perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STRATEGI PEMBE
PADA KELAS AKS
T
FAKULTAS
UN
BELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH G
KSELERASI DI SMP NEGERI 1 KARANGA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
SITI FATHUL JANAH
K8408059
AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MERET
SURAKARTA
JULI 2012
H GURU
GANYAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH GURU
PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
SITI FATHUL JANAH
K8408059
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sosiologi - Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MERET
SURAKARTA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
commit to user
vi
ABSTRAK
Siti Fathul Janah. K8408059. STRATEGI PEMBELAJARAN YANG
DIGUNAKAN OLEH GURU PADA KELAS AKDELERASI DI SMP NEGERI 1 KARANGANYAR.Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui persoalan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Karanganyar, (2) mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, (3) mengetahui alasan guru memilih menggunakan strategi pembelajaran tersebut.
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data verbal yang diperoleh langsung dari wawancara dengan informan yang terdiri dari guru, siswa, waka kurikulum, ketua program akselerasi, dan observasi proses pembelajaran di kelas akselerasi. Data sekunder yaitu dokumen atau arsip mengenai kurikulum akselerasi. Teknik Sampling diambil melalui
teknik Purposive dengan Snowball Sampling. Teknik pengumpulan data dengan
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Uji validitas data
menggunakan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik Analisis data model interaktif yakni dengan tahapan sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Simpulan hasil penelitian yaitu: (1) Persoalan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu guru menghadapi beberapa siswa yang masih kekanak-kanakan, kurang mandiri atau masih bergantung pada temannya, dan waktu penyelesaian semua materi pembelajaran yang dipercepat, (2) Strategi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu strategi pembelajaran pemecahan masalah dengan metode debat, strategi pembelajaran kooperatif dengan metode simulasi, dan strategi pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi kelompok dilanjutkan presentasi, (3) Alasan para guru menggunakan strategi tersebut dikarenakan untuk strategi tersebut dapat melatih siswa akselerasi menjadi lebih mandiri dan mampu berfikir secara kritis serta untuk mensiasati waktu pembelajaran program akselerasi yang dipercepat, selain itu karena media pembelajaran yang digunakan cukup sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Kau bisa menjadi apa pun yang kau inginkan, jika keyakinanmu cukup besar dan
tindakanmu sesuai dengan keyakinanmu, karena apa pun yang bisa diciptakan dan
diyakini oleh pikiran, hal itu bisa dicapai”.
(Napoleon Hill : penulis terlaris buku Think and grow rich)
“Segala sesuatu yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, hasilnya pasti akan
lebih indah dan mengesankan”. (Penulis)
“Sejarah telah memperlihatkan bahwa pemenang yang paling mengesankan
biasanya menghadapi rintangan paling memilukan sebelum mencapai
kemenangan. Mereka menang karena tidak mau dibuat patah semangat oleh
kekalahan”.
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Persembahan karya ini sebagai wujud bakti, cinta,
dan terima kasih kepada:
Alloh SWT yang telah melimpahkan rizki dan
hidayah-Nya
Ayahanda Moh. Ikhsan Waris Santoso dan Ibu
Sujiati yang tiada lelah mencurahkan kasih
sayang serta doa di setiap hembusan nafas.
Kakak-kakak tersayang yang telah memberi
kasih sayang dan warna dalam hidupku.
Seseorang tercinta yang selalu menemani
hidupku.
Teman-teman Sos-Ant’08
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi
kenikmatandan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH
GURU PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan serta Pembantu Dekan I,
II, dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Drs. H Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3. Drs. H MH. Sukarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Dra. Hj. Siti Rochani, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini
5. Siany Indria L. S.Ant M.Hum, Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Drs. Slamet Subagya, M.Pd, Pembimbing Akademik, serta Bapak dan ibu
Dosen Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, Siswa, dan seluruh karyawan SMP
Negeri 1 Karanganyar yang telah membantu kelancaran pelaksanaan
penelitian.
commit to user
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak, sangat penulis harapkan demi
perbaikan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan serta bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terimakasih.
Surakarta, 19 Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERNYATAAN... ii
PENGAJUAN SKRIPSI ... iii
PERSETUJUAN ... iv
PENGESAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
MOTTO... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan... 8
1. Kajian Teori... 8
a. Kajian Tentang Strategi Pembelajaran ... 8
b. Kajian Tentang Guru... 23
c. Kajian Tentang Program Akselerasi ... 32
d. Guru Dalam Strategi Pembelajaran Kelas Akselerasi... 44
2. Hasil Penelitian yang relevan ... 46
commit to user
xii
BAB III METODE PENELITIAN... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 50
C. Data dan Sumber Data ... 52
D. Teknik Pengambilan Informan... 54
E. Teknik Pengumpulan Data... 55
F. Uji Validitas Data... 56
G. Analisis Data ... 58
H. Prosedur Penelitian ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 62
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian... 62
B. Deskripsi Temuan Penelitian ... 68
1. Persoalan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas akselerasi ... 68
2. Strategi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas akselerasi ... 77
3. Alasan guru menggunakan strategi pembelajaran tersebut ... 91
C. Pembahasan... 97
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 102
A. Simpulan ... 102
B. Implikasi... 103
C. Saran... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Perbandingan nilai rata-rata ujian nasional sekolah tersebut
dengan nilai rata-rata tingkat nasional tahun 2010/2011……... 5
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar.1 : Interaksi media kegiatan belajar dan bentuk pembelajaran.... 13
2. Gambar.2 : Kerangka Pemikiran... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian (interview guide dan observasi) ... 110
2. Catatan Lapangan (Fieldnote)... 115
3. Kalender akademik program akselerasi ... 149
4. Jadwal pelajaran program kelas VII akselerasi……….. 154
5. Dokumentasi Penelitian ... 155
6. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi... 158
7. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS ... 159
8. Surat Permohonan Izin Research ... 160
9. Surat Keterangan Ijin Penelitian ... 161
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya mewujudkan cita-cita pembangunan nasional salah satunya adalah
menempatkan sektor pendidikan pada posisi dan peran yang sangat strategis
dalam pembangunan. Namun, pendidikan di negara kita belum ditempatkan pada
posisi yang sewajarnya. Kondisi seperti ini dapat dilihat dalam berbagai segi, di
antaranya sistem sekolah masih terlalu panjang yang masing-masing memakan
waktu yang cukup lama, diskriminatif, pelayanan yang masih di bawah rata-rata,
bahkan sampai kepada masalah kurang memberikan masa depan yang lebih baik
bagi peserta didik dan pengguna jasa pendidikan.
