1322
“(Tema : 6 rekayasa sosial dan pengembangan perdesaan)”
MODEL KEPEMIMPINAN BERWAWASAN GLOBAL
DI KABUPATEN BANYUMAS DALAM MENGHADAPI
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
Oleh
Ely Triasih Rahayu
1,*, Renny Miryanti
2, Tundjung Linggarwati
21
Pogram Studi Sastra Jepang
–
Universitas Jenderal Soedirman, Kampus Fakultas
Ilmu Budaya,Karangwangkal Jl dr. Suparno, Purwokerto, 53123, Indonesia
2
Program Studi Hubungan Internasional
–
Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jl Prof. H.R. Bunyamin, Purwokerto, 53123, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan terhadap 27 Kepala Desa di dua Kecamatan di Kabupaten Banyumas yaitu Kecamatan Wangon dan Kecamatan Ajibarang yang merupakan daerah rencana pengembangan investasi Kabupaten Banyumas di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) Para kepala desa di 2 kecamatan tersebut mayoritas memiliki pengalaman organisasi yang bisa menjadi bekal memahami pola kepemimpinan. (2) Para responden juga telah memiliki pemahaman dasar mengenai isu-isu lokal dan aturan baru menyangkut tata pemerintahan desa. (3) Pemahaman terkait ASEAN Economic Community 2015 sangat minim dan hampir seluruhnya menyatakan tidak pernah terlibat dalam interaksi global.
Kata Kunci: ASEAN Economic Community 2015, Banyumas, Kepala Desa, Kepemimpinan Global, Undang-undang Desa
ABSTRACT
This study was conducted upon 27 Heads of the villages in two sub-districts of Banyumas, Central Java, Indonesia.
The results of this study showed that: (1) heads of the villages mostly had organizational experience that might be used to understand the leadership patterns, (2) the respondents also had basic understanding on local issues and new regulations related to village governance, (3) understanding related to ASEAN Economic Community of 2015 was very poor and most of them stated that they had never involved in global interactions.
Keywords: ASEAN Economic Community of 2015, Banyumas, Heads of the Villages,
Global Leadership, Village Acts
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia internasional setelah Perang Dunia II diwarnai dengan fenomena
maraknya perjanjian regional di berbagai di belahan dunia, menuju ke arah globalisasi. Globalisasi
yang tidak lain merupakan integrasi ekonomi secara menyeluruh mengambil banyak bentuk di
berbagai Negara. Data dari WTO (World Trade Organization/Organisasi Perdagangan Dunia)
1323
perjanjian ekonomi regional di seluruh dunia yang berjalan efektif, dan masih ada sejumlah lagi
yang masih berada dalam taraf negosiasi.21
Begitupula halnya dengan negara-negara di Asia Tenggara, melalui wadah ASEAN,
Negara-negara di Asia Tenggara telah sepakat mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC)
atau Masyarakat ASEAN Ekonomi di tahun 2015 dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN di
Singapura pada tanggal 20 November 2007. Disahkannya deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015 tersebut menandai babak baru dalam sejarah kerjasama regional ASEAN. ASEAN Economic
Community berarti transformasi ASEAN dimana barang, jasa, tenaga kerja terampil dapat bergerak
bebas tanpa batas yang didukung dengan pergerakan modal yang lebih bebas.22
Ada empat arus liberalisasi yang akan terjadi di wilayah ASEAN dengan diberlakukannya
AEC pada tahun 2015 yaitu meliputi free flow of goods (arus bebas barang), services (jasa),
investment (investasi), skill-labour (tenaga ahli) dan free flow of capital (arus bebas
modal).Konsekuesi dari percepatan perdagangan bebas di tingkat ASEAN tersebut tentu menuntut
kesiapan dari seluruh elemen bangsa, dari tingkat nasional hingga level daerah dan dari level
daerah hingga level desa.
Kabupaten Banyumas yang merupakan bagian integral dari Republik Indonesia tentu
akan merasakan dampak dari sebuah kebijakan yang telah disepakat oleh Negara-negara ASEAN
mengenai pemberlakuan ASEAN Economic Community 2015 tersebut, apalagi Banyumas sendiri
terletak di Propinsi Jawa Tengah yang notabene merupakan salah satu propinsi utama di Indonesia.
