• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu pendidikan nasional juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003).

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting pembangunan bangsa. Perkembangan suatu negara diukur dari pesatnya perkembangan pendidikan yang berkualitas dan diakui oleh dunia. Prestasi akademik merupakan salah satu tolok ukur kemajuan pendidikan yaitu dengan melihat pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Belajar merupakan proses diri menuju kedewasaan. Prestasi akademik adalah prestasi belajar berbentuk angka sebagai deskripsi tingkat penguasaan atau penyelesaian tugas-tugas belajar anak didik dalam periode tertentu, baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan (Chaplin, 2001). Prestasi belajar diukur dari berbagai aspek, menurut Azwar (2007) pengukuran prestasi dilihat berdasarkan aspek-aspek yang dimiliki seseorang dalam kompetensinya sebagai seorang pelajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Suryabrata (2008), menyebutkan ada 3 dasar yang melandasi pentingnya melakukan pengukuran atau penilaian terhadap keberhasilan pendidikan. Aspek psikologis menjadi dasar pertama yaitu dari segi internal individu dalam bersikap untuk memantau dan memantapkan langkah-langkah yang telah dicapainya untuk selanjutnya individu menetapkan orientasi dan

(2)

tujuan berikutnya dari proses belajar yang ia jalani. Aspek selanjutnya adalah aspek didaktis yaitu penilaian berdasarkan pemantauan guru terhadap anak didik dan juga terhadap diri guru, sejauh apa keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan ini berguna untuk evaluasi proses belajar mengajar selanjutnya. Aspek yang ketiga adalah dasar administratif, yaitu hasil pengukuran dan penilaian terhadap proses pendidikan dapat dilihat dalam bentuk rapor dan angka-angka.

SMP “I” Sukorejo, Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur, merupakan salah satu sekolah formal swasta yang dikembangkan pesantren “SS” di Sukorejo, Jawa Timur di bawah pengawasan dinas pendidikan nasional. Pada mulanya pesantren “SS” hanya merupakan pesantren biasa tanpa ada lembaga pendidikan formal. Seiring dengan berkembangnya zaman, pesantren mulai membuka diri terhadap pendidikan formal. Hal ini ditandai dengan dibukanya berbagai tingkatan lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi, bahkan sekarang telah ikut membuka program Pascasarjana dengan Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam (MPdI).

Berdasarkan catatan Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN S/M) pada tahun 2010, SMP “I” merupakan salah satu sekolah dengan mutu penyelenggaraan sekolah “sangat baik” yang ada di kabupaten Situbondo. Hal ini terlihat dari perolehan nilai akreditasi 92 dari skala 1-100. Skoring penilaian akreditasi adalah jika sekolah memperoleh skor final 100-86 maka sekolah akan memperoleh predikat akreditasi A (sangat baik), skor 71-85 memperoleh predikat B (baik), skor 56-70 memperoleh predikat C (cukup) dan skor di bawah 56 dinyatakan sebagai sekolah yang tidak terakreditasi.

(3)

Untuk nilai akreditasi sekolah SMP “I” dapat dilihat pada tabel penilaian dari BAN S/M sebagai berikut :

Tabel 1: komponen penilaian akreditasi Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah untuk SMP “I” Sukorejo, Kab. Situbondo, Prop. Jawa Timur

Komponen Akreditasi Nilai Komponen

Standar Isi 95

Standar Proses 96

Standar Kompetensi Lulusan 91

Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan 85

Standar Sarana dan Prasarana 86

Standard Pengelolaan 95

Standar Pembiayaan 89

Standar Penilaian Pendidikan 99

Nilai Akreditasi: 92 Peringkat Akreditasi: A Tanggal Penetapan: 30-Oct-2010 Sumber : http://www.ban-sm.or.id

Berdasarkan tabel penilaian dari Badan Akreditasi Nasional, diketahui bahwa sekolah SMP “I” mendapatkan nilai akreditasi yang sangat baik dengan perolehan nilai A, dan nilai akreditasi ini menunjukkan bahwa sekolah SMP “I” merupakan salah satu sekolah dengan standar mutu yang sangat baik sesuai dengan tujuan dan manfaat akreditasi yang diterangkan dalam Undang-undang mengenai Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pemerintah menetapkan delapan aspek penilaian akreditasi yang merupakan jabaran dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penilaian akreditasi meliputi ke delapan poin yang tercantum dalam Tabel 1 di atas.

Secara umum, sekolah dengan peringkat akreditasi A (sangat baik) menunjukkan bahwa sekolah tersebut merupakan lembaga pendidikan yang terjamin mutunya dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar nasional yang ditetapkan pemerintah. Sekolah dengan mutu penyelenggaraan

(4)

pendidikan yang ‘’amat baik’’ tentu mampu menghasilkan sumber daya manusia yang baik dengan perolehan prestasi yang bagus pula. Dengan kata lain, sekolah dengan nilai akreditasi A (sangat baik) seharusnya mampu menjamin bahwa siswa sebagai peserta didik mampu mendapatkan prestasi akademik yang baik juga.

Penelusuran peneliti mengenai prestasi akademik siswa sekolah SMP “I” yang ujian semester menunjukkan bahwa selama dua tahun pelajaran, yaitu 2009/2010 dan 2010/2011 hasil ujian semester siswa mengalami penurunan dan relatif tetap pada semester akhir tahun 2010/2011 di mana banyak perolehan nilai siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk siswa kelas VIII SMP (Tabel 2).

Tabel 2: Nilai Rerata KKM Mata Pelajaran yang di-UN-kan pada kelas VIII SMP “I” Sukorejo Situbondo Th. Pelajaran 2009/2010 dan 2010/2011

T ah u n P el aj ar an S em es ter

B. indonesia B. inggris Matematika IPA

KKM Rer at a td k T un ta s KKM % KKM Rer at a td k T un ta s KKM % KKM Rer at a td k T un ta s KKM % KKM Rer at a td k T un ta s KKM % 2009/2010 ganjil 65 64.28 34.61 65 65.11 39.05 60 60.47 38.65 60 59.67 37.56 genap 65 63.87 35.38 65 64.87 37.01 60 62.36 37.34 60 61.48 39.09 2010/2011 ganjil 65 65.07 37.23 65 67.02 37.38 60 64.98 36.67 65 61.75 39.76 genap 65 64.76 35,77 70 67.65 36.29 65 64.58 35.78 65 63.26 38.34

Sumber : Dirangkum dari data nilai ujian semester tahun 2009 /2010 dan 2010/2011 SMP “I” Sukorejo Kabupaten Situbondo.

Data hasil observasi dan wawancara pada penelitian pendahuluan di SMP “I” Sukorejo, kabupaten Situbondo dengan wakil kepala sekolah bidang urusan kurikulum, dan 3 orang guru Bimbingan dan Konseling (BK), menjelaskan bahwa KKM merupakan nilai batas minimal yang harus dicapai siswa dalam setiap pelajaran. KKM merupakan dasar acuan penilaian terhadap kompetensi siswa. Sekolah menetapkan nilai KKM untuk melihat dan mengevaluasi prestasi yang diperoleh peserta didik secara murni dalam kelas. KKM ditetapkan pada

(5)

awal semester tahun ajaran baru yang merupakan batas minimal pencapaian nilai siswa untuk dikatakan siswa menguasai materi pelajaran tersebut (hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum).

Saleh (2012) menyebutkan bahwa KKM bertujuan untuk mengetahui kompetensi peserta didik dalam setiap mata pelajaran tertentu yang diikutinya, semakin banyak siswa yang mampu mencapai target KKM maka semakin bagus tingkat prestasi siswa menguasai materi pelajaran tersebut, tetapi sebaliknya semakin sedikit siswa yang mampu mencapai nilai KKM berarti perlu adanya evaluasi komprehensif pada mata pelajaran tersebut karena semakin sedikit yang mampu mencapai nilai KKM mengindikasikan masih rendahnya prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Fakta di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang tidak mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan sekolah mencapai di atas 30 % setiap mata pelajaran. Jumlah siswa yang tidak lulus KKM di atas 30 persen menunjukkan bahwa prestasi akademik siswa di SMP “I” rendah (Purnomo, 2008; Suarni, 2011)

Masih rendahnya prestasi akademik siswa disebabkan oleh banyak faktor (Suryabrata, 2008). Secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Suryabrata, 2008; Gage & Berliner, 1998). Faktor internal siswa terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor yang mempengaruhi secara eksternal adalah lingkungan seperti guru dan sekolah. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar secara psikologis individu antara lain motivasi, inteligensi, resiliensi, konsep diri akademik, dan kecerdasan emosi (Slameto, 2010).