Di Indonesia, mutu pendidikan yang rendah akan membawa
permasalahan yang krusial pada sumber daya manusia (SDM). Secara nasional
Isjoni dan Firdaus (2007) menginformasikan data bahwa, “BPS Susenas (2003)
menunjukkan bukti sebanyak 83,18% lulusan Perguruan Tinggi (PT) Indonesia
bekerja sebagai buruh atau karyawan. Kemudian data dari Dikti (2005)
menunjukkan prosentase pengagguran terbuka lulusan Perguruan Tinggi
Indonesia untuk Diploma dan Sarjana, masing-masing 3,15% dan 3,61%.
Kemudian data dari IMD (2005) menyatakan bahwa pada tataran global,
kemampuan Indonesia bersaing di antara 60 negara adalah pada peringkat 59 di
atas Venezuela”(hlm.57).
Rendahnya mutu pendidikan di negara kita yang berdampak pada
rendahnya mutu SDM tersebut, dalam menghadapi globalisasi beserta dampak
yang ditimbulkan dari globalisasi itu sendiri dapat dikatakan menjadi suatu
tantangan yang cukup berat. Globalisasi pada umumnya ditandai dengan adanya
kemajuan di segala bidang terutama di bidang teknologi. Keadaan seperti ini
memaksa manusia untuk melakukan reevaluasi dan revolusi di bidang pendidikan
agar tidak terjadi ketertinggalan pendidikan dari negara-negara lain, pada akhirnya
akan berdampak pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu strategi peningkatan kualitas SDM yang dilakukan ialah
dengan upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Di dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 4,
yaitu “bahwa warga Negara yang memiliki kercerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus”. Hal senada juga dinyatakan dalam
Undang-undang No.2 Tahun 1989 Pasal 24 ayat 1 dan 6 yang dimuat pada SMPN
1 Karanganyar (2012) pada info sekolah berbunyi bahwa, “Setiap peserta didik
berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya
dan berhak menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang
ditentukan”.
Sekolah yang memungkinkan adanya pemberian pelayanan pendidikan
bagi peserta didik berpotensi kecerdasan dan bakat istimewa adalah
sekolah-sekolah yang sudah bartaraf nasional (SSN) atau sekolah-sekolah yang merintis
pendidikan bertaraf internasional (RSBI). Pelayanan pendidikan khusus untuk
peserta didik berpotensi kecerdasan dan bakat istimewa yaitu salah satunya dalam
bentuk program akselerasi. Pada program akselerasi ini siswa diperbolehkan naik
kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu
lebih singkat. Pada program akselerasi ini, lama pendidikan SD dapat dipersingkat
menjadi lima tahun, SMP menjadi dua tahun, demikian pula SMA/SMK hanya
dua tahun.
Siswa yang harus mendapat perhatian khusus dalam pemberian
pelayanan pendidikan ialah mereka yang memiliki potensi kecerdasan jauh
dibawah normal (memiliki skor IQ dibawah 90) dan mereka yang memiliki
potensi kecerdasan jauh di atas normal (memiliki skor IQ di atas 125)
(Tirtonegoro, 2001:25). Mereka yang memiliki potensi kecerdasan jauh di bawah
normal biasa disebut dengan anak abnormal, sedangkan mereka yang memiliki
potensi kecerdasan di atas normal biasa disebut dengan anak supernormal. Anak
supernormal cenderung lebih cepat menguasai materi pelajaran yang diberikan
disekolah. Maka cara penanganan anak supernormal ialah dengan program
commit to user
Jumlah sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi di Negara
Indonesia dapat dikatakan masih tergolong sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan sekolah yang ada. Dibawah ini dapat kita lihat jumlah anak
cerdas dan jumlah sekolah penyelenggara program akselerasi di Indonesia, pada
mengenal program akselerasi menurut Aning Wulandari (2010) menunjukkan
bahwa :
“…sekitar 9551 anak cerdas intelektual dan berbakat istimewa yang
dapat mengikuti program akselerasi. Dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan bagi anak cerdas intelektual dan berbakat istimewa. Dari 42.756 madrasah, baru 7 madrasah yang
menyelenggarakanprogram akselerasi”.
Dari data di atas menunjukkan bahwa program kelas akselerasi bagi anak
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat intelektual penting dan perlu untuk
diselenggarakan. SMP Negeri 1 Karanganyar merupakan Sekolah Menengah
Pertama yang pertama kali menyelenggarakan program akselerasi untuk tingkat
SLTP di daerah Karanganyar sejak tahun 2006. Selain terkenal karena para
gurunya yang profesional juga prestasi para siswa disekolah tersebut juga sangat
membanggakan. Pada website SMP N 1 Karanganyar (2012) pada prestasi
kelulusan ditunjukkan tabel perbandingan nilai rata-rata UAN sekolah tersebut
dengan nilai rata-rata tingkat nasional pada tahun pelajaran 2010/2011, hasilnya
membuktikan nilai rata-rata ujian nasional SMP Negeri 1 Karanganyar jauh lebih
tinggi dari nilai rata-rata tingkat nasional untuk semua mata pelajaran yang
diujikan pada UAN yaitu dengan perincian sebagai berikut:
MATA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Prestasi yang membanggakan juga dapat kita lihat pada koran Suara
Merdeka(Senin, 25 Juni 2007), dikabarkan bahwa pada UAN tahun 2007 terdapat 104 siswa memperoleh nilai 10 dan 4 siswa dari kelas akselerasi meraih nilai
terbaik se-Kabupaten Karanganyar yakni 29,6. Tidak hanya siswa akselerasi saja
yang menonjol dalam prestasi, namun siswa reguler juga tidak mau kalah. Hal ini
dibuktikan dari perolehan juara dalam berbagai perlombaan. Antara lain seperti
perolehan juara II tingkat Nasional dalam perlombaan Olimpiade sains RSBI pada
tahun 2011, kemudian juara I Tingkat Nasional untuk perlombaan renang pada
tahun 2009, juara II Tingkat Nasional untuk perlombaan Tae Kwon Do pada tahun
2010, dan lain sebagainya. Dimuat dalam SMP N 1 Karanganyar (2012) pada
prestasi sekolah.
Harapan pemerintah dari adanya program akselerasi itu sendiri tidak lain
ialah memberikan pelayanan bagi para siswa yang memiliki bakat dan kecerdasan
tinggi untuk dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari yang
ditentukan dan mampu berfikir komprehensif, optimal, serta kreatif. Selain itu,
tujuan dari adanya program akselerasi ialah “Untuk mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki seorang anak agar dapat mencapai prestasi seoptimal
mungkin sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pendidik dan anak didik serta
dapat berfaedah bagi masyarakat dan negara” (Tirtonegoro, 2001:102).
