• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Skripsi 1 dari UNM Jurusan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Skripsi 1 dari UNM Jurusan Matematika"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan antara lain penyempurnaan kurikulum, latihan kerja guru, penyediaan sarana, pengadaan alat bantu pengajaran, pemantapan proses belajar mengajar, mengefektifkan dan mengefisienkan proses belajar mengajar dengan penggunaan metode belajar mengajar yang tepat.

Prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat penguasaan guru terhadap materi pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh pemilihan dan penggunaan strategi mengajar. Oleh sebab itu dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu diperlukan strategi mengajar yang tepat, sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan dan kondisi siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (1989), bahwa mengajar pada hakekatnya adalah proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

Selain itu, motivasi siswa untuk belajar adalah faktor yang tidak dapat diabaikan. Dalam mengikuti pelajaran, tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, ada siswa yang hanya duduk tanpa merasa membutuhkan atau tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, kemudian setelah kembali

(2)

ke rumahnya siswa tidak ada niat untuk mempelajari kembali materi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Sebagai akibatnya siswa yang bersangkutan tidak mendapat nilai yang memuaskan.

Sejalan dengan itu, seorang guru dituntut harus mampu memilih dan menggunakan strategi mengajar yang tepat sehingga dapat memotivasi untuk lebih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar serta lebih giat belajar di rumah. Beberapa cara yang dapat memotivasi siswa untuk lebih giat mengikuti pelajaran serta giat belajar dirumah adalah pemberian tes awal pada setiap kegiatan belajar mengajar (Pre Test), pemberian tes akhir pada setiap kegiatan belajar mengajar (Post Test) maupun gabungannya (Pre dan Post Test).

Pada umumnya siswa yang mengetahui bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes, maka siswa akan berusaha untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar serta giat belajar di rumah. Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis termotivasi untuk meneliti perbedaan hasil belajar Matematika siswa antara yang diajar melalui Pre Test, Post Test, serta Pre dan Post Test setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

B. Rumusan Masalah

(3)

1. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar?

2. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Post Test pada setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar?

3. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre dan Post Test Pada setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test pada setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan menjawab semua pertanyaan yang telah dirumuskan diatas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

(4)

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre dan Post Test setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi para guru matematika untuk memilih salah satu dari ketiga perlakuan ini untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain di masa yang akan datang dalam meneliti hal-hal yang berkaitan dengan ketiga strategi belajar mengajar ini.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Seperti dikemukakan oleh Slameto (1995) bahwa: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interkasi dengan lingkungannya.

Selanjutnya Haling (2004) mengemukakan bahwa: Belajar merupakan suatu proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan yang bersifat permanen. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru segera nampak dalam perilaku yang nyata.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

(6)

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

2. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliput seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.

Terdapat aneka ragam rumusan pengertian tentang mengajar. Setiap rumusan mempunyai kaitan arti dalam praktek pelaksanaannya. Rumusan itu sendiri bergantung pada pandangan perumusannya. Seseorang berpandangan bahwa mengajar hanya sekedar menyampaikan pelajaran, tentu akan merumuskan pengertian yang sederhana. Rumusan yang dibuat tentang mengajar adalah “upaya menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa.”

(7)

pengetahuan. Jadi kegiatan di kelas banyak didominasi oleh guru, aktivitas siswa lebih banyak mendengar atau menerima.

Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Bila diterima pengertian ini, sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu upaya apapun dapat dilakukan, asalkan upaya itu disengaja dengan penuh rasa tanggung jawab mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan. Tujuan itu dicapai melalui proses pengajaran sedangkan kemungkinan terjadinya proses belajar itu sendiri amat beraneka ragam. Bisa terjadi guru tampil di depan kelas untuk mengajar langsung dapat pula menggunakan perangkat pengajaran.

Rumusan pengertian di atas sejalan dengan pandangan Willam H Burton (Ali, 1987) yang menyatakan bahwa: Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

(8)

Semua upaya bagaimana dirumuskan oleh Burton bila dikaji secara cermat, pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar.

Gagne dan Briggs (Ali, 1987) dalam hal ini juga melihat pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pengajaran. Jadi, yang penting dalam mengajar bukan upaya guru dalam menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun demikian bukanlah berarti peran guru tersisihkan, melainkan diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi Tetapi bertindak sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar.

