• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pengertian teori menurut KBBI adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. Selain itu, teori juga dapat dihasilkan melalui adanya suatu hasil kritikan terhadap semua pemikiran, pertanyaan, dan permasalahan yang saat ini sudah ada. Sedangkan, pengertian landasan adalah sebagai suatu acuan, patokan, definisi dan perkara yang menjadi pemicu timbulnya suatu pemikiran kritis untuk mengungkapkan kebenaran. Jadi, landasan teori adalah sebagai suatu acuan terhadap temuan-temuan yang terbaru atau terdahulu sebagai pendukung daripada permasalahan yang sedang dibahas.

2.1.1 Pelaporan keuangan

(2)

pihak yang berkepentingan. Menurut Purba (1994), pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui informasi keuangan adalah pihak intern dan pihak ekstern. Pihak intern itu meliputi pengelola (manajemen) perusahaan yang bersangkutan untuk menyusun anggaran belanja, sebagai pengawas pelaksanaan belanja, pengawas kegiatan, analisis dan interpretasi. Sedangkan, pihak ekstern

terdiri dari investor, pemerintah, dan pemilik (persero) perusahaan yang bersangkutan. Perlu adanya informasi untuk meyakinkan kinerja perusahaan yang sejalan dengan visi misi perusahaan ke depannya.

Selain itu, menurut SFAC (Statements of Financial Accounting Concepts) no.1 mengenai objektivitas pelaporan keuangan, menyatakan fokus paling utama terhadap pelaporan keuangan adalah informasi keadaan yang mencerminkan kondisi perusahaan dengan mengukur pendapatan komprehensif dan komponen-komponennya (Kathleen dan Carpenter (2011)). Data-data tersebut dapat membantu investor, kreditor dan pemakai lain laporan keuangan yang sekarang maupun yang berpotensi dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian aliran kas di masa yang akan datang mengenai sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahannya. pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan.

Prinsip utama pelaporan keuangan adalah akuntabilitas publik, signifikansi

ekonomik, dan stewardship. Pada praktiknya, masih terdapat berbagai masalah

(3)

ketidakjujuran penyajian informasi oleh pihak perusahaan yang menyebabkan

ketidakpercayaan masyarakat terhadap kualitas pelaporan keuangan.

2.1.2. Laporan keuangan

Pelaporan keuangan dan laporan keuangan mempunyai perbedaan yang

dapat diamati. SFAC no.1 memfokuskan pada pelaporan keuangan sementara

IASB (the International Accounting Standards Board) framework berfokus pada penyajian laporan keuangan. Badan tersebut meliputi objektivitas-objektivitas

yang harus ditetapkan dalam menyediakan laporan keuangan dan informasi

keuangan (Kathleen dan Carpenter (2011)). Pelaporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan mengenai masa depan, lalu dan sekarang. Misalnya, departemen pemasaran tentu akan menetapkan sejumlah anggaran yang efisien

dan efektif dalam mendapatkan pelanggan-pelanggan dengan berbagai strategi.

Begitu juga dengan anggaran atau kondisi aktual yang dilaporkan. Aspek-aspek

yang lain dapat meliputi lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar,

badan pengawas dari pemerintah atau

pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima

Umum atau Generally Accepted Accounting Principles/GAAP). Laporan

keuangan hanyalah salah satu medium dalam penyampaian informasi dan

(4)

Menurut PSAK No. 1, tujuan laporan keuangan 1 adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Dalam artian, dapat menjadi suatu patokan bagi

pihak luar maupun pihak dalam manajemen dalam mengambil keputusan.