Namun pada kenyataannya, penyelenggaraan akselerasi dewasa ini
belum berjalan sesuai dengan harapan pemerintah, baik dari manajemen, sistem
penerimaan siswa (rekrutmen siswa), proses pembelajaran maupun output yang
dihasilkan. Dimuat dalam LKAS (2010) pada strategi manajemen pembelajaran
program akselerasi SMP swasta harapan 2 Medan, menyatakan bahwa:
Dari beberapa kali grand tour yang dilakukan, terlihat beberapa
gejala-gejala umum antara lain:
1. Sistem pembelajaran belum sepenuhnya mengacu pada sistem akselerasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. 2. Penyelenggaraan manajemen pembelajaran belum sepenuhnya
berlangsung secara efektif dan efisien;
3. Penyediaan guru khusus kelas akselerasi belum sepenuhnya terpenuhi.
Dari gejala-gejala umum yang muncul dalam penyelenggaraan program
commit to user
dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan program tersebut mulai dari sistem
pembelajaran, penyelenggaraan manajemen pembelajaran serta penyediaan guru
khusus kelas akselerasi. Hal tersebut perlu diperhatikan karena mengingat sistem
pembelajaran di kelas akselerasi kondisinya sudah pasti jauh berbeda dari kelas
reguler umumnya. Dengan kondisi siswa pada kelas akselerasi ialah siswa yang
memiliki potensi kecerdasan di atas normal, maka perlu adanya kesesuian antara
siswa yang dihadapi dengan strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan
dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran juga tidak dapat
disamakan dengan cara mengajar di kelas-kelas lainnya (reguler). Perlu adanya
strategi pembelajaran yang khusus untuk diterapkan guru dalam proses
mengajarnya agar penyelenggaraan pembelajaran pada kelas program akselerasi
dapat terwujud sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan.
Dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melihat
bagaimana strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru serta
persoalan-persoalan yang dihadapi ketika proses pembelajaran dilakukan, dan alasan para
guru akselerasi memilih menggunakan strategi pembelajaran tersebut ketika
mengajar dikelas akselerasi. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Strategi Pembelajaran yang Digunakan Oleh Guru
Pada Kelas Akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar, Tahun Pelajaran
2011/2012”.
B. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja persoalan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran pada kelas
akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran pada
kelas akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Mengapa guru menggunakan strategi tersebut dalam mengajar kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja persoalan yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran pada kelas akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran pada kelas akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
3. Untuk mengetahui alasan mengapa guru menggunakan strategi tersebut
dalam mengajar kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Setelah berbagai masalah yang dirumuskan di atas diperoleh jawabannya,
maka diharapkan dari hasil penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan
tentang strategi pembelajaran khususnya pada kelas akselerasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pokok acuan
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar di FKIP.
c. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai masukan atau
pedoman bagi penelitian lebih lanjut yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, dapat dijadikan acuan untuk menerapkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa dan kelas yang
diampunya.
b. Bagi sekolah, dapat dijadikan acuan bahan pertimbangan untuk
memperbaiki kualitas pelaksanaan pembelajaran pada program kelas
commit to user
c. Bagi masyarakat, diharapkan mampu memberikan informasi bagi
masyarakat terkait dengan kualitas pembelajaran kelas akselerasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Kajian Tentang Strategi Pembelajaran
Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus.
Strategosberarti jenderal atau berarti pula perwira negara (state officer). Jenderal yang bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan
pasukannya untuk mencapai kemenangan. Berhubungan dengan strategi, Sumantri
dan Permana (mengutip simpulan J.Salusu, 1996) merumuskan bahwa, “Strategi
sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai
sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang
paling menguntungkan” (2001: 35).
Pendapat lain dikemukakan oleh Hamdani (2011) (mengutip simpulan
Joni, 1983) bahwa, “Strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran” (hlm.18). Strategi memiliki arti yang berbeda dengan taktik. Strategi dalam dunia kemiliteran berkaitan dengan perang, yaitu suatu cara yang
paling efektif untuk memperoleh kemenangan dalam perang, sedangkan taktik
berhubungan dengan pertempuran yang harus dilakukan untuk melaksanakan
peperangan itu. Dengan demikian dikatakan bahwa strategi adalah ilmu
peperangan, dan taktik adalah ilmu pertempuran. Pengertian tersebut kemudian
diterapkan dalam dunia pendidikan (W.Gulo, 2002:1).
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001) menyatakan bahwa,
“Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai
situasi, termasuk untuk situasi pendidikan”. (hlm.35-36). Strategi kini sudah
berkembang menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari. Strategi
diartikan sebagai a plan of operation achieving something, artinya rencana
commit to user
achieving something, artinya cara untuk mencapai sesuatu. Metode pengajaran termasuk dalam perencanaan kegiatan atau strategi. (W.Gulo, 2002:3)
Apabila dihubungkan dengan proses pembelajaran, maka Gerlach dan
Ely dalam Hamdani (2011) menyatakan bahwa, “Strategi pembelajaran adalah
cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan
pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada siswa” (hlm.19). Pendapat lain
dikemukakan oleh Nasution (1999) menyatakan bahwa, “Strategi mengajar adalah
pendekatan umum dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding kegiatan
belajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional atau
persiapan satuan pelajaran” (hlm.79).
Masih berhubungan dengan definisi strategi pembelajaran, Suradji (2008)
juga mengemukakan bahwa, “Strategi pembelajaran berhubungan dengan
pemilihan kegiatan belajar mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
instruksional yang ditetapkan”(hlm.1). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Wena
(mengutip simpulan Reigeluth, 1983 dan Dengeng, 1989) bahwa, “Strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda” (2009: 5).
Pendapat lain dikemukakan oleh Prawiladilaga (2008) menyatakan
bahwa, “Strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang
dalam menentukan teknik penyampaian pesan, penentuan metode dan media, alur
isi pembelajaran, serta interaksi antara pelajar dan peserta didik” (hlm.37). Begitu
pula pernyataan Riyanto (mengutip Hamalik, 2000) bahwa, “Strategi
pembelajaran adalah metode dan prosedur yang ditempuh oleh siswa dan guru
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan instruksional berdasarkan
materi pengajaran tertentu dan dengan bantuan unsur penunjang tertentu pula”.
(2009:134).
Dari uraian tentang pengertian-pengertian strategi pembelajaran di atas,
dengan kata lain strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu seni dan ilmu mengenai siasat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
antara peserta didik dengan komponen-komponen lain secara konsisten, dalam
upaya untuk menghidupkan suasana pembelajaran dan merupakan salah satu
upaya yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah direncanakan
dalam proses pembelajaran itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dengan
demikian strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan seperangkat kegiatan
menentukan prosedur pembelajaran yaitu meliputi penentuan pendekatan,
pemilihan metode, serta pemilihan teknik pembelajaran. Berikut dibawah ini akan
dijelaskan perbedaan pengertiannya masing-masing.
“Pendekatan pembelajaran merupakan seperangkat asumsi yang
berkenaan dengan hakikat pembelajaran” (Madjid, 2006:132). Suatu pendekatan
yang diterapkan dalam pembelajaran tidak hanya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga sesuai dengan perkembangan dalam
psikologi belajar sistemik, dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi behavioristik
dan humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri (Hamalik, 2001).
