• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Asam Salisilat dalam Produk Kosmetik Sediaan Padat secara KCKT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penetapan Kadar Asam Salisilat dalam Produk Kosmetik Sediaan Padat secara KCKT"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada

kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta

merubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka merubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka

kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari

tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor, tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor,

yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak

kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat dari kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat dari

kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik

(Wasitaatmadja, 1997). (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad

ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk

kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta

industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik

menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik

 begitu

 begitu maju maju dan dan merupakan merupakan paduan paduan antara antara kosmetik kosmetik dan dan obatobat

(( pharmaceutical  pharmaceutical ) atau yang disebut kosmetik medik () atau yang disebut kosmetik medik ( cosmeceuticalscosmeceuticals))

(Tranggono. R.I.S dan Latifah.F, 2007). Salah satu contoh kosmetik medik (Tranggono. R.I.S dan Latifah.F, 2007). Salah satu contoh kosmetik medik

yaitu sediaan padat yang mengandung asam salisilat yang berfungsi untuk yaitu sediaan padat yang mengandung asam salisilat yang berfungsi untuk

(2)

Kandungan asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik Kandungan asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik

ternyata memiliki dampak bagi kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang ternyata memiliki dampak bagi kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang

ringan hingga yang berat. Pengetahuan dan informasi akan bahaya kandungan ringan hingga yang berat. Pengetahuan dan informasi akan bahaya kandungan

asam salisilat yang terkandung dalam sediaan kosmetik ini tidak sepenuhnya asam salisilat yang terkandung dalam sediaan kosmetik ini tidak sepenuhnya

diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian

kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya didalam sediaan kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya didalam sediaan

 padat.  padat.

1.2

1.2 Rumusan MasalahRumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktek kerja lapangan ini adalah apakah kadar asam Rumusan masalah pada praktek kerja lapangan ini adalah apakah kadar asam

salisilat yang terkandung dalam sediaan padat sesuai dengan kadar asam salisilat yang terkandung dalam sediaan padat sesuai dengan kadar asam

salisilat yang dianjurkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan salisilat yang dianjurkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia Makanan Republik Indonesia

1.3

1.3 Batasan MasalahBatasan Masalah

Penetapan kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat ini Penetapan kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat ini

dilakukan dengan analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dilakukan dengan analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

1.4

1.4 Tujuan PenelitianTujuan Penelitian

Tujuan peneli

Tujuan penelitian tian ini adalah :ini adalah :

1.

1. Mengetahui kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padatMengetahui kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat

secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

2.

(3)

Kandungan asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik Kandungan asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik

ternyata memiliki dampak bagi kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang ternyata memiliki dampak bagi kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang

ringan hingga yang berat. Pengetahuan dan informasi akan bahaya kandungan ringan hingga yang berat. Pengetahuan dan informasi akan bahaya kandungan

asam salisilat yang terkandung dalam sediaan kosmetik ini tidak sepenuhnya asam salisilat yang terkandung dalam sediaan kosmetik ini tidak sepenuhnya

diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian

kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya didalam sediaan kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya didalam sediaan

 padat.  padat.

1.2

1.2 Rumusan MasalahRumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktek kerja lapangan ini adalah apakah kadar asam Rumusan masalah pada praktek kerja lapangan ini adalah apakah kadar asam

salisilat yang terkandung dalam sediaan padat sesuai dengan kadar asam salisilat yang terkandung dalam sediaan padat sesuai dengan kadar asam

salisilat yang dianjurkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan salisilat yang dianjurkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia Makanan Republik Indonesia

1.3

1.3 Batasan MasalahBatasan Masalah

Penetapan kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat ini Penetapan kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat ini

dilakukan dengan analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dilakukan dengan analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

1.4

1.4 Tujuan PenelitianTujuan Penelitian

Tujuan peneli

Tujuan penelitian tian ini adalah :ini adalah :

1.

1. Mengetahui kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padatMengetahui kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat

secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

2.

(4)

3.

3. Membandingkan kadar asam salisilat yang diperoleh dengan kadar yangMembandingkan kadar asam salisilat yang diperoleh dengan kadar yang

telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia Makanan Republik Indonesia

1.5

1.5 Manfaat PenelitianManfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : Manfaat penelitian ini adalah :

1.

1. Menambah pengetahuan dalam menggunakan instrumen KCKT untukMenambah pengetahuan dalam menggunakan instrumen KCKT untuk

analisis secara kuantitatif analisis secara kuantitatif

2.

2. Mengetahui kadar asam salisilat yang diperbolehkan dalam produkMengetahui kadar asam salisilat yang diperbolehkan dalam produk

kosmetik sediaan padat kosmetik sediaan padat

(5)

BAB II

BAB II

KEADAAN UMUM LOKASI PKL

KEADAAN UMUM LOKASI PKL

2.1

2.1 Visi dan Misi, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik IndonesiaVisi dan Misi, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

(Badan POM RI) (Badan POM RI)

2.1.1

2.1.1 VisiVisi

Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang inovatif, Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang inovatif,

kredibel dan diakui secara internasional untuk melindungi kredibel dan diakui secara internasional untuk melindungi

masyarakat. masyarakat.

2.1.2

2.1.2 MisiMisi

1.

1. Melakukan pengawasanMelakukan pengawasan  pre-market  pre-market   dan  dan  pos-market  pos-market   berstandar  berstandar

internasional internasional

2.

2. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.

3.

3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan diMengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di

 berbagai lini.  berbagai lini.

4.

4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dariMemberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari

obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan. obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

5.

5. Membangun organisasi pembelajar (Membangun organisasi pembelajar ( Learning Organization Learning Organization).).

2.2

2.2 Tujuan dan Tugas PPOMNTujuan dan Tugas PPOMN

2.2.1

2.2.1 TujuanTujuan

Tujuan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) adalah : Tujuan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) adalah :

(6)

1.

1. Melindungi masyarakat dari penggunaan produk terapetik, narkotika,Melindungi masyarakat dari penggunaan produk terapetik, narkotika,

 psikotropika, zat adiktif

 psikotropika, zat adiktif lain, bahan berbahaya, alalain, bahan berbahaya, alat kesehatan, pangan,t kesehatan, pangan,

obat tradisional, produk komplemen, kosmetika dan produk biologi obat tradisional, produk komplemen, kosmetika dan produk biologi

yang tidak memenuhi syarat. yang tidak memenuhi syarat.

2.

2. Sebagai unit pelaksana teknis pemerintah dalam pengambilanSebagai unit pelaksana teknis pemerintah dalam pengambilan

keputusan. keputusan.

3.

3. Menjadi laboratorium nasional untuk produk terapetik, narkotika,Menjadi laboratorium nasional untuk produk terapetik, narkotika,

 psikotropika, zat adiktif

 psikotropika, zat adiktif lain, bahan berbahaya, alalain, bahan berbahaya, alat kesehatan, pangan,t kesehatan, pangan,

obat tradisional, produk komplemen, kosmetika dan produk

obat tradisional, produk komplemen, kosmetika dan produk biolbiologi.ogi.

4.

4. Membantu memperlancar pengujian produk terapetik, narkotika,Membantu memperlancar pengujian produk terapetik, narkotika,

 psikotropika, zat adiktif

 psikotropika, zat adiktif lain, bahan berbahaya, alalain, bahan berbahaya, alat kesehatan, pangan,t kesehatan, pangan,

obat tradisional, produk

obat tradisional, produk komplemkomplemen, kosmetika dan en, kosmetika dan produk biologi.produk biologi.

2.2.2

2.2.2 TugasTugas

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional mempunyai tugas Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional mempunyai tugas

melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaianmutu melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaianmutu

 produk

 produk terapetik, terapetik, narkotika, narkotika, psikotropika psikotropika dan dan zat zat adiktif adiktif lain, lain, alatalat

kesehatan, obattradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan dan kesehatan, obattradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan dan

 bahan

 bahan berbahaya berbahaya sesuaidengan sesuaidengan peraturan peraturan perundang-undangan perundang-undangan yangyang

 berlaku,

 berlaku, serta serta melaksanakanpembinaan melaksanakanpembinaan mutu mutu Laboratorium Laboratorium PengawasanPengawasan

Obat dan Makanan. Obat dan Makanan.

(7)

2.3 Fungsi PPOMN

Dalam melaksanakan tugas pembinaan mutu, PPOMN menyelenggarakan

fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan

2. Pelaksanaan pengujian laboratorium, dan penilaian mutu produk terapetik,

narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, alat tr adisional,

kosmetik, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya

3. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN

4. Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium pengawasan obat dan makanan

5. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa

 pengujian

6. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan

7. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan

8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat.

2.4 Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional terdiri

dari :

1. Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya

2. Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen

3. Bidang Pangan

(8)

6. Kelompok Jabatan Fungsional

7. Subbagian Tata Usaha

2.4.1 Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya

Bidang produk terapetik dan bahan berbahaya mempunyai

tugas melaksanakan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian, dan

 penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

 pengujian produk terapetik dan bahan berbahaya.

Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya menyelenggarakan

fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengujian produk terapetik dan

 bahan berbahaya

2. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

 penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

 pengujian obat, narkotika dan psikotropika secara kimia fisika

3. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

 penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

 pengujian alat kesehatan, produk diagnostik dan bahan berbahaya

4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian produk terapetik dan

 bahan berbahaya

(9)

2. Seksi Alat Kesehatan, Produk Diagnostik dan Bahan Berbahaya

Seksi Kimia Fisika Obat, Narkotika dan Psikotropika

mempunyai tugas melakukan pemeriksaan secara laboratorium,

 pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode

analisa pengujian obat, narkotika dan psikotropika secara kimia fisika

Seksi Alat Kesehatan, Produk Diagnostik dan Bahan

Berbahaya mempunyai tugas melakukan pemeriksaan secara

laboratorium, pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan

 pengembangan metode analisa pengujian alat kesehatan, produk

diagnostik dan bahan berbahaya.

2.4.2 Bidang Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplimen

Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen

mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan secara laboratorium,

 pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode

analisa pengujian obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen

Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen

menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengujian obat tradisional,

(10)

2. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

 penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

 pengujian obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen

3. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

 penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

 pengujian kosmetik

4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat tradisional,

kosmetik dan produk komplimen

Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen

terdiri dari :

1. Seksi Obat Tradisional dan Produk Komplimen

2. Seksi Kosmetik

Seksi Obat Tradisional dan Produk Komplimen mempunyai

tugas melakukan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

 penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian

obat tradisional dan produk komplimen

Seksi Kosmetik mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan

(11)

2.4.3 Bidang Pangan

Bidang Pangan mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan

secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan

 pengembangan metode analisa pengujian pangan

Bidang Pangan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengujian pangan

2. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

 penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

 pengujian nutrisi

3. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

 penilaian, pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian

keamanan pangan

4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian pangan

Bidang Pangan terdiri dari :

1. Seksi Nutrisi

2. Seksi Keamanan Pangan

Seksi Nutrisi mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

secara laboratorium, pengujian dan penilaian, pelatihan dan

(12)

Seksi Keamanan Pangan mempunyai tugas melakukan

 pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian, pelatihan

dan pengembangan metode analisa pengujian keamanan pangan.

2.4.4 Bidang Produk Biologi

Bidang Produk Biologi mempunyai tugas melaksanakan

 pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu,

 pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian produk biologi

Bidang Produk Biologi menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengujian produk biologi

2. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

 penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

 pengujian vaksin

3. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pelatihan dan

 pengembangan metode analisa pengujian secara toksikologi dan

farmakologi

4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian produk biologi

Bidang Produk Biologi terdiri dari :

1. Seksi Vaksin

(13)

Seksi Vaksin mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan

 pengembangan metode analisa pengujian vaksin.

Seksi Toksikologi dan Farmakologi mempunyai tugas

melakukan pemeriksaan secara laboratorium, pelatihan dan

 pengembangan metode analisa pengujian secara toksikologi dan

farmakologi.

2.4.5 Bidang Mikrobiologi

Bidang Mikrobiologi mempunyai tugas melaksanakan

 pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu,

 pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian produk

terapetik, kosmetik, alat kesehatan, obat tradisional dan pangan secara

mikrobiologi

Bidang Mikrobiologi menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengujian secara mikrobiologi

2. Pelaksanan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian,

 pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian pot ensi dan

sterilitas produk terapetik dan pangan

3. Pelaksanan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian,

(14)

4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian secara mikrobiologi

Bidang Produk Biologi terdiri dari :

1. Seksi Potensi dan Sterilitas

2. Seksi Cemaran Mikrobiologi

Seksi Potensi dan Sterilitas mempunyai tugas melakukan

 pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian, pelatihan dan

 pengembangan metode analisa pengujian potensi dan sterilitas produk

terapetik dan pangan.

Seksi Cemaran Mikrobiologi mempunyai tugas melakukan

 pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian, pelatihan dan

 pengembangan metode analisa pengujian cemaran mikroba secara

mikrobiologi.

2.4.6 Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan

 pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Pusat Pengujian Obat

(15)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kosmetika

3.1.1 Pengertian

Kosmetika berasal dari bahasa Inggris “Cosmetic” yang

artinya alat kecantikan wanita. Dalam bahasa Arab modern

diistilahkan dengan “alatuj tajmiil ”, atau sarana mempercantik diri.

Dalam bahasa Yunani “kosmetikos”  yang berarti keterampilan

menghias dan mengatur.

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang

dikenakan pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara,

menambah daya tarik serta merubah rupa. Karena terjadi kontak

antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan diserap oleh

kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah

kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor,

yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai.

Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa

manfaat dari kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa

efek samping kosmetik (Wasitaatmadja, 1997).

Definisi lebih rincinya menurut badan BPOM (Badan

(16)

adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar

 badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar) gig i

dan ronggga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,

mengubah penampilan supaya tetap dalam keadaan baik.

3.1.2 Sejarah Kosmetika

Sejarah kosmetik sangat panjang, mengikuti waktu

 penggunaannya. Kosmetika berasal dari kata “kosmein”  (Yunani)

yang berarti “berhias”. Kosmetika sudah dikenal orang sejak

zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun sebelum masehi telah

digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat,

lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar

matahari.

Penggunaan susu, akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak

 bumi, minyak hewan, madu dan lainnya sudah menjadi hal yang

 biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu. Hal ini dapat diketahui

melalui naskah-naskah kuno yang ditulis dalam papirus atau

dipahat pada dinding piramida.

Pengetahuan kosmetik tersebut kemudian menyebar

keseluruh penjuru dunia melalui jalur komunikasi yang terjadi

dalam kegitan perdagangan, agama, budaya, politik dan militer. Di

(17)

sebelum zaman penjajahan Belanda, namun sayang tidak ada

catatan yang jelas mengenai hal tersebut yang dapat dijadikan

 pegangan.

 Namun dari cerita dan legenda Ken Dedes, Dewi Ratih dan

Roro Jongrang, dapat diperkirakan adanya usaha dan cara untuk

meningkatkan kecantikan dengan kosmetik tradisional. Sekarang

kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami saja tetapi

 juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan

(Wasitaatmaja, S.M, 1997).

3.1.3 Penggolongan Kosmetika

Kosmetika berdasarkan sifat, bahan, cara pembuatan dan

fungsinya dapat digolongkan menjadi beberapa macam.

Penggolongan kosmetik antara lain adalah sebagai berikut:

3.1.3.1 Menurut Peraturan Kepala Badan POM

1. Sediaan bayi bayi, misalnya sabun mandi bayi, sampo

 bayi, bedak bayi, baby oil , baby lotion, baby cream, dll

2. Sediaan mandi, misalnya sabun mandi, sabun mandi cair,

sabun mandi antiseptik, busa mandi, bath oil , dll

3. Sediaan kebersihan badan, misalnya deodoran, anti

 perspiran, deodoran - antiprespiran, pembersih

(18)

4. Sediaan cukur, misalnya sediaan pra cukur, sediaan

cukur, sediaan paska cukur

5. Sediaan wangi-wangian, misalnya eau de toilette, eau de

 parfume, eau de collogne, pewangi badan, parfum, dll

6. Sediaan rambut, misalnya sampo, sampo ketombe , hair

conditioner, hair creambath, hair tonic, hair styling, hair

dressing , dll

7. Sediaan pewarna rambut, misalnya pewarna rambut, hair

lightener, activator , dan tata rias rambut fantasi

8. Sediaan rias mata, misalnya pensil alis, eye shadow, eye

liner, mascara, eye foundation, eye moisturizer, eye

cream, dll

9. Sediaan rias wajah, misalnya make-up base,  vanishing

cream, foundation, face powder, liquid powder, compact

 powder, blush on, lip gloss, lip liner, lip color , dll

10. Sediaan perawatan kulit, misalnya pembersih kulit

muka, penyegar kulit muka, actingen, dll

11. Sediaan mandi surya dan tabir surya

12. Sediaan kuku, misalnya base coat, top coat, nail dryer,

nail extender, nail strongthener, nail color , dll

13. Sediaan hygiene mulut, misalnya dentrifices, mouth

(19)

3.1.3.2 Menurut Cara Pembuatan

Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan

(Tranggono, 2004) sebagai berikut:

1. Kosmetik Modern

Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah

secara modern (termasuk di antaranya adalah cosmedic).

2. Kosmetik tradisional

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang

dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep

dan cara yang turun-temurun.

 b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi

 bahan pengawet agar tahan lama. Hanya namanya

yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar

tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan

tradisional.

3.1.3.3 Menurut Kegunaannya

Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit:

1. Kosmetik perawatan kulit ( skin care cosmetic)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan

(20)

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser ):

sabun, cleansing cream, cleansing milk , dan

 penyegar kulit ( freshener ).

 b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer ),

misalnya mosturizer cream, night cream, anti

wrinkel cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya  sunscreen

cream dan sunscreen foundation, sun block

cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit

( peeling ), misalnya scrub ceram yang berisi

butiran- butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas

(abrasiver ).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat

 pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang

lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang

 baik, seperti percaya diri ( self confident ). Dalam

kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat

 besar.Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 golongan

(Tranggono, 2004), yaitu:

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek

(21)

lipstik, bedak, pemerah pipi, eyes shadow, dan

lain-lain.

 b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan

 biasanya dalam baru lama baru luntur, misalnya

kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting

rambut, dan preparat penghilang rambut.

3.1.3.4 Menurut Bahan dan Penggunaannya

Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta maksud

evaluasi produk kosmetik dibagi menjadi 2 golongan

(Ditjen POM, 2004):

1. Kosmetik golongan I adalah:

a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi

 b. Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga

mulut dan mukosa lainnya

c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan

 persyaratan kadar dan penandaan

d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya

 belum lazim serta belum diketahui keamanan dan

kemanfaatannya.

2. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak

(22)

3.2 Sediaan Padat

Sediaan padat dalam kosmetik salah satunya adalah bedak. Bedak

merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan

oxydumzincicum  dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek

sangat superfi sial karenatidak melekat erat sehingga hampir tidak

mempunyai daya penetrasi.

Oxydum zincicum  merupakan suatu bubuk halus berwarna putih

 bersifat hidrofob. Talcum venetum  merupakan suatu magnesium polisilikat

murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai sebagai komponen bedak,

 bedak kocok dan pasta.

3.3 Asam Salisilat

Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat

digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan

sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan

ester salisilat dari asam organik.

Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup tinggi

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis

yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari

 pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik serta pembuatan

 bahan baku untuk keperluan farmasi.

(23)

Rumus : C7H6O3

Titik didih : 211 °C

 Nama IUPAC : 2-Hydroxybenzoic acid

Massa molar : 138,121 g/mol

Kelas obat : Obat antiinflamasi non steroid

Obat lain dalam kelas yang sama : Aspirin, Asam benzoat, dll

3.3.1 Sejarah Asam Salisilat

Asam salisilat pada awalnya ditemukan oleh Indian

Amerika pada kulit pohon dan daun pohon willow dan meadow

 sweet.

Keterangan ini didapat dari hasil penelusuran tulisan

Hippocrates. Dia menulis tentang bubuk pahit yang dikenal dapat

mengurangi sakit, nyeri, dan demam.

Suku Indian Amerika akan mengunyah kulit yang

mengandung bentuk asli dari asam salisilat yang dikenal dengan

acetyl salicylic acid, dan digunakan untuk menyembuhkan sakit

kepala dan penyakit lainnya yang memerlukan anti-inflamasi.

3.3.2 Kegunaan Asam Salisilat

Asam salisilat adalah obat topikal murah yang digunakan

untuk mengobati sejumlah masalah kulit, seperti jerawat, kutil,

(24)

Asam salisilat juga bisa digunakan untuk mengawetkan

makanan, antiseptik, dan campuran dalam pasta gigi. Asam salisilat

digunakan pula sebagai bahan utama untuk aspirin.

Ketika digunakan untuk jerawat, asam salisilat akan

mencegah sel-sel kulit mati menutup folikel rambut sehingga

mencegah penyumbatan pori-pori yang dapat menyebabkan

 jerawat.

Asam salisilat juga membantu menghilangkan sel-sel kulit

mati dari lapisan kulit. Untuk mengobati kutil, diperlukan dosis

asam salisilat yang tinggi.

Asam salisilat akan melunakkan kutil sehingga lebih mudah

diangkat. Asam salisilat juga banyak terkandung dalam beberapa

sayuran seperti brokoli, paprika, dan mentimun.

3.3.3 Efek Samping Asam Salisilat

Asam salisilat mudah digunakan dan bisa diperoleh di

hampir semua toko obat atau apotek.

 Namun seperti halnya obat lain, asam salisilat juga memiliki

efek samping, mulai dari yang ringan hingga berat. Beberapa efek

samping ringan yang sering terjadi adalah kulit kering.

Jika hal ini terjadi, pelembab ringan yang bebas minyak

 biasanya dapat membantu mengatasi kulit kering ini. Iritasi kulit

(25)

Jika Anda mengalami iritasi kulit ringan, kurangi

 penggunaan asam salisilat. Namun, jika iritasi kulit yang terjadi

 parah, maka hentikan secara total penggunaan asam salisilat.

Efek samping lain yang serius, biasanya disebut dengan

keracunan asam salisilat, termasuk diantaranya adalah sakit kepala

yang parah, napas cepat, atau telinga berdengung.

3.3.4 Manfaat Asam Salisilat

Banyak manfaat dan kegunaan asam salisilat. Anda bisa

menggunakan asam salisilat sebagai obat tanpa memerlukan resep

dari dokter.

Asam salisilat aman digunakan dan hanya memiliki sedikit

efek samping yang biasanya akan hilang seiring dengan waktu.

Asam salisilat juga mengandung Beta Hydroxy Acid

(BHA), yang merupakan bahan populer untuk memerangi kerutan

dan keriput.

3.3.5 Peringatan

Bila menggunakan asam salisilat, pastikan untuk

memerhatikan secara seksama kondisi kulit Anda. Asam salisilat

 bisa menyebabkan masalah kulit serius bagi orang berkulit sensitif.

Sebagian besar obat jerawat mengandung asam salisilat

(26)

Hindari penggunaan asam salisilat bersamaan dengan

 produk yang mengandung alkohol, sabun abrasif, kosmetik yang

dapat membuat kulit kering, atau obat jerawat topikal yang

mengandung benzoil peroksida atau sulfur.

Wanita hamil dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih

dahulu dengan dokter sebelum menggunakan asam salisilat.

3.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikenal juga dengan

istilah  High Performance Liquid Chromatography (HPLC).  KCKT

merupakan perangkat peralatan yang penting dalam perkembangan dunia

analisis bahan baku maupun bahan pencemar. Fungsi utama KCKT pada

dasarnya adalah kemampuannya dalam memisahkan berbagai komponen

 penyusun dalam suatu sampel. Kinerja tinggi dari kromatografi awalnya

ditentukan oleh ketinggian tekanannya, namun perkembangan teknologi

telah menghasilkan produk kromatografi cair berkinerja tinggi dengan

tekanan yang tidak terlalu tinggi.

KCKT merupakan teknik pemisahan yang masih menjadi idola

didunia analisis saat ini. KCKT digunakan secara luas dalam pemisahan dan

 pemurnian berbagai sampel dalam berbagai bidang seperti farmasi,

lingkungan, industri makanan dan minuman, industri polimer dan berbagai

 bahan baku. KCKT lebih banyak digunakan untuk keperluan identifikasi

(27)

spektrometri massa ( Mass Spectrometer   (MS)), maka penggunaannya akan

lebih memungkinkan dalam analisis kuantitatif.

Secara umum KCKT digunakan dalam kondisi-kondisi ber ikut:

1. Pemisahan berbagai senyawa organik maupun anorganik, ataupun

spesimen biologis

2. Analisis ketidakmurnian (impurities)

3. Analisis senyawa-senyawa yang tak mudah menguap (non-volatil)

4. Penentuan molekul-molekul netral, ionik maupun zwitter ion

5. Isolasi dan pemurnian senyawa

6. Pemisahan senyawa-senyawa dengan struktur kimia yang mirip

7. Pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah kecil (trace elements)

3.4.1 Komponen KCKT

Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada

Diagram Blok KCKT berikut ini :

(28)

3.4.1.1 Pompa (Pump )

Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang

 bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa yang

digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan

 pemindahan konstan (constant displacement).  Pemindahan

konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa

reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating

menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur

(pulsating), oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa

atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar

(base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif

terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran

reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran

yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.

3.4.1.2 Injektor (injector )

Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung

kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari

material kolom. Ada dua model umum :

a. Stopped Flow

 b. Solvent Flowing

(29)

a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada

kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan

lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam

cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi

 b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama

dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injekto r

ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 -70

atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua

 pelarut-pelarut Kromatografi Cair. Partikel kecil dari

septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat

menyebabkan penyumbatan.

c.  Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk

menginjeksi volume lebih besar dari 10μ dan dilakukan

dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor

yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan

secara manual). Pada posisi load, sampel diisi kedalam

loop pada kinerja atmosfir, bila valve difungsikan,

maka sampel akan masuk ke dalam kolom.

3.4.1.3 Kolom (Column )

Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau

(30)

dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi

menjadi dua kelompok :

a. Kolom analitik : Diameter dalam 2-6 mm. Panjang kolom

tergantung pada jenis material pengisi kolom. Untuk

kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah

50-100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10-30

cm. Sekarang ini ada juga yang 5 cm.

 b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm

atau lebih besar dan panjang kolom 25-100 cm.

Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan

 biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa

 juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk

kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi.

Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT yang

digunakan ( Liquid Solid Chromatography, LSC;  Liquid

 Liquid Chromatography, LLC;  Ion Exchange

Chromatography, IEC ; Exclution Chromatography, EC).

3.4.1.4 Detektor (Detector )

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya

komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan

menghitung kadamya (analisis kuantitatif). Detektor yang

(31)

yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi

respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang

rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat

diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.

Detektor KCKT yang umum digunakan adalah

detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat

digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range

yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan

secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi

umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan

detektor UV.

Detektor-detektor lainnya antara lain:

a. Detektor Fluorometer

 b. Detektor Spektrofotometer Massa

c. Detektor lonisasi nyala

d. Detektor Refraksi lndeks

e. Detektor Elektrokimia

f. Detektor Reaksi Kimia

3.4.1.5 Elusi Gradien

Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan

kekuatan fasa gerak selama analisis kromatografi

(32)

waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat

 pada kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh

Snyder. Elusi gradien menawarkan beberapa keuntungan :

a. Total waktu analisis dapat direduksi

 b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam

campuran bertambah

c. Ketajaman peak bertambah (menghilangkan tailing)

d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada

 peak

Gradien dapat dihentikan sejenak atau dilanjutkan.

Optimasi gradien dapat dipilih dengan cara trial and error.

Tabel berikut ini menunjukkan kompatibilitas dari

 bermacam-macarn mode kromatografi cair dengan analisis

gradien.

Tabel 1.Kompatibilitas Mode Kromatografi

g

a

d

i

Dalam praktek, gradien dapat diformasi sebelum dan

sesudah pompa.

Mode Solven Gradien

Kromatografi Cair padat (LSC) Ya

Kromatografi ekslusi Tidak

Kromatografi Penukar Ion (IEC) Ya Kromatografi Cair Cair (LLC) Tidak Kromatografi Fasa Terikat (BPC) Ya

(33)

3.4.1.6 Pengolahan Data (Data H andli ng )

Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya

ditampilkan dalam bentuk kromatogram pada rekorder.

3.4.1.7 Fasa Gerak (M obil e Phase )

Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven

atau rasa gerak adalah salahsatu dari variabel yang

mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat

luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada

 beberapa sifat umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak

harus :

1. Murni, tidak terdapat kontaminan

2. Tdak bereaksi dengan wadah ( packing )

3. Sesuai dengan defektor

4. Melarutkan sampel

5. Memiliki visikositas rendah

6. Bila diperlukan, memudahkan " sample recovery"

7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah

Umumnya, semua solven yang sudah digunakan

langsung dibuang karena prosedur pemumiannya kembali

sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari semua

 persyaratan di atas, persyaratan 1-4 merupakan yang sangat

(34)

Menghilangkan gas (gelembung udara) dari solven,

terutama untuk KCKT yang menggunakan pompa bolak

 balik (reciprocating pump) sangat diperlukan terutama bila

detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang

terlarut yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan

gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data yang

diperoleh tidak dapat digunakan (the data may be useless).

Menghilangkan gas (degassing ) juga sangat baik bila

menggunakan kolom yang sangat sensitif terhadap udara

(contoh : kolom berikatan dengan NH2).

3.4.2 Keuntungan KCKT

KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi

Gas (KG). Dalam banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan untuk

memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya. Bila

derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat yang

tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada

 pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama.

 Namun demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi

akan memainkan peranan yang lebih besar bagi para analis

laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT karena

teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV

(35)

KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding

dengan kromatografi cairklasik, antara lain:

a. Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak

analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk

analisis yang tidak rumit (uncomplicated ), waktu analisis kurang

dari 5 menit bisa dicapai.

 b. Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai

dua rasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas

yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan

terutama dicapai hanya dengan rasa diam. Kemampuan zat padat

 berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak pada

KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai

 pemisahan yang diinginkan.

c. Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa

digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah

nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat.

Detektor-detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah

sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti

Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll dapat

 juga digunakan dalam KCKT.

d. Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom

kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali

(36)

yang sama sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan

dari solven dan jenis solven yang digunakan.

e. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat  –   zat yang

tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah,

 biasanya diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. KCKT

dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk

mengalissis zat –  zat tersebut.

f. Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan

dalam KCKT tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada

komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen

sampel tersebut dapat dengan mudah sikumpulkan setelah

melewati detector. Solvennya dapat dihilangkan dengan

menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion

memerlukan prosedur khusus.

3.4.3 Seleksi Tipe KCKT

Analisis (pengguna KCKT) sebelum mengoperasikan

KCKT, harus membuat keputusan tipe yang mana yang harus dipilih

yang dapat memberikan informasi yang diinginkan.

Skema I : Seleksi tipe KCKT adalah suatu petunjuk umum untuk

seleksi tipe KCKT . Informasi ini akan memudahkan para analis

untuk memutuskan pemelihan tipe KCKT yang memberikan para

(37)

kemungkinan terbaik pada pemisahaan yang diinginkan. Namun,

sampel yang tidak dikenal (unknown) akan menyulitkan

 pemilihannya tipe KCKT.

Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada,

 besarnya berat molekul dapat diperoleh dari pembuat informasi,

 pemberi sampel, atau data spektroskopik seperti nucleic magnetic

resonance spectrosphotometer , infra red spectrophotometer , ultra

violet spectrumeter , dan mass spectrophotometer . Semua data-data

ini dapat digunakan sebagai petunjuk bagi analis memilih t ipe KCKT

yang tepat untuk digunakan.

Gambar 2.Seleksi Tipe KCKT

(38)

Skema 1 : Seleksi tipe KCKT, dengan cepat kita dapat melihat

 bahwa Berat Molekul (BM) lebih besar dari 2000, maka kita dapat

menggunakan kromatografi eksklusi. Fasa geraknya adalah air jika

sampelnya larut dalam air; bila dapat larut dalam pelarut organik

maka digunakan pelarut- pelarut organik sebagai rasa gerak. Fasa

diamnya adalah Sephadex atau ( Bondagel Seri E  untuk rasa gerak air

dan Styragel  atau MicroPak TSK  gel untuk rasa gerak organik). Bila

BM lebih rendah dari 2000, pertama yang harus ditentukan adalah

apakah sampel dapat larut dalam air. Bila sampel dapat larut dalam

air, maka kromatografi partisi rasa terbalik atau kromatografi

 penukar ion dapat digunakan. Bila kelarutan dipengaruhi oleh

 penambahan asam atau basa atau bila pH larutan bervariasi lebih dar i

2 satuan pH dari pH 7, maka kromatografi penukar ion adalah

 pilihan utama. Bila kelambatan tidak dipengaruhi oleh asam dan

 basa dan larutan sampel adalah netral, maka kromatografi partisi rasa

terbalik adalah pilihan terbaik. Tipe eksklusi menggunakan ukuran

 poros yang kecil dan rasa air dapat juga dicoba.

Bila sampel tidak larut dalam air, kromatografi partisi atau

kromatografi padat cair dianjurkan untuk digunakan. Untuk

 pekerjaan rutin disarankan menggunakan kromatografi partisi fasa

terikat normal karena kolom-kolom ini tidak begitu rumit dalam

 perawatannya setelah digunakan. Untuk sampel-sampel isomer

(39)

 perbedaan ukuran partikel yang besar, kromatografi eksklusi sterik

(40)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan dilaksanakan di Pusat Pengujian Obat dan

Makanan Nasional lantai 1, di Laboratorium Kosmetik Badan Pengawas

Obat dan Makanan yang beralamat di jalan Percetakan Negara No.23,

Jakarta Pusat, Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 2 Februari sampai

dengan tanggal 27 februari 2015.

4.2 Alat dan Bahan

4.2.1 Alat

Alat yang digunakan adalah neraca analitik, neraca mikro,

erlenmeyer bertutup, spatulla, labu ukur, gelas ukur, gelas beaker,

 pipet tetes, pipet volum, corong, kertas saring whattman, vortex,

water bath, membran filter milipore, ultrasonic, dan satu set alat

KCKT.

4.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah sampel yang mengandung

(41)

4.3 Prosedur Kerja

4.3.1 Pembuatan Larutan Uji

Sampel sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam

erlenmeyer bertutup. Kemudian ditambahkan 0,5 ml H2SO4 2M

dan 25 ml campuran pelarut etanol  –  air (9:1). Kemudian dikocok

dengan vortex selama 1 menit. Setelah itu direndam dalam water

 bath dengan suhu 60°C selama 5 menit, lalu didinginkan.

Selanjutnya disaring dengan kertas saring whattman dan dengan

membran filter (A). Lalu dilakukan penetapan KCKT selama 24

 jam. Larutan uji dibuat sebanyak 6 kali.

4.3.2 Pembuatan Larutan Baku

Baku pembanding asam salisilat ditimbang sebanyak 10 mg

ke dalam labu ukur 10 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml campuran

 pelarut etanol – air (9:1) dan dikocok dengan vortex. Setelah itu

ditambahkan campuran perlarut kembali sampai tanda tera dan

dikocok. Setelah itu dipipet larutan tersebut sebanyak 4 ml dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Ditambahkan 0,5 ml H2SO4

2M dan di tambahkan campuran pelarut etanol – air (9:1) sampai

tanda tera dan dikocok. Kemudian disaring dengan membran filter

(42)

4.3.3 Pembuatan Fasa Gerak

Fasa gerak yang digunakan yaitu dapar asetat  –   asetonitril

dengan perbandingan 9:1. Cara membuat dapar asetat adalah

sebanyak 6,35 gram natrium asetat dilarutkan dalam 20 ml asam

asetat 96% dalam 1 liter air.

4.3.4 Cara Penetapan

Larutan A dan B disuntikkan secara terpisah dan dilakukan

 penetapan KCKT dengan kondisi :

Fasa gerak : Dapar asetat – asetonitril (9:1)

Kolom : Panjang 150 mm, diameter 4,6 mm

 berisi oktadesilsilena (RP 18), ukuran

 partikel 10 μm.

Laju alir : 1,0 ml/menit

Suhu kolom : 40°C

Volume penyuntikan : Larutan A dan B 20 μL

Detektor : UV λ=240 nm 4.3.5 Perhitungan           

(43)

Keterangan :

% : Kadar asam salisilat

Au : Area larutan uji

Ab : Area larutan baku

Bb : Bobot baku

Bu : Bobot uji

(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Preparasi Larutan Uji dan Larutan Baku

Pelarut yang digunakan adalah etanol  –   air (9:1) karena etanol

 bersifat semipolar sehingga dapat lebih cepat melarutkan sampel dan baku

asam salisilat.

Gambar 3.Struktur Kimia Asam Salisilat

Dari gambar rumus struktur asam salisilat di atas, terlihat bahwa asam

salisilat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar. Gugus polarnya adalah

gugus  – OH dan gugus nonpolarnya adalah gugus cincin benzennya. Dari

rumus struktur ini dapat dilihat bahwa asam salisilat larut pada sebagian

 pelarut polar dan sebagian pada pelarut non polar, tetapi sukar larut dengan

sempurna pada pelarut polar saja atau pelarut nonpolar saja karena memiliki

gugus polar dan nonpolar sekaligus dalam satu gugus. Sehingga otomatis

mudah larut pada pelarut semipolar seperti alkohol dan eter. Hal ini sesuai

dengan pustaka yang menyebutkan bahwa asam salisilat sukar larut pada air

(45)

nonpolar tetapi mudah larut pada etanol dan eter yang merupakan pelarut

semipolar (Anonim, 1995).

Larutan uji dan larutan baku yang telah dibuat siap untuk

diinjeksikan ke dalam perangkat KCKT. Namun sebelum diinjeksikan

 perlu dilakukan penyaringan dengan menggunakan „ filter milipore‟ dengan

diameter 0,45µm terlebih dahulu. Penyaringan sebelum penginjeksian ini

dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan didalam kolom dan

menghilangkan gas dari pelarutnya. Namun untuk tujuan tertentu,

misalnya untuk sterilisasi dari bakteri, mungkin saja dilakukan

 penyaringan dengan menggunakan „ filter milipore‟ dengan diameter

0,22µm. Penyimpanan sampel untuk jangka waktu yang lama, sebaiknya

menggunakan milipore dengan diameter 0,22µm agar kontaminasi bakteri

dapat diminimalisir (Mannheim, 1997). Larutan uji dan baku yang telah

disaring kemudian dimasukkan ke dalam vial untuk dianalisis dengan

KCKT.

5.2 Preparasi Fasa gerak

Fasa gerak dapar asetat – asetonitril yang telah dibuat dipisah dalam

 botol berbeda, yang nantinya akan dicampurkan dalam KCKT dengan

 perbandingan dapar asetat – asetonitril 9:1. Pada fasa gerak yang perlu

diperhatikan adalah gas-gas yang terlarut di dalamnya. Jadi sebelum

digunakan, fasa gerak tersebut harus dibebaskan dari suatu gas terlebih

(46)

dengan menarik gelembung udara dari dalam media dengan menggunakan

 peralatan pompa vakum (Mannheim, 1997). Hal ini penting untuk

menghindari terjadinya penyumbatan pada kolom dan terganggunya

kepekaan detektor.

5.3 Penetapan Kadar Asam Salisilat

Pada penetapan kadar asam salisilat ini dilakukan secara kuantitatif

menggunakan instrumen KCKT. Analsis kuantitatif KCKT didasarkan pada

 pengukuran luas atau area puncak dalam kromatogram. Teknik yang

dilakukan kali ini merupakan “reverse phase” atau fasa terbalik karena

teknik ini menggunakan pelarut polar sebagai fasa gerak sedangkan fasa

diamnya menggunakan pelarut non-polar. Fasa gerak yang digunakan adalah

dapar asetat –  asetonitril (9:1), sementara fasa diamnya berisi oktadesilsilena

(RP 18). Penggunaan fasa gerak dan fasa diam yang berbeda kepolarannya

ini bertujuan agar sampel uji tidak bereaksi dengan fasa diamnya saat

melewati kolom KCKT. Sampel melewati kolom KCKT tentunya memiliki

 jangka waktu yang terukur dan juga menjadi parameter, waktu yang

dibutuhkan sampel untuk melewati kolom ini disebut waktu retensi.

Sebelum menganalisis larutan uji, dilakukan uji kesesuaian sistem

(UKS). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), yang dimaksud

dengan uji kesesuaian sistem adalah suatu uji yang digunakan untuk

membuktikan bahwa resolusi dan keberulangan suatu sistem kromatografi

(47)

sistem ini adalah untuk mengetahui presisi alat kromatografi sehingga data

analisis yang dihasilkan cukup handal untuk dipakai dalam menyimpulkan

suatu hasil pengujian. Berikut ini adalah table hasil analisis UKS.

Tabel 2.Hasil Analisis UKS

Gambar 4. Kromatogram Uji Kesesuaian Sistem

Syarat uji kesesuaian sistem menurut Farmakope Indonesia adalah

(48)

operasional analitik membentuk satu sistem analitik tunggal yang dapat diuji

fungsinya secara keseluruhan. Data spesifik dikumpulkan dari penyuntikan

ulang larutan uji atau larutan baku. Persyaratan dari UKS ini adalah RSD

dari penyuntikan berulang sebanyak 6 kali tidak lebih dari 2.

Setelah diperoleh data uji kesesuaian sistem (UKS) yang

memenuhi syarat selanjutnya dilakukan analisis sampel, yang dapat dilihat

 pada gambar di bawah ini

(49)

Dari kromatogram diatas, dapat dilihat bahwa peak asam salisilat

(peak yang kedua) terpisah dari peak pelarutnya (peak pertama), sedangkan

 bila dibandingkan antara kromatogram sampel dengan kromatogram baku,

ternyata waktu retensi antara sampel dengan baku asam salisilat hampir

sama, sehingga dapat diidentifikasi bahwa sampel mengandung asam

salisilat.. Luas area yang dihasilkan oleh peak sampel tergantung dari

konsentrasi analat yang diuji, oleh karena itu luas area ke-enam sampel

tersebut memiliki nilai yang berbeda-beda sesuai dengan berat sampel yang

ditimbang. Dari data tabel diperoleh luas area larutan baku dan larutan uji,

dimana nilai luas area tersebut digunakan dalam perhitungan kadar asam

salisilat.

Tabel 4.Kadar Asam Salisilat

Sampel Bobot Wadah (gram) Bobot wadah+zat (gram) Bobot zat (gram) Area Kadar (%) 1 34,4955 34,9978 0,5023 11162831 2,15 2 42,4718 42,9767 0,5049 11314795 2,17 3 46,7572 47,2597 0,2025 10862328 2,09 4 35,0510 35,5586 0,5076 10988845 2,09 5 35,1248 35,6341 0,5093 10993354 2,09

(50)

Kadar yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan syarat

yang dicantumkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia  Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011

tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika untuk mengetahui apakah

kandungan asam salisilat tersebut sesuai dengan syarat yang ditetapkan.

Kadar rata rata asam salisilat dalam sampel adalah 2,12. Sementara

menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang Persyaratan

Teknis Bahan Kosmetika, kadar asam salisilat yang diperbolehkan yaitu

sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pengawet, asam salisilat t idak lebih dari 0,5 %

2. Sebagai zat aktif (contoh : dalam sediaan rambut bilas), asam salisilat

tidak lebih dari 3 %

3. Dalam sediaan lain, asam salisilat tidak lebih dari 2 %

Perhitungan kadar asam salisilat dalam tabel diatas dapat dilihat

 pada lampiran perhitungan untuk lebih jelasnya. Setelah diperoleh kadar,

kemudian dilakukan perhitungan RSD (Relatif Standart Devision) atau

(51)

Tabel 5.Data RSD Sampel Asam Salisilat Sampel Kadar 1 2,15 2 2,165 3 2,088 4 2,091 5 2,085 6 2,137 SD 0,035500235 Rata-rata 2,119333333 RSD 1,675066125

 Nilai RSD yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan

(52)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

- Kadar asam salisilat yang diperoleh yaitu 2,15%; 2,17%; 2,09%; 2,09%;

2,09%; 2,14%

- Kadar rata rata asam salisilat yaitu 2,12%

- Kadar yang diperoleh yaitu 2,12% sementara menurut Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 yaitu tidak boleh ≥ 2% sehingga

asam salisilat yang terkandung dalam sampel t idak memenuhi syarat

-  Nilai RSD dari penyuntikan berulang adalah 1,68 atau memenuhi syarat

6.2 Saran

Sebaiknya pengujian ini digunakan metode yang lain agar kadar asam

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M., dan Suherman. 1991. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Airlangga

University Press. Surabaya.

Auliya Puspitaningtyas, Surjani Wonorahardjo, Neena Zakia. Pengaruh

Komposisi Fasa Gerak Pada Penetapan Kadar Asam Benzoat Dan Kafein

Dalam Kopi Kemasan Menggunakan Metode Kckt (Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi).

Badan POM RI. 2011. MSDS Asam Salisilat.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Ditjen POM. (2004). Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hendayana, Sumar. (2006).Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan

Elektroforensis Modern.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Kasdira, kasman. 2007. Kromatografi gas dan KCKT. Makassar : Sekolah

Menengah Analis Kimia

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

 Nomor HK.03.1.23.08.11.07517.2011. Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.

(54)

Tranggono, R.I.S dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit

(55)

LAMPIRAN

LAMPIRAN A : Perhitungan Pembuatan H2SO42M                   N                            Penimbangan

 No Bobot Wadah (gram) Bobot wadah+zat (gram) Bobot zat (gram) Area Kadar (%) 1 34,4955 34,9978 0,5023 11162831 2,15 2 42,4718 42,9767 0,5049 11314795 2,17 3 46,7572 47,2597 0,2025 10862328 2,09

(56)

4 35,0510 35,5586 0,5076 10988845 2,09 5 35,1248 35,6341 0,5093 10993354 2,09 6 44,5844 45,0846 0,5002 11063580 2,14

Area larutan baku rata-rata : 10399791

Bobot baku : 9,851 mg

Faktor pengenceran sampel : 25,5

Faktor pengenceran baku : 25

Rumus kadar asam salisilat :

     



    

Keterangan :

% : Kadar asam salisilat

Au : Area larutan uji

Ab : Area larutan baku

Bb : Bobot baku Bu : Bobot uji F : Pengenceran

1.

 

 

 

 

 

Gambar

Gambar 1. Diagram Blok KCKT
Tabel  berikut  ini  menunjukkan  kompatibilitas  dari  bermacam-macarn  mode  kromatografi  cair  dengan  analisis
Gambar 2.Seleksi Tipe KCKT
Gambar 3.Struktur Kimia Asam Salisilat
+5

Referensi

Dokumen terkait

penelitian dalam tesis ini membahas karakter siswa di sekolah yang berasal dari lembaga keagamaan yakni MTs Pancasila Gondang Mojokerto. Sedangkan penelitian yang

The task is to model the projection pro- cess of a camera system as the basis for a bundle adjustment for a multi-view camera system, which consists of mutually fixed single

Lembaga pendidikan Islam seyogyanya memberikan kontribusi yang tinggi untuk tertanamnya nilai-nilai kebaikan (karakter bangsa) yang selaras dengan bidang dan karakter

Kepuasan pasien di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang bisa terpengaruh karena perawat atau bidan yang merawat selalu memperhatikan dan jika diperlukan selalu cepat

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan

1 Memberikan pelatihan/ penyuluhan/ceramah pada masyarakat insidentil (kurang dari 1 bulan) "Pengertian, Ciri-ciri, dan Strategi Menghindari HOAX, dari sudut pandang

Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Asset (ROA) adalah negatif karena jika pengalokasian dana bank untuk kegiatan

Jumlah pigmen tertentu dari daun seperti klorofil dapat ditentukan dengan metode kolorimetri yaitu dengan spektrofotometer  daun seperti klorofil dapat ditentukan dengan