Laporan keuangan penting untuk disajikan. Karena pihak ekstern

memerlukan informasi laporan keuangan tersebut untuk mengambil keputusan,

yang dapat meliputi kreditor, pemerintah, dan pemilik. Dalam buku Purba (1994)

dijelaskan bahwa kepentingan bagi kreditor adalah laporan keuangan dijadikan

sebagai pedoman untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya dan membayar hutangnya, juga sebagai pedoman dalam

memberikan kredit berikutnya. Bagi pemerintah, laporan keuangan digunakan

sebagai dasar untuk menentukan besarnya pajak penghasilan dan pajak

pertambahan nilai dan pungutan resmi lainnya menurut perundang-undangan yang

berlaku. Bagi pihak pemilik, laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui

jumlah kekayaan yang ditanam di dalam perusahaan serta mengetahui

perkembangan perusahaan, kemudian mengambil kebijakan yang perlu dalam

rangka mengembangkan suatu perusahaan menjadi lebih baik.

1

(5)

2.1.3 Teori Keagenan ( Agency Theory )

Teori keagenan menurut penulis merupakan suatu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa adanya suatu perbedaan pemikiran yaitu masalah keagenan terhadap hasil kinerja dari beberapa pihak. Masalah keagenan dapat terjadi pada atasan dan bawahan, pihak internal terhadap pihak eksternal, maupun pihak-pihak yang bersangkutan. Jadi, Agency theory merupakan konflik di antara kelompok dalam (manajemen) dan luar (pemegang saham, kreditor, auditor, masyarakat, dan pemerintah) yang dapat mendorong timbulnya perselisihan yang merugikan bagi pihak-pihak yang bertentangan tersebut. Teori ini sekaligus menjelaskan adanya hubungan keagenan yang terjadi jika satu pihak ingin menjalankan suatu usahanya (pemilik/ principal), mendelegasikan atau menunjuk kepada pihak lain yaitu agen tersebut untuk mengerjakannya. Maka keberhasilan pemilik dipengaruhi oleh pilihan (keputusan) manajemen (agent).

Wolk et al. (1992) menjelaskan bahwa agency theory perusahaan digambarkan sebagai titik temu hubungan keagenan antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan yang berusaha menggunakan utility mereka untuk memaksimalkan kepentingan masing-masing peran mereka.

(6)

akan terjadi di antara para petinggi dari director dan manajemen sebagai petinggi dapat diselesaikan melalui proses co-optation.

Teori keagenan adalah adanya satu kontrak atau lebih yang melibatkan agent untuk memberikan beberapa layanan bagi atasan dengan melakukan pendelegasian wewenang pegambilan keputusan kepada agent (Jensen dan Meckling ( 1976 )). Baik melalui agent yang diasumsikan oleh orang ekonomi secara rasional dan semata – mata termotivasi oleh kepentingan pribadi masing-masing pihak. Dimana manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Jadi, konsep teori ini menjelaskan adanya suatu rentang antara perbedaan masing-masing tujuan dari peran yang mereka pegang. Hal ini disimpulkan bahwa tujuan utama dari teori keagenan ( agency theory ) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak – pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak, yang tujuannya untuk meminimalisasir biaya sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian. Oleh karena itu, pemeriksaan laporan dan kinerja memerlukan pihak ketiga untuk memeriksanya. Auditor eksternal untuk laporan keuangan dan jasa assurance lainnya.

(7)

Seiring semakin berkembangnya struktur organisasi, semakin banyak pula timbul masalah keagenan yang terjadi karena pihak – pihak yang saling bekerja sama mempunyai tujuan yang berbeda. Menurut Eisenhardt (1989), masalah pertama adalah masalah keagenan yang menyangkut adanya keinginan – keinginan atau tujuan – tujuan para pemilik dan agent ( pihak manajemen ) yang saling berlawanan. Sehingga timbul suatu keraguan dari pihak pemilik. Oleh karena itu, dilakukan verifikasi apakah agent telah melakukan sesuatu dengan tepat. Masalah kedua adalah masalah pembagian antara pemilik dan agent dalam menanggung resiko. Inti dari hubungan keagenan adalah di dalam hubungan keagenan tersebut terdapat adanya pemisahan antara kepemilikan yaitu pemegang saham dengan pihak pengendalian yaitu manajer yang mengelola perusahaan.