3. Hakikat Matematika

(9)

Pendapat lain oleh James (Suherman, 2001) mengemukakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnyadengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam bidang, yaitu aljabar, anlaisis dan geometri.

Johnson dan Rising (Suherman, 2001) mengemukakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Reys, dkk (Suherman, 2001) mengatakan bahwa Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, dan suatu bahasa. sedangkan Kline (Suherman, 2001) Mengatakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

(10)

mencobanya tak akan terasa enak. Tapi meskipun demikian mudah-mudahan sedikit banyak dapat menambah luasnya cakrawala pengetahuan kita. Benar sekali seperti diucapkan oleh Courant dan Robbin (Suherman, 2001) bahwa untuk dapat mengetahui apakah matematika sebenarnya, seseorang harus mempelajari, mengkaji, dan mengerjakannya. Termasuk pengkajian sejauh timbulnya Matematika dan perkembangannya.

4. Pre dan Post Test

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: Pre Test, Proses, dan Post Test. Pada kesempatan ini akan dibahas Pre Tes dan Post Tes.

4.1. Pre Test (Tes Awal)

(11)

dalam proses pembelajaran. Fungsi Pre Test ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan Pre Test maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab. b. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses

pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil Pre Test dengan Post Test.

c. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.

d. Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan-tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.

Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil Pre Test harus segera diperiksa, sebelum pelaksanaan proses pembelajaran inti dilaksanakan. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat jangan sampai mengganggu suasana belajar dan mengalihkan perhatian peserta didik.

4.2. Post Tes (Tes Akhir)

(12)

a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil Pre Tes dan Post Tes.

b. Untuk mengetahui kompetensi dengan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dan tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali. c. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan belajar).

d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan baik terhadap perencanaan maupun pelaksanaan evaluasi.

5. Pokok Bahasan Barisan Bilangan dan Deret 5.1. Barisan Bilangan

a. Pengertian Barisan Bilangan.

(13)

b. Suku ke-n Suatu Barisan Bilangan

Jika kita ingin mengetahui suku ke-100 dari suatu barisan bilangan, tentunya kurang praktis jika kita harus menulis suku demi suku sampai yang ke-100. untuk itu pada bahasan ini akan dipelajari cara menentukan suku keberapapun yang selanjutnya disebut dengan suku ke-n dengan n sembarang bilangan asli.

Suku ke-n dari suatu barisan bilangan dapat ditulis Un dengan demikian, suku ke-1 dapat ditulis U1 , dan suku ke-100 ditulis U100 .

 Barisan dengan aturan ditambah bilangan yang sama.

Contoh:

3, 6, 9, 12, ……

U1 = 3 = 3 x 1, U2 = 6 = 3 x 2, U3 = 9 = 3 x 3 Jadi, suku ke-n = Un = 3 x n = 3n.

 Barisan dengan aturan dikali atau dipangkatkan

Untuk menentukan suku ke-n pada barisan seperti ini, maka harus ditentukan hubungan antara masing-masing suku dengan bentuk bilangan berpangkat.

Contoh:

2, 4, 8, 16, ……..

U1 = 2 = 21, U2 = 4 = 22 U3 = 8 = 2 3

(14)

 Menggunakan rumus suku ke-n

Jika rumus suku ke-n dari suatu barisan bilangan telah diketahui, maka dapat ditentukan barisan bilangan tersebut dengan menggunakan rumus suku ke-n yang telah ditentukan.

5.2. Deret Aritmetika

a. Pengertian Deret Aritmetika, Suku dan Beda

Dari suatu barisan bilangan, jika suku-suku dari barisan bilangan itu dijumlahkan, maka penjumlahan berturut-turut dari suku-suku barisan itu disebut deret.

Pada barisan bilangan, tiap-tiap bilangan yang terdapat pada barisan bilangan disebut suku. Hal ini juga berlaku untuk deret, yaitu setiap bilangan pada suatu deret disebut suku.

Pada deret 1 + 5 + 9 + 13 + 17 + …..maka :

Suku ke-1 = 1, ditulis U1 = 1

Suku ke-2 = 5, ditulis U2 =5 dan seterusnya.

