• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Perlu dilakukan optimasi media pertumbuhan kalus deng­ an penambahan air kelapa dan dengan penambahan pisang mentah, sehingga produktivitas storoidnya lebih tinggi. J. Perlu dilakukan analisa kandungan air kelapa, dan buah pisang mentah, yang memacu pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Perlu dilakukan optimasi media pertumbuhan kalus deng­ an penambahan air kelapa dan dengan penambahan pisang mentah, sehingga produktivitas storoidnya lebih tinggi. J. Perlu dilakukan analisa kandungan air kelapa, dan buah pisang mentah, yang memacu pe"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

B A B VII SARAN - SAHAN

Dari hasil percobaan ini, diajukan beberapa saran set bagai berikut ;

1. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjufc tentang kandung an dari kalus yang ditumbuhkan pada media dengan i>enam bahan air kelapa dan pada media dengan penambahan pi -sang mentah.

2. Perlu dilakukan optimasi media pertumbuhan kalus deng­ an penambahan air kelapa dan dengan penambahan pisang mentah, sehingga produktivitas storoidnya lebih tinggi. J. Perlu dilakukan analisa kandungan air kelapa, dan buah

(2)

B A B VIII

RI NG K A S A N

Eksplan Solanum wrightii Benth telah berhasil ditum buhkan pada mectia Murashige dan Skoog dengan menggunakan air kelapa dan pada media Murashige dan Skoog dengan men£ gunakan buah pisang mentah yang dilumatkan. Pada media tersebut ditambahkan hormon pertumbuhan kinetin

2

ppm dan 2,4 D 0,5 ppm.

Kalus y a n g d i d a p a t dari me di a de ngan a ir ke lapa

mem-pu nyai tekstur / bentu k yang lebih ko mpek daripa da yang

d i d a p a t dari m ed i a de ng a n pi sang mentah. D a n warna kalus

y a n g d i d a p a t dari media de ng a n ai r kelapa putih ke hi j a u a n

sed a n g k a n dari m e d i a d e n g a n pi sa n g mentah berwarna keco

-klatan.

Hasil kromatografi lapisan tipis menunjukkan adanya kandungan sterol seperti sterol pembanding dan zat- zat lainnya, dari kalus yang ditanam pada media M S

1

dengan hormon pertumbuhan kinetin 2 ppm dan 2,4 D 0,5 ppm dengan penambahan air kelapa 30%, dan yang ditanam pada media MS*

(3)

BAB XX KEPUSTAKAAN

1. Staba EJ, P}ant Tissue Culture as Source of Biochemi -cals Boca, Raton, Florida : CRC. Press, Inc 1980; 60, 7 2 - 2 .

2. Isnaeni. Optimasi pembentukan kalus Solanum mammosum L dan identifikasi senyawa steroidnya. Surabaya : Univer sitas Airlangga Fakultas Pascasarjana, 1986 : 2 - 8 3 , Seals .

3. Stohs SJ, Rosenberg. Steroid and steroid metabolisme -in plant tissue cultures. Lloydia 1975 ; Vol. 38 No 3 : 181 -

11.

4. Kariyana K .Peranan beberapa zat pengatur tumbuh pada pertumbuhan potongan jaringan kentang Solanum tubero -sum L . Bandung : ITB . 1982 : 1 - 3 6 . Tesis •

(4)

9. Tabata M. Recent advances in the production of Medici­ nal substances by plant cell cultures.

In : Earz W, et al, eds. Plant tissue culture rnd its Bio-technological application. Berlin, Heidelberg, New York : Springer - Verlag. 1977 : 3 - 10. and practice. Amsterdam, Oxford, Kew York* Tokyo: Else vier. 1983 : 1 - 22, 43 - 7.

12. Gantheret RJ. The nutrition of plant tissue cultures. Ann. Rev. Plant. Physiol.6.1955 : 433 -

8

.

13. Suryowinoto SM, Suryowinoto M. Perbanyakan vegetatif pada anggrek. Yoyasan Kanisiuo. 1977 : hal. 70.

14. Rismunandar. Bertanam Pisang. Bandung : Sinar Baru.

1986 : 5 - 3.

15. Heddy S. Hormon tumbuhan, Jakarta : CV Rajawali.

1986 : 5 - 15.

16. Tarigan P. Beberapa aspek kimia sapogenin steroid pada tumbuhan di Indonesia. Bpndung : Alumni. 1980 : 120 - 7. 17. Widodo Sri H. Morfologi beberapa Jenis Solanum dan pe

-nyebarannya. laporan penelitian No. 6604183. Bandung : ITB. 1983 : 10 1 , 23 1

(5)

_ 39 _

19. Reinert J, Yeoman MM. Plant cell and tissue culture a Laboratory mannual. Berlin, Heidelberg, J’ew York : Springer - Verlag. 1982 : 6,74.

