• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Parafrase 2015 Wanita Wanita Perk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Parafrase 2015 Wanita Wanita Perk"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

WANITA-WANITA PERKASA PENCIPTA DUNIA DALAM TEKS SERAT MURSADA

Joko Susilo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Surel aljokosusilo@gmail.com

Abstrak

Serat Mursada mengandung teks tentang kisah Raden Mursada putra mahkota

kerajaan Ngerum yang mampu melindungi, memberi contoh perilaku dan menata kehidupan

masyarakatnya. Dalam perjalan pencarian jati dirinya Raden Mursada melintasi dan berbaur

dengan berbagai lingkungan sosial masyarakat dengan karakter yang bermacam-macam. Dari

berbagai karakter masyarakat tersebut yang akhirnya membentuk karakter dan kharisma

Raden Mursada yang kelak akan menjadi pemimpin negeri Ngerum. Pembentukan

kepribadian Raden Mursada tersebut banyak didapatkan dari peran para tokoh wanita. Dalam

esai di bawah ini akan diungkapkan atau dibahas tentang peran setiap tokoh wanita

berdasarkan kekuatannya masing-masing dalam menjalani hidup di masyarakat yang pada

akhirnya mempengaruhi dan membentuk perilaku dan sikap Raden Mursada. Dengan

menelaah teks Serat Mursada menggunakan teori feminis sampai paradigma sosiologi akan

diungkap bentuk perwujudan dunia dalam lingkungan masyarakat kerajaan Ngerum.

Kata-kata kunci: Wanita, Masyarakat Ngerum, Feminis

1. Pengantar

Serat Mursada merukapan sebuah karya sastra Jawa baru berbentuk tembang macapat.

Serat Mursada mengisahkan tentang perjalanan keilmuan Raden Mursada sejak masih bayi

sampai ia dewasa. Dalam perjalanan Raden Mursada yang melewati hutan, lautan, pesisiran,

desa, kota, dan juga terlibat dalam suatu peperangan, ia menemukan berbagai macam

pengetahuan, kesaktian, senjata yang membentuk karakter dan kharismanya. Karakter dan

kharisma tersebut sangat berguna ketika kelak ketika ia memimpin kerajaan Ngerum.

Raden Mursada adalah putra mahkota kerajaan Ngerum yang dipimpin oleh raja Sri

Narapati prabu Ngerum. Wilayah Ngerum melipiti daratan yang masih mempunyai hutan

yang luas dan lautan yang juga sangat luas, masyarakatnya bermatapencaharian sebagai

petani, nelayan, pedagang, pencari kayu di hutan dan sebagainya. Kerakter Raden Mursada

(3)

masyarakat nelayan dan seluruh perihal peristiwa sosial yang ditemuainya dalam

perjalannannya tersebut.

Di dalam kisah perjalanan Raden Mursada terdapat beberapa tokoh wanita

mempunyai kekuatan dan akhirnya mengantarkan dan menunjukkan jalan bagi Raden

Mursada mencapai tujuan keilmuan yang sempurna. Tokoh-tokoh tersebut adalah Dewi

Sukarsi, Gandruh Sari, Dewi Suwarsi, Nyai Nambi, Dewi Sumila dan Dewi Sundari.

Para wanita di atas adalah tokoh-tokoh yang menentukan perjalanan Raden Mursada.

Raden Mursada yang masih kecil mendapatkan tauladan sikap ketulusan dari ibunya yaitu

Dewi Sukarsi. Selanjutnya di tengah perjalannya Raden Mursada belajar tentang bercocok

tanam, berdagang dan belajar menangkap ikan dari Nyai Nambi. Ketika Raden Mursada

dewasa, ia mendapatkan kesaktian ilmu yang sempurna adalah dari Gandruh Sari. Para

wanita di atas mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi, menentukan bahkan mendominasi

suatu keputusan. Kekuatan wanita untuk berpengaruh dalam menentukan suatu sikap tersebut

bukan semata-mata hanya pada saat keputusan tersebut diambil melainkan suatu proses yang

panjang dari roses adaptasi, pemaknaan kembali, hingga strategi diplomasi.