(8)

Adanya kesimpulan yang dapat ditarik daripada beberapa penelitian dan pernyataan dari para peneliti adalah hubungan teori keagenan dengan laporan keuangan yang laporan keuangan disajikan oleh pihak manajemen (agent) dengan pihak principal. Oleh karena itu, dibutuhkan auditor untuk memeriksa laporan keuangan itu dengan berpegang teguh kepada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

2.1.4 Auditing

Berbagai jasa ditawarkan untuk mengurangi masalah keagenan terutama di bidang bisnis. Salah satunya adalah auditing. Auditing merupakan kegiatan dalam memberikan jasa pengevaluasi, pengkritik, dan pemberikan masukan, yang dilakukan oleh auditor yang kompeten dan independensi. Sehingga, hasil yang diberikan merupakan hasil yang bebas dari berpihak kepada siapapun. Dalam pengertian disini, auditing juga memberikan sebuah kepastian bagi penggunanya dalam mengambil keputusan. Menurut Tuanakotta ( 2007 ), auditing merupakan sebuah titik tolak dalam audit. Auditing bersifat analitikal, tidak bersifat menyusun atau membangun; auditing bersifat kritikal, investigatif, berurusan dengan dasar-dasar pengukuran dan asersi akuntansi.

(9)

Auditing berhubungan dengan verification ( memeriksa keakuratan atau ketelitian ), pemeriksaan data keuangan untuk menilai kejujurannya dalam mencerminkan peristiwa dan kondisi. Data keuangan pada dasarnya asersi mengenai fakta yang intangible ( assertion of intangible ). Verification harus menerapkan teknik dan metode pembuktian. Pembuktian adalah bagian dari field of logic ( bidang logika ) yang oleh sebagian orang diistilahkan sebagai science of proof atau ilmu pembuktian (Maurtz dan Sharaf ( 1961 ) dalam penelitian Salim (2013)).

Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang ditetapkan (menurut Arens dan Loebbecke ( 2003 )). Auditing akan dilakukan oleh pihak yang memiliki standar profesi akuntan publik, yang dimana tercantum kata kompeten dan independen. Karena dengan adanya suatu kompetensi, dan independensi seorang pengevaluasi, maka hasil dari evaluasi akan bebas dari unsur kolusi, korupsi, dan nepotisme.

Auditing adalah “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut” [Agoes ( 2004 )].

(10)

auditing adalah untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut Arens (1995) dalam penelitian Kartika (2009), tujuan audit secara umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (PABU). Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung dalam komponen laporan keuangan yang dapat bersifat implisit atau eksplisit.

Menurut Boynton, dkk (2001), auditing didefinisikan sebagai :

“A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertion about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between the assertions and establish criteria and communicating the results to interested user”.

(11)

Dalam buku Tuanakotta (2007), Mautz dan sharaf membahas postulat sementara mengenai auditing dengan menarik delapan kesimpulan postulat, beberapa diantaranya yang berkaitan dengan permasalahan audit delay yaitu:

• Laporan dan data keuangan dapat diperiksa.

• Tidak ada benturan kepentingan antara auditor dan manajemen dari entitas

yang laporan keuangannya diaudit.

• Laporan keuangan dan data informasi yang disampaikan untuk diperiksa,

dan tidak mengandung penyimpangan.

• Adanya sistem pengendalian internal yang memadai sehingga

menghilangkan probabilitas terjadinya keganjilan.

• Status professional yang dimiliki auditor independen yang memaksanya

untuk memenuhi kewajiban profesionalnya yang sepadan.

Berdasarkan beberapa pengertian dari para peneliti maupun penulis, dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan suatu serangkaian kegiatan dalam mengurangi permasalahan keagenan antara pihak principal (pemilik) dengan agent (manager). Selain itu, juga terdapat beberapa kata kunci yang terkait dengan pengertian auditing adalah sebagai berikut:

• Proses sistematis (Systematic process) merupakan suatu langkah atau

(12)

• Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif (Objectively

obtaining and evaluating evidence) merupakan upaya untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.