20. George EF, Sherrington Fb. Plant propagation by tissue

culture handbook and directory of commercial laborato­ ries. Englanu : Exegetics Ltd. 1984 : 341 - 2, 550 - 5. 21. Wahyudi. Pen^aruh di&meter bunh Solanum wri iiL'ii Jienfch

terhadap lcadar solasodiua. Uurabaya : univ^rsitac A i r —

lanGe'*1 i'akultes l''ormaoi, 190? :

1^»

^6 -

2

. f.;kripsi.

\ K '

V 'UUA‘

(6)

Halaman

G A M B A K 1 : F o t o s c l k a l i u ; m e d i a p i o n ; ) ^ m c n t a h . . . 22 GAMBAR 2 : F o t o c o l k a l u o ri.cci in a i r k t ' l a p a ... ....2 j

GAMBAR 3 : K u r v a i n d c k s p c r t u m b u h a n k a l u a ... .... 2f>

GAMBAR 4 : Haail krornatografi lnpisan tipic kalus d a r i m e d i a p i c a n ^ r n c n t a h ... ....29

GAMBAR 5 : Hasil kromatografi lapiaan ti.pia kaius dari media air kclapa ... ..jO

DAFTAR GAKEAR.

(7)

B A B I PKNDAHULUAN '

Kebutuhan sumber bahan alam nabati sebagci bahan ba ku obat, deraasa ini sangat besar. Bahan alam tersebut meng hasilkan metabolit sekunder yang berkhasiat, yang diner-lukan di dalam dunia kesehatan. Metabolit sekunder yang dihasilkan itu, misalnya : alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, sapogenin, polifcnol dan lain-lain.(

1

)

Steroid merupakon bahan baku obat vitamin, hormon, steroid kardenolida dan obat-obat kontrasepsi. Terutama galongan stigrnosterol, sitosterol, kholesterol, diosgenin

, solasodin dan turunannya yang merupakon bah/jn baku obat kontracepsi. (

2 )

Bahan-bahan tersebut sangat dibutuhkan oleh penduduk Indonesia, yang sedang giat-giatnya molaksanakan program Keluarga Berencana.

Tanaman penghar.il metabolit sekunder golongan stero­ id antara lain : Apocynum siyu Dioscorea spp, Triflonella

gipp. Solanum sp-p. ( 1 )

(8)

berkembang, untuk menghasilkan metabolit tertentu, dan bahan dasar ( prekursor ) berlabel yang sengaja ditambah kan ke dalam media dapat dirnonitor dengan mudah dan cepat*

( 3 )

Dalam habungan metode kultur jaringan dengan tanam-an ytanam-ang menghasilktanam-an steroid, telah btanam-anyak penelititanam-an yang dilakukan. Misalnya pada tanaman : Apocynum Q P R , Pi oscorea spp, dan Solanum spp.(1)

Solanum wriflhtii Benth torrnaouk salah catu jenio S£ lanum yang memiliki kandungan solasodin yang relatii’ tin£ gi pada buahnya. Hal ini diungkapkan oleh Wahjudi. (1905) Kultur J'aringan beberapa jenis Solanum, antara lain : Solanum laciniatum, Solanum wrifchtii, Solanum avicula-i*e yang diteliti oleh Indroyanto ( 1983 ) dan Galanes

( 193^ ), terbulcti menghasilkan steroid. ( 2,4 )

Hasil penelitian Indrayanto ( 1983 ) dan beberapa peneli ti lain (

2

), diketahui bahwa dalam beberapa kultur ja-ringan Solanum spp tidalc ditcmukan adanya dioogenin dan solasodin seperti tanoman induknya. Tetapi produksi dio£ genin dalom kultur jaringnn flioscorea r;p. dapat distimu-lasi dengan modifikasi majcram dan konsentrasi komponen me^ dia pertumbuhan, sehingga menghasilkan diosgenin yang l£ bih banyak. Penelitian ternebut dilakukan oleh Rokem £t al .( 1905 ) (5)

(9)

but ditumbuhkan, dapat mcmpcngaruhi leader dan Jenin mcta bolitnya*

Karena kultur Solanum wrifthtii. Benth dari strain U-niversitas Tubingen ( Indrayanto, 1983 ) mengandung ste­ rol, triterpen tetapi tidak mengandung solasodin dan di­ osgenin; akan menarilc untuk diteliti kemungkinan produk-tifitas steroid kultur Solanum wrifthtii yang berasal da­ ri eksplan yang diambil dari tanaman yang tumbuh di Ke-bun Raya Purwodadi. Karena pada penelitian oleh Wahtjudi, tanaman Solanum v/riflhtii Benth di Purv/odadi mengandung solasodin yang relatif tinggi.

