• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Azolla pinnata Sebagai Fitoremed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potensi Azolla pinnata Sebagai Fitoremed"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

236

Potensi

Azolla pinnata

Sebagai Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam

Berat Timbal (Pb)

Potential Azolla pinnata as Heavy Metal of Lead (Pb) Contaminated Soil Phytoremediation

Koko Tampubolon* dan Yustina Sri Sulastri

Program Doktor Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 *Coressponding author : koko.tampubolon@gmail.com

ABSTRAK

Keberadaan logam berat timbal (Pb) pada lahan pertanian dapat mempengaruhi karakteristik lahan secara fisik, kimia dan biologi sehingga terjadi penurunan mutu

tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan Azolla pinnata pada

tanah yang tercemar logam berat timbal. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi dan Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada Juni sampai dengan Juli 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan (pemberian Pb 100 ppm, urea 100 ppm dan kontrol) dan dua ulangan. Parameter yang diukur adalah bobot basah dan perubahan pH tanah. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan uji DMRT pada taraf 5 % dengan program IBM SPSS Statistics 20. Pemberian 100 ppm logam berat Pb

memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah A. pinnata pada 6, 9 dan 12

Hari Setelah Aklimatisasi (HSA). Pertumbuhan A. pinnata pada pemberian logam berat

Pbsemakin meningkat sampai 12 HSA sebesar 35,80 g. Pemberian logam berat Pb 100

ppm dapat menyebabkan peningkatan pH tanah pada 14 HSA sebesar 5,17 (masam).

Kata kunci : F itoremediasi, Azolla pinnata, logam Berat Pb.

ABSTRACT

The presence of heavy metal lead (Pb) on agricultural land can affect the physical, chemical and biological characteristics of the land, so that there is a decrease in soil quality. This study aims to determine growth pattern Azolla pinnata on soil contaminated lead heavy metal. This research was conducted at Ecology and Biology Soil Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara from June to July 2017. This study used Completely Randomized Design with three treatments (Pb 100 ppm, urea 100 ppm and control) and two replications. The parameters measured were wet weight and soil pH change. The data obtained were analyzed by ANOVA and followed by DMRT test at 5% level with IBM SPSS Statistics 20 program. The giving of 100 ppm of Pb heavy metal gave a significant effect on wet weight of A. pinnata at 6, 9 and 12 Days After Acclimation (DAA). The growth of A. pinnata on the giving of Pb heavy metals increased to 12 DAA amount 35.80 g. The giving of heavy metal Pb 100 ppm may cause an increase in soil pH at 14 DAA amount 5.17 (acid).

(3)

237

Pendahuluan

Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi, berat jenisnya

lebih dari 5 g/cm3 (Clemens et al., 2002). Timbal (Pb) memiliki berat jenis 11,4 g/cm3.

Timbal merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan

organisme lainnya. Kegiatan industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb

misalnya industri baterai, bahan bakar, kabel, pipa serta industri kimia. Selain itu juga

sumber Pb dapat berasal dari sisa pembakaran pada kendaraan bermotor dan proses

penambangan. Semua sisa buangan yang mengandung Pb dapat masuk ke dalam

lingkungan perairan dan menimbulkan pencemaran (Herman, 2006).

Logam berat Pb di dalam badan perairan dapat meracuni dan mematikan

organisme yang ada di dalam perairan tersebut, sehingga dapat mengganggu

keseimbangan ekosistem. Logam berat Pb menyebabkan gangguan pada organ seperti

gangguan neurologi (syaraf), ginjal, sistem reproduksi, sistem hemopoitik serta sistem

syaraf pusat (Santi, 2001). Logam berat Pb yang di perairan (sungai) apabila masuk ke

dalam areal persawahan akan menyebabkan terakumulasinya logam tersebut di dalam

tanaman padi dan akan berakibat tercemarnya bahan pangan.

Untuk itu diperlukan upaya/teknologi remediasi logam berat, satunya adalah

fitoremediasi, yaitu penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan dari tanah atau

perairan yang terkontaminasi (Alam, 2009 dalam Triastuti, 2010). Fitoremediasi adalah

upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan

masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam

buatan atau reactor maupun in-situ (langsung di lapangan) pada tanah atau daerah yang

terkontaminasi limbah (Hardyanti dan Rahayu, 2007). Beberapa jenis tumbuhan air

mampu bekerja sebagai agens fitoremediasi, seperti azolla, kiambang, kangkung air,

eceng gondok serta tumbuhan mangrove.

