• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR KEPALA SEKOLAH - KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR KEPSEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 3 KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR KEPALA SEKOLAH - KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR KEPSEK"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN ENTREPRENEUR

KEPALA SEKOLAH

A. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan

Kepala Sekolah adalah pemimpinan yang yang menjalankan perannya dalam memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan, Kepala Sekolah berperan sebagai pemimpin pendidikan. Secara umum kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang diterapkan dalam bidang pendidikan, pengertian dari kepemimpinan itu sendiri pada dasarnya mempunyai sifat yang umum dan hal itu juga dapat berlaku dalam bidang pendidikan. Secara lebih khusus bila diterapkan pada organisasi pendidikan seperti sekolah, maka kepemimpinan pendidikan dalam tataran organisasi sekolah akan berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah (school leader/principal), hal ini disebabkan kepala sekolah merupakan orang yang punya otoritas dalam mengelola sekolah guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Namun demikian kepala sekolah sebagai manajer sekolah tidak serta merta dapat memerankan sebagai pemimpin pendidikan, hal ini berkaitan dengan perbedaan antara manajemen dengan kepemimpinan meskipun keduanya punya kaitan, menurut Law, Smith dan Sinclair (dalam C Turney, et.al 1992:46) kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen. Lebih lanjut mereka mengemukakan posisi kepemimpinan dalam konteks sekolah sebagai berikut :

(2)

kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan factor penting yang dapat memberi makna dan kesatuan tujuan antara pemimpin, staf, siswa, orang tua siswa serta masyarakat secara keseluruhan. Kepemimpinan tidak hanya berbicara apa yang dilakukan pemimpin namun juga berkaitan dengan bagaimana pemimpin membuat orang/pegawai nyaman dan bersemangat dalam bekerja dan dalam organisasi itu sendiri. Sementara itu McCall (1994:19) mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan pendidikan (sekolah) sebagai berikut :

“Leadership: providing purpose and direction for individuals and groups; shaping school culture and values, facilitating the development of shared strategic vision for the school; formulating goals and planning change efforts with staff and setting priorities for one’s school in the context of community and district priorities and student and staff needs” (kepemimpinan: menentukan tujuan dan arah bagi individu dan kelompok, membangun nilai dan budaya sekolah, memfasilitasi pengembangan visi strategic bersama bagi sekolah, merumuskan tujuan dan merencanakan upaya perubahan dan menentukan prioritas bagi sekolah yang terkait dengan prioritas kebutuhan masyarakat serta kebutuhan staf dan siswa)

menyediakan tujuan dan arah bagi anggota organisasi dan kelompok, membentuk budayaa dan nilai, mengembangkan visi sekolah yang didukung bersama, serta merencanakan perubahan dalam menghadapi tantangan kehidupan masyarakat yang terus berubah menjadikan pemimpin pendidikan memegang peran yang menentukan dalam mempertahankan dan mengambangkan sekolah dalam kehidupan masyarakat.

Dengan demikian kepemimpinan pendidikan/pemimpin lembaga pendidikan perlu terus mengembangkan diri agar dapat berperan efektif dalam membawa organisasi sekolah kearah yang lebih baik dan berkualitas. Menurut Roland S Barth (1990:64) Kepala Sekolah merupakan kunci sekolah yang baik dan berkualitas, factor potensial penentu iklim sekolah, serta sebagai pendorong bagi pertumbuhan para Guru. Sementara itu berkaitan dengan pemimpin sekolah yang efektif U.S. Department of Education (2004:3) menyatakan bahwa kepala sekolah yang efektif memahami bahwa mereka berada dalam posisi untuk menggerakan orang lain melalui :

 articulating and modeling core values that support a challenging

and successful education for all; (mengartikulasikan dan memodelkan nilao-nilai inti yang mendukung pendidikan yang menantang dan sukses bagi semua)

 establishing a persistent, public focus on learning at the school,

(3)

public secara konsisten atas pembelajaran pada tingkatan sekolah, kelas, masyarakat dan individu)

 working with others to set ambitious standards for learning;

(bekerja dengan yang lain untuk menentukan standar pembelajaran yang tinggi)

 demonstrating and inspiring shared responsibility and

accountability for student outcomes”.(menunjukan dan memberi inspirasi tanggungjawab dan akuntabilitas bersama atau peran lulusan di masyarakat)