(10)

ICIliJAUAtt FUSTAKA B A B II

II. Kultur jaringan

Metode kultur jar^ng-on yang berkembang, bertolak da ri teori sel yang dikemukakan oleh Schwon dan Schleiden

(

1838 ) yang menyatnkan bahwa sel rnerupakan unit

terke-cil kehidupan yang mainpu molakukan aktivitar, meU.Mbolisme, reproduksi dan tumbuh berkernbsno;. (

6 ). I'eori tersebut

berkembang menjadi teori totipotensi sel yan& dikernuka -kan oleh Haberlandt ( 1902 ), bahwa sel tumbuhan mampu tumbuh rnenjadi tumbuhan dev/aaa bila ditanaui pad.-) modia buatan yang sesuai. Dan sel tereebut mampu memproduksi atau menghnsilkan metabolit neperti tnnaman induknya. Hal ini dikemukakan oleh Misawa e_t aJL pada tahun 1974.

C

2 ).

Definisi yang dikemukakan oleh Koblits ( 1 9 ) , bahwa metode kulbur jaringan ialoh metode pengisolasian dan pemeliharnan sel, jaringon afcau o.r^an tumbuhan ynng dipisahkan dari lingkungan alamiahnya dan ditanam pada media yan^; eesuai dalam kondis.i oberil, sehingga sel-sel_ nya mampu melalcukan pembelahan dan pertambahan plasma.

( 2,7 ).

II .1.1. Penerapan metode kultur .jarin^an tanaman

(11)

biotransformasi senyawa berkhesiat. (

4

,

5)*

Karena metode kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu: (2,7,8,9):

1. pertumbuhan cepat dan tidak terpengaruh oleh

mu-sim, letak geografis dan mikroba

2

. sel-sel yang belum terdefernsiasi atau terorgani-saAi dapat mengatasi pengaruh variasi eel terha~ dap translokasl, permeabilitas dan segregasi pa­ da penyimpanan metabolit

3

. pertumbuhan sel dan proses metabolisme dapat di-kontrol, terutama untuk pengembangan produtifitas 4* perubahan prekursor (bahan dasar) berlabel yang

sengaja ditambahkan kc dalam media, dapat d.imo-nitor atau diawesi dengan cepat.

Hal ini diungkapkan oleh Tabata (1977) dan Barz (1981). Dengan adanya kelebihan-kelebihan tersebut di atas maka perkembangan metoda kultur jaringan maju dengan pesat dengan diadakannya penelitian-penelitian di berbagai nega-ra* Misalnya, Amerika Serikat, Jepang, India dan lain-lain Tujuan para peneliti tersebut dirumuskan oleh Alfermann sebagai berikut (7) s

1, produksi senyawa - senyawa tcrtentu yang berguna

pada bidang farmasi atau media

2. biotransformasi senyawa-senyawa tertentu menjadi

senyawa yang dapat digunakan pada bidang farmasi atau medis

(12)

en-zim, biosintesa intermediat, dan lain-lain)

4. seleksi galur tanaman unggul untuk dikembangkan dalam bidang pertanian dan hortikultura (terma-euk fusi sel, naaJ^alasi genetika)

5* multiplikasi tanaman secara cepat dan seragam Penerapan metoda kultur jaring&n ini diawali oleh White (1934) yang berhaeil membuat kultur jaringan dari akar tomat (Solanum lycoperalcum). Juga Gautheret membuk-tikan bahwa betapa pentingnya peranan zat pengatur tumbuh auksin ( IAA ) dan vitamin B dalam pertumbuhan kultur sel.

(2). Dari penelitian-penelitian dengan metoda ini, dilaku-kan untuk penelitian daear dan penelitian terapan.

DI oamping kelebihan yang dimilildL oleh metodo ini,ada juga kekurangan-kekurangannya, yaitu :

1. sel yang tumbuh heterogen

2, pertumbuhan lambat daripada kultur suspensi

3* ..kondisi media dan lingkungan haruo steril

4. bahan pembuat media mahal

Jadi dengan adanya kekurangan atau kerugian-kerugian .tsr~

sebut y .maka metoda ini perlu pertimbangan biaya, untuk produksi yang komersial dan besar-besaran.

•1*2 Media kultur jarlngan

(13)

sumber karbon

makroelemen anorganik

mikroelemen anorganik

: sukrosa, glukosa, fruktosa, laktosa.

: bermacam-macara logan berat misalnya : Co, Cu, Mo, dan lain-lain.

(14)

Sumber karbon

Percobaan perabuatan.-.kultur dari eel mesopil yang berwarna hijau secara sederhana dilakukan oleh Haberlandt

(1902), ternyata sel-selnya yang berwarna hi^aui.Mlang se-lama kulturisasi, karena selnya tidak mengalami proses autotropi yang dapat menghasilkan karbon. Oleh karena itu proses proMf e r a s i dan pertumbuhan sel memerluk^n tambahan sumber'Karbon yang sesuai dalam kultur medianya. (11)

Sumber karbon yahg biasa dipakai sebagai nutrisi pada kultur Jaringan tanaman ialah sukrooa, dengan konsen-trasl 2~5%. Glukosa dan fruktosa juga dipakai pada beberar

pa kultur.Gautheret (1959)> mencoba beberapa sumber karbon lain pada kultur media, yaitu maltoea, galaktosa, manosa dan laktosa. (11,12)

