• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman intimasi pada dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengalaman intimasi pada dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGALAMAN INTIMASI PADA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANGTUA Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh: Verena Utari 159114062. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah, dari awal sampai akhir.. (Pengkhotbah 3:11). iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN Teruntuk sahabatku, terima kasih telah percaya dan bersedia berbagi kisah hidupmu denganku. Semoga kebahagiaan akan selalu mengelilingimu. Teruntuk orangtua, mbak dian, mbak osa, mas toro dan adikku yang tercinta. Terima kasih untuk selalu ada untukku dan memberi semangat selama aku berproses.. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGALAMAN INTIMASI PADA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANGTUA Verena Utari. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman intimasi pada dewasa awal yang memiliki pengalaman perceraian orangtua. Penelitian ini melibatkan tiga orang dewasa awal yang memiliki pengalaman perceraian orangtua yang sedang menjalani relasi berpacaran, dengan menggunakan wawancara semi terstruktur dan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan analisis dengan fenomena yang digambarkan sebagai perbedaan untuk memahami pikiran dan perasaan informan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pengalaman perceraian orangtua memberikan dampak positif (nilai pembelajaran, terbebas dari perasaan tertekan) dan negatif (trauma masa lalu, perasaan kecewa, tidak dapat memaafkan) bagi individu. Dampak-dampak tersebut akan memengaruhi individu dalam membangun intimasi. Individu yang mengalami dampak positif cenderung membangun intimasi melalui komunikasi intens, saling mendengarkan satu sama lain, memunculkan empati, kepercayaan dan kejujuran kepada pasangan. Sedangkan individu yang mengalami dampak negatif, ketika membangun komunikasi intens, cenderung menutupi sesuatu dari pasangan. Memunculkan keraguan dan memicu pertengkaran. Setelah pertengkaran terjadi, individu memunculkan perasaan bersalah. Kemudian, individu melakukan introspeksi diri dan berusaha memperbaiki diri. Sejalan dengan hal tersebut, baik individu yang mengalami dampakpositif maupun negatif dapat memahami pasangan dengan lebih baik dan merasa bahagia saat bersama. Kata kunci: intimasi, perceraian orangtua, dewasa awal. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. THE EXPERIENCE OF INTIMACY IN EARLY ADULTS WHO HAVE PARENTS DIVORCE EXPERIENCE Verena Utari. ABSTRACT This study aims to find out the experience of intimacy in early adults who have parents divorce experience. This study involved three early adults who are dating and having parent divorce experience. This study was carried out by using semistructured interviews and descriptive methods. Descriptive method is an analysis with phenomena that are described as differences to understand the thoughts and feelings of the informant. In this study, it was found that apart from parental divorce experiences that provided positive (learning values, free from stress) and negative experiences (past trauma, feelings of disappointment, not able to forgive) for individuals, an early adult still has hope to be able to build intimacy with a partner. Individuals who experience positive experiences tend to build intimacy through intense communication, listening to each other, eliciting empathy, trust, honesty to their partners. However, individuals who experience negative experiences, develop intense communication and tend to cover things up and a partner, doubt appears and triggers a fight. However, the individual will feel guilty, do introspection and then improved. Both individuals who experience positive and negative experiences can understand their partners better and feel happy when together. Keywords: Intimacy, Parents divorce, Early adult. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Melalui pengalaman sahabat saya dengan kekasihnya dalam membangun sebuah hubungan intimasi dengan latar belakang memiliki pengalaman perceraian orangtua, membuat saya mengerti perjuangan menyembuhkan luka akibat perceraian orangtua dan membangun intimasi dengan pasangan. Dengan adanya hal tersebut, membuat peneliti ingin mengangkat kisah tersebut sebagai topik penelitian yang telah dilakukan. Pada saat menyelesaikan proses penulisan tugas akhir untuk memenuhi syarat kelulusan, banyak dari berbagai pihak yang telah mampu membantu dan terus untuk mendukung peneliti. Oleh karena itu, secara pribadi peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena melalui berkat-Nya saya dapat melewati proses mengerjakan tugas akhir dengan baik dan hingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan penelitian ini yang akan digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan. 2. Kepada para informan, saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya, karena para informan telah bersedia berbagi kisah dan pengalaman, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. 3. Kepada Bapak Dr. YB. Cahya Widiyanto, M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing.. Saya. sangat. berterima. kasih. kepada. Bapak. atas. kesabarannya dalam membimbing saya. Terimakasih karena melalui bapak, saya dapat belajar mengenai banyak hal. Terimakasih juga karena telah mengajarkan arti sebuah perjuangan. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Kepada orangtua, terima kasih bapak dan ibuk sudah bersabar dan menemani saya, serta tak kenal lelah untuk memberi semangat ketika dalam melewati kesulitan dalam hidup saya. 5. Kepada kakak dan adik yang sayang saya cintai mbak dian, mas toro, mbak osa dan adik saya nova. Terimakasih karena selalu mengingatkan saya untuk tetap dan terus mengerjakan skripsi. Terima kasih untuk selalu memberi semangat dalam mengerjakan skripsi 6. Kepada Emma, Maria, fani, Tia, Savrina, Dina, Siwi dan Feli. Terima kasih karena telah bersedia menjadi sahabat saya selama ini. Terima kasih atas kesabarannya dalam menghadapi saya dan selalu ada untuk saya. Terimakasih atas canda dan tawa yang telah kalian berikan. Semua ini sangat berati untuk saya. 7. Kepada semua pihak yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas dukungannya selama ini. Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan, keterbatasan dan kesalahan dalam menulis tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat berharga bagi peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga, penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Terimakasih dan salam cinta kasih.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii MOTTO ................................................................................................................. iv PERSEMBAHAN ................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A.. Latar Belakang ........................................................................................................ 1. B.. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................ 12. C.. Tujuan ................................................................................................................... 12. D.. Manfaat ................................................................................................................. 12. BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 14 Intimasi ................................................................................................................. 14. A. 1.. Pengertian Intimasi ............................................................................................ 14. 2.. Komponen Intimasi ........................................................................................... 16. 3.. Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Intimasi ............................................ 20 Dewasa Awal ........................................................................................................ 22. B.. C.. 1.. Pengertian Dewasa Awal ................................................................................... 22. 2.. Ciri-ciri Dewasa awal ........................................................................................ 23. 3.. Tugas Dewasa Awal .......................................................................................... 24 Intimasi pada Dewasa Awal yang Mengalami Perceraian Orangtua .................... 25. BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 29 xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. A.. Strategi Penelitian ................................................................................................. 29. B.. Refleksivitas Penelitian ......................................................................................... 30. C.. Fokus Penelitian .................................................................................................... 32. D.. Informan Penelitian ............................................................................................... 32. E.. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 32. F.. Metode Analisis Data ............................................................................................ 