Kepala Sekolah tidak bisa hanya memerankan peran dan tugasnya dengan mengandalkan pada kekuasaan formal legal, dia harus dapat menjadi contoh model dari nilai utama yang mendukung keberhasilan sekolah. Untuk itu mengokohkan focus pada pembelajaran baik pada tataran internal maupun eksternal menjadi tuntutan yang harus diperhatikan. Kepala sekolah harus mampu bekerja sama dalam menentukan visi dan tujuan sekolah dan mengplementasikannya secara bersama dengan seluruh anggota organisasi dengan mengacu pada standar yang telah ditentukan, hal ini dimaksudkan agar tingkat ketercapaian suatu tujuan dapat diketahui dengan tepat sebagai bahan evaluasi kinerja organisasi sekolah secara bersama. Untuk itu kepala sekolah harus mampu melaksanakan perannya dengan baik agar dapat memberi inspirasi akan perlunya tanggungjawab dan akuntabilitas pelaksanaan tugasnya pada seluruh pemangku kepentingan pendidikan terutama berkaitan dengan kemampuan lulusan untuk berperan dalam kehidupan masyarakat.

Tuntutan sebagaimana dikemukakan di atas menunjukan betapa berat namun dominannya peran kepala sekolah dalam membangun pendidikan, terlebih lagi dalam era perubahan yang cepat dewasa ini. Dalam konteks perubahan tersebut dan kaitannya dengan kepemimpinan, Fullan (dalam Fullan, ed. 1997:97) berpendapat perlunya memperluas pengertian kepala sekolah sebagai agen perubahan. Menurut Peterson (dalam Fullan, ed. 1997:102) mengemukakan lima nilai yang diperlukan bagi kepemimpinan sekolah masa depan (di era perubahan yang sangat cepat) yaitu :

 Openness to Participation. Our organization values employees actively participating in any discussion or decision affecting them (terbuka pada partisipasi.menilai tinggi keaktifan partisipasi bawahan/pegawai)

 Openness to Diversity. Our organization values diversity in

(4)

(terbuka terhadap perbedaan. Mengapresiasi perbedaan dalam upaya pemahaman lebih mendalam untuk meningkatkan pengetahuan sebagai dasar pembuatan keputusan)

 Openness to Conflict. Our organization values employees

resolving conflict in a healthy way that leads to stronger solutions for complex issues (terbuka pada konflik. Mengapresiasi pegawai dalam memecahkan konflik dengan cara yang sehat guna mendorong solusi yang lebih kuat untuk isu-isu yang rumit)

 Openness to Reflection. Our organization values employees

reflecting on their own and other’s thinking in order to achieve better organizational decision (terbuka untuk berfikir reflektif.mengapresiasi pegawai melakukan refleksi atas apa yang dilakukan serta pada pemikiran orang lain guna mencapai keputusan organisasi yang lebih baik)

 Openness to Mistakes. Our organization values employees

acknowledging mistakes and learning from them (terbuka pada kesalahan. Mengapresiasi pegawai yang mengakui kesalahan dan dapat belajar dari kesalahan tersebut)

keerbukaan merupakan hal penting yang dapat mendorong pada perubahan, baik dalam penangan dengan masalah internal organisasi maupun dengan masalah-masalah eksternal berkaitan dengan respon terhadap berbagai perubahan yang sangat cepat. Peran kepemimpinan pendidikan dalam pengembangan organisasi sangat besar. Menurut Wayne Morris (2006) peran kepala sekolah sangat besar dalam menentukan kreativitas dan keberhasilan perubahan dan inovasi di sekolah

(5)

dari kepala sekolah. Kepala sekolah punya kemampuan membangun ekspektasi kreativitas ke dalam pembelajaran di sekolah serta strategi pembelajaran oleh guru. Mereka dapat mendorong, mengenali dan memberi imbalan atas kreativitas baik bagi guru maupun murid. Kepala sekolah punya kemampuan menyediakan sumberdaya untuk upaya-upaya kreatif, melibatkan guru dan murid dalam menciptakan stimulus lingkungan, membuka kreativitas staf, orang tua dan masyarakat. Mereka punya kemampuan menjadikan kreativitas menjadi seni dalam program pengembangan pegawai, menjadikan kreaivitas sebagai dasar penilaian kinerja, mengundang orang kreatif ke sekolah, dan yang lebih penting memimpin dengan memberi contoh dalam hal kreativitas)

Menurut Davis et.al (2005,) kepala sekolah yang sukses berpengaruh pada prestasi siswa melalui : (1) the support and development of effective teachers (dukungan dan pengembangan guru yang efektif), dan (2) the implementation of effective organizational processes (pelaksanaan proses organisasi yang efektif).

