INDUKSI TUNAS MIKRO TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DARI EKSPLAN NODUS PADA MEDIA MS DENGAN PEMBERIAN BENZIL AMINO
PURIN (BAP) DAN NAFTALEN ASAM ASETAT (NAA)
SKRIPSI
OLEH:
PERMATA SARI HARAHAP 100301185/PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
INDUKSI TUNAS MIKRO TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DARI EKSPLAN NODUS PADA MEDIA MS DENGAN PEMBERIAN BENZIL AMINO
PURIN (BAP) DAN NAFTALEN ASAM ASETAT (NAA)
SKRIPSI
OLEH :
PERMATA SARI HARAHAP 100301185/PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dari Eksplan Nodus pada Media MS dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) dan Naftalen Asam Asetat (NAA)
Nama : Permata Sari Harahap
NIM : 100301185
Program Studi : Agroteknologi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Luthfi Aziz M. Siregar, SP., M.Sc., Ph.D Ir. Yusuf Husni Ketua Anggota
Mengetahui :
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kebun Gunung Pamela berdiri pada tahun 1925 bersama CMO (Cultur Mascapay Onderling) dengan luas konsensi 5.525 Ha, sebagai komoditi
awal adalah tanaman karet seluas ± 2500 Ha. Pembagian CMO pada saat itu adalah Kebun Gunung Para, Kebun Gunung Pamela dan Kebun Gunung Monako. Permintaan bahan tanam (bibit) karet untuk peremajaan dan perluasan areal di PT. Perkebunan Nusantara III terus meningkat sejalan dengan adanya program revitalisasi perkebunan yang dicanangkan oleh Pemerintah. Kebutuhan bibit karet PTPN III diperkirakan mencapai hampir 1,6 juta bibit per tahun, sedangkan kemampuan penyediaannya masih sangat terbatas.
Perbanyakan bibit karet sampai saat ini dilakukan dengan cara okulasi, sehingga diperlukan ketersediaan batang atas dan batang bawah. Batang atas diperbanyak secara klonal dengan cara menempelkan mata tunas yang diambil dari tanaman karet di kebun kayu okulasi. Batang bawah merupakan tanaman asal biji (seedling) sehingga ketersediaannya sangat tergantung pada musim biji yang umumnya hanya berlangsung satu kali dalam setahun. Idealnya, batang bawah yang digunakan juga merupakan tanaman hasil seleksi. Akan tetapi, pada tanaman karet penggunaan batang bawah hasil seleksi dengan karakter unggul seperti kemampuan adaptabilitas dengan berbagai lingkungan tanah atau toleran terhadap patogen tanah, belum dilakukan selama ini karena teknik perbanyakan batang bawah secara klonal belum tersedia.
penyediaan batang bawah adalah Kultur in Vitro yaitu cara perbanyakan klonal tanaman secara aseptik dan Microcutting merupakan salah satu teknik berbasis kultur in vitro tersebut. Teknologi microcutting telah dikembangkan oleh tim
CIRAD-Perancis sepanjang tahun 1980-1990-an dan telah melakukan kerjasama dengan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) dan Balai Penelitian Karet Sungei Putih.
Laboratorium Penelitian di BPBPI saat ini baru dapat menghasilkan sekitar 500 planlet setiap bulan. Untuk perbanyakan skala besar diperlukan keterlibatan perusahaan perkebunan besar dan salah satu perusahaan yang tepat adalah PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN III). PTPN III merupakan salah satu perusahaan perkebunan dengan komoditas utamanya adalah tanaman karet dan kelapa sawit. Sebagai perusahaan yang sehat, dinamis, berpandangan jauh ke depan serta tanggap dengan kemajuan teknologi, PTPN III merupakan institusi yang ideal dalam pengembangan teknologi microcutting untuk perbanyakan batang bawah klonal secara massal.
Pengembangan teknologi microcutting di PTPN III di mulai pada akhir tahun 2008 tepatnya pada tanggal 10 November 2008 melalui Surat Perjanjian Kerjasama di Bidang Perbanyakan In Vitro Tanaman Karet dan Penelitian Peningkatan Efisiensi Proses Perbanyakannya. Lingkup pekerjaan pada perjanjian kerjasama tersebut adalah:
• Melakukan penelitian peningkatan efisiensi proses perbanyakan tanaman karet dengan teknologi microcutting di Laboratorium Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.
Hasil akhir dari kerjasama tahun pertama ini adalah telah selesai dilaksanakan pembangunan laboratorium kultur in vitro tanaman karet di kebun Gunung Pamela dan masih dilaksanakan penelitian berkelanjutan untuk peningkatan efisiensi proses perbanyakan tanaman karet dengan teknologi microcutting di BPBPI-Bogor.
Teknologi microcutting PTPN III terus dilanjutkan untuk tahun ke-II (tahun 2010) melalui Surat Perjanjian Kerjasama di Bidang Perbanyakan In Vitro Tanaman Karet dan Penelitian Peningkatan Efisiensi Proses Perbanyakannya. Hasil akhir dari kerjasama tahun ke-II masih belum memberikan hasil yang sesuai dengan target pencapaian. Sehingga kerjasama di Bidang Perbanyakan In Vitro Tanaman Karet masih perlu untuk dilanjutkan kembali.
ABSTRACT
PERMATA SARI HARAHAP, 2014 : Induction of Rubber Micro Shoot from Node Explant in MS Medium with Benzyl Amino Purine (BAP) and Naphthalene Acetic Acid (NAA), supervised by Luthfi A. M Siregar and Yusuf Husni.
The aimed of research to determine the best medium for micro shoot induction of rubber plant (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) from node explant in MS medium with Benzyl Amino Purine (BAP) and Naphthalene Acetic Acid (NAA). The research was carried out in the In Vitro Culture Laboratory, PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela, Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Indonesia. The research began from April to June 2014. The research used Completely Randomized Design non factorial with sixteen treatments and six replications.
The results showed that combination of BAP and NAA concentrations gave significantly effect on percent of shoots emergence, shoots number, shoots length and shoots emergence age, but it hasn’t significantly effect on percent of leaves formation and leaves number. Each treatment has different result and it can be concluded that the best combination concentrated to produce leaf of microshoot rubber was MS + 1 mg/l BAP + 0 mg/l NAA.
ABSTRAK
PERMATA SARI HARAHAP, 2014 : Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet dari Eksplan Nodus pada Media MS dengan Pemberian Benzil Amino Purin
(BAP) dan Naftalen Asam Asetat (NAA), dibimbing oleh Luthfi A. M Siregar dan Yusuf Husni.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan medium yang tepat pada induksi tunas mikro tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dari eksplan nodus pada medium MS dengan pemberian Benzil Amino Purin (BAP) dan Naftalen Asam Asetat (NAA). Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Kultur In Vitro PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela, Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan April 2014 sampai dengan Juni 2014. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 16 perlakuan dan 6 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi BAP dan NAA berpengaruh nyata terhadap untuk persentase munculnya tunas, jumlah tunas, panjang tunas dan umur munculnya tunas, tetapi belum berpengaruh nyata terhadap persentase terbentuknya daun dan jumlah daun. Masing-masing perlakuan memiliki hasil yang berbeda dan dapat disimpulkan bahwa kombinasi konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan daun pada tunas mikro tanaman karet ialah MS + 1 mg/l BAP + 0 mg/l NAA.
RIWAYAT HIDUP
Permata Sari Harahap dilahirkan di Medan pada tanggal 31 Mei 1992 anak dari pasangan Muslim Harahap, SP dan Mardiana Ritonga, S.Pd sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Swasta Al-Washliyah 11 Medan lulus pada tahun 2004, SMP Negeri 15 Medan lulus tahun 2007 dan SMA Negeri 5 Medan lulus tahun 2010. Tahun 2010 diterima sebagai mahasiswa melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri) pada Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dari Eksplan Nodus pada Media MS dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) dan Naftalen Asam Asetat (NAA)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Muslim Harahap, SP dan Ibunda Mardiana Ritonga, S.Pd. yang telah memberikan dukungan moril dan materiil kepada penulis. Serta kepada Harry Perdana Harahap, S.Sos, Dian Mustika Harahap, S.Pd, Afridayani Afnel S.KM sebagai saudara yang selalu memotivasi saya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP., M.Sc., PhD., selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Yusuf Husni selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan, mulai dari penetapan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2014
DAFTAR ISI
Zat Pengatur Tumbuh ... 17
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 21
Tempat dan Waktu ... 21
Sterilisasi Bahan Tanaman di Lapangan ... 25
Pengambilan Bahan Tanaman ... 26
Sterilisasi Bahan Tanaman di Laboratorium ... 26
Persiapan Ruang Tanam ... 26
Pemeliharaan Eksplan ... 27
Peubah Amatan ... 28
Persentase Munculnya Tunas (%) ... 28
Jumlah Tunas (tunas) ... 28
Panjang Tunas (cm)... 28
Persentase Terbentuknya Daun(%) ... 28
Jumlah Daun (helai) ... 28
Umur Munculnya Tunas (hari)... 29
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 30
Persentase Munculnya Tunas (%) ... 30
Jumlah Tunas (tunas) ... 31
Panjang Tunas (cm)... 32
Persentase Terbentuknya Daun(%) ... 34
Jumlah Daun (helai) ... 34
Umur Munculnya Tunas (hari)... 36
Pembahasan ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46
Saran ... 46
DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Persentase munculnya tunas (%) dalam medium MS + kombinasi BAP
dan NAA dari eksplan nodus 6 minggu setelah pengkulturan ... 30 2. Jumlah tunas (tunas) dalam medium MS + kombinasi BAP dan NAA
dari eksplan nodus 6 minggu setelah pengkulturan ... 31 3. Panjang tunas (cm) dalam medium MS + kombinasi BAP dan NAA
dari eksplan nodus 6 minggu setelah pengkulturan ... 33 4. Persentase terbentuknya daun (%)dalam medium MS + kombinasi BAP
dan NAA dari eksplan nodus 6 minggu setelah pengkulturan ... 35 5. Jumlah daun (helai) dalam medium MS + kombinasi BAP dan NAA
dari eksplan nodus 6 minggu setelah pengkulturan ... 36 6. Umur munculnya tunas (hari) dalam medium MS + kombinasi BAP dan
NAA dari eksplan nodus 3 minggu setelah pengkulturan ... 37
No. Hal.
1. Pembibitan Karet dan Primary Culture Karet ... 7 2. Induksi tunas dari eksplan buku (a) pada media MS dengan perlakuan A10 (1.5 mg/l BAP + NAA 0.1 mg/l) dan (b) A12 (1.5 mg/l BAP + NAA 0.5 mg/l) setelah 6 MST ... 31 3. Induksi tunas dari eksplan buku (a) pada media MS dengan perlakuan A10 (1.5 mg/l BAP + NAA 0.1 mg/l) dan (b) A15 (2 mg/l BAP + NAA 0.25 mg/l) setelah 6 MST ... 34 4. Induksi ketiga tunas dari eksplan buku (nodus) pada media MS dengan perlakuan A10 (1.5 mg/l BAP + NAA 0.1 mg/l) setelah 6 MST ... 36 5. Induksi tunas dari eksplan buku (a) pada media MS dengan perlakuan A6
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Data Pengamatan Persentase Munculnya Tunas (%) ... 51
2. Data Transformasi Persentase Munculnya Tunas Arcsin √P ... 52
3. Daftar Sidik Ragam Persentase Munculnya Tunas ... 52
4. Uji Jarak Berganda Duncan Persentase Munculnya Tunas... 53
5. Data Pengamatan Jumlah Tunas 5 dan 6 MST (tunas) ... 53
6. Data Transformasi Jumlah Tunas 5 dan 6 √X+0.5 ... 54
7. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tunas 5 dan 6 MST ... 54
8. Uji Jarak Berganda Duncan Jumlah Tunas 5 dan 6 MST ... 55
9. Data Pengamatan Panjang Tunas (cm) ... 55
10.Data Transformasi Panjang Tunas √X+0.5 ... 56
11.Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas (cm) ... 56
12.Uji Jarak Berganda Duncan Panjang Tunas ... 57
13.Data Pengamatan Persentase Terbentuknya Daun (%) ... 58
14.Data Transformasi Persentase Terbentuknya Daun Arcsin √P ... 58
15.Data Sidik Ragam Persentase Terbentuknya Daun ... 58
16.Daftar Pengamatan Jumlah Daun (helai) ... 59
17.Daftar Transformasi Jumlah Daun √X+0.5 ... 59
18.Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun... 60
19.Data Pengamatan Umur Munculnya Tunas (Hari)... 54
20.Komposisi Media Murashige dan Skoog (MS) ... 61
21.Kegiatan Penelitian ... 62
22.Bagan Penelitian... 63