• Tidak ada hasil yang ditemukan

Retorika dan Gaya Kepemimpinan Ahok dala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Retorika dan Gaya Kepemimpinan Ahok dala"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Retorika dan

Gaya

Kepemimpina

n Ahok dalam

Penegakan

Kebijakan di

Jakarta

This article will discuss about the rhetoric and leadership of Ahok in policy inforcement in Jakarta. The importance of the role of a leader for the nation and particulary in policy inforcement. Leader have a power to influence, persuade, encourage, even force people to obey all policies made by his rhetoric.

(2)

Retorika dan Gaya Kepemimpinan Ahok dalam Penegakan Kebijakan di Jakarta Wijayanti, Ayu, Nada, Athfina, Alvian Brawijaya University

Abstracts

This article will discuss about the rhetoric and leadership of Ahok in policy inforcement in Jakarta. The importance of the role of a leader for the nation and particulary in policy inforcement. Leader have a power to influence, persuade, encourage, even force people to obey all policies made by his rhetoric. Beside rhetoric, leadership also had a great influence to policy inforcement. Leadership of Ahok tends to firm, hard, and possessive in achieving its goals. However, it aim to do with the calculation and systematic planning capable to made Jakarta better. Ahok also classified as a public leader who transformative, and commited. If during autocratic leadership style is considered negative and reduce democracy. However, to the case in Jakarta todays need a leader like Ahok. Finally, there is no rhetoric and leadership best, the effectiveness of rhetoric and leadership that is own by a leader depends on the condition of society in which he led.

Keyword: Rhetoric, Leadership, Policy

Pendahuluan

Dalam menjalankan suatu organisasi, perusahaan, maupun negara dibutuhkan seorang pemimpin yang loyal, tegas, dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Pemimpin merupakan seseorang yang telah dipilih dan ditunjuk untuk mengontrol, menjaga, serta mengatur suatu kelompok, organisasi, perusahaan, maupun masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Tead, Terry, dan Hoyt (dalam Utami, 2013) yang mengatakan bahwa pemimpin memengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Riyadiningsih (2006) juga menjelaskan bahwa seorang pemimpin mampu mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kemampuan, keadaan psikologis, dan karakter pribadinya.

Seorang pemimpin mempunyai cara dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam mengaktualisasikan kekuasaan dan kebijakannya masing-masing. Dalam jurnalnya, Kartono (2009 dalam Utami, 2013) menyebutkan beberapa gaya kepemimpinan, di antara lain: 1) gaya kepemimpinan paternalistik, 2) gaya kepemimpinan karismatik, 3) gaya kepemimpinan bebas, 4) gaya kepemimpinan demokratis, 5) gaya kepemimpinan otokratis, 6) gaya kepemimpinan militeristis, 7) gaya kepemimpinan populistis, dan 8) gaya kepemimpinan administatif atau eksekutif.

(3)

memobilisasi pengikut mereka dan meyakinkan masyarakat tentang manfaat yang dapat timbul dari kepemimpinan mereka. Tujuan utama dari retorika adalah adalah untuk mempersuasi publik. Alo (2012) mengatakan dalam jurnalnya, persuasi adalah proses komunikatif interaktif di mana pengirim pesan bertujuan untuk mempengaruhi kepercayaan, dalam konteks politik yang demokratis, niat pemimpin calon adalah untuk menarik potensi pengikut untuk diri mereka sendiri melalui kebijakan mereka.

Retorika berbicara tentang kemampuan pemimpin dalam meyakinkan masyarakat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Salah satu bentuk dari pelaksaan aturan, yaitu melalui penegakan kebijakan. Pada dasarnya, kebijakan dibuat untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, namun terkadang beberapa orang tidak dapat menerima kebijakan baru yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, retorika seorang pemimpin dalam menyampaikan kebijakan sangat menentukan diterima atau tidaknya suatu kebijakan baru di dalam masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut, kami tertarik untuk mengkaji tentang retorika dan gaya kepemimpinan Ahok dalam mempersuasi masyarakat dengan gaya dan tutur bahasa yang disampaikan.

Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dipanggil Ahok merupakan salah satu pemipin, lebih tepatnya seseorang yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini. Beliau cukup ramai dibicarakan oleh masyarakat karena memiliki retorika dan gaya kepemimpinan yang berbeda dibandingkan pemimpin lain. Beliau dipandang sebagai pemimpin yang arogan, tempramen, dan to the point. Penulis berusaha mengkaitkan tentang bagaimana retorika yang dilakukan Ahok mampu memengaruhi, bahkan mengubah pola pikir dan sikap masyarakat atau tidak. Sepaham dengan pernyataan yang telah disampaikan Zarefsky (2004), ia menyebutkan bahwa retorika tidak hanya faktor yang mengubah sikap audiens tetapi juga cerminan dari diri pemimpin tersebut.

Isu ini penting untuk dibahas karena besarnya peran seorang pemimpin, terutama untuk menghadapi tantangan di masa depan, selain itu yang tidak kalah penting adalah pentingnya seorang pemimpin dalam mengatur masyarakatnya sehingga tercipta masyarakat yang damai, dan sejahtera. Berbagai penelitian di Indonesia telah dilakukan mengenai hubungan atasan dan bawahan dalam sebuah organisasi, bagaimana seorang pemimpin memberikan motivasi kepada bawahan, dan bagaimana gaya kepemimpinan maupun retorika presiden diluar negeri. Dalam makalah ini kami akan mengkaji secara teoritis apakah gaya kepemimpinan dan retorika seorang Ahok juga akan berpengaruh terhadap penegakan kebijakan di DKI Jakarta. Penulis akan menganalisis retorika dan gaya kepemimpinan Ahok dalam menegakkan kebijakan yang akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan.

Retorika dan efeknya

Retorika dan pemimpin adalah dua hal yang saling berkaitan. Retorika yang dilakukan adalah ketika pemimpin menyampaikan orasi dan kebijakannya di depan masyarakat baik secara bahasa verbal dan nonverbal. Menurut de Wet (2010 dalam Alo 2012), retorika dan persuasi bekerja bersama-sama. Retorika adalah seni membujuk orang lain; Oleh karena itu, persuasi tidak terlepas dari retorika.

(4)

sikap atau opini dengan lainnya adalah salah satu macam dari perubahan sikap. Ketiga, fokus pada pesan-audiens, hubungan-mencari efek dari pesan audiens- hanya satu dimensi dari transaksi retorika, dan tidak selalu banyak membantu dan informatif (Zarefsky, 2004).

Setiap orang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan gaya kepemimpinan tersebut, Ahok dapat dikategorikan dalam gaya kepemimpinan otokratis. Pembawaan Ahok yang tegas dan keras membuat Ahok disegani oleh masyarakat. Hal tersebut juga berlaku ketika Ahok menyampaikan retorikanya di depan media atau publik.

Gaya kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja (Ahok), saat ini menjadi sorotan publik. Berbagai macam media pun, seringkali terkena “semprot” oleh pernyataan Ahok. Tidak hanya media, masyarakat yang menurutnya keliru dalam bertindak juga sering terkena imbas kemarahannya langsung. Salah satu bentuk kemarahannya adalah ketika Ahok marah pada pejabat Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) DKI Jakarta yang tidak bisa menjelaskan programnya dengan rinci.

Retorika yang dilakukan Ahok, bisa jadi akan mengubah sikap masyarakatnya, dari simpatik menjadi tidak atau sebaliknya. Dalam Zarefsky (2004), disebutkan bahwa bukan hanya faktor retorika yang mengubah sikap audiens tetapi juga cerminan dari diri pemimpin tersebut. Retorika adalah salah satu keyakinan bahwa pemimpin memiliki suatu gaya khas yang membuat ia berbeda dari yang lain.

Zarefsky (2004) juga menyebutkan efek dari beretorika, bahwa pesan yang disampaikan seorang yang menggunakan retorika bisa berefek pada masyarakat. Misalnya saja Ahok menyampaikan kebjiakannya kepada masyarakat dengan gaya retorika khasnya yang keras. Hal ini mengubah sikap masyarakat semakin baik atau malah bertambah buruk. Persepsi setiap orang berbeda, bergantung bagaimana ia menanggapinya.