Pengaruh kepala sekolah terhadap prestasi siswa meskipun bersifat tidak langsung jelas akan sangat signifikan bagi pengembangan organisasi sekolah, sebab SDM utama pendidikan yaitu guru akan dapat berkembang dan meningkat diiringi dengan proses organisasi yang makin efektif sehingga secara sistemik hal itu akan mendorong pada peningkatan mutu pendidikan yang berkesinambungan manakala proses organisasi dapat efektif dan mampu terus membelajarkan diri dalam kontek interaksi antara aspek idiografik/individu guru dengan Kepala sekolah dalam kontek perubahan organisasi.

Sejalan dengan pendapat tersebut Hammond (2007) menyatakan bahwa pengaruh kepala sekolah terjadi melalui :

(6)

kelas melalui pengembangan kurikulum, pembelajaran, serta penilaian).

dengan demikian kepala sekolah perlu terus mengembangkan diri agar pelaksanaan peran dan tugasnya dapat mendorong organisasi sekolah kearah yang lebih efektif dan berkualitas sesuai dengan tuntutan masyarakat yang terus berkembang. Pengaruh kepala sekolah terhadap organisasi serta SDM pendidikan di sekolah jelas mengindikasikan betapa dominannya peran kepala sekolah bagi peningkatan mutu pendidikan bila peran tersebut benar-benar dilaksanakan secara efektif dan terencana, hal ini tidak berarti peran unsur lain tidak penting, namun hanya menunjukan bahwa peran sebesar apapun yang dimainkan fhak lain akan tidak atau kurang bermakna dan memberi dampak signifkan bagi pengembangan organisasi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Menurut Leithwood, Seashore-Louis, Anderson, and Wahlstrom (2004, dalam Hammond, 2007) terdapat tiga praktek kepemimpinan yang utama dalam konteks kepemimpinan di sekolah:

 Developing people — Enabling teachers and other

staff to do their jobs effectively, offering intellectual support and stimulation to improve the work, and providing models of practice and support. (membangun manusia. Memberdayakan guru dan staf untuk melakukan pekerjaannya secara efektif, memberikan dukungan intelektual dan dorongan untuk memperbaiki pekerjaan, serta menyediakan model-model pelaksanaan dan dukungan pekerjaan)

 Setting directions for the organization — Developing

shared goals, monitoring organizational

performance, and promoting effective

communication.(menentukan arah organisasi, me-ngembangkan tujuan bersama, memantau kinerja organisasi, serta mengembangkan komunikasi yang efektif)

 Redesigning the organization — Creating a

(7)

structures that undermine the work, and building collaborative processes. (merancang ulang organisasi, menciptakan budaya sekolahyang produktif, mengembangkan struktur organisasi yang merintangi pekerjaan serta membangun proses kolaboratif)

Kepala sekolah baik sebagai manajer maupun leader di sekolah bekerja bersama orang lain, dan keberhasilannya juga dapat ditunjukan oleh bagaimana orang lain (guru dan staf) dapat berkembang serta meningkat kemampuan dan kompetensi mereka dalam menjalankan tugas profesinya, untuk itu pengembangan orang menjadi cirri utama dari keberhasilan kepala sekolah menggerakan organisasi sekolah serta mengisinya dengan SDM pendidikan yang makin bermutu. Semua itu dilakukan sudah barang tentu dengn mengacu pada tujuan serta arah yang telah dirumuskan serta disepakati bersama sehingga dapat terinternalisasi dengan kuat dalam setiap individu anggota organisasi, dengan arah itu kinerja organisasi dapat dipantau baik arahnya maupun gradasi pencapaiannya, dan hal itu hanya dapat dilakukan apabila komunikasi dalam organisasi dapat berjalan baik, untuk itu kepala sekolah perlu terus mengembangkan kemampuan komunikasinya secara efektif, sehingga kegiatan organisasi benar-benar menjadi konsern bersama dari seluruh anggota organisasi menuju pada makin meningkatnya mutu pendidikan.

sementara itu hasil penelitian tentang Kepala Sekolah di Inggeris tahun 2000 (Goleman, 2006. www.ASCD.org) menunjukan bahwa gaya personal pemimpin berpengaruh kuat pada iklim orgsnisasi bagi guru dan prestasi. Guru merasa puas apabila hal berikut terdapat di sekolah yaitu :

 Led flexibly rather than sticking to needless rules.(dipimpin

secara fleksibel ketimbang kaku pada aturan yang tak diperlukan)

 Let them teach in their own way, holding them accountable for the

results. (membiarkan guru mengajar secara otonom, dengan tetap menuntut akuntabilitas hasilpembelajaran)

 Set challenging but realistic goals for excellence. (menetapkan

tujuan yang menantang namun realistic untuk mencapai keunggulan)

 Valued their efforts, recognizing a job well done. (menghargai

upaya guru, serta mengapresiasi pekerjaan yang dilakukan dengan baik)

(8)

agen pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah perlu terus berupaya untuk memelihara dan memperbaiki budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran kreatif-inovatif, dan itu dapat terjadi jika terdapat otonomi pengakuan dan apresiasi pada para pegawai dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat berdampak pada seluruh stakeholder sekolah

“Principals who desire to improve a school's culture, must foster an atmosphere that helps teachers, students, and parents know where they fit in and how they can work as a community to support teaching and learning. Creating a school culture requires instructional leaders to develop a shared vision that is clearly communicated to faculty and staff. Additionally, principals must create a climate that encourages shared authority and responsibility if they are to build a positive school culture” (Angus MacNeil, & Valerie maclin, www.cnx.org). (kepala sekolah yang ingin memperbaiki budaya sekolah harus membantu berkembangnya atmospir yang membantu guru, murid, dan orang tua mengetahuikecocokan merekaserta bagaimana mereka dapat bekerja sebagai komunitas untuk mendukung proses pembelajaran. Menciptakan budaya sekolah memerlukan kepemimpinan instruksional untuk mengembangkan visi bersama yang terkomunikasikan secara jelas pada seluruh anggota organisasi. Demikian juga, kepala sekolah harus menciptakan iklim yang mendorong otoritas dan tanggungjawab bersama jika mereka akan membangun budaya sekolah yang posistif) Dari uraian di atas,nampak bahwa Kepala Sekolah (principal) adalah urat nadi pembaharu yang harus menjadi contoh dan suri tauladan bagi personil lain di dalam suatu sekolah, dia punya otoritas yang cukup untuk membentuk, memelihara dan mengembangkan iklim dan budaya sekolah yang positif dan kondusif bagi berkembangnya organisasi sekolah. dialah yang menjadi penentu maju mundurnya pendidikan, serta berhasil atau tidaknya suatu program yang telah direncanakan. Banyak syarat serta kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala sekolah baik ilmu pengetahuan, sikap kepribadian maupun keterampilan. Oleh karena itu apabila Kepala sekolah sudah menjiwai dan menjalankan hal – hal seperti di atas maka penyelenggaraan pendidikan akan berjalan lancar serta kualitas pendidikan yang diharapkan akan tercapai.

B. Kepala Sekolah : antara Manajer dan Leader

(9)

Ada pandangan bahwa manajemen lebih luas dari kepemimpinan dan ada juga yang sebaliknya, namun terlepas dari kontroversi tersebut dalam tataran prktek lapangan idealnya seorang kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang baik sekaligus manajer yang baik pula artinya kepala sekolah harus mempunyai kemampuan kepemimpinan dan kemampuan manajemen sekaligus.

Seorang manajer lebih menekankan pada pelaksanaan tugas melalui cara yang teratur dengan prosedur yang jelas serta secara ketat menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Seorang manajer lebih mengacu pada apa yang suadah biasa dilakukan serta mempertahankannya untuk mencapai proses organisasi yang efektif dan efisien, sehingga dalam bekerjanya seorang manajer lebih bersifat rutin dari waktu-kewaktu, yang penting organisasi dapat berjalan dengan stabil dalam menjalankan perannya. Berbeda dengan seorang manajer, dalam melaksanakan perannya seorang pemimpin lebih menekankan pada perubahan dan penentuan arah, serta upaya-upaya yang inovatif visioner dalam membuat organisasi mampu berperan lebih produktif, lebih maju dan lebih bermutu, sehingga mereka lebih menekankan pada pembelajaran dan pemberdayaan seluruh sumberdaya organisasi, akibatnya kinerja seorang pemimpin lebih berdampak dinamis bagi organisasi.

Seorang kepala sekolah jelas memerlukan kemampuan manajemen dan kepemimpinan, sehingga organisasi sekolah dapat stabil secara internal dan responsip terhadap factor eksternal yang terus mengalami perubahan. Dalam konteks sekarang ini kepala sekolah sebagai pemimpin nampaknya makin diperlukan penguatan mengingat akselerasi perubahan yang makin sulit diprediksi, namun demikian kemampuan sebagai manajer tetap diperlukan dalam upaya menata organisasi sekolah berjalan secara efektif dan efisien, oleh karena itu keseimbangan keduanya menjadi hal yang perlu terus dikembangkan.

Gambar 3.1. Kontinum Pemimpin dan Manajer

C

B

A A

(10)

Posisi A merupakan posisi ideal bagi seorang kepala sekolah, dimana peran manajer dan peran pemimpin berada dalam posisi keseimbangan (continuity and change), posisi B merupakan posisi dengan peran kepala sekolah sebagai pemimpin (change), kondisi ini akan menjadikan perubahan dan inovasi menjadi etos kerja yang dibangun sehingga organisasi menjadi dinamis sedang posisi C menunjukan posisi dimana kepala sekolah berperan hanya sebagai manajer (continuity) yang cenderung hanya menjaga keteraturan, prosedur serta etos kerja standar yang dituntut dari Guru dan Staf, sehingga kinerja organisasi cenderung rutin dan statis. Kontinum seperti dikemukakan di atas, nampaknya masih perlu dikaji lebih dalam dengan bukti-bukti empiris, namun sebagai kerangka awal memahami dinamika organisasi sekolah pembedaan tersebut cukup membantu.

Belakangan ini, nampaknya terdapat kecenderungan yang cukup menonjol terkait dengan peran Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugasnya yaitu pelaksanaan peran manajer yang lebih banyak dijalankan ketimbang kepala sekolah sebagai leader (pemimpin), hal ini terjadi tidak terlepas dari kerumitan birokrasi administrasi yang makin membelit tugas-tugas kepala sekolah dalam mengelola organisasi pendidikan sehingga pelaksanaan peran sebagai pemimpin agak kurang atau bahkan mungkin tidak ada sama sekali. Kondisi ini jelas akan berdampak pada perkembangan organisasi sekolah yang diharapkan dapat memberi dampak bagi perubahan masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih bermutu.

Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan wirausaha bagi kepala sekolah menjadi langkah yang sangat strategis guna mendorong terus dicapainya keseimbangan, dan hal ini sudah barang tentu harus dengan tetap menjaga dan memperkuat peran sebagai manajer, sehingga perubahan yang dilakukan dalam organisasi sekolah tetap berlandaskan fondasi kesinambungan, meskipun kondisi seperti di atas sebenarnya disebabkan oleh kurangnya upaya pengembangan aspek kepemimpinan Kepala sekolah

C. Kepemimpinan Entrepreneur (Wirausaha) Kepala Sekolah

(11)

Sekolah dewasa ini, yang berpandangan bahwa Sekolah memerlukan pemimpin Entrepreneur/wirausaha

“An appraisal of current context of schooling suggests that entrepreneurial schools and entrepreneurial leaders are precisely what are called for…… original meaning of entrepreneurship, one which emphasises creativity, confidence, and an enduring contribution to the community” (penilaian terhadap persekolahan dewasa ini menyarankan agar sekolah dan pemimpin wirausaha benar-benar diperlukan…makna orsinil dari kewirausahaan, adalah seseorang yang menekankan pada kreativitas, kepercayaan, dan kontribusi yang terus menerus bagi kepentingan masyarakat/komunitas)

pemimpin sekolah yang menekankan pada kreativitas, kepercayaan serta kontribusi bagi masyarakat sebagai cirri kepemimpinan entrepreneur amat diperlukan dalam suatu organisasi sekolah. Dengan kepemimpinan entrepreneur seorang kepala sekolah akan mampu mengembangkan organisasi kearah yang lebih inovatif melalui peningkatan kreativitas, kepercayaan dan kerjasamanya dengan masyarakat. Pemimpin entrepreneur adalah pemimpin yang proaktif dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk mencapai kesuksesan, dan hal ini menunjukan bahwa pemimpin yang demikian akan membawa perubahan dalam organisasi kearah yang lebih adaptif dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan, dan hal ini juga menunjukan orientasi ke masa depan menjadi dominan pada pemimpin entrepreneur.

Kondisi yang demikian sejalan dengan pendapat Razik dan Swanson (1995 : 563) yang menyatakan bahwa kepemimpinan pendidikan mencakup beberapa kemampuan (ability) yaitu : to have a vision of the future, to see into the intentions of other, and to take effective action (mempunyai visi masa depan, memahami maksud fihak lain, dan mengambil tindakan yang efektif). Kemampuan-kemampuan tersebut akan menjadikan organisasi sekolah mampu memperkuat integrasi internal serta adaptasi eksternal, sehingga daya hidup organisasi sekolah akan dapat bertahan dan mampu bersaing di era global dewasa ini.

Secara umum kepemimpinan wirausaha merupakan kepemimpinan yang dapat mendorong organisasi dinamis, inovatif serta memberdayakan melalui pembelajaran yang terjadi dari mulai tahapan individu, kelompok sampai organisasi (masalah ini akan dibahas dalam topic learning organization), semua itu hanya dapat dilakukan apabila kepala sekolah sebagai Key Factor dari keberhasilan pendidikan di sekolah dapat berperan optimal serta dapat menerapkan prinsip kewirausahaan dalam mengelola organisasi sekolah.

(12)

Ciri Generik

 Berinisiatif untuk melakukan sesuatu bagi kepentingan organisasi

 Inovatif kreatif dalam menjalankan tugas

 Visioner dengan orientasi yang kuat ke masa depan  Berfikir strategis

 Mempunyai motivasi berprestasi yang kuat

 Mandiri dan optimis

 Berani mengambil resiko dalam melakukan sesuatu

 Bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, tidak menyalahkan orang lain  Mampu berubah dan mengelola perubahan/manajemen perubahan

 Berani melakukan sesuatu meskipun berbeda dari yang lain dan dari kebiasaan

 Menjadi model dalam menjalankan tugas secara baik

 Belajar dan membelajarkan bawahan secara terus menerus untuk meningkatkan

kompetensi/kemampuan organisasi

 Mencari dan memanfaatkan peluang secara efektif  Mendorong kreativitas pegawai/bawahan

 Komunikatif dan memberdayakan pegawai/bawahan

Ciri Spesifik

 Memperkuat dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat serta

Memberdayakan komite sekolah

 Mentransformasikan aspirasi siswa, guru, tenaga kependidikan serta komite

sekolah ke dalam visi sekolah, serta mensosialisasikannya kepada seluruh pemangku kepentingan pendidikan

 Memfasilitasi Guru dan Tenaga Kependidikan untuk meningkatkan kompetensi melalui diskusi, pelatihan dan sekolah lanjut

 Menjadi mitra Guru dalam mengembangkan mutu proses pembelajaran  Aktif mencari informasi tentang perkembangan ilmu khususnya ilmu di bidang

kependidikan serta menerapkan kebijakan dari superstruktur pendidikan secara kreatif

 Memperkuat dan mentransformasikan proses pembelajaran dengan menggunakan

pengetahuan yang terus berkembang

 Berfokus pada memperbaiki proses pendidikan/pembelajaran ketimbang menunggu hasil pendidikan/pembelajaran

Ciri-ciri tersebut, baik ciri generik maupun spesifik pada dasarnya melihat kepemimpinan dan pemimpin entrepreneur/wirausaha pada apa yang dikerjakannya atau pada performance (actual performance), sehingga arahnya lebih menekankan pada best practices dari kerakter kinerja pemimpin wirausaha dan dalam konteknya dengan dunia pendidikan.

(13)

pengelolaan pendidikan, dimana dalam bidang kepemimpinan, kinerja kepala sekolah dirinci sebagai berikut

a. menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;

b. merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;

c. menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan sekolah/madrasah;

d. membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk pelaksanaan peningkatan mutu;

e. bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah/ madrasah;

f. melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting sekolah/madrasah. Dalam hal sekolah/madrasah swasta, pengambilan keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara sekolah/madrasah;

g. berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua peserta didik dan masyarakat;

h. menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;

i. menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;

j. bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan kurikulum;

k. melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/madrasah;

l. meningkatkan mutu pendidikan;

m. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya; n. memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah/madrasah;

(14)

p. menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif;

q. menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan komite sekolah/madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;

r. memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab dari 18 aspek kepemimpinan kepala sekolah seperti dikemukakan di atas nampak bahwa hampir semuanya menunjukan apa yang harus dikerjakan oleh kepala sekolah dalam memerankan sebagai pemimpin, dimana di dalamnya aspek manajerial/manajemen lebih mendapat penekanan sehingga apabila hal tersebut dapat terlaksana, maka hanya akan membuat organisasi sekolah berjalan dalam siklus rutin, meskipun demikian bagimana kepala sekolah mengerjakan atau melaksanakan peran tersebut akan ditentukan oleh kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing kepala sekolah, sehingga variasi kinerja kepala sekolah akan tetap terlihat dalam aktualisasi pelaksanaan peran dan tugas yang dilaksanakan kepala sekolah, bukan karena apa yang dikerjakannya tapi oleh bagaimana dikerjakannya.