“Metode pembelajaran yaitu suatu rencana kegiatan menyeluruh tentang
bagaimana penyajian materi ajar secara sistematis atau teratur dan berdasarkan
pendekatan yang telah ditentukan” (Madjid, 2006:132). Ada beberapa metode
pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas antara lain : metode ceramah,
metode tanya jawab, metode tulisan, metode diskusi, metode debat, metode kisah,
metode perumpamaan atau simulasi, metode pemahaman dan penalaran, metode
suri teladan, metode peringatan dan pemberian motivasi, metode praktik, metode
karyawisata, dan metode pemberian ampunan dan bimbingan.
“Teknik pembelajaran adalah suatu kegiatan spesifik yang diwujudkan
nyata dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan metode yang dirumuskan dan
pendekatan yang dipilih” (Madjid, 2006:132). Teknik pembelajaran menurut
Madjid dibagi menjadi tiga, yaitu:pertama,teknik pembelajaran yang berorientasi
pada pengembangan kecakapan kognitif, misalnya : teknik mnemonic yaitu
menghafal bagian-bagian awal huruf atau suku kata dari beberapa hal yang
hendak dihafalkan. Kedua, teknik pembelajaran yang berorientasi pada
pengembangan kecakapan psikomotor, misalnya : teknik drill and practice yaitu
mempraktekkan materi yang sedang diajarkan, kemudian yang ketiga yaitu teknik
commit to user
teknik moral reasoning, teknik meramalkan konsekuensi, teknik klarifikasi, dan
teknik internalisasi (2006).
Sehingga dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan
pembelajaran bersifat aksiomatis, metode pembelajaran bersifat prosedural, dan
teknik pembelajaran bersifat operasional. Pendekatan pembelajaran bersifat
aksiomatis mengandung arti bahwa suatu pendekatan pembelajaran dapat diterima
sebagai kebenaran dan tanpa harus ada pembuktian yang menyatakan pendirian,
filosofis dan keyakinan yang berkaitan dengan asumsi. Pendekatan pembelajaran
masih ada pada angan-angan dan menjadi suatu kerangka pemikiran.
Komponen strategi pembelajaran lainnya yaitu metode pembelajaran,
komponen ini bersifat prosedural yaitu masih berupa susunan proses yang
memiliki pola kerja tetap dan teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama
lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan dalam melaksanakan dan
memudahkan kegiatan. Sedangkan teknik pembelajaran dikatakan lebih bersifat
operasional karena pada teknik ini akan terlihat suatu penerapan dalam
mewujudkan apa yang masih menjadi kerangka pemikiran guru. Sehingga di
dalam strategi pembelajaran, antara pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
tidak dapat dilepaskan. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan
dengan strategi pembelajaran, antara lain meliputi: variabel strategi pembelajaran,
jenis-jenis dan klasifikasi strategi pembelajaran, serta bagaimana cara melakukan
pemilihan strategi pembelajaran.
1) Variabel Strategi Pembelajaran
Sebelum mengajar, seorang pengajar hendaknya melakukan beberapa
perencanaan. Di mana setiap melakukan perencanaan pembelajaran akan
melibatkan beberapa komponen pembelajaran. Salah satu komponen dalam
pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran, yaitu merupakan komponen
yang sangat penting dalam pembelajaran, karena pada strategi pembelajaran inilah
yang nantinya akan membawa kemana arah pembelajaran dilakukan. Di dalam
strategi pembelajaran terdapat beberapa variabel. Variabel strategi pembelajaran
menurut Wena diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu strategi pengorganisasian,
strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan (2009). Berikut di bawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Strategi pengorganisasian (organizational strategy) merupakan cara
menata ulang isi suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungn dengan tindakan
pemilihan isi atau materi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan
sejenisnya. Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dipilih menjadi dua,
yaitu strategi mikro dan strategi makro. Menurut Wena (mengutip simpulan
Reigeluth, 1983) bahwa, “Strategi makro merupakan strategi untuk menata urutan
keseluruhan isi bidang studi (lebih dari satu ide), sedangkan strategi mikro adalah
strategi untuk menata urutan sajian pada suatu ide tunggal antara lain konsep dan
prinsip”. (2009:27).
Variabel selanjutnya yaitu strategi penyampaian (delivery strategy),
merupakan suatu cara dalam menyampaikan pembelajaran pada siswa, serta cara
untuk menerima serta merespons masukan dari siswa. Strategi penyampaian
meliputi lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan
satu komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran. Maka dari itu,
media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi penyampaian
(delivery strategy).
Menurut Wena mengutip dari Degeng (1989) secara lengkap ada tiga
komponen yang perlu diperhatikan dalam strategi penyampaian pembelajaran,
antara lain sebagai berikut : (1) Media pembelajaran, merupakan komponen dari
strategi penyampaian yang dapat berisi pesan yang hendak disampaikan kepada
siswa, baik berupa orang, alat, ataupun bahan, (2) Interaksi siswa dengan media,
komponen ini lebih mengarah pada kegiatan apa yang dilakukan oleh siswa dan
bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar, (3) Bentuk
(struktur) pembelajaran, komponen ini memperlihatkan apakah siswa belajar
dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan, ataukah belajar mandiri
(2009). Berikut di bawah ini adalah gambar atau skema interaksi media kegiatan
commit to user
Gambar 1: Interaksi media kegiatan belajar dan bentuk pembelajaran (Degeng (1989) dikutip oleh Wena, 2009:11)
Variabel strategi pembelajaran yang ketiga yaitu strategi pengelolaan
(management strategy), merupakan suatu cara dalam menata interaksi antara
siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variable strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan pembelajaran
selalu berkaitan dengan pemilihan tentang strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian yang hendak digunakan selama dalam proses pembelajaran
berlangsung. Strategi pengelolaan meliputi penetapan kapan suatu strategi atau
komponen strategi tepat dipakai dalam situasi pembelajaran. Menurut Wena
mengutip dari Degeng, setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam
strategi pegelolaan, yaitu: penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran,
pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, pengelolaan motivasional, dan kontrol
belajar (2009).
Pada kegiatan penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, seorang
guru dituntut untuk mampu merancang tentang kapan, strategi apa, dan berapa
kali suatu strategi pembelajaran digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Kemudian pada kegiatan pembuatan catatan kemajuan belajar siswa merupakan
suatu hal sangat penting dilakukan bagi guru, karena dengan melakukan kegiatan
ini dapat digunakan untuk melihat seberapa efektif dan efisien pembelajaran yang
dilakukan, sehingga dari sini guru dapat menentukan langkah-langkah
selanjutnya, seperti apakah strategi pembelajaran yang digunakan telah sesuai atau
belum, apakah rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh faktor guru atau
siswa, dan apakah penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran sudah sesuai
atau belum.