Tokoh-tokoh wanita dalam teks Serat Mursada mempunyai kekhshan masing-masing,

sebagai pembangun karakternya sebagai manusia wanita. Sebagai contoh, dikisahkan

Gandruh Sari, ia adalah wanita yang mempunyai keberanian tinggi keberanian dalam bentuk

fisik seperti berperang, juga mempunyai keberanian dalam hal asmara. Contoh kedua Dewi

Sundari adalah wanita yang cerdas, ia berhasil mempengaruhi pikiran para pembesar di

kerajaan Ngerum demi memenuhi eksistensinya sebagai manusia. Beberapa tokoh wanita

yang lain juga mempunyai karakter dan kekuatan yang menarik untuk diulas dan ulasan lebih

lengkapnya pada pembahasan di bawah nanti.

Kekuatan wanita yang disajikan di dalam teks Serat Mursada diharapkan mampu

menunjukkan ketangguhan para wanita untuk menyangkal persepsi bahwa wanita adalah

kanca wingking (teman di belakang saja), menyangkal bahwa kata ‘wanita’ adalah wani +

ditata (berani ditata: hanya mengikuti aturan yang diciptaka para pria), bahwa wanita

bukanlah sekedar disumur, dikasur,didapur, wanita bukan sekedar masak, macak, manak

(memasak, berdandan, beranak). Para wanita tersebut mampu menciptakan irama kehidupan

sosial yang ada di lingkungannya. Mereka menciptakan pola irama kehidupan tokoh utama

Raden Mursada yang merupakan penggerak peristiwa dalam dunia teks Serat Mursada.

(4)

Pada ulasan di bawah ini, telaah akan dilakukan dengan memanfaatkan teori

Feminisme Liberal dan Feminisme Eksistensialis. Pada tahapan langkah kerjanya pertama

dengan cara menafsirkan penokohan (tokoh-tokoh wanita) pada teks Serat Mursada.

Selanjutnya dengan memanfaatkan teori Feminis Liberal dan Feminisme Eksistensialis

diupayakan akan dapat disajikan wujud keberadaan sampai kekuatan para tokoh wanita

didalam kehidupan sosial pada dunia teks Serat Mursada. Tentang simbol-simbol kebudayaan

Jawa atau macapatnya dibantu dengan beberapa referensi tentang budaya Jawa. Akhirnya

semuanya diwadahkan pada paradigma Sosiologi Sastra.

Swingewood dalam Faruk (2011: 1) mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang

ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga

dan proses-proses sosial, sedangkan Ritzer dalam (Faruk, 2011: 2) menganggap sosiologi

sebagai suatu ilmu pengetahuan yang multi paradigma. Kharisma Raden Mursada dalam

perannya pada masyarakat negeri Ngerum telah membentuk perilaku sosial masyarakat dalam

menjalankan kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini kharisma Raden Mursada tidaklah

muncul secara tiba-tiba, namun melalui proses yang panjang dan dalam setiap proses yang

dilaluinya tersebut akan diungkapkan peran para tokoh wanita membentuk karakter dan

kharisma Raden Mursada.

Karya sastra diciptakan oleh pengarang dengan dasaran pengalaman sosial yang

terjadi di kehidupannya beserta cara pandangnya bahkan ideologinya. Endapan-endapan

filsafat masa lalu yang diterima oleh pengarang mungkin dengan sikap kritisnya

mempengaruhi karya sastra yang diciptakan pengarang. Selanjutnya masyarakat menerima

karya tersebut, pada awalnya sebagai kebutuhan seninya yang akhirnya bisa sebagai solusi

suatu permasalahan dan selanjutnya bisa membentuk suatu cara pandang baru terhadap dunia

yang selama ini dangkal dan monoton. Swingewood mengatakan bahwa hadirnya karya sastra

bukan sekedar mempersoalkan pandangan dunia yang baru, namun juga dapat menghadirkan

konvensi-konvensi sastra baru bahkan bisa sebagai penolakan terhadap konvensi-konvensi

yang telah ada sebelumnya. Teks Serat Mursada dapat ditempatkan sebagai sebuah karya

yang dapat sebagai referensi pandangan dunia dalam masarakat, baik masa diciptakannya

selanjutnya nilai-nilai universalnya juga berguna bagi masyarakat masa kini.

