• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Karbon Gambut Kabupaten Humbang Hasundutan (Study on The Potential of Carbon in Peatland Humbang Hasundutan District)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kajian Potensi Karbon Gambut Kabupaten Humbang Hasundutan (Study on The Potential of Carbon in Peatland Humbang Hasundutan District)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI KARBON GAMBUT KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN (STUDY ON THE POTENTIAL OF CARBON IN PEATLAND HUMBANG HASUNDUTAN DISTRICT)

Grandis Tua Sitangganga, Rahmawatyb, Abdul Raufc

aAlumni Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tri Dharma Ujung No. 1

Kampus USU Medan 20155 (*Penulis korespondensi, E-mail: andzu@ymail.com)

bStaf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara cStaf Pengajar Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Peatland area forming from decomposition organic material in unaerob condition, and containing organic carbon minimal 12-18%. Peatland area was stored carbon much more mineral land. The aim of this study is to find carbonic stored in peatland area Humbang Hasundutan District. Mapping carbon potention made from analysis landzat image ETM+ 2012, groundcheck, filed measurement and soil analysis in Laboratorium. The research result show that the whole peatland area was 6289.08 ha, depth about 0.65-1.25 m, carbon content highest 17.81% and lowest 6.13%. Total carbon content in Peatland Humbang Hasundutan district 170.46 tonnes.

Key Words: Peatland, Carbon content in peatland, Humbang Hasundutan Peatland

PENDAHULUAN

Lahan gambut adalah lahan yang kaya bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan yang jenuh air dan miskin hara. sisa tanaman akan membentuk timbunan akan terus bertambah akibat proses dekomposisi yang terhambat oleh kondisi anaerob. Lahan gambut memiliki kandungan karbon minimal 12-18% dengan ketebalan minimal 50 cm. Secara taksonomi tanah ini disebut juga tanah Histosol atau Organosol (Hardjowigeno,1996).

Secara umum gambut diklasifikasikan berdasarkan tingkat kematangannya yaitu: gambut fibrik yang bahan organiknya belum melapuk dan masih dapat dikenali bahan asalnya, sering dikatakan gambut muda dengan warna coklat muda. Gambut jenis berikutnya adalah gambut hemik dengan kandungan bahan organiknya setengah terlapuk dan sebagian bahan asalnya masih dapat dikenali, dan tipe berikutnya adalah gambut saprik (matang) dimana bahan organiknya sudah melapuk dan warna coklat tua sampai kehitaman (Soil Survey Staff, 2003).

Kabupaten Humbang hasundutan memiliki lahan gambut dengan tipe gambut fibrik yang terdapat di dataran tinggi (topogen) yang memiliki banyak manfaat diantaranya penyimpan stok karbon, areal resapan air Danau Toba dan kawasan ekosistem bagi flora dan fauna. Kecamatan Dolok Sanggul, Kecamatan Pollung dan Kecamatan Lintong Ni Huta adalah kecamatan-kecamatan yang memiliki kawasan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pengelolaan lahan untuk kepentingan pertanian dan pertambangan masyarakat telah menjadikan

beberapa bagian dari kawasan ini berubah fungsi dan berpengaruh terhadap kemampuan penyimpanan karbonnya (Istomo, 2006).

(2)

juta ton CO2 yang terlepas dari hutan, 600 juta ton disebabkan dekomposisi lahan gambut kering. Lahan gambut

yang fungsi awalnya sebagai penyimpan karbon dapat berubah fungsi menjadi kawasan sumber karbon dan gas rumah kaca lainnya, gas rumah kaca yang diemisikan lahan gambut adalah CO2, CH4 dan N2O, diantara ketiga gas

tersebut CO2 merupakan gas rumah kaca terpenting karena jumlahnya yang rerelatif besar (Peace, 2007).

Perlindungan dan pemanfaatan lahan gambut telah menjadi perhatian adri pemerintah, melalui Keppres nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, pada pasal 10 disebutkan kriteria kawasan gambut yang dilindungi adalah tanah bergambut dengan kedalaman diatas 3 meter dan ditujukan bagi areal konservasi. Permentan nomor 14 tahun 2009 juga menyebutkan gambut dengan kedalaman dibawah 3 meter dapat digunakan untuk areal budidaya pertanian. Kriteria ini diharapkan dapat menjadi pedoman pengelolaan kawasan gambut dan dengan tetap mempertimbangkan kemampuan penyimpanan karbon dan fungsi lainnya agar tetap

tercapai manfaat tidak hanya manfaat ekonomi tetapi juga manfaat ekologi dan sosial.