Media Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Hal penting lainnya untuk diperhatikan adalah pengelolaan motivasional,
kegiatan ini berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Wena mengutip dari Degeng (1989) bahwa,
“Dalam peranan strategi penyampaian untuk meningkatkan motivasi belajarlebih
nyata dibanding dengan strategi pengorganisasian” (2009:13). Sehingga dengan
demikian dapat diartikan bahwa seni dan cara penjadwalan penggunan strategi
penyampaian dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu maka
seorang guru harus mampu mengembangkan kiat-kiat khusus dalam melakukan
penjadwalan penggunaan strategi penyampaian.
Kontrol belajar merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam
strategi pengelolaan. “Kegiatan ini terkait dengan kebebasan siswa untuk
melakukan pilihan pada bagian isi yang dipelajari, kecepatan belajar, komponen
strategi pembelajaran yang dipakai dan strategi kognitif yang digunakan” (Degeng
(1989) dikutip oleh Wena, 2009:13). Agar siswa dalam kegiatan pembelajaran
dapat melakukan pilihan-pilihan tersebut, maka seorang guru harus mampu
merancang kegiatan pembelajaran yang mampu memberikan berbagai alternatif
pilihan belajar bagi siswa.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam strategi pembelajaran ada
beberapa variabel-variabel yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
pembelajaran antara lain bagaimana strategi yang dilakukan dalam
mengorganisasikan pembelajaran, kemudian bagaimana strategi yang dilakukan
dalam penyampaian isi pembelajaran, dan strategi apa yang digunakan dalam
pengelolaan kedua variabel antara stretegi pengorganisasian dan strategi
penyampaian.
Ketiga variabel tersebut diatas apabila benar-benar dilakukan sesuai
dengan keadaan pembelajaran yang sebenarnya maka kegiatan pembelajaran akan
dapat berjalan dengan baik serta akan tercipta suasana yang kondusif, sehingga
dari variabel strategi pembelajaran di atas dapat dilihat bahwa strategi
pembelajaran memiliki peranan yang paling menentukan keberhasilan dalam
berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan merumuskan perencanaan yang
matang dan pelaksanaan perwujudan pada masing-masing variabel, maka suatu
commit to user
2) Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Dalam strategi pembelajaran ada banyak macam atau jenis-jenisnya. Dari
beberapa ahli pendidikan mengklasifikasikan jenis-jenis atau macam-macam
strategi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dikarenakan strategi
pembelajaran ada banyak jenisnya, maka seorang guru dapat memilih satu atau
beberapa strategi sekaligus untuk digunakan dalam pembelajarannya, dan bahkan
dapat pula strategi tersebut diterapkan secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, materi yang disampaikan, keadaan siswa, kondisi lingkungan,
serta kemampuan pengajar itu sendiri dalam melaksanakannya. Aqib (2000)
dikutip oleh Riyanto, mengelompokkan strategi pembelajaran berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu: berdasarkan proses pengelolaan
pesan, berdasarkan pertimbangan pihak pengelola pesan, berdasarkan
pertimbangan pengaturan guru, berdasarkan pertimbangan jumlah siswa, dan
berdasarkan pertimbangan interaksi guru dengan siswa (2009). Berikut di bawah
ini adalah rincian masing-masing jenis strategi pembelajaran.
a) Berdasarkan proses pengelolaan pesan. Ada dua macam yaitu: strategi
deduktif dan strategi induktif.
Strategi deduktif yaitu pengolahan materi atau bahan ajar dimulai
dari umum ke khusus atau bagian-bagian. Menurut W.gulo (2002) bahwa,
“Strategi pembelajaran deduktif yaitu pesan diolah mulai dari umum menuju
kepada khusus, dari hal-hal yang abstrak menuju hal-hal yang konkret, dari
konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkret” (hlm.11).
Sedangkan strategi induktif yaitu pengolahan materi atau bahan ajar dimulai
dari khusus ke umum. Menurut W.Gulo bahwa, “Strategi pembelajaran
induktif yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus
menuju kepada hal-hal yang umum, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat
individual menuju kepada generalisasi, dari pengalaman-pengalaman empiris
yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum” (hlm.12).
b) Berdasarkan pihak pengelola pesan. Ada dua macam yaitu strategi
ekspositorik dan strategi heuristik atau kurioristik.
Strategi ekspositorik yaitu seorang guru mencari dan mengolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
secara tuntas pesan atau materi sebelum disampaikan di kelas sehingga
peserta didik tinggal menerima saja. Kemudian strategi heuoristik atau
kurioristik yaitu di mana seorang guru hanya menjadi fasilitator untuk
memberikan dorongan, arahan dan bimbingan kepada siswa. Siswa yang aktif
mencari dan mengolah bahan atau materi pengajaran, di mana peserta didik
mengolah sendiri pesan atau materi dengan pengarahan dari guru.
c) Berdasarkan segi pengaturan guru, ada dua macam jenis yaitu strategi seorang
guru dan strategi pengajaran beregu (team teaching).
Strategi seorang guru artinya seorang guru melakukan pembelajaran
kepada sejumlah siswa. Pada pembelajaran ini seorang guru membutuhkan
tenaga yang ekstra, karena siswa yang dihadapi biasanya jumlahnya lebih
besar dari pada pembelajaran secara beregu. Sedangkan strategi pengajaran
beregu(team teaching)dilakukan dengan dua orang atau lebih guru mengajar
sejumlah siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam satu kelas atau
ruang terdapat beberapa guru yang melakukan pembelajaran terhadap
beberapa jumlah atau sebagian siswa.
d) Berdasarkan jumlah siswa, ada tiga yaitu strategi klasikal, kelompok
kecil,dan individu.
Pembelajaran klasikal dilakukan dengan jumlah siswa yang banyak
dan pembelajaran ini dirasakan kurang begitu efektif, karena dalam
melakukan pembelajaran seorang guru menangani banyak siswa, sehingga
perhatiannya tidak penuh pada semua siswa. Strategi kelompok kecil yakni
pembelajaran dilakukan hanya dengan sejumlah siswa, dan tidak sebanyak
pada pembelajaran klasikal, namun juga tidak sesedikit seperti pembelajaran
individual. Sedangkan pembelajaran individu yaitu pembelajaran yang
dilakukan secara individual, dimana seorang guru mengajar seorang siswa
saja. dalam pembelajaran ini perhatian guru dapat benar-benar terpusat pada
siswanya, namun terkadang apabila pembelajarannya kurang menarik siswa
akan cepat merasa bosan.
e) Berdasarkan interaksi guru dengan siswa, ada dua jenis yaitu strategi tatap
commit to user
Strategi tatap muka yaitu seorang guru dalam melakukan
pembelajaran dengan bertemu langsung dengan para siswa, sehingga antara
guru dan siswa dapat melakukan interaksi secara langsung tanpa melalui
media ataupun perantara. Strategi pengajaran melalui media yakni guru tidak
menjalin kontak langsung dengan siswa, sehingga siswa berinteraksi dengan
media.