33. G.. Kredibilitas Penelitian .......................................................................................... 35. H.. Pedoman Wawancara ........................................................................................... 35. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 38 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian................................................................... 38. A. 1.. Persiapan dan Perizinan ..................................................................................... 38. 2.. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 39 Informan Penelitian ............................................................................................... 40. B. 1.. Data Diri Informan ............................................................................................ 40. 2.. Latar Belakang Informan ................................................................................... 41 Hasil Penelitian ..................................................................................................... 46. C. 1.. Perceraian orangtua ........................................................................................... 46. 2.. Dampak yang Dirasakan: Rasa Kecewa, Tidak Dapat Memaafkan, Trauma Masa Lalu dan Ekonomi Keluarga Memburuk ................................................. 47. 3.. Suasana Keluarga Pasca Perceraian .................................................................. 51. 4.. Awal Berkenalan dengan Pasangan ................................................................... 52. 5.. Komunikasi Intens ............................................................................................. 54. 6.. Mendengarkan Cerita Pasangan ........................................................................ 56. 7.. Empati Pada Pasangan ....................................................................................... 57. 8.. Percaya kepada Pasangan .................................................................................. 59. 9.. Keraguan Terhadap Pasangan ........................................................................... 60. 10. Kejujuran kepada Pasangan ............................................................................... 62 11. Ketidakmampuan Bercerita Jujur ...................................................................... 64 12. Bertengkar dengan Pasangan ............................................................................. 64 13. Introspeksi Diri dan Sikap Pasangan ................................................................. 67 14. Upaya Memperbaiki Diri ................................................................................... 69 15. Memahami Pasangan ......................................................................................... 71 16. Peka Terhadap Pasangan ................................................................................... 72. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Bahagia Saat Bersama ....................................................................................... 74 18. Harapan untuk Pasangan ................................................................................... 76 19. Harapan untuk Orangtua.................................................................................... 77 Pembahasan........................................................................................................... 79. D. 1.. Intimasi yang dibangun berdasarkan hal positif yang dimunculkan setelah perceraian orangtua ........................................................................................... 81. 2.. Intimasi yang dibangun berdasarkan hal negatif yang dimunculkan setelah perceraian orangtua ........................................................................................... 87. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 96 A.. Kesimpulan ........................................................................................................... 96. B.. Saran ..................................................................................................................... 97 1.. Kepada individu dengan pengalaman perceraian orangtua dan sedang menjalin hubungan berpacaran .......................................................................... 97. 2.. Kepada orangtua yang telah berpisah dan memiliki anak yang sedang menjalin hubungan berpacaran .......................................................................... 99. 3.. Kepada peneliti selanjutnya ............................................................................. 100. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101 LAMPIRAN ........................................................................................................ 105. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1. Pelaksanaan penelitian ………………………….…………………….39 Tabel 2. Data diri informan …………………………………………………….40. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Skema gambaran intimasi individu yang mengalami perceraian orangtua…….95. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar persetujuan informan I …………………………………108 Lampiran 2. Lembar persetujuan informan II ……………………………….. 109 Lampiran 3. Lembar persetujuan informan III ………………………………. 110 Lampiran 4. Lembar pernyataan kesesuaian hasil informan I ………………. 111 Lampiran 5. Lembar pernyataan kesesuaian hasil informan II ……………… 112 Lampiran 6. Lembar pernyataan kesesuaian hasil informan III ……………...113 Lampiran 7. Lembar transkrip informan I …………………………………....114 Lampiran 8. Lembar transkrip informan II ………………………………….. 123 Lampiran 9. Lembar transkrip informan III ………...………………………. 132. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keluarga yang bahagia dan harmonis menjadi dambaan setiap orang. Di mana individu mendambakan keluarga yang selalu rukun, sehingga dapat merasa dicintai dan mencintai. Keluarga yang dapat memahami dan mendukung satu sama lain. Keluarga yang mampu memberikan perasaan aman dan nyaman bagi setiap anggotanya. Akan tetapi, dalam kehidupan keluarga akan nenemukan sebuah pasang surut yang membuat individu terkadang merasa tidak nyaman, tidak merasa dicintai atapun tidak dianggap oleh keluarga. Menurut Lu dan Lin (1998) kehidupan keluarga akan memengaruhi bagaimana kehidupan masing-masing individu. Membangun keluarga yang bahagia dan harmonis sesuai dengan harapan setiap individu bukanlah suatu hal yang tidak mungkin, namun juga tidaklah mudah. Banyak lika-liku yang harus dilalui, seperti: perasaan cemburu, perselisihan, pertengkaran dan mungkin juga perasaan bosan. Hal tersebut dapat menjadi bumbu dalam hubungan, apabila pasangan dapat mengelola dan menyelesaikannya dengan baik. Perasaan cemburu, pertikaian ataupun kesalahpahaman yang kurang dapat dikelola dan diselesaikan dengan baik, akan menimbulkan masalah baru dikemudian hari. Bahkan mungkin dapat semakin membesar, hingga perceraian menjadi jalan keluar dari. 1.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. permasalahan tersebut. Meskipun keduanya telah mengusahakan untuk menghindari perceraian tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Stastitika mengenai jumlah kasus talak dan perceraian di Indonesia pada tahun 2014-2016 mengalami peningkatan. Tahun 2014 kasus talak dan perceraian mencapai angka 344.237. Pada tahun 2015 meningkat menjadi 347.256 perceraian. Kemudian pada tahun 2016 meningkat menjadi 365.633 perceraian. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kasus talak dan perceraian pada tahun 2012-2015 adalah fluktuatif. Pada tahun 2012 terdapat 5.441 kasus talak dan perceraian. Pada tahun 2013 jumlah kasus menurun menjadi 5.051. Pada tahun 2014 jumlah kasus talak dan perceraian meningkat menjadi 5.598 kasus. Tahun 2015 jumlah kasus kembali menurun menjadi 5.220 kasus. Tingginya kasus tersebut, secara tidak langsung menyatakan bahwa banyak anak yang mendapatkan label dari masyarakat sebagai anak broken home. Perceraian orangtua secara tidak langsung melukai anak. Hal ini dapat memunculkan kemungkinan beberapa anak mengalami trauma akibat percaraian tersebut. Studi yang dilakukan oleh Aji (2018) menunjukkan bahwa perceraian orangtua berdampak kurang baik bagi kondisi emosi anak. Hal tersebut tampak pada ekspresi emosi yang berlebihan dan tidak terkontrol. Selain itu, anak cenderung mengalami frustrasi saat menghadapi masa depan serta kurang mampu bersikap rasional. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Amato (2000) bahwa perceraian cenderung membawa kekacauan terhadap seseorang. Selain itu individu tersebut juga.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. akan mengalami penurunan kesejahteraan, hilangnya dukungan emosi, tekanan ekonomi dan meningkatnya kehidupan negatif. Perceraian orangtua juga akan mengakibatkan anak bersikap buruk, mereka cenderung lebih agresif dan bertindak diluar kendali. Selain itu, mereka cenderung kehilangan arah tujuan hidup dan merasa kehilangan pendukung dalam hidupnya, sehingga kualitas hidup cenderung menurun. Sejalan dengan hal tersebut, anak cenderung mengalami penurunan nilai akademik. Bahkan mungkin anak mungkin akan menjadi paranoid dan mungkin enggan untuk melangsungkan pernikahan karena takut mengalami hal yang sama. Pasca perceraian orangtua, anak biasanya akan dihadapkan pada pilihan untuk memilih tinggal bersama salah satu orangtuanya dan di saat yang sama pula, anak mungkin juga akan berpikir kepada siapa ia akan berpihak. Akan tetapi, terdapat kasus yang mana anak yang mengalami perceraian orangtua tinggal bersama kakek dan neneknya, karena mereka tidak diinginkan oleh orangtuanya. Di saat itulah, anak akan cenderung kehilangan kepedulian perasan mencintai dan dicintai oleh orangtuanya. Peran aktif orangtua terhadap perkembangan anak sejak masih dini sampai tumbuh hingga dewasa awal sangat menentukan bagaimana seorang anak tumbuh dan berkembang dilingkungannya (Santrock, 2007). Wallerstein (1991) melakukan penelitian mengenai efek jangka panjang perceraian pada anak-anak selama bertahun-tahun. Dia telah mengikuti anak-anak selama 25 tahun. Hasil menyatakan bahwa anak laki-laki yang mengalami perceraian orangtua. cenderung. menunjukkan. masalah. perilaku,. segera. setelah.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. perceraian. Saat mencapai usia dewasa, anak laki-laki cenderung mengalami banyak kecemasan dan kesusahan. Sedangkan pada anak perempuan yang mengalami perceraian orangtua, masalah perilaku dan masalah emosi cenderung muncul ketika mencapai usia dewasa awal. Akan tetapi, mereka cenderung lebih bahagia dibanding anak-anak dari keluarga yang sengsara namun memaksakan untuk bersama. Hal tersebut dikarenakan mereka dibesarkan di rumah yang menyedihkan dan tidak bahagia, untuk itu perceraian mungkin ide yang lebih baik. Akan tetapi, dampak dari perceraian tetap tidak bisa dihapuskan. Meski penelitian banyak menyatakan bahwa perceraian membawa dampak yang kurang baik bagi perkembangan anak. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri apabila anak berkembang dalam keluarga yang tidak harmonis namun tidak bercerai, dampak yang diberikan pada anak dapat lebih buruk dibanding dengan perceraian. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Utami (2008) mengenai dinamika psikologis kesejahteraan informantif anak-anak yang berasal dari orangtua yang bercerai. Penelitian melibatkan tiga anak yang memiliki rentang usia 18-21 tahun dari orangtua yang bercerai. Hasil menjelaskan mengenai tiga kondisi kesejakteraan informantif anak-anak dari orangtua yang bercerai. Kondisi pertama yaitu kondisi sebelum orangtua bercerai, sedangkan kondisi kedua dan ketiga adalah kondisi saat dan setelah orangtua bercerai. Kondisi pertama menunjukkan bahwa informan memiliki tingkat kesejahteraan informantif yang rendah. Hal ini dikarenakan konflik orangtua dan kurangnya waktu bersama dengan.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. keluarga sehingga kelekatan pun menurun. Dalam kondisi kedua, informan memiliki tingkat kesejahteraan informantif yang rendah. Hal ini disebabkan oleh perceraian orangtua, sikap orangtua yang tidak pernah memberi tahu anak mengenai perceraian. Selain itu, menurunnya kelekatan dengan orangtua selama perceraian berlangsung. Kondisi ketiga, informan menunjukkan tingkat kesejahteraan informantif yang lebih tinggi dibanding kondisi pertama dan kedua. Hal ini dikarenakan penerimaan anak terhadap perceraian orangtua. Penerimaan tersebut membuat anak dari orangtua yang bercerai merasakan pengaruh positif. Sehingga, kondisi kesejahteraan informantif pada informan lebih tinggi dibanding kondisi pertama maupun kedua. Kelekatan dengan orangtua ketika masa anak-anak memberikan kontribusi dalam mencapai intimasi. Dijelaskan bahwa intimasi merupakan elemen afeksi yang mendorong seseorang untuk melakukan kedekatan emosional dengan pasangannya. Perlakuan yang diperoleh di masa kecil akan memberikan dampak jangka panjang. Kualitas hubungan anak dengan orangtua di masa kecil, akan membantu anak dalam mengembangkan konstruksi mental mengenai diri sendiri dan orang lain yang akan menjadi mekanisme penilaian terhadap lingkungan (Bowlby dalam Pramana, 1996). Anak yang merasa yakin pada penerimaan lingkungan akan membentuk kelekatan dengan figurnya dan membentuk rasa percaya dengan orangtua serta lingkungannya (Ervika, 2005). Kualitas hubungan antara anak dengan orangtuanya tersebut, akan menjadi salah satu pengalaman masa lalu yang.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. mempengaruhi dan menentukan kemampuan individu dalam menjalin intimasi (Agusdwitanti, Tambunan & Retnaningsih, 2015). Utami dan Astika (2017) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kelekatan dan intimasi di masa dewasa awal. Penelian melibatkan informan sebanyak 104 orang dengan rentang usia 20-30 tahun dan sedang menjalin hubungan berpacaran. Hasil menyatakan bahwa hubungan positif yang signifikan antara parent attachment dengan intimasi. Hal ini berarti bahwa semakin erat kelekatan yang dimiliki individu dengan orangtua, semakin erat pula intimasi individu ketika menjalin hubungan berpacaran, begitu juga sebaliknya. Jadi dapat dikatakan bahwa intimasi dan kelekatan individu dengan orangtua saling memengaruhi. Dewasa dijelaskan Hurlock (1990) sebagai seseorang yang telah memiliki kekuatan fisik secara maksimal dan diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif serta psikomotor. Selain itu, dapat memainkan perannya di kehidupan bermasyarakat. Sedangkan dewasa awal adalah masa periode penyesuaian diri dengan pola-pola kehidupan yang baru dan harapan sosial yang baru. Hal ini dikarenakan, pada masa dewasa awal seseorang diharapkan dapat memainkan peran-peran baru seperti suami/istri, orangtua dan pencari nafkah, keinginan-keinginan baru, mengembangkan sikap-sikap baru dan nilai-nilai baru sesuai tugas baru (Hurlock, 1996). Tugas perkembangan pada masa dewasa awal menurut Erickson adalah menjalin hubungan intim yang berkaitan dengan krisis intimasi vs isolation (dalam Abisuryo, 2018). Pencapaian intimasi dalam sebuah.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. hubungan romantis dianggap sebagai salah satu tugas perkembangan yang menandai masuknya seseorang ke masa dewasa (Conger, Cui, Bryant & Elder dalam Rauer, Pettit, Lansfford, Bates & Dodge, 2013). Erikson (dalam Rauer, Pettit, Lansfford, Bates & Dodge, 2013) menjelaskan. bahwa. apabila. seseorang. gagal. membangun. dan. mempertahankan intimasi, hal tersebut dapat menghambat perkembangan. Selain itu juga dapat memberikan dampak negatif bagi kesejahteraan selama rentang. hidupnya. (Kiecolt-Glaser. &. Newton. dalam. Rauer, Pettit,. Lansfford, Bates & Dodge, 2013). Oleh karena itu, pada masa dewasa awal seseorang berusaha memperoleh intimasi yang dapat diwujudkan melalui berkomitmen dengan orang lain baik itu berpacaran ataupun menikah. Seorang yang telah mencapai masa dewasa awal diharapkan mampu memainkan peran-peran baru seperti suami/istri, orangtua ataupun pencari nafkah. Oleh karena itu, seorang dewasa awal diharapkan dapat menjalin hubungan romantis. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Meeus, dkk (2007) mengenai penelitian studi longitudinal selama enam tahun pada 1041 remaja dan dewasa awal berusia 12-23 tahun di data gelombang 1. Hasil menunjukkan bahwa remaja ataupun orang dewasa awal membuat transisi ke hubungan intim, maka mereka memasuki hubungan yang lebih bermakna secara psikologis. Saat individu memasuki usia dewasa awal, nilai psikologis hubungan pasangan intim menjadi lebih menonjol. Selain itu kualitas hubungan intimasi menjadi lebih stabil terkait dengan penyesuaian emosial. Melalui penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa saat seseorang.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. memasuki masa dewasa awal, seseorang dituntut untuk menjalin hubungan romantis untuk memenuhi tugas pada masa dewasa awal. Seseorang yang mampu menjalin hubungan romantis di masa dewasa awal, kemungkinan individu tersebut dapat memiliki kualitas hubungan intimasi yang stabil serta lebih bermakna secara psikologis. Membangun komitmen baik dalam hubungan berpacaran maupun pernikahan, idealnya dilandasi oleh cinta dari kedua belah pihak. Sejalan dengan hal tersebut, setiap pasangan memiliki keinginan untuk hidup bersama dalam hubungan yang berkelanjutan dan hangat serta menawarkan adanya intimasi. Menurut Rosen bluth dan Steil (dalam Papalia, Old & Feldman, 2008), intimasi merupakan pengalaman yang ditandai oleh adanya kedekatan, kehangatan dan komunikasi yang mungkin disertai atau tanpa melibatkan kontak seksual. Intimasi juga dapat diartikan sebagai proses berbagi di antara dua orang yang sudah saling memahami sebebas mungkin dalam pemikiran, perasaan dan tindakan (Masters dalam Amellia & Sitasari, 2016). Whitbourne dan Ebmeier (1990) mengembangkan teori Erikson dan menjelaskan intimasi dengan Dimensi C yaitu communication, commitment dan closeness. Intimasi dapat terbentuk ketika dua atau tiga dimensi tersebut dapat terjalin. Apabila hanya salah satu dimensi saja yang berkerja maka seseorang akan melakukan intimasi palsu. Intimasi palsu terjadi ketika komunikasi yang terjalin tinggi. Akan tetapi, dalam hubungan tersebut tidak ada komitmen ataupun kedekatan, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu dalam intimasi, komunikasi secara mendalam, komitmen dan kedekatan dengan pasangan.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. sangatlah penting untuk dijaga. Selain itu, intimasi juga dapat terbangun dengan cara menerima, memahami, berbagi, percaya, berkomitmen, jujur, berempati, dan lembut terhadap pasangan. Intimasi dalam sebuah hubungan sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan pada dasarnya hubungan romantis melibatkan kedekatan dan ketergantungan antara pasangan. Dengan adanya intimasi, tingkat kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat diminimalisir. Menurut Erickson (dalam Papalia, Old & Feldman, 2008) intimasi yang dibawa sejak masa awal hubungan terlebih pernikahan memberikan kemampuan dasar untuk dapat menghadapi tantangan selanjutnya. Jika seseorang berhasil melewati tahap tersebut dengan baik, maka kemungkinan ia dapat manangani masalah berikutnya dengan baik pula. Cox (1978) mengatakan bahwa intimasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pengalaman masa lalu, kecemasan akan identitas diri, ketakutan akan terungkapnya kelemahan, membawa kekesalan atau dendam masa lalu ke masa kini, konflik masa kecil yang tidak terselesaikan, ketakutan akan mengungkapkan perasaan yang tidak nyaman bagi dirinya. Terdapat penelitian mengenai hubungan antara intimasi dengan kelekatan pada dewasa awal. Subyek dalam penelitian tersebut adalah pria dan wanita yang berada pada rentang usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun dan sedang menjalin hubungan, baik yang sedang berpacaran maupun yang sudah menikah. Subyek berjumlah 75 orang. Dari hasil analisis data diketahui ada hubungan yang signifikan antara kelekatan dengan intimasi pada dewasa awal..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelekatan yang terjalin di masa kecil seseorang akan memengaruhi intimasi di masa dewasa. Seseorang yang mengalami perceraian orangtua mungkin memiliki luka dan ataupun trauma. Hal tersebut dapat memengaruhi hubungan intimasi dengan pasangan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bowless (2005), mengenai konsekuensi dari perceraian terhadap kepercayaan dalam hubungan orang dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa peserta dari keluarga yang bercerai menunjukkan ketakutan untuk disakiti dan ditolak. Selain itu juga menunjukkan kurang percaya terhadap berbagai hubungan intim. Penelitian ini ingin melihat gambaran intimasi pada dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua. Seseorang yang mengalami perceraian orangtua, pengalaman mengenai perceraian tersebut akan membekas. Dampak yang ditimbulkan pun tidak dapat dihapuskan dan akan terbawa sampai dewasa. Dampak tersebut cenderung dapat mengganggu tahap perkembangan seseorang. Selain itu juga mungkin dapat memengaruhi cara ia menyikapi suatu peristiwa maupun masalah. Berkaitan dengan sikap maupun tingkah laku, proses belajar seseorang salah satunya ditentukan oleh pengalaman. Hal ini sesuai pernyataan James O. Wittaker (dalam Soemanto, 2006) bahwa “learning maybe defined as the process by which behaviour originates or is altered though training or experience”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa belajar mungkin dapat didefinsikan sebagai proses yang mana tingkah laku muncul melalui pengalaman ataupun latihan. Melalui proses belajar berdasarkan pengalaman.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. tersebut, sikap maupun tingkah laku seseorang dapat timbul. Seseorang yang mengalami perceraian orangtua secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi sikap maupun tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, dimungkinkan bahwa seseorang yang mengalami perceraian orangtua, memiliki masalah dalam membangun intimasi dengan pasangannya. Pada dasarnya tidak ada hubungan. yang sempurna, dalam. perjalanannya tetap akan ada masalah yang mungkin dapat melemahkan intimasi dalam cinta. individu jarang berusaha memelihara hubungan dan belajar bahwa dalam cinta, kedua belah pihak harus sabar sehingga perasaan semakin terpupuk. Meskipun, seseorang masih terbayangi pengalaman masa lalu, ketika kedua belah pihak berusaha saling memahami dan memupuk maka intimasi dapat tercipta. Sehingga individu dewasa awal dapat melaksanakan tugasnya dalam memilih teman hidup. Saat ini setiap insan sedang menulis cerita mengenai sejarah perjalanan hidupnya. Segala peristiwa yang sudah terjadi, akan menjadi pengalaman sekaligus pelajaran yang nantinya memengaruhi kita dalam menyikapi suatu hal. Seperti halnya efek domino yang dapat berimbas sampai kelak, entah efek yang diberikan besar ataupun kecil. Menurut Cox (1978) pengalaman masa lalu seseorang akan berpengaruh pada intimasi yang terjalin di kemudian hari. Salah satunya yaitu pengalaman kualitas hubungan anak dengan orangtua di masa kecil yang membantu anak mengembangkan konstruksi mental mengenai diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu,.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana intimasi terbangun pada individu dewasa awal yang mengalami perceraian.. B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana individu dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua membangun intimasi dengan pasangan?. C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengalaman membangun intimasi pada dewasa awal yang memiliki pengalaman perceraian orangtua.. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu psikologi pada umumnya. Selain itu juga dapat bermanfaat bagi ilmu psikologi perkembangan terkait penelitian intimasi pada dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait yaitu orangtua yang sedang menjalani atau telah melalui masa.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. perceraian. Sehingga mampu memberikan gambaran dampak perceraian orangtua pada anaknya, terlebih mengenai intimasi dengan pasangan..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intimasi 1. Pengertian Intimasi Sternberg (dalam Abisuryo, 2018) menjelaskan cinta adalah cerita yang ditulis oleh setiap orang dan merupakan gambaran kepribadian, minat serta perasaannya terhadap sebuah hubungan. Cinta dapat memengaruhi seseorang dalam bersikap maupun berperilaku. Dalam Triangular Theory of Love (Sterenberg, 1986) intimasi merupakan salah satu komponen cinta yang meliputi perasaan kedekatan, keterhubungan dan ikatan yang dialami seseorang dalam hubungan cinta Atwater (dalam Abdurochim, 2015) bahwa intimasi merupakan kedekatan dengan seseorang yang ditandai dengan berbagi pikiran dan perasaan yang mendalam. Pernyataan tersebut mendukung penyataan Sternberg (1986) yang menjelaskan intimasi sebagai perasaan dalam hubungan romantis yang mendorong kedekatan emosional, keterikatan dan mendorong rasa keterhubungan dengan pasangan. Rosen bluth dan Steil menjelaskan intimasi sebagai pengalaman yang ditandai oleh adanya kedekatan, kehangatan dan komunikasi yang mungkin disertai atau tanpa melibatkan kontak seksual (dalam Agusdwitanti, Tambunan & Retnaningsih, 2015). Hal tersebut juga mendukung oleh pernyataan Strong dan DeVault (1989) yang 14.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. menyatakan bahwa intimasi dan komunikasi saling berkaitan satu sama lain. Pasangan yang mengalami kesulitan dalam komunikasi, dapat dikatakan tidak memiliki intimasi di dalam hubungan mereka. Kemudian Erikson. (dalam. Nuryani,. 2010). menjelaskan. intimasi. sebagai. kemampuan dekat dengan orang lain, secara interpersonal antara dua orang atau lebih, baik secara fisik maupun emosi (Atwater dalam Abdurochim, 2015). Sedangkan menurut Freud (dalam Nuryani, 2010) intimasi merupakan kedekatan secara emosional dan interpersonal serta kedekatan seksual yang merupakan manifestasi dari ketertarikan seksual di antara dua orang. Akan tetapi, Wirawan (dalam Nuryani, 2010) berpendapat bahwa intimasi bukan hanya mengenai ketertarikan secara seksual yang akhirnya merupakan hubungan intim. Akan tetapi, intimasi meliputi kedekatan secara psikologis, emosional dan perasaan. Melalui penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa intimasi mengacu pada perasaan adanya kedekatan dalam hubungan romantis antara dua orang yang berupa pengalaman maupun perasaan emosional, kehangatan, keterikatan dan perasaan terhubung dengan pasangan. Intimasi sendiri tidak selalu berhubungan dengan hubungan seksualitas, namun lebih mengarah pada kemampuan seseorang. dalam. berbagi pikiran, perasaan dengan mendalam dan komunikasi menjadi kunci dalam intimasi..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. 2. Komponen Intimasi Menurut Masters (dalam Abdurochim, 2015) intimasi memiliki tujuh komponen yaitu memahami, kepercayaan, berbagi, komitmen, empati, kejujuran, kelembutan. Memahami dapat diartikan sebagai bentuk sikap atau perasaan terhadap orang lain. Secara umum, memahami dihubungkan dengan kuatnya perasaan positif terhadap orang tersebut. Komponen kedua yaitu berbagi. Berbagi dengan pasangan dalam hal pikiran, perasaan ataupun pengalaman akan mengiringi pertumbuhan intimasi. Terlebih dalam hubungan yang timbul karena adanya kebersamaan yang mana satu sama lain saling memahami tanpa merahasiakan sesuatu dari pasangan. Selain itu, berbagi perasaan khawatir, ketidakpastian dan masalah pribadi yang lain juga akan memengaruhi perkembangan intimasi dalam sebuah hubungan. Komponen. yang. ketiga. yaitu. kepercayaan.. Kepercayaan. merupakan bagian dari intimasi yang berkembang dengan seiring berjalannya waktu. Seseorang akan mulai menaruh kepercayaan terhadap orang lain terlebih dulu ketika ingin membangun intimasi. Saat kepercaayan sudah semakin kuat, maka mereka dapat lebih berbagi informasi, perasaan, pemikiran dll. Sejalan dengan hal di atas, terdapat komponen komitmen yang merupakan lanjutan dari sikap saling terbuka dan percaya kepada masingmasing pasangan. Melalui berkomitmen dengan pasangan, kedua belah pihak dapat mempertahankan intimasi yang telah terbentuk..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Komponen berikutnya yaitu komponen empati. Empati diartikan sebagai. kemampuan. masing-masing. individu. dalam. mengenali. pengalaman yang dialami pasangan, merasakan dan mengalami emosi, pikiran dan sikap pasangan tanpa harus membicarakannya. Komponen keenam yaitu komponen kejujuran. Komponen ini merupakan hal yang penting dalam intimasi. Meskipun demikian, terlalu jujur juga tidak baik dalam hubungan, karena dalam penyampaiannya, pasangannya juga diharapkan dapat memahami isi pesan yang disampaikan. Komponen yang terakhir adalah komponen kelembutan. Komponen ini mungkin sulit bagi beberapa pria, karena pria dipandang sebagai individu yang berpikiran rasional. Selain itu, juga dianggap sebagai individu yang berorientasi pada tindakan sehingga pria merasa tidak menjadi pria saat melakukan komponen ini. Sterenberg (dalam Abisuryo, 2018) menjelaskan intimasi sebagai perasaan yang mendorong timbulnya kedekatan, keterhubungan dan keterikatan dengan pasangan romantisnya. Komponen intimasi yang pertama yaitu komponen keinginan meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai. Seseorang akan berusaha menjaga dan meningkatkan kesejahteraan pasangannya dengan mengorbankan diri sendiri. Hal tersebut dilakukan dengan harapan suatu saat nanti, pasangannya juga akan melakukan hal yang sama. Komponen berikutnya yaitu menilai tinggi orang yang dicintai. Meskipun seseorang memiliki kelemahan dan pasangannya mengetahui.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. kelemahan tersebut, ia akan tetap menghargai dan menghormatinya. Kekurangan pasangan tetap tidak akan mengurangi penghargaan terhadap pasangannya. Komponen yang selanjutnya yaitu komponen saling memahami. Dalam hal ini, kedua belah pihak dapat mengerti dengan benar dan mengetahui kelebihan serta kekurangan satu sama lain. Sejalan dengan hal tersebut, kedua belah pihak juga harus mampu menerima dan memakluminya. Selain itu, masing-masing individu juga mengetahui cara merespon satu sama lain, memahami alasan satu sama lain melakukan suatu hal. Komponen yang ketiga yaitu saling merasa bahagia saat bersama. Kedua belah pihak merasa bahagia, senang dan tentram saat bersama, sehingga waktu terasa berjalan dengan cepat. Masing-masing individu tidak merasa bahwa bersama pasangan merupakan beban bagi satu sama lain. Komponen keempat yaitu saling memberi dan menerima dukungan. Salah satu dukungan yang diberikan yaitu dengan menunjukkan empati saat salah satu pihak membutuhkan. Sehingga seseorang akan merasa dikuatkan oleh pasangannya saat menghadapi masalah. Sejalan dengan. hal. tersebut,. dalam. intimasi. juga. terdapat. komponen. mengandalkan pasangan saat memerlukan bantuan. Hal ini tampak saat seseorang menghadapi masalah atau kesulitan, ia percaya bahwa pasangannya dapat membantunya dalam mengatasi kesulitan yang.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. dihadapi. Bahkan tak jarang, pasangan menjadi top of mind ketika seseorang membutuhkan bantuan. Komponen selanjutnya yaitu komponen saling menghargai pasangannya. Ketika menjalani hubungan, seseorang akan merasa bahwa pasangannya memiliki peran penting dalam hidupnya. Memandang pasangannya memiliki peran penting merupakan salah satu sikap menghargai pasangan. Komponen berikutnya yaitu komponen bersedia berbagi dengan pasangan. Dalam hal ini, kedua belah pihak bersedia berbagi barang maupun materi dengan pasangannya, tanpa merasa membebani satu sama lain. Hal ini menimbulkkan perasaan bahagia bagi kedua belah pihak. Koponen yang terakhir yaitu berkomunikasi secara mendalam dengan pasangan. Komunikasi merupakan suatu hal terpenting dalam sebuah hubungan. Akan lebih baik jika dalam berkomunikasi, satu sama lain. saling. berkomunikasi. dengan. jujur. dan. mendalam. kepada. pasangannya. Melalui kedua pernyataan tokoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keduanya memiliki persamaan. Penting dalam intimasi terdapat komponen rasa percaya, berbagi, memahami, komitmen, jujurur dalam berkomunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Sehingga satu sama dapat merasakan hal yang sama dan tidak terjadi ketimpangan..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. 3. Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Intimasi Masters mengartikan intimasi sebagai proses berbagi di antara dua orang yang sudah saling memahami sebebas mungkin dalam pemikiran, perasaan dan tindakan. Intimasi dapat terbangun apabila pasangan dapat saling memahami, berbagi, percaya, berkomitmen, jujur, berempati, dan lembut terhadap pasangan (dalam Amellia dan Sitasari, 2016). Maslow (dalam Nuryani, 2010) mengemukakan bahwa intimasi muncul karena adanya suatu kebutuhan, kodrat, pemenuhan hasrat atau keinginan. Hal tersebut individu lakukan untuk memenuhi dan mencapai aktualisasi dirinya secara pribadi. Atwater (1983) menjelaskan terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi keintiman, yaitu sikap saling terbuka, kecocokan pribadi dan penyesuaian diri dengan pasangan. Dalam sikap saling terbuka kedua belah pihak sebaiknya mampu berbagi pikiran dan perasaan secara lebih mendalam. Sejalan dengan hal tersebut, masing-masing individu juga harus mampu saling mempercayai satu sama lain. Hal ini diperlukan untuk membina dan mempertahankan keintiman dalam hubungan. Kecocokan di antara individu juga dapat memengaruhi intimasi, seperti: kesamaan latar belakang, kebudayaan, pendidikan dan persamaan lain yang membuat pasangan memiliki kecocokan. Meskipun demikian, beberapa perbedaan pasti akan muncul di dalam suatu hubungan. Oleh karena itu, yang terpenting adalah bagaimana cara mengatasinya. Dengan.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. demikian, bukan tidak mungkin dengan adanya perbedaan individu tidak dapat melengkapi satu sama lain. Selain dua hal di atas, penyesuaikan diri dengan pasangan juga dapat memengaruhi intimasi. Dalam hal ini, masing-masing individu diharapkan dapat memahami pandangan, sikap dan perasaan pasangan. Selain itu, pentingnya berkomunikasi secara efektif perlu ditekankan, yaitu kemampuan untuk mendengarkan secara efektif dan memberikan respon dengan cara tidak mengadili. Hal ini akan menciptakan rasa saling percaya dan penerimaan pada pasangan Apabila faktor-faktor tersebut berkurang dalam hubungan, maka intimasi pun juga akan berkurang. Salah satu yang mempengaruhi berkurangnya intimasi adalah pengalaman masa lalu (Cox, 1978). Salah satu pengalaman masa lalu yang mempengaruhi dan menentukan kemampuan individu dalam menjalin intimasi yaitu kualitas hubungan antara anak dengan orangtuanya tersebut merupakan (Agusdwitanti, Tambunan & Retnaningsih, 2015). Kualitas hubungan anak dengan orangtua di masa kecil, akan membantu anak dalam mengembangkan konstruksi mental mengenai diri sendiri dan orang lain yang akan menjadi mekanisme penilaian terhadap lingkungan (Bowlby dalam Pramana 1996). Anak yang merasa yakin pada penerimaan lingkungan akan membentuk kelekatan dengan figurnya dan membentuk rasa percaya dengan orangtua dan lingkungannya (Ervika, 2005). Apabila kualitas hubungan di masa kecil dengan orangtua kurang baik maka anak.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. akan sulit dalam membentuk rasa percaya pada orangtua maupun lingkungan. Sehingga intimasi pun akan berkurang dan pasangan akan merasa hubungannya sebagai sebuah beban dan formalitas saja. Hubungan tersebut hanya sebatas menghargai pikiran, tidak dengan menghargai perasaan pasangan dan tidak memiliki kedekatan secara emosional.. B. Dewasa Awal 1.. Pengertian Dewasa Awal Istilah adult atau dewasa berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Menurut hukum, sesesorang dikatakan dewasa apabila telah menginjak usia 21 tahun meskipun belum menikah ataupun sudah menikah. Hurlock (1990) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan dewasa apabila telah memiliki kekuatan fisik secara maksimal dan diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu. diharapkan. juga. dapat. memainkan. perannya. di. kehidupan. bermasyarakat. Hal tersebut didukung pernyataan Monks (2001), bahwa seseorang dianggap dewasa apabila ia mampu mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Menurt Hurlock (1990) masa dewasa dibedakan menjadi tiga periode yaitu masa dewasa awal yang diawali dari usia 18 tahun-40 tahun..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. Kemudian masa dewasa madya yaitu usia 41 tahun-60 tahun. Periode yang terakhir yaitu masa dewasa akhir yaitu 60 tahun hingga meninggal. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang yang berusia sekitar 1840 tahun, mulai mampu bertanggung jawab dengan tindakannya. Untuk itu, segala sesuatu yang ia perbuat sudah melalui pertimbangan yang matang. Hal ini disebabkan seorang yang telah masuk di masa dewasa awal diharapkan memiliki kesiapan kogntif, afektif dan psikomotor.. 2. Ciri-ciri Dewasa awal Hurlock (1996) menjelaskan ciri-ciri seseorang berada di masa dewasa awal yaitu: Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah. Setiap manusia. pasti. mengalami. perubahan,. sehingga. seseorang harus. melakukan penyesuaian diri kembali. Demikian pula pada masa ini, seseorang harus banyak melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan peran dan tanggung jawabnya yang barunya Ciri yang kedua yaitu masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan nilai. Ketergantungan disini mungkin ketergantungan kepada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka. Sedangkan masa perubahan nilai masa dewasa awal terjadi karena beberapa alasan seperti ingin diterima.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. Ciri yang ketiga masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan emosional. Ketegangan emosional seringkali muncul dalam. bentuk. kekhawatiran. ketakutan ini. pada. ataupun. kekhawatiran.. umumnya. bergantung. Ketakutan pada. atau. tercapainya. penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi. Ciri yang terakhir masa dewasa awal sebagai usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga dan khususnya wanita sebelum usia 30 tahun, merupakan masa reproduksi, dimana seorang wanita siap menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu. Pada masa ini, alat-alat reproduksi manusia telah mencapai kematangannya dan sudah siap untuk melakukan reproduksi.. 3. Tugas Dewasa Awal Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri dengan pola-pola kehidupan yang baru dan harapan sosial yang baru. Hal ini dikarenakan masa dewasa awal, seseorang diharapkan dapat memainkan peran-peran baru, seperti suami/istri, orangtua dan pencari nafkah, keinginan-keinginan baru, mengembangkan sikap-sikap baru dan nilainilai baru sesuai tugas baru (Hurlock, 1996). R.J. Havighurst (dalam Hurlock, 1986) mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal yaitu mulai bertanggung jawab sebagai warga Negara. Seorang yang.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. telah memasuki masa dewasa awal mulai memilih teman sebagai calon istri atau suami dan mempersiapkan hidup dalam keluarga. Sejalan dengan hal tersebut, seseorang harus belajar mengelola rumah tangga dan belajar hidup bersama suami atau istri. Selain itu, seseorang harus mulai bekerja dalam sebuah jabatan.. C. Intimasi pada Dewasa Awal yang Mengalami Perceraian Orangtua Salah satu tugas sebagai seorang dewasa awal adalah memilih teman hidup. Erickson (dalam Gina, 2015) mengatakan bahwa apabila tugas tersebut tidak terpenuhi, seseorang cenderung merasa terisolasi dan merasa sulit mengembangkan hubungan intim. Hubungan intimasi yang dikembangkan oleh seorang dewasa awal memiliki keterkaitan dengan kelekatan yang terjadi di masa anak-anak. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Agusdwitanti, Tambunan dan Retnaningsih (2015) mengenai hubungan antara intimasi dengan kelekatan pada dewasa awal. Subyek dalam penelitian tersebut adalah pria dan wanita yang berada pada rentang usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun dan sedang menjalin hubungan, baik yang sedang berpacaran maupun yang sudah menikah. Subyek berjumlah 75 orang. Dari hasil analisis data diketahui ada hubungan yang signifikan antara kelekatan dengan intimasi pada dewasa awal. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelekatan yang terjalin di masa kecil akan memengaruhi intimasi di masa dewasa. Seseorang yang mengalami perceraian orangtua tentunya akan.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. mengalami dampaknya dan cenderung memengaruhi intimasi dengan pasangan. Perceraian orangtua akan memberikan luka bagi anak, meskipun kedua orangtuanya tidak bermaksud menyakiti. Akan tetapi, dampak negatif perceraian tetap akan mengikuti anak-anak hingga remaja bahkan saat seseorang memasuki usia dewasa (Kelly & Emery, 2003; Wallerstein & Lewis, 2004). Terdapat penelitian mengenai konsekuensi dari perceraian terhadap kepercayaan dalam hubungan orang dewasa oleh Bowless (2005). Hasil menunjukkan bahwa peserta dari keluarga yang bercerai menunjukkan ketakutan untuk disakiti dan ditolak. Selain itu juga menunjukkan kurang percaya terhadap berbagai hubungan intim. Intimasi berperan penting dalam perkembangan seseorang. Selain itu, intimasi membawa dampak positif pada kepribadian dan kesehatan setiap individu (Deschutner & Thelen, 1991). Apabila seseorang mampu menjalin intimasi, maka individu tersebuut akan memperoleh self esteem, sel confidence. Selain itu juga akan terhidar dari perasaan terisolasi maupun gelisah. Dalam hubungan intimasi, komunikasi menjadi hal yang penting. Komunikasi mendalam dengan pasangan dapat mempererat intimasi selain itu kesalahpahaman dapat diminimalisir. Selain itu, mengkomunikasikan masalah dengan pasangan dapat membuat seseorang lebih terbuka terhadap pasangannya. Pasangan yang memiliki hubungan intimasi yang kuat mampu terbuka terhadap permasalahan yang dihadapi masing masing individu. Akan tetapi, jika pasangan kurang memiliki hubungan intimasi yang kuat, maka.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. pasangan cenderung akan tertutup mengenai permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, hubungan akan terasa hambar dan terasa menjadi beban. Menurut Sternberg (dalam Abisuryo, 2018) apabila intimasi, komitmen dan passion dapat berjalan bersama, maka akan membentuk cinta. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut tidak akan selamanya berjalan bersama. Apabila intimasi berkurang maka sebuah hubungan seakan menjadi beban dan hanya dianggap formalitas semata, sehingga hubungan interpersonal secra mendalam tidak terjalin. Selain itu hubungan akan menjadi kaku dan tidak memiliki kedekatan emosional. Terdapat Dimensi C yaitu. communication,. commitment. dan. closeness. yang. merupakan. pengembangan teori Erikson. Whitbourne dan Ebmeyer (1990) menjelaskan bahwa Intimasi dapat terbentuk ketika dua atau tiga dimensi tersebut terjalin. Apabila hanya salah satu dimensi saja yang berkerja maka seseorang akan melakukan intimasi palsu. Intimasi palsu terjadi ketika komunikasi yang terjalin tinggi. Namun dalam hubungan tersebut tidak ada komitmen ataupun kedekatan, atau juga sebaliknya. Ketika hanya terdapat komitmen didalam hubungan atau juga hanya terdapat kedekatan di dalam hubungan, namun dua dimensi lainnya lemah bahkan tidak ada. Oleh karena itu dalam intimasi, komunikasi secara mendalam, komitmen dan kedekatan dengan pasangan sangatlah penting untuk dijaga. Selain itu, intimasi juga dapat terbangun dengan cara menerima, memahami, berbagi, percaya, berkomitmen, jujur, berempati, dan lembut terhadap pasangan..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. Pada dasarnya tidak ada hubungan yang benar-benar sempurna, dalam perjalanannya akan terdapat masalah yang mungkin dapat melemahkan intimasi dalam cinta. Individu jarang berusaha memelihara hubungan dan belajar bahwa dalam cinta, kedua belah pihak harus sabar sehingga perasaan semakin terpupuk. Meskipun, seseorang masih terbanyai oleh pengalaman masa lalu, ketika kedua belah pihak berusaha saling memahami dan memupuk maka intimasi dapat tercipta. Sehingga individu dewasa awal dapat melaksanakan tugasnya dalam memilih teman hidup. Penelitian sebelumnya mengenai intimasi pada dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua rata-rata menggunakan metode kuantitatif. Penelitian yang dilakukan oleh dina dan novendawati (2016) mengenai gambaran intimasi pada perempuan dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua menunjukkan hasil bahwa intimasi pada perempuan dewasa awal yang telah menikah dan pernah mengalami perceraian orangtua cenderung tergolong tinggi..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Strategi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami pengalaman. seseorang. yang mengalami. perceraian. orangtua. dalam. membangun intimasi dengan pasangan. Guna mendapatkan gambaran masalah yang terdapat dalam penelitian, maka diperlukan penggalian mendalam mengenai intimasi pada dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian. kualitatif. bertujuan. mempelajari. secara. mendalam. mengenai isu-isu informan sehingga diperoleh informasi mendetail mengenai individu serta kasus yang diteliti (Patton, 2002). Selain itu, penelitian kualitatif juga bertujuan untuk membuat penafsiran mengenai cara individu memaknai peristiwa atau pengalaman tertentu (Willig, 2008). Oleh karena itu, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap memperoleh informasi secar mendalam dan mendapat gambaran mengenai intimasi pada dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua. Pendekatan fenomenologi.. yang. Menurut. digunakan Alase (dalam. dalam. penelitian. ini. adalah. Wijaya, 2019) fenomenologi. merupakan metode kualitatif yang mengaplikasikan kemampuan informantif dan interpersonalnya dalam proses penelitian eksplanatori. Selain itu, 29.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. menurut Tuffour (dalam Wijaya, 2019) menjelaskan fenomenologi sebagai metode peneltian yang bertujuan untuk meneliti esensi atau struktur pengalaman hidup ke dalam kesadaran manusia. Fenomenologi juga dapat digunakan untuk memahami dan menggambarkan fenomena spesifik secara mendalam dan menggali esensi dari pengalaman hidup seseorang pada sebuah fenomena (Yuksel dan Yiridim dalam Wijaya, 2019). Sejalan dengan hal tersebut, pendekatan fenomenologi juga digunakan untuk mengungkap fenomena atau situasi dari sudut pandang pelaku (Leedy dan Omrod dalam Supratiknya, 2014). Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi karena peneliti ingin menggali pengalaman informan terkait hubungan yang terjalin antara informan dengan orangtua sebelum dan sesudah perceraian orangtua terjadi dan intimasi yang dibangun dengan pasangan. Melalui pengalamanpengalaman tersebut maka akan diperoleh data yang nantinya dapat menggambarkan intimasi pada dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua. B. Refleksivitas Penelitian Saya merupakan seorang pendengar untuk salah satu sahabat saya, yang mengalami perceraian orangtua. Meskipun tidak memiliki latar belakang yang serupa dengannya, namun saya dapat memahami apa yang dirasakannya. Kami sudah bersahabat sejak awal perkuliahan, kurang lebih tiga setengah tahun. Akan tetapi, saya baru mengetahui cerita yang lebih mendalam mengenai orangtuanya kurang lebih satu tahun yang lalu. Saya.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. yang tidak memiliki latar belakang demikian, cukup terkejut dan sedih tentunya. Tidak dapat saya bayangkan bila saya berada dalam posisinya, apakah saya akan sekuat dia. Meskipun dia tidak pernah mengatakannya, saya tahu bahwa dia terluka. Saat ini dia sedang menjalin hubungan berpacaran dan mereka memiliki kesamaan pengalaman terkait perceraian orangtua. Hubungan mereka telah terjalin kurang lebih satu setengah tahun. Melalui pengalaman yang diceritakan sahabat saya mengenai pasangannya dan kisah perceraian orangtuanya, hubungan dengan kedua orangtuanya serta sikap kedua orangtuanya pasca perceraian. Saya ingin memahami bagaimana seorang yang memiliki pengalaman perceraian orang tua dalam membangun intimasi dengan pasangan. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk dukungan saya kepada sahabat saya dan kepada teman-teman yang memiliki pengalaman yang serupa Selama pengambilan data, saya akan berusaha bersikap netral dalam pengambilan data. Pengalaman yang telah diceritakan sahabat saya sebelumnya dapat menjadi bekal pemahaman awal bagi saya dalam melakukan penggalian data. Meskipun demikian, saya tetap menggali pengalaman-pengalaman informan dimulai dari permukaan hingga ke dalam cerita-cerita. informan.. Selama. proses. tersebut,. saya. berusaha. mengesampingkan cerita yang telah ungkapkan sebelumnya, sehingga dapat menggali data lebih dalam..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. Dalam penelitian ini, saya ingin lebih memahami bagaimana seseorang yang mengalami perceraian orangtua dmembangun intimasi dengan pasangan. Oleh karena itu, saya akan berusaha menyesuaikan diri dan memposisikan diri dengan mereka yang mengalami perceraian orangtua. Sehingga mereka dapat bercerita dengan leluasa dan saya dapat memahami kisah-kisah mereka. Peneliti juga akan berusaha berhati-hati dalam menganalisis data sehingga dapat mengurangi kesalahan yang dapat menyakiti perasaan informan.. C. Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada gambaran intimasi yang dibangun oleh dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua.. D. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini merupakan dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua dan sedang menjalin hubungan romantis dengan lawan jenis. Peneliti menggunakan batasan usia dewasa awal yaitu individu berusia 18-40 tahun.. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu pertama peneliti menentukan dan mencari informan yang sesuai dengan kriteria. Kriteria yang dipakai yakni dewasa awal yang berusia berusia 18-40 tahun, pernah.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. mengalami perceraian orangtua dan sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis. Pembuatan informed consent yang nantinya akan ditandatangani oleh informan sebagai tanda kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Informed consent berisi identitas peneliti, tujuan peneliti, informan penelitian, metode pengambilan data, hak dan kewajiban informan, metode penyimpanan data, kerahasiaan data dan penyataan kesediaan berpartisipasi dalam penelitian. Selain itu juga berisi tentang kebebasan informan dalam memberikan data baik berbicara banyak ataupun sedikit atau bahkan menghentikan wawancara bila informan sudah merasa tidak nyaman. Peneliti melakukan wawancara dengan informan di waktu dan tempat yang telah disepakati. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Sejalan dengan hal tersebut, peneliti telah membuat panduan wawancara, namun peneliti dapat mengubah urutan sesuai respon yang diberikan informan. Kemudian, peneliti akan membuat transkrip wawancara dan melakukan analisis. Peneliti juga akan melakukan member checking untuk mengonfirmasi dan memastikan hasil penemuan tersebut, sehingga diperoleh data yang akurat.. F. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah fenomenologi deskriptif. Spielberg (dalam Streubert dan Dona, 2011) mengidentifikasi tiga langkah proses fenomenologi deskriptif yaitu intuiting, analyzing dan describing..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. Dalam proses intuiting, peneliti memberikan perhatian penuh dalam hal yang diteliti. Sehingga dalam langkah ini, peneliti diharuskan tenggelam dalam hal yang diteliti. Selain itu, intuiting merupakan langkah peneliti untuk mulai mengetahui fenomena yang dijelaskan informan. Pada langkah pertama, peneliti berusaha menyatu total dengan hal yang ingin diteliti yaitu mengenai pengalaman intimasi pada seorang dewasa awal yang mengalami perceraian orangtua dengan mempelajari berbagai literatur yang sesuai. Dalam proses pengumpulan data, peneliti membangun rapport terlebih dulu, sehingga informan dapat nyaman dan leluasa berbagi cerita. Sehubungan dengan hal ini, peneliti mendengarkan cerita informan selama wawancara berlangsung. Peneliti kemudian mempelajari data mengenai pengalaman informan yang ditranskripkan dan ditelaah secara berulang-ulang. Langkah berikutnya yaitu analyzing, peneliti mulai melakukan analisis fenomenologis yang melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Pada langkah kedua, peneliti. melakukan koding, kategorisasi dan. mengidentifikasi tema-tema yang muncul dari pengalaman yang informan ceritakan. Langkah ketiga yaitu describing, yang mana peneliti mulai menggambarkan fenomenologi hal yang diteliti. Hal tersebut dilakukan untuk mengkomunikasikan dan membawa deskripsi yang berbeda. Peneliti harus menghindari upaya menggambarkan sebuah fenomena sebelum waktunya agar tidak terjadi deskripsi prematur. Dalam hal ini peneliti melakukan.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. pelaporan hasil penelitian kepada informan sebagai bentuk konfirmasi apakah hasil temuan sudah sesuai dengan apa yang dirasakan. Setelah pelaporan hasil penemuan, peneliti kemudian melakukan pembahasan dengan mengaitkan teori yang sesuai.. G. Kredibilitas Penelitian Creswell (2014) menjelaskan bahwa kredibilitas dilakukan untuk menentukan seberapa akurat penelitian dari sudut pandang peneliti, informan maupun pembaca. Berkaitan dengan hal tersebut, kredibilitas penelitian ini dilakukan dengan cara member checking dan external auditor. Menurut Creswell (2014) member checking diawali dengan pelaporan hasil penemuan kepada informan. Hal tersebut dilakukan untuk mengonfirmasi dan memastikan hasil penemuan tersebut sudah akurat. Sedangkan external auditor akan memberikan review secara keseluruhan pada penelitian. Dalam hal ini, peneliti melibatkan dosen pembimbing sebagai seorang external auditor.. H. Pedoman Wawancara No. 1. Tujuan Utama . Mengetahui informan. . Mengetahui. figur. Pertanyaan lekat Saat kamu kecil, kamu lebih nyaman menghabiskan waktu. gambaran dengan siapa? Mengapa?. orangtua di mata informan Bagaimana. gambaranmu. terhadap orangtuamu? Mengapa.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. sebelum dan sesudah bercerai. kamu dapat menggambarkannya demikian? Bagaimana. pandangan. orangtuamu terhap dirimu? 2. . Mengetahui pikiran, perasaan, Saat usia berapa, orangtuamu sikap, respon ketika perceraian memutuskan untuk bercerai? Jelaskan pikiran, perasaan dan. terjadi . Mengatahui. arti. perceraian responmu. saat. mereka. memutuskan bercerai!. menurut informan. Setelah. apa. yang. terjadi,. menurutmu apa itu perceraian? 3. . Mengetahui. gambaran Bagaimana. informan mengenai pasangan. pandanganmu. terhadap pasanganmu saat ini? Bagaimana. pandangan. pasanganmu terhadap dirimu? Menurutmu, jelaskan kesamaan yang. kamu. miliki. dengan. pasanganmu? Menurutmu. bagaimana. pasanganmu. memandang. dirimu? Sejauh ini, hal apa belum kamu lakukan untuk pasanganmu? Hal apa belum pasanganmu lakukan untuk dirimu? Hal. apa. bahagia. yang telah. membuatmu memiliki. dia. sebagai pasanganmu? Bagaimana respon orangtuamu pada pasanganmu?.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. 4. . Gambaran hubungan informan Sejak kapan kalian memutuskan dengan pasangan. untuk menjalin hubungan? Hal apa saja yang kamu pikirkan dan rasakan ketika. bersama. dengan pasangamu? Bagaimana respon pasangamu , saat terjadi masalah? Sejauh mana rasa percayamu terhadap pasanganmu? Sejauh. mana. kamu. jujur. terhadap pasanganmu? Jelaskan. impian. ataupun. harapanmu 5 tahun ke depan bersama pasangan! Hal. apa. yang. membuatmu. merasa bahagia saat bersama dengan pasanganmu? Apa. yang. rasakan. kamu. dan. pasanganmu. pikirkan,. lakukan. jika. mengalami. kesulitan atau masalah? 5.. . Menggali pandangan informan Bagaimana terhadap. pasangan. perceraian terjadi . Mengetahui. pikiran. pandanganmu. setelah terhadap orangtuamu saat ini? Adakah. hubungan. antara. dan perceraian orangtuamu dengan. perasaan informan terhadap hubunganmu dengan pasangan pasangan setelah perceraian saat ini? Jika ada bagaimana terjadi. pengaruhnya? Apa yang kamu rasakan dan pikirkan ketika bersama dengan.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. pasangan jika teringat perceraian orangtuamu? apa. pesanmu. untuk. dirimu. sendiri dan orangtuamu di masa lalu dan saat ini? Apa. pesanmu. pasanganmu?. untuk.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan dan Perizinan Pada penelitian ini, peneliti melibatkan tiga orang dewasa awal yang sedang menjalin hubungan berpacaran dan memiliki pengalaman perceraian orangtua sebagai informan. Proses pengambilan data diawali dengan meminta kesediaan informan untuk menandatangani informed consent sebagai tanda kesediaan terlibat dalam penelitian ini. Kemudian peneliti menjelaskan isi informed consent sehingga informan dapat memahami proses dan konsekuensi dari penelitian ini. Sebelum pengambilan data dimulai, peneliti terlebih dulu melakukan pendekatan kepada informan. Hal ini dilakukan agar informan dapat terbuka dalam memberikan informasi. Pendekatan ini dilakukan untuk informan kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan informan pertama merupakan teman dekat peneliti, sedangkan informan kedua merupakan anak dari teman orangtua peneliti. Informan ketiga merupakan sepupu peneliti. Pendekatan pada informan kedua dimulai dari perkenalan peneliti di sekolah di mana orangtua informan dan peneliti mengajar sehingga terjalin komunikasi yang cukup intens. Sedangkan pendekatan pada informan ketiga berawal dari interaksi bersama saat peneliti berkunjung ke rumah informan ketiga. 38.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. Guna menciptakan rasa nyaman dalam diri informan, peneliti memberikan kebebasan kepada informan untuk menentukan waktu dan tempat. Selanjutnya dalam proses wawancara, peneliti mengawalinya dengan rapport awal. Peneliti berusaha membangun suasana dengan bertanya mengenai perjalanan menuju tempat yang ditentukan, hal yang sebelumnya dilakukan dan perasaan informan saat itu. Kemudian peneliti meminta izin untuk merekam proses wawancara dengan menggunakan handphone. Peneliti pun memulai proses wawamcara.. 2. Pelaksanaan Penelitian Penelitian yang dilakukan kepada tiga informan dilaksanakan pada waktu dan tempat yang berbeda sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan sebelumnya. Berikut tabel waktu dan tempat pelaksaan penelitian yang dilakukan: Tabel 1 Pelaksanaan Penelitian No. 1.. Keterangan. Informan 1. Informan 2. Informan 3. (Sm). (Cn). (It). Perizinan. Jumat, 17 Mei Rabu, 29 Mei Senin, 10 Juni. kepada. 2019. 2019. dan 11.00-12.30. 12.45. orangtua pendekatan. Rumah Sm. dengan. SMP. 11.00- 2019 19.00-20.30 N. 2 Rumah It. Bantul. informan 2.. Wawancara. a. Selasa,. 21 a. Senin,. 10 a. Rabu,. 12.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. Mei 2019. Juni. 14.00-15.00. 11.00-12.00. 14.45-15.30. Ruang. Rumah Cn. Rumah It. Psikologi. 2019. b. Jumat,. Juni. 2019. 14 b. Minggu, 16. Umum. Juni. 2019. Juni. 2019. Universitas. 13.00-14.00. 11.00-12.00. Sanata. Rumah Cn. Rumah It. Dharma b. Kamis, Mei. 23 2019. 14.00-14.45 Rumah Sm 3.. Pelaksanaan. Jumat,. 15. Jumat,. 8. Kamis, 14. member. November. November. November. checking. 2019. 2019. 2019. 10.00-11.00. 11.00-12.00. 15.20-16.15. Rumah Sm. Rumah Cn. Rumah It. Informan 1. Informan 2. Informan 3. Sm. Cn. It. 22 Tahun. 23 Tahun. 23 tahun. Perempuan. Laki-laki. Perempuan. B. Informan Penelitian Tabel 2 1. Data Diri Informan No. Keterangan. 1.. Inisial. 2.. Usia. 3.. Jenis Kelamin. 4.. Urutan Kelahiran. Anak pertama dari empat. Anak pertama Anak tunggal. dari dua bersaudara.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 41. bersaudara 5.. Pendidikan Terakhir. 6.. Pekerjaan. 7.. Suku. 8.. Agama. 9.. Pendidikan. SMA. Strata-1. SMK. Mahasiswa. Karyawan. Karyawan. Tionghoa. Jawa. Jawa. Buddha. Islam. Islam. Usia Orangtua. Ayah: 54. Ayah:-. Ayah:-. Ibu: 43. Ibu: 51. Ibu:48. Ayah: -. Ayah: -. Ayah: Pendidikan 10.. Strata-1. Tingkat Pendidikan. Ibu:. Ibu:. Pendidikan. Pendidikan. Strata-1. Strata-1. Ibu: SMA. Ayah: Karyawan 11.. Ayah:-. Swasta. Pekerjaan. Ibu: Ibu rumah. Ibu: Ibu Ibu: PNS. tangga. 2.. Ayah: -. Rumah Tangga. Latar Belakang Informan Berikut. merupakan. latar. belakang. informan. mengenai. hubungannya dengan pasangan beserta cerita singkat mengenai perceraian orangtuannya. a) Informan 1 (Sm) Orangtua Sm (22) telah bercerai sejak ia masih kecil. Perceraian itu terjadi karena ibunya berselingkuh dengan laki-laki.

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 42. lain. Pasca perceraian, Sm (22) dan adiknya ikut tinggal dengan ayahnya. Beberapa tahun kemudian, ayahnya pun menikah lagi dengan seorang wanita yang telah memiliki dua orang anak. Begitu pula ibu Sm (22) pun juga telah menikah dengan seorang laki-laki. Sehingga Sm (22) pun saat ini tinggal bersama ayah, ibu tirinya, dan tiga saudaranya. Perbedaan kebiasaan di keluarga ayahnya dan ibunya membuat Sm (22) merasa tidak nyaman. Di keluarga ayahnya, masing-masing sibuk dengan kegiatannya di kamar, sehingga mereka jarang berkumpul bersama untuk sekadar bercanda ataupun bertukar pikiran bersama. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi bila ayahnya sedang berada di rumah. Hal ini dikarenakan ayah Sm (22) saat ini bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Sedangkan di keluarga ibunya, semua anggota keluarga biasa berkumpul di ruang tengah untuk bertukar pikiran ataupun bercanda bersama. Akan tetapi, keadaannya saat ini sudah mulai membaik, Sm (22) dan ibu tirinya berusaha menjalin hubungan yang lebih dekat. Sehingga keadaan di rumahnya mulai menghangat. Hal ini juga di dukung dengan adanya seseorang di sampingnya. Saat liburan akhir semester kurang lebih 1 tahun yang lalu, Sm (22) berkenalan dengan seorang laki-laki melalui aplikasi instagram. Laki-laki tersebut merupakan adik tingkat Sm (22) di kampusnya. Semakin lama, Sm (22) pun semakin dekat dengan laki-laki tersebut. Kemudian mereka pun memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Sm.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 43. (22) sebenarnya masih merasa kurang yakin dengan kekasihnya saat ini karena pengalamannya. Sm (22) pernah dekat dengan seseorang, namun orang tersebut kurang serius dengan Sm (22). Hal itu membuat Sm (22) merasa sangat kecewa. Akan tetapi karena kekasih Sm (22) saat ini menunjukkan bahwa ia menyayangi Sm (22). Sm (22) pun akhirnya yakin dengannya dan mengetahui bahwa orangtua kekasihnya juga telah bercerai, sehingga mereka pun berusaha menguatkan satu sama lain.. b) Informan 2 (Cn) Cn (23) mengalami perceraian orangtua saat ia masih duduk di bangku SMP. Orangtua Cn (23) memutuskan bercerai karena ayah Cn berselingkuh dengan wanita lain. Saat orangtuanya bercerai, Cn (23) sama sekali tidak merasa sedih, namun ia merasa senang. Hal ini disebabkan Cn (23) menganggap ayahnya selalu mengganggu saat bermain game. Ayahnya selalu meminta Cn (23) untuk belajar. Selain itu, saat Cn (23) bertanya mengenai sesuatu hal secara mendetail dan ayahnya tidak dapat menjawab, maka ia akan dibentak. Hal tersebut membuat Cn (23) merasa bahwa ayahnya merupakan ancaman baginya. Suatu ketika, ayahnya pulang untuk merundingkan suatu hal. Cn (23) pun menangis karena ia merasa ayahnya akan mengganggunya bermain komputer. Cn (23) bahkan sudah tidak ingin bertemu lagi dengan ayahnya. Akan tetapi, setelah.

Gambar

Tabel 1. Pelaksanaan penelitian ………………………….…………………….39  Tabel 2. Data diri informan …………………………………………………….40

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa dewasa awal, ketiga subjek mencari attachment figure dengan membangun intimacy dalam sebuah hubungan berpacaran yang diwarnai tindakan kekerasan.. Intimacy

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis antara dewasa awal kelompok yang berpacaran dan tidak berpacaran pada dimensi

Dan berikut adalah karakteristik dari masa dewasa awal : Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan, Masa Dewasa Awal sebagai Usia Reproduktif, Masa Dewasa Awal

terdapat perbedaan perilaku cybersex pada dewasa awal yang sudah menikah dan belum. menikah, dimana perilaku cybersex dewasa awal yang sudah menikah lebih

Setelah me-review beberapa jurnal yang terkait dengan obesitas, terdapat satu jurnal penelitian yang salah satu subjek wanita dewasa muda atau wanita yang sudah memasuki masa

Kematian merupakan suatu peristiwa yang mempunyai dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia.Kematian tidak hanya berpengaruh pada orang yang mengalaminya namun juga pada

Kelebihan penelitian ini adalah dapat melihat hubungan secure attachment dengan kualitas hubungan berpacaran di masa dewasa awal yang menjalin long distance relationship

Peran Guru Bk atau Konselor dalam Membimbing Dewasa Awal Melaksanakan Tugas Perkembagannya Masa dewasa awal merupakan masa yang sangat penting dan berharga bagi fase perkembangan