• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Nyeri Reumatoid Artritis dengan Aktivitas Sehari-hari Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Nyeri Reumatoid Artritis dengan Aktivitas Sehari-hari Lansia di Puskesmas Kesatria Pematangsiantar"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lanjut Usia

1.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Lanjut usia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

1.2 Proses Penuaan

(2)

emosional atau sosial mungkin merasa dirinya sakit. Perubahan fisiologi bervariasi pada setiap orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan bergantung keadaan dalam kehidupan (Potter & Perry, 2009)

Afriyanti (2009) perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia antara lain: perubahan sel, perubahan sistem persarafan, perubahan sistem pendengaran, perubahan sistem penglihatan, perubahan sistem kardiovaskuler, perubahan sistem pengaturan temperatur tubuh, perubahan sistem respirasi, perubahan sistem gastroinstestina, perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem endokrin, perubahan sistem integumene prubahan sistem muskuloskeletal

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus kehidupan. Perubahan anatomi dan penurunan berbagai sistem fisiologis dalam tubuh manusia pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Perubahan sistem fisiologis terkait dengan perubahan muskuloskeletal yaitu penyakit Reumatoid Artritis.

2. Reumatoid Artritis

2.1 Pengertian Reumatoid Artritis

(3)

dan kematian (Yuliasih, 2009). Artitis Reumatoid adalah penyakit reumatik inflamatif yang menyebabkan kerusakan sendi, gangguan fungsi, dan kualitas hidup ( Suryana, 2009). Dapat disimpulkan Reumatoid Artritis adalah suatu penyakit autoimun kronik sendi yang bersifat progresif dan menyebabkan kerusakan sendi, gangguan fungsi, dan kualitas hidup.

2.2 Epidemologi

Tingkat prevalensi 1% sampai 2% di seluruh dunia, prevalensi meningkat sampai 5% pada wanita di atas usia 50 tahun. Angka penderita Reumatoid Artritis belum dapat dipastikan. Pada tahun 2000 ditemukan kasus baru Reumatoid Artritis yang merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru di Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Seiring dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat pada wanita maupun laki-laki. Puncak kejadianya pada umur 40-45 tahun (Yuliasih, 2009)

(4)

Reumatoid Artritis, tetapi11 tahun kemudian (1997), 158 orang di antara mereka didiagnosa menderita Reumatoid Artritis. Pada tahun 2000, 30 orang di antara penderita Reumatoid Artritis itu meninggal dunia. Berdasarkan data di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Reumatoid Artritis akan menjadi penyakit yang banyak ditemui di masyarakat. (Afriyati, 2009)

2.3 Etiologi

Penyebab Reumatoid Artritis diduga karena adanya faktor predisposisi genetik, disregulasi dari self tolerance, disregulasi sistem imun yang dicetuskan oleh faktor lingkungan dan transformasi sel-sel sinovium. Namun sampai saat prnyebab terjadinya Reumatoid Artitis belum diketahui secara pasti. Terdapat interaksi yang kompleks antara faktor gen HLA, lingkungan, umur dan jenis kelamin (Yuliasih, 2009)

Reumatoid Artritis juga dipengaruhi oleh hormon sex karena prevalensi Reumatoid Artritis lebih besar terjadi pada wanita. Faktor infeksi seperti beberapa penyakit dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit ini seperti Mycoplasma, Parvovirus, Retrovirus, Enteric bacteria, Mycobacteria, Epstein-Barr Virus (Sudoyono, Setiyohadi, Alwi, Simodibrata, Setiati, 2010)

2.4 Potofisiologi

(5)

dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).

Reumatoid Artritis (RA) mengalami reaksi autoimun yang terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan menganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dengan kekuatan kontraksi otot (Brunner & Suddarth, 2002)

2.5 Klasifikasi Reumatoid Artritis

Menurut Dewi (2009) secara umum, Reumatoid Artritis terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :

a) Kelompok monosiklik mengenai 20% kasus. Gejala klinis berupa nyeri dan pembengkakan sendi yang terjadi mendadak, berupa episode nyeri yang sembuh sendiri. Pada kelompok ini, pasien ini bebas gejala tanpa pengobatan. b) Kelompok polisiklik, bentuk yang paling sering mengenai 70% pasien

ditandai dengan adanya gejala nyeri dan bengkak pada sendi yang berlangsung bertahun-tahun.

(6)

2.6 Manifestasi Klinis Reumatoid Artritis

Gejala umum Reumatoid Artritis tergantung pada tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan pada minggu-minggu terakhir. Pada umumnya orang-orang akan merasa sakit ketika penyakit ini aktif kembali (Reeves, 2001)

Reumatoid Artritis aktif kembali dengan gejala kelehan, kehilangan energi, kekurangan nafsu makan, demam, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Disamping itu gejala Reumatoid Artritis sangat bervariasi tergantung stadium atau beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema, dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid Artritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala Sistemik yang muncul pada penyakit Reumatoid Artritis adalah mudah capek, berat badan menurun dan anemia.

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku di pagi hari yang berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum terjadi (Smeltze & Bare, 2002)

(7)

membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien cenderung menjaga dan melindungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam jangka panjang dapat menimbulkan kontraktur sehingga deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltze & Bare, 2002)

Tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usis menurut Buffer (2010), yaitu : sendi terasa nyeri dan kaku di pagi hari. Bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutu, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki atau jari-jari., mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang. Sedangkan menurutt Junaidi (2006) gejala klinis Reumatoid Artritis pada saat bersamaan bisa banyak sendi yang mengalami peradangan.

(8)

3. Konsep Nyeri 3.1Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensorik multidimensi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Kelompok studi nyeri Perdossi (2000) menerjemahkan definisi nyeri yang dibuat IASP (International Association The Study of Pain) yang berbunyi “nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut”. Nyeri merupakan masalah kesehatan yang kompleks, dan merupakan

salah satu alasan utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri dapat mengenai semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status sosial, dan pekerjaan (Crombie, et al, 1999). Mc.Caffery (1979 dalam Tamsuri, 2006) mendefinisikan nyeri sebagai keadaan yang mempengaruhi seseorang dan keberadaannya diketahui jika seseorang pernah mengalaminya. Nyeri akan membantu individu untuk tetap hidup dan melakukan kegiatan secara fungsional.

3.2Klasifikasi Nyeri

3.2.1 Klasifikasi berdasarkan awitan

(9)

nyeri akut tidak berhubungan dengan nyeri kronik. Ketiga, nyeri akut yang merupakan eksaserbasi nyeri kronik yang selama ini diderita oleh pasien (Tamsuri, 2008). Nyeri akut umumnya terjadi pada cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi. Nyeri ini biasanya hilang dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan penyembuh. Nyeri akut merupakan gejala dimana intensitas nyeri berkorelasi dengan beratnya lesi atau stimulus. Cedera jaringan atau inflamasi akut akan menyebabkan pengeluaran berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, prostaglandin, leukotrien, amin, purin, sitokin, dan sebagainya yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung atau tidak langsung. Sebagian dari mediator inflamasi tersebut dapat langsung mengaktivasi nosiseptor dan sebagian lainnya menyebabkan sensitisasi nosiseptor yang menyebabkan hiperalgesia.

3.2.2 Klasifikasi berdasarkan lokasi

(10)

unik tergantung dari organ yang terlibat dan disebabkan oleh sensasi pukul, dan sensasi terbakar. Ketiga, nyeri alih terjadi pada nyeri visceral karena banyak organ-organ yang tidak punya reseptor nyeri. Jalan masuk neuron sensoris dan organ yang terkena kedalam.Karakterisitik nyeri terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan disebabkan infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, dan bahu kiri, batu empedu, yang dapat mengalihkan nyeri ke selangkangan. Keempat, radiasi Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Karakterisrik nyeri serasa akan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat bersifat intermitten atau konstan yang disebabkan Nyeri punggung bagian tubuh akibat diskus intravertebral yang rupture disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

3.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Organ

Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (aktual atau potensial) organ. Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat gangguan neuron, misalnya pada neuralgia dan dapat terjadi secara akut maupun kronis. Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikologis, umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenik seperti cemas dan takut timbul pada klien.

3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

(11)

masalah, kepercayaan/agama, budaya, dan orang-orang yang memberi dukungan. Lingkungan yang tidak nyaman akan memperkuat persepsi nyeri. Suasana ribut, panas, dan kotor akan membuat pasien merasa intensitas nyerinya lebih tinggi. Umur juga berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap nyeri. Anak-anak dan orang tua mungkin lebih merasakan nyeri dibandingkan orang dewasa muda karena mereka sering tidak dapat mengkomunikasikan apa yang dirasakannya, sehingga kemungkinan perawat tidak dapat melakukan pengukuran untuk menurunkan nyeri secara adekuat (Berger, 2002).

Kelelahan dapat membuat orang merasakan nyeri lebih kuat. Hal ini disebabkan karena kekurangan energi untuk melawan stimulus nyeri Lelah juga mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap nyeri. Semakin diterima rasa nyeri akan semakin berkurang apabila penerimaan atas nyeri tidak ada maka nyeri yang dirasakan akan semakin meningkat. Riwayat sebelumnya juga sangat berpengaruh tehadap persepsi seseorang tentang nyeri. Orang yang sudah mempunyai pengalaman tentang nyeri akan lebih siap menerima perasaan nyeri, sehingga dia akan merasakan nyeri lebih ringan dari pengalaman pertamanya (Taylor, 2004).

(12)

terhadap nyeri (Berger, 2002). Kepercayaan atau agama mempengaruhi persepsi seseorang terhadap nyeri. Dalam agama tertentu, kesabaran adalah hal yang paling berharga di mata Tuhan. Nyeri kadang-kadang dianggap sebagai peringatan atas kesalahan yang telah dilakukan sehingga orang tersebut merasa pasrah dalam menghadapi nyeri yang dirasakanny (Taylor, 2004).

Budaya mempengaruhi bagaimana seseorang mengartikan nyeri, bagaimana mereka memperlihatkan nyeri serta keputusan yang mereka akan meraka lakukan untuk mengurangi atay menurunkan nyeri yang mereka rasakan. Masyarakat dalam suatu kebudayaan mungkin merasa bangga bila tidak merasakan nyeri karena mereka menganggap bahwa nyeri tersebut merupakan sesuatu yang dapat ditahan (Berger, 2002).

3.4 Mekanisme Nyeri

Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksious yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui spinalis, batang otak, talamus, dan korteks cerebri. Pencegahan terhadap terjadinya kerusakan jaringan mengharuskan setiap individu untuk belajar mengenali stimulus-stimulus tertentu yang berbahaya dan harus dihindari. Apabila terjadi kerusakan jaringan, sistem nosiseptif akan bergeser fungsi dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.

(13)

menyebabkan nyeri. Sebagai akibatnya, individu akan mencegah adanya kontak atau gerakan pada bagian yang cidera tersebut sampai perbaikan jaringan selesai. Hal ini akan meminimalisasi kerusakan jaringan lebih lanjut.

Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi. Nyeri inflamasi merupakan bentuk nyeri yang adaptif atau Reumatoid Arthritis, penatalaksanaan yang aktif harus dilakukan. Respon inflamasi berlebihan atau kerusakan jaringan yang hebat tidak boleh dibiarkan. Tujuan terapi adalah menormalkan sensitivitas nyeri. Nyeri maladaptif tidak berhubungan dengan adanya stimulus noksious atau penyembuhan jaringan. Nyeri maladaptif dapat terjadi sebagai respon kerusakan sistem saraf (nyeri neuropatik) atau sebagai akibat fungsi abnormal sistem saraf (nyeri fungsional). Berbagai mekanisme yang mendasari munculnya nyeri telah ditemukan mekanisme tersebut adalah: nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Pada kasus nyeri nosiseptif terdapat proses transduksi, transmisi, dan persepsi.

(14)

3.5 Pengkajian Karakteristik Nyeri

Menurut Muttaqin (2008) pengkajian karakteristik nyeri terdiri dari :

a) Provoking Incident

Apakah ada yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri berkurang apabila beristirahat , apakah nyeri bertambah apabila beraktivitas. Faktor-faktor yang dapat meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang gerakan pengerahan tangan, istirahat, obat-obat bebasdan sebagainya) dan apa yang dipercaya dapat membantu mengatasi nyeri.

b) Quality or Quantity of Pain

Seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk.

c) Region

Letak lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan cepat dan tepat oleh klien, apakah rasa sakit menjalar, menyebar, dan pada bagian mana saja yang sakit.

d) Severity (scale) of Pain

Ada beberapa instrument yang digunakan untuk mengukur skala nyeri, diantaranya yang dikemukakan oleh AHCPR (Agency of Health Care Policy & Research).

(15)

2. Visual Analog Scale (VAS) digunakan garis 10 cm batas antara daerah yang tidak sakit ke sebelah kiri dan sebelah batas yang paling sakit.

Tidak Nyeri

Nyeri Hebat

3. Pain Numerical Rating Scale (PNRS) sama dengan VAS hanya diberi skor

0-10 daerah yang paling sakit dan kemudian diberi skala

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jika klien mengerti dalam penggunaan skala dan dapat menjawabnya serta gambaran-gambaran yang diungkapkan atau ditunjukan padanya dapat diseleksi dengan hati–hati, maka setiap instrument tersebut dapat menjadi valid dan dapat dipercaya (Potter & Perry, 2005).

e) Time

Berapa lama nyeri berlangsung (bersifat akut atau kronis), kapan, apakah ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.

3.6 Nyeri Reumatoid Artritis

(16)

Junaidi (2006) gejala klinis RA pada saat yang bersamaan bisa banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris. Jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, sendi yang sama di kanan tubuh juga meradang. Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, siku, dan pergelangan kaki. Sendi yang meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku secara simetris, terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas fisik.

(17)

Nyeri Reumatoid Artitis kronis melibatkan keduanya antara peripheral dan sekeliling, prosesnya meliputi: adanya faktor intrinsik ke neuron (unsur P, serotonin), pelepasan mediator inflamasi ke jaringan sehingga rusak oleh prostaglandins, TNF, yang mengaktifkan sel yang peka rangsangan

ion-channel-linked pada afferent berhubungan dengan neurons, glutamate

menyebabkan kerusakan dorsal, neurotransmitter nyeri yang utama, N-Methyl-D-Aspartate (NMDAa)-RECEPTOR yang menghasilkan rangsangan inflamasi (Kelly, 2005).

3.7 Mekanisme Terjadinya Nyeri Reumatoid Artritis

Nyeri Reumatoid Artritis disebabkan oleh terjadinya proses imunologik pada sinovial (Harry,2008). Tahap pertama adanya stimulus antigen kemudian terbentuk antibodi imunoglobin membentuk komplek imun dengan antigen sehingga menghasilkan reaksi inflamasi. Inflamasi akan terlihat di persendian sebagai sinovitis. Inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi merupakan proses sekunder.Prostaglandin bertindak sebagai modifier inflamasi prostaglandin memecah kolagen sehingga dapat merangsang timbulnya nyeri melalui proses edema, proliferasi membaran sinovial, pembentukan pannus, penghancuran kartilago dan erosi tulang (Brunner & Suddarth, 2001).

Harry (2008) menyatakan bahwa nyeri pada penyakit RA dapat terjadi akibat:

(18)

mekanisme pertahanan tubuh terhadap situasi yang membahayakan atau terjadinya kerusakan. Oleh karena adanya nyeri ini, maka bagian yang terserang akan diistirahatkan/imobilisasi, untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut.

b) Penekanan saraf atau serabut saraf (radiks).

c) Perubahan postur yang menyebabkan fungsi untuk mengatur kontraksi otot tidak sempurna.

d) Mekanisme psikosomatik.

4. Aktivitas Sehari-Hari

4.1 Aktivitas Sehari-hari

Kemampuan fungsional seseorang, khususnya lansia dapat diamati dari kemampuannya melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan/ berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat. Aktivitas merupakan salah satu penilaian dalam sehari-hari lansia dalam melakukan tindakan yang perlu dilakukan secara benar. Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap harinya (Martika, 2012).

(19)

mandi, berhias, transfer. Aktivitas instrumental merupakan aktivitas yang lebih kompleks dan mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi yang meliputi belanja, masak, kegiatan rumah tangga, mencuci, telpon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat dengan benar, dan manajemen keuangan.

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Sehari-hari

Meliputi faktor kondisi kesehatan, faktor kondisi ekonomi, dan faktor kondisi sosial :

a) Kondisi Kesehatan

Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup prima. Presentase yang paling tinggi adalah mereka yang mempunyai kesehatan baik. Dengan kesehatan yang baik mereka bisa melakukan aktivitas apa saja dalam kehidupannya sehari-hari seperti : mengurus dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Setiati (2000) bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS). .

(20)

kesehatan seseorang secara bertahap dalam ketidak mampuan secara fisik mereka hanya tertarik pada kegiatan yang memerlukan sedikit tenaga dan kegiatan fisik (Hurlock, 2002)

b) Kondisi Ekonomi

Lanjut usia yang mandiri pada kondisi ekonomi sedang karena mereka dapat menyesuaikan kembali dengan kondisi yang mereka alami sekarang misalnya perubahan gaya hidup. Dengan berkurangnya pendapatan setelah pensiun , mereka dengan terpaksa harus menghentikan atau mengurangi kegiatan yang dianggap menghamburkan uang (Hurlock, 2002). Pekerjaan jasa yang mereka lakukan misalnya mengurus surat-surat, menyampaikan undangan orang yang punya hajatan, baik undangan secara lisan maupun berupa surat undangan. Walaupun upah yang mereka terima sedikit, tetapi mereka merasa puas yang luar biasa..

(21)

c) Kondisi Sosial

Kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman (Hurlock, 2002). Hubungan sosial antara orang lanjut usia dengan anak yang telah dewasa adalah menyangkut keeratan hubungan mereka dan tanggung jawab anak terhadap orangtua yang menyebabkan orang lanjut usia menjadi mandiri. Tanggung jawab anak yang telah dewasa baik yang telah berumah tangga maupun yang belum, atau yang tinggal satu rumah dan tidak tinggal satu rumah tetapi berdekatan tempat tinggal masih memiliki kewajiban bertanggungjawab terhadap kebutuhan hidup orang lanjut usia seperti kebutuhan sandang, pangan, kesehatan dan sosial.

4.3 Pengkajian Status Fungsional

Pengkajian status fungsional adalah suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan kapasitas fisik yang dimiliki guna memenuhi kewajiban hidupnya, yang berintegrasi/ berinteraksi dengan lingkungan dimana ia berada (Maryam, 2008). Pengkajian status fungsional sangat penting, terutama ketika terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemampuan fungsional menggambarkan kemandirian dan ketergantungan seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Untuk menggambarkan aktivitas kehidupan sehari-hari lansia dapat dilihat dengan menggunakan pengkajian status fungsional yang terdiri dari instrument ADL (Activity Daily Living) dan IADL (Instrument Activity Daily Living)

(22)

NO Item Yang Dinilai Skor 1 Kemampuan menggunakan telepon.

a. Mengoperasikan telepon atas inisiatif sendiri : mencari dan menghubungkan nomor telepon, dan seterusnya.

b.Menghubungi beberapa nomor telepon yang telah dikenal dengan baik.

c. Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi. d. Tidak menggunakan telepon sama sekali.

1 1 1 0 2 Berbelanja.

a. Mengurus semua keperluan belanja secara mandiri. b. Berbelanja secara mandiri untuk pembelian yang kecil c. Perlu ditemani pada setiap kegiatan belanja.

d. Tidak mampu berbelanja sama sekali.

1 0 0 0 3 Persiapan makanan

a. Merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan makanan yang cukup secara mandiri.

b. Menyiapkan makanan yang adekuat jika bahan-bahan untuk membuatnya telah disediakan .

c. Memanaskan dan menyajikan makanan yang disiapkan, atau menyiapkan makanan tetapi tidak mempertahankan diet yang adekuat.

d. Memerlukan makanan yang telah disiapkan dan disajikan.

1 0 0 0 4 Memelihara Rumah

a. Memelihara rumah sendiri atau kadang-kadang dengan bantuan (misalnya bantuan untuk pekerjaan rumah yang berat) b. Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, seperti mencuci piring dan merapikan tempat tidur

c. Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, tetapi tidak memelihara tingkat kebersihan yang dapat diterima

d. Perlu bantuan untuk semua tugas pemeliharaan rumah. e. Tidak berpartisipasi dalam setiap tugas pemeliharaan rumah

1

a. Apakah mencuci pakaian pribadi sepenuhnya

b.Mencuci barang-barang yang kecil, kaos kaki, stocking, dan lain-lain

c.Memerlukan sem ua cucian dikerjakan orang lain.

(23)

6 Model Transportasi

a. Berpergian secara mandiri dengan transportasi umum atau mengemudi mobil pribadi.

b. Melakukan perjalanan sendiri dengan menggunakan taksi tetapi tidak jika menggunakan transportasi umum

c. Berpergian dengan transportasi umum walaupun dibantu atau ditemani oleh orang lain

d. Berpergian terbatas hanya menggunakan mobil atau taksi

7 Tanggung Jawab Untuk Pengobatan Sendiri

a. Apakah bertanggung jawab untuk minum obat dalam dosis benar atau waktu yang benar

b.Mengambil tanggung jawab jika pengobatan telah disiapkan lebih dahulu dalam dosis terpisah.

c.Tidak mampu untuk menggunakan pengobatan miliknya sendiri

1 0 0 8 Kemampuan untuk menangani keuangan

a.Mengatur berbagai masalah keuangan secara mandiri (anggaran, menulis cek, membayar uang sewa dan tagihan lainnya, pergi ke bank), mengumpulkan dan mempertahankan sumber-sumber pendapatan.

b.Mengatur pembelian sehari-hari tetapi perlu bantuan berkenaan dengan perbankan, pembelian yang besar, dan sebagainya.

c. Tidak mampu untuk menangani keuangan.

1

1

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan keluarga dalam merawat usia lanjut etnis Jawa baik pada aspek psikologis dan etnis Madura baik pada aspek spiritual dan interaksi sosial.. Terdapat perbedaan antara etnis

Berikan penilaian berdasarkan pengalaman Saudara selama mengikuti pendidikan Program Studi Magister/Doktor Teknik Sipil /Teknik Lingkungan / Teknik Kelautan / PSDA /

Pada tema pertama yaitu “tanggapan KPU Jatim mengenai pencalonan Risma”, Antarajatim.com, Bangsaonline.com, dan Beritajatim.com menuliskan berita dengan sudut pandang

Sedangkan menurut Sudrajat (2008 : 1) mengartikan Pembelajaran Model Jigsaw sebagai suatu tipe pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana dalam kelompok

Second, the design of institutional coordination ideal laws for prevention policy disharmony residential development around airports should be made in the legal

Yang disebabkan karena penjahitan tidak sesuai dengan

SURAT UNDANGAN UNTUK ORANG TUA GUNA MENGHADIRI ACARA SOSIALISASI YANG DIADAKAN OLEH PENELITI. (dikeluarkan oleh

konsumen makin besar marjin pemasaran maka akan semakin tinggi pula harga. yang harus dibayar oleh konsumen rumah tangga (Amalia et al., 2013).. Konsep