Kabupaten Banyumas perlu menyiapkan kepemimpinan yang berwawasan global bukan hanya di
tingkat daerah melainkan hingga di tingkat desa. Kemudian dari desa akan disosialisikan hingga
lapis bawah masyarakat. Desa sejak dulu merupakan wilayah utama kehidupan masyarakat
Indonesia. Desa bagi masyarakat Indonesia merupakan denyut hidup masyarakat Indonesia. Jiwa
gotong royong masyarakat Indonesia membuat desa beserta perangkatnya menjadi instrument
komunikator terbaik bagi setiap kebijakan di tingkat nasional hingga daerah. Pemimpin desa yang
baik akan mempengaruhi bagaimana desa tersebut dibawa. Dengan demikian diperlukan pemimpin
desa yang tidak hanya memahami aturan-aturan terkait desa melainkan juga memahami isu-isu
global terutama dalam hal ini ASEAN Economic Community sehingga kebijakan pembentukan AEC
bukan hanya menjadi kebijakan menara gading namun juga menjadi kebijakan yang membumi
sehingga kesiapan bangsa Indonesia menghadapi AEC bisa disiapkan dari level terkecil
masyarakat, dalam hal ini desa dengan segala instrumennya (RT, RW).
21
Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2014: Integrasi Ekonomi ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional. Edisi IV, Januari 2008. Biro Riset Ekonomi - Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia.
1324
Permasalahan yang muncul dari latar belakang di atas adalah bagaimana persepsi dan
pemahaman para pemimpin di daerah dalam hal ini kepala desa terhadap perdagangan bebas yang
terimplementasi dalam perjanjian regional ASEAN Economic Community. Permasalahan berikutnya
adalah bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap kepahaman masyarakat di Kabupaten
Banyumas (Kecamatan Ajibarang dan Kecamatan Wangon) mengenai ASEAN Economic
Community 2015. Pertanyaan selanjutnya dari penelitian ini adalah bagaimana menciptakan model
kepemimpinan daerah yang berwawasan global di Kabupaten Banyumas dalam menghadapi
ASEAN Economic Community yang akan berlaku efektif akhir tahun 2015 ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mempelajari segala sesuatu di
lingkungannya yang alami, mencoba untuk memahami atau menafsirkan fenomena menurut
makna-makna yang diberikan kepada fenomena tersebut oleh orang-orang. Seperti yang
dikemukakan oleh Bogdam dan Taylor, penelitian kualitatif juga adalah penelitian yang
menghasilkan data deskiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Penelitian kualitatif meliputi penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris
yang diteliti penelitian kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah kehidupan, wawancara,
pengamatan, sejarah, interaksi, dan naskah-naskah visual yang mengambarkan momen-momen
problematik dan kehidupan sehari-hari serta makna yang ada di dalam kehidupan individu.(Denzin
dan Lincoln dalam Creswell, 1998:15).
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Persepsi. Dalam
pendekatan persepsi, seorang idividu mendapatkan berbagai informasi yang kemudian membentuk
sistem keyakinan citra tentang apa yang telah, sedang dan akan terjadi (fakta) dan citra tentang apa
yang seharusnya terjadi (nilai) sehingga membentuk tindakan atau keputusan seorang individu atau
sekelompok masyarakat terhadap sesuatu permasalahan/isu/fenomena.
Penelitian ini mengambil lokasi di 27 desa di kecamatan di Kabupaten Banyumas,
Propinsi Jawa Tengah yaitu 12 desa di Kecamatan Wangon dan 15 desa di Kecamatan Ajibarang.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut karena berdasarkan rencana pengembangan
wilayah investasi oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan perijinan (BPMPP) Kabupaten
Banyumas yang diperkuat dengan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas tahun 2012
lokasi-lokasi tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil survey yang dilakukan terhadap 27 kepala desa di Kecamatan Ajibarang dan
1325
dalam hal ini terkait AEC. Adapun kepahaman atas kepemimpinan lokal dan isu-isu atau aturan
lokal, misalnya mengenai UU desa sudah cukup baik dimiliki.
Berdasarkan hasil survey, 27 kepala desa yang disurvey semuanya berjenis kelamin
laki-laki dengan tingkat pendidikan mayoritas (60% / 16 orang kepala desa) tamatan SMA dan hanya 4
orang (14,8%) yang merupakan tamatan S-1, sisanya dengan pendidikan yang lebih rendah. Hasil
survey menunjukkan mereka telah memiliki pemahaman dasar mengenai kepemimpinan yang
didapatkan dari pelatihan dan pendidikan selama menjadi kepala desa maupun didapatkan dari
organisasi yang pernah dan aktif mereka ikuti, dimana terlihat mayoritas kepala desa (78%)
menyatakan aktif berorganisasi dan 22% diantaranya tidak aktif berorganisasi, sehingga bisa
diambil kesimpulan awal mereka memiliki pemahaman awal mengenai organisasi dan
kepemimpinan.
Mereka juga memiliki pemahaman yang cukup mengenai UU desa yang merupakan isu
dan aturan lokal yang mereka dapatkan dari pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah (Pemda) maupun melalui media-media lainnya (berita, buku pedoman dan
lain-lain). Hasil survey menunjukkan dari 27 Kepala Desa yang disurvey, 17 orang (63%) diantaranya
menyatakan sangat tahu mengenai UU Desa, 10 orang (37%) diantaranya menyatakan cukup tahu
mengenai UU Desa. Seluruh responden (100%) juga menyatakan perlunya kompetensi yang baru
menghadapi UU Desa karena para pemimpin di level desa dituntut untuk lebih responsif,
transparan dalam melayani masyarakat, serta memiliki kreativitas dan inovasi lebih jauh dalam
mengimplementasikan UU Desa sehingga kemajuan desa dan pencapaian visi misi bersama bisa
diraih.
Adapun mengenai gaya kepemimpinan, mayoritas responden (85% / 23 Kepala Desa)
memilih gaya kepemimpinan transformasional yang mengutamakan kedekatan dengan masyarakat
dan menjadi teladan bagi masyarakat serta memotivasi mereka agar bersama-sama memajukan
desa melalui inovasi dan karya yang bermanfaat bagi desa. Sisanya memilih gaya kepemimpinan
yang lain.
Namun terlihat sebaliknya ketika berbicara mengenai pemahaman atas isu dan
kepemimpinan global, hasil survey menunjukkan adanya pemahaman yang belum komprehensif
dari para kepala desa di Kecamatan Ajibarang dan Kecamatan Wangon terkait kepemimpinan
global serta unsur penunjangnya. Terlihat dari pengetahuan akan AEC dan apa yang harus
dilakukan untuk menghadapi AEC, hampir 50% (44%) responden menyatakan tidak tahu sama
sekali mengenai AEC dan 56% menyatakan cukup tahu saja, yang menyatakan tahu pun baru
sebatas informasi awal saja, tidak ada sosialisasi resmi dari pemerintah daerah mengenai AEC.
Hasil survey juga memperlihatkan minimnya keterlibatan para kepala desa dalam interaksi global,
1326
langsung melainkan dengan perantara. Sedangkan sebagian besar responden (70%) menyatakan
tidak pernah terlibat sama sekali dalam interaksi global. Begitupula ketika ditanyakan mengenai
faktor penunjang interaksi global seperti kemampuan bahasa asing, 81% responden menyatakan
tidak memiliki kemampuan bahasa asing sama sekali. Dan hal yang sama juga dengan aparat desa
mereka, hanya 22% desa yang memiliki kemampuan bahasa asing, hal itupun sebatas kemampuan
komunikasi dasar, mayoritas 27 desa (78%) menyatakan tidak memiliki aparat yang memiliki
kemampuan bahasa asing.
Meskipun pemahaman para responden masih minim, namun seluruh kepala desa yang
disurvey (100%) sadar perlu adanya wawasan akan kepemimpinan global dan pemimpin yang
berwawasan global untuk membawa kemajuan bagi masyarakat ditengah perkembangan
internasional yang pesat saat ini. Perlunya strategi yang baik dan baru menghadapi AEC juga
dinyatakan oleh mayoritas responden (89% reponden).
Pemahaman Kepemimpinan Berwawasan Global
Adapun mengenai pemahaman kepemimpinan global, walaupun sangat minim
pengetahuan global yang para kepala desa miliki, namun mereka menyadari perlunya adanya
kepemimpinan yang berwawasan global di tingkat desa untuk menghadapi AEC terutama agar
tidak ketinggalan informasi dan perkembangan zaman. Pemimpin yang berwawasan global akan
barmanfaat untuk mengetahui bagaimana potensi-potensi yang ada di desanya bisa menjadi hal
yang membawa kemajuan bagi desa dengan adanya AEC.
Menurut mereka, jika seorang pemimpin tidak berwawasan global, masyarakat akan
kesulitan untuk menghadapi AEC dan hanya akan menjadi pihak tertinggal menghadapi
perkembangan global saat ini.
Kepala desa masih menunggu perintah dari pemerintah dalam membuat dan
melaksanakan strategi baru, mereka akan melaksanakan instruksi atau aturan dari pemerintah di
level lebih tinggi (Kecamatan dan Pemerintah Daerah) .Selama ini, strategi yang mereka lakukan
hanya sebatas program kerja yang sudah ada dalam peraturan Pemda dan belum ada strategi dalam
menghadapi AEC.Masalah AEC baru sekadar informasi saja.
KESIMPULAN
Hambatan utama dalam mengahadapi AEC antara lain terkait kesiapan dari sumber daya
manusia (SDM) maupun produk yang bisa dihasilkan/menjadi unggulan untuk bersaing dengan
pihak luar. Selain itu, pengetahuan tentang AEC itu sendiri masih kurang karena terbatasnya
informasi yang kepala desa dapatkan.Selama ini mereka masih disibukkan dengan permasalahan di
1327
sehingga bagaimana desa menghadapi AEC belum bisa menjadi konsen pemikiran mereka.Bahkan
sebagian kepala desaa mengaku belum tahu tentang AEC itu sendiri.
Dalam melaksanakan UU desa, kepala desa mengaku kesulitan dalam pencairan dana
karena sistem yang lebih rumit. Selain itu, perangkat desaa masih terbiasa dengan Undang-undang
desa yang dulu sehingga masih dalam taraf peralihan menuju sistem yang baru.Belum lagi masih
ada pasal dalam UU desa yang masih kurang disetujui oleh kepala desa yaitu mengenai bengkok
dan aturan-aturan UU desa yang masih berubah-ubah sehingga dalam membuat kebijakan pun
kepala desa mau tidak mau harus berubah-ubah.
DAFTARA PUSTAKA
ASEAN Secretariat, 2008.ASEAN Economic Community Blueprint
________________, 2009.Implememnting Road Map of ASEAN
________________, 2010.ASEAN Economic Community Scorecard.“Charting Progress Towards
Regional Economic Integration”. Publikasi ASEAN Secretariat. Jakarta
________________, 2012.Investing in ASEAN 2012.Allurant United
Badan Pusat Statistik (BPS), 2013. Kabupaten Banyumas dalam Angka. Biro Pusat Statisik Kabupaten Banyumas
_______________________2012. Kabupaten Banyumas dalam Angka. Biro Pusat Statisik Kabupaten Banyumas
______________________, 2011. Kabupaten Banyumas dalam Angka. Biro Pusat Statisik Kabupaten Banyumas
Bank Indonesia, 2008, Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012.“Integrasi Ekonomi ASEAN dan
Prospek Perekonomian Nasional”. Edisi Januari 2008. Biro Riset Ekonomi - Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia. Jakarta
BPMP Kabupaten Banyumas, 2011, Banyumas: Trading & Investment. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas
_______________________, 2011, Menelusuri Peluang Potensi dan Investasi Kabupaten
Banyumas.Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas
Cuyvers, Ludo dan Wisarn Pupphavesa, 1996.From ASEAN to AFTA.CAS Discussion Paper No.6. September 1996
Centre for ASEAN Studies - Centre for International Management and Development Antwerp
terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Propinsi Lampung”.Jurnal Ilmiah Administrasi Publik Dan Pembangunan, Vol.1, No.1, Januari – Juni 2010
1328
Institute for Global Justice, ASEAN Watch, Volume I, No.3, March 2009. “FTA Trapping to
Practice Market Liberalization”. Institute for Global Justice
Jurnal Media Keuangan, 2012. “Kemajuan Ekonomi, Peluang Investasi”. Volume VII
No.53 Januari 2012
Mas’oed, Mohtar, 1989. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisisi dan Teorisasi, PAU Studi Sosial UGM.Yogyakarta.
McKinsey, A. & Company, 23 Januari 2007.An ASEAN Economic Community by 2015.Dipublikasikan oleh ASEAN Secretariat. Jakarta
Miles, M.B., and Huberman A.M., 1984.Qualitative Data Analysis.Saga Publication. California
Miryanti, Renny dkk, 2013. Model Masyarakat Ramah Investasi untuk Mendukung Kesiapan Kabupaten Banyumas Menghadapi Free Flow Of Investment ASEAN Economic Community 2015. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
Moleong, Lexy, 2007.Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Pangestu, Mari Elka dkk (penyunting), 2003.75 Tahun Suhadi Mangkusuwondo : Indonesia dan Tantangan Ekonomi Global. Centre for Strategic and International Studies(CSIS). Jakarta
Puspitasari, Intan dkk. 2014. “Analisis Gaya Kepemimpinan Lintas Budaya Ekspatriat (Studi Penelitian Pada PT. Haier Sales Indonesia, Jakarta Utara)”. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB) Vol. 8 No. 1 Februari 2014. Universitas Brawijaya
Santoso, Purwo dkk (Editor), 2004. Menembus Ortodoksi Kajian Kebijakan Publik.
FISIPOL UGM. Yogyakarta
Saraswati, Veronika, 2009. “ASEAN: Bentuk Regionalisme atau Perpanjangan Empire?”.Global Justice Update, Tahun ke-6, Edisi 1, Maret 2009. Institute for Global Justice
Soegihartono, A., 2012. “Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja dengan Mediasi Komitmen (di PT Alam Kayu Sakti Semarang)”.Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.3, No. 1, April 2012
Soesastro, Hadi, 2004. Kebijakan Persaingan, Daya Saing, Liberalisasi, Globalisasi, Regionalisasi, dan Semua Itu, CSIS Working Paper Series Maret 2004
Wirawan. 2013. Kepemimpinan : Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.