(5)

Masa kanak-kanak Raden Mursada hidup di lingkungan istana kerajaan Ngerum. Pada

masa itu kondisi politik kerajaan Ngerum sedang tidak stabil patih, para menteri dan

punggawa kerajaan sedang berusaha menggulingkan kekuasaan Sri Narapati raja kerajaan

Ngerum. Dalang dari gerakan perebutan kekuasaan itu adalah istri ke-2 Sri Narapati yaitu

Dewi Sundari. Dewi Sundari dengan kecerdikannya berhasil mempengaruhi para pejabat

kerajaan, sehingga sang permaisuri (Dewi Sukarsi) dan putranya (Raden Mursada)

disingkirkan dari kerajaan, diantar ke hutan kemudian sang permaisuri dibunuh. Raden

Mursada dan pengasuhnya yaitu Kyai Masghut dan Kyai Masirrut dibiarkan hidup dan

berkelana ke pelosok negeri. Bermula dari pengalaman kehidupan sosial istana, selanjutnya

menauladani sikap ibunya Dewi Sukarsi, selanjutnya Raden Mursada berjumpa dengan

beberapa tokoh wanita yaitu Nayi Nambi yang menauladani tentang kehidupan masyarakat

agraris, maritim sampai kehidupan jual beli di pasar ikan. Tokoh wanita terakhir yang sangat

berpengaruh bagi Raden Mursada adalah Dewi Gandruh Sari, yang mengajarkan tentang ilmu

kanuragan, cinta kasih, persenjataan perang dan sebagainya.

Berikut adalah pembahasan tiap tokoh wanita yang mempunyai peran penting dalam

pengalaman hidup Raden Mursada:

a. Dewi Sundari

Dewi Sundari adalah wanita yang cerdas, ia mampu mengatur siasat untuk membunuh

permaisuri dan menyingkirkan putra mahkota. Ia mengubah persepsi raja, patih dan para

prajurit bahwa Dewi Sukarsi yang awalnya selalu disanjung diubah menjadi tampak jahat dan

harus dijatuhi hukuman mati:

dadi ature gununggung, Ramandika lajêng ruktik, animbali kakang jinêmman

kangaran Arja Jêngkeling, ken mêjahi Ibu andika, dinira Sri Narapati. (Pupuh VI : Salanget : 6)

(jadi tingkahnya mengemparkan, ayahmu kemudian terhasut, memanggil prajurit pengawal, yang namanya Arya Jengkeling, disuruh membunuh Ibu anda, oleh dia Sri Narapati)

Raden Mursada yang masih anak-anak tidak mengetahui bahwa siasat Dewi Sundari

adalah suatu kejahatan. Yang ia tahu adalah ia ditugaskan mengikuti ibunya ke hutan,

selanjutnya ia harus melanjutkan mencari obat berupa tirta amerta suci bagi Dewi Sundari

yang kala itu menyamar sebagai orang yang sakit. Raden Mursada yang mengamati perilaku

Dewi Sundari di istana setiap hari, kelak akan menyadari tentang cara berfikir Dewi Sundari

dan bisa memanfaatkannya dengan cara positif. Cara berfikir yang diambil Raden Mursada

adalah cara membangun hubungan dan membagi tugas bagi para penghuni istana, sehingga

(6)

Raden Mursada telah menjadi raja maka ia sangat dicintai oleh rakyat dan para abdi istana,

sehingga segala keputusannya dituruti dan membahagiakan seluruh rakyatnya:

tua num jalu istri, atur maring sang nata, papangan kathah warnane, duwe wong duwe bêndha, pan samya kedhêp sadaya, wedi asih maring sang prabu, pan anut

saparintahyna (pupuh XV: Asmaradana12)