Pada suatu deret, jika hasil dari U2 - U1, U3 – U2, U4– U3, selalu tetap atau selalu sama, maka deret tersebut disebut deret aritmetika atau deret hitung. Bilangan yang selalu tetap itu disebut beda.

b. Rumus Suku ke-n Deret Aritmetika

(15)

c. Rumus Jumlah n Suku Pertama

Rumus jumlah n suku pertama untuk deret aritmetika adalah:

Sn =

Suatu deret yang memiliki rasio (Perbandingan) yang tetap atau hasil dari:

1

selalu tetap disebut deret geometri atau deret ukur.

a. Rumus suku ke-n untuk Deret Geometri adalah:

Un = U1 . rn-1

b. Rumus jumlah n suku pertama untuk Deret Geometri:

Sn =

Sifat-sifat deret aritmetika dan deret geometri dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu diingatkembali tentang sifat-sifat pada deret arimetika maupun deret geometri.

a. Sifat-sifat Deret Aritmetika

Untuk suku pertama = U1, suku terakhir = Un, beda = b, banyak suku = n dan jumlah n suku pertama = Sn, maka :

 Rumus suku ke-n Deret Aritmetika adalah:

(16)

 Rumus jumlah n suku pertama Deret Aritmetika adalah:

 Rumus suku ke-n Deret Geometri:

Un = U1 . rn-1

 Rumus jumlah n suku pertama Deret Geometri:

Sn =

Untuk menciptakan suatu kondisi atau keadaan yang dapat mengarahkan siswa untuk lebih aktif belajar, peranan seorang guru sangat menentukan. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan dorongan agar siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

(17)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Ada perbedaan antara hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan

pemberian pre tes dengan pemberian pos tes serta pemberian Pre dan Post Tes pada kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar.”

Secara statistika, hipotesis penelitian di atas dirumuskan sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2 = µ3 Lawan H1 : ada µi ≠ µj , ij , i =1,2,3, j=1,2,3 Keterangan :

µ1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian

Pre Tes

µ2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian

Post Tes

µ3 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian

Pre and Post Tes. Dengan kriteria:

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang diselidiki adalah hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar tahun pelajaran 2005/2006 semester II melalui pengajaran Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test. 2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model “Nonequivalent Control Group”. Untuk

lebih jelasnya desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: R X1

0

R X2

0

R X3

0

Keterangan:

R = Pengacakan kelas

X1 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Pre Test X2 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Post Test

X3 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Pre dan Post Test 0 = Pengukuran pada kelas Eksperimen.

(19)

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel bertujuan untuk memberikan gambaran tentang variabel yang diselidiki dalam penelitian ini. Batasan operasional dari variabel tersebut diuraikan sebagai berikut :

Hasil belajar siswa adalah skor yang diperoleh siswa dengan memberikan tes prestasi belajar setelah perlakuan berupa pemberian Pre Test, Post Test, serta Pre dan Post Test pada setiap proses belajar mengajar yang dilaksanakan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar pada tahun ajaran 2005/2006 semester II. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 4 minggu.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang terdiri atas 6 Kelas dengan jumlah sekitar 190 siswa.

2. Sampel

(20)

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Sebelum memulai penelitian, peneliti bersama guru bidang studi matematika menyampaikan kegiatan penelitian tersebut kepada siswa kelas IX yang menjadi subyek penelitian, agar mereka siap mengikuti prosedur penelitian yang direncanakan.

1. Pertemuan I

Pada pertemuan pertama tidak ada perlakuan Pre Test, Post Test, serta Pre dan Post Test pada siswa yang diajar.

2. Pertemuan II sampai IV

 Pada siswa kelas IXA diajar melalui Pre Test pada setiap proses belajar

mengajar di kelas.

 Pada siswa kelas IXB diajar melalui Post Test pada setiap proses belajar

mengajar di kelas.

 Pada siswa kelas IXC diajar melalui Pre dan Post Test pada setiap proses

belajar mengajar di kelas.

Adapun materi yang diajarkan adalah kelanjutan dari materi yang telah diajarkan oleh guru matematika mereka. Sedangkan soal yang diberikan adalah tes yang sama dengan jumlah soal 1 item yang dapat diselesaikan oleh siswa sekitar 5 sampai 10 menit. Hal ini dimaksudkan agar tidak menyita waktu terlalu banyak. 3. Pertemuan V

(21)

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Langsung.