Bahkan buah pisang 3uga digunakan sebagai bahan tambahan pada media Knudson atau media Vacin dan Went oleh petani anggrek, untuk menyebar biji dan menanam jaringan anggrek. Pisang yang digunakan ialah 'green banana*(Hawai} atau pisang ambon (Indonesia).(13)

Sagawa di Laboratorium Department of Horticulture, Univer­ sity of Hawai, menggunakan buah pisang ambon yang masih mentah yang kemudian dilumatkan, sehingga media berwarna agak kehitam-hitaman. (13)

(15)

9

-Honnon pertumbuhan

Peranan zat pengatur tumbuh selain mempengaruhi • pembelahan, perpanjangan dan diJTerensiasi eel, ternyata

juga mempengaruhi pembentukan metabolit dalam sel# Penga-ruh tersebut tergantung pada konsentrasi, stabilitas z$t

tersebut , pengambilan (up take), translokasi dan metabo-lisma dalam jaringan selama kulturieasi, hal ini dikemu-kakan oleh Ammirato (1984). (2).

Zat pengatur tumbuh yang penting ialah hormon

auksin dan sitokinin, yang menghaoilkan respon berbeda-be» da baik tunggal maupun kombinasinya. (-

11)

Yang termaeuk auksin, adalah IAA ( indole-3-acetic acid), NAA (naphthaleaaacetic acid), 2,4-D (dichlorophenoxyaceyic acid). Sedangkan hormon pertumbuhan yang termaouk oitokir' nin>adalah kinetin (furfurylamino purine), BAP (benzyla-mino purine).(11)

Selain hormoh pertumbuhan sintetis ,dari alam jugai.ada dan selalu ada pada setiap tumbuhan. Seperti misalnya pada ah kelapa, yaitu pada air buah kelapa. Air kelapa dsri bu-ah kelapa yang masih muda, tetapi sudbu-ah berdaging yang ma-sih dapat dikerok (coconut milk), mengandung senyawa atau zat sifatnya seperti sitokinin.(

6,?0

)

(16)

10

-II.1.3 Metode kultur jarlngan untuk produksi metabolit Bekunder

Salah satu penerapan metode kultur jaringan ada-■ lah untuk produksi metabolit

3ekunder. Hal ini dilakukan

untuk mengatasi kesulitan-kesulitan^yang sering timbul dalam memproduksi metabolit sekunder yang berguna bag! kehidupan manusia, dari tanaman secara langsung.(2)

Metabolit sekunder dari kultur sel tanaman yang diketahui, misalnya steroid, terpenoid, sapogenin, alka­ loid, flavonoid, tannin dan sebagainya. (3)

Tiga pendekatan dasar untuk menyelidiki potensi biosintesa dan metabolisme steroid dalam kultur jaringan tanaman, dikemukakan oleh Stohs dan Rosenberg (1975)» ialah : (3)

(1). isolasi dan identifikasi steroid yang dihaQilkan kultur kalus dan kultur suspensi

(

2),

penggunaaa prekursor berlabel untuk etudi jalur biosintesa steroid dalam kultur jaringan

(3)# inkubasi kultur jaringan tanaman dengan senyawa steroidal untuk mengembangkan dan menyelidiki sls-tem enzim metabolisme steroid yang ada secara

umum.

Kalus yang ditumbuhkan pada media yang sesuai dan dengan penambahan macam dan konsentrasi hormon pertumbuh­ an tertentu, yaitu sitokinin dan auksin, dalam jumlah yang tepat, agar pertumbuhan dan produksi metabolit sekun­ der terpacu. (4,15)

(17)

- 11

kultur jaringan Dloscorea sp.t ternyata produksi diosgeni ninnya dapat dietlmulaei dengan modifikaoi komponen dan konsentrasi media pertumbuhan, (

4)

II, 2 Tlnjauan tentang steroid

Penelitian steroid bermula pada penelitian Windaus terhadap sterol yang kemudian dilanjutkan oleh Wieland ter hadap adam empedu.(16).Pada waktu itu, masih sedikit orang yang mengerti kegunaan hasil penelitian mereka. Tctapi de-wasa ini steroid mendapat tempat tersendiri dalam cabang kimia sintesis.(16)

Pada tahun 1935 Russel E. Marker mencari bahan yang murah untuk mensintesa hormon steroid. Kemudian pada tahun lima puluhan, hampir semua kebutuhan obat-obat ste­ roid berasal dari diosgenin. Kini steroid yang lain sudah dikenal, antara lain solasodin dan stigmasterol.(16).