(tua muda pria wanita, menghaturkan persembahan kepada Sang Nata, makanan yang banyak jenisnya, orang yang mempunyai kekayaan benda, semuanya tunduk, takut dan mengasihi kepada sang prabu, menurut kepada perintahnya)

b. Dewi Sukarsi

Sikap cinta kasih Raden Mursada terhadap rakyat dan seluruh isi negerinya

menauladani sikap ibunya yaitu Dewi Sukarsi. Ketika Raden Mursada menuju hutan

bersama ibunya ia diajarkan tentang sikap seorang manusia dalam berperilaku hidup

bercinta kasih dengan sesama manusia, hidup bersama seluruh penghuni hutan demi

mencapai kesejatian hidup di hadapan Sang Pencipta:

Pan wus lami têka ing wana, burung alas sarwi cengak ningali,mambu gandani Kusuma Ayu, kidang lawan mênjangan, unta jaran kalawan sinuk puniku, apan sami kasungsung ganda, melu ngiring maring Sang Puttri. (pupuh II Pangkur : 3)

(Ketika sudah lama di tengah hutan, burung di hutan banyak yang bersiul dan melihat menghirup aromanya Kusuma Ayu, kijang dan rusa, unta kuda dan burung itu,pada saat bersamaan terbuai oleh aroma,mengikuti mengiring Sang Putri

Dewi Sukarsi adalah perempuan yang mempunyai kharisma, seluruh alam takjub,

terpesona ketika menghirup harum nafasnya. Dewi Sukarsi sebagai seorang ibu yang

sempurna, membuatnya tampak bercahaya, Dewi Sokarsi karo negtika dya wung alus (Dewi

Sukarsi dengan cahaya terlihat gemerlap halus). Dari tauladan tersebut Raden Mursada

mempunyai kecintaan terhadap seluruh unsur kehidupan. Dalam ulasan dibawah nanti akan

ditunjukkan pula kisah ketika Raden Mursada berjumpa dengan seekor ikan besar dan ganas

yang akhirnya ia kalahkan, namun Raden Mursada tidak membunuhnya, ikan tersebut

akhirnya menjadi sahabat yang baik.

c. Nyai Nambi

(7)

Wus busên dinira nawa, Raden nulya umanjing, dhuhmatêng pinggir sagara, pan bengra wêssi koning, pan abrat satus katea pakan wêdhus ta têlu, rinangkêp lawan pajêalin,udakara agêngngi satirisan (Pupuh III Sinom : 1)

(Sudah bosan beliau pada semuanya, Raden Mursada pergi, ke tepi lautan, Membawa senjata wêsi kuning, yang beratnya seratus kali makanan kambing tiga, dirangkap dengan menjalin, terbuka besarnya satu depa)

Ketika Raden Mursada ditinggal mati oleh ibunya, ia diangkat anak oleh Nyai Nambi.

Nambi adalah tokoh yang mengajarkan kepada Raden Mursada tentang ilmu bercocok tanam

dan berdagang. Oleh asuhan Nyai Nambi Raden Mursada berhasil menanam berbagai

tanaman pangan dan semua menhasilkan panen yang bagus. Raden Mursada juga diajari

tentang cara menawarkan hasil pertaniannya kepada para pedagang di pasar.

d. Gandruh Sari

Pan nranira ayu linuwi, Gandruh Sêkkar sêmbada lan dêdêkira, gumilang-gilang cahyani, esêmmi pait madu, rima nira panjang ya minangsi, alesi lir tanggal pisan, lêngênyah aguling gapung, lambini manggis karêngat, Gandruh Sari, bathuki nila cêndhani, wajanyah anglir kêncana,

Wadhane duren sajurit, pan gumêbyar puddhanyah nera juêmman, kadya gandiwa astani, libayani kadya putung, nyata lamun ayuni kuwi, dhaddanya muntêl kilar-kilar, pambayuni dinulu, murukku kadya damar, Gandruh Sêkkar, pan dadi awuring wanga, wajanya kang duwi karma (pupuh V: Dhandhanggula :2- 3)

Yang cantiknya luar biasa, Gandruh Sekar berwibawa dan tingggi, gemerlapan cahayanya, senyumnya pahit madu, rambutnya panjang yaminangsi, alisnya tanggal sepisan, lengannya aguling gapung, bibirnya manggis karêngat, Gandruh Sari, keningnya nila cendhani, giginya anglir kencana