Pendapat lain dikemukakan oleh Gulo menerangkan bahwa, Strategi
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, tergantung dari segi
apa kita mengelompokkannya. Dalam hal ini dikenal tiga macam strategi
pembelajaran, yaitu: Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran,
strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, dan strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (2002).
a) Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran. Jenis strategi
pembelajaran ini menurut Gulo bahwa, sering disebut dengan Material
Centre Strategy. Dalam strategi ini perlu diperhatikan dua hal, yakni kecenderungan pada dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan
keterampilan kurang mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka
peningkatan kualitas manusia seutuhnya, dan materi pelajaran yang
disampaikan di kelas serta yang dimuat dalam buku teks, akan makin usang
dengan makin pesatnya perkembangan dalam bidang pengetahuan dan
teknologi. Materi pelajaran lebih berfungsi sebagai masukan (input) yang
akan berbaur dalam proses pembelajaran (2002).
Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi
informal. Materi formal adalah pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi
di sekolah, sedangkan materi informal adalah bahan pelajaran yang
bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang
bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran lebih relevan dan aktual atau
berdasarkan situasi nyata. Pendidikan yang berlangsung di lembaga
pendidikan formal adalah pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu. Salah
satunya berorientasi pada disiplin ilmu pengetahuan, yang mengantar peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, strategi
pembelajaran yang berpusat pada materi dapat berkembang seiring dengan
pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus
globalisasi yang berakibat guru tidak lagi menjadi sumber informasi. Sekolah
juga bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, karena banyak media
yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, seperti melalui media
massa dan elektronik.
b) Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru(Teacher Centered Learning /
TCL).Teacher Centred Learning merupakan sebuah cara pandang mengenai proses pembelajaran berupa metode pembelajaran dalam dunia pendidikan di
mana guru selaku pakar (expert) di bidangnya memfokuskan diri untuk
menyampaikan (transfer) ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada
siswa-siswanya selaku orang awam (novice). Firdaus (2007) menyatakan bahwa,
“Pola proses pembelajaran di mana dosen (guru) lebih aktif dibandingkan
dengan mahasiswa (siswa). Dosen (guru) menjadi pusat peran dalam
pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber
ilmu” (hlm.62).
Pendapat lain juga dikemukakan oleh W.Gulo (2002) bahwa,
“Teacher Centred Strategies adalah suatu strategi pembelajaran yang
berpusat pada guru” (hlm.5). Dengan demikian maka dapat disimpulkan
bahwa, sebenarnya pembelajaran yang berpusat pada guru sudah cukup baik,
namun ketika harus berhadapan dengan kondisi siswa-siswa yang
berbeda-beda, guru akan banyak mengalami kesulitan karena sulitnya mengatur dan
memfasilitasi seluruh potensi siswa. Guru yang berada dalam lingkungan
TCL lebih memfokuskan dirinya dan siswa-siswanya untuk memahami
materi-materi yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum dari pada
memperhatikan proses pembelajaran yang dialami oleh siswa-siswanya
sendiri.
c) Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered
Learning / SCL). “Student Centered Leearning (SCL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada aktivitas belajar siswa
commit to user
dinyatakan melalui formulasi matematik, K= f(E,C,O), dimana K adalah
kinerja proses pembelajaran, E (effect) adalah besarnya upaya untuk
menjadikan proses pembelajaran efektif serta harapan-harapan peserta didik
untuk memperoleh manfaat dalam mengikuti proses pembelajaran seperti
yang dicita-citakan, C (courage) merupakan faktor pendorong untuk
melakukan pembelajran dengan baik, dan O (opportunity) menyatakan
peluang untuk berkinerja dengan baik (Firdaus, 2007).
Dengan demikian Student Centered Learning merupakan metode
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga
mendorong siswa untuk belajar lebih aktif (active learning) dan bermakna
(experiental learning). Dimana guru dan penyelenggara pendidikan memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukan
materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat atau lambat tahapan dalam
pembelajaran. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendorong
perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar.
Keaktifan siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk disain belajar yang
memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar siswa
yang telah didapatkan sebelumnya.
Dari uraian mengenai jenis-jenis strategi pembelajaran di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa, strategi pembelajaran yang kita kenal dan ketahui ada
banyak jenisnya, namun dalam melakukan kegiatan atau proses pembelajaran
maka seorang guru harus mampu memilih salah satu atau beberapa jenis strategi
sekaligus yang sesuai dengan keadaan kelas dan siswa yang dihadapi, serta
seorang guru juga harus mampu menentukan jenis strategi apa yang harus
digunakan dalam pembelajaran dengan mengingat bahwa kondisi sekarang ini
yaitu globalisasi yang pengaruhnya sangat besar pada dunia pendidikan.
Sekian banyak jenis strategi pembelajaran di atas ada yang membawa
pengaruh positif pada siswa, namun juga ada yang membawa pengaruh kurang
baik pada siswa. Contoh jenis strategi pembelajaran yang membawa pengaruh
baik pada siswa yaitu jenis pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana suatu
pembelajaran dengan menggunakan jenis strategi ini siswa menjadi lebih aktif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pembelajaran dengan baik. Sedangkan contoh jenis strategi pembelajaran yang
membawa pengaruh kurang baik pada siswa yaitu jenis pembelajaran yang
dominan berpusat pada guru, karena jenis pembelajaran seperti ini hanya akan
membuat siswa menjadi manja dan enggan menggunakan otaknya untuk berfikir
secara optimal, siswa tinggal menerima segala pengetahuan yang diberikan oleh
guru. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan menentukan strategi pembelajaran
yang hendak dipilih perlu diperhatikan pula bagaimana pengaruhnya bagi peserta
didik.
3) Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi strategi pembelajaran disini berbeda dengan jenis strategi
pembelajan. Apabila dilihat dari lingkup pemahamannya, klasifikasi strategi
pembelajaran lebih luas dari jenis strategi pembelajaran. Pada klasifikasi strategi
pembelajaran pembagiannya lebih condong pada isi kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bersama siswa. Menurut Yatim Riyanto bahwa pada
umumnya strategi pembelajaran diklasifikasikan atas empat sistem pembelajaran
atau proses pembelajaran, antara lain sebagai berikut :enquiry-discovery learning,
expository learning, mastery learning, dan humanistic education (2009). Untuk lebih jelasnya masing-masing dapat dijabarkan maksudnya seperti di bawah ini.