Steroid yang terdapat dalam kultur jaringan dike-nal eebagai fitosterol. Dalam tanaman, sterol ditransfor-masi menjadi saponinsteroida.(1). Saponin dapat berupa glikosida triterpenoid atau glikosida steroid dengan ca­ bang cincin spiroketal dan cincin spiroaminoketal dengan inti perhidrosiklopentanofenantrena.(16). Dldalam Tarigan

(18)

S a p o g e n i n s t e r o i d ( a l a m )

(19)

13

-11,3 ginjauan tentang Solanum wrightll Benth

Solanum adalah suatu marga tanaman yang terdapat di negara tropik dan eubtroplk, serta terdirl dari banyak spesies. Di Indonesia saja jumlah solanum mencapai 71 je~ nis.(13)

Kedudukan klaaifikasi tanaman ini menurut Lawrence (18) :

Divisi^ : Spermatophyta Anakr-divisil Angiospermae Kdlaa . t Dicotyledoneae Bangsa ; Solanales

Anak-bdngsa| Solaninaae Suku : Solanaceae Marga : Solanum

^enifl : Solanum wrlflhtii Ben.th

(20)

B A B III

METODOLOGI PENELITIAN

111.1 Bahan

111.1.1 Untuk sterilisas! - alkohol 90 %

- alkohol 70 %

- 'Clorox* yang mengandung Na hipoklorida 5#25 %

- aquadest eteril 111.1.2 Untuk penanaman

111.1.2.1 Eksplan (potongan .jarlngan)

Potongan tangkai aaun yang; waoih muda Solanum yriKhtll Benth., yangi dAperoleh dari Kebun Raya Purwodadi Pasuruan, Jawa Timur.

111.1.2.2 Media

Media yang digunakan adalah media buatan yang, .ee-suai dengan metoda Murashige dan Skoog (1974).(6).Semua bahan kimia yang digunakan adalah produksi E. Merck

Darmstadt, dengan derajat "pro analisa", kecuali apabila disebutkan lain. Agar yang digunakan adalah Bacto Agar, Difco Centrified, Difco Laboratories, Detroit Michigan, USA. Hormon 2,4 D yang digunakan adalah produksi Sigma. Komposisi kimiawi media Murashige dan Skoog. itanpa hormon.

(21)
(22)

16

-TABEL 2 : . KCDB MEDIA DAN KOMFOSISI

Kode Media Hormon pertumbuhan(ppm) Lain

media dasar K IAA NAA 2,4 D lain

A M S

1

2

- - 0,5

-B MS'

2

0,5 - -

-C MS*

2

- 0,5 -

-D MS*

2

- - 0,5 pisang

menr-.;-tah

20

%

E MS*

2

- - 0,5 air kelapa

30 %

P MS*

2

0,5 antioksidan

vitamin G

100 mg

E MS'

2

0,5 antioksidan

asam sitrat

150 mg

(23)

1 ?

-III.1.2.3. Krlteria

- Air kelapa yang digunakan adalah sebagai berikut : - kelapa hijau dari pasar

- daging buah berwarna putih santan

- daging buah lunak masih mudah disendok

- air kelapa yang ditambahkan, dari buch yan^ di-baru dipecah (

20 )

- Pisang ambon mentah yang digunakan adalah sebagai ber­ ikut ;

- kulit buah. seluruh .permukaannya berwarna hijau dan bergetah

- daging buah keras

- irisan melintang daging buah bulat penuh ( siku siku tidak ada )

(24)

111.2 Alat

Laminar air flow cabinet, digunakan untuk pengerjaan asep-tis.

Autoklaf 25 1 (American Portable Autoclave WAF Co Inc.)* pH-meter Fisher, untuk mengatur pH larutan media.

Lempeng jadi Kieeelgel 60 F 254, E. Merck, untuk mendetek-si steroid yang kemungkinan ada pada kalis yang terjadi.

111.3 Metode

,III.3*1 Pembuatan media

Media yang dipakai adalah media padat, dan pembu-atannya sesuai dengan metode Murashige dan Skoog (6). Ma-sing-masing koraponen media dibuat larutan stok. Untuk mem-peroleh media dengan volume satu liter, dibuat sebagai berikut:

- bahan makronutrien dari larutan stok masing-ma-sing

10 ml

- bahan mikronutrien dari larutan stok maeing-ma-sing

10 ml

- hormon tergantung konsentrasi dan macam yang akan dibuat untuk percobaan

(25)

19

-- ditambahkan aquadest sampai volume kurang-lebih 800 ml

- larutan media dibuat dengan pH 5,7 - dengan menambah NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N

- setelah ditambah dengan agar

1

%, larutan

dipanas-kan sambil terus dladuk sampai jernih

- larutan dituang ke dalam botol kultur masing-masing

50 m l .

- tutup dengan aluminium foil rapat-rapat

- kenmdifrjn disterilkan di dalam autoklaf

12 1°c sela

ma 20 menit

- simpan di dalam ruang dengan suhu 20 - 25°C bila tidak dipakai

XXI.3.2 Penanaman ekeplan

Penanaman dilakukan sesuai dengan metoda yang di-kemukakan oleh Reinert dan Yeoman (19), sebagai berikut:

tangkai daun Solanum wrlghtl! Benth. yang akan dipakai sebagai eksplan dicuci bersih dengan aquadest,kemudian direndam dalam alkohol

90

% selama

2

meni£,untuk menghi?*- •

langkan lemak atau lilin dari tangkai daun tersebut.Sete-itu disterilkan dalam larutan pensteril <!ciorox* 40 %

(yang mengandung Na hipok&orida 5,25 %) eelama 5 menit,

(26)

20

-dilakukan di 'laminar air flow cabinet1.