Retorika Ahok dalam Penegakan Kebijakan

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan dan retorikanya masing-masing. Begitu pula dengan Ahok, retorikanya yang selalu tepat sasaran dan tanpa basa-basi mampu mempengaruhi masyarakat untuk mempercayai setiap kata-katanya. Retorika Ahok menunjukkan bagaimana gaya kepemimpinan dirinya. Dengan retorika yang menekankan pada fakta yang ada, tegas, dan tepat sasaran menunjukkan bahwa Ahok adalah pemimpin yang otokratis, dimana pemimpin otokratis adalah pemimpin yang berusaha mewujudkan tujuannya dengan berbagai cara. Pemimpin ini cenderung tegas, keras, dan obsesif dalam mencapai tujuannya. Namun, tujuan tersebut berusaha dicapai dengan perhitungan dan perencanaan yang sistematis.

Salah satu contoh yang menunjukkan hal diatas adalah kejadian saat Ahok marah karena temukan kartu virtual account untuk para penghuni Rusunawa Marunda yang tidak dilengkapi nama dan foto pengguna.

(5)

pucat. Ia tertunduk, mengangguk, dan berbincang dengan Direktur Operasional Bank DKI Martono Suprapto.

Basuki kecewa karena kartu virtual account itu hanya mencantumkan nomor unit rusun para penghuni. Tidak ada identitas beserta foto penghuni. Basuki mempermasalahkan hal ini karena rancangan kartu dibuat seadanya. Pemprov DKI menjadi tidak bisa mengontrol penghuni dan status kepemilikan rusunnya. Menurut Ahok, pencantuman nama dan foto penting untuk mencegah mafia menjualbelikan rusun.

Kejadian ini bisa menggambarkan bagaimana Ahok mempunyai ketegasan dan perencanaan yang jelas dari setiap system atau program yang dibuat. Hal ini juga menunjukkan bahwa Ahok termasuk dalam salah satu karakter pemimpin public yang baik, menurut Subowo (2013) salah satu karaketr yang harus dimiliki pemimpin public yang dapat membina masyarakat menghadapi tantangan masa depan adalah The meaning of direction (memberikan visi, arah, dan tujuan). Seorang pemimpin yang efektif membawa kedalaman (passion), perspektif, dan arti dalam proses menentukan maksud dan tujuan dari kepemimpinannya. Setiap pemimpin yang efektif adalah menghayati apa yang dilakukannya. Waktu dan upaya yang dicurahkan untuk bekerja menuntut komitmen dan penghayatan.

Seperti yang sudah dijelaskan dalam Kompas.com bahwa perlunya foto penghuni dan nomor unit rusun untuk memudahkan Pemprov DKI untuk melakukan control dan untuk mencegah mafia menjualbelikan rusun. Selain itu juga menunjukkan komitmen Ahok untuk memberantas mafia.

Kejadian lain yang juga bisa menggambarkan ketegasan, dan komitmen Ahok pada pemberantasan korupsi dan pungutan liar adalah ketika KPK menunjukkan praktik pungutan liar di Balai Uji Kir Jl Kedaung, Jakarta Barat. Mengetahui praktik tersebut Ahok langsung menutup tempat tersebut.

Nilai positif yang dapat kita ambil dari tipe kepemimpinan Ahok adalah, dengan ketegasannya ia mampu mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dicapai dengan perencanaan yang matang dan perhitungan yang cermat. Tipe kepemimpinan Ahok ini mulai langka di era abad demokratis ini, namun tidak berarti ia sama sekali tidak mendengarkan masukan pihak lain dan mengacuhkannya. Keterbukaan terhadap saran dan kritik sangat dibutuhkan pada abad ke 21 ini, namun penyampaian dan retorika Ahok yang menunjukkan bahwa ia orang yang tegas, tidak menerima kesalahan fatal dan mengharapkan yang terbaik dari orang-orang yang bekerja di sekitarnya.