Simpanan karbon yang besar pada lahan gambut dan manfaat berupa pengelolaan kawasan yang dilakukan serta kriteria besarnya emisi yang dapat dihasilkan, sehingga perlu dilakukan penelitian pendugaan simpanan karbon di lahan gambut tersebut, sehingga dapat dilakukan upaya pengelolaan dan perencanaan kawasan yang lestari dan dapat dioptimalisasikan manfaat sumber daya lahan gambut tersebut.

METODE PENELITIAN

Potensi simpanan karbon bawah tegakan dapat diperoleh dari beberapa data penyusun simpanan karbon gambut, diantaranya data luas lahan gambut, data bobot isi (bulk density), data ketebalan gambut dan data kandungan karbon organik di kawasan gambut Kabupaten Humbang Hasundutan. Sehingga akan didapatkan simpanan karbon dengan rumus :

Simpanan Karbon (KC) = A x B x C x D

Dimana:

KC = Simpanan Karbon dalam ton A = Luas kawasan gambut (hektar) B = Bobot isi (Bulk Density) dalam ton/m3

C = Kadar Karbon (%)

D = Ketebalan gambut (meter) (Wetlands International Program, 2003)

Pengukuran luas kawasan gambut dilakukan dengan overlay data peta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011 dengan data peta tutupan lahan di kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011, kemudian dipilih tutupan lahan gambut sebagai dat luas areal yang digunakan. Analisis global informasi sistem (GIS) dan penginderaan jarak jauh (PJJ) dipakai untuk menganalisis peta kawasan gambut dengan menggunakan citra landzat ETM+ tahun 2012 untuk melihat tutupan lahan di setiap kawasan gambut tersebut.

Analisis bobot isi (bulk density) dan pengukuran kandungan karbon dilakukan di labotorium. Analisis bobot isi (BD) dilakukan dengan metode ring core, dengan kondisi tanah dikeringkan dalam oven sampai mencapai berat yang stabil, suhu yang dipakai 700c selama 2 hari. Nilai bobot isi didapat dari berat konstan tanah dibagi volume ring core 118,7313 cm3. Pengukuran kandungan karbon dilakukan dengan metode Walkey and Black, berupa

(3)

% 𝐶 = 1 −s × 3,90t

Dimana:

t = Panjang titrasi sampel s = Nilai titrasi blanko (Sitorus et al., 1980)

Pengukuran ketebalan gambut dilakukan dengan metode pengukuran langsung dengan menggunakan bor tanah, kedalaman gambut dihitung berdasarkan kedalaman maksimal bor tanah gambut. Data –data yang telah diperoleh kemudian dipakai untuk menduga simpanan karbon yang terdapat di kawasan gambut Kabupaten

Humbang Hasundutan.

Tahapan metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Metode pengukuran simpanan karbon gambut bawah permukaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Luas Kawasan Gambut

Luas seluruh kawasan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu 6.289,08 ha, luas kawasan gambut di Kecamatan Dolok Sanggul seluas 2.813,2 ha, Kecamatan Pollung seluas 1.663,73 ha dan Kecamatan Lintong Ni Huta 1.812,15 ha. Jenis tutupan lahan di kawasan ghambut yang paling luas adalah sawah dengan 2.127,16 ha dan yang paling sedikit adalah areal pertambangan masyarakat dengan luas 152,63 ha. Pada Gambar 3 dapat dilihat peta tutupan lahan di kawasan gambut Kabupaten Humbang Hasundutan.

Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan Titik Lapangan

Kawasan gambut dan analisis tutupan lahan

Pengolahan Citra Citra Satelit

Data Kedalaman tanah x

Bulk Densityx Ketebalan Gambut

Karbon Tersimpan (ton/ha)

Karbon Tersimpan di kwasan Gambut Humbang

Hasundutan

(4)

Gambar 2. Grafik faktor pendukung.

Gambar 3. Peta Kawasan Gambut Kabupaten Humbang Hasundutan

2. Nilai Bobot Isi (bulk density)

Tabel 1. Nilai bobot isi (bulk density) gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan

No Kecamatan Tipe tutupan Lahan Bulk Density

(ton/m3)

1. Dolok Sanggul Hutan 0,24

2. Dolok Sanggul Sawah 0,19

3. Dolok Sanggul Semak 0,30

4. Pollung Pertanian Kopi 0,29

5. Pollung Sawah 0,20

6. Pollung Semak 0,22

7. Pollung Pohon 0,22

8. Lintong Ni Huta Non Vegetasi 0,12

9. Lintong Ni Huta Pertambangan 0,28

10. Lintong Ni Huta Semak 0,31

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Dolok Sanggul Pollung Lintong Ni Huta

semak

hutan

sawah

pertanian

non vegetasi

(5)

Nilai bobot isi (bulk density) gambut kabupaten Humbang Hasundutan berkisar antara 0,12- 0,309 ton/m3. Nilai

bobot isi di kawasan gambut ini cukup besar , hal ini sesuai dengan pernyataan Agus et al., 2011 yang menjelaskan tanah gambut memiliki nilai bobot isi antara 0,03-0,3 g/cm3 dan Widjaja (1996) juga menyebutkan bahwa nilai

bobot isi yang besar menunjukkan kadar air yang dimiliki termasuk rendah dan memiliki tekstur yang kuat dan mampu menahan subsiden yang tinggi.

Tabel 2. Nilai kadar karbon (% C) organik gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan

No Kecamatan Tipe tutupan

Lahan

9. Lintong Ni Huta Pertambangan 12,54

10. Lintong Ni Huta Semak 13,49

Nilai kadar karbon kawasan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan berkisar antara 6,13%-17,81%. Nilai kandungan kadar karbon terbesar terdapat di jenis tutupan lahan hutan di Kecamatan Dolok Sanggul dan

yang paling rendah di areal semak Kecamatan Pollung. Nilai kadar karbon yang besar di tegakan pohon dapat disebabkan karena di kawasan ini belum terganggu dan masih memiliki ikatan serta penyimpanan karbon yang masih baik. Nilai kadar karbon yang rendah di areal semak Kecamatan pollung dikarenakan areal ini sebagian besar telah dikeringkan dengan sistem parit yang akan menyebabkan terjadinya reaksi pelepasan karbon di kawasan gambut tersebut.

Berdasarkan kadar karbon tanah gambutnya, maka gambut di kawasan ini dapat diklasifikasikan menjadi tanah mineral bergambut, hal ini didukung oleh pernyataan Widjaja (1996) yang menyebutkan tanah gambut merupakan tanah yang mengandung minimal 12-18% C organik dengan ketebalan minimal 50 cm, dan secara taksonomi disebut juga tanah histosol.

3. Ketebalan Gambut

Nilai ketebalan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan berkisar antara 65 cm sampai 112,5 cm. Gambut yang paling dalam yaitu pada tutupan lahan semak di Kecamatan Pollung dan yang paling dangkal terletak di areal

persawahan di Kecamatan Dolok Sanggul.

Nilai ketebalan tanah gambut tersebut sudah termasuk kedalam tipe kawasan gambut. Agus dan Subiksa

(6)

Tabel 3. Ketebalan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan

No Kecamatan Tipe tutupan Lahan Ketebalan (m)

1. Dolok Sanggul Hutan 0,85

Data dugaan simpanan karbon di tiap kecamatan yaitu: Kecamatan Dolok Sanggul yaitu untuk tutupan lahan pohon (hutan) sebesar 47,73 ton karbon, untuk tutupan lahan sawah sebesar 24,06 ton karbon sedangkan untuk tutupan lahan semak sebesar 16,99 ton. Total simpanan karbon di Kecamatan Dolok Sanggul sebesar 88,79 ton, pada Gambar 4 dapat dilihat total kandungan karbon ditiap tutupan lahan di Kabupaten Humbang Hasundutan

Tabel 4. Simpanan karbon pada lahan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan

No Kecamatan Tipe tutupan Lahan Simpanan Karbon (ton)

(7)

Gambar 4. Simpanan karbon total

Data dugaan simpanan karbon untuk Kecamatan Lintong Ni Huta yaitu untuk tutupan lahan non vegetasi sebesar 14,90 ton karbon, untuk tutupan lahan gambut bekas tambang sebesar 5,49 ton karbon sedangkan untuk tutupan lahan semak sebesar 16,36 ton. Total simpanan karbon di kecamatan Lintong Ni Huta sebesar 36,74 ton.

Data dugaan simpanan karbon pada tiap kecamatan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Simpanan karbon di kecamatan

Data dugaan simpanan karbon untuk Kecamatan Pollung yaitu untuk tutupan lahan pertanian kopi sebesar 16,60 ton karbon, untuk tutupan lahan sawah sebesar 21,06 ton karbon sedangkan untuk tutupan lahan

semak sebesar 3,37 ton. Untuk tutupan lahan pohon di kawasan tersebut sebesar 3,90 ton. Total simpanan karbon di Kecamatan Pollung sebesar 44,93 ton.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Luas seluruh lahan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 6.289,08 ha. Total kandungan karbon di kawasan gambut Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 170,46 ton

Saran

Perlu dilakukan penghitungan kandungan karbon sebelum dan sesudah terjadinya perubahan lahan atau konversi lahan yang dilakukan pada kawasan gambut di Kabupetan Humbang Hasundutan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan I. G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai PenelitianTanah danWorld Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.

Agus, F dan Made, IF. 2011 Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan Lingkungan. Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Harjowigeno, S. H. 1996. Pengembangan Lahan Gambut Untuk Pertanian Suatu Peluang dan Tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap IPB, tanggal 22 Juni 1996. Hal 4-6

0 20 40 60 80 100

Pollung Dolok Sanggul Lintong Ni Huta

(8)

Istomo. 2006. Peningkatan Sumberdaya Bahan Tambang Gambut: Penelitian Eksploitasi Bahan Tambang Gambut Di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara: Kerjasama antara Dinas Pertambangan dan kehutanan Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara dengan Fakultas Kehutanan IPB

Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Yogyakarta: Kanisius.

Peace. 2007. Indonesia dan Perubahan Iklim: Status Terkini dan Kebijakannya. [www.peace.co.id].

Sitorus, S. R. P. O. Haridjaya dan K. R. Brata, 1980. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian- Institut Pertanian Bogor. Bogor

Soil Survei Staff. 2003. Key to Soil Taxonomy. 9th Edition. United States Department of Agriculture. Natural

Resources Conservation Service.

Wetlands International Program, 2003. Peta Luas Sebaran Lahan Gambut dan Kandungan Karbon Di Pulau Sumatera. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor

(9)

Gambar

Gambar 1. Metode pengukuran simpanan karbon gambut bawah permukaan
Tabel 1. Nilai bobot isi (bulk density) gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan
Tabel 2. Nilai kadar karbon (% C) organik gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan
Tabel 3. Ketebalan gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan
+2

Referensi

Dokumen terkait

TF menceritakan bahwa proses penentuan kepala madrasah di Kemenag Kabupaten Jombang menggu- nakan kriteria PDLT yaitu Prestasi Dedikasi (punya kemampuan dan keinginan

Hasil pengukuran untuk luar pulau Jawa menunjukkan pengaruh langsung ketersediaan terhadap akses negatif-nyata sebesar -13%, yang berarti ketersediaan pangan kabupaten di luar pulau

Hasil penelitian Evaluasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (Studi Pada Kampung Herbal Nginden Surabaya), yaitu: 1) Efektivitas, tujuan dari Kampung Herbal

Untuk menggambarkan inheritance atau pewarisan di dalam pemro- graman, pada saat Anda menggunakan kembali atau mengganti method dari class yang sudah ada, serta ketika

Dengan berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Probolinggo melakukan perubahan, penyesuaian dan mengusulkan untuk menetapkan Peraturan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa umbi gembili layak dijadikan beras analog karena memiliki kandungan karbohidrat yang hampir sama dengan karbohidrat pada beras yang berasal

Saya sahkan bahawa Panel Pemeriksa yang telah bermesyuarat pada 28 Jun 2016 untuk mengendalikan peperiksaan akhir Najahudin Lateh bagi tesis Doktor Falsafahnya yang

a. Partisipasi Anggota dalam Kehadiran Rapat Anggota Koperasi Tingkat partisipasi anggota koperasi terhadap rapat anggota Koperasi Tani Bahagia memperoleh rata-rata skor