Badannya duren sajurit, yang bersinar begitu elok ketika sedang berucap, seperti busur tangannya, jika berjalan tangannya seperti mau lepas, nyata sangat unggul kecantikannya, dadanya menggumpal menyala-nyala, ketika memandang, sinarnya seperti damar, Gandruh Sekar, yang jadi sahabat raga, giginya yang mempunyai kekuatan karma

ki kaula nama Gandruh Sari, putranipun jeng Nabi Suliman, punika kaula wiyussi, ing Asrak nagaraning sun, pramilani kaula prapti, semmonika tatamba, kasmaran maring wung Bagus, tak burung mati kidanan, awak kaula, lamun tan dika nambani, pasthi lara kaula. (Pupuh V Dhandhanggula: 3)

(Ini saya bernama Gandruh Sari, putrinya nabi Sulaiaman, ini saya jelaskan, di Asrak negara saya, karenanya saya datang, untuk mencari obat, jatuh cinta kepada eangkau orang tampan,jika gagal mati gila, badanku ini, seandainya engkau tidak

(8)

Pan nagara asal pêttêng dadi padhdhang, kasuran Gandruh Sari, setan bêlis sirna sadaya, wong yamani ingkang pêjah, dining titis banyu urip, waluya sadaya, ingkang mati samya tangi. (Pupuh XIV : Durma : 36)

(negara yang awalnya gelap jadi terang, dikalahkan Gandruh Sari, setan dan iblis sirna semuanya, orang yang mati, ditetesi air kehidupan, sehat bangkit semuanya, yang mati bangun semuanya)

Ketika pertama kali Gandruh Sari melihat Raden Mursada yang tertidur, Gandruh Sari

merasa mencintai Raden Mursada. Dengan penuh percaya diri Gandruh Sari membangunkan

Raden Mursada dan mengatakan bahwa ia jatuh cinta kepada pemuda itu. Selanjutnya ketika

Gandruh Sari sudah menjadi istri Raden Mursada, ia membantu suaminya berperang

menghancurkan musuhnya yaitu para prajuritnya Raja Ikram yang dibantu makhluk halus.

Gandruh Sari juga mempunyai kemampuan mengobati para prajurit dan rakyatnya Raden

Mursada yang sedang terluka.

4. Macapat, Wanita dan Kehidupan Sosial

Pertama maskumambang melambangkan kejadian janin atau bayi yang masih di

dalam rahim ibu; kedua mijil berarti kelahiran ke alam dunia; ketiga kinanthi berasal dari kata

“kanthi” artinya orang berjalan awal menjalani hidup di dunia; keempat sinom “sinoman” yang berarti orang yang masih muda, seorang yang masih muda yang bergairah dalam

memupuk mencari ilmu pengetahuan; kelima asmaradana artinya rasa cinta, cinta seorang

manusia remaja bermula cinta terhadap sesama dilanjutkan cinta kepada lingkungan dan

puncaknya kepada Sang Pencipta; keenam gambuh “jumbuh” yang berarti cocok. Jika sudah

didasari rasa cocok antasa pria dan wanita maka dilanjutkan ke pernikahan; ketujuh

dhandhanggula / artati: kehidupan yang manis, yang menggambarkan orang yang hidupnya

sudah kecukupan, tanpa kekurangan sandang pangan; kedelapan durma: berasal dari kata

“darma” atau bakti. Orang yang hidupnya sudah tercukupi, maka mempunyai kewajiban menolong sesama; kesembilan pangkur berasal dari kata “nyipatake kang mungkur” yang

berarti menghindari sifat nafsu angkara murka. Tembang Pangkur diciptakan untuk manusia

yang telah mengalami hidup secukupnya didunia, yang terbuka mata. Hidup ini tidak

mengumpulkan dunia saja. Suatu waktu akan ditinggalkan; kesepuluh megatruh dari kata

“megat ruh” yang berarti bercerai antara raha dan ruh; kesebelas pucung / pocung manusia jika sudah mati kemudian dibungkus kain putih.