• Pernyataan asersi mengenai kegiatan dan keterjadian ekonomi ( Assertion

about economic actions and events) merupakan pernyataan mengenai eksistensi ekonomi yang merupakan hasil dari kegiatan prose • Menetapkan tingkat kesesuaian (Degree of correspondence) merupakan

pengumpulan bukti-bukti dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut. Pernyataan terhadap evaluasi akan disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dan berlaku umum.

• Kriteria yang telah ditetapkan (establish criteria) merupakan kriteria atau

standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai suatu bukti. Penilaian terhadap penyajian laporan keuangan menggunakan kriteria atau Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) di Indonesia.

2.2 Audit Delay

(13)

tahun pelaporan laporan keuangan itu sampai dengan tanggal laporan audit dikeluarkan.

Sejalan dengan hasil penelitian Dyer & McHugh, Ahmad dan Kamarudin (2003) dalam penelitian Adinugraha (2013) juga mendefinisikan audit delay sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Selain itu, Bean dan Bernardi (2003) dalam penelitian Bustaman dan Kamal (2010) bahwa audit delay adalah jumlah hari yang dibutuhkan antara penutupan tahun buku keuangan perusahaan hingga tanggal dikeluarkan laporan audit.

Sherliza dan Siti (2010) menyebutkan bahwa audit delay adalah adanya

perhitungan 101 hari, yang mana masih dibawah maksimum periode enam bulan

untuk tercatat di Bursa Efek Malaysia dari hari dimana laporan keuangan

diselesaikan. Menurut Dyer dan Mchugh dalam Sirait (2008) membagi keterlambatan atau lag menjadi:

a. Prelimary lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal.

b. Auditor’s signature lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiscal sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor.

c. Total lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai sampai dengan tanggal diterimanya laporan ke tahunan publikasi oleh pasar.

(14)

sangat diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan karena memberikan informasi yang dibutuhkan pada saat yang tepat sehingga dapat digunakan oleh para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan (Ratnawaty dan Sugiharto (2005) dalam penelitian Bustaman dan Kamal (2010)).

2.3 Kompleksitas Audit

(15)

2.3.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan klien ( client size ) adalah besar kecilnya perusahaan klien yang sedang diaudit oleh auditor atau KAP. Variabel indikator untuk mewakili faktor ukuran perusahaan adalah total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan klien tersebut ( Craswell et al. (1995) dalam penelitian Salim (2013)). Menurut Ahmad dan Kamarudin (2003), perusahaan besar akan menuntut proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Sebab informasi keuangan perusahaan besar akan lebih diperhatihkan secara luas oleh para stakeholder dan stockholder. Terutama apabila, perusahaan besar tersebut bergabung di dalam bursa saham.

(16)

2.3.2 Jumlah Anak Perusahaan (subsidiaries)

Dalam buku Beams (2000), Variabel indikator untuk mewakili faktor kompleksitas adalah jumlah anak perusahaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan ( klien ) karena jika perusahaan memiliki anak perusahaan maka transaksi yang dimiliki klien semakin rumit karena perlu membuat laporan konsolidasi. Ismaya (2006) dalam penelitian Bustamam dan Kamal (2010), mengemukakan pengertian subsidiaries adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain, lebih jauh lagi Ismaya (2006) menjelaskan pengertian subsidiaries adalah suatu perusahaan yang turut atau sepenuhnya dikendalikan oleh suatu perusahaan lain karena sebagian besar atau seluruh modal sendiri dimiliki oleh perusahaan lain. Penulis menyimpulkan bahwa jumlah anak perusahaan dapat menjadi suatu pengukuran atas kompleksitas perusahaan yang dikerjakan. Jumlah anak perusahaan dapat dilihat di profil perusahaan pada laporan keuangan baik yang telah diaudit maupun belum diaudit.