Azolla adalah tumbuhan macrophyte yang mengapung dan tersebar secara

global. Azolla bisa ditemukan di permukaan padi sawah, danau, kolam, dan rawa, dan

dapat toleran berbagai kondisi lingkungan. Pada kondisi pertumbuhan yang kurang

optimal, azolla memiliki tingkat pertumbuhan dua kali lipat sekitar 2-4 hari. Produksi

biomassa yang cepat dalam waktu singkat sehingga azolla menjadi tumbuhan yang ideal

untuk digunakan dalam sistem fitoremediasi (Pabby et al., 2004; Scharpenseel dan

(4)

238

penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan Azolla

pinnata pada tanah yang tercemar logam berat timbal.

Bahan dan Metode

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Azolla pinnata dari koleksi

laboratorium, tanah ultisol kampus USU baru Kwala Bekala, timbal asetat/Pb(C2H3O2)2,

pupuk urea, air, dan pupuk majemuk Growmore 20 : 20 : 20. Alat yang digunakan

dalam percobaan ini adalah ember, timbangan, saringan, pH meter. Penelitian ini

dilaksanakan di Laboratorium Ekologi dan Biologi Tanah Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2017.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan

(kontrol, urea, dan logam timbal) serta dua ulangan. Penelitian ini dilakukan dengan 2

tahap (Persiapan dan Aklimatisasi).

Gambar 1. Tumbuhan Azolla pinnata

(Sumber : https://plants.ifas.ufl.edu/plant-directory/azolla-pinnata, 2017).

Ditimbang tanah Ultisol masing-masing 3 kg kemudian dimasukkan ke dalam

ember dan diberi air sebanyak 20 liter selama 3 hari setelah itu disaring. Diberikan

pupuk Growmore sebanyak 5 g pada masing-masing perlakuan dan dimasukkan Azolla

pinnata selama seminggu untuk aklimatisasi. Dibersihkan tanah yang ada pada ember

pada setiap perlakuan, kemudian diisi air 20 liter ke dalam ember tersebut. Diberi

perlakuan timbal asetat sebanyak 100 ppm, pupuk urea sebanyak 100 ppm. Dimasukkan

Azolla pinnata dalam masing-masing ember perlakuan. Ditimbang pertambahan bobot

basah Azolla pinnata setiap 3 Hari Setelah Aklimatisasi (HSA). Pengukuran pH tanah

dilakukan setiap 7 HSA. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan

(5)

239

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Basah Azolla pinnata

Dari hasil penelitian di laboratorium diketahui rataan bobot Azolla pinnata pada

setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Rataan Bobot Basah Azolla pinnata (g)

Perlakuan Pengamatan ke- berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian logam berat Pb 100 ppm secara

signifikan dapat meningkatkan rataan bobot basah Azolla pinnata sampai pengamatan

ke-IV (12 HSA) sebesar 35,80 g. Sedangkan pada pemberian urea dengan kontrol tidak

menunjukkan perbedaan secara signifikan terhadap rataan bobot basah Azolla pinnata.

Grafik rataan bobot basah Azolla pinnata hingga pengamatan ke-IV (12 HSA)

dengan perlakuan kontrol, Pb dan Urea dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Bobot Basah Azolla pinnata

Gambar 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan Azolla pinnata pada pemberian Pb

terus meningkat dari pengamatan I-IV, sedangkan pada perlakuan kontrol dan

pemberian urea pada pengamatan I-III meningkat, tetapi pada pengamatan IV

(6)

240

Pengaruh Perlakuan Terhadap Perubahan pH Tanah

Dari hasil pengukuran di laboratorium diperoleh pH tanah pada perlakuan

kontrol, Pb, urea yang diberi Azolla pinnata dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. pH tanah

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian logam berat Pb dan urea 100 ppm dapat

menyebabkan peningkatan pH tanah menjadi masam pada 14 HSA masing-masing 5,17

dan 5,99. Sedangkan pada perlakuan kontrol menunjukkan penurunan pH tanah menjadi

netral (6,63).

Grafik pH tanah pada 14 HSA dengan perlakuan kontrol, Pb dan Urea dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Perubahan pH Tanah

Gambar 2 menunjukkan perubahan pH tanah 14 HSA pada pemberian Pb dan

urea mengalami peningkatan pH dari pengukuran pH pada 7 HSA. Peningkatan pH

tanah yang paling tinggi terdapat pada pemberian Pb sehingga pH tanahnya tergolong

masam (5,17) sedangkan perubahan pH tanah pada perlakuan kontrol mengalami

(7)

241

Pembahasan

Pemberian 100 ppm logam berat Pb pada 3 HSA tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap bobot basah Azolla pinnata. Pengaruhnya terlihat pada 6, 9 dan 12