Enquiry-Discovery Learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mencari dan menemukan sendiri, maksudnya anak diberi peluang untuk
mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaian dan
jawaban-jawabannya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach). Pendekatan ini lebih banyak mengandung proses
mental. Secara garis besar prosedurnya adalah : simulation (mengajukan
permasalahan), problem statement (penentuan hipotesis), data collection
(mengumpulkan data),data processing(olah data),verification(pembuktian), dan
generalization(penarikan kesimpulan).
Expository Learning, dalam sistem ini, guru telah menyiapkan bahan pelajaran secara rapi, lengkap, dan sistematis, siswa tinggal menyimak dan
mencerna. Secara garis besar prosedurnya adalah : preparasi (persiapan bahan
commit to user
dipelajari. Mastery Learning merupakan upaya-upaya pembelajaran yang
dilakukan untuk dapat menghantarkan siswa kearah tercapainya penguasaan
penuh terhadap materi pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah dengan
melakukan remedial (perbaikan) kepada siswa yang belum menguasai materi
pelajaran, dan dengan melakukan pengayaan diberikan kepada siswa kelompok
cepat agar memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang lebih kaya, dan lebih
mendalami bahan pelajaran. Kemudian yang terakhir adalah Humanistik
Education yaitu upaya-upaya pembelajaran yang dilakukan untuk membantu
siswa agar dapat mencapai perwujudan dirinya (self realization) sesuai dengan
kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara pendekatannya masih
bersifatenquiry-discovery based approaches.
Dari uraian mengenai klasifikasi strategi pembelajaran tersebut, pada
dasarnya semua jenis strategi pembelajaran yang dipilih baik itu metode, model
dan teknik pembelajaran semua dalam prakteknya mengacu pada empat sistem
atau proses pembelajaran di atas. Dari penjelasan keempat sistem atau proses
pembelajaran di atas dapat kita lihat bahwa pada sistem enquiry-discovery
learning siswa dididik untuk dapat mencari dan menemukan sendiri suatu permasalahan, sehingga dapat membuat siswa lebih mampu berfikir kritis serta
menyeluruh, karena pada sistem tersebut siswa mencari suatu permasalahan,
hingga menemukan sendiri solusinya. Siswa tidak hanya diajarkan untuk mencari
dan menganalisis sesuatu saja, namun juga siswa diajarkan bagaimana mencari
jalan keluar atau solusi yang baik dari permasalahan itu.
Di sisi lain pada sistem atau proses pembelajaran expository learning
siswa lebih condong untuk menjadi pendengar pengetahuan dari guru, siswa
kurang begitu aktif dalam mencari pengetahuan, karena pada proses pembelajaran
ini siswa hanya menyimak dan mencerna apa yang diberikan atau dsampaikan
oleh guru. Sistem pembelajaran atau proses pembelajaran ini sifatnya sangat
tradisional, seperti pembelajaran yang dilakukan pada jaman-jaman dahulu dan
apabila diterapkan pada jaman dan kondisi sekarang sangat tidak cocok dan
kurang menjadikan mutu pendidikan lebih maju. Alhasil mutu pendidikan negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Apabila pembelajaran yang dilakukan secara terpadu, artinya tidak hanya
mengacu pada salah satu sistem pembelajaran saja (mengacu pada keempat sistem
pembelajaran tersebut diatas) maka tidak akan ada salah satu pengaruh yang
mendominasi pada siswa. Selain siswa hanya menjadi penerima dan pencerna
ilmu yang diberikan oleh guru, namun siswa juga dilatih untuk belajar mencari
dan menemukan pengetahuan sendiri sehingga siswa lebih aktif.
4) Pemilihan Strategi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan strategi bagaimana yang
hendak digunakan, karena penggunaan strategi pembelajaran sangat berpengaruh
sekali terhadap hasil dan proses keberlangsungan pembelajaran itu sendiri. Oleh
sebab itu maka sebelum menentukan strategi yang akan digunakan maka seorang
guru terlebih dahulu melihat dan menganalisis materi pembelajaran yang hendak
diberikan serta kondisi siswa dan kondisi lingkungan pembelajaran yang ada
seperti sarana prasarana maupun fasilitas yang tersedia. Menurut Twelker (2000)
dikutip oleh Riyanto mengemukakan bahwa pada dasarnya strategi pembelajaran
mencakup empat hal, yaitu penetapan tujuan pengajaran, penetapan sistem
pendekatan pembelajaran, pemilihan dan penetapan metode, teknik dan prosedur
pembelajaran, penetapan kriteria keberhasilan proses pembelajaran dari dan
dengan evaluasi yang digunakan (2009).
Dalam proses pembelajaran, guru harus menetapkan terlebih dahulu
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran ini terbagi atas
tujuan pembelajaran ranah kognifit, afektif dan psikomotorik. Adanya perbedaan
tujuan pembelajaran maka berimplikasi pula pada perbedaan strategi
pembelajaran yang harus diterapkan, jadi dalam penerapan suatu strategi
pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Selain itu pendekatan pembelajaran dan pemilihan serta penetapan
metode, teknik dan prosedur pembelajaran pun juga harus diperhatikan untuk
menentukan suatu strategi pembelajaran yang diterapkan. Dalam pemilihan
metode, teknik dan prosedur meliputi penetapan alat, media, sumber dan fasilitas
pengajaran serta penetapan langkah-langkah strategi pembelajaran (kegiatan
commit to user
pembelajaran juga harus diperhatikan, karena untuk mengukur seberapa
perkembangan kemajuan siswa.
Strategi pembelajaran selalu berkaitan dengan pemilihan model
pembelajaran dan pendekatan proses pembelajaran yang didasarkan atas
karakteristik dan kebutuhan belajar siswa dan kondisi lingkungan serta tujuan
yang akan dicapai. Dari uraian mengenai pemilihan strategi pembelajaran diatas
dapat dikatakan bahwa guru dapat memilih satu atau beberapa strategi sekaligus
dan diterapkan secara bervariasi dengan ketentuan bahwa strategi yang digunakan
tersebut sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, materi yang disampaikan,
lingkungan, serta kemampuan pengajar atau guru untuk melaksanakan strategi
yang dipilih tersebut.
b. Kajian Tentang Guru
Dalam dunia pendidikan kita tidak bisa terlepas dari perjuangan seorang
guru. Secara sederhana, guru dapat diartikan sebagai orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sagala (2009) menjelaskan bahwa, “Guru
adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan
murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di
luar sekolah” (hlm.21). Sedangkan menurut Hidayatulloh (2008) bahwa, “Guru
harus memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara
holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik” (hlm.3).
Undang-undang No.2 Tahun 1989 dikutip oleh Sahertian (1994) mengenai sistem
pendidikan nasional mengemukakan bahwa, “Guru adalah pembimbing, pengajar,
dan pelatih” (hlm.8). Berhubungan dengan hal tersebut, Uno (2007) menyatakan
bahwa, “…orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan
merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar
peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan
sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan” (hlm.15).
