• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN KETAHANAN TANAMAN PANILI TERHADAP PENYAKIT LAYU MELALUI KULTUR IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBAIKAN KETAHANAN TANAMAN PANILI TERHADAP PENYAKIT LAYU MELALUI KULTUR IN VITRO"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

P

anili (Vanilla planifolia A.) meru-pakan salah satu tanaman industri yang banyak memberikan sumbangan pendapatan bagi petani maupun sumber devisa. Produk tanaman panili umumnya digunakan sebagai penambah aroma ber-bagai jenis makanan dan minuman.

Pengembangan tanaman panili di Indonesia menghadapi kendala sulitnya mendapatkan bibit yang tahan terhadap penyakit serta bermutu tinggi, yaitu ukuran buah besar dan kadar vanilinnya tinggi (Sukmadjaja et al. 1995). Salah satu penyakit penting pada panili adalah

penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Penyakit tersebut dapat menggagalkan panen sampai 85% (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 1994).

F. oxysporum menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tomat, kentang,

PERBAIKAN KETAHANAN TANAMAN PANILI

TERHADAP PENYAKIT LAYU MELALUI

KULTUR

IN VITRO

Endang G. Lestari, D. Sukmadjaja, dan I. Mariska

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No. 3A, Bogor 16111

ABSTRAK

Panili (Vanilla planifolia A.) merupakan salah satu tanaman industri penting sebagai sumber pendapatan petani dan devisa negara. Produk dari tanaman panili digunakan sebagai penambah aroma pada industri makanan dan minuman. Masalah utama dalam pengembangan tanaman panili adalah belum tersedianya varietas tahan penyakit busuk pangkal batang atau layu fusarium yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum, padahal serangan penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan hingga 85%. Dalam upaya mendapatkan tanaman panili yang tahan terhadap penyakit layu fusarium, telah dilakukan seleksi in vitro, induksi keragaman somaklonal, dan penyelamatan embrio hasil persilangan antara panili budi daya dan kerabat liarnya. Regenerasi dari biji dan kecambah struktur globular serta torpil yang diberi perlakuan radiasi mampu menghasilkan somaklon yang beragam penampilan morfologinya. Inokulasi menggunakan konidia F. oxysporum strain F117-109-GV-02011 dan penanaman di lahan endemis Sukamulya, Sukabumi menghasilkan 23 galur somaklon yang tahan. Seleksi in vitro menggunakan media MS + komponen seleksi asam fusarat 15−75 mg/l kemudian diulang menggunakan 75 mg/l, menghasilkan biakan yang tetap hidup. Biakan tersebut selanjutnya diseleksi silang menggunakan media MS + filtrat 50%. Dari perlakuan tersebut juga diperoleh somaklon yang tahan. Demikian pula persilangan antara V. planifolia dan V. albida menghasilkan tanaman yang tahan, dan dapat tumbuh baik setelah ditanam di lahan endemis.

Kata kunci: Panili, keragaman somaklonal, seleksi in vitro, penyelamatan embrio

ABSTRACT

Improvement of vanilla from wilt disease through in vitro culture

Vanilla (Vanilla planifolia A.) is one of the important industrial plants as a source of farmers' income and state earnings. Product of the plant is commonly used as a flavor in food and beverage industry. However, there is no variety of this plant which is resistant to stem base and wilt disease caused by Fusarium oxysporum. The disease causes 85% plant damage so it becomes the main problem in vanilla development. In vitro selection, induction of somaclonal variation, and embryo rescue of crossed product between cultivated and wild species can be applied to obtain vanilla variety resistant to the disease. Application of radiation treatments to the seed regenerant, globular and torpil structure have produced several somaclones which had morphological variation. Inoculation using F. oxysporum conidia strain F117-109-GV-02011 and then planting in disease endemic field of Sukamulya, Sukabumi produced 23 resistant somaclones. In vitro selection in MS medium enriched with fusaric acid 15−75 mg/1 and then repeated with 75 mg/l obtained resistant clones. Cross selection by using MS medium enriched with 50% filtrate also produced resistant somaclones. The same results were observed in crossing V. planifolia andV. albida which resulted resistant plants in endemic field.

(2)

dan tanaman hias seperti lili, tulip, krisan, gladiol, dan anyelir (Nelson et al. 1981).

F. oxysporum menyerang tanaman melalui ujung akar lateral atau ujung akar utama, kemudian bergerak secara interseluler atau intraseluler dalam jaringan parenkim.

Teknik kultur jaringan telah dapat diaplikasikan pada panili untuk menda-patkan tanaman yang tahan terhadap penyakit. Teknik yang dapat dikembang-kan antara lain adalah melalui induksi keragaman somaklonal, seleksi in vitro,

dan penyelamatan embrio hasil persi-langan antara panili liar dan panili budi daya.

Tanaman panili yang dikembangkan saat ini memiliki keragaman genetik yang sempit, terutama untuk ketahanan ter-hadap penyakit, karena tanaman tersebut selalu diperbanyak secara vegetatif (Tombe et al. 2002). Padahal, keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu modal untuk mendapatkan varietas unggul (Kumar 1995; Ahloowalia dan Maluszynski 2001).

Peningkatan keragaman genetik tanaman panili dapat dilakukan dengan memberikan mutagen baik fisik maupun kimia. Mutagen fisik yang digunakan pada umumnya bersifat sebagai radiasi pengion, seperti sinar x, sinar gamma, sinar beta, dan partikel akselerator (Ahloowalia 1997; IAEA 1977; Van Harten 1998). Melalui keragaman somaklonal, telah diperoleh beberapa tanaman yang tahan penyakit, antara lain tomat yang tahan terhadap Phytophthora infestans F. oxysporum,Streptomyces, PLRV, PVY, dan PVX (Wenzel et al. 1987), tanaman abaka (Damayanti 2002) dan pisang ambon (Mariska et al. 2005).

Selain melalui keragaman soma-klonal, dapat pula dikembangkan metode seleksi in vitro, yaitu dengan meng-kulturkan massa sel atau sel pada media yang mengandung metabolit dari patogen, yaitu toksin yang telah dimurnikan yang disebut asam fusarat. Selain itu dapat pula digunakan filtrat dari F. oxysporum.

Peluang aplikasi teknik tersebut untuk memperoleh varietas panili yang tahan terhadap penyakit sangat besar (Van den Bulk 1991).

Asam fusarat merupakan metabolit yang dihasilkan oleh jamur Fusarium hetesporumNee. Secara kimia asam fusarat disebut piridin karboktilat (5 butil asam pikolinat). Asam ini dapat menyebabkan klorosis pada daun muda, bersifat toksin yang berperan menghambat oksidasi

sitokinin, menghambat proses respirasi pada mitokondria, menurunkan ATP pada plasma membran serta mereduksi aktivitas polifenol oksidasi sehingga menghambat pertumbuhan dan regenerasi biakan (Sukmadjajaet al. 2003).

Kecuali asam fusarat, toksin dan ekstrak F. oxysporum dapat digunakan sebagai komponen seleksi berdasarkan kenyataan adanya hubungan antara toleransi terhadap toksin dan ketahanan terhadap penyakit (Kosmiatin et al.

2000).Penggunaan kedua macam kompo-nen seleksi tersebut telah dilakukan pada tomat (Toyoda et al. 1984), alfalfa, seledri, dan ubi jalar (Van den Bulk 1991; Varga dan Badea 1992). Hasilnya menunjukkan bahwa somaklon hasil regenerasi massa sel yang tahan terhadap toksin juga tahan terhadap penyakit, dan sifat tersebut diturunkan pada progeni maupun generan berikutnya.

Alternatif lain untuk mendapatkan tanaman yang tahan penyakit adalah melalui persilangan antarspesies, yaitu memanfaatkan sumber gen ketahanan penyakit dari kerabat liarnya antara lain

Vanilla albida. Permasalahan dalam persilangan konvensional antarspesies adalah adanya inkompatibilitas seksual dan sterilitas hibridanya (Louzada dan Grasser 1996). Kultur in vitro dapat dimanfaatkan untuk penyelamatan embrio hasil persilangan seperti yang telah dilakukan pada anggrek dan padi. Media tumbuh dalam kultur in vitro berfungsi sebagai endosperm (Ashmore 1997). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian telah melakukan penelitian untuk mendapatkan tanaman panili yang

tahan terhadap F. oxysporum melalui induksi keragaman somaklonal, seleksi in vitro, serta penyelamatan embrio hasil persilangan antara panili budi daya dan kerabat liarnya.

KERAGAMAN

SOMAKLONAL

Induksi mutasi menggunakan sinar gamma dilakukan pada eksplan kalus, biji serta kecambah fase globular dan torpil. Dosis radiasi untuk kalus sebesar 0; 0,1; 0,3; 0,4 dan 0,7 Gy, untuk biji 0, 10, 20, dan 30 Gy, serta untuk kecambah struktur globular dan torpil 0, 1, 3, dan 5 Gy. Eksplan yang diradiasi kemudian ditanam pada media regenerasi yaitu media dasar MS + BA 2,50 mg/l. Pertumbuhan biakan dari eksplan kecambah struktur globular yang telah diradiasi sangat lambat, terutama pada eksplan yang diradiasi dengan dosis 3 dan 5 Gy, sehingga tunas yang dihasilkan sangat rendah (Sukmadjaja et al. 1995). Plantlet hasil regenerasi dan biakan yang telah diradiasi kemudian diaklimatisasi di rumah kaca.

Pertumbuhan Tanaman di

Rumah Kaca dan Uji Resistensi

Tanaman hasil keragaman somaklonal yang ditanam di dalam pot di rumah kaca menunjukkan pertumbuhan yang bervari-asi, seperti panjang ruas, jumlah ruas, panjang daun, lebar daun, dan nisbah lebar terhadap panjang (Tabel 1). Pengujian ketahanan penyakit di rumah

Tabel 1. Pertumbuhan tanaman panili hasil radiasi pada umur 12 bulan di rumah kaca .

Asal Dosis Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata eksplan radiasi panjang ruas jumlah panjang daun lebar daun rasio

(Gy) (cm) daun (cm) (cm) L/B

Globular 1 3,54 16,67 5,39 1,94 0,363

Globular 3 3,33 1 2 6,60 2,13 0,335

Globular 5 3,12 11,25 5,84 1,50 0,269

Biji 1 0 2,45 18,29 6,15 2,09 0,345

Biji 2 0 3 11,86 6,65 2,42 0,365

Biji 3 0 3,35 11,50 4,44 1,90 0,332

Kontrol 3,12 1 4 7,60 2,66 0,351

(3)

kaca pada berbagai somaklon dengan menggunakan konidia F. oxysporum F-117-10 (VG1-02100B1) menghasilkan beberapa soma-klon yang tahan, yaitu tidak menun-jukkan gejala khas busuk fusarium. Gejala khas penyakit busuk fusarium umumnya mulai muncul pada minggu ke-1 sampai ke-3 setelah inokulasi, dimulai dengan membusuknya pangkal batang dan daun menjadi kekuningan (Sukmadjaja et al.1997).

Hasil tersebut membuktikan bahwa perlakuan radiasi mampu menghasilkan somaklon yang tahan terhadap penyakit layu fusarium. Hasil yang sama dilaporkan oleh Mariska et al. (2005) pada perlakuan radiasi terhadap 50 mata tunas dan kalus pisang ambon hijau dan ambon kuning sebesar 7,50 dan 10 Gy dilanjutkan dengan seleksi in vitro menggunakan asam fusarat 30 dan 40 mg/l terhadap 30 eksplan. Perlakuan tersebut menghasilkan biakan dengan tingkat regenerasi yang tinggi dan tahan terhadap komponen seleksi. Demikian pula hasil penelitian Husniet al. (1999) pada tanaman lada.

Pertumbuhan Somaklon Hasil

Seleksi di Lahan Endemis

Tanaman yang tahan penyakit dari hasil uji resistensi menunjukkan pertumbuhan yang baik di lahan endemis Sukamulya, Sukabumi. Tanaman yang tetap hidup sampai 3 tahun menunjukkan tingkat ketahanan yang tinggi setelah diuji kem-bali menggunakan konidia F. oxysporum

(Lestariet al. 2001).

Di lahan endemis tersebut, tanaman kontrol yang tidak menunjukkan gejala terserang penyakit sekitar 40%, sedang-kan tanaman hasil keragaman somaklonal berkisar 0−100%. Somaklon yang tidak terserang penyakit tersebut berasal dari eksplan biji yang diradiasi dengan dosis 1 Gy dan eksplan kecambah pada struktur torpil yang diradiasi dengan dosis 0,30 Gy (Tabel 2).

SELEKSI

IN VITRO

Seleksiin vitro pada eksplan kecambah struktur globular ukuran 1 cm dengan menggunakan asam fusarat 0, 15, 20, 40, 60, dan 75 mg/l menghasilkan biakan yang tahan. Demikian pula setelah dilakukan seleksi kembali dengan asam fusarat

konsentrasi lebih tinggi yaitu 75 mg/l. Eksplan yang semula diseleksi meng-gunakan asam fusarat kemudian diseleksi silang menggunakan filtrat F. oxysporum

menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat dan regenerasinya memerlukan waktu yang sangat lama yakni sekitar 18 bulan (Kosmiatin et al. 2000). Hal ini karena asam fusarat merupakan kompo-nen organik yang bersifat toksik sehing-ga dapat merusak sel.

Seleksi secara bertingkat dengan menggunakan asam fusarat konsentrasi 15 mg/1 dilanjutkan dengan 75 mg/l menghasilkan biakan hidup yang cukup tinggi (80%) pada media seleksi filtrat F. oxysporum. Demikian pula pada seleksi awal menggunakan asam fusarat 45 mg/1 dilanjutkan dengan konsentrasi 75 mg/1 menghasilkan biakan hidup lebih tinggi yaitu 95,80%. Namun pada seleksi awal menggunakan asam fusarat 60 mg/1, biakan yang hidup menurun menjadi

91,70% (Tabel 3). Sebaliknya pada seleksi tahap pertama menggunakan asam fusarat konsentrasi tinggi yaitu 75 mg/l dan tahap kedua dengan konsentrasi yang sama, biakan yang hidup pada media seleksi silang menggunakan filtrat F. oxysporum

sangat sedikit serta pertumbuhan tunas-nya sangat lambat. Hal ini karena konsen-trasi asam fusarat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.

Pada perlakuan tahap pertama tanpa pemberian komponen seleksi dan seleksi tahap kedua menggunakan asam fusarat 75 mg/l, eksplan yang diseleksi tidak ada yang tumbuh pada media yang mengan-dung filtrat. Hal ini menunjukkan bahwa asam fusarat konsentrasi tinggi (75 mg/1) menyebabkan kerusakan pada jaringan sehingga biakan mati. Dengan demikian seleksi perlu dilakukan secara bertahap untuk meningkatkan kemampuan biakan beradaptasi pada media seleksi. Persen-tase biakan hidup yang tinggi pada media seleksi menggunakan filtrat menunjukkan bahwa biakan tersebut tahan pada media seleksi menggunakan asam fusarat (Mariskaet al. 2000).

Hasil seleksi silang menggunakan filtratF. oxysporum menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi asam fusarat yang digunakan pada seleksi awal, makin tinggi persentase biakan yang hidup. Pada seleksi awal menggunakan asam fusarat 15 mg/l, biakan yang hidup sebesar 80% dan pada media seleksi asam fusarat yang lebih tinggi yakni 45 mg/l, biakan yang hidup meningkat menjadi 95,80% (Kosmiatin et al. 2000). Pengujian menggunakan konidia F. oxysporum di rumah kaca pada berbagai galur

menun-Tabel 2. Tingkat serangan penyakit layu pada tanaman panili hasil radiasi pada bulan ke-4 setelah tanam.

Asal Dosis radiasi Tanaman tidak eksplan (Gy) terserang (%)

Biji 1 100

Sumber: Lestari et al. (2001).

Tabel 3. Pertumbuhan tunas panili pada media seleksi silang filtrat Fusarium oxysporum setelah diseleksi menggunakan asam fusarat.

Seleksi asam fusarat (mg/1) Seleksi silang Biakan hidup

Tahap ke-1 Tahap ke-2 filtrat F. oxysporum (%) (%)

0 0 − 16,60

− Tidak ada yang beregenerasi sejak seleksi awal, * Tunas lambat beregenerasi sehingga jumlahnya tidak memadai untuk diseleksi.

(4)

jukkan bahwa tanaman kontrol (tidak melalui tahap seleksi) tidak ada yang menunjukkan gejala tahan terhadap penyakit (Mariska et al. 1999).

Tanaman hasil seleksi menggunakan konidia F. oxysporum menunjukkan tingkat ketahanan yang tinggi pula setelah ditanam di lahan endemis (Tabel 4). Satu bulan setelah penanaman di lahan endemis, sebagian besar tanaman bukan hasil seleksi (tanaman kontrol) mati; dari pertanaman yang ada hanya 9% yang tidak terserang. Pada tanaman hasil selek-si, persentase hidup mencapai 93,11− 94,37% (Mariska et al. 1999). Korelasi antara ketahanan dalam kultur in vitro

dengan ketahanan di lapang juga didapat-kan pada tanaman pisang (Lestari et al.,

2006) dan abaka (Damayanti 2002). Penelitian Wang dan Miller (1988) dengan metode yang sama mampu meningkatkan ketahanan tanaman 10−100 kali diban-dingkan tanaman induknya.

PENYELAMATAN EMBRIO

HASIL PERSILANGAN

PANILI BUDI DAYA DAN

KERABAT LIARNYA

Embrio hasil persilangan antara panili budi daya dan panili liar yang dilakukan di Sukabumi, Ciamis, dan Garut berhasil diregenerasikan pada media 1/2 MS + BA 1 mg/l (Mariska et al. 1997). Pada media tersebut, tingkat perkecambahan men-capai 100% untuk eksplan biji hibrida umur 12 minggu setelah polinasi. Makin tua umur biji (lebih dari 16 minggu) makin kecil keberhasilan perkecambahan. Eksplan biji hibrida umur 8 minggu hanya mampu membentuk kalus. Keberhasilan pemben-tukan kecambah menunjukkan bahwa kultur in vitro sangat efektif untuk menyelamatkan embrio panili hasil persi-langan antarspesies.

Pengujian ketahanan penyakit menggunakan suspensi konidia F. oxy-sporum. sp. vanillaeF117-101VOC0201B1 dengan kerapatan 104/ml pada tanaman

hasil persilangan menghasilkan galur-galur yang tahan penyakit (Tabel 5) (Mariskaet al. 1999). Pengujian ketahanan di rumah kaca pada dua populasi tanaman hasil persilangan, yaitu M1 dan M3, memperoleh tanaman yang tidak ter-serang masing-masing 40% dan 57,10%. Tanaman tersebut setelah ditanam di lahan endemis Sukamulya dapat tumbuh baik dengan tanaman yang hidup mencapai 82,35%. Tanaman hasil persi-langan antara panili budi daya dan panili budi daya tidak ada yang hidup di lahan endemis. Hal ini menunjukkan bahwa sifat ketahanan yang ada pada panili liar dapat dipindahkan ke panili budi daya. Kele-mahan metode tersebut antara lain adalah

memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang luas mengenai teknik kultur jaringan serta metode yang efektif.

KESIMPULAN

Serangan penyakit layu fusarium pada tanaman panili sangat merugikan karena dapat menurunkan produksi hingga 85%. Penggunaan teknik bioteknologi seperti induksi mutasi menggunakan sinar gamma dikombinasikan dengan kultur in vitro, seleksi in vitro menggunakan media seleksi asam fusarat dan filtrat, dan persilangan antara panili budi daya dan panili liar dapat menghasilkan tanaman yang tahan penyakit layu berdasarkan uji resistensi menggunakan konidia F. oxysporum dan penanaman di lahan endemis. Penggunaan tanaman yang tahan secara ekonomi akan menguntung-kan karena dapat menemenguntung-kan tingkat serangan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Ahloowalia, B.S. 1997. Improvement of horti-cultural plants through in vitro culture and induced mutations. InA. Altman and M. Ziv (Eds.).In vitro Culture and Breeding. Acta Hort. p. 545−549.

Ahloowalia, B.S and M. Maluszynski. 2001. Induced mutations - a new paradigm in plant breeding. Euphytica 118: 167−173.

Ashmore, B.E. 1997. Status report on the development and application of in vitro technique for the conservation use of plant genetic resources. International Plant Genetic Resources Institute, Rome. 67 pp.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1994. Strategi dan program pengembangan panili di Indonesia. Prosiding Temu Tugas Pemantapan Budidaya dan Pengelolaan Panili di Lampung. Kerja Sama Balittro dan Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. hlm. 15−21.

Damayanti, F. 2002. Seleksi in vitro untuk ketahanan terhadap penyakit layu fusarium pada tanaman abaka (Musa textilis Nee.). Tesis Program Pascasarjana Institut Perta-nian Bogor. 47 hlm.

Husni, A., I. Mariska, D. Manohara, K. Mulya, R. Purnamaningsih, S. Rahayu, dan E.G.

Lestari. 1999. Seleksi in vitro untuk mening-katkan sifat ketahanan lada terhadap penya-kit busuk pangkal batang. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.

IAEA. 1977. Manual on mutation. Viability and population structure. Acta Agric. cand. IV. p. 601−632.

Kosmiatin, M., 1. Mariska, A. Husni, Y. Rusyadi, Hobir, dan M. Tombe. 2000. Seleksi silang ketahanan tunas in vitro panili terhadap asam fusarat dan ekstrak Fusarium oxysporum. Jurnal Bioteknologi Pertanian 5(2): 77−83.

Tabel 4. Persentase hidup bibit panili hasil seleksi menggunakan F. oysporumdi rumah kaca dan di lahan endemis.

Tempat pengujian Tanaman hidup dan uji resistensi (%)

Rumah kaca

Sumber: Mariska et al. (1999).

Tabel 5. Pengujian ketahanan penya-kit pada tanaman panili ha-sil perha-silangan di rumah kaca dan di lahan endemis.

Tempat pengujian Tanaman hidup dan asal bibit (%)

Rumah kaca

(5)

Kumar, A. 1995. Somaclonal variation. Cell and Molecular Genetics Dept., Scottsh Crop Research Institute, Invergowrie, Dunde, UK. p. 197−212.

Lestari, E.G., D. Sukmadjaja, I. Mariska, Hobir, M. Tombe, M. Kosmiatin, Y. Rusyadi, dan S. Rahayu. 2001. Perbanyakan in vitro dan pengujian lanjutan pada nomor-nomor harapan panili dan lada yang tahan penyakit. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. hlm. 101−118.

Lestari, E.G., I. Mariska, I. Roostika, dan M. Kosmiatin. 2006. Induksi mutasi dan seleksi in vitro menggunakan asam fusarat untuk ketahanan penyakit layu pada pisang ambon hijau. Berita Biologi 8(1): 27−35.

Louzada, E.S. and J.W. Grasser. 1996. Somatic hibridization of citrus with sexuality incompatible wild relatives. Florida Agric. Exp. Sta. J. hlm. 427−437.

Mariska, I., Hobir, A. Husni, M. Kosmiatin, dan Y. Rusyadi. 1997. Kultur in vitro biji hasil persilangan panili budidaya dengan panili liar. Prosiding Simposium Nasional dan Kongres III PERIPI, Universitas Padjadjaran.

Mariska, I., Hobir, M. Tombe, A. Husni, M. Kosmiatin, dan I. Roostika. 1999. Regenerasi kalus panili yang tahan fusaric acid dan pengujian bibit hasil seleksi in vitro. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Biotek-nologi Tanaman Pangan, Bogor.

Mariska, I., A. Husni, E. Gati, M. Kosmiatin, D. Sukmadjaya, Y. Rosyadi, M. Tombe, dan Hobir. 2000. Seleksi in vitro untuk menda-patkan sifat ketahanan terhadap Fusarium

oxysporum pada sp. vanilae pada tanaman panili. Balai Peneitian Bioteknologi Tanam-an PTanam-angTanam-an, Bogor. 22 hlm.

Mariska, I., E.G. Lestari, M. Kosmiatin, dan I. Roostika. 2005. Seleksi in vitro untuk mendapatkan tanaman pisang ambon yang tahan terhadap penyakit layu Fusarium. Laporan Rusnas Buah Tropika. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dan Institut Pertanian Bogor.

Nelson, P.E. 1981. Life cycle and epidemiology ofFusarium oxysporum.In M.E. Mace, A.A. Bell, and C.H. Beckman (Eds.). Fungae, Wilt Disease of Plants. Academic Press, New York.

Sukmadjaja, D., I. Mariska, A. Husni, E.G. Lestari, S. Fatimah, D. Surahman, dan Sutrisno. 1995. Variasi somaklonal pada tanaman panili. Laporan Teknis, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Sukmadjaja, D., I. Mariska, A. Husni, E.G. Lestari, S. Fatimah, S. Rahayu, dan M. Tombe. 1996. Peningkatan keragaman genetik melalui variasi somaklonal pada tanaman vanili. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Sukmadjaja, D., I. Mariska, Hobir, M. Tombe, E.G. Lestari, A. Husni, dan S. Rahayu. 1997. Variasi somaklonal panili dengan perlakuan radiasi dan kolkhisin. Laporan Hasil Pene-litian, Balai Penelitian Bioteknologi Ta-naman Pangan, Bogor.

Sukmadjaja, D., I. Mariska, E.G. Lestari, M. Tombe, dan M. Kosmiatin. 2003. Pengujian plantlet abaka hasil seleksi terhadap F.

oxysporum.Prosiding Seminar Hasil Peneli-tian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber-daya Genetik Pertanian, Bogor.

Tombe, M., H.P. Endang, dan D. Manohara. 2002. Status teknologi produksi panili. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 8 (1): 8−15.

Toyoda, H., N. Tanaka, and T. Hirai. 1984. Effect of the culture filtrate of Fusarium oxysporum f sp. lycorpesicon on tomato callus growth and the selection of resistant callus cells to the filtrate. Ann. Phytopathol. Soc. Japan 50: 53−62.

Van Harten, A.M. 1998. Mutation Breeding. Theory and Practical Applications. Cam-bridge University Press. 353 pp.

Van den Bulk, R.W. 1991. Application of cell and tissue culture and in vitroselection for disease resistance breeding - a review. Euphytica 56: 269−285.

Varga, P. and E.M. Bedea. 1992. In vitro plant regeneration methods in alfalfa breeding. Euphytica 59: 119−123.

Wang, Y.Z and J.D. Miller. 1988. Effect of Fusarium graminearum metabolits on wheat tissues in relation to fusarium heal blight resistances. J. Phytopathol.112: 118−125.

Gambar

Tabel 1.Pertumbuhan tanaman panili hasil radiasi pada umur 12 bulan dirumah kaca.
Tabel 3.Pertumbuhan tunas panili pada media seleksi silang filtrat Fusariumoxysporum setelah diseleksi menggunakan asam fusarat.
Tabel 5.Pengujian ketahanan penya-kit pada tanaman panili ha-sil persilangan di rumah kacadan di lahan endemis.

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan bangunan gedung tersebut direncanakan dengan menggunakan material beton bertulang sesuai dengan SNI-2847-2013 yaitu Persyaratan Beton Struktural Untuk

pelanggan untuk bertanya kembali. Pengetahuan dan kehandalan karyawan pada Restoran A&W sangat penting dengan menunjang program layana prima terutama menguasai

Perbedaan utama yang menyebabkan rata-rata hasil belajar siswa kelas dengan pembelajaran talking stick lebih tinggi dari pada kelas dengan teknik pembelajaran make

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya lah poenyusunan laporan skripsi dengan judul “Rancang Bangun Sistem Rekomendasi Menggunakan Metode MultiMOORA

Berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh serangga (1) racun perut, yaitu insektisida yang bekerja melalui sistem pencernaan (stomach poison), dan merupakan

Siti Sadiah

Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat Data yang terkumpul akan dianalisis dengan