Kegiatan Guru Kegiatan siswa

a. Menyampaikan tujuan Pembelajaran a. Memahami tujuan pembelajaran

b. Mendemonstrasikan keterampilan dan menyajikan informasi tahap demi tahap

b. Memahami dan menyalin materi tahap demi tahap

c. Memberikan bimbingan pelatihan c. Memahami dan mencatat soal latihan

d. Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik

d. Menjawab pertanyaan yang akan diberikan guru

e. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

e. Menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti

F. Teknik Pengumpulan Data

(22)

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penlitian ini dianalisis dengan dua teknik analisis statistika, yaitu:

1. Analisis Statistika Deskriptif

Analisis statistika deskriptif yang dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik hasil belajar siswa yang meliputi; nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, rentang nilai, standar deviasi, varians dan tabel distribusi frekuensi. kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar dalam penelitian ini adalah menggunakan skala lima yang disusun oleh Suherman (1990) adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Menurut Suherman (1990).

Nilai Hasil Belajar Kategori

9 – 10 7,5 – 8,9

5,5 – 7,4 4,0 – 5,4 0,0 – 3,9

(23)

2. Analisis Statistika Nonparametrik.

(24)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Statistika Deskriptif

Hasil analisis statistika deskriptif menunjukkan karakteristik distribusi skor masing-masing kelas perlakuan dan sekaligus merupakan jawaban atas masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.

a. Hasil Belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kab. Takalar melalui Pre Test.

Hasil analisis statistika deskriptif berkaitan dengan skor variabel hasil belajar matematika yang diajar melalui pre test pada pokok bahasan barisan dan deret bilangan. Secara sederhana hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1, dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre Test.

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel 36

Nilai tertinggi 9,0

Nilai Terendah 4,0

Rentang Nilai 5,0

Nilai rata-rata 6,80

Standar Deviasi 1,70

(25)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Matematika siswa yang diajar melalui Pre Test adalah 6,80 dari skor total 10 yang mungkin dicapai (Skor ideal). Jika skor hasil belajar Matematika siswa pada perlakuan ini, di kelompokkan dalam skala lima, maka diperoleh distribusi skor pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre Tes.

Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)

9,0 - 10 Sangat Tinggi 6 16,67

7,5 – 8,9 Tinggi 11 30,56

5,5 – 7,4 Sedang 7 19,44

4,0 – 5,4 Rendah 12 33,33

0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0

Jumlah 36 100

(26)

b. Hasil Belajar Matematika Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Post Test.

Nilai tes hasil belajar Matematika yang menunjukkan hasil belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar melalui Post Test selengkapnya disajikan pada Lampiran C.

Berdasarkan Lampiran C tersebut, dari hasil analisis deskriptif diperoleh rangkuman nilai statistik hasil belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar melalui Post Test seperti di tunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Post Tes.

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel 33

Nilai tertinggi 9,5

Nilai Terendah 4,0

Rentang Nilai 5,5

Nilai rata-rata 7,42

Standar Deviasi 1,66

(27)

Jika skor hasil belajar Matematika siswa pada perlakuan ini di kelompokkan dalam skala lima, maka diperoleh distribusi skor pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Post Test.

Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)

9,0 - 10 Sangat Tinggi 8 24,24

7,5 - 8,9 Tinggi 9 27,28

5,5 - 7,4 Sedang 10 30,3

4,0 - 5,4 Rendah 6 18,18

0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0

Jumlah 33 100

Jika pada Tabel 4.3 dikaitkan dengan Tabel 4.4. maka hasil belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Post Test dikategorikan “ Sedang “.

c. Hasil Belajar Matematika Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre dan Post Test.

(28)

Tabel 4.5. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre dan post Test.

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel 31

Nilai tertinggi 10,0

Nilai Terendah 5,0

Rentang Nilai 5,0

Nilai rata-rata 7,96

Standar Deviasi 1,44

(29)

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre dan Post Test.

Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)

9,0 - 10 Sangat Tinggi 13 41,94

7,5 - 8,9 Tinggi 9 29,03

5,5 - 7,4 Sedang 7 22,58

4,0 - 5,4 Rendah 2 6,45

0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0

Jumlah 36 100

Jika pada Tabel 4.5 dikaitkan dengan Tabel 4.6 maka hasil belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre dan Post Test dikategorikan “Tinggi.”

2. Hasil Analisis Statistik Nonparametrik

(30)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan UJi Kruskal– Wallis Test seperti yang di sajikan pada Lampiran C diperoleh signifikansi sebesar 0,018 (nilai signifikansi). Dengan α = 0,05. Karena p= 0,018 lebih kecil dari α= 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test, Post Tes serta yang diajar melalui Pre dan Post Test.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka secara deskriptif, hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan rata-rata 6,80 dengan standar deviasi 1,70 berada pada interval 5,5–7,4 (kategori sedang), sedangkan persentase siswa yang memperoleh nilai hasil belajar matematika paling banyak berada pada kategori rendah 33,33 %. Untuk hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar saat mengikuti pembelajaran melalui Post Test adalah rata-rata 7,42 dengan standar deviasi 1,66 berada pada interval 5,5–7,4 (kategori sedang), sedangkan persentase siswa yang paling banyak berada pada kategori sedang yaitu sebesar 30,3 %.

(31)

pada interval 7,5–8,9 (kategori tinggi), sedangkan persentase siswa yang paling banyak berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebesar 41,94 %.

Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka secara deskriptif terlihat adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan yang mengikuti pembelajaran dengan perlakuan Post Test maupun dengan yang mengikuti pembelajaran dengan perlakuan Pre dan Post Test. Hasil ini diperkuat oleh hasil analisis statistik Nonparametrik dengan menggunakan Uji Kruskal–Wallis Test. dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa secara umum ada perbedaan hasil belajar matematika dari ketiga kelompok eksperimen yang menggunakan perlakuan yang berbeda, yaitu melalui Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test berada pada kategori “Sedang” dengan rata-rata 6,80 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.

2. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Post Test berada pada kategori “Sedang” dengan rata-rata 7,42 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.

3. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre dan Post Test berada pada kategori

“Tinggi” dengan rata-rata 7,96 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.

4. Ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan siswa yang diajar melalui Post Test maupun yang diajar melalui Pre dan Post Test.

(33)

B. Saran

Sebagai implikasi dari kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disarankan:

1. Pemberian Pre dan Post Test sebaiknya sesering mungkin dilakukan karena dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat terhadap materi pelajaran dan soal-soal yang diberikan kepadanya.

2. Kepada para peneliti dibidang pendidikan, agar mengadakan penelitian lebih lanjut dengan metode ini pada pokok bahasan lain dalam matematika, sebagai salah satu upaya peningkatan mutu proses pembelajaran matematika.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad.2000. Dasar-dasar Statistika. Makassar:Badab Penerbit Universitas Negeri Makassar

Ali, Muhammad. 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Haling, A.2004. Belajar Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNM

Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang

Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : IKIP Malang.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Purwanto, Ngalim. 1990. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N.1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Suherman, E.1990. Petunjuk Praktek Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika untuk Guru dan Calon Guru Matematika. Bandung: Wijaya Kusuma

Gambar

Tabel 3.1. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Langsung.
Tabel 3.2. Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Menurut Suherman (1990).
Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre Test
Tabel 4.2 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui  Pre Tes
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Howarf F yang dikutip oleh Baridwan (1991;4) mendefinisikan bahwa sistem akuntansi adalah formulir-formulir, catatan, prosedur-prosedur dan alat-alat yang

Yang saya hormati seluruh Anggota Komisi VI yang hadi mengikuti video conference pada siang ini. Pertama-tama, tentu saya ingin menyampaikan permohonan maaf

Orientasi mempakan tahap awal untuk mencari permasalahan di lapangan yang sekiranya dapat dijadikan bahan penelitian. Pada tahap ini peneliti mencoba mengadakan pendekatan

`Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Meskipun grafik menunjukkan bahwa nilai prediksi inflasi tidak sama persis dengan nilai aktual inflasi, tetapi pergerakan kurva estimasi memiliki kecenderungan

Control Mouse merupakan cara untuk mengendalikan mouse dengan ujung jari pada virtual panel yang dapat kita capai agar lebih akurat dan efektif dalam berinteraksi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak adanya hubungan antara umur dengan perilaku berisiko HIV/AIDS pada TKBM di Pelabuhan Kota Padang tahun 2019.. Tidak

 Universitas Terbuka Convention Center, 26 November 2016 270 Lehtinen (2006), dalam konteks ini peran guru harus beranjak dari ‘penyedia jawaban’, yaitu seseorang yang