(6)

Amin (2014) menjelaskan bahwa confront the brutal fact berarti menerima semua realitas saat ini yang terjadi dan melihatnya dengan objektif. Melihat hal secara objektif dan melihat realitas dengan apa adanya tidak berarti kita tidak memiliki visi yang baik.

“Confronting the brutal facts means accepting the current reality and seeing it as what it is objectively. Being objective and seeing the reality as what it is does not mean that you shouldn’t have a vision for greatness. You definitely should have a clear vision, but at the same time refine the path to it by accepting the brutal facts of the current situation”. (Amin, 2014)

Kenapa Ahok termasuk orang yang confronting brutal facts? Karena bisa dibilang selama ini warga Jakarta sudah menerima keruwetan dan segala macam komplikasi kenegatifan Jakarta dengan pasrah. Mereka mungkin berfikir itulah yang memang terjadi dan akan seterusnya seperti itu, namun Ahok hadir disana dan mulai memvisualisasikan keadaan Jakarta yang sebenarnya kepada masyarakat dan menunjukkan bahwa keruwetan dan segala komplikasi tersebut dapat diatasi. Tentunya ia memvisualisasikannya melalui retorika yang tegas. Contohnya adalah kebijakan yang ia lakukan mengenai pengaturan Tanah abang yang ruwet.

Perda tentang ketertiban umum sudah ada sejak lama, tapi nampaknya Perda tentang ketertiban umum juga telah lama diinjak-injak dan tidak digubris oleh para Pedagang Kaki Lima dan preman yang mem-backing mereka. Para pembuat Perda sebelumnya mungkin juga sudah melakukan banyak hal untuk menegakan peraturan tersebut. Hanya saja ketika kemudian persoalan menertibkan pedagang kaki lima ini juga harus berhadapan dengan dunia gelap premanisme, mereka tidak punya nyali. Terlebih ketika di balik premanisme Tanah abang itu ternyata ada “oknum-oknum hantu” yang tidak dapat tersentuh dan secara kasat mata kebal hukum, dimana pengaruh mereka mencengkeram kekuasaan tertinggi di negeri ini. Semakin ciut lah nyali para aparat itu untuk menegakan ketertiban umum. Daripada mereka kehilangan nafkahnya, lebih baik mereka tutup mata dan telinga soal Tanah abang.

Berpuluh tahun situasi pembiaran itu terjadi. Dan orang Jakarta nyaris percaya bahwa di Tanah abang kesemrawutan itu memang sebuah keniscayaan yang harus diterima secara legowo dan pasrah. Warga Jakarta tidak mampu melakukan apa-apa dengan keadaan Tanah abang yang seperti itu. Mereka memaksa akal sehatnya untuk mempercayai kebenaran tersebut bertahun-tahun lamanya sehingga sampai di keadaan dimana mereka tidak mempertanyakan hal itu lagi.

(7)

Ahok sebagai Pemimpinan Publik

Tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara semakin berat di masa depan, tantangan ini berupa arus globalisasi yang begitu cepat, regionalisasi, knowledge economy, dan borderless world. Alo (2012) menyebutkan bahwa para pemimpin politik di Africa mayoritas membicarakan tentang isu sosial dan ekonomi dalam pidatonya. Empat ideologis dominan muncul dari analisis pidato pemimpin Africa adalah pertumbuhan ekonomi dan kemerdekaan di Afrika, kesatuan dan nasionalisme nasional, globalisme, kemandirian. Dari temuan Alo tersebut dapat dilihat betapa pentingnya peran seorang pemimpin, terutama dalam menghadapi isu-isu tersebut. Menurut Subowo (2013) untuk mengarungi tantangan masa depan tersebut dibutuhkan pemimpin yang tidak hanya berkarakter tetapi diharapkan pemimpin-pemimpin yang akan datang mampu memenuhi dan memiliki kondisi-kondisi seperti berikut ini:

1. The meaning of direction (memberikan visi, arah, dan tujuan). Seorang pemimpin yang efektif membawa kedalaman (passion), perspektif, dan arti dalam proses menentukan maksud dan tujuan dari kepemimpinannya. Setiap pemimpin yang efektif adalah menghayati apa yang dilakukannya. Waktu dan upaya yang dicurahkan untuk bekerja menuntut komitmen dan penghayatan.

Salah satu contoh kejadian yang dapat diberikan adalah kejadian saat Ahok marah karena temukan kartu virtual account untuk para penghuni Rusunawa Marunda yang sudah dijelaskan pada point sebelumnya.

2. Trust in and from the Leader (menimbulkan kepercayaan). Keterbukaan (candor) merupakan komponen penting dari kepercayaan. Seorang pemimpin yang menciptakan iklim keterbukaan dalam kepemimpinannya adalah pemimpin yang mampu menghilangkan penghalang berupa kecemasan yang menyebabkan masyarakat yang dipimpinnya menyimpan sesuatu yang buruk atas kepemimpinnya. Bila pemimpin membagi informasi mengenai apa yang menjadi kebijakannya, pemimpin tersebut memberlakukan keterbukaan sebagai salah satu tolok ukur dari “performance” kepemimpinannya.

Judge dan Locke (1993 dalam Wibawa, n.d) menegaskan pula bahwa gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu kepuasan kerja. Jenkins menambahkan bahwa keluarnya karyawan lebih banyak disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap kondisi kerja karena karyawan merasa pimpinan tidak memberi kepercayaan kepada karyawan, tidak ada keterlibatan karyawan dalam pembuatan keputusan, pemimpin berlaku tidak objektif dan tidak jujur pada karyawan. Pendapat ini didukung oleh Nanus (1992 dalam Wibawa, n.d) yang mengemukakan bahwa alasan utama karyawan meninggalkan organisasi disebabkan karena pemimpin gagal memahami karyawan dan pemimpin tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan karyawan.

(8)

ini, misalnya: “Saya mempunyai kemampuan dan pengetahuan tentang transportasi public, maka saya akan menyiapkan strategi yang tepat untuk mengatasi kemacetan.

Dalam poin ini penulis akan menghubungkan dengan karakteristik pemimpin transformative. Seorang pemimpin harus mampu menghadirkan suatu transformasi bagi organisasi maupun masyarakat yang dipimpinnya. Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna telah memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional mengubah budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai baru sehingga dapat memberikan harapan dan optimisme bagi masyarakat.

Lebih lanjut, Bernard M. Bass dan Bruce J. Avolio dalam Dewi, 2014) mengemukakan bahwa kepemimpinan, transformasional mempunyai empat dimensi yaitu:

a. Dimensi yang pertama disebut idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya.

b. Dimensi yang kedua yaitu sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini pemimpin transformational digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstasikan komitmennya, terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi mellaui penumbuhan antusiasme dan optimisme.

c. Dimensi yang ketiga disebut intelectual stimulation ( stimulasi intelektual). Pemimpin transformasi harus mampu menumbuhkan ide-ide baru memberi solusi yang kreatif terhadap permasalahan yang dihadapi bawahannya, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.

d. Dimensi yang terakhir yalam menguraikan karakteristik pemimpin disebut individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan dari bahwahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan dan secara khusus. (Stewart, 2006 dalam Dewi, 2014).

(9)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Litbang Kompas yang dilakukan melalui survey pendapat warga Ibu Kota terhadap gerakan pembenahan yang dilakukan Oleh Jokowi-Ahok di Jakarta.

Setelah dua tahun berjalan, kinerja pemerintahan Jakarta Baru dianggap semakin baik oleh sebagian besar warga Ibu Kota. Masyarakat menyukai perubahan yang dilakukan, terutama di bidang kesehatan, birokrasi, dan pendidikan. Penilaian ini seiring dengan pernyataan 71,4 persen responden yang mengaku puas terhadap kinerja pemerintahan Jakarta Baru. Berikut adalah beberapa upaya pembenahan yang dilakukan oleh Jokowi sebelum mengundurkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta yang tentunya juga akan diteruskan oleh Ahok:

Pelayanan Kesehatan

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat di pasar tradisional dan rumah susun serta pengembangan puskesmas rawat inap. Juga muncul kebijakan penambahan kapasitas tempat tidur kelas tiga pada rumah sakit umum daerah (RSUD) dan peningkatan kesejahteraan tenaga kesehatan.

Hampir 80 persen responden puas terhadap kebijakan kesehatan yang ada. Salah satunya, kemunculan Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang kemudian melebur menjadi satu dengan sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Sebelum ada KJS, warga miskin harus melalui birokrasi panjang mendapatkan surat miskin untuk pengobatan gratis. Dengan KJS, warga bisa mendapatkan layanan kesehatan di puskesmas, dilanjutkan ke rumah sakit jika diperlukan.

Problem bidang kesehatan juga diyakini oleh mayoritas responden bisa diperbaiki Basuki. Pemprov DKI berencana mengubah beberapa puskesmas menjadi RS tipe D untuk mengatasi keterbatasan jumlah tempat tidur di RS. Pemprov DKI juga akan memperbaiki kualitas RSUD menjadi lebih baik hingga setara RS swasta dan menempatkan dokter spesialis di RSUD.

Birokrasi

Sebanyak 76 persen responden mengaku puas dengan perbaikan birokrasi. Lelang jabatan lurah dan camat menjadi gebrakan yang patut diacungi jempol. Melalui uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) ala Jokowi-Basuki, didapatkan pegawai negeri sipil yang punya kompetensi dan profesionalisme untuk memimpin kelurahan atau kecamatan.

(10)

berusia maksimal 54 tahun berhak mendaftar lelang. Dengan lelang ini, kepala sekolah baru diharapkan lebih mementingkan manajemen kegiatan belajar-mengajar dibandingkan dengan mengurusi proyek. Bulan Maret, 180 kepala sekolah hasil lelang jabatan telah dilantik Gubernur Jokowi.

Perbaikan birokrasi tampaknya akan terus berlanjut. Penerbitan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2013 mengenai Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) selama ini telah memberikan kemudahan dan kepastian bagi masyarakat dalam memperoleh pelayanan perizinan dan non-perizinan. Mulai Januari 2015, pengurusan pelayanan publik akan lebih gampang dengan berdirinya 500 kantor Badan PTSP di Jakarta. Lelang jabatan yang berhasil di waktu lalu akan dilanjutkan dengan rencana lelang jabatan terhadap 6.434 jabatan eselon II-IV.

Pendidikan

Perbaikan di sektor pendidikan juga dinilai memuaskan oleh 75 persen responden. Kartu Jakarta Pintar (KJP) menjadi kebijakan yang menonjol. Keberadaan KJP membawa angin segar bagi pelajar miskin di Jakarta. Setiap bulan, siswa SD mendapat dana KJP Rp 1,08 juta, siswa SMP Rp 1,2 juta, dan siswa SMA Rp 1,4 juta. Sampai saat ini, sudah 576.000 KJP yang dibagikan kepada pelajar miskin berprestasi. Pelaksanaan KJP yang relatif lancar selama dua tahun menyebabkan 83,8 persen responden berharap banyak pada perbaikan di sektor pendidikan. Ke depan, KJP akan tetap dilaksanakan untuk membantu pelajar miskin. Pekerjaan rumah lain yang harus diselesaikan adalah peningkatan kualitas tenaga pendidik dan tawuran pelajar.

4. Result (memberikan hasil melalui tindakan, risiko, keingintahuan, dan keberanian). Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang berorientasi pada hasil, melihat dirinya sebagai katalis – yang berharap mendapatkan hasil besar, tapi menyadari dapat melakukan sedikit saja jika tanpa usaha dari orang lain.

Kesimpulan

(11)

retorika dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berperan dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam penegakan kebijakan. Retorika dan gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang Ahok pemimpin dalam meyakinkan masyarakat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan meskipun dengan caranya yang tegas, bahkan cenderung keras, dan cara yang dilakukan Ahok ini terbukti berhasil dalam mengatur warga Jakarta. Hal ini tentu merupakan hal yang positif karena seorang pemimpin dituntut untuk membawa transformasi bagi organisasi dan masyarakat yang dipimpinya.