Faktor eksternal misalnya yang mempengaruhi prestasi akademik siswa di antaranya dengan perubahan pola pengajaran yang diterapkan guru. Pola

(6)

pengajaran yang diterapkan guru di SMP “I” mengalami perubahan. jika pada beberapa tahun yang lalu pola pengajaran masih menerapkan sistem guru sebagai sumber ilmu (Teacher Centered Learning) kemudian diganti KTSP, yaitu dengan memberikan kebebasan pada anak untuk belajar sesuai kemampuannya sehingga siswa belajar berdasar kemampuan yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengajaran seorang guru mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan prestasi akademik siswa. Puger (2008) dan Haas (2002) yang meneliti tentang pengaruh metode pengajaran terhadap prestasi ditemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pola pengajaran seorang guru dengan prestasi akademik siswa. Berdasarkan hasil wawancara, guru menjelaskan seiring dengan berubahnya pola mengajar guru dalam kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan siswa untuk lebih mengeksplorasi dirinya, siswa semakin berani untuk bertanya dan berdiskusi, sehingga dalam kelas semakin banyaknya ruang untuk melakukan diskusi antara siswa dan guru dalam berbagai kesempatan belajar, sehingga kemampuan akademik siswa jadi semakin meningkat.

Walaupun ada peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar seperti yang terlihat pada hasil wawancara di atas, peneliti melihat masih adanya kecenderungan prestasi siswa yang kurang seperti yang terlihat dalam Tabel 2. Mengenai banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam perolehan KKM, guru menjelaskan bahwa ada beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi masih adanya siswa yang tidak tuntas dalam memenuhi nilai KKM. Guru menyebutkan bahwa ada siswa yang ketika diperintahkan oleh guru untuk mengerjakan tugas di depan kelas, ada siswa yang kurang berani untuk tampil, sehingga perlu dilakukan upaya yang terus menerus sehingga akhirnya siswa tersebut mau

(7)

tampil. Dari data evaluasi akhir semester sekolah SMP ‘’I’’ tahun ajaran 2010/2011, disebutkan hampir 37 % siswa SMP “I” yang bersikap kurang berani untuk tampil di depan kelas. Sikap siswa seperti ini menurut guru disebabkan karena rendahnya rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan dan potensi diri. Sikap lainnya yang terlihat pada siswa adalah perilaku mencontek pada saat ulangan (28%). Perilaku mencontek disebabkan karena ketidak-siapan belajar siswa dan juga disebabkan karena siswa kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Di sisi lain ketika berada di dalam kelas ada siswa yang berbuat “nakal” dengan mengganggu temannya yang lain ketika sedang belajar dan selalu membantah guru jika diingatkan (31%), hal ini menimbulkan kegaduhan di dalam kelas dan otomatis menjadikan proses belajar pada jam pelajaran tersebut terganggu.

Hasil wawancara dengan siswa menyebutkan bahwa ada kecenderungan berperilaku di luar aturan sekolah (seperti, membolos sekolah) yang disebabkan karena siswa kurang peduli dengan pelajaran yang diberikan guru, karena tergolong pelajaran sulit, seperti Matematika dan Bahasa Inggris. Siswa juga menyebutkan bahwa kecenderungan untuk melakukan keributan dalam kelas disebabkan kurang tertarik dengan pelajaran yang diajarkan guru dalam mengajar, sehingga disadari atau tidak oleh siswa, keributan dalam kelas dapat mengurangi konsentrasi belajar siswa lainnya yang bisa jadi mengakibatkan turunnya prestasi.

Sikap kurang percaya diri siswa terhadap kemampuan dan potensi dirinya mengindikasikan bahwa adanya konsep diri akademik yang rendah pada diri siswa. Indikator rendahnya konsep diri akademik berdasarkan pendapat Marsh (1990) yang menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya konsep

(8)

diri akademik seseorang adalah karena rendahnya kepercayaan diri, penerimaan diri dan penghargaan terhadap diri sendiri. Para ahli psikologi pendidikan umumnya berpendapat bahwa prestasi yang dicapai seorang individu mempunyai hubungan erat dengan keyakinan akan kemampuan dan rasa keberhasilan yang dimilikinya (Schunk, 2008). Keyakinan akan kemampuan diri menunjukkan bahwa siswa memiliki konsep diri akademik yang bagus dan memiliki keinginan untuk berprestasi lebih tinggi. Biasanya jika siswa berprestasi tinggi dan mempunyai konsep diri akademik yang bagus akan memiliki rasa ingin tahu lebih banyak terhadap pelajaran di kelas dan aktif bertanya di kelas, membaca buku literatur dan sering berdiskusi dengan guru saat di luar kelas (Ginsburg-Block & Fantuzzo, 1997).

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa konsep diri akademik merupakan salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Sanchez dan Roda (2003) tentang hubungan konsep diri akademik dan prestasi akademik siswa menyebutkan bahwa konsep diri akademik mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi akademik siswa, bahkan disebutkan bahwa konsep diri akademik merupakan prediktor yang kuat terhadap performansi secara umum. Penelitian lainnya tentang konsep diri akademik dilakukan oleh Cahyani dan Sugiyanto (2008) pada 138 orang siswa pada dua Sekolah Dasar di Sleman, Yogyakarta menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara konsep diri akademik dengan prestasi akademik disamping juga pengaruh teman sebaya terhadap prestasi akademik.

Hasil sebaliknya dikemukakan oleh Kaur, Rana dan Kaur (2009) yang meneliti tentang hubungan konsep diri akademik dengan prestasi dan lingkungan

(9)

rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri akademik dan prestasi tidak menunjukkan korelasi yang positif. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Othman dan Leng (2011) yang menyebutkan bahwa konsep diri akademik tidak secara signifikan berkorelasi positif dengan prestasi akademik. Penyebab tidak signifikansinya hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena faktor ‘significant others’ seperti orangtua yang bekerja di luar negeri, guru yang terlalu tinggi ekspektasinya terhadap siswa dan pengaruh teman sebaya. Faktor ‘significant others’ disebutkan menjadi penyebab rendahnya konsep diri akademik siswa sehingga tidak berkorelasi secara positif dengan prestasi akademik.

Adanya ketidak-samaan hasil penelitian tentang hubungan konsep diri akademik dan prestasi akademik memerlukan penelitian lebih lanjut. Ketidak- samaan hasil penelitian ditunjukkan pada hasil penelitian (Sanchez & Roda, 2003; Cahyani & Sugiyanto, 2008) yang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri akademik dan prestasi akademik, sedangkan penelitian yang lain (Kaur, Rana & Kaur, 2009; Othman & Leng, 2011) menyebutkan bahwa konsep diri akademik dan prestasi tidak mempunyai hubungan yang signifikan satu dengan yang lainnya.

Dari hasil wawancara dan observasi juga diketahui bahwa siswa sering berperilaku mengganggu teman sekelas dan berani membantah guru ketika diingatkan, hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih kurang bisa mengelola dan mengontrol emosinya. Individu yang kurang mampu mengendalikan dan mengontrol emosi yang meluap dalam dirinya menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki kecerdasan emosi yang kurang. Indikator rendahnya kecerdasan emosi individu, menurut Goleman (2009) salah satunya adalah

(10)

ketidak mampuan individu dalam mengontrol emosi yang timbul dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi dalam belajar dan merusak hubungan pergaulan antara individu dan lingkungan sosialnya. Individu yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga dalam berhubungan dengan lingkungan sosial akan lebih mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu ketika akan melakukan tindakan yang dapat merusak (Gottman & Declaire, 2001). Woolfolk (2009) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi penting bagi perkembangan akademik maupun pekembangan pribadi, seseorang yang memiliki kecerdasan emosi akan mampu mengontrol dan mengelola emosi yang timbul sehingga tidak menghambat proses belajar dirinya dan berperilaku yang merugikan orang lain. Penelitian tentang kecerdasan emosi dan pengaruhnya terhadap prestasi sudah banyak dilakukan, misalnya penelitian oleh Aremu, Tella dan Tella (2006), menyebutkan bahwa kecerdasan emosi mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi akademik siswa. Penelitian ini juga secara bersama-sama meneliti tentang keterlibatan orang tua terhadap prestasi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Downey, Mountstephen, Lloyd, Hansen dan Stough (2008) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi secara meyakinkan dapat mempengaruhi dan meningkatkan prestasi skolastik siswa remaja, dengan kata lain kecerdasan emosi mempunyai peran dalam meningkatkan performa akademik dari siswa.

Walaupun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi mempunyai peran penting dalam mempengaruhi prestasi akademik ada juga penelitian yang menunjukkan hasil sebaliknya bahwa kecerdasan emosi

(11)

bukan merupakan prediktor yang kuat yang mempengaruhi prestasi (O’Connor & Little, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bastian, Burns dan Nettelbeck (2005) yang meneliti tentang prediksi kecerdasan emosi terhadap life skill seperti prestasi akademik, kepuasan hidup, kecemasan, problem-solving dan coping, hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi tidak berkorelasi positif dengan prestasi akademik. Oleh karena hasil penelitian kecerdasan emosi menunjukkan hasil yang tidak konsisten maka variabel kecerdasan emosi juga menarik untuk dilakukan penelitian lebih jauh, apakah memang kecerdasan emosi berhubungan dengan prestasi akademik atau sebaliknya kecerdasan emosi tidak mempunyai hubungan dengan prestasi siswa.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan membaca review hasil penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk meneliti keterkaitan konsep diri akademik dan kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik siswa SMP khususnya SMP “I”, hal ini karena asumsi peneliti bahwa siswa SMP “I” yang memperoleh predikat akreditasi A (sangat baik) juga memiliki prestasi akademik yang sangat baik, tetapi yang terjadi adalah masih banyak siswa SMP “I” yang prestasi akademiknya masih rendah. Hal ini menimbulkan tanda tanya penulis apakah rendahnya prestasi itu di sebabkan karena konsep diri akademik dan kecerdasan emosi siswanya, padahal hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada ketidaksesuaian hasil antara satu penelitian dengan penelitian lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di lapangan diketahui bahwa masih banyak siswa SMP “I” yang tidak lulus pencapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) diduga karena disebabkan oleh faktor internal siswa berupa konsep diri akademik dan kecerdasan emosi, padahal menurut literatur masih adanya pertentangan hasil

(12)

penelitian apakah konsep diri akademik dan kecerdasan emosi merupakan dua faktor internal yang mempengaruhi kurangnya prestasi akademik siswa, Sehingga peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: ‘’Apakah konsep diri akademik dan kecerdasan emosi mempunyai hubungan dengan prestasi akademik siswa SMP?’’

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai prestasi akademik yang ditinjau hubungannya dengan konsep diri dan kecerdasan emosi telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti di luar maupun di dalam negeri, di antaranya seperti yang dilakukan oleh :

1. Munajat (2005), dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosional, Konsep Diri Akademik, Motivasi Belajar, Dan Latar Belakang Pendidikan Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebanyak 185 orang. Perbedaan penelitian Munajat dengan penelitian ini adalah pada subjek yang diteliti, pada penelitian ini, subjek penelitian adalah siswa SMP sedangkan Munajat (2005) mengambil subjek penelitian terhadap mahasiswa. Penelitian Munajat (2005) juga dilakukan untuk mengungkap variabel motivasi belajar dan latar belakang pendidikan sedangkan pada penelitian ini hanya meneliti variabel konsep diri akademik dan kecerdasan emosi hubungannya dengan prestasi akademik.

2. Wahidin (2001), dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Umum Universitas Islam Indonesia (SMU UII) Yogyakarta. Perbedaan

(13)

penelitian Wahidin (2001) dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian. Wahidin (2001) mengambil subjek siswa SMU sedangkan penelitian ini akan mengambil subjek siswa SMP. Perbedaan lainnya dengan penelitian Wahidin (2001) adalah pada penelitian ini tidak meneliti variabel motivasi berprestasi.

3. Tamannaifar, Sedighi, Salami dan Mohammadabadi (2010), dengan judul Correlation between emotional intelligence, self-concept and self esteem with academic achievement. Penelitian ini dilakukan untuk melihat korelasi antara kecerdasan emosional, konsep diri dan harga diri terhadap prestasi akademik. Subjek penelitian dilakukan terhadap 400 orang subjek dari 6050 orang jumlah mahasiswa University of Khasan di Iran, subjek dipilih dengan menggunakan sistem acak. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dari segi variabel yang diteliti dan subjek penelitian serta tempat yang digunakan untuk penelitian. Pada penelitian Tamannaifar (2010) variabel yang diteliti selain kecerdasan emosi dan konsep diri juga meneliti tentang self-esteem, sedangkan dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti hanya kecerdasan emosi dan konsep diri akademik yang dikorelasikan dengan prestasi akademik. Dari segi subjek penelitian juga terdapat perbedaan dengan penelitian ini, dalam penelitian Tamannaifar subjek penelitian yang diambil dari kalangan mahasiswa sedang dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa kelas VIII SMP sebagai subjek. Perbedaan lainnya adalah tempat yang dijadikan lokasi penelitian, tempat penelitian Tamannaifar dilakukan di Iran, sedangkan penelitian ini di lakukan di Indonesia.

4. Yara (2010), dengan judul Student’s Self Concept and Mathematics Achievement in some secondary schools in southwestern Nigeria.

(14)

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara konsep diri siswa dan pengaruhnya terhadap prestasi akademik matematika. Tempat penelitian dilakukan di beberapa sekolah menengah di Barat Daya Nigeria. Subjek yang diambil adalah siswa kelas VIII sekolah menengah yang dipilih secara acak dari dua kabupaten di Barat Daya Nigeria. Perbedaan penelitian Yara dengan penelitian ini adalah variabel yang akan diteliti, yaitu Yara hanya memfokuskan penelitian pada variabel konsep diri siswa terhadap prestasi yang khusus mata pelajaran matematika, sedangkan penelitian ini selain konsep diri juga akan meneliti pengaruh kecerdasan emosi terhadap prestasi. Walaupun subjek penelitiannya sama yaitu siswa kelas VIII sekolah menengah pertama, tetapi karena tempat dan latar belakang budayanya yang berbeda bisa saja memberikan hasil yang berbeda pula.

5. Yahaya, Ramli, Boon, Ghaffar dan Zakariya (2009), dengan judul Relationship between self concept and personality and students’ academic performance in selected secondary schools. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara konsep diri dan kepribadian dengan prestasi akademik siswa. Subjek penelitian adalah siswa sekolah menengah yang diambil secara random di Kluang, Johor, Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konsep diri tidak signifikan berhubungan dengan prestasi akademik siswa di tinjau dari dimensi personal, keluarga dan sosial. Perbedaan penelitian Yahaya, dkk dengan penelitian ini adalah tidak adanya variabel kecerdasan emosi yang di teliti selain itu tempat penelitian juga berbeda dengan penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang penulis ketahui bahwa tidak ada satupun penelitian terdahulu yang meneliti tentang hubungan konsep diri

(15)

akademik dan kecerdasan emosional yang kaitannya dengan prestasi akademik pada siswa SMP secara khusus. Walaupun ada penelitian tentang variabel konsep diri akademik dan kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik, tetapi subjek penelitian yang dilakukan adalah pada mahasiswa bukan pada siswa SMP. Selain itu ada perbedaan tempat penelitian ini dengan tempat penelitian terdahulu, penelitian ini dilakukan di Situbondo, Jawa Timur, Indonesia sedangkan penelitian terdahulu ada yang dilakukan di luar negeri yang situasi dan kondisi serta latar belakang budayanya berbeda dengan tempat penelitian ini.

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan konsep diri akademik dengan prestasi akademik siswa SMP

2. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi akademik siswa SMP

3. Untuk mengetahui peran konsep diri akademik dan kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik siswa SMP

E. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian tentang hubungan konsep diri akademik dan kecerdasan emosi terhadap prestasi akademik Siswa SMP ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan kontribusi dalam mengembangkan konsep-konsep ilmu psikologi, khususnya terhadap pengembangan ilmu psikologi pendidikan

(16)

b. Memperkaya dan menambah referensi penelitian tentang konsep diri akademik dan kecerdasan emosi siswa yang ditinjau berdasarkan prestasi akademik Siswa SMP

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat:

a. Memberikan masukan kepada guru dan pihak yang terkait dalam bidang pendidikan untuk dapat memahami dan mengembangkan konsep diri akademik dan kecerdasan emosi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi akademik.

b. Memberikan renungan bagi siswa agar dapat meningkatkan konsep diri akademik dan kecerdasan emosi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi akdemik.

Gambar

Tabel 1: komponen penilaian akreditasi Badan Akreditasi Nasional  Sekolah/Madrasah untuk SMP “I” Sukorejo, Kab
Tabel 2: Nilai Rerata KKM Mata Pelajaran yang di-UN-kan pada kelas VIII SMP

Referensi

Dokumen terkait

Tahap perancangan mesin pengolah kopi pada Gambar 1 diawali dengan menganalisis kebutuhan mitra dengan mempertimbangkan beberapa komponen terukur yaitu ukuran wadah

Pendidikan minimal S-1, diutamakan berlatar belakang pendidikan dibidang Ilmu Agama Islam dan/atau telah memiliki pengalaman dalam bidangnya;.. Memiliki kemampuan

(2011), Handajani, Subroto, Sutrisno, dan Saraswati (2014) mengungkapkan bahwa masa jabatan direksi yang semakin lama akan membuat direksi memiliki lebih

(2009), Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP, Acta Civicus Jurnal Pendidikan

Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, (Bogor: Fakultas Pertanian,IPB, 2006) hal 35... strategi khusus untuk bertahan hidup. Anak jalanan itu mobilitasnya tinggi,

Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Empiris Pada Kantor BPKP

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū