.230,20 0,72 5 Bangunan 576.613,50 2,98 621.742,98 2,94 664.555,31 2,74

Sektor Tersier 11.467.809,22 59,28 12.746.091,60 60,18 14.808.033,43 61,07

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 5.186.933,06 26,81 5.786.263,83 27,32 6.657.779,26 6,81

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 1.853.494,04 9,58 1.974.171,99 9,32 2.277.862,07 0,72

8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 1.090.072,08 5,63 1.222.608,51 5,77 1.425.048,94 2,74

9 Jasa-jasa 3.337.310,04 17,25 3.763.047,27 17,77 4.447.343,16 6,81

Produk Domestik

Regional Bruto 19.344.956,38 100,00 21.180.009,36 100,00 24.246.528,42 100,00

Keterangan :***) BPS, Tahun 2014 (angka sangat-sangat sementara)

Tabel 3.3

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha PDRB (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-20123

2011 2012 2013***)

Sektor Primer 2.275.126,72 29,13 2.282.076,26 27,83 2.297.663,79 26,69

1 Pertanian 2.250.368,47 28,82 2.256.817,33 27,52 2.271.891,00 26,39 2 Pertambangan dan

Penggalian 24.758,26 0,32 25.258,93 0,31 25.772,79 0,30

Sektor Sekunder 1.025.819,76 13,14 1.094.258,45 13,35 1.150.373,61 13,36

3 Industri Pengolahan 564.922,41 7,23 612.272,42 7,47 653.758,09 7,59 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 54.631,74 0,70 59.853,66 0,73 65.402,95 0,76 5 Bangunan 406.265,60 5,20 422.132,37 5,15 431.212,57 5,01

Sektor Tersier 4.508.216,46 57,73 4.822.890,63 58,82 5.162.109,30 59,95

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 2.116.439,83 27,10 2.281.183,17 27,82 2.459.633,57 28,57

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 634.148,26 8,12 656.003,31 8,00 678.669,70 7,88

8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 435.447,95 5,58 466.014,16 5,68 498.852,59 5,79

9 Jasa-jasa 1.322.180,42 16,93 1.419.689,99 17,31 1.524.953,44 17,71

Produk Domestik

Regional Bruto 7.809.162,94 100,00 8.199.225,34 100,00 8.610.146,70 100,00

Keterangan :***)

(5)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 5 Tabel 3.4

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013, Menurut Lapangan Usaha (Persen)

LAPANGAN USAHA TAHUN

2011 2012 2013

1 Pertanian 1,97 0,29 0,67

2 Pertambangan dan Penggalian 2,06 2,02 2,03 3 Industri Pengolahan 6,69 8,38 6,78 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9,36 9,56 9,27

5 Bangunan 3,00 3,91 2,15

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,39 7,78 7,82 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,84 3,45 3,46 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,83 7,02 7,05

9 Jasa-jasa 6,99 7,37 7,41

PDRB 5,11 4,99 5,01

Kinerja perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2013 yang tergambarkan dari

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah

sebesar Rp 8,61 Trilyun dari tahun 2012 yang sebesar Rp 8,199 Trilyun. Pada tahun 2013,

nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tersebut mengalami pertumbuhan sebesar

5,01% menjadi Rp 8,61 trilyun. Apabila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis

digunakan sebagai dasar dalam evaluasi kinerja sektor ekonomi, maka kinerja

sektor-sektor pada tahun 2013 dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata

LPE Kabupaten Ciamis (>5,01%), terdiri dari Listrik, Gas dan Air Bersih (9,27%); sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,82%); Jasa-jasa (7,41%); Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan (7,05%); sertaIndustri Pengolahan (6,78%).

2. Kelompok kedua adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun

masih di bawah rata-rata LPE Kabupaten Ciamis (<5,01%), terdiri dari Pengangkutan dan

Komunikasi (3,46%);Bangunan (2,15%);Pertambangan dan Penggalian (2,03%); serta

Pertanian (0,67%).

3. Kelompok ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif. Tidak ada sektor

yang masuk ke dalam kelompok ini.

Sektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor Listrik, Gas dan Air

Bersih; kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; kemudian sektor Jasa-jasa. Nilai

PDRB ketiga sektor tersebut, atas dasar harga berlaku masing-masing sebesar Rp. 6,875

Trilyun (Pertanian), Rp. 6,657 Trilyun (PHR) dan Rp. 4,447 Trilyun (Jasa-jasa), sedangkan

atas dasar harga konstan, nilai PDRB sektor Pertanian sebesar Rp 2,271 Trilyun, sektor

Perdagangan Hotel & Restoran Rp 2,459 Trilyun dan sektor Jasa-jasa sebesar Rp 1,524

(6)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 6 Berdasarkan pengelompokan kegiatan ekonomi yang dibedakan ke dalam sektor

primer, sektor sekunder dan sektor tersier, kinerja masing-masing sektor atas dasar harga

berlaku pada tahun 2011 – 2013, masih didominasi oleh sektor tersier, primer, dan yang terakhir sekunder. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) dari sektor tersier pada tahun 2013

mencapai Rp. 14,808 Trilyun atau meningkat 0,89 persen dibandingkan tahun 2012 yang

mencapai Rp.12,746 Trilyun. Sektor primer ada tahun 2011 mengalami pergeseran ke

sektor/lapangan usaha lain sebesar 1,11 persen yaitu dari kontribusi sebesar 30,23% pada

tahun 2011 menjadi sebesar 29,12% pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 mengalami

penurunan atau bergeser ke sektor/lapangan usaha lain sebesar 0,47%menjadi sebesar

28,65%. Kelompok sekunder mengalami penurunan atau bergeser ke sektor/lapangan

usaha lain sebesar 0,42 persen atau dari Rp. 2,265 Trilyun (10,70%) pada tahun 2012

menjadi Rp. 2,491 Trilyun (10,28%) pada Tahun 2013.

Tingkat kemakmuran masyarakat secara makro yang digambarkan dengan indikator

pendapatan perkapita. PDRB perkapita Kabupaten Ciamis terus mengalami peningkatan

selama periode tahun 2012-2013. Tahun 2012, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku

mencapai Rp.13,55 juta, dan pada tahun 2013 sebesar Rp.15,47 juta. Sementara itu, PDRB

per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 meningkat dari Rp 5.25 juta pada tahun

2012 menjadi Rp 5,49 juta pada tahun 2013.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 cukup memuaskan dan PDRB perkapita yang terus

meningkat, dengan kondisi ekonomi yang lebih baik. Ketimpangan pendapatan sedikit

berkurang yang tercermin dalam Indeks Gini(IG) pada tahun 2012 mencapai 0,27,

dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 0,29.

Ketimpangan wilayah yang tercermin dari perbedaan nilai PDRB antar kecamatan di

Kabupaten Ciamis, dimana Kecamatan Ciamis dan Kecamatan Banjarsari merupakan

wilayah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Ciamis. Dalam dua

tahun terakhir nilai PDRB di dua kecamatan tersebut diatas 1 trilyun rupiah (atas dasar harga

berlaku). Sedangkan Kecamatan Lumbung, Sukamantri dan Cimaragas memilki PDRB

dibawah 250 milyar rupiah (atas dasar harga berlaku).

Struktur perekonomian suatu kecamatan sangat ditentukan olehbesarnya peranan

sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang danjasa. Sektor pertanian merupakan

sektor yangmasih memegang peranan penting dalam pembentukan PDRB diKabupaten

Ciamis, hal ini karena sebagian besar kecamatan di KabupatenCiamis peranan sektor

Pertanian cukup dominan.

Berdasarkan hasil survey BPS, pada tahun 2012sektor Pertanian memberikan

kontribusi diatas 30% pada 20 kecamatan (55,6%) dari 36 kecamatan yang berada di wilayah

Kabupaten Ciamis (termasuk Kabupaten Pangandaran). Hal ini menunjukkan bahwa

perekonomian di 20 kecamatan tersebut masih sangat tergantung pada sektor pertanian,

yaitu Kecamatan Mangunjaya,Banjarsari, Padaherang, Cipaku, Rajadesa, Panawangan,

Langkaplancar, Cimerak, Cihaurbeuti, Sukadana, Parigi, Pamarican, Cisaga, Lakbok,

(7)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 7 Secara umum, pada tahun 2013 inflasi di Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam

tingkat inflasi ringan atau inflasi merayap (creeping inflation) adalah inflasi kurang dari 10%

per tahun. Pada masa ini inflasi masih wajar dan belum mengganggu perekonomian secara

menyeluruh, bahkan inflasi tahap ini diyakini mampu mendorong peningkatan pendapatan

nasional.

Tingkat inflasi Kabupaten Ciamis tahun 2013mencapai 7,21% dengan 9 kali inflasi

bulanan dan tiga kali deflasi dan mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 sebesar

4,31%, dan berada di bawah tingkat inflasi Provinsi Jawa Barat tahun 2013 yaitu sebesar

9,15% .

Pada tahun 2013 terjadi inflasi selama 9 bulan, sedangkan deflasi hanya terjadi

selama bulan yaitu pada bulan April, September dan November. Inflasi tertinggi pada bulan

Juli yaitu sebesar 3,72 persen sedangkan deflasi tertinggi yaitu pada bulan April yaitu

sebesar 0,25 persen.Pada awal tahun yaitu pada Januari 2013 terjadi inflasi sebesar 0,83

persen. Kenaikan harga ini disumbang oleh kelompok Bahan Makanan dengan andil inflasi

tertinggi sebesar 0,6193 persen, sedangkan kelompok yang memberikan andil deflasi adalah

kelompok Sandang sebesar 0,0399 persen. Bulan Februari terjadi inflasi sebesar 0,91 persen

dengan kelompok yang memberikan andil inflasi tertinggi adalah kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,3137 persen. Pada bulan Maret terjadi inflasi sebesar

0,44 persen dengan Kelompok Bahan Makanan sebagai penyumbang tertinggi terjadinya

inflasi yaitu sebesar 0,25 persen, kelompok bahan makanan deflasi sebesar 0,2191 persen.

Pada bulan April 2013 terjadi deflasi sebesar 0,25 persen, dengan kelompok yang

memberikan andil deflasi adalah kempok makanan sebesar 0,2156 persen. Bulan Mei

sampai dengan Agustus terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen pada bulan Mei,

sebesar 0,84 persen pada bulan Juni, sebesar 3,72 persen pada bulan Juli dan sebesar 0,36

persen pada bulan Agustus. Inflasi pada bulan Juli sangat tinggi bahkan hampir tidak

diperkirakan sebelumnya sebagai akibat dari naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang

memberikan dampak melambungnya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat.

Pada bulan September kembali terjadi deflasi sebesar 0.03 persen. Kelompok

penyumbang terjadinya deflasi pada bulan ini adalah kelompok bahan makanan sebesar

0,2919 persen, sedangkan kelompok yang memberikan andil inflasi adalah kelompok

sandang sebesar 0,2130 persen. Pada bulan Oktober terjadi inflasi sebesar 0,11 persen,

bulan November terjadi deflasi sebesar 0,09 persen dan bulan Desember terjadi inflasi

sebesar 0,16 persen.

Fluktuasi kenaikan harga komoditas bahan kebutuhan pokok khususnya beras relatif

sering terjadi sepanjang tahun 2013. Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan daya beli

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga tingkat kesejahteraan

masyarakat akan semakin menurun. Oleh karena itu, diperlukan kontrol terhadap perubahan

harga komoditas bahan kebutuhan pokok agar lebih mudah mendeteksi kelangkaan pasokan

dan dipersiapkan langkah dan strategi untuk mengatasinya agar masyarakat dapat terpenuhi.

Gambaran kondisi sosial masyarakat Kabupaten Ciamis dapat dilihat diantaranya

(8)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 8 (BPS) Kabupaten Ciamis, dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sekitar dua

pertiga penduduk Kabupaten Ciamis termasuk dalam angkatan kerja. Pasar tenaga kerja

Kabupaten Ciamis juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat

dilihat pada tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya mencapai

lebih dari 65,18 persen pada tahun 2012. Menurut struktur umurnya, penduduk Kabupaten

Ciamis tahun 2012 didominasi oleh kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebanyak

1.018.746 orang (65,18%), sisanya kelompok usia muda (0-14 tahun) sebanyak 415.597

orang (26,72%) dan usia tua (75 tahun keatas ) sebanyak 126.540 orang (8,10%).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Ciamis Tahun 2012 mengalami

penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2011, yaitu sebesar 8,44 pada Tahun 2011

menjadi sebesar 5,28 pada Tahun 2012 walaupun jumlah angkatan kerja mengalami

kenaikan dari Tahun 2011 sebesar 711.501 orang menjadi 790.395 orang. Penurunan tingkat

pengangguran ini ditunjang dengan tingkat kesempatan kerja yang menunjukkan

peningkatan dari sebesar 91,56 pada Tahun 2011 menjadi sebesar 94,72 pada Tahun 2012.

Meningkatnya aktivitas perekonomian pada beberapa sektor perekonomian, mendorong

penyerapan tenaga kerja yang besar terutama sektor perdagangan hotel dan restoran.

Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ciamis terus mengalami peningkatan. UMK

Kabupaten Ciamis meningkat dari Rp 741.800 pada tahun 2011 menjadi Rp. 854.075 pada

tahun 2012.

Tabel 3.5

Indikator Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Kabupaten Ciamis Tahun 2012-2013

No. Indikator Tahun 2012 Tahun 2013

1 Penduduk Miskin

Jumlah (orang) 148.600 147.292

Persentase (%) 9,61 9,4

2 Indikator Ketenagakerjaan

Angkatan Kerja (orang) 790.395 785.000

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,28 5,2

Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 94,72 94,8

Upah Minimum Kabupaten (Rupiah) 793.750 854.875

3 Garis Kemiskinan (Rupiah/kapita) 260.985 274.000

Sumber: BPS Kab. Ciamis, 2014

Ukuran kemiskinan yang digunakan untuk memberikan gambaran tingkat

kemiskinan di Kabupaten Ciamis untuk mengukur kemajuan pengembangan wilayah

menggunakan angka kemiskinan agregat, atau yang sering disebut angka kemiskinan makro.

Perhitungan kemiskinan yang digunakan adalah pendekatan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi

untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran. Garis Kemiskinan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung mengalami

kenaikan seiring dengan kenaikan konsumsi rumah tangga. Angka Garis Kemiskinan tahun

2013 sebesar Rp.274.000,- per kapita/bulan, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun

2012 sebesar Rp.260.985,- per kapita/bulan. Tidak hanya faktor meningkatnya konsumsi

(9)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 9 naiknya angka garis kemiskinan tiap tahunnya. Jika tidak diiringi dengan peningkatan

pendapatan penduduk akan memicu semakin lebarnya kesenjangan pendapatan penduduk

dengan garis kemiskinan, itu artinya jumlah penduduk terkategori miskin semakin meningkat.

Berbagai kebijakan telah disusun dalam upaya penanggulangan kemiskinan dalam

bentuk program penanggulangan kemiskinan dengan dukungan anggaran pusat, provinsi

maupun pemerintah daerah tentunya tercermin dari penurunan jumlah peduduk miskin.

Penduduk miskin pada tahun 2013 di Kabupaten Ciamis menurut perhitungan sementara

mencapai jumlah 147.292 jiwa atau 9,4%. Kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2012

yang mencapai 148.600 jiwa atau 9,61% atau turun sebesar 0,21%, sehingga masih banyak

upaya yang harus dilaksanakan untuk lebih menurunkan angka kemiskinan ini.

Gambaran perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Ciamis tahun 2011

sampai dengan tahun 2013, serta Proyeksi Tahun 2014 dan 2015 yang telah diuraikan

diatas, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6

Perkembangan Indikator Makro Kabupaten Ciamis Tahun 2011 – 2013 dan Proyeksi 2014 – 2015

No Indikator Makro Satuan

Realisasi Proyeksi

Tahun2011 Tahun2012 Tahun2013 Tahun 2014 Tahun 2015

1 2 3 4 5 7 8 9

1. PDRB (Harga Berlaku) Juta Rupiah 19.344.956,377 21.180.009,364 24.246.528,42 19.602.339,48 21.793.428,79

2. PDRB (Harga Konstan) Juta Rupiah 7.809.162,935 8.199.225,336 8.610.146,70 6.561.645,30 6.893.129,21

3. Tingkat Pertumbuhan - Industri Pengolahan Juta Rupiah 1.311.238,76 1.481.504,93 1.651.547,16 1.592.397,78 1.817.653,18 - Listrik, Gas dan Air Bersih Juta Rupiah 140.371,83 162.720,12 175.230,20 159.936,67 189.048,64

dan Jasa Perusahaan Juta Rupiah 1.090.072,08 1.222.608,51 1.425.048,94 1.271.410,68 1.450.873,82 - Jasa-jasa Juta Rupiah 3.337.310,04 3.763.047,27 4.447.343,16 3.652.461,11 4.143.531,65

(10)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 10 3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan

PerkiraanTahun 2015

Perkembangan perekonomian Kabupaten Ciamis baik secara langsung maupun

tidak langsung dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang berkembang saat ini dan yang

akan datang, baik pada prospek tataran global, nasional, lingkungan regional Jawa Barat,

dan lingkungan Kabupaten Ciamis sendiri.

Global dan Nasional

Pertumbuhan ekonomi global hanya akan meningkat dari 2,8 persen pada 2013

menjadi 3,1% pada tahun 2014. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perekonomian

dunia masih menghadapi banyak kendala struktural dan kendala kebijakan yang

menghambat investasi lebih banyak dan pertumbuhan produktivitas yang lebih

cepat.Perekonomian global masih diwarnai oleh ketidakpastian dan resiko yang masih cukup

tinggi terkait dengan proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju yang belum

menemukan titik terang serta berbagai krisis geopolitik yang terjadi di kawasan Timur

Tengah. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan meningkat dari 1,6 persen tahun 2013

menjadi 2,3 persen pada tahun 2014. Perekonomian Eropa akan lebih baik, keluar dari krisis,

tercermin pada LPE yang positif sebesar 0,8 persen, padahal pada tahun 2013 diperkirakan

terkontraksi sebesar 0,3 persen. Jepang tetap tumbuh stabil 0,8 persen.

Sementara itu di kawasan regional, pertumbuhan PDB di negara berkembang secara

keseluruhan diperkirakan akan turun sedikit sebesar 0,1 persen menjadi 4,6 persen pada

tahun 2014. Hal ini merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan China dari 7,5

persen pada 2013 menjadi 7 persen pada tahun 2014. Sementara itu, harga komoditas

global masih mengalami tren penurunan. Kondisi-kondisi tersebut diperkirakan akan

berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri.Untuk perekonomian nasional,

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat menjadi 5,3

persen pada tahun 2014, dari 5,6 persen pada tahun 2013. Sebagian besar dari perlambatan

tersebut didorong oleh pengurangan pengeluaran investasi yang tumbuh hanya 4,5 persen

pada kuartal ketiga, yang tercerminkan terutama dalam penurunan investasi mesin dan

peralatan. Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2014, di kisaran 5,8

persen sampai 6,1 persen.

Faktor-faktor yang bisa dikembangkan oleh Indonesia dalam menghadapi masa depan

diantaranya adanya bonus demografi. Sebanyak lebih dari 50% populasi Indonesia adalah

generasi muda usia produktif antara 14-54 tahun. Diperkirakan selama 20 tahun ke depan,

demografi tersebut akan bertahan dengan sebagian besar masyarakat berusia produktif.

Mereka akan menyumbang peningkatan kelas menengah dan tentu saja dapat

menggerakkan perekonomian dalam negeri.Sumber daya alam dan energi yang dimiliki di

Indonesia juga menjadi faktor yang dapat dikembangkan di masa depan. Seperti diketahui,

kekayaan energi baik fosil maupun energi terbarukan di Indonesia sangat besar potensinya.

(11)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 11 Indonesia juga ada pada kestabilan perekonomian secara makro. Di tengah krisis global

yang melanda AS dan Eropa, secara meyakinkan ekonomi makro Indonesia tetap tumbuh

bahkan diatas 6%. Hal tersebut menunjukkan adanya kebijakan makro ekonomi yang tepat.

Dari sisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), Indonesia terbukti lebih tahan

terhadap krisis ekonomi. Sebanyak 50% kontribusi pertumbuhan ekonomi disumbangkan

oleh UMKM dan 90% pengusaha Tanah Air merupakan UMKM. Saat ini, Indonesia termasuk

dalam GDP ekonomi terbesar dunia di urutan ke-16 dengan 45 juta kelas menengah.

Sebanyak 53% populasi di kotamenyumbangkan 71% GDP total dengan 55 juta tenaga kerja

terampil dari 118 juta tenaga kerja. Peluang pasar Indonesia saat ini mencapai US$0,5 triliun

per tahun.Pada 2030, Indonesia akan menjadi negara dengan GDP ekonomi terbesar ke-7

dunia dengan 135 juta kelas menengah. Populasi di kota juga akan meningkat menjadi 71%

dan menyumbangkan 86% GDP total. Nantinya diperkirakan sebanyak 113 juta tenaga kerja

terampil ada di Indonesia dengan peluang pasar mencapai US$1,8 triliun.

Jawa Barat

Memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian daerah, nasional maupun

global beberapa tahun sebelumnya serta proyeksi perkembangan ekonomi daerah, nasional,

dan internasional, secara makro pada tahun 2015-2016 prospek pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jawa Barat diprediksikan masih dalam kondisi yang cukup stabil meskipun

dihadapkan pada tantangan kondisi pemulihan perekonomian global yang penuh

ketidakpastian. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, indikator makro ekonomi Provinsi

Jawa Barat diproyeksikan sebagai berikut:

Tabel 3.7.

Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Jawa Barat Tahun 2015-2016

No. Indikator Proyeksi

2015 2016

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen) 6,2 – 6,8 6,3 – 6,9

2. Inflasi (persen) 6,3 – 7,3 4,5 – 5,5

3. Kemiskinan 6,8 – 5,9 5,9 – 5,0

4. Laju Pertumbuhan Investasi (persen) 5. Tingkat Pengangguran Terbuka

(persen)

8,0 - 7,5 7,5 – 7,0 Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018

Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian global dan nasional,

maka skenario laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diprediksikan akan tumbuh pada

kisaran sebesar 6,2 – 6,8 persen untuk tahun 2015 dan 6,3 – 6,9 persen pada tahun 2016 dan dengan inflasi pada kisaran 6,3 – 7,3 persen pada tahun 2015 dan 4,5 – 5,5 persen pada tahun 2016.Dari sisi tingkat kemiskinan, diprediksikan angka kemiskinan secara gradual akan

menurun. Pada tahun 2015, tingkat kemiskinan di Jawa Barat diperkirakan akan berada pada

(12)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 12 yang menurun. Pada tahun 2015 TPT akan berada pada kisaran 8,0 – 7,5 persen dan tahun 2016 sekitar 7,5 – 7,0 persen.

Sisi permintaan, tekanan terhadap kinerja perekonomian diperkirakan dipengaruhi

oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara komponen lainnya seperti

konsumsi pemerintah, impor dan investasi menjaga kinerja perekonomian secara umum tetap

stabil. Konsumsi pemerintah yang lebih ekspansif, impor yang cenderung melambat serta

investasi yang stabil diperkirakan menjadi komponen-komponen yang membantu

mempertahankan kinerja perekonomian Jawa Barat yang tetap stabil. Resiko ketidakpastian

global dan perkiraan melambatnya konsumsi domestik pada tahun 2014 dan 2015 menjadi

landasan perkiraan melambatnya kinerja ekspor luar negeri maupun antar daerah.

Sementara itu investasi diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan meningkat yang

dilandasi oleh perkiraan investasi swasta relatif stabil sementara investasi pemerintah lebih

ekspansif. Investasi diperkirakan terus berlanjut di tahun 2014 dan 2015, terutama dalam

bentuk investasi non bangunan.

Ekspor diperkirakan tetap bertumbuh tinggi dengan kecenderungan melambat yang

dipengaruhi oleh kemungkinan konsumsi tahun 2014-2015 yang tertahan dan perkembangan

eksternal yang diliputi resiko ketidakpastian. Di sisi lain, perekonomian global yang masih

diliputi ketidakpastian dan resiko terkait lambatnya proses pemulihan ekonomi di sejumlah

negara maju dan krisis geopolitik di kawasan Timur Tengah serta menurunnya proyeksi

perekonomian China diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke

luar negeri.

Secara sektoral, sektor utama Jawa Barat seperti sektor industri pengolahan dan PHR

diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada tahun

2014-2015. Perkembangan nilai tukar Rupiah yang cenderung membaik terhadap dolar AS

diperkirakan berdampak terhadap kinerja perusahaan manufaktur dengan orientasi domestik

dan memiliki ketergantungan impor tinggi. Sebagian industri di Jawa Barat mengandalkan

bahan baku impor untuk produksinya, seperti sektor TPT dan komponen otomotif.

Tekanan inflasi pada tahun 2014 diperkirakan semakin mereda, kondisi ini seiring

dengan telah berakhirnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun demikian,

tekanan inflasi diperkirakan muncul dari berbagai pengaruh seperti kenaikan tarif listrik, faktor

cuaca yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian.

Adapun analisis SWOT untuk tantangan perekonomian Jawa Barat Tahun 2014-2016

yang dilakukan oleh Tim Ekonomi Makro Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan

a.

Jumlah penduduk dan tingginya kunjungan penduduk luar wilayah merupakan potensi

pasar

b.

Minat perusahaan yang akan melakukan investasi di Jabar tinggi (info BKPPMD

Jabar)

c.

Ekspektasi positif pelaku usaha dan konsumen positif terhadap perekonomian Jabar ke depan (survei BI)

(13)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 13

e.

Infrastruktur meningkat (kualitas dan kuantitas)

f. Kredit meningkat

2. Kelemahan

a.

Konflik dalam penetapan UMK yang mempengaruhi produksi

b.

Perubahan cuaca akan berdampak pada produksi

c.

Potensi dampak lanjutan perubahan harga-harga yang diatur pemerintah terhadap ongkos produksi dan volume produksi

d.

Adanya ketimpangan yang cukup besar pada PDRB antar Kabupaten/Kota di Jawa

Barat.

e. Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran walaupun ada kecenderungan

menurun tetapi pada beberapa tahun ke depan diperkirakan masih relative besar,

sehingga program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja harus

masih menjadi prioritas.

3. Peluang

a.

Mulai pulihnya permintaan ekspor Eropa dan Amerika

b.

Ekspansi fiskal pemerintah pusat dan daerah berdampak positif terhadap sektor

usaha

c. Stabilitas politik yang terjaga berdampak terhadap stabilitas ekonomi

4. Tantangan

a.

Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga

b.

Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi

c.

Peningkatan target indeks daya beli masyarakat Jawa Barat tahun 2014, sehingga perlu adanya upaya-upaya yang kongkrit untuk mencapai target tersebut.

d.

tantangan perubahan iklim dan out break hama penyakit, dikhawatirkan produksi pangan Jawa Barat akan mengalami penurunan pada beberapa tahun ke depan.

Perlu adanya upaya peningkatan produksi pangan melalui perbaikan system

perbenihan, intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitas sarana produksi.

e.

Kelangkaan energi pada beberapa tahun mendatang diperkirakan akan semakin

terasa, sehingga untuk antisipasinya perlu ada upaya peningkatan eksplorasi dan

pengembangan sumber energy alternative.

f.

Terjadinya penurunan daya saing beberapa produk andalan Jawa Barat di Pasar

Global seperti tekstil dan lain-lain, perlu ada upaya peningkatan daya saing produk

Jawa Barat.

g.

Di bidang tekhnologi, peran Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan masih relative rendah,

sehingga perlu adanya upaya peningkatan peran Perguruan Tinggi dan Lembaga

Penilitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan Jawa

Barat.

(14)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 14 j. Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan pedesaan.

Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Jawa Barat mempunyai

potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek

dalam menghadapi tantangan tersebut. Prospek perekonomian Jawa Barat adalah:

1. Internal

a. Bidang Pertanian/pangan

Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang

cukup banyak, serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Waduk

Jatigede

b. Bidang Industri

Jawa Barat memiliki industri yang banyak baik skala besar, menengah, kecil dan

mikro

c. Bidang Energi

Jawa Barat memiliki sumber daya alam sumber energy alternative yang cukup

banyak, baik dari bahan tambang maupun komoditas pertanian.

d. Bidang Teknologi

Jawa Barat memiliki Perguruan tinggi ternama dan lembaga litbang departemen

maupun non departemen yang cukup banyak.

2. Eksternal

a. Kelangkaan pangan di tingkat global dan nasional

Merupakan peluang bagi pertanian Jawa Barat dalam pemasaran produk pertanian

dan olahannya.

b. Pergeseran kekuatan ekonomi ke Asia

Jawa Barat sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia mempunyai peluang dalam peningkatan sektor industri.

 Pada tanggal 14 Januari 2010 Atase Perekonomian China (mewakili Pusat Perdagangan Luar Negeri China) melakukan pertemuan bisnis dengan Kamar

Dagang dan Industri Jabar. Cina merencanakan akan membuka pabrik tekstil di

Jawa Barat sebagai bentuk investasi Cina di bidang manufaktur di Indonesia

c. Kesiapan Jawa Barat menghadapi Asean Economic Community (AEC) pada tahun

2015.

Jawa Barat memiliki penduduk dan tenaga kerja yang banyak, harus dipersiapkan

peningkatan daya saingnya (skill, dll), supaya berkontribusi dominan terhadap

lapangan kerja AEC.

Program Jabar mengembara pada tahun 2013 harus mampu mempersiapkan tenaga

Jawa Barat dalam kancah AEC.

d. MP3EI

Dukungan untuk MP3EI untuk jangka pendek berupa kebijakan Jawa Barat dalam

penciptaan iklim usaha yang lebih baik, diharapkan akan meningkatkan kinerja

(15)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 15 Tahun 2015 merupakan tahapan ke-2 pada rangkaian pembangunan jangka

menengah tahun 2013-2018. Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian saat ini

serta tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat ke depan, maka pada tahun 2015

diperlukan kerangka perekonomian Jawa Barat sebagai berikut:

1. Perlu mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota yang relatif rendah dengan

memacu sektor unggulan masing-masing kabupaten/kota tersebut.

2. Pengendalian jumlah penduduk, penyediaan lapangan kerja dan penurunan angka

kemiskinan, serta peningkatan daya beli masih tetap menjadi prioritas pada

pembangunan Jawa Barat tahun 2015.

3. Regulasi perizinan yang pro bisnis (perijinan kondusif) dan membenahi permasalahan

yang menghambat laju investasi dan daya saing produk.

4. Peningkatan penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing daerah dan ekonomi

kreatif.

5. Peningkatan produk pangan melalui perbaikan sistem perbenahan intensifikasi, proteksi,

pengolahan hasil, fasilitasi sarana produksi, perbaikan infrastruktur pertanian (irigasi dan

jalan).

6. Peningkatan ekplorasi dan pengembangan sumber energi alternatif.

7. Peningkatan peran swasta, yang salah satunya peningkatan CSR (peningkatan

pendanaan kontribusi dana CSR dan peningkatan sinegritas pembangunan).

8. Peningkatan daya saing tenaga kerja Jawa Barat dalam rangka diberlakukannya Asean

Economic Community tahun 2015 (untuk memanfaatkan potensi jumlah tenaga kerja

Jawa barat dan peluang pasar tenaga kerja dan usaha).

Sejalan dengan membaiknya perekonomian global, nasional dan regional Jawa Barat

sedikit banyak berdampak pula pada pemulihan perekonomian Kabupaten Ciamis dengan

karakteristik pada sisi produksi didominasi oleh sektor pertanian; Perdagangan, Hotel dan

Restoran; dan Jasa-jasa. Berdasarkan data selama sepuluh tahun terakhir, sektor-sektor ini

yang masih akan berpengaruh besar terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

Ciamis. Namun demikian laju pertumbuhan sektor pertanian sangat lambat dibandingkan

dengan sektor lainnya, sedangkan sektor Industri Pengolahan menunjukan peningkatan laju

pertumbuhan yang semakin baik. Berdasarkan data historis dari tahun 2001 sampai tahun

2013 serta memperhatikan berbagai fenomena global maupun nasional, perekonomian

Ciamis pada tahun 2014setelah terbentunya Kabupaten Pangandaran diproyeksikan akan

meningkat menjadi 5,05%; dan pada tahun 2015 akan tetap sebesar 5,05%.

Kekhawatiran dampak ACFTA dan AEC pada tahun 2015 sebaiknya tidak dianggap

sebagai sebuah ancaman, namun sebagai peluang bagi industri di kabupaten Ciamis untuk

lebih meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar. Sehingga untuk menghadapi

dunia usaha yang kompetitif, maka sinergitas antara pelaku usaha, pemerintah daerah,

pemerintah pusat, serta instansi terkait perlu terus ditingkatkan. Permasalahan yang

(16)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 16 penyederhanaan proses perizinan, meningkatkan berbagai aktivitas promosi produksi dan

investasi di Kabupaten Ciamis.

Begitupun halnya dengan prioritas pembangunan di dalam dokumen rencana

pembangunan jangka panjang Kabupaten Ciamis. Pertama, pengembangan sarana dan

prasarana pendukung investasi dapat menunjang kegiatan investasi baik oleh pelaku

ekonomi lokal maupuan dari luar. Pengembangan tersebut berpotensi besar untuk menarik

investor dalam mengembangkan usahanya di Kabupaten Ciamis. Sarana dan prasarana

pendukung investasi yang memadai dapat mengurangi tekanan biaya transaksi bagi seluruh

pelaku usaha termasuk investor, sehingga memberikan keadaan ekonomi yang dapat

menunjang profitabilitas usahanya. Kedua, penataan agribisnis dapat mengungkit salah satu

masalah pada sektor pertanian. Khususnya, pada sektor hilir, penataan agribisnis dapat

memperluas informasi permintaan pasar produk pertanian primer, dan lebih dari itu dapat

mempertajam sinyal pasar bagi petani dan pelaku usaha yang menjadi rantai berikutnya.

Ketiga, profesionalisme manajemen pariwisata berpotensi untuk menambah arus masuk

wisatawan ke Kabupaten Ciamis. Implikasinya, kegiatan ekonomi

perdagangan-hotel-restoran akan turut terungkit, dan sektor tersebut memiliki potensi besar untuk berkembang.

Bahkan rencana tersebut akan paralel dengan potensi pengembangan investasi. Sektor

pariwisata menjadi alternatif investasi bagi calon investor. Keempat, pengembangan

kawasan agropolitan dan lumbung padi, berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekonomi

sektor pertanian, perdagangan komoditi pertanian, dan industri pengolahannya. Prioritas

pembangunan ini dapat berjalan bersama dengan program pengembangan industri

rumahtangga pengolan produk pertanian dan kehutanan menjadi produk unggulan baru.

Kelima, revitalisasi dan pengembangan sarana perdagangan dan pengembangan pasar

modern berpotensi untuk semakin memperkuat peranan ekonomi sektor perdagangan di

Kabupaten Ciamis. Keenam, program peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan dan

investasi sangat berpotensi untuk meningkatkan nilai produksi sektor ekonomi yang

merespon permintaan di luar Kabupaten Ciamis. Program kerjasama investasi juga dapat

memperluas peluang arus masuk investor ke Kabupaten Ciamis. Secara operasional, arah

pengembangan dalam dokumen perencanaan jangka panjang telah difasilitasi oleh informasi

mengenai lokasi pengembangannya yang tertera pada dokumen RTRW Kabupaten Ciamis.

Kegiatan ekonomi Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan

kontribusi yang besar bagi perekonomian Kabupaten Ciamis. Implikasi ekonomi dibalik

kinerja ekonomi lapangan usaha tersebut memberikan optimisme bagi perbaikan

perekonomian ke depan. Kecenderungan produksi yang meningkat pada setiap lapangan

usaha memberikan indikasi bahwa ke depan akan terjadi penyerapan tenaga kerja pada

setiap lapangan usaha, dan konsekuensinya memerlukan ketersediaan modal untuk

menopang perkembangan tersebut, baik modal buatan manusia, sumber daya alam dan

modal manusianya sendiri. Lebih dari itu, memahami bahwa kegiatan ekonomi suatu

lapangan usaha terkait dengan kegiatan ekonomi lapangan usaha lainnya, oleh karena itu

secara agregat peningkatan produksi pada suatu lapangan usaha berpotensi untuk

(17)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 17 potensi ini bisa memperoleh respon yang lambat karena terdapat katup-katup yang

menghalanginya. Sehingga, salah satu tugas pemerintah daerah adalah membuka katup

tersebut supaya potensi perkembangan ekonomi bisa terealisasi. Arah kebijakan strategisnya

adalah memperkuat keterkaitan suatu lapangan usaha dengan lapangan usaha lainnya,

supaya hasil produksi suatu lapangan usaha lokal dapat menunjang kegiatan ekonomi

lapangan usaha lokal lainnya. Setidaknya, arah kebijakan strategis ini akan memberikan

manfaat berupa rendahnya biaya transportasi yang menunjang efisiensi kegiatan ekonomi

setiap lapangan usaha. Hanya saja, biaya transaksi yang rendah juga bisa tertutupi

potensinya oleh tingginya biaya transaksi (transaction cost) yang mencakup biaya untuk

memperoleh informasi, negosiasi, monitoring, koordinasi dan penegakan hukum atau

regulasi. Keberadaan biaya transaksi yang tinggi dapat menekan efisiensi produksi dan

aspek pemerataan pendapatan.

Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan dua

lapangan usaha yang memiliki kontribusi tertinggi dalam perekonomian Kabupaten Ciamis.

Hampir separuh PDRB Kabupaten Ciamis bersumber dari kedua sektor tersebut, dan secara

berurutan berikutnya diikuti oleh Jasa-jasa, Pengangkutan dan Komunikasi, Industri

Pengolahan, Keuangan-Persewaan dan Jasa Perusahaan, Bangunan, Listrik-Gas-Air Bersih,

serta Pertambangan dan Penggalian.

Laju pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada tahun 2015 diperkirakan

mengalami pertumbuhan yang tetap dibandingkan dengan tahun 2014, terkait dilaksanakan

program-program unggulan pertanian terpadu, peningkatan sarana dan prasarana dan

peningkatan kinerja penyuluh pertanian. Namun demikian terdapat fenomena yang harus

direspon terkait dengan perubahan iklim yang mendorong perubahan cuaca, mengingat

aktivitas budidaya pada sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh cuaca dan antisipasi

kemungkinan adanya kenaikan harga pupuk akibat pengurangan subsidi.

Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian global dan nasional

diatas, maka skenario laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis diprediksikan akan

tumbuh sebesar 5,05% untuk tahun 2014 dan pada tahun 2015 tetap tumbuh sebesar 5,05%.

Hal ini diasumsikan apabila kondisi pemulihan ekonomi global menunjukkan tanda-tanda

positif dan akselerasi pemulihan dapat dipercepat.

Untuk mewujudkan laju pertumbuhan ekonomi tersebut, maka:

 Kinerja sektor-sektor unggulan yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Ciamis harus dapat dipertahankan didorong untuk lebih produktif.

 Keterkaitan antar sektor lapangan usaha khususnya sektor Pertanian dan Industri Pengolahan, harus ditingkatkan agar terjadi peningkatan Nilai Tambah yang cukup besar

di lokal daerah Kabupaten Ciamis.

 Pertumbuhan perdagangan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan naik, disamping tren penurunan laju inflasi yang dapat memicu laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten harus bisa dipertahankan.

Prediksi pertumbuhan ekonomi makro Kabupaten Ciamis yang mencapai lebih dari

(18)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 18 Kabupaten Ciamis dapat dioptimalkan dan disertai dengan tata kelola ekonomi yang baik,

untuk mempercepat pembangunan dan pengurangan pengangguran dan kemiskinan.

Pencapaian ke arah prediksi ekonomi makro yang optimis, tentunya menjadi tantangan ke

depan yang harus disikapi oleh pemerintah daerah dengan cara melakukan

terobosan-terobosan/inovasi-inovasi dalam perencanaan pembangunan daerah, misalnya dengan cara

pendekatan pembangunan industri wilayah untuk mencapai daya saing daerah melalui

pencapaian skala ekonomis.

Bila dilihat dari kontribusinya, perekonomian Kabupaten Ciamis masih ditopang oleh

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)dan sektor Pertanian. Pada periode tahun

2014 sampai tahun 2015, Sektor Pertanian diprediksikan akan memiliki kontribusi sekitar

24,85% pada tahun 2014, dan 23,85% tahun 2015. Sedangkan sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran diprediksikan akan menyumbang sekitar 26,31% untuk tahun 2014, dan

26,88% pada tahun 2015 dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku secara

keseluruhan.

Tabel 3.8

Proyeksi Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2015 Menurut Lapangan Usaha (ADH Berlaku)

Sektor 2014 2015

1. Pertanian 24,85 23,85

2. Pertambangan & penggalian 0,17 0,17

3. Industri pengolahan 8,12 8,34

4. Listrik, gas, dan air minum 0,82 0,87

5. Konstruksi 2,89 2,87

6. Perdagangan, hotel & restoran 26,31 26,88

7. Pengangkutan & komunikasi 11,71 11,35

8. Keuangan, Persewaan& jasa perusahaan 6,49 6,66

9. Jasa-jasa 18,63 19,01

PDRB 100.00 100.00

Sumber: BPS Kab. Ciamis, 2013

Prospek perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2014 – 2015 diharapkan akan terjadi perbaikan, hal ini antara lain semakin menguatnya volume APBD Kabupaten Ciamis

mendorong peningkatan kualitas infrastruktur yang mendukung peningkatan produktivitas,

respon masyarakat terhadap upaya penciptaan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik,

penerapan kompetisi di kalangan para pelaku usaha khususnya yang berkaitan dengan

rekanan pemerintah sehingga mendorong peningkatan efisiensi dan kompetisi kualitas

pekerjaan. Upaya pemerintah daerah untuk terus meningkatkan percepatan pengembangan

agribisnis melalui pengembangan komoditas unggulan dan pengembangan kepariwisataan

melalui penataan obyek wisata yang mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan

propinsi. Upaya penguatan keuangan kecamatan dan desa. Penguatan keuangan kecamatan

sebagai upaya meningkatkan peran kecamatan sedangkan penguatan keuangan desa dalam

rangka mendukung pembangunan prasarana dan sarana perdesaan dengan harapan lebih

menopang peningkatan produktivitas masyarakat di perdesaan serta adanya dukungan dari

(19)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 19 Selama lima tahun terakhir volume APBD Kabupaten Ciamis terus meningkat secara

nyata. Namun demikian kita masih dihadapkan pada kurangnya fasilitasi pendanaan melalui

APBD dibandingkan dengan kebutuhan yang didasarkan pada aspirasi dan tuntutan

masyarakat.Keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah

berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Untuk itu, perlu dilakukan inovasi melalui

sumber pembiayaan lainnya selain APBD.

Berdasarkan kondisi perekonomian saat ini dan tantangan serta prospek perkonomian

mendatang maka arah kebijakan perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2015 adalah :

1. Pengembangan kawasan-kawasan strategis ekonomi seperti pengembangan kawasan

agropolitan dan lumbung padi, pengembangan sentra-sentra produksi andalan,

percepatan pembangunan pertanian melalui revitalisasi pembangunan pertanian,

kehutanan dan perikanan, serta pembangunan perdesaan melalui peningkatan produksi

dan produktivitas komoditi pertanian serta pengembangan diversifikasi usaha di

perdesaan, pemberdayan ekonomi rakyat dan memperluas cakupan program

pembangunan yang berbasis masyarakat serta pengembangan produk unggulan daerah

dalam rangka peningkatan daya saing.

2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat, termasuk memberdayakan peranan koperasi dan

UKM, melalui peningkatan sumber daya manusia dalam hal manajerial dan teknis untuk

mendorong penguatan daya saing produk, fasilitasi kemudahan akses permodalan bagi

UKM, fasilitasi promosi produk-produk unggulan daerah (perluasan akses pasar) dan

promosi pariwisata untuk mendatangkan wisatawan.

3. Meningkatkan potensi penyerapan tenaga kerja dan penyiapan tenaga kerja terampil;

4. Memperkuat sektor industri manufaktur/pengolahan yang akan menyerap produk

pertanian lokal (yang telah berkembang dan yang akan dikembangkan) meliputi potensi

tanaman pangan, perkebunan, peternakan, hutan rakyat, dan perikanan budidaya.

5. Industrialisasi pedesaan yang berpotensi untuk menggerek sektor pertanian untuk

meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani/masyarakat desa, serta mendorong

investasi yang diarahkan pada bisnis pengolahan produk pertanian;

6. Penyederhanaan prosedur investasi;

7. Pengembangan ekowisata, agrowisata, dan wisata budaya yang didukung dengan

sarana dan prasarana penunjang yang memadai;

8. Peningkatan ketersediaan infrastruktur yang memadai baik jalan, irigasi, listrik, pusat

pemasaran secara bertahap;

9. Penguatan kelembagaan (regulasi dan kebijakan yang fokus, tepat sasaran,

keberpihakan, koordinatif dan sinergitas).

10. Meningkatkan partisipasi masyarakat/swasta untuk berpartisipasi aktif dalam

pembangunan daerah.

11. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sehingga pembangunan tidak

hanya sisi ekonomi semata tetapi juga harus didasarkan pada pembangunan yang

berkelanjutan yang memenuhi kriteria ekonomis, bermanfaat secara sosial, didukung

(20)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 20

3.2 ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah serta lebih teknis mengacu pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah sebagaimana telah dirubah dua kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu)

tahun anggaran yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan

daerah (penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Secara umum komponen

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini dapat dikategorikan dalam 2 jenis, yaitu

: (1) penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan

terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dan

penerimaan pembiayaan daerah yang merupakan semua penerimaan yang harus

dibayar kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun

anggaran berikutnya; dan (2) pengeluaran daerah yang terdiri dari belanja daerah yang

merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara

proporsional menurut prioritas urusan dan kewenangan skpd agar relatif dapat

dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan

umum dan selanjutnya pengeluaran pembiayaan daerah adalah pengeluaran yang

akan diterima kembali pada tahun anggaran berjalan maupun pada tahun berikutnya.

Perencanaan Pembangunan Daerah di era globalisasi sekarang ini memotivasi

setiap pemerintah daerah untuk dapat menggali dan mencari peluang Penerimaan

Pendapatan Daerah seoptimal mungkin. Optimalisasi Penerimaan Daerah yang

berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber utama dalam

membangun daerah. Penerimaan Pendapatan yang optimal dengan pengelolaan

secara profesional dalam suatu daerah dapat mempercepat proses pembangunan

daerah.

Sumber pendapatan daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan

yang meliputi Dana bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, Dana Alokasi Umum,

dan Dana Alokasi Khusus; 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi

Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dan bukan pajak dari provinsi

dan Pemerintah daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Dana

Bantuan Keuangan dari Provinsi. Penerimaan Pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Pencairan Dana

(21)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 21 Selain dana dari penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber

dari Pemerintah Pusat berupa dana tugas pembantuan (TP), dana bantuan operasional

sekolah (BOS), program pengentasan kemiskinan (PNPM dan PKH) , dana tersebut

sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang diperuntukan bagi kepentingan

pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Ciamis.

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek

perekonomian daerah, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber

pendapatan daerah dituangkan ke dalam tabel Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan

Daerah, sebagai berikut:

Tabel 3.9

Perkembangan Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2012 – 2016

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2014 Catatan : Realisasi Tahun 2012 dan 2013 termasuk DOB Pangandaran

3.2.2. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih. Pendapatan dalam struktur APBD merupakan Sumber Pendapatan

Daerah, yang terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah,

Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-Lain

Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana bagi hasil pajak dan 1 PENDAPATAN 1.867.335.578.125 2.196.493.936.848 1.975.080.512.019 2.033.414.162.633 1.851.708.346.000

1.1 Pendapatan asli daerah 87.711.885.423 117.475.935.245 161.636.566.519 171.452.190.800 150.458.346.000

1.1.1 Pajak daerah 17.718.419.272 28.824.967.342 33.712.666.000 36.169.860.117 27.917.168.000 1.1.2 Retribusi daerah 18.571.609.783 22.920.807.541 9.110.768.500 9.644.707.940 12.241.178.000 1.1.3 Hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan

2.486.035.599 2.840.893.502 3.318.017.609 3.318.035.276 2.700.000.000

1.1.4 Lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah 48.935.820.769 62.889.266.860 115.495.114.410 122.319.587.467 107.600.000.000

1.2 Dana perimbangan 1.353.385.828.508 1.494.016.559.741 1.258.897.496.000 1.331.942.475.000 1.486.000.000.000 1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi

hasil bukan pajak 98.691.164.508 94.496.352.741 57.300.000.000 72.000.000.000 60.500.000.000 1.2.2 Dana alokasi umum 1.165.043.374.000 1.303.907.527.000 1.068.289.296.000 1.156.989.995.000 1.260.500.000.000 1.2.3 Dana alokasi khusus 89.651.290.000 95.612.680.000 133.308.200.000 102.952.480.000 165.000.000.000

1.3 Lain-lain pendapatan

daerah yang sah 426.237.864.194 585.001.441.862 554.546.449.500 530.019.496.833 215.250.000.000

1.3.1 Hibah 1.446.000.000 2.540.000.000 4.038.000.000

1.3.2 Dana darurat

1.3.3 Bagi hasil pajak dan bukan pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya

49.982.711.594 65.875.605.182 79.734.800.000 77.749.854.200 55.000.000.000

1.3.4 Dana Penyesuaian dan

Otonomi Khusus 247.286.806.000 360.372.972.000 305.058.338.000 448.231.642.633

1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah daerah lainnya**)

128.968.346.600 157.306.864.680 167.213.311.500 160.250.000.000

JUMLAH PENDAPATAN

(22)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 III - 22 Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Dana Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak

dan bukan pajak dari provinsi dan Pemerintah daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan

Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi. Pembiayaan bersumber dari

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan

Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Selain dana dari

penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat

berupa dana tugas pembantuan (TP), dana bantuan operasional sekolah (BOS), program

pengentasan kemiskinan (PNPM dan PKH), dana tersebut sesuai dengan kebijakan

Pemerintah Pusat yang diperuntukan bagi kepentingan pelaksanaan pembangunan di

Kabupaten Ciamis.

Kebijakan anggaran pendapatan khususnya yang terkait dengan upaya peningkatan

pendapatan diarahkan melalui upaya memperkuat pendapatan daerah untuk mendukung

kebutuhan belanja prioritas melalui upaya peningkatan PAD dan dana perimbangan.

Kebijakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diarahkan untuk memperkuat

proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah sehingga mampu mendukung kebutuhan

belanja daerah, baik Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung, melalui :

1. Optimalisasi peran dan fungsi kelembagaan serta Sistem Operasional Pemungutan

Pendapatan Daerah melalui penyempurnaan sistem pemungutan pajak daerah dan

retribusi daerah serta penambahan fungsi dan sistem aplikasi pengelolaan pajak daerah

khususnya dalam hal penatausahaan PBB dan BPHTB, yang pada Tahun 2014 menjadi

Pajak Daerah, sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 ;

2. Peningkatan pendapatan daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi terutama bagi

sumber yang potensial, seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan logam dan batuan

serta pajak Sarang Burung Walet dan ditambah dengan Pajak Air Tanah yang merupakan

pelimpahan dari Provinsi;

3. Pengembangan koordinasi secara sinergis dibidang pendapatan daerah dengan instansi

vertikal dalam penyelenggaraan pemungutan;

4. Optimalisasi Badan Usaha Milik Daerah untuk dapat meningkatkan kontribusi pendapatan

daerah;

5. Peningkatan dan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan lain, melalui upaya

Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah meliputi sosialisasi, pembinaan,

koordinasi, pengawasan dan evaluasi.

Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan DanaPerimbangan dan Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah

sebagai berikut :

1. Mendorong upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Orang Pribadi

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.5 Indikator Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Kabupaten Ciamis Tahun 2012-2013
Tabel 3.6
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang GIS juga telah diaplikasikan pada Sistem Informasi Geografis Pencarian Data Penduduk (Rusidy, 2003) yang di dalamnya membahas tentang kelebihan

Untuk TA 2016, penilaian kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga didasarkan pada aspek kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan, kepatuhan terhadap

IN HET MAKASSAARSCH VERTAALD.

Jari-jari atom unsur segolongan dari atas ke bawah umumnya makin besar, sedangkan untuk unsur-unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan jari-jari atomnya semakin kecil. Nomor

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian atau populasi merupakan obyek atau subjek yang berada pada suatu

Dua bulan yang lalu, suatu kelompok Opus Dei di sebuah universitas di barat bagian tengah tertangkap basah membius pengikut barunya dengan obat yang dapat menimbulkan

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian kompetensi guru adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang sebaiknya dapat

Pengujian terbang dilakukan untuk menguji pengiriman paket data dan video streaming dari unit pengiriman menuju stasiun pemantauan.Dari pengujian terbang seperti pada Gambar