Seorang guru memiliki tanggung jawab yang sangat berat terhadap
peningkatan mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia, terutama di
negara kita Indonesia yang masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kebodohan dan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar supaya
negara kita mampu bersaing atau setidaknya mampu mengikuti perkembangan
dunia global.
Dari uraian mengenai pengertian guru di atas dapat kita simpulkan bahwa
seorang guru adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa,
baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dan memiliki komitmen yang kuat dalam berlangsungnya proses pembelajaran.
Dikatakan harus bertanggung jawab terhadap pendidikan baik disekolah maupun
diluar sekolah karena pendidikan tidak hanya disekolah saja. pendidikan dapat
terjadi di mana saja. Oleh karenanya seorang guru harus memiliki kompetensi
dasar yang harus ditanamkan dalam dirinya. Berikut di bawah ini dijelaskan
beberapa hal yang berkaitan dengan profesi keguruan, antara lain meliputi:
kompetensi, kode etik, tugas, dan tanggung jawab seorang guru, serta peranan
seorang guru di dalam pembelajaran.
1) Kompetensi yang Harus dimiliki Guru
Dalam bahasa Inggris, istilah kompetensi mengandung tiga makna atau
definisi, yaitu definisi pertama menunjukkan bahwa kompetensi itu pada dasarnya
menunjukkan kepada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan. Sedangkan definisi kedua menunjukkan lebih lanjut bahwa kompetensi
itu pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten)
ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan),
kemahiran (ketrampilan), pengetahuan, dan sebagainya untuk mengerjakan apa
yang diperlukan. Kemudian definisi ketiga lebih jauh lagi ialah bahwa kompetensi
itu menunjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai
tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan
(Saud, 2009). Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005
dikutip oleh Mulyasa (2007) bahwa, “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya” (hlm.25).
Dengan demikian maka kompetensi itu dipandang sebagai pilarnya atau
commit to user
bahwa, “Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada performance
dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam
pelaksanaan tugas-tugas pendidikan” (hlm.26). Menurut Sudarwan Danim
setidaknya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ada 4 (empat), yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional (2010). Berikut dibawah ini akan dijelaskan
masing-masing kompetensi.
a) Kompetensi Pedagogik. Terdapat lima sub kompetensi dalam kompetensi
pedagogik ini, yaitu: memahami peserta didik secara mendalam, merancang
pembelajaran yang didalamnya meliputi memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran, merancang dan melaksanakan evaluasi
penbelajaran, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensinya.
b) Kompetensi Personal (Kepribadian). Kompetensi kepribadian terdiri dari
lima sub kompetensi, yaitu kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa,
arif, berwibawa, dan berakhlak mulia. Berkepribadian mantap dan stabil
disini maksudnya adalah bertindak sesuai dengan norma hukum, norma
sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma. Sedangkan berkepribadian dewasa maksudnya adalah
memiliki kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai guru. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak merupakan indikator esensial dari
sub kepribadian yang arif.
Memiliki kepribadian yang berwibawa maksudnya adalah memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
perilaku yang disegani. Sub kompetensi selanjutnya ialah memiliki
kepribadian yang berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan yaitu bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Sudarwan Danim (2010)
menyatakan bahwa “Kompetensi personal guru adalah kemampuan guru
untuk memiliki sikap/kepribadian yang ditampilkan dalam perilaku yang
baik dan terpuji, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri dan dapat
menjadi panutan atau teladan bagi orang lain terutama bagi siswanya”
(hlm.58). Kompetensi kepribadian guru sangat penting untuk diperhatikan,
karena dari kompetensi inilah akan sangat mewarnai kinerja dalam
mengelola kelas dan berinteraksi dengan siswa.
c) Kompetensi sosial. Kompetensi sosial meliputi tiga sub kompetensi.
Pertama, mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik. Kedua, mampu berkomunikasi dan bergaul dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan. Ketiga mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat. Menurut Uno
(2007) bahwa, “Kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru adalah
menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan
lingkungan mereka (seperti orangtua, tetangga, dan sesama teman)”
(hlm.19).
d) Kompetensi profesional. Kompetensi ini terdiri dari dua sub kompetensi.
Pertama, menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi,
yaitu mampu memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,
memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, menguasai struktur dan metode keilmuan,
yaitu menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan ataupun materi bidang studi. Menurut Uno
(2007) bahwa, “Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses
pembelajaran, harus memiliki kemampuan merencanakan sistem
pembelajaran, melaksanakan sistem pembelajaran, mengevaluasi sistem
pembelajaran, dan mengembangkan sistem pembelajaran”(hlm.19).
Jadi dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kompetensi guru lebih
commit to user
menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
nilai yang dimiliki seorang guru yang terkait dengan profesinya yang dapat
direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran
di sekolah. Sehingga untuk menjadi guru profesional yang memiliki kemahiran
dalam melaksanakan ketiga kompetensi tersebut, dibutuhkan tekad dan keinginan
yang kuat dalam diri setiap calon guru atau guru untuk mewujudkannya.
2) Kode Etik, Tugas, dan Tanggung Jawab Seorang Guru
Dalam menjalankan suatu profesi, seseorang harus dibatasi oleh kode
etik tertentu supaya suatu profesi tersebut betul-betul dijalankan sesuai norma dan
aturan yang ditetapkan. Pada dasarnya penetapan kode etik juga bersangkutan
dengan tugas yang dilaksanakan. Dalam hal ini kode etik dibuat untuk mengatur
tugas keprofesian seseorang. Apabila kode etik yang telah disepakati tersebut
dilanggar oleh seseorang yang bersangkutan maka suatu profesi tersebut mendapat
penilaian yang tidak baik di mata masyarakat luas. Dalam kaitannya dengan
profesi keguruan tidak terlepas dari adanya kode etik dalam mendidik siswa.
Seorang guru memiliki kekuasaan dan kendali penuh dalam mengajar, namun
seorang guru tidak diperbolehkan menguasai siswa dengan tindak kekerasan,
karena tindakan tersebut merupakan tidakan yang melanggar kode etik seorang
guru. Oleh sebab itu perlu diperhatikan batasan-batasannya baik itu kode etik,
tugas maupun tanggung jawab yang harus diembannya.
Syaefudin (2009) mendefinisikan bahwa “Kode etik keprofesian pada
hakekatnya merupakan suatu sistem peraturan atau perangkat prinsip-prinsip
keperilakuan yang telah diterima oleh kelompok orang-orang yang tergabung
dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu” (hlm.78). Sedangkan menurut
Mulyasa (2007) menyatakan bahwa, “Kode etik suatu profesi merupakan norma
-norma yang harus diindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya dalam
pelaksanan tugas dan pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat” (hlm.43).
Adapun maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik adalah untuk menjamin
agar tugas-pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan