Situasi AI
dan
Refocus
Rencana Kerja
Strategis Nasional Pengendalian AI
pada Unggas Tahun 2009
Drh. Turni Rusli Syamsuddin MM Direktur Kesehatan Hewan
Direktorat Jenderal Peternakan – Dep. Pertanian
Workshop Dampak Wabah AI dan Usaha Pengendaliannya, PSE Deptan
Situasi Penyakit AI pada Unggas
di Indonesia
Sejak th. 2003 s/d 2009 :
• Wilayah tertular 31/33 prop, 295/498 kab/kota
• Wilayah yang masih terjadi kasus AI dalam 6 bulan
terakhir (endemik): Seluruh provinsi di Jawa, Sumatra, Sulawesi (Selatan, Barat, Tenggara), Bali.
• Wilayah yang tidak ada kasus AI terakhir dalam : 612 bulan :
-12-24 bulan : Kalimantan (Barat, Tengah, Timur), Sulawesi (Utara, Tengah), Maluku, Papua, Papua Barat, NTT. >24 bulan : NTB, Kalimantan Selatan
• Wilayah yang belum pernah ada kasus AI (bebas) : Gorontalo, Maluku Utara
PDSR visits, all LDCC combined, HPAI cases and percentage diagnoses by visit
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 J a n u a ry F e b ru a ry M a rc h A p ri l M a y J u n e J u ly A u g u s t S e p te m b e r O c to b e r N o v e m b e r D e c e m b e r J a n u a ry F e b ru a ry M a rc h A p ri l M a y J u n e J u ly A u g u s t S e p te m b e r O c to b e r N o v e m b e r D e c e m b e r J a n u a ry F e b ru a ry M a rc h A p ri l 2006 2007 2008 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00%
Sur veillance visit s HPAI diagnoses % diagnosis
Surveilans, database PDSR lama :
Jan 2006 – April 2008
Desa dg Kasus (+) rapid test
Kunjungan ke desa
Kasus cenderung meningkat pada Bulan Januari-Februari
Status HPAI Berbasis Desa
(Mei s/d Desember 2008)
434
244
1.251
14.208
16.137
69.388
Terkendali
Tertular
Suspek
Tampaknya bebas
Sudah dikunjungi
Total desa
Status Desa
(3 %)
(2 %)
(8 %)
(87 %)
(23,3 %)
Nasional
Contoh : Pemetaan status AI berbasis Desa
di Jogyakarta
(database baru PDSR)
Merah : TERTULAR Biru : TERKENDALI
Kuning : SUSPECT 60 (risiko
rendah, diikuti investigasi selama 60 hari )
Coklat : SUSPECT 14 (risiko
tinggi investigasi selama 14 hari)
Hijau : TAMPAKNYA BEBAS Putih : BELUM DIKUNJUNGI
Ilustrasi Pergerakan Unggas
di pulau Jawa
Hubungan kepadatan ayam kampung
dan kasus H5N1 pada manusia
Kasus H5N1 pada manusia
Trend Kematian Unggas Akibat AI
Tahun 2003-2007
4737.1 6471.8 1038.5 1156.4 437 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2003 2004 2005 2006 2007Evaluasi Renstranas Pengendalian AI
Th. 2006-2008
(Lesson Learned)
1. Struktur Perunggasan
2. Kelembagaan pelayanan veteriner Pemerintah
3. Pendekatan partisipatif masyarakat dalam
pengendalian penyakit
4. Memutus mata rantai penyebaran virus HPAI
5. Vaksin dan strategi vaksinasi
1. Struktur Perunggasan
Jaringan penyebaran virus
• Sumber penularan virus tidak hanya pada sektor 4, tetapi ditemukan pada semua sektor dan matarantai
pemasaran unggas
• Sektor 3 skala kecil berada di lingkungan rumah tangga pedesaan, risiko interaksi dengan sektor 4
• Itik (carrier AI) berpindah mengikuti panen padi • Puyuh sebagai indikator sensitif adanya infeksi AI
• Unggas komersial sebagian besar dipasarkan melalui sistem pemasaran unggas hidup secara tradisional
• Menjauhkan produksi dan pemasaran unggas hidup dari perkotaan untuk mengurangi risiko penularan pada
2. Kelembagaan Pelayanan Veteriner
dalam Pengendalian AI
• UPPAI Pusat – Dit. Keswan
• UPPAI Regional (7) – BBV/BPPV
• UPPAI Provinsi/LDCC (32) – Dinas Provinsi (28) • Tim PDSR (2.209) – Dinas Kabupaten/Kota (342) • Puskeswan - Kecamatan
• Kader Relawan Desa (1600), Kader Vaksinator Masyarakat
Mendukung kelancaran hubungan fungsional Pusat dan
Daerah di Era Otonomi Daerah dalam Pengendalian AI dan Penyakit Hewan Menular lainnya
3. Pendekatan Partisipasi Masyarakat dalam
Pengendalian Penyakit AI
• Sejak 2005 : Unggas umbaran pekarangan diduga sebagai sumber penyebaran virus ke manusia
• Tim PDS & PDR Tim PDSR : unit epidemiologi desa, cakupan sektor 3 skala kecil, sektor 4
• Memberdayakan masyarakat memahami dan peran serta dalam deteksi dini, lapor dini dan respon dini
• Bekerjasama dengan semua pihak terkait di desa
• S/d Januari 2009 : 2.209 petugas PDSR di 342 Kab/Kota di 28 Prop (Jawa,Bali,Sumatra,Kalimantan,Sulawesi,NTB)
• Dibantu 16.000 Kader/relawan desa (9 Prov) : informan kasus penyakit dan mobilisator masyarakat
4. Memutus mata rantai penyebaran
virus AI
Virus flows Sector 1 Sector 2 Small to mid-scale contract & independent Producers Sector 3 Commercial producers DOC Outside region Collector yards MarketsFomites and feed
Household Poultry - free range & Village-based small-scale traditional production DUCKS Farmed & Migratory
Kemungkinan faktor yang paling potensial
untuk bertahannya jaringan penularan virus
- penjualan
broiler
dan
layer afkir
yang
tertular ke tempat penampungan dan pasar
unggas hidup
- kebiasaan pedagang unggas dan penyedia
layanan yang mengunjungi beberapa
tempat/sumber infeksi berturut-turut tanpa
disinfeksi
5. Vaksin dan Strategi Vaksinasi
• Virus HPAI unggas mengalami Antigenic Drift, muncul varian baru dari H5N1 yang tidak lagi sesuai dengan vaksin H5N1 isolat 2003, sehingga vaksin yang ada kurang protektif (peternakan tertentu di Jawa Barat) • Pemerintah telah/sedang identifikasi penetapan
beberapa biang (master seed) untuk vaksin yang paling tepat di Indonesia, ditetapkan dalam waktu dekat.
• Strategi vaksinasi tertarget : daerah endemik, risiko tinggi, sektor 1,2,3 (swasta) dan 3 skala kecil
(pemerintah), pada sektor 4 perlu kajian lebih dalam.
• Program vaksinasi harus dikombinasi strategi biosekuriti, surveilans, depopulasi, pengawasan lalu lintas unggas
Realisasi Vaksinasi AI
(juta dosis)
114 116,9 2006 0 80 2008 46,7 98.5 2007 143,4 214,8 2005 84,2 300 2004 Real Renc TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 0 50 100 150 200 250 300 Ketersediaan RealisasiRencana Kerja Strategis Nasional
Pengendalian AI, 2009 – 2011
• Pengendalian HPAI memerlukan sebuah
pendekatan komprehensif yang mencakup
pencegahan dan pengendalian penyakit pada
unggas di pedesaan , unggas komersial,
sistem pemasaran unggas dan itik
• Menekan dampak terhadap produksi dan sumber
penghidupan masyarakat
• Mempertahankan dan memperluas daerah bebas
HPAI melalui tindakan pencegahan dan
pengendalian
Pewilayahan Strategi Pengendalian AI
Th. 2009-2011
4 Wilayah :
1. Jawa Bagian Barat (Banten, DKI, Jabar) 2. Bali
3. Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, Sumatera dan Sulawesi Bagian Selatan
4. Daerah Insidensi rendah (NTB, NTT, Bali, Babel,
Kalimantan, Sulawesi Utara dan Tengah, Maluku, Papua, Papua Barat) dan daerah bebas (Gorontalo, Maluku
Utara)
Mempertimbangkan kasus pada unggas dan pada manusia serta
9 Elemen Renstranas
Pengendalian AI pada Hewan
1. Manajemen Program
2. Peningkatan pengendalian penyakit
3. Surveilans dan Epidemiologi
4. Pelayanan Laboratorium
5. Karantina dan Pengawasan lalulintas
6. Peraturan Perundangan
7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
8. Penelitian dan Pengembangan
Rencana Kerja Strategi
Pengendalian AI
di
Jawa Bagian Barat
(Jabar, DKI Jakarta, Banten)
Tahun 2009
Sasaran Utama
Penurunan kasus AI pada unggas dan Flu
Burung pada manusia di Jawa Bagian
Strategi Pengendalian AI
1. Intensifikasi surveilans di pasar dan peternakan komersial di daerah target
2. Meningkatkan kerjasama dan perencanaan strategis antara sektor publik dan swasta
3. Mempercepat restrukturisasi rantai pemasaran unggas di DKI Jakarta
4. Memperkuat dan intensifikasi kegiatan pengurangan resiko dan pengendalian dengan segera
5. Memperkuat koordinasi antar instansi di tingkat pusat, regional dan daerah
Rencana Kerja Strategi
Pengendalian AI
di Bali
Sasaran
Tidak ada kasus AI pada unggas dan
Flu Burung pada manusia
Strategi Pengendalian AI
1. Intensifikasi surveilans pada semua
unggas (pasar/komersial, itik, desa)
2. Kerjasama Jembrana – Banyuwangi
3. Mendorong produksi unggas lokal
4. Pengurangan risiko pada itik dengan
segera (vaksinasi/sertifikasi/penelitian
kegiatan)
Rencana Kerja Strategi
Pengendalian AI
di Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, Sumatera dan
Jawa Timur, Jawa Tengah,
D.I.Yogyakarta
• Sasaran dan indikator
1. Menurunanya kasus AI pada unggas pada tiap provinsi 2. Penetapan program pengendalian penyakit di wilayah • Strategi
1. Peningkatan kapasitas program PDSR
2. Peningkatan pemahaman epidemiologi penyakit untuk menetapkan titik kritis pengendalian di wilayah.