HSA. Pertumbuhan Azolla pinnata pada pemberian logam berat Pbsemakin meningkat

sampai 12 HSA, sedangkan perlakuan kontrol dan urea mengalami peningkatan bobot

basah sampai 9 HSA dan mengalami penurunan bobot basah pada 12 HSA. Pemberian

logam berat Pb 100 ppm secara signifikan dapat meningkatkan rataan bobot basah

Azolla pinnata sampai pengamatan ke-IV (12 HSA) sebesar 35,80 g. Sedangkan pada

pemberian urea dengan kontrol tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan

terhadap rataan bobot basah Azolla pinnata. Peningkatan bobot basah Azolla pinnata

pada 12 HSA berhubungan linier dengan peningkatan pH tanah. Dengan meningkatnya

H+ didalam tanah maka pH tanah semakin masam. Semakin masam tanah maka akan

meningkatkan serapan logam berat oleh tanaman. Dengan semakin tinggi logam berat

yang diserap maka terjadi penambahan berat basah dan kering tajuk tanaman

(Tampubolon et al. 2017). Pada pH asam, unsur yang terikat jaringan tumbuhan akan

semakin meningkat sedangkan apabila pH basa, unsur yang terserap jaringan tumbuhan

semakin sedikit menyebabkan metabolisme menjadi terganggu (Syahputra, 2005). Nilai

pH mempengaruhi proses biokimiawi misalnya proses penyerapan logam Pb akan

berakhir jika pH rendah yaitu kisaran 3-4 (Effendi, 2003).

Pemberian logam berat Pb dan urea 100 ppm dapat menyebabkan peningkatan

pH tanah menjadi masam pada 14 HSA masing-masing 5,17 dan 5,99. Menurut

Sulistyawati (2008) pada pH tinggi dapat menyebabkan reaksi antara Pb2+ dengan OH-,

sehingga membentuk endapan Pb(OH)2. Endapan ini dapat menghalangi proses adsorpsi

yang berlangsung. Sedangkan pada perlakuan kontrol menunjukkan penurunan pH

tanah menjadi netral (6,63). Hal ini dapat disebakan karena dengan melakukan

penggenangan maka dari pH yang masam akan meningkat mendekati pH netral ketika

digenangi. Penggenangan berpengaruh nyata terhadap pH tanah pada minggu awal

selama perlakuan penggenangan. Hal ini kemungkinan karena proses dekomposisi

bahan organik oleh mikrobia menghasilkan CO2 yang dengan air akan membentuk asam

karbonat. Asam karbonat yang terbentuk akan terdisosiasi menjadi HCO3– dan H+

(8)

242

Proses akumulasi logam berat pada tanaman herba dan tanaman berkayu secara

umum dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Model skema untuk tanaman herba (a) dan tanaman kayu (b) dalam

mengakumulasi logam berat (c dan d). (Sumber : Lou, et al., 2016)

Logam berat diserap oleh sel-sel epidermis akar, sebagian disimpan di akar, dan

kemudian dimasukkan ke dalam xylem melalui jalur simplas dan atau apoplas untuk

ditransport dari akar ke tajuk. Setelah transport xilem, logam berat ditranslokasikan dan

disimpan dalam sel daun dan didistribusikan kembali lagi melalui transport floem.

Logam berat diambil oleh sel-sel akar melalui transporters PM-located, seperti

NRAMPs, ZIPs, IRTs, ZNTs dan YSLs. Logam berat dalam sitosol dapat diangkut ke

vakuola, mitokondria, kloroplas dan badan golgi di dalam sel melalui pengangkut

CDFs, MTPs, HMAs dan ABCCs. Logam berat di vakuola dapat di remobilisasi oleh

(9)

243

mengembangkan beberapa strategi penyerapan dan detoksifikasi. Penyerapan logam

berat terjadi di dinding sel dengan mengikat suberin dan pektin, dan di dalam vakuola

dengan membentuk khelator logam berat. Selain itu, berbagai khelator seperti GSH,

MTs, asam organik dan asam amino juga tersedia untuk mengikat logam berat di sitosol

(Lou, et al., 2016).

Timbal terakumulasi di tanaman azolla secara apoplas dan simplas. Struktur

mikroskopis tanaman azolla terpapar logam berat timbal, menunjukkan bahwa

akumulasi diendapkan di dinding sel dan vakuola. Aktivitas enzim V-H+-ATPase pada

tanaman azolla tumbuh pada paparan timbal lebih tinggi dari pada kontrol (Benaroya, et

al., 2004).

Kesimpulan

Pemberian 100 ppm logam berat Pb memberikan pengaruh yang nyata terhadap

bobot basah Azolla pinnata pada 6, 9 dan 12 HSA. Pertumbuhan Azolla pinnata pada

pemberian logam berat Pb semakin meningkat sampai 12 HSA sebesar 35,80 g.

Pemberian logam berat Pb 100 ppm dapat menyebabkan peningkatan pH tanah menjadi

masam pada 14 HSA sebesar 5,17.

Daftar Pustaka

Benaroya, R. O., V. Tzin., E. Tel-Or., and E. Zamski. 2004. Lead accumulation in The

Aquatic Fern Azolla filiculoides. Plant Physiology and Biochemistry, 42 :

639-645

Clemens, S., M. G. Palmgren., and U. Kramer. 2002. A Long Way Ahead:

Understanding and Engineering Plant Metal Accumulation. Trends Plant Sci. 7 :

309-315.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

Hardyanti, N dan S. S. Rahayu. 2007. Fitoremediasi Phospat Dengan Pemanfaatan

Enceng Gondok (Eichhornia crassipes) (Studi Kasus Pada Limbah Cair Industri

Kecil Laundry). Jurnal Presipitasi, vol. 2 (1) : 28-33

Herman, D. Z. 2006. Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan Biji Logam, Jurnal Geologi Indonesia, vol. 1 (1) : 31-36.

https://plants.ifas.ufl.edu/plant-directory/azolla-pinnata, 2017. Azolla pinnata. Diakses

(10)

244

Luo, Z-B., J. He., A. Polle., and H. Rennenberg. 2016. Heavy Metal Accumulation and Signal Transduction in Herbaceous and Woody Plants : Paving the Way for

Enhancing Phytoremediation Efficiency. Biotechnology Advances, 40 : 1-18.

Pabby, A., Prasanna, R., and Singh, P.K. 2004. Biological Significance of Azolla and its

Utilisation in Agriculture. Prot. Indian Natl. Sci. Acad, 3 : 299-333.

Rachmawati, D. dan Retnaningrum, E. 2013. Pengaruh Tinggi dan Lama Penggenangan Terhadap Pertumbuhan Padi Kultivar Sintanur dan Dinamika Populasi Rhizobakteri Pemfiksasi Nitrogen Non Simbiosis. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, vol. 15 (2) : 117-125.

Santi, D. N. 2001. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya, USU Digital Library, (diakses 10 September 2017).

Scharpenseel, H.W., and Knuth, K. 1985. Use and importance of Azolla-Anabaena in industrial countries. In: Azolla Utilisation. In: Proceedings of the Workshop

Azolla Use. Fuzhou, Fujian, China, 31 March–5 April, pp. 1690-1676.

Sulistyawati S. 2008. Modifikasi Tongkol Jagung sebagai Adsorben Logam Berat Pb (II). Skripsi. Fakultas MIPA IPB. Bogor

Syahputra, R. 2005. Fitoremediasi Logam Cu dan Zn dengan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms.). Jurnal Logika, vol. 2 (2). ISBN: 1410-2315. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Universitas Islam Indonesua, Yogyakarta.

Tampubolon K, R. Gustianty., dan B. B. L. Ridwan. 2017. Potensi Fitoremediasi Logam Berat Cd2+ dan Hg2+ dari Baterai Bekas Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiverzizanioides). J Ilm MAKSITEK 2:91–97

Triastuti, Y. 2010. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan

Tanaman Akar Wangi (Vetiver zizanioides) Pada Lahan Eks-TPA Keputih,

Gambar

Gambar 1. Tumbuhan Azolla pinnata(Sumber : https://plants.ifas.ufl.edu/plant-directory/azolla-pinnata, 2017)
Gambar 1. Grafik Bobot Basah Azolla pinnata
Grafik pH tanah pada 14 HSA dengan perlakuan kontrol, Pb dan Urea dapat
Gambar 2. Model skema untuk tanaman herba (a) dan tanaman kayu (b) dalam mengakumulasi logam berat (c dan d)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian istri nelayan di Desa Tamalate Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar merupakan serangkaian

Misalnya Setiaji tidak mencukupi DP minimal, penghasilan sendiri juga tidak mampu, kondisi mobil kalah dibanding Purba, tetapi Characternya sangat baik, mempunyai tabungan cukup

Suatu screen, disebut juga sebuah pick, adalah suatu block yang diperkenankan yang dipasang oleh pemain penyerang dari sisi samping atau dari belakang pemain bertahan dengan

Pada pertanyaan penelitian berkaitan di media online mana saja iklan rokok mereka lihat, maka dari ke lima belas media online yang ada dalam daftar penelitian yakni:

Sehingga, dapat disimpul- kan bahwa, jika dikaitkan dengan perilaku merokok diharapkan saat masyarakat, khusunya perokok sering melihat iklan layanan masyarakat anti

Perencanaan ini bertujuan untuk menganalisis alternatif unit pengolahan sesuai dengan karakteristik air limbah domestik yang dihasilkan oleh CPP Gundih.. Aspek yang

Dengan data ini pula kita bisa mendapatkan gambaran dalam segi instalasi web browser mana yang akan lebih menunjang kita dengan waktu instalasi yang relative lebih cepat

Terdapat 5 subjek yang mengalami peningkatan dan 11 subjek yang mengalami penurunan kadar kolesterol LDL pada kelompok kontrol.Kepatuhan subjek pada kelompok perlakuan