Dalam teks Serat Mursada banyak ditulis menggunakan metrum Sinom. Sinom

dijabarkan menjadi kata “sinoman” yang berarti orang yang masih muda. Orang muda itu

(9)

belajar (mencari ilmu) mempunyai pengertian membangun asosiasi dari pengalaman guna

mendapatkan pola perilaku baru dan juga pemikiran yang baru. Tahap paling penting dalam

evolusi belajar adalah timbulnya kenikmatan dan kepedihan sebagai pengalaman mental.

Sinom juga berarti (pupus) daun muda atau rambut halus di dahi wanita, yang

mengandung arti bahwa dakwah yang menggembirakan akan meresapkan rasa agama, yang

merupakan hiasan bagi hidup manusia dan menjadikan manusia yang penuh harapan

(optimis) dan tampak awet muda, karena bersih lahir batin. Olah rasa dapat dilakukan dengan

baik jika didukung oleh sikap batin yang tepat, yakni sikap batin untuk menguasai

nafsu-nafsu dan pamrih. Manusia sebaiknya tidak mengikatkan diri pada dunia, manusia hendaknya

membebaskan hatinya bagi dunia. Selain itu kontrol diri adalah sangat penting bagi kaum

remaja. Kontrol yang sempurna berarti menjauhkan diri dari segala bentuk pergaulan yang

kasar (Handayani dan Novianto, 2004: 61-63). Karakter dasar perilaku dan keilmuan Raden

Mursada pada awalnya dibentuk oleh Dewi Sukarsi dan dilanjutkan Nyai Nambi. Pada

perjalanan selanjutnya ia mendapatkan pelajaran yang sempurna dari Gandruh Sari.

Sebagai seorang remaja yang masih penuh semangat Raden Mursada dapat

mengendalikan diri, ketika dia memancing dan mendapatkan raja ikan, ia menyadari bahwa

itu adalah ujian. Maka dengan kesabarannya dia tahu bahwa ikan besar itu bukanlah ikan

buruan yang patut dimakan, tetapi ada hikmah terdalam yang akan membantu hidupnya.

Banyak pedagang yang ingin membelinya, dengan tawaran paling tinggi pun ikan tersebut

tidak diberikan. Akhirnya ikan tersebut dilepaskan kembali kelaut. Ternyata ikan tersebut

adalah Raja Mina sang raja ikan, kelak dia akan menolong Raden Mursada ketika mencari

Tirta Pulayat di pulau Salaoka sebagai obat bagi Raja Rum. Dalam teks tersebut akhirnya

juga terdapat pesan bagi umat, untuk selalu hidup selaras dengan alam, yaitu saling

menghormati seseama makhluk hidup dan menjaga kelestarian alamnya sebagai

sumberkehidupan yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.

Selanjutnya metrum macapat dhandhanggula dalam teks Serat Mursada

menyebutkan: pesona dan karakter Gandruh Sari adalah yang membawa Raden Mursada

mencapai keilmuan yang sempurna. Mengikuti karakter rasa gula yang manis, maka dalam

pupuh dhandhanggula di atas, melahirkan diksi dan pemaknaan yang berhubungan dengan

sifat manis. Pemaknaan pait madu adalah rasa manis yang dimiliki oleh madu menjadi kalah

manis oleh senyum Dewi Gandruh Sari, duren sajurit (durian sesisi) pemaknaannya adalah

durian yang merupakan buah yang sangat manis dan nikmat ketika tinggal satu sisi, yang

(10)

sosok Gandruh Sari akan meninggalkan kesan yang mendalam bagi seseorang yang

dijumpainya. Kemuliaan sikap asih Dewi Gandruh Sari adalah suri tauladan bagi umat.

Bakti seorang anak terhadap kasih dari ibunya, meninggalkan keprihatinan yang

mendalam, akan tetapi yang menarik adalah bukan dendam yang menjadi pengentasan

masalah perasaan tersebut, keutuhan doa dan laku prihatin itulah yang akan membuahkan

kebahagiaan yang lebih sempurna. Dalam pupuh salanget disebutkan keprihatinan Raden

Mursada terhadap masa lalunya yaitu ketika ibunya Dewi Sukarsi dibunuh karena fitnah yang

diucapkan oleh Dewi Sundari.Dalam Asta-Brata yang pertama adalah wanita, wanita atau

wanodya kangpuspita wanita nan cantik jelita adalah sumber keindahan yang tiada tara.