111,3/3 Penetapan kecepatan pertumbuhan

Dalam percobaan ini, penetapan kecepatan pertum-buhan kalus yang terjadi, digunakan parameter indeks per­ tumbuhan .

Indeks pertumbuhan didefinisikan sebagai : berat basah kalus akhir x

100

berat awal kalus

Berat basah kalus akhir ditentukan tiap minggu,dengan ca-ra kalus dikeluarkan dari botol kultur, kemudian ditimbang. Sedangkan berat awal kalus diperoleh dengan cara sebagai berikut :

berat(media.+ kalus)"" berat(media)

111,3*4 Deteksi steroid

Kalus yang terjadi, dipisahkan dari media agar yang menempel. Setelah dikeringkan dalam lemari pengering atau lampu pengering pada suhu 40 - 60°C, diaerbuk dan dihomo-genkan* Ditimbang sebanyak 5 gram serbuk, direfluk lima kali selama 2 jam dengan 100 ml petroleum eter 40 - 60 pa­ da 60 - 65°C* Setelah disaring , filtrat ( fraksl ) petro­ leum eter diuapkan sampai kental.

(27)

hida sulfat. Lempeng hasil kromatografi dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 100.- 105°C selaraa 5 - 1 0 menit* Varna noda dan tinggi noda dicandingkan dengan ster&id stan dard.

(28)

B A B IV

HASIL PERCOBAAN

IV.1. Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis kalus

IV.1.1 Pemeriksaan makroskopis kalus pada minggu IV TABEL 3 :

Pemeriksaan makroskopis kalus pada minggu IV

Media Warna Bentuk Diferensiasi

D coklat muda agak rapuh tidak terjadi E putih kehi- kompak tidak terjadi

jauan

IV.1.2 Pemeriksaan mikroskopis kalus pada minflgu IV

(29)

Ga»bar 2 : Sel kalus Solanup wrlghtlj, Benth pnda madia E

(30)

24

-IV.2. Kecepatan pertumbuhan

IV,2.1 Pertumbuhan kalus dari eksplan ‘ TABEL 4 :

Kecepatan pertumbuhan kalus dari eksplan Media Tumbuh ( hari )

A 28 + 0,71

B

56 + 0,82

C 47 + 1

D 1 3 + 1

E

8 + 0,82

P

(31)

-IP

■|S» _1> _jk V>J V_>J ro

(32)

26

-Umur ( minggu ) --- ->

Gambar 3 : Kurva indeks pertumbuhan kalus Solanum wrightil Benth terhadap waktu.

Dj = kalus dari media D pada pasasi I Dj-p kalus dari media D pada pasasi II

(33)

27

-IV*3. Peteksi steroid dari kalus yang ter.iadi

IV.3.1. Kromatografi lapisaa.' tipis :

- Ekstrak petroleum eter dengan .fase gerak n-Heksana : Etil asetat ( . 8 : 2 )

- Penampak noda anis aldehida asam sulfat TABEL

6

;

Hasil Kromatografi lapisam tipis ekstrak petrole um eter dengaa fase gerak n^-Heksana : Etil asetat

(

8

:

2

)

' 2 A T JUKLAHNODA HARGARf WARNA • steroid pembanding

1

buah

0 ,12

ungu - ekstrak petroleum

6

buah

0 ,10

ungu

eter dari media pi 0,15

sang mentah

0

,

21

0

, 2 6

0,58 0,69

- ekstrak petroleum 4 buah 0,15 ungu

(34)

28

-IV.3.2. Kromatografi lapisan tipis :

- Ekstrak petroleum eter dengan fase gerak Kloroform : Etil asetat ( 9 : 1 )

- Penampak noda anis aldehida asam sulfat TABEL 7 :

Hasil kromatografi lapisan tipis ekstrak petrole­ um eter dengan fase gerak Kloroform : Etil asetat

( 9 : 1 )

Z A T JtlMLAHNODA HARGARf WARNA

- steroid pembanding

1

buah 0,4 ungu - ekstrak petroleum 5 buah 0,26

eter dari media pi 0,34

sang mentah 0,41 ungu

0,52

0,75

- ekstrak petroleum 4 buah 0,06

eter.dari media a- 0,31

ir kelapa 0,42 ungu

(35)

“ 29

-Garabar 4 : Hasil kromatografi lapisan tipis steroid

dari hasil ekstraksi dengan fase gerak n-Heksana : Etilasetat «

8 : 2

Kloroform : Etilasetat = 9 : 1 Keterangan ; P adalah steroid pembanding

S adalah steroid hasil ekstraksi petroleum

(36)

50

-Ganbar 3 • Hasil kromatografi lapisan tipis steroid

dari hasil ekstraksi dengan fase gerak n-Heksane : Etilasetat ■

8 ; 2

Kloroform : Etilasetat = 9 : 1 Keterangan: P adalah steroid pembanding

(37)

PEMBAHASAN

B A B V

Pada penelitian ini, pertumbuhan kalus dari eksplan

.Solanum wrightii Benth terjadi pada media A, B, C, D dan E dengan waktu yang bervariasi, ya.itu antara 8 - 5 6 hari. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kombinasi hormon pertum buhan yang ditambahkan dalam media - media tersebut. . Ka­ lus dari eksplan dapat tumbuh dengan ccpat, jika media pertumbuhan yang dipakai sesuai. Dan tiap - tiap kalus da ri eksplan tanaman yang berbeda, mempunyai media pertum buhan yang berbeda pula.

Pertumbuhan kalus yang tercepat dalam penelitian ini ialah pertumbuhan kalus pada media E, yaitu media MS' d«agan hormon pertumbuhan kinetin 2 ppm dan 2,4 D 0,5 ppm dengan penambahan air kelapa 30 %. Hal ini mungkin disebabkan

o-leh adanya zat yang sifatnya seperti sitokinin di dalam air kelapa, yang memacu pembentukan kalus dari eksplan.(

6

,

2 0

)

Sedangkan pada media dengan penambahan antioksidan, eks­ plan Solanum wrightli Benth tidak tumbuh , meskipun eks­ plan tersebut tidak mengalami pencoklatan ( browning ). Hal ini kemungkin disebabkan oleh pengaruh dari antioksi­ dan yang terkandung di dalam media tersebut.

(38)

32

-sama, pencoklatan tersebut hilang. Jadi pencoklatan ini terjadi hanya pada permukaan eksplan yang mengalami pemo-tchngan, dan tidak terjadi pada kalus yang sudah tumbuh a-tau terjadi.

Dari kurva indeks pertumbuhan terhadap waktu, meng -hasilkan kurva yang berbentuk sigmoid. Hal ini sesuai de­ ngan percobaan-percobaan yang telah dilakukan, bahwa per­ tumbuhan kalus selalu menghasilkan kurva yang berbentuk sigmoid. Kecepatan mencapai maksimu* eetelah fayc linier dan menjadi konstan pada fase stasioner, karena sel mulai mengalami maturasi dan pertumbuhan akhirnya menurun. Hal ini karena masa kalus banyak dan perseaiaan makanan menu-run. (

1 1

)

Tetapi pada penelitian ini belum mencapai fase stasioner karena sebelum fase stasioner, kalus yang terjadi dipin-dah ke media baru yang sama, untuk menjaga kelangsungan hidup kalus tersebut.

(39)

33

(40)

B A B VI

K E SIMPULAN*

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Kalus Solanum wrifihtii Benth dapat dengan cepat tumbuh

pada media Murashige dan Skoog dengan penambahan hor -mon pertumbuhan kinetin 2 ppm dan 2,4 D 0,5 ppm serta air kelapa 30 %.

(41)

B A B VII

SARAN - SAHAN

Dari hasil percobaan ini, diajukan beberapa saran set bagai berikut ;

1. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjufc tentang kandung an dari kalus yang ditumbuhkan pada media dengan i>enam bahan air kelapa dan pada media dengan penambahan pi -sang mentah.

2. Perlu dilakukan optimasi media pertumbuhan kalus deng­ an penambahan air kelapa dan dengan penambahan pisang mentah, sehingga produktivitas storoidnya lebih tinggi. J. Perlu dilakukan analisa kandungan air kelapa, dan buah

(42)

B A B VIII

R I N G K A S A N

Eksplan Solanum wrightii Benth telah berhasil ditum buhkan pada mectia Murashige dan Skoog dengan menggunakan air kelapa dan pada media Murashige dan Skoog dengan men£ gunakan buah pisang mentah yang dilumatkan. Pada media tersebut ditambahkan hormon pertumbuhan kinetin

2

ppm dan 2,4 D 0,5 ppm.

Kalus y a n g d i d a p a t dari me di a de ngan a ir ke lapa

mem-pu nyai tekstur / bentu k yang lebih ko mpek daripa da yang

d i d a p a t dari m ed i a de ng a n pi sang mentah. D a n warna kalus

y a n g d i d a p a t dari media de ng a n ai r kelapa putih ke hi j a u a n

sed a n g k a n dari m e d i a d e n g a n pi sa n g mentah berwarna keco

-klatan.

Hasil kromatografi lapisan tipis menunjukkan adanya kandungan sterol seperti sterol pembanding dan zat- zat lainnya, dari kalus yang ditanam pada media M S

1

dengan hormon pertumbuhan kinetin 2 ppm dan 2,4 D 0,5 ppm dengan penambahan air kelapa 30%, dan yang ditanam pada media MS*

(43)

BAB XX

KEPUSTAKAAN

1. Staba EJ, P}ant Tissue Culture as Source of Biochemi -cals Boca, Raton, Florida : CRC. Press, Inc 1980; 60, 7 2 - 2 .

2. Isnaeni. Optimasi pembentukan kalus Solanum mammosum L dan identifikasi senyawa steroidnya. Surabaya : Univer sitas Airlangga Fakultas Pascasarjana, 1986 : 2 - 8 3 , Seals .

3. Stohs SJ, Rosenberg. Steroid and steroid metabolisme -in plant tissue cultures. Lloydia 1975 ; Vol. 38 No 3 : 181 -

11.

4. Kariyana K .Peranan beberapa zat pengatur tumbuh pada pertumbuhan potongan jaringan kentang Solanum tubero -sum L . Bandung : ITB . 1982 : 1 - 3 6 . Tesis •

(44)

9. Tabata M. Recent advances in the production of Medici­

nal substances by plant cell cultures.

In : Earz W, et al, eds. Plant tissue culture rnd its Bio-technological application. Berlin, Heidelberg, New York : Springer - Verlag. 1977 : 3 - 10. and practice. Amsterdam, Oxford, Kew York* Tokyo: Else vier. 1983 : 1 - 22, 43 - 7.

12. Gantheret RJ. The nutrition of plant tissue cultures. Ann. Rev. Plant. Physiol.6.1955 : 433 -

8

.

13. Suryowinoto SM, Suryowinoto M. Perbanyakan vegetatif pada anggrek. Yoyasan Kanisiuo. 1977 : hal. 70.

14. Rismunandar. Bertanam Pisang. Bandung : Sinar Baru.

1986 : 5 - 3.

15. Heddy S. Hormon tumbuhan, Jakarta : CV Rajawali.

1986 : 5 - 15.

16. Tarigan P. Beberapa aspek kimia sapogenin steroid pada tumbuhan di Indonesia. Bpndung : Alumni. 1980 : 120 - 7. 17. Widodo Sri H. Morfologi beberapa Jenis Solanum dan pe

-nyebarannya. laporan penelitian No. 6604183. Bandung : ITB. 1983 : 10 1 , 23 1

(45)

_ 39 _

19. Reinert J, Yeoman MM. Plant cell and tissue culture a Laboratory mannual. Berlin, Heidelberg, J’ew York : Springer - Verlag. 1982 : 6,74.

20. George EF, Sherrington Fb. Plant propagation by tissue

culture handbook and directory of commercial laborato­ ries. Englanu : Exegetics Ltd. 1984 : 341 - 2, 550 - 5. 21. Wahyudi. Pen^aruh di&meter bunh Solanum wri iiL'ii Jienfch

terhadap lcadar solasodiua. Uurabaya : univ^rsitac A i r —

lanGe'*1 i'akultes l''ormaoi, 190? :

1^»

^6 -

2

. f.;kripsi.

\ K '

Gambar

GAMBAR 2 :
TABEL 2 : . KCDB MEDIA DAN KOMFOSISIKodeMediaHormon pertumbuhan(ppm)
Gambar 1 : Sel kalus Solanum wrightii benth pada media dengan penambahan pisang mentah dengan pern- beaaran 400 kali.
Gambar 3 : Kurva indeks pertumbuhan kalus Solanum wrightil
+3

Referensi

Dokumen terkait

Proses analisis yang dijelaskan di atas dalam pengolahan data-datanya menggunakan bantuan software komputer (SPSS dan Mic. Mengacu pada perumusan masalah yang telah

Hasil diskusi tim pelaksana pengabdian masyarakat dengan mitra menggambarkan bahwa permasalahan dasar yang dihadapi antara lain : Mata kuliah yang diselenggarakan

WhatsApp kini memiliki sekitar 35,8 juta pengguna di Indonesia. Tak hanya mempunyai.. | 3 jumlah pengguna yang banyak, WhatsApp pun merupakan salah satu aplikasi yang paling

Eksperimen dilakukan di Tangki Tarik (Towing Tank) Jurusan Teknik Perkapalan (JTP) ITS dengan variasi rasio jarak antar lambung kapal ± panjang kapal (S/L) 0.2 ~ 0.4 dan

[r]

Secara klinis, pengetahuan tentang keselamatan pasien yang baik meningkatkan sikap yang baik tentang keselamatan pasien pada residen obstetri dan ginekologi dalam pelayanan di

Ugyanis a lebukásról, az átverésről szóló történetek, ahogy a gyerekszáj-történetek is, értel- mezhetők olyan módon is, hogy azok a beégés műfajával rokon – azzal

Polulasi dari penelitian ini adalah mahasiswa angkatan tahun 2009/2010 Jurusan teknik Elektro Politeknik negeri samarinda, yang terdiri dari Empat kelas; dua kelas