2.4 Auditor Tenure

(17)

pendahulu dengan auditor yang akan menangani, yang menyebabkan pelaksanaan audit membutuhkan suatu waktu tambahan dalam menyelesaikan penilaian yang akurasi. Auditor yang akan menggantikan pada penilaian mendatang tentu harus mempelajari secara langsung data-data laporan keuangan yang dahulu dan sekarang diaudit. Sebab peraturan dan kebijakan perusahaan bisa saja berubah maupun tetap pada periode penyelesaian laporan keuangan tersebut. Hal tidak terduga tersebut harus dinilai kembali berdasarkan standar peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu Standar Akuntansi Keuangan, PABUI, maupun IFRS. Karakterisitik perusahaan akan dipelajari kembali, sehingga membutuhkan interval waktu bagi auditor yang akan menggantikan untuk memahaminya.

Penelitian Primadita dan Fitriany (2012) dalam penelitian Wayan (2013), menyatakan bahwa jangka waktu audit berpengaruh terhadap informasi asimetri. Informasi asimetri yang bisa menyebabkan masalah keagenan bisa diatasi dengan mencegah terjadinya audit delay.

2.5 Kualitas Audit

(18)

(1981) dalam penelitian Chairunissa dan Sylvia (2012), mengungkapkan bahwa kualitas audit selain dapat dilihat dari beberapa aspek, salah satunya adalah dari ukuran KAP. Apabila KAP yang mengaudit adalah KAP besar (Big 4 accounting firms) diyakini dapat memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan KAP kecil (Non Big 4 accounting firms).

2.6. Penilaian Resiko

Penilaian resiko merupakan tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengindentifikasi dan menganalisis resiko-resiko terkait penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penilaian resiko menurut Hery (2012), berbeda antara penilaian manajemen dengan penilaian auditor, walaupun ada keterkaitannya. Apabila manajemen menilai resiko sebagai bagian dari perancangan dan pelaksanaan pengendalian internal untuk memperkecil kekeliruan serta kecurangan, sedangkan auditor menilai resiko untuk memutuskan jenis dan cakupan bukti yang dibutuhkan dalam pemeriksaan.

(19)

2.6.1. Rasio cepat ( Quick ratio )

Rasio cepat merupakan bagian dari rasio likuiditas yang digunakan untuk menilai apakah suatu perusahaan tersebut memiliki sumber dana yang dapat digunakan pada saat itu juga. Selain itu, juga digunakan sebagai pengukur kemampuan suatu perusahaan dalam membayar hutangnya. Menurut pengukuran, perusahaan dengan nilai rasio cepat rendah akan lebih berisiko karena perusahaan tidak liquid dan akan menyebabkan biaya audit menjadi tinggi ( Craswell dan Francis (1996 ) dalam penelitian Salim (2013)). Karena biaya audit yang tinggi, waktu untuk memeriksanya tentu membutuhkan jangka waktu yang lebih lama. Quick ratio adalah rasio yang mengukur likuiditas aktiva lancar perusahaan atas pelunasan hutang lancar perusahaan. Rumus:

𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑅𝑅𝑐𝑐 (𝑞𝑞𝑞𝑞𝑅𝑅𝑐𝑐𝑞𝑞𝑟𝑟𝑅𝑅𝑐𝑐𝑅𝑅𝑅𝑅) = 𝐾𝐾𝑅𝑅𝑅𝑅+𝑃𝑃𝑅𝑅𝑞𝑞𝑐𝑐𝑅𝑅𝑃𝑃𝑃𝑃𝐻𝐻𝑞𝑞𝑐𝑐𝑅𝑅𝑃𝑃𝑃𝑃𝑞𝑞𝑅𝑅𝑅𝑅 ℎ𝑅𝑅𝑘𝑘𝑅𝑅𝑃𝑃𝑐𝑐𝑅𝑅𝑟𝑟𝑞𝑞𝑘𝑘𝑅𝑅𝑐𝑐𝑃𝑃 (𝑞𝑞𝑞𝑞𝑅𝑅𝑐𝑐𝑞𝑞 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑐𝑐𝑐𝑐) (𝑐𝑐𝑞𝑞𝑟𝑟𝑟𝑟𝑐𝑐𝑃𝑃𝑐𝑐 𝑘𝑘𝑅𝑅𝑅𝑅𝑙𝑙𝑅𝑅𝑘𝑘𝑅𝑅𝑐𝑐𝑅𝑅𝑐𝑐𝑅𝑅 )

keterangan:

Kas : aktiva lancar yang meliputi uang kertas/logam

dan benda-benda lain yang dapat digunakan sebagai media tukar/alat pembayaran yang sah dan dapat digunakan setiap saat bila diperlukan. Piutang usaha klien : suatu kewajiban pihak lain terhadap hutangnya

(20)

Hutang lancar : kewajiban-kewajiban yang akan diselesaikan pembayarannya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.

2.6.2. Proporsi hutang perusahaan

Solvabilitas (analisis risiko usaha dan keuangan) mempunyai rasio utang atau proporsi hutang perusahaan berupa rumus yang menggunakan data sekunder

yang berasal dari laporan keuangan klien yaitu neraca. Apabila semakin tinggi

nilai suatu rasio, maka kondisi perusahaan menunjukkan lebih banyak modal yang

berasal dari hutang dan membenarkan kondisi dimana munculnya suatu keraguan

akan kesanggupan perusahaan dalam melunasi hutangnya. Namun, semakin

rendah rasio maka kondisi perusahaan akan semakin bagus. Rumus rasio utang (

debt ratio ) adalah:

(21)

2.7 Penelitian terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel independen

pada penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi Audit delay antara lain:

Tabel 2.1 industri, dan kualitas audit mempengaruhi audit delay secara signifikan.

Kualitas audit dan risiko

(22)

mempengaruhi secara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk 2003-2005

Regresi berganda

(23)

2007-Sumber: data sekunder yang diolah pada tahun 2014.

2.8 Kerangka konseptual

Penelitian ini akan menguji hubungan antara ukuran kompleksitas audit

(ukuran perusahaan dan jumlah cabang perusahaan), auditor tenure, kualitas

audit, rasio cepat, dan proporsi hutang perusahaan dengan audit delay yang dilakukan oleh auditor.

Hubungan antara ukuran subsidiaries, ukuran perusahaan, auditor tenure,

kualitas audit, rasio cepat, dan proporsi hutang perusahaan dengan audit delay

yang dilakukan oleh auditor dapat dilihat sebagai berikut: Adinugraha yang terdaftar di BEI selama tahun 2007 sampai dengan 2011

Regresi berganda

Rata-rata audit delay yang dialami perusahaan dalam industri keuangan selama tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah 69.05 hari. Berdasarkan hasil uji regresi berganda (multiple regression) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan leverage masing-masing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Profitabilitas, dan ukuran KAP masing-masing

(24)

Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Penjelasan gambar:

Dari kerangka konseptual diatas, peneliti menggunakan ukuran kompleksitas

audit, auditor tenure, kualitas audit, rasio cepat, dan proporsi hutang perusahaan

sebagai variabel independen, audit delay sebagai variabel dependen.