Keindahan ini tidak hanya tersirat dalam bentuk luarnya saja tetapi juga ada dalam jiwa

budinya keindahan dan wanita yang sempurna itu adalah simbol cita-cita manusia

(Herusatoto, 2008: 140).

Dalam masyarakat Jawa banyak ditemukan wanita Jawa justru dapat bertindak lebih

taktis dan rasional dalam situasi yang penuh tekanan terutama secara sosial. Hal ini

disebabkan karena posisi laki-laki ada di wilayah publik pantas diperhatikan pengamatan

bahwa biasanya kaum laki-lakilah yang paling merasa terdesak untuk selalu membawa diri

sesuai dengan tuntutan-tuntutan tata krama yang tepat. Dengan demikian, karena dia berada

diposisi publik maka laki-laki Jawa menanggung beban publik untuk selalu membawa diri.

Oleh karena itu, dalam situasi penuh tekanan sosial dia akan cenderung tidak spontan dan

kurang jernih. Adapun kaum wanita jauh lebih mudah mengikuti rasa spontannya mengingat

posisinya di wilayah privat sehingga ia cenderung bebas dan lebih jernih untuk

mengemukakan pendapatnya (Handayani dan Novianto, 2004:15-16). Bait-bait tembang di

atas menyimpan pengertian bahwa kekuatan wanita adalah luhur, bukan sekedar pelengkap

bagi kebutuhan pria. Wanita mempunyai kekuatan dalam menyelesaikan permasalahan para

pria. Dewi Sukarsi adalah sosok yang menjadi pegangan bagi pandangan hidup Raden

Mursada. Dewi Gandruh Sari adalah yang memberi jalan bagi Raden Mursada dan juga

menunjukkan tirta pulayat bagi yang dicari Raden Mursada.

5. Simpulan

Serat Mursada merupakan salah satu karya yang menggambarkan berbagai macam

aspek kehidupan dalam masyarakat, yaitu masyarakat negeri Ngerum. Dengan membangun

dunia sosial karya sastra mengajak pembaca untuk keluar dari situasi dan kondisi historis

(11)

pada tatanan sosial yang dibangun oleh kekuatan sosial yang dominan, bahwa wanita adalah

wanita adalah peran nomor dua setelah pria. Apa bila karya sastra tercipta dari

konvensi-konvensi kode-kode kesuastraan dalam masyarakat, maka masyarakat pula yang akan dengan

mudah menerima lalu mendapatkan solusi kemudian memanfaatkannya.

Referensi:

- Endraswara, Suwardi. 2010. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Cakrawala

- Faruk. 2011. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post- Modernisme (Edisi Revisi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

- Handayani, Cristina S. dan Ardian Novianto. 2004. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: LKiS

- Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak

- Rosemarie, Putnam Tong. 1997. Feminist Thought : A Comprehensive Introduction. USA : Westview Press

- Teeuw, A. 1997. Sastera dan Ilmu Sastera. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah paa hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu

Matakuliah Percakapan Arab I ini merupakan matakuliah ketrampilan berbicara dalam bahasa Arab dengan topik-topik sederhana, mulai dari tentang diri hingga

Hasil dari analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi- square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musim terhadap terhadap komposisi jenis, struktur komunitas dan faktor lingkungan perairan yang pengaruhi

Berkaitan dengan judul penelitian penulis, maka semiotika adalah menjadi metode utama dan sesuai untuk mengetahui Makna Simbolik Arsitektur Masjid Agung Sang Cipta

Serat ikan lele dumbo agak lunak apabila dibandingkan dengan jenis ikan laut sehingga serat abon yang dihasilkan kurang baik, oleh karena itu digunakan sukun muda sebagai

1933) menulis puisi dan cerpen di Jaya Baj'a, Panjehar Semangat, Jaka Lodang, dan Mekar Sari, Tamsir A.S (Tulungagung, 1936) menulis puisi, cerpen, dan novel,

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana dampak pembangunan jalan tol trans sumatera terhadap sosial ekonomi masyarakat Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung