• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Lingkungan terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Lingkungan terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains Siswa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Lingkungan

terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains Siswa

Suciati,1 Pinkan. A2; Iva, Y. 3 ;Yusroh 4 Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, UNS suciati@yahoo.com

Abstrak

Keterampilan proses sains (KPS) merupakan modal penting dalam kegiatan pembelajaran biologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penerapan model pembelajaran biologi berbasis masalah lingkungan terhadap hasil belajar ditinjau dari KPS siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang melibatkan 96 siswa SMA Kelas X IPA di 3 sekolah yang berbeda. Data KPS dan hasil belajar siswa dijaring melalui teknik tes dan data pendukung menggunakan teknik non-test melalui: wawancara, observasi, dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitataif yang disajikan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran biologi berbasis masalah lingkungan ditinjau dari KPS siswa.

Kata kunci: KPS, hasil belajar, model pembelajaran berbasis masalah lingkungan

I. PENDAHULUAN

(2)

maka dalam menerapkan pembelajaran biologi khususnya pada materi berbasis masalah - masalah lingkungan, guru perlu memperhatikan kemampuan KPS sebagai faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Carin & Sund (1993) menyatakan bahwa sains (biologi) pada hakikatnya mengandung 4 unsur yaitu: proses (scientific processes), produk (scientific knowledge), sikap (scientific attitudes), dan teknologi (technology). Proses dalam sains mengandung arti cara atau aktivitas ilmiah untuk mendeskripsikan fenomena alam hingga diperoleh produk sains berupa fakta, prinsip, hukum, atau teori. Di dalam Science a Process Aproach/SAPA (dalam Nuryani 2005) dinyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada proses sains melibatkan keterampilan intelektual, manual, dan sosial adalah science process skills (KPS). KPS meliputi serangkaian kegiatan manual (hands on) sepertinya: mengamati (observation), klasifikasi (classification), mengukur, menghitung (measurement), meramalkan (prediction), mengkomunikasikan (communication), bertanya (question), menyimpulkan (inferention), mengontrol variabel, merumuskan masalah (problem formulation), membuat hipotesis (hypothesis), merancang penyelidikan (design experiment), melakukan penyelidikan/percobaan (experiment) (Rustaman, 2005; Nur, 2011). Beberapa ahli membedakan kegiatan KPS menjadi kegiatan KPS yang sederhana yang merupakan kegiatan dasar dalam penyelidikan dikenal dengan KPS dasar (basicscience process skills) seperti: mengamati, mengukur, menghitung, mengklasifikasi, memprediksi. Sementara jenis kegiatan KPS yang merupakan kegiatan lanjutan digolongkan dalam KPS terintegrasi (integrated science process skills) seperti: mengontrol variabel, merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, eksperimen, menarik kesimpulan, mengaplikasikan konsep pada situasi yang berbeda. Sikap sains yaitu sikap, keyakinan, nilai-nilai, pendapat/gagasan dan obyektivitas yang akan muncul setelah melakukan proses sains yang dikenal dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah juga dimaknai sebagai sikap yang sebagaimana para ilmuwan sains bekerja seperti: jujur, teliti, obyektif, sabar, tidak mudah menyerah (ulet), menghargai orang lain, dll. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. KPS merupakan salah satu keterampilan siswa sebagai faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar (Aktamis, H. & Ergin, M. 2008). Di dalam membelajarkan biologi, idealnya guru perlu mempertimbangkan kemampuan KPS siswa.

(3)

model pembelajaran berbasis pemecahan masalah dengan sintaks membaca dan berpikir, eksplorasi dan perencanaan, strategi seleksi, menemukan jawaban, refleksi dan perluasan (Krulik & Rudnick, 1996). Melalui model RPS siswa didorong untuk berpikir menggunakan penalarannya untuk pemecahan masalah lingkungan pada materi pencemaran lingkungan.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penerapan model pembelajaran biologi berbasis masalah lingkungan terhadap hasil belajar ditinjau dari keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang melibatkan 96 siswa SMA kelas XIPA di 3 sekolah yang berbeda (SMAN 2 Karanganyar, SMAN 2 Banyudono, SMAN 1 Karanganom). Data keterampilan proses sains diukur menggunakan teknik tes yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya yang meliputi 11 aspek: observasi, interpretasi, klasifikasi, prediksi, merumuskan masalah, hipotesis, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat, mengkomunikasikan hasil percobaan, menerapkan konsep. Data pendukung selama proses pembelajaran menggunakan teknik non-tes melalui: lembar observasi, angket, dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Analisis data dilakukan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil uji eksperimen menggunakan rancangan one group pretest-postest design.

III. HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian tentang kemampuan awal KPS siswa berdasarkan kategorinya pada 3 sekolah penelitian disajikan pada Tabel 1.’

Tabel 1. Data Kemampuan Awal KPS Siswa Berdasarkan Kategori

No. Sekolah KPS Rendah KPS Tinggi Jumlah Rerata

Jml. Rerata Jml. Rerata Siswa Kelas

1. A 13 77,50 22 89,31 36 84,72

2. B 13 40,63 19 59,37 32 56,42

3. C 14 51,85 13 48,15 27 48,33

Jumlah Siswa 95

Keterangan:

A= SMAN 2 Karanganyar B= SMAN Karanganom C= SMAN Banyudono

Data hasil analisis test kemampuan awal siswa berdasarkan aspek KPS pada 3 sekolah penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kemampuan Awal Siswa Berdasarkan Aspek KPS

Sek. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Rerata

A 91,67 83,33 81,94 86,11 91,67 88,89 83,33 86,67 84,72 90,28 75,00 85,78

B 53,13 39,06 53,13 25,00 37,50 37,50 31,25 64,84 70,83 73,44 84,38 51,82

(4)

Keterangan:

1= Mengamati 5= Merumuskan masalah 9 = Menggunakan alat & bahan 2= Menginterpretasi 6= Membuat hipothesis 10 = Mengkomunikasikan 3= Mengelompokkan 7 = Mengajukan Pertanyaan 11 = Menerapkan konsep 4= Memprediksi 8 = Merencanakan percobaan

Data hasil belajar siswa aspek kognitif siswa pada 3 sekolah penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata Hasil Belajar Kognitif, Psikomotor, Afektif Siswa Pada Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Lingkungan

No. Sekolah Kognitif Psikomotor Afektif Rerata

1. A 87,00 84,00 85,00 85,33

2. B 86,41 81,30 83,69 83,80

3. C 86,93 89,48 84,39 86,93

Data perbandingan penerapan model pembelajaran berbasis masalah lingkungan terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan KPS siswa disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4: Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Kemampuan KPS Siswa

No. Sekolah Model

Pembelajaran

Rerata KPS

Rerata Hasil Belajar

Relevansi KPS-Hasil Belajar

1. A PBL 85,78 85,33 Kurang

signifikan

2. B RPS 51,82 83,80 Cukup

Signifikan

3. C BBL 48,18 86,93 Sangat

signifikan

Keterangan:

PBL= Model Problem Based Learning pada materi berbasis masalah lingkungan RPS= Model Reasoning and Problem Solving pada materi berbasis masalah lingkungan BBL= Model Brain Based Learning pada materi berbasis masalah lingkungan

(5)

faktor internal siswa kemampuan KPS tidak bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi capaian hasil belajar siswa.

Jika kemampuan KPS siswa kurang signifikan terhadap hasil belajar, maka diprediksi kuat berkaitan dengan keunggulan karakteristik model yang diterapkan. Meskipun model yang diterapkan di ketiga sekolah penelitian merupakan model pembelajaran biologi berbasis pemecahan masalah khususnya pada materi pencemaran lingkungan, tetapi masing-masing model memiliki karakteristik yang spesifik. Keunggulan model BBL yang diterapkan di sekolah C terletak pada sintaks modelnya yang meliputi: pra-pemaparan, persiapan, inisiasi dan inkubasi, elaborasi, inkubasi dan pemasukan memori, verifikasi dan pengecekan keyakinan, perayaan dan integrasi (Jensen, 2008). Melalui sintaks tersebut memungkinkan pengaktifan kerja otak untuk belajar bermakna melalui pengkaitan antara pengetahuan lama (awal) dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Hal ini relevan dengan teori belajar bermakna Ausubel (Dahar, 2011) bahwa proses belajar bermakna terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru. Keampuhan model BBL juga didukung oleh berbagai hasil penelitian yang menyatakan bahwa penerapan model BBL dapat: meningkatkan prestasi akademik siswa (Ozden dan Gultekin, 2008); dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Adyastuti, 2012); dapat meningkatkan kemampuan adaptif siswa (Ulfa, 2012); dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa (Suryani, dkk., 2011); dapat meningkatkan motivasi dan sikap ilmiah siswa (Akyurek, E. & Afacan, O., 2013). Dengan demikian tingginya capaian hasil belajar siswa di sekolah C berkaitan erat dengan kekuatan karakteristik model BBL.

(6)

IV. DAFTAR PUSTAKA

Adyastuti,N., Rochmad., & Masrukan. 2012. Perangkat Pembelajaran Model BBL Materi Barisan dan Deret Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. UNNES Journal of Mathematics Education Research, Vol. l, No. 2, (hal: 87-93).

Aktamis, H. & Ergin, M. 2008. The Effect of Scientifif Process Skills Education on Students Scientific Creativity, Science Attitudes and Academic Achievements. Asia-Pacific Forum on Sciences Learning and Teaching, Vol 9, No. 1, (hal: 1-21).

Akyurek, E. & Afacan, O., 2013. Effects of Brain-Based Learning Approach on Students’ Motivation and Attitudes Levels in Science Class. Mevlana International Journal of Education (MIJE). Vol. 3, No. 1, (hal: 104-119).

Arends, Richard. 1997. Learning to Teach. Mac. Graw: Hill Company.

Carin, A.A & Sund, R.B. 1993. Teaching Science Through Discovery. Columbus: Merrill Publishing Company.

Dwi, Putra.L. 2010. Penerapan Model PBL Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar. FKIP UM. (Skripsi: Tidak diterbitkan).

Dahar, R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Erick de Graff & Kolmos, A. 2003. Characteristics of Problem-Baesd Learning. International Journal Engineering Education, Vol. 19, No. 5 (hal: 45-48).

Ergul,E, Simsekli, Y., Calis,S., Ozdilek, Z, Gocmencelebi,S., Sanli,M. 2011. The Effects of

Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian International Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Vol. 5, No. 1 (hal: 48-52).

Ghallager,S.A & GGhallager, J. 2013. Using Problem-Based Learning to Explor Unseen Academic Potential. Interdiciplinary Journal of Problem-Based Learning, Vol. 7, No. 1 (hal: 112-131).

Jensen, E. 2008. Brain-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Otak: Cara Baru Dalam Pengajaran dan Pelatihan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: Kemendikbud.

Kurlik, S. & Rudnick, J.A. 1996. The New Source Book for Teaching Reasoning and Problem Solving in Junior and Senior High School. USA:: Allyn && Bacon.

Nur, M. 2011. Modul Keterampilan Proses Sains. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Pascasarjana UNESA.

Ozden, M dan Gultekin, M. 2008. The Effect of BBL on Academic achievement and Retention of Knowledge in Science Course: Electronic Journal of Science Education, Vol 12, No. 1, (hal: 1-17).

Purwanta, I.K., dkk.2014. Penerapan Model Pembelajaran RPS Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Mimbar PGSD, Vol.2, No. 1

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Sudarman. 2007. PBL Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol.2, No. 2 (Hal: 69-73).

Suryani, I.E., Kusairi, S., Hidayat, A. 2013. Pengaruh BBL Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa SMAN 3 Madiun. Tesis UM (tidak diterbitkan).

Referensi

Dokumen terkait

Harvaan asutulla maaseudulla puolestaan yli 70 prosenttia vastaajista uskoo paikkakuntansa väestön vähenevän; alueen vastaajat ovat edelliseen kyselyyn nähden asiassa

Posisi duduk yang benar adalah selalu tegak. Posisi tangan dalam bermain piano dengan menekuk sedikit jari-jari, seolah sedang memegang bola. Sedangkan kode penjarian kode angka

Foto Pengambilan Ikan dan Pengukuran Parameter Fisik Kimia Perairan.

[r]

(2) Basis Akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca dan pengakuan pendapatan dan beban dalam Laporan Operasional. 3) Periode Akuntansi

Dalam implementasi dan permodelan ini didukung dengan fasilitas web service sehingga dalam transaksi yang dilakukan oleh pelanggan rental, maka pada saat itu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa Perputaran Kas secara

Di dalam masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Sambas, berkembang kepercayaan masyarakat mengenai kemponan yaitu kepercayaan tentang adanya malapetaka (kejadian