2.8.1 Ukuran perusahaan dan Audit delay

Dalam penelitian Whittered (1980) dan Owusu-Ansah (2000), yang terdapat dalam penelitian Rachmawati (2008) menemukan bahwa tidak ada pendekatan yang memadai untuk menjelaskan perilaku pelaporan keuangan dari perusahaan. Sementara itu hasil penelitian Rachmawati (2008), menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay

Ukuran Perusahaan

Audit

delay

Subsidiaries

Auditor tenure

Kualitas audit

Rasio cepat

Proporsi hutang

perusahaan

H1b

H1c

H1d

H1e H1a

H1f

(25)

yang berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendah tingkat Audit Delay dan sebaliknya semakin kecil Ukuran Perusahaan makan semakin tinggi tingkat Audit Delay. Menurut Givoly & Palmon (1982) menggunakan ukuran perusahaan dan kompleksitas operasi untuk dapat menjelaskan ketepatwaktuan (Timeliness), menemukan bahwa penundaan pelaporan erat kaitannya dengan keterlambatan pengumuman dan ukuran perusahaan menunjukkan hubungan negatif dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan. Sementara itu, menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam penelitian Halim (2000) perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitannya dengan audit delay.

H1a: Ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap audit delay.

2.8.2 Jumlah Anak Perusahaan (subsidiaries) dan Audit Delay

Dalam penelitian Bustamam dan Kamal (2010), Kerumitan dalam

melakukan audit juga menyebabkan penundaan dalam menyampaikan laporan keuangan. Hal ini diharapkan dapat memberikan hubungan yang positif antara audit delay dan audit complexity. Kerumitan dalam melakukan audit juga menyebabkan penundaan dalam menyampaikan laporan keuangan.

(26)

wilayah dapat membantu perusahaan tersebut untuk lebih memperkenalkan bisnisnya kepada masyarakat. Namun, semakin banyak anak perusahaan yang tersebar dari perusahaan tersebut juga akan meningkatkan kompleksitas audit. Maka proses pengauditan juga dapat dipertimbangkan seberapa lamanya dilakukan untuk dapat menghasilkan suatu pernyataan yang lebih akurat. oleh karena itu, adanya keterkaitan antara jumlah anak perusahaan (subsidiaries) dengan audit delay.

H1b : Subsidiaries yang berpengaruh terhadap audit delay.

2.8.3 Auditor Tenur dan Audit Delay

Dalam penelitian Lee et al. (2011) menguji adanya hubungan audit tenure dengan audit delay pada lingkup penelitian yang lebih besar, dilihat dari penelitian pada perusahaan yang merupakan klien dari berbagai KAP di Amerika Serikat. Penelitian Lee menghasilkan kesimpulan bahwa auditor tenure terkait dengan tingkat efisiensi audit yang lebih tinggi, yakni berupa tingkat audit delay yang rendah. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa adanya keterkaitan auditor tenure dengan audit delay adalah dikarenakan oleh adanya suatu pergantian auditor baik dari kantor akuntan publik yang sama ataupun tidak. Tetap akan menyebabkan suatu peralihan bagi auditor yang baru untuk lebih mengenal kondisi perusahaan yang akan di audit.

(27)

2.8.4 Kualitas Audit dan Audit Delay

Menurut Ashton, Willingham, dan Elliott (1987) dalam penelitiannya itu. mereka menemukan adanya hubungan antara kualitas audit yang dibuktikan dengan adanya suatu hubungan partner dengan KAP Big Eight dan non Big Eight dengan audit delay. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa apabila perusahaan melakukan hubungan partner dengan KAP Big Eight akan menghasilkan audit delay yang rendah dibandingkan dengan non Big Eight. Mereka melihat adanya suatu konsistensi atau kompetensi yang jauh dimiliki oleh KAP Big Eight dibandingkan yang non Big Eight. Penelitian mereka juga sejalan dengan beberapa peneliti lainnya seperti Davies dan Whittred [1980], serta Gilling [1977].

H1d:Kualitas audityang berpengaruh terhadap audit delay.

2.8.5 Rasio cepat dan audit delay

(28)

dikurangi. Penelitian rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas adalah dengan menggunakan rasio cepat.

H1e: rasio cepat yang berpengaruh terhadap audit delay.