D. Kepemimpinan Entrepreneur Kepala Sekolah berbasis kompetensi Semua orang yang mengerjakan hal yang sama dalam bentuk pekerjaan yang sama pasti tidak akan menghasilkan hasil yang sama, bentuk pekerjaan yang sama menunjukan feature kinerja dan pendekatan dalam pengelolaannya (Manajemen) adalah Performance based performance management (manajemen kinerja berbasis kinerja). Sementara itu bila melihat variasi hasil dari suatu bentuk kinerja titik beratnya melihat pada quality mutu kinerja atau pada bagaimana kinerja itu dilakukan yang berimplikasi pada mutu hasil (produk atau jasa) dan pendekatan pengelolaannya adalah Competency based performance management (manajemen kinerja berbasis kompetensi)

(15)

Pendidikan pada suatu Satuan Pendidikan. Adapun Kompetensi-Kompetensi tersebut mencakup :

a. Kompetensi Kepribadian

1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah. 2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.

4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas 5. pokok dan fungsi.

6. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah 7. dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah.

8. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. b. Kompetensi manajerial

1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan. 3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah/madrasah secara optimal.

4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.

9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.

12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.

13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah. 14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung

(16)

15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.

4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah. 3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

d. kompetensi Supervisi

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

e. Kompetensi Sosial

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah 2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Melihat kompetensi-kompetensi sebagaimana dikemukakan di atas, terdapat dua unsur yang penting untuk dicermati, yaitu unsur yang melekat dalam karakteristik individu dalam konteks kehidupan sosial yang menuntut internalisasi dan sosialisasi, serta unsur yang berkaitan dengan kemampuan yang menuntut pada pendidikan dan latihan. Namun meskipun demikian keduanya sangat berkaitan dimana yang satu perlu jadi fondasi kepemimpinan dan yang lainnya merupakan pengembangan dalam kepemimpinan

(17)

Gambar 3.2. Model Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Kompetensi Model Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagaimana terlihat dalam gambar 3.2. di atas menjadikan Kemempinan Wirausaha sebagai tranformer dari dari berbagai kompetensi Kepala Sekolah, baik yang bersifat individu (kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial), yang bersifat pendidikan dan Latihan (kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi), maupun yang bersifat gabungan dari Individu dan sosial serta pendidikan dan latihan (kompetensi kewirausahaan).

Kepemimpinan Wirausaha akan menjadikan berbagai Kompetensi dapat terpadu dalam suatu konteks kinerja kepemimpinan Kepala Sekolah, keterpaduan menjadikan keseimbangan antara peran pemimpin dan Manajer bertemu dan berpadu dalam dimensi individu dan dimensi organisasi (Sekolah), sehingga perkembangan individu baik karena kuatnya sifat individu melalui internalisasi serta sosial melalui sosialisasi dengan lingkungan historis masing-masing maupun karena proses pendidikan dan pelatihan akan menjadikan Kepala Sekolah berpotensi berkembang dan mengembangkan organisasi sekolah ke arah memelihara kinerja prganisasi yang stabil sekaligus melakukan berbagai inovasi yang diperlukan sesuai dengan tuntutan Konsumen Primer Sekolah (Siswa dan Guru) maupun tuntutan konsumen sekunder (pemerintah dan masyarakat)

Mutu Pendidikan/ Pembelajaran

OUTPUT/ OUTCOM

E

PENDID IKAN Kompetensi

Sosial

Kompetensi Supervisi

Manajer Pemimpin

(18)

E. Kepemimpinan Wirausaha (Entrepreneur) Kepala Sekolah : antara Dimensi Individu dan Organisasi.

Sama seperti halnya Kepemiminan entrepreneur dalam berbagai organisasi (wirausaha) lainnya kepemimpinan wirausaha Kepala Sekolah juga mempunyai dua dimensi interaktif yang dominan dalam menentukan kinerja organisasi sekolah dalam menjalankan perannya di masyarakat. Dimensi tersebut mencakup dimensi individu kepala sekolah dan dimensi organisasi sekolah. Kedua dimensi tersebut tidak dapat dipisahkan karena kinerja aktual organisasi sekolah dalam mencapai tujuannya tidak mungkin dapat berjalan baik jika kedua dimensi tersebut tidak bersinergi dalam tataran nomotetis (organisasi) dan idiografis (individu), untuk itu dukungan dan paralelisasi dari seluruh anggota organisasi dengan aspek Kepemimpinan Kepala sekolah adalah syarat penting bagi terwujudnya kepemimpinan wirausaha dalam Pendidikan. 1. Kreativitas

Dimensi individu dari kepemimpinan Wirausaha adalah kreativitas yang merupakan karakteristik kepribadian yang selalu mencoba, mencari, memikirkan hal-hal baru dalam mengisi kehidupannya serta dalam menjalankan perannya dalam memimpin. Karakteristik ini mempunyai akar historis yang panjang dari mulai internalisasi di awal kehidupan, sosialisasi dalam perkembangan kehidupan serta pendidikan dan latihan dalam pengembangan potensi untuk kehidupan dan penjalanan peran dalam kehidupan sebagai pemimpin pendidikan. Semua itu sama sekali tidak menyebabkan dikotomi antara orang kreatif dan orang tidak kreatif atau kepala sekolah kreatif dan kepala sekolah tidak kreatif, itu hanyalah berpengaruh pada gradasi kreativitas seseorang yang memerlukan upaya yang berbeda dalam pengembangannya.

John W Gardner (1981:33) berpendapat bahwa manusia tidak dapat dikelompokan pada orang kreatif dan yang tidak kreatif, yang ada adalah tingkatan kreativitas yang berbeda, dan orang dapat menunjukan kreativitasnya apabila lingkungan bersifat mendukung. Perbedaan tingkat dalam kreativitas menunjukan adanya perbedaan individu, dan perbedaan ini tidak terlepas dari perbedaan karakteristik individu itu sendiri, dalam lingkungan yang sama kreativitas seseorang jelas tidak akan sama.

2. Inovasi

(19)

Inovasi merupakan implementasi dari ide-ide kreatif dalam tataran organisasi, oleh karena itu Kepala sekolah yang kreatif harus diberi ruang untuk mengimplementasikan ide-idenya dalam meningkatkan kinerja organisasi, tanpa ruang yang kondusif dalam organisasi sulit bagi sekolah untuk melakukan perubahan, dan kepemimpinan entrepreneur memerlukan keduanya yaitu sifat kreatif dan organisasi inovatif (secara lebih dalam masalah ini akan dibahas dalam topik Inovasi Pendidikan), sehingga upaya mengembangkan kepemimpinan wirausaha Kepala sekolah dapat menjadi bagian strategi dasar dalam membangun dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Gambar

Gambar 3.2. Model Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis KompetensiModel Kepemimpinan Kepala Sekolah  sebagaimana terlihat dalamgambar 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Qekil 3 ve öğretmen adayının etkinlikte yer alan i lem basamaklarına bakıldığında, “ Yan kenarların orta noktalarını birle;tirerek olu;turulan orta tabanın;

– Penghancuran atas data yang disimpan akibat kesalahan yang tidak disengaja, kegagalan fungsi hardware atau software, dan tindakan sengaja untuk melakukan sabotase atau

Beban kognitif intrinsic yang muncul dalam belajar geometri berhubungan dengan kesulitan siswa dalam membayangkan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam bangun

Penanaman modal asing merupakan salah satu bentuk utama transaksi bisnis internasional, di banyak negara, peraturan pemerintah tentang penanaman modal asing mensyaratkan adanya

Bunlar rastgele sürükleme (wandering dragging), amaçlı sürükleme (guided dragging), kısıtlı sürükleme (bound dragging), gizli geometrik yer sürüklemesi (dummy

Hal tersebut diperkuat dengan teori Hamidi et al (Zampetakis et al, 2011: 190) yang menyatakan bahwa “individu- individu yang kreatif semakin besar kemung- kinannya

Melalui peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak, partisipatory culture terjadi. Secara terbuka, QHWL]HQ yang bertindak sebagai pengguna media baru mengeluarkan

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian layanan pesan singkat pengingat oleh farmasis terhadap perubahan