Referensi

Amin. (2013). Transform Your Tech Company From Good to Great (3/7) – Confront the Brutal Facts. Diakses pada 5 November 2014, dari http://blog.7geese.com/2013/02/16/confront-the-brutal-facts/

Alidamanik. (2013, 22 Agustus). Membaca Ahok. Pesan ditulis di

http://alidamanik.blogdetik.com/2013/08/22/membaca-ahok/

Alo, Moses A. (2012). A Rhetorical Analysis of Selected Political Speeches of Prominent African Leaders. British Journal of Arts and Social Sciences ISSN: 2046-9578, Vol.10 No.I

Dewi, U. (2014). Karakteristik Kepemimpinan Politik Indonesia: Transaksional atau Transformatif?. Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNY

Koesmono, H. Teman. 2007. Pengaruh Kepemimpinan Dan Tuntutan Tugas Terhadap Komitmen Organisasi Dengan Variabel Moderasi Motivasi Perawat Rumah Sakit Swasta Surabaya. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL. 9, NO. 1, MARET 2007: 30-40

Sabrina, Joan. (2014) Analisis Penerimaan Pembaca Terhadap Berita Tentang Gaya Kepemimpinan Ahok Di Majalah Detik. Jurnal E-Komunikasi Vol 2. No.1 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra, Surabaya

Suwirta, Andi dan Hermawan, Iyep Candra. 2012. Masalah Karakter Bangsa dan Figur Kepemimpinan di Indonesia: Perspektif Sejarah. Atikan, 2(1) 2012

Tan, Hwee Hoon & Wee, Gladys. (2002). The role of rhetoric content in charismatic leadership: A content analysis of a Singaporean leader's speeches. International Journal of Organization Theory and Behavior. Vol. 5, Nos 3 & 4

Utami, Sulistyo S. 2013. Gaya Kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Berdasarkan Prinsip Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik (GCG). Jurnal Liquidity Jakarta: STIE Ahmad Dahlan

Zarefsky, david. (2004). Presidential Rhetoric and the power of definition. Presidential studies quarterly. 34(3), 607-619

Subowo, Ari. (2013). Analisis Kepemimpinan Publik di Indonesia. Administrasi Publik Fisip Universitas Diponegoro.

Wibawa, D.A. (n.d). Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan transformasional. Diposting dalam kppnrantauprapat.net/files/artikel/Kepemimpinan_Transaksional_dan_Transformasional.pdf

(12)

Aziza, K. (2014, September 04). Ahok Marah, Dirut Bank DKI Pucat, Penghuni Rusun Marunda

Tepuk Tangan. Megapolitan.kompas.com. diakses dari

(http://megapolitan.kompas.com/read/2014/09/04/11275501/Ahok.Marah.Dirut.Bank.DKI.Pucat.Penghuni.

Rusun.Marunda.Tepuk.Tangan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dan bila anda hanya menempatkan bisnis dengan momen bulan puasa ini sebagai bisnis musiman, maka anda perlu secara cerdas membidik target pasar dan memilih

UPT SMPN 1 Kepulauan Selayar Kabupaten Kepulauan Selayar bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok dalam menangani kasus bullying pada siswa yaitu dengan memmberikan contoh

Perilaku korupsi identik dengan keinginan rasa seseorang untuk bisa memiliki atau menguasai materi.. Wujud materi berupa koin

Pengujian BET dilakukan untuk mengetahui luas permukaan aktif dari WO 3 dalam bentuk serbuk menggunakan alat Quantachrome autosorb iQ, prosesnya dengan memberikan pemanasan

Bahan baku yang dibeli antara lain beras, ayam, sayur (wortel, kentang, buncis, kol, tomat, bawang merah, bawang putih, bawang bombay, dau bawang, seledri, tempe dan cabai),

Pemenuhan kebutuhan pribadi Mbak sebelum masuk ke Kue Bawang Bu Ani dengan orang tua selain itu Bu Ani dapat dengan bekerja membantu usaha keluarga Mbak?. Bu Ani belum

Para Dosen, Asisten Dosen, Karyawan/Karyawati Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan serta