2.8.6 Proporsi hutang perusahaan dan audit delay

Penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003) menggunakan proporsi hutang sebagai variabel independen dalam penelitiannya. Proporsi hutang yaitu perbandingan hutang dengan total aset perusahaan menunjukkan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Rasio hutang terhadap aset yang terlalu tinggi menunjukkan resiko bisnis yang terlalu tinggi dan auditor akan menaruh perhatian yang lebih terhadap opini yang akan dikeluarkan. Dalam penelitian ini proporsi hutang diperoleh dengan membagi total hutang dengan total aset perusahaan.

H1f: Proporsi hutang perusahaan yang berpengaruh terhadap audit delay.

2.8.7 Ukuran perusahaan, Subsidiaries, auditor tenur, kualitas audit, rasio

cepat, dan proporsi hutang perusahaan dengan audit delay

Beberapa variabel yang digunakan untuk menilai adanya keterkaitan

dengan audit delay adalah subsidiaries, ukuran perusahaan, auditor tenure, kualitas audit, rasio cepat dan proporsi hutang perusahaan. Semua variabel yang

disebutkan akan diuji secara parsial (bersamaan) dengan audit delay. Hal ini

(29)

variabel dependen yaitu audit delay. Penelitian sebelumnya belum ada yang

meneliti variabel yang disebutkan diatas secara bersamaan. Hanya ada penelitian

yang mempunyai satu atau dua variabel yang telah disebutkan diatas terhadap

audit delay secara parsial. Penelitian Bustamam dan Kamal (2010) yang meneliti

mengenai keterkaitan variabel subsidiaries dan kompleksitas audit terhadap audit

delay secara parsial. Hasil penelitiannya menunjukkan pengaruh negatif. Oleh

karena itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang

telah disebutkan secara kumulatif berpengaruh terhadap audit delay.

H2 : ukuran perusahaan, subsidiaries, auditor tenur , kualitas audit, rasio cepat, dan proporsi hutang perusahaan yang berpengaruh secara kumulatif terhadap audit delay.

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah “ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,

disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang

menjelaskan atau memprediksi fenomema – fenomena yang dirumuskan dengan

maksud untuk diuji secara empiris” (Menurut Erlina ( 2008 )).

Menurut Zimund (1997:112), Hipotesis adalah suatu dugaan yang belum

terbukti secara tentatif menerangkan fakta-fakta atau fenomena tertentu. Hipotesis

juga merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan

(30)

hipotesis dapat disimpulkan sebagai adanya hubungan antara dua variabel atau

lebih.

Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual sebelumnya,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1a: Ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap audit delay

H1b: Subsidiaries yang berpengaruh terhadap audit delay

H1c: Auditor tenur yang berpengaruh terhadap audit delay

H1d: Kualitas audit yang berpengaruh terhadap audit delay

H1e: Rasio cepat yang berpengaruh terhadap audit delay

H1f: Rasio proporsi hutang perusahaan yang berpengaruh terhadap

audit delay

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1  H2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari perancangan alat ini yaitu sirine akan berbunyi untuk memberikan tanda bahwa ada bahaya yang terjadi pada salah salah satu rumah yang telah menekan

Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana penyesuaian sosial pada anak kidal, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri

bahwa belum sepenuhnya tahu tentang obesitas, hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan dari 189 siswa yang mengalami status gizi kurus ada 21 siswa

Di dalam kitab Jawahirul Kalamiyah, Karya Syekh Thahir bin Saleh Al-Jazairi, pengarang berusaha menjelaskan rukun aqidah islamiyah (rukun iman) dengan menggunakan pendekatan

Hasil penelitian ini menunjukan dari30 responden sebanyak 27 siswi (90%) yang mengalami menarche pada usia normal dengan status gizi baik dan 3 siswi (10%) mengalami

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ Penerapan Metode Tsukamoto dalam

Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan , (Jakarta : PT.. 3) Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang diselesaikan di awal

Penggunaan asap cair untuk pengawetan bahan makanan seperti mie basah, tahu, daging ayam, bakso, daging sapi segar, daging sapi asap, serta ikan untuk meningkatkan keamanan